• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA MATERI POKOK HIMPUNAN BAGI SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 3 BALIGE TAHUN AJARAN 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA MATERI POKOK HIMPUNAN BAGI SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 3 BALIGE TAHUN AJARAN 2014/2015."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN

LANGSUNG PADA MATERI POKOK HIMPUNAN BAGI SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 3 BALIGE

T A H U N A J A R A N 2 0 1 4 / 2 0 1 5

Oleh :

Etrika Tio Simanjuntak NIM. 4103111028

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang luar

biasa sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul

“Perbandingan Hasil Belajar Antara Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Model Pembelajaran Langsung pada Pokok Bahasan Himpunan bagi

Siswa Kelas VII di SMP Negeri 3 Balige T.A. 2014/2015”. Skripsi ini disusun

untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan

matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Medan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada

Prof.Dr.Pargaulan Siagian, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini,

Bapak Drs. S. Siahaan, M.Pd, Ibu Dra. Hamidah Nasution, M.Si, dan Bapak Drs.

Zul Amry, M.Si, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran mulai dari

perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini, Bapak Drs.

Togi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik dan kepada seluruh Bapak dan

Ibu dosen serta staf pegawai jurusan Matematika Fakultas Ilmu Pengetahuan

Alam dan Matematika Universitas Negeri Medan.

Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Rektor UNIMED Prof. Dr. Ibnu

Hajar, MS beserta seluruh Pembantu Rektor sebagai pimpinan UNIMED, Bapak

Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED beserta Pembantu

Dekan I, II, dan III di lingkungan UNIMED, Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku

Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku Ketua Program

Studi Jurusan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris

Jurusan Matematika.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Firman

Simanjuntak, S.Pd selaku Kepala Sekolah yang telah memberikan izin kepada

penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah SMP Negeri 3 Balige. Ucapan

terima kasih juga kepada Ibu Rosmika Sinaga, S.Pd selaku guru bidang studi

(4)

v

Teristimewa rasa terima kasih penulis sampaikan kepada Ayahanda Ir.

Gero Simanjuntak dan Ibunda tercinta Resli Situmorang, S.Pd yang selalu

mendukung, mendoakan, dan memberi semangat kepada penulis hingga skripsi ini

selesai. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Abangku tersayang Rian

Falam Simanjuntak, Adikku tersayang Try Artha Simanjuntak, dan Wahyuni

Rizky Simanjuntak yang selalu memberikan dukungan dan doa.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Michael Haratua

Rajagukguk yang selalu setia menemani dan memberi dukungan, sahabat penulis

Frilli L.A. Saragi, Melda M.S. Marpaung, Enny Simatupang, Indah Purba,

Hardtaty Silaban, Ika Simanjuntak, Nunut Simanjuntak yang selalu memberikan

semangat, nasehat, dan motivasi sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dan

teman-teman lainnya di jurusan matematika khususnya kelas dik B reguler 2010

yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan

skripsi ini, teman-teman PPLT SMK Negeri 1 Pematangsiantar, beserta semua

pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi semangat dan

bantuan kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan

skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi

maupun bahasa, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini

bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan matematika.

Medan, September 2014

Penulis,

Etrika Tio Simanjuntak

(5)

iii

PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN

LANGSUNG PADA MATERI POKOK HIMPUNAN BAGI SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 3 BALIGE

TAHUN AJARAN 2014/2015 Etrika Tio Simanjuntak (4103111028)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada model pembelajaran langsung pada materi pokok himpunan bagi siswa kelas VII di SMP Negeri 3 Balige T.A. 2014/2015.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu dengan menggunakan pre-test and post-test group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Balige T.A. 2014/2015. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini ada dua kelas, yaitu kelas VII-A sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 26 siswa dan kelas VII-B sebagai kelas kontrol dengan jumlah 28 siswa.

