• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksplorasi Sumbermanjing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Eksplorasi Sumbermanjing"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara geologi Pulau jawa bagian selatan merupakan daerah yang terbentuk akibat adanya Gunung api purba. Selain menyuburkan tanah di bagian Selatan, Gunung Api Purba ini juga menghasilkan Endapan Mineral logam berupa Emas , Perak, dan Tembaga. Sepanjang Jalur selatan ini ditemukan berbagai tambang emas yang ekonomis antara lain : Cibaliung (Banten) , Cikotok (Sukabumi) , Pongkor (bogor) , Ciemas (Sukabumi) dan Tumpang Pitu (Banyuwangi).

Gambar I.1 Lokasi Tambang Emas Di Indonesia

Menurut Van Bemmelen daerah selatan Pulau Jawa ini disebut dengan Old Andesite Formation.Sebutan OAF ini karena sebagian besar selatan jawa terbentuk akbat endapan vulkanik purba yang menghasilkan batuan dengan komposisi andesitik Endapan andesit ini lah yang menyusun sebagian besar pegunungan selatan jawa. Kemenerusan pola ini juga melewati daerah selatan Malang. Sehingga potensi logam emas sangat mungkin juga terdapat di selatan malang.

(2)

TINJAUAN UMUM LOKASI

2.1 Lokasi Daerah Penelitian.

Secara administrasi daerah penelitian termasuk desa Argotirto kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang, propinsi jawa timur. Secara geografis berada pada lembar peta topografi skala 1:100.000 dengan luas kurang lebih 9x 6 m2 dengan kedudukan antar grid UTM zona 49 L antara (684166/693143),

(9080590/9074466). Secara administratif. a. Utara ; berbatasan dengan desa Sidodadi. b. Timur; berbatasan dengan desa Margomulyo. c. Selatan ;berbatasan dengan desa Penguluran d. Barat ; berbatasan dengan gunung Emi 2.2 Geomorfologi Daerah Penelitian

Daerah penelitian secara umum, sebagian besar terdiri dari pegunungan dan bukit-bukit landai yang berkelompok dengan bentuk memanjang atau hampir membulat dan mempunyai arah penyebaran relatif utara selatan. Ketinggian daerah penelitian antara 12,5 meter hingga 550 meter diatas permukaan laut. Pembagian daerah penelitian menjadi beberapa satuan geomorfologi pada dasarnya adalah untuk memisahkan dan mengelompokkan kesamaan aspek pada suatu lahan yang memiliki karakteristik fisik tertentu. Dasar pemisahan dan penamaan satuan geomorfologi pada daerah pemetaan mengacu pada konsep dan klasifikasi berdasarkan sistem pemetaan geomorfologi ITC (Internasional Institute Aerospace and Earth Science) dalam Van Zuidam (1983). Aspek relief (morfologi) menunjukkan gambaran umum relief daerah yang terdiri dari aspek deskriptif seperti dataran dan perbukitan serta aspek morfometri yaitu berupa besar sudut lereng, ketinggian maupun kekasaran permukaan lahan serta bentuk asal yang menggambarkan asal-usul pembentukan dan perkembangan morfologi serta proses-proses yang bekerja.

2.3 Stratigrafi Daerah Penelitian.

Klasifikasi satuan stratigrafi daerah pemetaan berdasarkan atas kenampakan megaskopis, mikroskopis ciri-ciri litologi di lapangan dan

(3)

penamaannya merupakan satuan litostratigrafi tidak resmi, bukan formasi, dimana pembagian satuan itu sendiri dengan dasar pemberian deskriptif ciri – ciri fisik dan dominasi batuan yang ada dan memiliki penyebaran dominan di permukaan. Stratigrafi daerah penelitian dapat dikelompokan menjadi lima satuan

litostratigrafi tidak resmi dari satuan tertua hingga satuan termuda, sebagai berikut.

1. Satuan Breksi Vulkanik 2. Satuan Tuf

3. Satuan Breksi

4. Satuan Batu Gamping 5. Endapan Aluvial

2.4 Geologi Daerah Malang Selatan

Secara geologi Pegunungan Malang Selatan tersusun atas endapan gunung api, batuan terobosan dan batuan sedimen. Dari Tua ke muda batuan penyusunnya antara lain:

a) Formasi Mandalika

Formasi Mandalika ini terdiri dari endapan lava andesit, basal, trakit, dasit, dan breksi andesit

b) Formasi Wuni

Formasi Wuni ini terdiri dari breksi dan lava berkomposisi andesit dan basal, breksi tuf, lahar, dan tuf pasiran.Formasi ini menindih tak selaras dengan formasi mandalika.

c) Formasi Nampol

Formasi Nampol ini terdiri dari endapan sedimen dan tak selaras dengan Formasi Mandalika Formasi ini terdiri dari endapan batupasir tufaan, batulempung, napal pasiran, batupasir gampingan, dan batulempung hitam.Formasi ini menjemari dengan Formasi Wonosari

d) Formasi Wonosari

Formasi Wonosari ini trdiri dari terumbu gamping,gamping kristalin, napal pasiran,batulempung kebiruan, dan batugamping pasiran.

e) Batuan Terobosan (Intrusi)

Batuan terobosan yang ditemui di Malang selatan antara lain : a. Diorit Kuarsa, Batuan ini menerobos Formasi Mandalika dan

ditemukan dalam keadaan terekahkan atau terdapat kekar yang tak teratur di Kampung wediawu dan kampung Purwodadi.

b. Granodiorit , Batuan ini menerobos Formasi Mandalika sehingga terkersikan dan terpropilitkan dan terdapat di Kali Sat, Kali Tundo,

(4)

Anak kali Purwo dan tebing - tebing bagian selatan Kampung

Pujiharjo, dan Kampung Purwodadi. Batuan Granodiorit ini dijumpai mineral pirit dan mineral bijih.

c. Dasit , Batuan ini diperkirakan menerobos Formasi Mandalika. terdapat di sebelah Utara Kampung Purwodadi dan umumnya telah lapuk.

