• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Risiko Produksi Ayam Broiler di Kecamatan Ciampea

Ayam broiler merupakan jenis hewan ternak yang memiliki prosepek baik untuk dilakukan budidaya pembesaran, hal tersebut dikarenakan waktu pemeliharaan relatif singkat bila diabandingkan dengan hewan ternak lainnya. Hal ini yang menjadi alasan banyak peternak yang membudidayakan ayam broiler.

Akan tetapi dalam melakukan budidaya ayam broiler, para peternak menghadapi berbagai macam risiko, salah satunya yaitu risiko produksi. Adanya gap antara produksi aktual dan produksi yang diharapkan pada produksi ayam broiler menjadi salah satu ciri bahwa terjadi risiko produksi. Hal tersebut yang dialami oleh beberapa petani di Kecamatan Ciampea. Indikasi lain yang dapat menjadikan peternakan ayam broiler menghadapi suatu risiko yaitu adanya fluktuasi produksi, berikut gambar hasil produksi pada peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea.

Gambar 8 Fluktuasi rata-rata produksi ayam broiler bulan Januari 2012 hingga Desember 2012

Berdasarkan Gambar 8, bahwa rata-rata produksi diambil dari 20 responden peternak ayam broiler di Kecamatan Ciampea ayam broiler di Kecamatan Ciampea mengalami ketidakstabilan, dimana pada periode keempat mengalami hasil yang cukup baik yaitu 95.5%, sedangkan pada periode keenam yaitu pada bulan November hingga Desember tahun 2012 mengalami hasil produksi yang kurang maksimal yaitu 92.7%. hal ini merupakan terjadi fluktuasi hasil produksi ayam broiler di Kecamatan Ciampea pada tahun 2012.

Selain adanya flutuasi produksi, indikasi adanya risiko produksi pada usaha peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea yaitu adanya gap antara hasil

93.7% 95.1% 95.2% 95.5% 94.3% 92.7% 91.0% 91.5% 92.0% 92.5% 93.0% 93.5% 94.0% 94.5% 95.0% 95.5% 96.0%

produksi yang diharapkan dengan hasil produksi aktual. Berikut rata-rata produksi dari 20 petani di Kecamatan Ciampea dan nilai tertinggi dan terendah survival rate ayam broiler di Kecamatan Ciampea.

Tabel 11 Survival rate ayam broiler di Kecamatan Ciampea Januari 2012 hingga Desember 2012.

Rata-rata Nilai tertinggi Nilai terendah Std.Deviasi

Periode 1 93.75% 95.50% 90.10% 0.0122 Periode 2 95.10% 96.80% 91.20% 0.0113 Periode 3 95.24% 96.80% 89.70% 0.0144 Periode 4 95.50% 98.00% 92.90% 0.0108 Periode 5 94.32% 95.60% 92.20% 0.0075 Periode 6 92.67% 93.90% 89.35% 0.0099

Berdasarkan Tabel 11 bahwa rata-rata kematian ayam broiler tertinggi yaitu yaitu pada periode ke 6, hal tersebut dilihat dari kecilnya nilai survival rate

budidaya pembesaran ayam broiler. Produksi ayam broiler terendah terjadi pada periode 6 sebesar 89.35%. Periode ke 6 ini beberapa sumber risiko sangat berpengaruh, mulai dari serangan penyakit, timbul beberapa penyakit yang jarang terjadi, kondisi cuaca yaitu curah hujan yang cukup tinggi sehingga mengakibatkan suhu dalam kandang rendah, dan juga kualitas DOC pada periode ke 6 ini sangat rendah. Dengan berpengaruhnya beberapa risiko produksi pada periode ke 6 ini mengakibatkan tingkat mortalitas produksi ayam broiler di Kecamatan Ciampea tinggi. Jika mengacu pada taraf toleransi kematian yang dibuat oleh perusahaan inti yaitu tinbgkat kematian 5%, maka hampir setiap periode beberapa petani hasil produksinya tidak sesuai dengan hasil produksi yang diharapkan oleh perusahaan inti. Hal ini merupakan suatu risiko produksi yang terjadi pada peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea.