Instrumen yang digunakan adalah tes (pretest dan posttest) yang berbentuk essay test (uraian) masing-masing sebanyak 3 soal. Sebelum tes diberikan kepada siswa (sampel), terlebih dahulu tes divalidkan oleh 2 orang dosen dan 1 orang guru dan dinyatakan valid. Hasil Uji validitas dengan rtabel = 0,388 diperoleh bahwa pada soal pre test terdapat 3 soal valid dari 3 soal dan untuk soal post test terdapat 3 soal valid dari 3 soal. Dan hasil uji reliabilitas soal pre test diperoleh sebesar 0,846 sedangkan pada soal post test diperoleh sebesar 0,750.

Dari hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen adalah 77,92 dan pada kelas kontrol adalah 75. Dari perhitungan uji normalitas data pretest kelas eksperimen diperoleh Lhitung < Ltabel (0,1314 < 0,173) dan data pretest kelas kontrol Lhitung < Ltabel (0,1284 < 0,173) sedangkan pada posttest kelas eksperimen diperoleh Lhitung < Ltabel (0,164 < 0,173) dan data posttest kelas kontrol Lhitung < Ltabel (0,1077 < 0,173) sehingga disimpulkan bahwa kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dari perhitungan uji homogenitas data pretest diperoleh Fhitung = 1,20 dan Ftabel = 1,97 sedangkan pada posttest diperoleh Fhitung = 1,17 dan Ftabel = 1,97 maka Fhitung < Ftabel sehingga dapat disimpulkan kedua sampel berasal dari populasi yang homogen.

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Daftar Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Bagan ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah 1

1.2Identifikasi Masalah 6

1.3Batasan Masalah 7

1.4Rumusan masalah 7

1.5Tujuan penelitian 7

1.6Manfaat Penelitian 7

1.7Definisi Operasional 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis 9

2.1.1.Pengertian Belajar 9

2.1.2.Belajar Mengajar Matematika 10

2.1.3.Pembelajaran Matematika 11

2.1.4.Hasil Belajar Matematika 14

2.1.5.Model Pembelajaran Berbasis Masalah 15

2.1.5.1.Istilah dan Pengertian 15

2.1.5.2.Ciri-ciri Khusus Pembelajaran Berbasis Masalah 17

(7)

vii

2.1.5.4.Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah 19

2.1.5.5.Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran 20

Berbasis Masalah

2.1.6.Model Pembelajaran Langsung 21

2.1.6.1.Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran 23

Langsung

2.1.7.Perbedaan Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran 24

Langsung

2.2. Himpunan 25

2.3. Penelitian yang Relevan 32

2.4. Kerangka Konseptual 33

2.5. Hipotesis Penelitian 36

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 37

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 37

3.2.1.Populasi Penelitian 37

3.2.2.Sampel Penelitian 37

3.3.Variabel Penelitian 38

3.4.Jenis Penelitian 38

3.5.Desain Penelitian 38

3.6.Prosedur Penelitian 40

3.7.Instrumen Penelitian 43

3.7.1.Validitas Tes 43

3.7.2.Reliabilitas Tes 45

3.7.3.Tingkat Kesukaran Soal 45

3.7.4.Daya Pembeda Tes 46

3.8.Teknik Analisis Data 47

3.8.1.Menghitung Rata-rata Skor 47

3.8.2.Menghitung Standard Deviasi 47

(8)

viii

3.8.4.Uji Homogenitas 48

3.8.5.Analisis Pengujian Hipotesis 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Butir Soal 51

