PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
LANGSUNG PADA MATERI POKOK HIMPUNAN BAGI SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 3 BALIGE
T A H U N A J A R A N 2 0 1 4 / 2 0 1 5
Oleh :
Etrika Tio Simanjuntak NIM. 4103111028
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang luar
biasa sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul
“Perbandingan Hasil Belajar Antara Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Model Pembelajaran Langsung pada Pokok Bahasan Himpunan bagi
Siswa Kelas VII di SMP Negeri 3 Balige T.A. 2014/2015”. Skripsi ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan
matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
Prof.Dr.Pargaulan Siagian, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini,
Bapak Drs. S. Siahaan, M.Pd, Ibu Dra. Hamidah Nasution, M.Si, dan Bapak Drs.
Zul Amry, M.Si, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran mulai dari
perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini, Bapak Drs.
Togi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik dan kepada seluruh Bapak dan
Ibu dosen serta staf pegawai jurusan Matematika Fakultas Ilmu Pengetahuan
Alam dan Matematika Universitas Negeri Medan.
Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Rektor UNIMED Prof. Dr. Ibnu
Hajar, MS beserta seluruh Pembantu Rektor sebagai pimpinan UNIMED, Bapak
Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED beserta Pembantu
Dekan I, II, dan III di lingkungan UNIMED, Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku
Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku Ketua Program
Studi Jurusan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris
Jurusan Matematika.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Firman
Simanjuntak, S.Pd selaku Kepala Sekolah yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah SMP Negeri 3 Balige. Ucapan
terima kasih juga kepada Ibu Rosmika Sinaga, S.Pd selaku guru bidang studi
v
Teristimewa rasa terima kasih penulis sampaikan kepada Ayahanda Ir.
Gero Simanjuntak dan Ibunda tercinta Resli Situmorang, S.Pd yang selalu
mendukung, mendoakan, dan memberi semangat kepada penulis hingga skripsi ini
selesai. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Abangku tersayang Rian
Falam Simanjuntak, Adikku tersayang Try Artha Simanjuntak, dan Wahyuni
Rizky Simanjuntak yang selalu memberikan dukungan dan doa.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Michael Haratua
Rajagukguk yang selalu setia menemani dan memberi dukungan, sahabat penulis
Frilli L.A. Saragi, Melda M.S. Marpaung, Enny Simatupang, Indah Purba,
Hardtaty Silaban, Ika Simanjuntak, Nunut Simanjuntak yang selalu memberikan
semangat, nasehat, dan motivasi sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dan
teman-teman lainnya di jurusan matematika khususnya kelas dik B reguler 2010
yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan
skripsi ini, teman-teman PPLT SMK Negeri 1 Pematangsiantar, beserta semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi semangat dan
bantuan kepada penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi
maupun bahasa, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini
bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan matematika.
Medan, September 2014
Penulis,
Etrika Tio Simanjuntak
iii
PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
LANGSUNG PADA MATERI POKOK HIMPUNAN BAGI SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 3 BALIGE
TAHUN AJARAN 2014/2015 Etrika Tio Simanjuntak (4103111028)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada model pembelajaran langsung pada materi pokok himpunan bagi siswa kelas VII di SMP Negeri 3 Balige T.A. 2014/2015.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu dengan menggunakan pre-test and post-test group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Balige T.A. 2014/2015. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini ada dua kelas, yaitu kelas VII-A sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 26 siswa dan kelas VII-B sebagai kelas kontrol dengan jumlah 28 siswa.
Instrumen yang digunakan adalah tes (pretest dan posttest) yang berbentuk essay test (uraian) masing-masing sebanyak 3 soal. Sebelum tes diberikan kepada siswa (sampel), terlebih dahulu tes divalidkan oleh 2 orang dosen dan 1 orang guru dan dinyatakan valid. Hasil Uji validitas dengan rtabel = 0,388 diperoleh bahwa pada soal pre test terdapat 3 soal valid dari 3 soal dan untuk soal post test terdapat 3 soal valid dari 3 soal. Dan hasil uji reliabilitas soal pre test diperoleh sebesar 0,846 sedangkan pada soal post test diperoleh sebesar 0,750.