Identifikasi Sumber-Sumber Risiko

Identifikasi sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung, wawancara dan menganalisis laporan produksi 20 peternak ayam broiler yang berada di Kecamatan Ciampea. Alur kegiatan produksi ayam broiler pada peternakan ayam broiler yang berada di Kecamatan Ciampea dari tahap pemanasan, pertumbuhan, panen serta pasca panen.

Secara umum risiko produksi di peternakan ayam broiler berupa kematian ayam yang dibudidayakan. Risiko tersebut terjadi disebabkan oleh beberapa sumber. Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, wawancara, dan analisis laporan produksi terhadap proses pemeliharaan ayam broiler di lokasi penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa hal yang teridentifikasi sebagai sumber timbulnya risiko produksi. Sebelum penjabaran tentang sumber-sumber risiko produksinya terlebih dahulu dilihat faktor yang menyebabkan timbulnya sumber risiko produksi tersebut.

Hal yang menjadi perhatian dan peranan penting dalam identifikasi sumber- sumber risiko produksi yaitu keberadaan sumberdaya manusia (SDM). SDM selalu memiliki peranan penting dalam setiap kegiatan suatu usaha. Ada kegiatan

bisnis selalu memberdayakan teknologi dalam menjalankan usahanya. Meskipun suatu bisnis telah menggunakan teknologi modern, namun keberadaan SDM akan tetap menjadi prioritas penting, apalagi bisnis tersebut dilakukan dengan menggunakan teknologi yang masih sederhana, tentu akan lebih membutuhkan kedisiplinan, keuletan SDM serta rasa memilik yang tinggi.

Berdasarkan pemaparan diatas disimpulkan bahwa timbulnya beberapa sumber risiko di bawah ini berkaitan erat dengan keberadaan SDM. SDM tidak dikategorikan menjadi sumber risiko namun menjadi faktor yang mendorong timbulnya beberapa sumber risiko produksi, karena ketidakdisiplinan SDM tersebut tidak memberikan dampak langsung terhadap kematian ayam, tetapi memberikan kontribusi atas timbulnya sumber risiko produksi pada usaha. Beberapa faktor yang menjadi sumber risiko produksi pada peternakan ayam yang berada di Kecamatan Ciampea diantaranya penyakit SNOT, penyakit

aspergillosis, penyakit gumboro, dan penyakit coli. Sedangkan cuaca yang begitu buruk, dan sering berubah-ubah dapat mengakibatkan ayam mengalami stres, hama karena adanya seranga dari hewan lain seperti kucing, dan musang pun menjadi suatu sumber risiko pada peternakan ayam broiler dan rendahnya kualitas DOC yang berasal dari indukan A1 atau afkir menjadi suatu sumber risiko tersendiri. Proses identifikasi harus melihat bagaimana urutan terjadinya beberapa sumber risiko karena sumber risiko ditentukan sumber risiko yang menyebabkan kematian ayam pada waktu yang sama.

Salah satu contoh urutan sumber risiko yang terjadi pada satu waktu adalah Cuaca dengan penyakit. Sebelum munculnya penyakit yang menyerang pembudidayaan ayam broiler, cuaca telah berpengaruh terlebih dahulu terhadap kematian ayam sehingga meskipun ayam yang berada di dalam kandang tidak terkena penyakit tetapi kematian ayam kemungkinan besar akan tetap terjadi. Berdasarkan contoh dan pemaparan di atas maka sangat dibutuhkan kejelian dan ketelitian dalam proses identifikasi sumber risiko dan seberapa besar pengaruh sumber risiko tersebut terhadap kematian ayam. Penjelasan dari keempat sumber risiko produksi yang teridentifikasi pada peternakan ayam broiler yang berada di Kecamatan Ciampea dan pengaruh keberadaan SDM terhadap timbulnya sumber risiko produksi tersebut dijelaskan dibawah ini.