4.1.1. Analisis Butir Soal Pre-Test 51

4.1.1.1. Uji Validitas Soal Pre-Test 51

4.1.1.2. Uji Reliabilitas Soal Pre-Test 52

4.1.1.3. Tingkat Kesukaran Soal Pre-Test 52

4.1.1.4. Daya Beda Soal Pre-Test 53

4.1.2. Analisis Butir Soal Post-Test 54

4.1.2.1. Uji Validitas Soal Post-Test 54

4.1.2.2. Uji Reliabilitas Soal Post-Test 55

4.1.2.3. Tingkat Kesukaran Soal Post-Test 55

4.1.2.4. Daya Beda Soal Post-Test 56

4.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian 57

4.2.1 Nilai Pretes Siswa 57

4.2.2 Nilai Postes Siswa 58

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian 61

4.4 Teknik Analisis Data 62

4.4.1 Uji Normalitas 62

4.4.2 Uji Homogenitas 62

4.4.3 Pengujian Hipotesis 63

4.5 Diskusi Hasil Penelitian 63

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 68

5.2 Saran 68

(9)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah 19

Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Langsung 22

Tabel 2.3 Perbedaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan

Pembelajaran Langsung 24

Tabel 2.4 Keunggulan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

dan Model Pembelajaran Langsung 34

Tabel 2.5 Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

dan Model Pembelajaran Langsung 35

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian 38

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Soal Pre-Test 51

Tabel 4.2 Tingkat Kesukaran Soal Pre-Test 52

Tabel 4.3 Daya Beda Soal Pre-Test 53

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Soal Post-Test 54

Tabel 4.5 Tingkat Kesukaran Soal Post-Test 55

Tabel 4.6 Daya Beda Soal Post-Test 56

Tabel 4.7 Data Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 57

Tabel 4.8 Data Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 59

Tabel 4.9 Ringkasan Rata-rata Nilai Pretes dan Postes Kedua Kelas 60

Tabel 4.10 Data Hasil Uji Normalitas 62

(10)

ix

DAFTAR BAGAN

Halaman

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : RPP I (Kelas Eksperimen) 71

Lampiran 2 : RPP I (Kelas Kontrol) 83

Lampiran 3 : RPP II (Kelas Eksperimen) 93

Lampiran 4 : RPP II (Kelas Kontrol) 104

Lampiran 5 : Lembar Aktifitas Siswa I 113

Lampiran 6 : Alternatif Penyelesaian LAS I 115

Lampiran 7 : Lembar Aktifitas Siswa II 116

Lampiran 8 : Alternatif Penyelesaian LAS II 119

Lampiran 9 : Kisi-kisi Pre Test 121

Lampiran 10 : Pre Test 122

Lampiran11 : Alternatif Penyelesaian Pre Test 124

Lampiran 12 : Teknik Penskoran Nilai Pre Test 126

Lampiran 13 : Lembar Validitas Pre Test 127

Lampiran 14 : Kisi-kisi Post Test 128

Lampiran 15 : Post Test 129

Lampiran 16 : Alternatif Penyelesaian Post Test 131

Lampiran 17 : Teknik Penskoran Nilai Post Test 133

Lampiran 18 : Lembar Validitas Post Test 134

Lampiran 19 : Hasil Tes Uji Coba Untuk Mencari Validitas dan

Reliabilitas Pre Test 135

Lampiran 20 : Perhitungan Validitas Pre Test 136

Lampiran 21 : Perhitungan Reliabilitas Pre Test 137

Lampiran 22 : Perhitungan Uji Coba Tes Untuk Tingkat Kesukaran

dan Daya Pembeda Pre Test 139

Lampiran 23: Hasil Tes Uji Coba Untuk Mencari Validitas dan

Reliabilitas Post Test 143

Lampiran 24 : Perhitungan Validitas Post Test 144

Lampiran 25 : Perhitungan Reliabilitas Post Test 145

(12)

xii

dan Daya Pembeda Post Test 147

Lampiran 27 : Data Hasil Belajar Siswa 151

Lampiran 28 :Data Selisih Postest dan Pretest Siswa Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol 153

Lampiran 29 : Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Standart

Deviasi Data Post Test Kelas Eksperimen 155

Lampiran 30 : Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Standart

Deviasi Data Pre Test Kelas Kontrol 157

Lampiran 31:Uji Normalitas Data Pretest dan Postest 159

Lampiran 32: Perhitungan Uji Homogenitas Data 164

Lampiran 33: Perhitungan Uji Hipotesis 167

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pada masa kini di seluruh dunia telah timbul pemikiran baru terhadap

status pendidikan.Pendidikan diterima dan dihayati sebagai kekayaan yang sangat

berharga dan benar-benar produktif (Kunandar,2011:9). Pendidikan adalah salah

satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat

perkembangan.Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah

hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya

kehidupan.Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu

terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan (Trianto,

2011 : 1).