Dari hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen adalah 77,92 dan pada kelas kontrol adalah 75. Dari perhitungan uji normalitas data pretest kelas eksperimen diperoleh Lhitung < Ltabel (0,1314 < 0,173) dan data pretest kelas kontrol Lhitung < Ltabel (0,1284 < 0,173) sedangkan pada posttest kelas eksperimen diperoleh Lhitung < Ltabel (0,164 < 0,173) dan data posttest kelas kontrol Lhitung < Ltabel (0,1077 < 0,173) sehingga disimpulkan bahwa kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dari perhitungan uji homogenitas data pretest diperoleh Fhitung = 1,20 dan Ftabel = 1,97 sedangkan pada posttest diperoleh Fhitung = 1,17 dan Ftabel = 1,97 maka Fhitung < Ftabel sehingga dapat disimpulkan kedua sampel berasal dari populasi yang homogen.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Daftar Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Bagan ix
Daftar Tabel x
Daftar Lampiran xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah 1
1.2Identifikasi Masalah 6
1.3Batasan Masalah 7
1.4Rumusan masalah 7
1.5Tujuan penelitian 7
1.6Manfaat Penelitian 7
1.7Definisi Operasional 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis 9
2.1.1.Pengertian Belajar 9
2.1.2.Belajar Mengajar Matematika 10
2.1.3.Pembelajaran Matematika 11
2.1.4.Hasil Belajar Matematika 14
2.1.5.Model Pembelajaran Berbasis Masalah 15
2.1.5.1.Istilah dan Pengertian 15
2.1.5.2.Ciri-ciri Khusus Pembelajaran Berbasis Masalah 17
vii
2.1.5.4.Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah 19
2.1.5.5.Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran 20
Berbasis Masalah
2.1.6.Model Pembelajaran Langsung 21
2.1.6.1.Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran 23
Langsung
2.1.7.Perbedaan Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran 24
Langsung
2.2. Himpunan 25
2.3. Penelitian yang Relevan 32
2.4. Kerangka Konseptual 33
2.5. Hipotesis Penelitian 36
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 37
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 37
3.2.1.Populasi Penelitian 37
3.2.2.Sampel Penelitian 37
3.3.Variabel Penelitian 38
3.4.Jenis Penelitian 38
3.5.Desain Penelitian 38
3.6.Prosedur Penelitian 40
3.7.Instrumen Penelitian 43
3.7.1.Validitas Tes 43
3.7.2.Reliabilitas Tes 45
3.7.3.Tingkat Kesukaran Soal 45
3.7.4.Daya Pembeda Tes 46
3.8.Teknik Analisis Data 47
3.8.1.Menghitung Rata-rata Skor 47
3.8.2.Menghitung Standard Deviasi 47
viii
3.8.4.Uji Homogenitas 48
3.8.5.Analisis Pengujian Hipotesis 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Butir Soal 51
4.1.1. Analisis Butir Soal Pre-Test 51
4.1.1.1. Uji Validitas Soal Pre-Test 51
4.1.1.2. Uji Reliabilitas Soal Pre-Test 52
4.1.1.3. Tingkat Kesukaran Soal Pre-Test 52
4.1.1.4. Daya Beda Soal Pre-Test 53
4.1.2. Analisis Butir Soal Post-Test 54
4.1.2.1. Uji Validitas Soal Post-Test 54
4.1.2.2. Uji Reliabilitas Soal Post-Test 55
4.1.2.3. Tingkat Kesukaran Soal Post-Test 55
4.1.2.4. Daya Beda Soal Post-Test 56
4.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian 57
4.2.1 Nilai Pretes Siswa 57
4.2.2 Nilai Postes Siswa 58
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian 61
4.4 Teknik Analisis Data 62
4.4.1 Uji Normalitas 62
4.4.2 Uji Homogenitas 62
4.4.3 Pengujian Hipotesis 63
4.5 Diskusi Hasil Penelitian 63
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 68
5.2 Saran 68
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah 19
Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Langsung 22
Tabel 2.3 Perbedaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan
Pembelajaran Langsung 24
Tabel 2.4 Keunggulan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
dan Model Pembelajaran Langsung 34
Tabel 2.5 Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
dan Model Pembelajaran Langsung 35
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian 38
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Soal Pre-Test 51
Tabel 4.2 Tingkat Kesukaran Soal Pre-Test 52
Tabel 4.3 Daya Beda Soal Pre-Test 53
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Soal Post-Test 54
Tabel 4.5 Tingkat Kesukaran Soal Post-Test 55
Tabel 4.6 Daya Beda Soal Post-Test 56
Tabel 4.7 Data Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 57