1. Sumber risiko serangan penyakit

Penyakit merupakan faktor terbesar penyebab mortalitas pada ayam broiler. Ada beberapa jenis penyakit yang meyerang peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea yaitu Gumboro, Coli , SNOT, dan aspergillosis. Penyakit ayam ini kebanyakan disebabkan oleh virus dan bakteri. Ketiga penyakit itu hampir selalu terjadi dalam setiap periode dalam produksi ayam broiler. Jika diambil dari beberapa petani rata-rata petani pada tahun 2012.

Ayam broiler yang terkena penyakit SNOT dapat diketahui pada saat ayam berusia 22 hingga 26 hari. Penyakit SNOT atau dalam bahasa kedokteran hewan

Infection Coryza, penyakit SNOT ini terjadi akibat bakteri Hemophilus paragallinarum. Penyakit ini sering menyerang peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea, bahkan dapat dikatakan hampir setiap periode penyakit ini muncul. Ayam yang terkena gejala penyakit SNOT ini memiliki ciri-ciri penyumbatan pada hidung dari ayam broiler, seringkali ayam menggelengkan kepalanya agar dapat membebaskan dari penyumbatan di hidung. Selain

penyumbatan dihidung ada peradangan pada saluran pernafasan dan yang paling dapat dilihat ciri-ciri ayam terkena penyakit SNOT yaitu ada pembengkakan pada kelopak mata ayam broiler.

Tabel 12 Kematian ayam broiler karena penyakit pada tahun 2012 Total Populasi (ekor) Total Kematian

Mati Karena Penyakit Ekor % % Ekor Periode 1 Rata-rata 15415.00 1109.00 6.30% 57.60% 638.00 Std. Deviasi 17703.32 1589.89 0.01 0.10 1074.54 Min 3500.00 209.00 4.50% 48.00% 105.00 Max 67500.00 5544.00 9.90% 78.00% 4324.00 Periode 2 Rata-rata 15415.00 817.00 4.90% 71.00% 584.00 Std. Deviasi 17703.32 1145.53 0.01 0,08 877.84 Min 3500.00 168.00 4.50% 50,00% 131.00 Max 67500.00 4928.00 9.90% 84,50% 3844.00 Periode 3 Rata-rata 15415.00 861.00 4.80% 72.00% 620.00 Std. Deviasi 17703.00 1353.54 0.01 0,07 1044.35 Min 3500.00 129.00 4.50% 50,00% 98.00 Max 67500.00 5768.00 9.90% 80,00% 4499.00 Periode 4 Rata-rata 15415.00 696.00 4.50% 72.00% 501.00 Std. Deviasi 17703.00 881.62 0.01 0,08 683.81 Min 3500.00 137.00 2.00% 50.00% 93.00 Max 67500.00 3976.00 7.10% 80.00% 3101.00 Periode 5 Rata-rata 15415.00 935.00 5.70% 56.00% 523.00 Std. Deviasi 17703.00 1205.80 0.01 0,12 709.61 Min 3500.00 201.00 4.40% 40.00% 103.00 Max 67500.00 4368.00 7.80% 80.00% 2796.00 Periode 6 Rata-rata 15415.00 1231.00 7.30% 36.00% 439.00 Std. Deviasi 17703.00 1628.51 0.01 0,05 653.17 Min 3500.00 217.00 6.10% 30.00% 65.00 Max 67500.00 5964.00 10.70% 45.00% 2386.00

Berdasarkan Tabel 12 bahwa pada periode pertama hingga periode ke enam memiliki kematian yang disebabkan oleh penyakit yang berbeda-beda. Pada periode ke 3 dan ke 4 memiliki persentase kematian tertinggi yaitu sebesar 72% diakibatkan oleh penyakit, tetapi pada periode ketiga dan keempat total kematian ayam pada peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea cukup kecil yaitu pada periode ke tiga 4.8% dan periode ke empat 4.5%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa faktor lain yang menyebabkan kematian dapat dikatakan kecil. Dari keterangan tabel 6.10 bahwa pada periode ke 3 dan periode ke 4 yang menjadi salahsatu periode dengan persentase kematian terbesar karena penyakit.