(5)
(6)

BAB III DASAR TEORI

3.1 Survey Sedimen Sungai Aktif (Stream Sediment)

Saigusa (1975); Rose Et Al (1979) dan Fateh Chand (1981) dalam Ghazali dkk. (1986) dan Sabtanto dkk (2000) mengemukakan bahwa pengambilan conto endapan sedimen sungai aktif harus mengikuti ketentuan-ketentuan seperti berikut

1. Letak conto harus ditentukan sehingga benar-benar mewakili daerah seluas yang ditargetkan.

2. Pengambilan conto juga harus dilakukan pada anak sungai, terutarna sungai orde 1, orde 2 dan orde 3, karena lebih dari itu sudah tidak mewakili daerah tangkapan atau cacthment area dan tidak memberikan nilai anomali.

3. Pengambilan conto tidak boleh terlalu dekat dengan muara sungai besar, hal ini untuk menghindari pengaruh dari sungai utama pada saat banjir (kontaminasi oleh unsur yang bukan berasal dari hulu anak sungai tersebut).

4. Tempat Pengambilan conto sebaiknya jauh dari tepi sungai, diambil pada arus lemah dan pada air yang dangkal. Conto tidak diambil di bagian hilir dari tempat di mana ada jalan melintas dan longsoran. Conto tidak diambil pada tempat yang sulit ditentukan lokasinya.

(7)

5. Posisi petugas pengambil conto di bagian hilir dari conto yang akan diambil dan diusahakan sesedikit mungkin conto teracak-acak dari endapan sungai. Sekop yang digunakan dari aluminium atau plastik. Bagian permukaan endapan sungai yang teroksidasi dibuang. Sebelum meletakkan di atas ayakan, air dibuang perlahan untuk menghindari hilangnya fraksi halus. Conto yang disaring dikumpulkan dari daerah dengan radius 20 meter.

6. Setelah setiap satu atau dua sekop conto endapan sungai telah diambil, pengayakan dilakukan dengan cara pengayakan basah. Dengan

menuangkan air secara hati-hati, saring conto dengan saringan 80 mesh. Air yang digunakan untuk menyaring sedikit mungkin dan dengan hati-hati agar fraksi halus tidak banyak terbuang. Penyaringan fraksi —80 mesh berlangsung hingga terkumpul 150-200 gr berat kering conto endapan sungai. Di basecamp conto dikumpulkan dan dikeringkan dengan cara dijemur.

7. Conto endapan sungai dimasukkan ke dalam kantong kertas kraf atau plastik rangkap dua dan diberi nomor. Nomor conto terdiri dari empat bagian, yaitu kode daerah, kode petugas, jenis conto, nomor conto. Penomoran dijelaskan oleh Page dkk (1975).

Survey sedimen sungai aktif banyak digunakan untuk program penyelidikan pendahuluan, khususnya pada daerah yang medannya sulit. Di daerah tropis, pengambilan contoh sedimen sungai dapat dilakukan bersamaan dengan pengamatan geologi dari float dan batuan dasar yang tersingkap. Ada empat variasi dalam survey sedimen sungai aktif , yaitu:

• Prospeksi mineral berat tanpa analisis kimia

• Analisis konsentrasi mineral berat dari sedimen sungai • Analisis fraksi halus dari sedimen sungai

• Analisis beberapa fraksi selain fraksi terhalus dari sedimen sungai 3.1.1 Prospeksi Mineral Berat

Teknik ini merupakan metode prospeksi paling tua. Sampai sekarang masih banyak digunakan untuk prospeksi endapan yang mengandung mineral

(8)

resisten seperti: kromit, kasiterit, emas, platina, mineral tanah jarang, rutil, sirkon, turmalin, garnet, silimanit, kianit dsb. Material contoh yang optimum adalah kerakal dengan diameter rata-rata 5 cm. Untuk dapat melakukan pembandingan antar contoh, perlu jumlah contoh yang seragam dengan teknik konsentrasi yang standar.Metode yang paling sederhana adalah pendulangan atau dengan meja Wilfey. Spasi contoh bervariasi antara satu per 50 – 100 km2 sampai l satu per 0,5 km2. Waktu yang diperlukan tergantung ukuran butir contoh, keadaan medan dan metode konsentrasi. Identifikasi akhir dari mineral dilakukan secara petrografis di laboratorium.

3.1.2 Analisis Konsentrat Mineral Berat Dari Sedimen

Konsentrat mineral berat yang diperoleh dianalisis unsur jejaknya untuk mengetahui mineral asalnya. Contohnya pirit dipisahkan dari sedimen sungai dan dianalisis Cu-nya. Pirit yang berasal dari endapan Cu dapat mengandung 1100– 1700 ppm Cu, pirit dari endapan Au mengandung 40–480 ppm Cu, dan pirit dari batubara menandung 100 -120 ppm Cu.