Tabel 4.8 Data Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 59
Tabel 4.9 Ringkasan Rata-rata Nilai Pretes dan Postes Kedua Kelas 60
Tabel 4.10 Data Hasil Uji Normalitas 62
ix
DAFTAR BAGAN
Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : RPP I (Kelas Eksperimen) 71
Lampiran 2 : RPP I (Kelas Kontrol) 83
Lampiran 3 : RPP II (Kelas Eksperimen) 93
Lampiran 4 : RPP II (Kelas Kontrol) 104
Lampiran 5 : Lembar Aktifitas Siswa I 113
Lampiran 6 : Alternatif Penyelesaian LAS I 115
Lampiran 7 : Lembar Aktifitas Siswa II 116
Lampiran 8 : Alternatif Penyelesaian LAS II 119
Lampiran 9 : Kisi-kisi Pre Test 121
Lampiran 10 : Pre Test 122
Lampiran11 : Alternatif Penyelesaian Pre Test 124
Lampiran 12 : Teknik Penskoran Nilai Pre Test 126
Lampiran 13 : Lembar Validitas Pre Test 127
Lampiran 14 : Kisi-kisi Post Test 128
Lampiran 15 : Post Test 129
Lampiran 16 : Alternatif Penyelesaian Post Test 131
Lampiran 17 : Teknik Penskoran Nilai Post Test 133
Lampiran 18 : Lembar Validitas Post Test 134
Lampiran 19 : Hasil Tes Uji Coba Untuk Mencari Validitas dan
Reliabilitas Pre Test 135
Lampiran 20 : Perhitungan Validitas Pre Test 136
Lampiran 21 : Perhitungan Reliabilitas Pre Test 137
Lampiran 22 : Perhitungan Uji Coba Tes Untuk Tingkat Kesukaran
dan Daya Pembeda Pre Test 139
Lampiran 23: Hasil Tes Uji Coba Untuk Mencari Validitas dan
Reliabilitas Post Test 143
Lampiran 24 : Perhitungan Validitas Post Test 144
Lampiran 25 : Perhitungan Reliabilitas Post Test 145
xii
dan Daya Pembeda Post Test 147
Lampiran 27 : Data Hasil Belajar Siswa 151
Lampiran 28 :Data Selisih Postest dan Pretest Siswa Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol 153
Lampiran 29 : Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Standart
Deviasi Data Post Test Kelas Eksperimen 155
Lampiran 30 : Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Standart
Deviasi Data Pre Test Kelas Kontrol 157
Lampiran 31:Uji Normalitas Data Pretest dan Postest 159
Lampiran 32: Perhitungan Uji Homogenitas Data 164
Lampiran 33: Perhitungan Uji Hipotesis 167
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pada masa kini di seluruh dunia telah timbul pemikiran baru terhadap
status pendidikan.Pendidikan diterima dan dihayati sebagai kekayaan yang sangat
berharga dan benar-benar produktif (Kunandar,2011:9). Pendidikan adalah salah
satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat
perkembangan.Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah
hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya
kehidupan.Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu
terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan (Trianto,
2011 : 1).
Menurut John Dewey (dalam Syaiful, 2012 : 3) :
Pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual, maupun daya emosional atau perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya.
Pendidikan merupakan wadah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
aspek kehidupan yang sangat penting peranannya dalam upaya membina dan
membentuk manusia berkualitas tinggi. Sebab melalui pendidikan tercipta
sumberdaya manusia (SDM) yang mampu menghadapi perkembangan zaman
yang semakin maju.Kualitas SDM suatu bangsa secara umum dapat dilihat dari
mutu pendidikan bangsa tersebut.Sejarah telah membuktikan bahwa kemajuan dan
kejayaan suatu bangsa di dunia ditentukan oleh pembangunan di bidang
pendidikan (Kunandar,2011:8).
Pendidikan matematika merupakan bagian dari pendidikan.Matematika
merupakan salah satu bidang studi yang memegang peranan penting baik di dalam
kehidupan sehari-hari maupun di dunia pendidikan.Matematika merupakan bidang
2
SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa
belajar matematika.Cornelius (dalam Abdurrahman, 2009 : 253) mengemukakan :
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
matematika sangat penting untuk memajukan kehidupan bangsa. Namun
kenyataannya tidak sedikit siswa yang kurang memahami arti penting matematika
dalam kehidupan, sehingga siswa kurang berminat dan kurang termotivasi dalam
belajar matematika.Umumnya siswa menganggap bahwa pelajaran matematika
adalah pelajaran yang sangat sulit.Hal ini mengakibatkan hasil belajar rata-rata
siswa dalam mata pelajaran matematika masih rendah.