Selain SNOT penyakit yang menyerang ayam broiler di Kecamatan Ciampea yaitu penyakit gumboro. Penyakit gumboro ini disebabkan oleh virus dari family birnaviridae. Penyakit gumboro ini ditandai oleh berak yang berwarna putih, dan terjadi pendarahan pada paha ayam. Jika ayam yang terkena penyakit

gumboro ini dibelah, maka ginjalnya terlihat lebih besar karena ada pembengkakan. Penyebaran penyakit gumboro dapat melalui kontak dengan ayam, manusia dan peralatan kandang.

Penyakit lain yang menyerang peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea yaitu penyakit coli atau dalam istilah kedokteran hewan Avian Collibacilosis penyebaran penyakit ini dapat melalui dari udara, kotoran, debu, dan lingkungan yang telah terkontaminasi Escherechia coli. Ciri-ciri ayam yang terkena penyakit ini perutnya membesar seperti kembung dan jika dilihat tubuhnya berwarna merah tua. Ayam broiler yang dipelihara dapat terkena penyakit coli apabila ayam sudah memasuki usia pada minggu ke 3 dalam pemeliharaan ayam broiler. Dan jika ayam broiler sudah terinfeksi penyakit coli

agak sulit untuk disembuhkan, baik dengan obat atau cara lainnya.

Penyakit yang jarang terjadi pada peterakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea yaitu penyakit selain SNOT, coli dan gumboro yaitu penyakit

Aspergillosis, aspergillosis merupakan penyakit yang sulit diprediksi, dikarenakan sangat jarang terjadi, akan tetapi pada periode ke lima ini atau sekitar bulan September hingga Oktober tahun 2012 penyakit aspergillosis menyerang ayam broiler di Kecamatan Ciampea. Ayam broiler yang terkena penyakit aspergillosis

ini memiliki gejala ayam sesak dalam bernafas, ayam kurang aktif, sayap terkulai, terkadang leher terdorong kebelakang, ayam pun cepat mengantuk, mencret, dan yang paling terlihat ciri-ciri ayam terkena penyakit ini yaitu ayam terlihat kaku atau kelumpuhan. Penyakit ini disebabkan oleh jamur aspergillus fumigatus yang membentuk spora. Seiring berjalannya waktu maka penyakit ini mulai bereaksi dan menyebabkan kematian pada ayam broiler yang dipelihara. Penyakit

aspergillosis ini terjadi akibat jamur aspergillosis fumigatus yang membentuk spora yang menyebar pada saat ayam sebelum terlahir menjadi DOC.

2. Sumber risiko perubahan cuaca

Cuaca merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi suatu kegiatan budidaya pembesaran ayam broiler. Kegiatan budidaya pembesaran ayam broiler memiliki standar suhu, dimana standar suhu yang normal untuk kegiatan budidaya ayam broiler yaitu 350 C hingga 270 C usia 0-14 hari, selanjutnya 270 C hingga 250 C jika ayam memasuki usia 15 hari hingga panen.

Bogor merupakan salah satu daerah yang memiliki cuaca yang sangat ekstrim, selain itu Bogor merupakan kota yang sering berubah-ubah cuacanya dari panas ke hujan, hujan ke panas. Hal ini merupakan sumber risiko bagi peternak ayam broiler yang berada di Kota dan Kabupaten Bogor. Dan risiko ini cukup dirasakan oleh para peternak ayam broiler yang berada di Kecamatan Ciampea.

Ciri-ciri ayam broiler yang mati karena cuaca yaitu mati kaku. Selain itu Saat kondisi hujan deras atau cuaca buruk ayam broiler rentan terkena penyakit, cuaca cukup berengaruh bagi daya tahan tubuh. Salah satu pengaruh cuaca buruk yaitu saat hujan deras percikan air hujan dapat terhirup oleh ayam sehingga hidung ayam menjadi terisi air, dengan berjalannya waktu ayam dapat terkena penyakit pilek atau sebelum terkena SNOT. Selain itu hujan dapat menjadikan

kondisi dalam kandang menjadi lembab, sehingga menimbulkan bau yang sangat menyengat.