Jumlah conto sari dulang dikumpulkan sebanyak 20-40% dari jumlah conto endapan sungai. dan sebelum pengambilan conto, dilakukan pengaturan agar kerapatannya terjaga keseragamannya.

1. Tempat. Idealnya conto sari dulang dikumpulkan dari tempat dengan energi tinggi, pada bagian sungai berarus deras (Gambar 3.4).

2. Siapkan dulang dan saringan. Perlu diperhatikan dulang dan saringan harus dalam keadaan bersih. Saringan yang digunakan mempunyai diameter lubang 2 mm, bebas dari kotoran. Saringan digunakan untuk memisahkan batuan dan sampah. Letakkan saringan di atas dulang pada tempat yang stabil dan tidak terganggu arus.

3. Penyekopan endapan. Pengumpulan endapan mirip dengan cara pengumpulan endapan sungai, hanya saja hilangnya fraksi halus tidak menjadi masalah.

4. Penyaringan. Penyaringan dengan menggunakan air sampai dulang penuh (sekitar 5 kg). Fraksi lebih besar 2 mm dibuang ke arah hilir.

5. Pencucian dan pendulangan. Pendulangan lebih mudah apabila fraksi halus dihilangkan terlebih dahulu. Penghilangan fraksi halus dilakukan

(9)

dengan cara memutar endapan di dulang pada arus yang lemah. Setelah air berlumpur sudah tidak ada, pendulangan sudah bisa dilaku-kan.

Pendulangan dilakukan sampai terkumpul sekitar 50 gr mineral berat. Apabila hasil pen-dulangan belum mencapai 50 gr, dua tiga kali pendulangan bisa dilakukan sampai terkumpul mineral berat yang mencukupi.

6. Pembungkusan. Mineral berat diamati menggunakan kaca pembesar kemudian dimasukkan ke dalam plastik kantong conto dan diberi nomor

Gambar III.2 Pengambilan Conto Mineral Berat Endapan Sungai Menggunakan Dulang

Pengambilan contoh sedimen aktif fraksi halus banyak digunakan di daerah yang drainagenya cukup besar dan mengalami erosi aktif. Kerapatan contoh ditentukan pleh kerapatan drainage, namun secara kasar kerapatan contoh dapat diambil satu per 2 –10 km2 untuk survey regional, kerapatan contoh satu per 0,5 – 2 km2 digunakan untuk penyontoan pendahuluan yang lebih rinci.

Survey sedimen sungai aktif harus dilakukan pada sungai kecil, sedangkan sungai yang besar dengan catchment area yang luas tidak sesuai untuk

penyontoan.Interval penyontoan tergantung pada keperluan. Teknik yang dilakukan umumnya sebagai berikut :

(10)

• Contoh diambil dari muatan dasar sungai yang bergerak.

• Menganalisis fraksi ukuran tertentu (umumnya fraksi pasir halus dan silt atau fraksi mineral berat).

Deskripsi lapangan perlu dilakukan pada tiap lokasi contoh Informasi harus mencakup: material organik, sifat sungai dan endapannya, kehadiran singkapan, apakah dijumpai endapan besi oksida atau mangan oksida sekunder. Pengukuran pH air sungai akan sangat berguna. Berikut ini adalah contoh lembar pengamatan lapangan.

Langkah pertama penyajian hasil survey drainage adalah mengeplot semua sungai yang ada di daerah penyelidikan dan mengeplot nomor contoh dan nilainya.Setelah dilakukan pengolahan data secara statistik dapat dilakukan pemilihan backgrounddan threshold.Lokasi contoh dapat ditandai dengan titik hitam, yang ukurannya menunjukkan kandungan logamnya atau dengan menebalkan sungai yang kandungannya logamnya lebih tinggi.

Dalam eksplorasi mineral, data sedimen sungai aktif biasanya tidak harus disajikan dalam bentuk peta kontur, tetapi dalam survey regional bentuk peta kontur lebih praktis untuk melihat kecenderungan geologi regional, kemungkinan daerah mineralisasi dan mendala geokimia

Pekerjaan lanjut (Follow-up work ) biasa dilakukan dengan interval contoh yang lebih rapat. Jika pada survey pendahuluan kerapatan contoh cukup tinggi, maka survey dapat dilanjutkan dengan pengambilan contoh tanah. Sebagai tahap awal dari survey tanah detil dapat dilakukan penyontoan tebing sungai dari kedua tepi sungai yang menunjukkan anomali, sehingga dapat terlihat arah asal dari anomali. Jika singkapannya bagus, pemetaan geologi dan prospeksi mungkin sudah cukup untuk melokalisasi sumber unsur anomali, namun umumnya memerlukan survey tanah.

3.2 Survey Tanah

Warna tanah dan perbedaan komposisi dapat merupakan indikator yang penting untuk berbagai kandungan logam. Contohnya, tanah organik dan

inorganik reaksinya akan berbeda terhadap logam (kandungan logamnya berbeda). Dari kedua tipe ini dapat diharapkan perbedaan levelbackground yang jelas. Mengabaikan perbedaan ini akan mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan

(11)

keputusan eksplorasi, yaitu anomali yang signifikan tidak terlihat dan anomali yang salah

Anomali yang salah umumnya berkaitan erat dengan komponen yang menunjukkan konsentrasi unsur yang ekstrim, seperti pada material organik dan mineral lempung, juga unsur jejak dalam airtanah.