Hal ini sungguh sangat mengkhawatirkan mengingat pentingnya
matematika dalam dunia pendidikan, namun ternyata hasil belajar siswanya masih
tergolong rendah.Menurut Gagne (Agus Suprijono,2010:5) :
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap – sikap, apresiasi dan ketrampilan.
Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh seseorang setelah melakukan
kegiatan belajar.Hasil belajar tampak dari perubahan tingkah laku pada diri siswa,
yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan
keterampilan.Perubahan disini dapat diartikan terjadinya peningkatan dan
pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu.
Rendahnya hasil belajar matematika yang diperoleh oleh siswa,
merupakan suatu gambaran tersendiri yang menunjukkan bahwa proses
pembelajaran matematika masih kurang efektif. Sedangkan penyebab rendahnya
hasil belajar matematika, salah satunya adalah dalam proses kegiatan belajar
mengajar, pengajaran matematika disajikan dalam bentuk yang kurang menarik
3
mempelajarinya. Belajar matematika tidak hanya sekedar membaca sekaligus
menghafal rumus-rumusnya tetapi juga memahami konsep-konsep.Salah satu
materi pelajaran yang membutuhkan perhatian khusus adalah himpunan.Dalam
kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar, kita menemukan banyak kumpulan
atau himpunan. Namun, kenyataannya masih banyak siswa yang mengalami
kesulitan dalam mempelajari himpunan.Hal ini seperti yang dikemukakan oleh
Rosmika Sinaga S.Pd salah satu guru matematika di SMP Negeri 3 Balige melalui
wawancara pada tanggal 16 Januari 2014 menyatakan bahwa:
Siswa menganggap matematika itu sulit dan siswa terkadang tidak menyukai matematika karena cara mengajar guru yang monoton. Hasil belajar matematika siswa masih tergolong rendah.Siswa menganggap matematika pelajaran yang sulit sehingga siswa mengalami kesulitan untuk menyelesaikan masalah. Dalam himpunan, siswa mengalami kesulitan khususnya dalam mengerjakan operasi irisan dan gabungan pada himpunan, siswa juga terkadang sulit membedakan yang mana irisan himpunan dan yang mana gabungan himpunan, dan siswa juga kurang mampu memahami apa itu irisan, gabungan dan komplemen pada himpunan.Dalam pembelajaran, siswa yang aktif merespon pelajaran yang diberikan guru hanya sedikit, dimana sebagian besar siswa hanya pasif menerima apa yang diberikan guru saja.
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa salah satu penyebab
kesulitan anak mempelajari himpunan adalah karena anak tidak dilibatkan secara
langsung untuk menemukan sendiri konsep dari himpunan.Dimana sebagian besar
anak masih berada dalam tahap berpikir konkret sehingga anak masih mengalami
kesulitan dalam memahami konsep himpunan yang dipelajari bila tanpa
dijembatani dengan contoh konkretnya.
Siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep
tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan
konsep yang dimiliki.Pemahaman yang dimaksud ini adalah pemahaman siswa
terhadap dasar kualitatif dimana fakta-fakta saling berkaitan dengan
kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan tersebut dalam situasi
baru.Sebagian besar siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang
mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan
4
dengan benar mengakibatkan siswa tidak dapat mengembangkan konsep yang
dimiliki untuk menyelesaikan masalah, akhirnya siswa cenderung menghapal
rumus-rumus serta langkah-langkah penyelesaian yang diberikan secara langsung.
Salah satu penyebab siswa cenderung belajar pada tingkat hapalan adalah
ditentukan oleh metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak melibatkan
siswa berperan aktif dalam proses penemuan konsep.
Melihat kesulitan-kesulitan yang dialami siswa di atas, guru sebagai
pendidik memiliki peranan yang besar.Gurulah yang berada di garda terdepan
dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia.Guru berhadapan langsung
dengan para peserta didik di kelas melalui proses belajar mengajar.Di tangan
gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, skill
(keahlian), kematangan emosional, dan moral serta spiritual.Namun,
kenyataannya kebanyakan guru cenderung membuat siswanya tidak aktif dalam
proses belajar mengajar karena selalu mentransfer ilmu tanpa membiarkan siswa
menemukan sendiri.Menurut Arends (dalam Trianto 2011 : 7) :
“It is strange that we expect students to learn yet seldom teach then about learning, we expect student to solve problems yet seldom teach then about problem solving” yang berarti dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah.