Begitupun pada kondisi periode lainnya saat kondisi panas tiba-tiba hujan, ayam pun dapat menjadi stres mengakibatkan ayam menjadi tidak mau makan, sehingga daya tahan tubuh ayam berkurang dan dapat mengakibatkan kematian. Perubahan dari hujan hingga panas membuat kondisi ayam tidak dapat beradaptasi, apabila kondisi ayam tersebut tidak dalam kondisi baik, mengakibatkan ayam tidak dapat bertahan.

Tabel 13 Kematian ayam broiler karena cuaca pada tahun 2012 Total Populasi (ekor) Total Kematian Mati Karena Cuaca

Ekor % % Ekor Periode 1 Rata-rata 15415.00 1109.00 6.30% 39.20% 434.00 Std. Deviasi 17703.32 1589.89 0,01 0,10 558.45 Min 3500.00 209.00 4.50% 20.00% 84.00 Max 67500.00 5544.00 9.90% 49.00% 2435.00 Periode 2 Rata-rata 15415.00 817.00 4.90% 25.70% 203.00 Std. Deviasi 17703.32 1145.53 0.01 0.07 260.58 Min 3500.00 168.00 3.20% 13.50% 34.00 Max 67500.00 4928.00 8.80% 47.00% 986.00 Periode 3 Rata-rata 15415.00 861.00 4.80% 25.00% 205.00 Std. Deviasi 17703.32 1353.54 0,01 0.07 289.80 Min 3500.00 129.00 3.20% 17.00% 26.00 Max 67500.00 5768.00 10.30% 47.00% 1154.00 Periode 4 Rata-rata 15415.00 696.00 4.50% 24.60% 167.00 Std. Deviasi 17703.32 881.62 0,01 0.07 198.37 Min 3500.00 137.00 2.00% 17.00% 27.00 Max 67500.00 3976.00 7.10% 45.00% 795.00 Periode 5 Rata-rata 15415.00 935.00 5.70% 39.00% 368.00 Std. Deviasi 17703.32 1205.80 0,01 0.12 478.46 Min 3500.00 201.00 4.40% 16.00% 65.00 Max 67500.00 4368.00 7.80% 55.00% 1823.00 Periode 6 Rata-rata 15415.00 1231.00 7.30% 58.70% 709.00 Std. Deviasi 17703.32 1628.51 0,01 0.04 913.01 Min 3500.00 217.00 6.10% 51.00% 128.00 Max 67500.00 5964.00 10.70% 66.00% 3221.00

Berdasarkan Tabel 13 bahwa persentase rata-rata kematian ayam broiler oleh 20 orang peternak yang diakibatkan oleh perubahan cuaca terjadi pada periode ke 6, yaitu saat bulan November hingga Desember yaitu sebesar 58.7%. Hal ini sejalan dengan tingginya rata-rata total kematian pada peternakan ayam broiler dari 20 peternak ayam broiler yang berada di Kecamatan Ciampea yaitu 7.3%.

Pada periode ke 6 ini curah hujan cukup tinggi, hal ini mengakibatkan suhu udara sangat rendah, jika suhu udara rendah ayam broiler pun terkadang tidak kuat dalam beradaptasi dengan suhu yang rendah. Hal ini menyebabkan kematian ayam broiler diakibatkan oleh suhu udara cukup tinggi, salah satu ciri-ciri ayam yang mati akibat kondisi cuaca ayam tiba-tiba mati kaku.