Kegagalan mendefinisikan kondisi anomali (yang menunjukkan adanya mineralisasi) dapat terjadi jika contoh tidak berhasil menembus zona pelindian.Ini sering terjadi pada pengambilan contoh yang tergesa-gesa, sehingga bukti

mineralisasi tidak terlihat.

Unsur jejak yang dikandung contoh tanah umumnya mewakili daerah terbatas.Oleh karena itu diperlukan sejumlah contoh yang diambil secara sistematis untuk mengevaluasi sifat-sifat mineralisasi.Perencanaan penyontoan biasanya mengikuti grid bujur sangkar atau empat persegi panjang.Contoh

tambahan diambil dari lingkungan yang berasosiasi dengan akumulasi unsur jejak, seperti zona depresi atau rembesan untuk menguji dispersi hidromorfik dari badan mineral yang tertimbun.

Survey tanah terdiri dari analisis contoh tanah yang biasanya diambil dari horizon tanah khusus, kemudian diayak untuk mendapatkan ukuran fraksi

tertentu. Contoh umumnya diambil pada pola kisi (grid) yang beraturan. Di daerah yang terisolir dengan medan yang sulit, akan sulit pula untuk membuat grid pengambilan contoh yang baik.

Metode alternatif yang dapat digunakan adalah penyontoan ridge dan spur. Metode ini sangat baik dikombinasikan dengan survey sedimen sungai untuk medan yang sulit. Metode pengambilan contoh yang paling ideal adalah dengan grid yang teratur.Prosedur yang normal adalah menentukan garis dasar kemudian buat lintasan yang tegak lurus terhadap garis dasar.Penentuan garis dapat

dilakukan dengan theodolit atau kompas.

Pemilihan grid yang digunakan tergantung pada tipe target yang dicari. Jika diketahui bahwa mineralisasi di daerah itu memiliki dimensi panjang searah dengan jurus, seperti mineralisasi vein atau unit stratigrafi, maka garis dasar harus diletakan paralel terhadap jurus.Contoh diambil sepanjang garis lintang yang tegak lurus pada garis dasar.Dalam kasus ini interval antar garis bisa lebih besar

(12)

dari interval contoh sepanjang garis dasar.Jika jurusnya tidak dikenal dan targetnya diduga equidimensional, maka pengambilan contoh dilakukan dengan grid yang berbentuk bujur sangkar.

Untuk praktisnya sering digunakan grid segi empat panjang, karena

penambahan frekuensi smpling sepanjang garis dasar tidak membutuhkan banyak waktu. Ukuran grid yang digunakan umumnya 500 m x 100 m atau 200 m x 200 m untuk survey pendahuluan dan 100 m x 50 m atau 50 m x 50 m untuk survey detil. Kadang-kadang digunakan juga grid jajaran genjang .

Pengambilan contoh :

• Contoh tanah umumnya diambil pada horizon B, pada kedalaman 30 – 50 cm. Untuk unsur tertentu seperti Ag dan Hg horizon A dapat memberikan hasil yang lebih baik. Pada daerah yang keras dan kering contoh diambil dengan menggali lubang kecil dengan menggunakan sekop dan cangkul. Jika tanah lunak dan lembab dapat digunakan sekop kecil atau hand auger. Contoh ditempatkan pada kantong contoh standar, diberi nomor dan keterangan singkat yang mencakup tipe tanah, warna, kandungan organik. Gejala khusus sepanjang lintasan perlu dicatat, contohnya singkapan, jalan setapak, sungai.

• Sistem penomoran tergantung pada pola pengambilan contoh. Untuk pola grid lebih baik menggunakan sistem koordinat dengan mengambil titik 0 pada garis lintasan dasar, dan memberi nomor rujukan pada tiap garis lintang. Namun penomoran alfanumerik kurang praktis untuk analisis laboratorium. Cara penomoran lain menggunakan kode enam sampai delapan digit yang merupakan kode proyek, daerah dan nomor contoh, misalnya nomor 2040325 bisa berarti proyekk 2, kode daerah 04, contoh 0325. Tipe ini lebih baik untuk pengolahan data dengan komputer. • Di daerah kering dan banyak matahari, contoh dapat dikeringkan di tempat

terbuka di camp, tapi di daerah basah dibutuhkan alat pengering. Jika contoh sudah kering, dapat digerus dan diayak. Di daerah tropis yang didominasi tanah latosol penggerusan dapat dilakukan dengan mortar agar agregat oksida besinya hancur. Ayakan dari stainless steel atau dari nilon dapat digunakan Sebelum mengayak tiap-tiap sampel, ayakan harus

(13)

bersih. Ayakan dapat dibersihkan dengan kuas ukuran 3,5 cm atau 5 cm. Hasil pengayakan dimasukkan ke dalam amplop kertas, kemudian ke dalam kantong plastik agar tidak bocor atau terkontaminasi pada waktu pengangkutan. Fraksi ukuran yang umum untuk contoh geokimia adalah - 80 mesh (0,2 mm), tapi ukuran yang lebih halus atau lebih kasar dapat digunakan untuk kasus-kasus tertentu.

• Pada daerah baru yang belum diselidiki dianjurkan untuk melakukan survey orientasi untuk menentukan fraksi ukuran yang optimum untuk analisis, kedalaman penyontoan yang terbaik , jika mungkin respons geokimia dari mineralisasi .

• Hasi survey tanah biasanya disajikan dalam bentuk peta kontur yang mengacu pada isopleth (garis yang konsentrasinya sama). Selang antar kontur dapat digambarkan dengan warna atau arsir.Tiap titik contoh dan harganya harus diperlihatkan, tapi nomornya tidak perlu diterakan agar tidak membingungkan.Pola pengambilan contoh yang tidak beraturan dapat disajikan dalam peta dot, atau dengan memberikan warna yang berbeda pada setiap titik contoh.