Menurut John Dewey (dalam Syaiful, 2012 : 3) :

Pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual, maupun daya emosional atau perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya.

Pendidikan merupakan wadah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

aspek kehidupan yang sangat penting peranannya dalam upaya membina dan

membentuk manusia berkualitas tinggi. Sebab melalui pendidikan tercipta

sumberdaya manusia (SDM) yang mampu menghadapi perkembangan zaman

yang semakin maju.Kualitas SDM suatu bangsa secara umum dapat dilihat dari

mutu pendidikan bangsa tersebut.Sejarah telah membuktikan bahwa kemajuan dan

kejayaan suatu bangsa di dunia ditentukan oleh pembangunan di bidang

pendidikan (Kunandar,2011:8).

Pendidikan matematika merupakan bagian dari pendidikan.Matematika

merupakan salah satu bidang studi yang memegang peranan penting baik di dalam

kehidupan sehari-hari maupun di dunia pendidikan.Matematika merupakan bidang

(14)

2

SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa

belajar matematika.Cornelius (dalam Abdurrahman, 2009 : 253) mengemukakan :

Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

matematika sangat penting untuk memajukan kehidupan bangsa. Namun

kenyataannya tidak sedikit siswa yang kurang memahami arti penting matematika

dalam kehidupan, sehingga siswa kurang berminat dan kurang termotivasi dalam

belajar matematika.Umumnya siswa menganggap bahwa pelajaran matematika

adalah pelajaran yang sangat sulit.Hal ini mengakibatkan hasil belajar rata-rata

siswa dalam mata pelajaran matematika masih rendah.

Hal ini sungguh sangat mengkhawatirkan mengingat pentingnya

matematika dalam dunia pendidikan, namun ternyata hasil belajar siswanya masih

tergolong rendah.Menurut Gagne (Agus Suprijono,2010:5) :

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,nilai-nilai, pengertian-pengertian,

sikap – sikap, apresiasi dan ketrampilan.

Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh seseorang setelah melakukan

kegiatan belajar.Hasil belajar tampak dari perubahan tingkah laku pada diri siswa,

yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan

keterampilan.Perubahan disini dapat diartikan terjadinya peningkatan dan

pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari

tidak tahu menjadi tahu.

Rendahnya hasil belajar matematika yang diperoleh oleh siswa,

merupakan suatu gambaran tersendiri yang menunjukkan bahwa proses

pembelajaran matematika masih kurang efektif. Sedangkan penyebab rendahnya

hasil belajar matematika, salah satunya adalah dalam proses kegiatan belajar

mengajar, pengajaran matematika disajikan dalam bentuk yang kurang menarik

(15)

3

mempelajarinya. Belajar matematika tidak hanya sekedar membaca sekaligus

menghafal rumus-rumusnya tetapi juga memahami konsep-konsep.Salah satu

materi pelajaran yang membutuhkan perhatian khusus adalah himpunan.Dalam

kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar, kita menemukan banyak kumpulan

atau himpunan. Namun, kenyataannya masih banyak siswa yang mengalami

kesulitan dalam mempelajari himpunan.Hal ini seperti yang dikemukakan oleh

Rosmika Sinaga S.Pd salah satu guru matematika di SMP Negeri 3 Balige melalui

wawancara pada tanggal 16 Januari 2014 menyatakan bahwa:

Siswa menganggap matematika itu sulit dan siswa terkadang tidak menyukai matematika karena cara mengajar guru yang monoton. Hasil belajar matematika siswa masih tergolong rendah.Siswa menganggap matematika pelajaran yang sulit sehingga siswa mengalami kesulitan untuk menyelesaikan masalah. Dalam himpunan, siswa mengalami kesulitan khususnya dalam mengerjakan operasi irisan dan gabungan pada himpunan, siswa juga terkadang sulit membedakan yang mana irisan himpunan dan yang mana gabungan himpunan, dan siswa juga kurang mampu memahami apa itu irisan, gabungan dan komplemen pada himpunan.Dalam pembelajaran, siswa yang aktif merespon pelajaran yang diberikan guru hanya sedikit, dimana sebagian besar siswa hanya pasif menerima apa yang diberikan guru saja.