3. Sumber risiko serangan hama

Dalam melakukan budidaya pembesaran ayam broiler, banyak gangguan dari mahluk hidup lainnya, hal itu karenakan kondisi alam dan juga letak dari kandang ayam broiler tersebut dekat dengan sungai dan juga sawah. Sebagian besar kandang ayam broiler yang berada di Kecamatan Ciampea merupakan kandang berstruktur sederhana, hal ini memungkinkan hama yang mengganggu proses budidaya ayam broiler cukup dapat dijadikan risiko kematian. Berikut tabel rata-rata kematian ayam, broiler diakibatkan oleh serangan hama.

Tabel 14 Kematian ayam broiler diakibatkan serangan hama pada tahun 2012 Total Populasi (ekor) Total Kematian

Mati Karena Hama Ekor % % Ekor Periode 1 Rata-rata 15415.00 1109.00 6.30% 1.80% 15.00 Std. Deviasi 17703.32 1589.89 0.01 0.01 15.60 Min 3500.00 209.00 4.50% 1.00% 4.00 Max 67500.00 5544.00 9.90% 4.00% 55.00 Periode 2 Rata-rata 15415.00 817.00 4.90% 1.70% 11.00 Std. Deviasi 17703.32 1145.53 0.01 0.01 11.25 Min 3500.00 168.00 3.20% 1.00% 3.00 Max 67500.00 4928.00 8.80% 3.00% 49.00 Periode 3 Rata-rata 15415.00 861.00 4.80% 1.80% 10.00 Std. Deviasi 17703.32 1353.54 0.01 0.01 9.14 Min 3500.00 129.00 3.20% 1.00% 3.00 Max 67500.00 5768.00 10.30% 3.00% 40.00 Periode 4 Rata-rata 15415.00 696.00 4.50% 1.80% 10.00 Std. Deviasi 17703.32 881.62 0.01 0.01 9.14 Min 3500.00 137.00 2.00% 1.00% 3.00 Max 67500.00 3976.00 7.10% 3.00% 40.00 Periode 5 Rata-rata 15415.00 935.00 5.70% 1.80% 13.00 Std. Deviasi 17703.32 1205.80 0.01 0.01 11.85 Min 3500.00 201.00 4.40% 1.00% 4.00 Max 67500.00 4368.00 7.80% 4.00% 44.00 Periode 6 Rata-rata 15415.00 1231.00 7.30% 1.80% 16.00 Std. Deviasi 17703.32 1628.51 0.01 0.01 15.92 Min 3500.00 217.00 6.10% 1.00% 4.00 Max 67500.00 5964.00 10.70% 3.00% 60.00

Berdasarkan Tabel 14 bahwa rata-rata kematian terbesar ayam broiler yang dialami oleh 20 peternak ayam broiler di Kecamatan Ciampea yaitu 4%, hal tersebut terjadi pada periode ke 1 dan ke 5. Akan tetapi persentase kematian yang diakibatkan oleh serangan hama cukup kecil bila dibandingkan dengan sumber risiko lainnya yaitu 1.7% hingga 1.8% persentase kematian yang diakibatkan oleh serangan hama.

Hama yang menyerang ayam broiler di Kecamatan Ciampea yaitu seperti kucing dan musang. Kucing merupakan hama yang cukup mengganggu, kucing biasanya menyerang ayam broiler saat berusia satu sampai sepuluh hari. Ayam berusia satu sampai sepuluh hari memiliki ukuran tubuh yang kecil, sehingga saat kucing masuk kedalam kandang ayam tersebut tidak dapat melakukan perlawanan. Perilaku hama kucing yang membunuh banyak ayam kecil, tetapi yang dimakan hanya beberapa ekor ayam broiler saja.

Hama lain yang menyerang peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea yaitu musang, musang merupakan hewan yang gesit, bisa masuk kedalam lubang yang kecil, bahkan memanjat pohon yang tinggi. Musang menyerang ayam broiler yang berumur kurang dari empat belas hari. Sama seperti kucing, akan tetapi musang tidak membunuh banyak ayam kecil, hanya beberapa ekor sesuai dengan kebutuhan si musang tersebut. Bahkan musang dapat menyerang ayam dari luar kandang, seperti ayam broiler yang mengeluarkan kepalanya dari kandang dapat digigit oleh musang. Musang dan kucing merupakan hama yang hafal lokasi, dimana ada lokasi ayam broiler musang dan kucing sewaktu waktu dapat kembali kekandang.