• Survey lanjut (follow-up) dilakukan dengan spasi grid yang lebih rapat. Contohnya suatu anomali yang terdapat pada grid penyelidikan

pendahuluan 500×200 m dapat dipenyontoan lagi dengan grid 250×100 m atau lebih rapat lagi, tapi grid yang lebih rapat dari 25×25 m umumnya kurang menguntungkan, kecuali jika target yang diharapkan berupa vein yang sangat kecil atau pegmatit. Jika hasil survey lanjut menjanjikan, maka pada daerah anomali dapat dilnjutkan dengn survey geofisika sebelum diputuskan dilakukan pemboran.

3.3 Survey Batuan

Dalam rangka mendapatkan informasi kelimpahan background dari unsur yang dianalisis dalam survey tanah atau sedimen sungai aktif perlu dilakukan sedikitnya pengambilan contoh batuan secara terbatas.

Dalam penyelidikan geokimia endapan sungai, conto batuan mempunyai peranan sebagai pelengkap yang akan berguna untuk menentukan kadar unsur dalam batuan di daerah anomali geokimia. Nilai unsur yang diperoleh dari conto batuan

(14)

akan berguna sebagai nilai latar belakang unsur-unsur guna membantu dalam mengindikasikan ada atau tidaknya mineralisasi di daerah penelitian. Cara pengambilan conto batuan ada empat macam, yaitu :

1. Cara suban (chip sampling). 2. Cara alur (channel sampling). 3. Cara comot (grab sampling) 4. Cara meruah (bulk sampling).

Survey batuan dapat dilakukan sendiri untuk mendeteksi kemungkinan dispersi primer yang berasosiasi dengan bijih. Survey batuan dapat digunakan untuk prospeksi mineralisasi pada kondisi berikut:

• Prospeksi bijih yang meghasilkan pola dispersi batuan dasar yang luas (contohnya seperti Si, K, F, Cl dapat dijumpai pada lingkaran alterasi yang ekstensif mengitari bijih hidrotermal).

• Prospeksi untuk endapan yang luas berkadar rendah (contohnya endapan Cu yang tersebar atau endapan Sn yang tersebar) yang pengenalannya tidak mungkin dilakukan dari contoh setangan karena kadarnya rendah atau mineral yang dicari tidak terlihat.

Pengambilan contoh batuan bisa dilakukan dengan chip sampling secara acak pada singkapan atau dengan pemboran dengan pola grid (bor auger untuk

kedalaman yang kecil, atau denganrotary percussion untuk daerah yang

overburdennya tebal). Contoh batuan, yang diperoleh digerus dan diayak. Fraksi – 80 mesh dianalisis.

(15)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Alat dan Bahan • 1. GPS • 2. Kompas geologi • 3.Saringan berukuran -80# • 4. Palu geologi • 5. Loupe • 6. Sekop • 7.Cangkul

• 8. Kantong kertas kraf • 9. Sampel- sampel • 10. Batuan-batuan.

4.2 Lokasi Daerah Penelitian.

• Secara administrasi daerah penelitian termasuk desa Argotirto kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang, propinsi jawa timur. Secara geografis berada pada lembar peta topografi skala 1:100.000 dengan luas kurang lebih 9x 6 m2 dengan kedudukan antar grid UTM zona 49 L antara (684166/693143), (9080590/9074466). Secara administratif.

a. Utara ; berbatasan dengan desa sididadi. b. Timur; berbatasan dengan desa margomulyo. c. Selatan ;berbatasan dengan desa penguluran d. Barat ; berbatasan dengan gunung emi 4.3 Tahapan Penelitian

• Tahapan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data dan

pengolahan meliputi : tahapan pendahuluan, tahapan pengumpulan data, tahapan analisis dan interprestasi serta tahapan penyelesaian dan penyajian data.

4.4 Pengumpulan Data dan Penelitian lapangan

• Dilakukan untuk pencarian dan pengumpulan data di lapangan meliputi : pengamatan dan penyusuran aliran sungai, pengamatan dan pemmerian

(16)

batuan serta pengamatan pada penyontohan tanah. Penelitian ini

bermaksud untuk memperoleh data primer dari penyontohan aliran sungai, penyontohan batuan dan penyontohan tanah.

4.5 Analisis Data

• Tahapan analisis data meliputi analisis aliran sungai ( lapangan ) analisis sampel batuan dan analisis tanah

4.6 Diagaram Alir

(17)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Endapan Pirofilit Daerah Penelitian.

• Bentuk endapan mineral pirofilit di lokasi penelitian merupakan endapan yang tebal dan tidak/belum diketahui batas perlapisan dengan kemiringan lereng relatif mencapai 5 derajat - 87 derajat. Sampai saat ini ketebalan yang terlihat anatara 30 - 40 m . Berdasarkan hasil pengamatan permukaan (surface mapping) di dapat penyebaran pirofilit di permukaan sebesar 3.235.122,6 m3. Karakteristik endapan pirofilit pada lokasi penelitian bersifat padat ( masif). Berwarna putih, putih kehijauan sampai putih kecoklatan, kekerasan mencapai 1 - 1,5 skala mhos.