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa salah satu penyebab

kesulitan anak mempelajari himpunan adalah karena anak tidak dilibatkan secara

langsung untuk menemukan sendiri konsep dari himpunan.Dimana sebagian besar

anak masih berada dalam tahap berpikir konkret sehingga anak masih mengalami

kesulitan dalam memahami konsep himpunan yang dipelajari bila tanpa

dijembatani dengan contoh konkretnya.

Siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep

tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan

konsep yang dimiliki.Pemahaman yang dimaksud ini adalah pemahaman siswa

terhadap dasar kualitatif dimana fakta-fakta saling berkaitan dengan

kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan tersebut dalam situasi

baru.Sebagian besar siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang

mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan

(16)

4

dengan benar mengakibatkan siswa tidak dapat mengembangkan konsep yang

dimiliki untuk menyelesaikan masalah, akhirnya siswa cenderung menghapal

rumus-rumus serta langkah-langkah penyelesaian yang diberikan secara langsung.

Salah satu penyebab siswa cenderung belajar pada tingkat hapalan adalah

ditentukan oleh metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak melibatkan

siswa berperan aktif dalam proses penemuan konsep.

Melihat kesulitan-kesulitan yang dialami siswa di atas, guru sebagai

pendidik memiliki peranan yang besar.Gurulah yang berada di garda terdepan

dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia.Guru berhadapan langsung

dengan para peserta didik di kelas melalui proses belajar mengajar.Di tangan

gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, skill

(keahlian), kematangan emosional, dan moral serta spiritual.Namun,

kenyataannya kebanyakan guru cenderung membuat siswanya tidak aktif dalam

proses belajar mengajar karena selalu mentransfer ilmu tanpa membiarkan siswa

menemukan sendiri.Menurut Arends (dalam Trianto 2011 : 7) :

“It is strange that we expect students to learn yet seldom teach then about learning, we expect student to solve problems yet seldom teach then about problem solving” yang berarti dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah.

Hal tersebut menjadi suatu tuntutan bagi para guru mengingat guru

adalah penanggung jawab utama dalam mengelola kelas. Keberhasilan guru dalam

pembelajaran akan ditunjukkan dengan keberhasilan para siswa yang bisa

diindikasikan dengan hasil belajar. Lebih lanjut Slameto (2010:65) menyatakan peran sentral tersebut harus diperhatikan karena “Metode mengajar guru yang kurang baik akan memengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula”.Sejalan dengan pendapat tersebut, Sanjaya (2010:52) menyatakan bahwa:

(17)

5

proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru.

Guru harus meninggalkan paradigma mengajar yang lama yang lebih

menekankan pada pengetahuan dan siswa yang teratur untuk datang, diam, duduk,

catat, dan hafal sebagaimana yang dinyatakan oleh Lie (2010:3) bahwa:

Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah.Kita tidak bisa lagi mempertahankan paragdima lama bahwa jika seseorang mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam suatu bidang, dia pasti dapat mengajar.Banyak guru masih menganggap paradigma lama ini satu-satunya alternatif. Mereka mengajar dengan metode ceramah mengharapkan siswa Duduk, Diam, Dengar, Catat dan Hafal (3DCH) serta mengadu siswa satu sama lain.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru harus bijaksana dalam

menentukan suatu model yang sesuai yang dapat menciptakan situasi dan kondisi

yang kondusif agar proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan

tujuan yang diharapkan dan siswa bisa menjadi lebih aktif.Inovasi yang menarik

adalah menemukan dan menerapkan model-model pembelajaran

inovatif-progresif yang dengan tepat mampu mengembangkan dan menggali pengetahuan

peserta didik secara konkret dan mandiri.Dengan demikian, proses pembelajaran

akan lebih variatif dan inovatif dalam merekonstruksi wawasan pengetahuan dan

implementasinya sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta

didik.