4. Sumber risiko rendahnya kualitas DOC

Kualitas DOC merupakan salah satu penyebab risiko kematian pada budidaya pembesaran ayam broiler. Penyababnya dikarenakan DOC ada yang berasal dari indukan muda atau indukan berumur afkir, hal tersebut mempengaruhi kualitas DOC yang dihasilkan. DOC yang memiliki kualitas rendah dapat dilihat dengan ciri-ciri yaitu kaki DOC kering. Selain itu DOC terlihat stres ditandai dengan ciri-ciri DOC tidak mau makan, akibatnya fisik DOC menjadi lemah. Berikut tabel rata-rata kematian ayam broiler yang diakibatkan oleh rendahnya kualitas DOC.

DOC juga dapat dikatakan rendah apabila ketahan tubuh DOC rendah, hal tersebut dapat dilihat jika DOC yang dikirim tidak mampu beradaptasi dengan kondisi di jalan saat proses pengiriman DOC kekandang berlangsung. Sehingga DOC yang tidak dapat bertahan selama proses pengiriman mengalami stres atau kurang lincah saat masuk kedalam kandang.

Khusus periode ke lima dan keenam kualitas DOC dari perusahaan inti cukup rendah, hal tersebut dirasakan hampir semua petani yang berada di Kecamatan Ciampea. DOC tersebut berasal dari induk muda dan induk afkir, hal tersebut dapat dilihat dari kaki DOC yang kecil dan kering.

Tabel 15 Kematian ayam broiler diakibatkan oleh kualitas DOC tahun 2012 Total Populasi (ekor) Total Kematian

Mati Karena DOC Ekor % % Ekor Periode 1 Rata-rata 15415.00 1109.00 6.30% 1.50% 16.00 Std. Deviasi 17703.32 1589089 0.01 0.01 17.38 Min 3500.00 209.00 4.50% 0.00% 0.00 Max 67500.00 5544.00 9.90% 5.00% 55.00 Periode 2 Rata-rata 15415.00 817.00 4.90% 1.00% 10.00 Std. Deviasi 17703.32 1145.53 0.01 0,01 16.04 Min 3500.00 168.00 3.20% 0.00% 0.00 Max 67500.00 4928.00 8.80% 3.00% 54.00 Periode 3 Rata-rata 15415.00 861.00 4.80% 1.00% 11.00 Std. Deviasi 17703.32 1353.54 0.01 0,01 18.63 Min 3500.00 129.00 3.20% 0.00% 0.00 Max 67500.00 5768.00 10.30% 3.00% 65.00 Periode 4 Rata-rata 15415.00 696.00 4.50% 2.00% 11.00 Std. Deviasi 17703.32 881.62 0.01 0,02 13.14 Min 3500.00 137.00 2.00% 0.00% 0.00 Max 67500.00 3976.00 7.10% 6.00% 40.00 Periode 5 Rata-rata 15415.00 935.00 5.70% 3.00% 27.00 Std. Deviasi 17703.32 1205.80 0.01 0,02 46.68 Min 3500.00 201.00 4.40% 0.00% 0.00 Max 67500.00 4368.00 7.80% 8.00% 218.00 Periode 6 Rata-rata 15415.00 1231.00 7.30% 3.80% 38.00 Std. Deviasi 17703.32 1628.51 0.01 0,02 63.03 Min 3500.00 217.00 6.10% 1.00% 5.00 Max 67500.00 5964.00 10.70% 9.00% 298.00

Berdasarkan Tabel 15 bahwa rata-rata persentase kematian ayam broiler yang dialami oleh 20 peternak ayam broiler di Kecamatan Ciampea diakibatkan oleh rendahnya kualitas DOC yaitu 1% hingga 3.8%. Persentase kematian akibat rendahnya kualitas DOC sebebsar 3.8% terjadi pada periode keenam. Periode ini berlangsung pada bulan November hingga Desember.