Genesa Pirofilite Daeda Daerah Penelitian

• Proses pembentukan pirofilit pada daerah penelitian tidak lepas dari tatanan stratigrafi daerah penelitian dan proses geologi yang terjadi pada daerah penelitian, dimana pada daerah penelitian pada kala Oligosen Akhir - Miosen Akhir terjadi proses geologi yang memungkinkan terbentuknya endapan pirofilit akibat intrusi oleh batuan terobosan ( Tomi), granodiorit dan dasit, dan

mengintrusi batuan dari formasi mandalika( Tomm), terdiri dari batuan Lava Andesit, basalt, trakit, dasit dan breksi andesit, yang diendapkan secara tidak selaras dengan formasi anggota tuff formasi mandalika ( Tomi), terdiri dari batuan tuf Andesit - Riolit - Dasit dan breksi Tuf berbatuapung. Akibat intrusi dari formasi batuan tertrobosan ( Tomi) pada daerah penelitian terjadi ubahan batuan (rock alteration). Pada daerah penelitian batuan intrusi yang berkembang berupa

(18)

intrusi dasit yang mengintrusi formasi anggota tuf mandalika terdiri dari tuff andesit-riolit-dasit dan breksi tuf berbatuapung. Sifat batuan yang menerobos mencirikan larutan hydrotermal, merubah batuan yang diterobos( batuan asal pirofilit) bersifat asam dan batuan yang terubah menjadi pirofilit juga bersifat asam. Kondisi ini membentuk endapan pirofilit yang akan silikat ( SiO2) dan alumina ( AI2O3) yang terdapat pada daerah penelitian.

• • • •

• • Gambar V.1 Endapan Soil dan Pirofilit • • • • • • Gambar Pirofilit • •

(19)

Pemanfaatan Pirofilit

• Kegunaan pirofilit didaerah penelitian digunakan sebagaibahan dasar membuat bahan baku industri keramik, porselin, industri kosmetik, pabrik kertas, dan industri cat. Selain itu dapat digunakan sebagai bahan baku beton untuk meningkatkan kekuatan tekan beton penghematan semen. A. Metode Sedimen Sungai

Saigusa (1975); Rose Et Al (1979) dan Fateh Chand (1981) dalam Ghazali dkk. (1986) dan Sabtanto dkk (2000) mengemukakan bahwa

pengambilan conto endapan sedimen sungai aktif harus mengikuti ketentuan-ketentuan seperti berikut :

5. Letak conto harus ditentukan sehingga benar-benar mewakili daerah seluas yang ditargetkan.

6. Pengambilan conto juga harus dilakukan pada anak sungai, terutarna sungai orde 1, orde 2 dan orde 3, karena lebih dari itu sudah tidak mewakili daerah tangkapan atau cacthment area dan tidak memberikan nilai anomali.

7. Pengambilan conto tidak boleh terlalu dekat dengan muara sungai besar, hal ini untuk menghindari pengaruh dari sungai utama pada saat banjir (kontaminasi oleh unsur yang bukan berasal dari hulu anak sungai tersebut). •

8. Tempat Pengambilan conto sebaiknya jauh dari tepi sungai, diambil pada arus lemah dan pada air yang dangkal. Conto tidak diambil di bagian hilir dari tempat di mana ada jalan melintas dan longsoran. Conto tidak diambil pada tempat yang sulit ditentukan lokasinya.

• Beberapa pertimbangan dan alasan pemilihan metoda sedimen sungai adalah:

a) Dipakai dalam eksplorasi tahap awal (regional geochemical reconnaissance) diareal yang luas

(20)

c) Keuntungan: mampu menjangkau daerah yang luas dalam waktu yang singkat, jumlah conto yang relatif sedikit, dan biaya yang relatif murah. • Beberapa metoda yang dilakukan dalam metoda sedimen sungai adalah: 1. Sedimen sungai aktif (stream sediment, SS), yaitu mengambil fraksi

berukuran silt-clay dengan cara menyaring sedimen dengan saringan

berukuran -80#. Tujuan dari metoda ini adalah menangkap butiran emas dan base metal berukuran halus.

• • • •

• Gambar pengambilan conto sedimen sungai aktif

2. Konsentrat dulang (pan concentrate, PC) yaitu mengambil fraksi mineral berat dalam sedimen sungai dengan cara mendulang dengan tujuan menangkap emas berbutir kasar dan mineral berat lainnya. Dapat dilihat seperti gambar di bawah ini :

• • • •

• Gambar geologist mengambil sampel dulang

3. Bulk Leach Extractable Gold (BLEG), semua fraksi sedimen diambil tanpa terkecuali. Tujuannya untuk menangkap semua butiran emas dan mampu

(21)

mendeteksi kadar emas yang sangat rendah (ambang deteksi 0,1 ppb). Dalam prakteknya BLEG dilakukan pada tahap awal dengan densitas 1 conto per 5-10 km, sedangkan SS dan PC dilakukan pada tahap berikutnya dengan densitas1 conto per 1-3 km. Contoh peta yang dihasilkan dengan

menggunakan metoda geokimia dapat dilihat pada gambar di bawah ini : • • • • • • •

B. Metode Percontoan Tanah ( Soil Sampling )

• Warna tanah dan perbedaan komposisi dapat merupakan indikator yang penting untuk berbagai kandungan logam. Contohnya, tanah organik dan inorganik reaksinya akan berbeda terhadap logam (kandungan logamnya berbeda). Dari kedua tipe ini dapat diharapkan perbedaan levelbackground yang jelas. Mengabaikan perbedaan ini akan mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan eksplorasi, yaitu anomali yang signifikan tidak terlihat dan anomali yang salah

• Anomali yang salah umumnya berkaitan erat dengan komponen yang menunjukkan konsentrasi unsur yang ekstrim, seperti pada material organik dan mineral lempung, juga unsur jejak dalam airtanah.