Hal tersebut menjadi suatu tuntutan bagi para guru mengingat guru
adalah penanggung jawab utama dalam mengelola kelas. Keberhasilan guru dalam
pembelajaran akan ditunjukkan dengan keberhasilan para siswa yang bisa
diindikasikan dengan hasil belajar. Lebih lanjut Slameto (2010:65) menyatakan peran sentral tersebut harus diperhatikan karena “Metode mengajar guru yang kurang baik akan memengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula”.Sejalan dengan pendapat tersebut, Sanjaya (2010:52) menyatakan bahwa:
5
proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru.
Guru harus meninggalkan paradigma mengajar yang lama yang lebih
menekankan pada pengetahuan dan siswa yang teratur untuk datang, diam, duduk,
catat, dan hafal sebagaimana yang dinyatakan oleh Lie (2010:3) bahwa:
Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah.Kita tidak bisa lagi mempertahankan paragdima lama bahwa jika seseorang mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam suatu bidang, dia pasti dapat mengajar.Banyak guru masih menganggap paradigma lama ini satu-satunya alternatif. Mereka mengajar dengan metode ceramah mengharapkan siswa Duduk, Diam, Dengar, Catat dan Hafal (3DCH) serta mengadu siswa satu sama lain.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru harus bijaksana dalam
menentukan suatu model yang sesuai yang dapat menciptakan situasi dan kondisi
yang kondusif agar proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan
tujuan yang diharapkan dan siswa bisa menjadi lebih aktif.Inovasi yang menarik
adalah menemukan dan menerapkan model-model pembelajaran
inovatif-progresif yang dengan tepat mampu mengembangkan dan menggali pengetahuan
peserta didik secara konkret dan mandiri.Dengan demikian, proses pembelajaran
akan lebih variatif dan inovatif dalam merekonstruksi wawasan pengetahuan dan
implementasinya sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta
didik.
Penyebab masih rendahnya keterampilan berpikir kreatif siswa tersebut
antara lain pembelajaran yang belum memberdayakan kemampuan berpikir kreatif
siswa, oleh sebab itu diperlukan suatu pola pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Salah satu model pengajaran
yang menggunakan kemampuan berpikir adalah pembelajaran berbasis masalah
(Purnamaningrum, 2012 : 31). Model pembelajaran berbasis masalah adalah salah
satu model pembelajaran yang dapat membantu siswa mengembangkan
kemampuan berpikir dan memecahkan masalah.Ciri-ciri model pembelajaran
berbasis masalah sebagai berikut :pengajuan pertanyaan atau masalah, berfokus
pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, menghasilkan produk dan
6
Dalam model pembelajaran berbasis masalah fokus pembelajaran ada pada
masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang
berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan
masalah tersebut (Jusuf dan Saputra, 2009 : 62).
Di sisi lain dalam proses belajar mengajar yang berlangsung di objek
penelitian, guru tersebut juga tidak memungkiri bahwa model pembelajaran
langsung yang sering diterapkan yaitu dalam bentuk ceramah. Ciri-ciri model
pembelajaran langsung antara lain: bersifat teacher center dan dirasa kurang bisa
meningkatkan keaktifan siswa karena pada model pembelajaran langsung, pihak
yang paling aktif adalah guru. Walaupun demikian guru tersebut mengatakan
pembelajaran langsung berperan besar dalam penyampaian materi yang akan sulit
dipahami jika siswa disuruh belajar sendiri.
Model pembelajaran langsung bukanlah model pembelajaran yang buruk.
Model ini akan terkesan buruk apabila pusat pembelajaran yaitu guru bersifat
membosankan dan tidak menarik.
Karena model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran
langsung memiliki ciri-ciri dan sintaks yang berbeda, maka peneliti ingin
mengetahui perbedaan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan
model pembelajaran berbasis masalah dengan model pembelajaran langsung
sehingga peneliti mengambil penelitian yang berjudul : “Perbedaan Hasil Belajar Antara Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Model Pembelajaran Langsung pada Materi Pokok Himpunan bagi Siswa Kelas VII di SMP Negeri 3 Balige T.A. 2014/2015.”