Selain itu ketahan tubuh ayam broiler yang berasal dari DOC tersebut sangat kurang kualitasnya bila dibandingkan dengan DOC yang normal. Ayam terlihat kurang lincah, dan kurang nafsu makan.

Periode lima dan periode enam, DOC kebanyakan berkelamin betina, hal ini sangat dikeluhkan oleh beberapa peternak ayam broiler di Kecamatan Ciampea, karena ayam broiler berkelamin betina memiliki bobot tubuh yang lebih kecil bila dibandingkan dengan bobot tubuh ayam broiler yang berkelamin jantan.

Analisis Probabilitas Risiko Produksi

Hasil identifikasi terhadap sumber-sumber risiko produksi pada usaha peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea memberi informasi bahwa ada empat jenis sumber risiko produksi. Berikut ini adalah analisis probabilitas terhadap masing-masing sumber risiko tersebut untuk mengetahui seberapa besar probabilitas dan kemungkinan terjadinya risiko dari masing-masing sumber risiko yang ada pada peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea. Analisis probabilitas ini dilakukan untuk mengetahui mana saja sumber risiko yang kemungkinan terjadinya kecil dan mana sumber risiko yang kemungkinan terjadinya besar, sehingga kemudian dapat ditentukan prioritas penanganannya. Data-data yang digunakan untuk melakukan analisis probabilitas ini adalah data yang diperoleh dari hail wawancara dengan peternak ayam broiler dan juga dari laporan produksi peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea mulai dari periode satu hingga periode enam yang terjadi pada Januari 2012 sampai Desember 2012. Sementara itu, penentuan kondisi, batas, serta jumlah yang digunakan untuk perhitungan analisis probabilitas berdasarkan perhitungan peternak yang mengacu pada realitas yang terjadi pada periode-periode sebelumnya. Perhitungan analisis ini mengunakan metode z-score, dan untuk hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Probabilitas dari masing-masing sumber risiko produksi ayam broiler di Kecamatan Ciampea tahun 2012

No Sumber Risiko Probabilitas (%)

1 Penyakit 46

2 Cuaca 44

3 Hama 15

4 DOC 39

Berdasarkan Tabel 16, terlihat probabilitas dari masing-masing sumber risiko. Apabila diurutkan dari probabilitas yang terbesar, maka sumber risiko produksi oleh serangan penyakit memiliki tingkat probabilitas terbesar yaitu 46 %, diikuti kondisi cuaca 44 %, kemudian rendahnya kualitas DOC dengan tingkat probabilitas 39 % dan yang terkecil adalah serangan hama sebesar 15 %. Proses penghitungan probabilitas dari sumber risiko ini adalah dengan mengidentifikasi berapa kematian yang disebabkan oleh salah satu sumber risiko. Kemudian jumlah kematian tersebut ditotalkan dan dihitung rata-ratanya. Bagian terpenting dari perhitungan probabilitas adalah penetapan batas normal yang diperbolehkan oleh pihak peternakan dan karena probabilitas ini merupakan rata-rata dari 20 orang peternak ayam broiler yang berada di Kecamatan Ciampea maka batasan normal tersebut merupakan rata-rata dari peternak yang berada di Kecamatan Ciampea. Angka batas normal ini menjadi sangat penting karena probabilitas tersebut adalah perhitungan seberapa menyimpang kematian ayam yang disebabkan oleh salah satu sumber risiko dari batas normal yang telah ditentukan. Jadi, misalnya probabilitas penyakit sebesar 46 % berarti kemungkinan ayam pada peternakan di Kecamatan Ciampea mati akibat penyakit melebihi batas normal yang telah ditetapkan yaitu 543 ekor adalah sebesar 46 %. Besarnya probabilitas risiko yang

diakibatkan oleh penyakit dikarenakan pada setiap periode produksi selalu ada kematian ayam broiler di peternakan ayam broiler di peternakan ayam broiler di

Dokumen terkait