• Kegagalan mendefinisikan kondisi anomali (yang menunjukkan adanya mineralisasi) dapat terjadi jika contoh tidak berhasil menembus zona pelindian. Ini sering terjadi pada pengambilan contoh yang tergesa-gesa, sehingga bukti mineralisasi tidak terlihat.

(22)

daerah terbatas. Oleh karena itu diperlukan sejumlah contoh yang diambil secara sistematis untuk mengevaluasi sifat-sifat mineralisasi. Perencanaan penyontoan biasanya mengikuti grid bujur sangkar atau empat persegi panjang. Contoh tambahan diambil dari lingkungan yang berasosiasi dengan akumulasi unsur jejak, seperti zona depresi atau rembesan untuk menguji dispersi hidromorfik dari badan mineral yang tertimbun.

• Survey tanah terdiri dari analisis contoh tanah yang biasanya diambil dari horizon tanah khusus, kemudian diayak untuk mendapatkan ukuran fraksi tertentu. Contoh umumnya diambil pada pola kisi (grid) yang beraturan. Di daerah yang terisolir dengan medan yang sulit, akan sulit pula untuk membuat grid pengambilan contoh yang baik.

• Metode alternatif yang dapat digunakan adalah penyontoan ridge dan spur. Metode ini sangat baik dikombinasikan dengan survey sedimen sungai untuk medan yang sulit. Metode pengambilan contoh yang paling ideal adalah dengan grid yang teratur. Prosedur yang normal adalah menentukan garis dasar kemudian buat lintasan yang tegak lurus terhadap garis dasar. Penentuan garis dapat dilakukan dengan theodolit atau kompas.

• Pemilihan grid yang digunakan tergantung pada tipe target yang dicari. Jika diketahui bahwa mineralisasi di daerah itu memiliki dimensi panjang searah dengan jurus, seperti mineralisasi vein atau unit stratigrafi, maka garis dasar harus diletakan paralel terhadap jurus.Contoh diambil

sepanjang garis lintang yang tegak lurus pada garis dasar.Dalam kasus ini interval antar garis bisa lebih besar dari interval contoh sepanjang garis dasar.Jika jurusnya tidak dikenal dan targetnya diduga equidimensional, maka pengambilan contoh dilakukan dengan grid yang berbentuk bujur sangkar.

• Untuk praktisnya sering digunakan grid segi empat panjang, karena penambahan frekuensi sampling sepanjang garis dasar tidak membutuhkan

banyak waktu. Ukuran grid yang digunakan umumnya 500 m x 100 m atau 200 m x 200 m untuk survey pendahuluan dan 100 m x 50 m atau 50 m x 50 m untuk survey detil. Kadang-kadang digunakan juga grid jajaran genjang .

• Pengambilan contoh : •

(23)

• Contoh tanah umumnya diambil pada horizon B, pada kedalaman 30 – 50 cm. Untuk unsur tertentu seperti Ag dan Hg horizon A dapat memberikan hasil yang lebih baik. Pada daerah yang keras dan kering contoh diambil dengan menggali lubang kecil dengan menggunakan sekop dan cangkul. Jika tanah lunak dan lembab dapat digunakan sekop kecil atau hand auger. Contoh ditempatkan pada kantong contoh standar, diberi nomor dan keterangan singkat yang mencakup tipe tanah, warna, kandungan organik. Gejala khusus sepanjang lintasan perlu dicatat, contohnya singkapan, jalan setapak, sungai. • Sistem penomoran tergantung pada pola pengambilan contoh. Untuk pola grid lebih baik menggunakan sistem koordinat dengan mengambil titik 0 pada garis lintasan dasar, dan memberi nomor rujukan pada tiap garis lintang. Namun penomoran alfanumerik kurang praktis untuk analisis laboratorium. Cara penomoran lain menggunakan kode enam sampai delapan digit yang merupakan kode proyek, daerah dan nomor contoh, misalnya nomor 2040325 bisa berarti proyekk 2, kode daerah 04, contoh 0325. Tipe ini lebih baik untuk pengolahan data dengan komputer.

• Di daerah kering dan banyak matahari, contoh dapat dikeringkan di tempat terbuka di camp, tapi di daerah basah dibutuhkan alat pengering. Jika contoh sudah kering, dapat digerus dan diayak. Di daerah tropis yang didominasi tanah latosol penggerusan dapat dilakukan dengan mortar agar agregat oksida besinya hancur. Ayakan dari stainless steel atau dari nilon dapat digunakan Sebelum mengayak tiap-tiap sampel, ayakan harus bersih. Ayakan dapat dibersihkan dengan kuas ukuran 3,5 cm atau 5 cm. Hasil pengayakan

dimasukkan ke dalam amplop kertas, kemudian ke dalam kantong plastik agar tidak bocor atau terkontaminasi pada waktu pengangkutan. Fraksi ukuran yang umum untuk contoh geokimia adalah - 80 mesh (0,2 mm), tapi ukuran yang lebih halus atau lebih kasar dapat digunakan untuk kasus-kasus tertentu.

• Pada daerah baru yang belum diselidiki dianjurkan untuk melakukan survey orientasi untuk menentukan fraksi ukuran yang optimum untuk analisis, kedalaman penyontoan yang terbaik , jika mungkin respons geokimia dari mineralisasi .