Penyebab masih rendahnya keterampilan berpikir kreatif siswa tersebut

antara lain pembelajaran yang belum memberdayakan kemampuan berpikir kreatif

siswa, oleh sebab itu diperlukan suatu pola pembelajaran yang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Salah satu model pengajaran

yang menggunakan kemampuan berpikir adalah pembelajaran berbasis masalah

(Purnamaningrum, 2012 : 31). Model pembelajaran berbasis masalah adalah salah

satu model pembelajaran yang dapat membantu siswa mengembangkan

kemampuan berpikir dan memecahkan masalah.Ciri-ciri model pembelajaran

berbasis masalah sebagai berikut :pengajuan pertanyaan atau masalah, berfokus

pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, menghasilkan produk dan

(18)

6

Dalam model pembelajaran berbasis masalah fokus pembelajaran ada pada

masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang

berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan

masalah tersebut (Jusuf dan Saputra, 2009 : 62).

Di sisi lain dalam proses belajar mengajar yang berlangsung di objek

penelitian, guru tersebut juga tidak memungkiri bahwa model pembelajaran

langsung yang sering diterapkan yaitu dalam bentuk ceramah. Ciri-ciri model

pembelajaran langsung antara lain: bersifat teacher center dan dirasa kurang bisa

meningkatkan keaktifan siswa karena pada model pembelajaran langsung, pihak

yang paling aktif adalah guru. Walaupun demikian guru tersebut mengatakan

pembelajaran langsung berperan besar dalam penyampaian materi yang akan sulit

dipahami jika siswa disuruh belajar sendiri.

Model pembelajaran langsung bukanlah model pembelajaran yang buruk.

Model ini akan terkesan buruk apabila pusat pembelajaran yaitu guru bersifat

membosankan dan tidak menarik.

Karena model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran

langsung memiliki ciri-ciri dan sintaks yang berbeda, maka peneliti ingin

mengetahui perbedaan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan

model pembelajaran berbasis masalah dengan model pembelajaran langsung

sehingga peneliti mengambil penelitian yang berjudul : “Perbedaan Hasil Belajar Antara Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Model Pembelajaran Langsung pada Materi Pokok Himpunan bagi Siswa Kelas VII di SMP Negeri 3 Balige T.A. 2014/2015.”

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah

2. Pembelajaran belum menerapkan model pembelajaran aktif

3. Siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran

(19)

7

1.3.Batasan Masalah

Untuk memfokuskan permasalahan dengan menghindari interpretasi yang

meluas, maka permasalahan dibatasi hanya pada perbedaan hasil belajar siswa

dengan model pembelajaran berbasis masalah dengan model pembelajaran

langsung pada materi pokok himpunan bagi siswa kelas VII di SMP Negeri 3

Balige T.A. 2014/2015.

1.4.Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah yang akan diteliti

adalah : Apakah hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran

berbasis masalah lebih tinggi daripada model pembelajaran langsung pada materi

pokok himpunan bagi siswa kelas VII di SMP Negeri 3 Balige T.A. 2014/2015?

1.5.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa dengan menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada model pembelajaran

langsung pada materi pokok himpunan bagi siswa kelas VII di SMP Negeri 3

Balige T.A. 2014/2015.

1.6. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan akan

memberi manfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa diharapkan mampu mengembangkan kemampuan berpikir,

pemecahan masalah dan meningkatkan aktivitas belajar.

2. Sebagai bekal bagi calon guru untuk mempersiapkan diri menjadi guru

yang mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.

3. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi guru matematika

(20)

8

1.7.Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa dari aktivitas belajar,

dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai yang diperoleh dari hasil tes

belajar.

2. Pembelajaran berbasis masalah (Problem based learning) adalah suatu

model pembelajaran yang berdasarkan masalah fokus pembelajaran ada

pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari

konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah

untuk memecahkan masalah tersebut.