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah
2. Pembelajaran belum menerapkan model pembelajaran aktif
3. Siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran
7
1.3.Batasan Masalah
Untuk memfokuskan permasalahan dengan menghindari interpretasi yang
meluas, maka permasalahan dibatasi hanya pada perbedaan hasil belajar siswa
dengan model pembelajaran berbasis masalah dengan model pembelajaran
langsung pada materi pokok himpunan bagi siswa kelas VII di SMP Negeri 3
Balige T.A. 2014/2015.
1.4.Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah yang akan diteliti
adalah : Apakah hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah lebih tinggi daripada model pembelajaran langsung pada materi
pokok himpunan bagi siswa kelas VII di SMP Negeri 3 Balige T.A. 2014/2015?
1.5.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada model pembelajaran
langsung pada materi pokok himpunan bagi siswa kelas VII di SMP Negeri 3
Balige T.A. 2014/2015.
1.6. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan akan
memberi manfaat sebagai berikut:
1. Bagi siswa diharapkan mampu mengembangkan kemampuan berpikir,
pemecahan masalah dan meningkatkan aktivitas belajar.
2. Sebagai bekal bagi calon guru untuk mempersiapkan diri menjadi guru
yang mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.
3. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi guru matematika
8
1.7.Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa dari aktivitas belajar,
dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai yang diperoleh dari hasil tes
belajar.
2. Pembelajaran berbasis masalah (Problem based learning) adalah suatu
model pembelajaran yang berdasarkan masalah fokus pembelajaran ada
pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari
konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah
untuk memecahkan masalah tersebut.
3. Pembelajaran langsung (Direct instruction)merupakan pembelajaran yang
dirancang khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang
pengetahuan prosedural dan pengetahuan terstruktur secara baik dan dapat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan analisis pengolahan data,
maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan
model pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada hasil belajar matematika
dengan model pembelajaran langsung pada materi pokok himpunan bagi siswa kelas
VII di SMP Negeri 3 Balige Tahun Ajaran 2014/2015.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan
adalah:
1. Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang perlu
diperhatikan oleh pendidik dan perlu ditindaklanjuti dalam pelaksanaannya di
sekolah, karena model ini mampu meningkatkan hasil belajar.
2. Dalam proses belajar-mengajar guru juga harus memperhatikan materi yang
diajarkan harus sesuai dengan model yang digunakan oleh guru sehingga
tujuan dari pembelajaran bisa tercapai dengan baik dan maksimal.
3. Peneliti lain perlu meneliti lebih lanjut dengan menggunakan model
pembelajaran ini dengan materi pokok yang lain agar dapat dijadikan sebagai
studi perbandingan bagi guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
69
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.
Akhmad. 2011. Model Pembelajaran Langsung.
(http://akhmadsudjat.wordpress.com/2011/01/27/model-pembelajaran-langsung/, 20 Februari 2014)
Cunayah, Cucun, (2008), Pelajaran Matematika untuk SMP/MTs Kelas VII, Yrama Widya, Bandung.
Djamarah, Syaiful.B., (2006), Strategi Belajar Mengajar, Rhineka Cipta, Jakarta.
Fadly, Aditiya. 2012. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL), Jurnal Penelitian Kependidikan,Vol 1: 1-15.
Hamalik,O., (2001), Proses Belajar Mengajar, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Universitas Negeri Malang, Malang.
Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.
Jusuf, K dan Saputra, H.A., (2009), Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Langsung dengan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Jurnal Pendidikan Ekonomi, Vol 1.
Lie, A, (2010), Cooperatif Learning Mempraktekkan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas, Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Nining. 2010. Model Pembelajaran Langsung atau Direct Instruction. (http://www.papantulisku.com/2010/04/model-pembelajaran-langsung-direct-atau.html, 20 Februari 2014)
Purnamaningrum, Arifah. 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Melalui Problem Based Learning Pada Pembelajaran Matematika Siswa kelas VII SMP Negeri 3 Surakarta Tahun Pembelajaran 2011/2012, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 1: 1-13
70
Sanjaya, Wina, (2010), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidika, Penerbit Prenada, Jakarta.
Sardiman, (2011), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Penerbit RajaGrafindo Persada , Jakarta.
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.
Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Edisi Keenam, Penerbit Tarsito, Bandung.
Suprijono, Agus, (2010), Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi Paikem, Pustaka Belajar, Yogyakarta.