3. Pembelajaran langsung (Direct instruction)merupakan pembelajaran yang

dirancang khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang

pengetahuan prosedural dan pengetahuan terstruktur secara baik dan dapat

(21)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan analisis pengolahan data,

maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan

model pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada hasil belajar matematika

dengan model pembelajaran langsung pada materi pokok himpunan bagi siswa kelas

VII di SMP Negeri 3 Balige Tahun Ajaran 2014/2015.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan

adalah:

1. Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang perlu

diperhatikan oleh pendidik dan perlu ditindaklanjuti dalam pelaksanaannya di

sekolah, karena model ini mampu meningkatkan hasil belajar.

2. Dalam proses belajar-mengajar guru juga harus memperhatikan materi yang

diajarkan harus sesuai dengan model yang digunakan oleh guru sehingga

tujuan dari pembelajaran bisa tercapai dengan baik dan maksimal.

3. Peneliti lain perlu meneliti lebih lanjut dengan menggunakan model

pembelajaran ini dengan materi pokok yang lain agar dapat dijadikan sebagai

studi perbandingan bagi guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran

(22)

69

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Akhmad. 2011. Model Pembelajaran Langsung.

(http://akhmadsudjat.wordpress.com/2011/01/27/model-pembelajaran-langsung/, 20 Februari 2014)

Cunayah, Cucun, (2008), Pelajaran Matematika untuk SMP/MTs Kelas VII, Yrama Widya, Bandung.

Djamarah, Syaiful.B., (2006), Strategi Belajar Mengajar, Rhineka Cipta, Jakarta.

Fadly, Aditiya. 2012. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL), Jurnal Penelitian Kependidikan,Vol 1: 1-15.

Hamalik,O., (2001), Proses Belajar Mengajar, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Universitas Negeri Malang, Malang.

Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.

Jusuf, K dan Saputra, H.A., (2009), Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Langsung dengan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Jurnal Pendidikan Ekonomi, Vol 1.

Lie, A, (2010), Cooperatif Learning Mempraktekkan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas, Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Nining. 2010. Model Pembelajaran Langsung atau Direct Instruction. (http://www.papantulisku.com/2010/04/model-pembelajaran-langsung-direct-atau.html, 20 Februari 2014)

Purnamaningrum, Arifah. 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Melalui Problem Based Learning Pada Pembelajaran Matematika Siswa kelas VII SMP Negeri 3 Surakarta Tahun Pembelajaran 2011/2012, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 1: 1-13

(23)

70

Sanjaya, Wina, (2010), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidika, Penerbit Prenada, Jakarta.

Sardiman, (2011), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Penerbit RajaGrafindo Persada , Jakarta.

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Edisi Keenam, Penerbit Tarsito, Bandung.

Suprijono, Agus, (2010), Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi Paikem, Pustaka Belajar, Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Kandungan bakteri heterotrofik menunjukkan bahwa di lokasi penelitian perairan Selat Buton lebih tinggi bila dibandingkan dengan Selat Kabaena, Selat Muna,

ROTOR TERHADAP TEGANGAN DAN FREKUENSI GENERATOR INDUKSI”, Untuk melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana Strata 1 pada Jurusan Elektro Fakultas teknik

Untuk meningkatkan mutu layanan PAUD, salah satu program yang digulirkan Direktorat Pembinaan PAUD adalah Apresiasi Gugus PAUD Berprestasi Tingkat Nasional Tahun

Bagaimana cara melakukan pengontrolan peralatan dari jarak jauh yang bis a diakses setiap saat dan dimana saja, sehingga dapat meningkatkan efisiensi. Bagaimana merancang

Indonesia dengan Model Mind Mapping pada Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah. I

Metode pemilihan informan menggunakan purposive sampling yaitu wawancara dengan Kepala Seksi Bidang Penyelenggaraan, Kepala Seksi Bidang Program, Staff Kios 3 In 1

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi ilmiah mengenai dinamika aktivitas cacing tanah Ponthoscolex corethrurus pada berbagai kondisi lengas tanah dan

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KOMITMEN TUJUAN.. SEBAGAI VARIABEL