(24)

mengacu pada isopleth (garis yang konsentrasinya sama). Selang antar kontur dapat digambarkan dengan warna atau arsir.Tiap titik contoh dan harganya harus diperlihatkan, tapi nomornya tidak perlu diterakan agar tidak membingungkan. Pola pengambilan contoh yang tidak beraturan dapat disajikan dalam peta dot, atau dengan memberikan warna yang berbeda pada setiap titik contoh.

Survey lanjut (follow-up) dilakukan dengan spasi grid yang lebih rapat. Contohnya suatu anomali yang terdapat pada grid penyelidikan

pendahuluan 500×200 m dapat dipenyontoan lagi dengan grid 250×100 m atau lebih rapat lagi, tapi grid yang lebih rapat dari 25×25 m umumnya kurang menguntungkan, kecuali jika target yang diharapkan berupa vein yang sangat kecil atau pegmatit. Jika hasil survey lanjut menjanjikan, maka pada daerah anomali dapat dilanjutkan dengan survey geofisika sebelum diputuskan dilakukan pemboran.

• Situasi dimana survei soil dilakukan antara lain :

1. Survei pendahuluan dilakukan di daerah yang pola pengalirannya tidak berkembang

2. Survei lanjutan dilakukan di daerah anomali yang dilokalisir oleh survei sedimen sungai

3. Survei lanjutan di daerah anomali yang dilokallisir oleh survei geofisika 4. Survei lanjutan di sekitar lokasi Gossan

5. Mendeliniasi target bor uji di sekitar mineralisasi yang diketahui • • • • • • • •

(25)

• • • •

Pola pengambilan sampel Ridge and Spur ( Rose et al. 1979 ) •

• Kondisi yang harus diperhatikan pada waktu melakukan sampling dengan metoda percontoan tanah adalah :

1. Cukup material yang diambil untuk analisis 2. Conto diambil dari horison yang sama

3. Jika horison soil tidak berkembang, conto diambil pada kedalaman yang sama

4. Conto harus diambil dari jenis soil yang sama (residual/ transported) 5. Faktor yang menyebabkan adanya kontaminasi pada sampel harus

diketahui. •

C. Metode Percontoan Batuan (Rock Sampling )

• Dalam rangka mendapatkan informasi kelimpahan background dari unsur yang dianalisis dalam survey tanah atau sedimen sungai aktif perlu dilakukan sedikitnya pengambilan contoh batuan secara terbatas.

• Dalam penyelidikan geokimia endapan sungai, conto batuan mempunyai peranan sebagai pelengkap yang akan berguna untuk menentukan kadar unsur dalam batuan di daerah anomali geokimia. Nilai unsur yang diperoleh dari conto batuan akan berguna sebagai nilai latar belakang unsur-unsur guna membantu dalam mengindikasikan ada atau tidaknya mineralisasi di daerah penelitian. Cara pengambilan conto batuan ada empat macam, yaitu :

5. Cara suban (chip sampling).

6. Cara alur (channel sampling).

(26)

7. Cara comot (grab sampling)

8. Cara meruah (bulk sampling).

• Survey batuan dapat dilakukan sendiri untuk mendeteksi

kemungkinan dispersi primer yang berasosiasi dengan bijih. Survey batuan dapat digunakan untuk prospeksi mineralisasi pada kondisi berikut:

• Prospeksi bijih yang meghasilkan pola dispersi batuan dasar yang luas (contohnya seperti Si, K, F, Cl dapat dijumpai pada lingkaran alterasi yang ekstensif mengitari bijih hidrotermal).

• Prospeksi untuk endapan yang luas berkadar rendah (contohnya endapan Cu yang tersebar atau endapan Sn yang tersebar) yang pengenalannya tidak mungkin dilakukan dari contoh setangan karena kadarnya rendah atau mineral yang dicari tidak terlihat.

• •

• Pengambilan contoh batuan bisa dilakukan dengan chip sampling secara acak pada singkapan atau dengan pemboran dengan pola grid (bor auger untuk kedalaman yang kecil, atau dengan rotary percussion untuk daerah yang overburdennya tebal). Contoh batuan, yang diperoleh digerus dan diayak. Fraksi – 80 mesh dianalisis.

a. Dilakukan dalam tahap akhir eksplorasi permukaan

b. Lokasi pengambilan conto: singkapan, float, pits, trenches, drill holes c. Menangkap dispersi geokimia primer

d. Dimaksudkan untuk keperluan analisis kimia mineral (unsur utama, unsur target,unsur pathfinder) dan fisika mineral (petrografi, X-Ray, dan inklusi fluida).

• Beberapa cara pengambilan conto yang dapat dilakukan adalah dengan : 1. Grab / specimen

(27)

3. Channel / Panel 4. Drill cutting / Core •

• •

(28)

BAB VI

PENUTUP

• 6.1 Kesimpulan dan Saran

1. Eksplorasi adalah penyelidikan yang dilakukan untuk mengidentifikasi, menentukan lokasi, ukuran, bentuk, letak dan sebaran, kuantitas dan kualitas suatu sumberdaya geologi untuk kemudian dapat dilakukan analisis atau kajian kemungkinan dilakukannya penambangan • 2. Metode yang digunakan dalam eksplorasi geokimia yaitu : • a. Penyontohan dengan aliran sungai

• b. Penyontohan tanah • c. Penyontohan batuan

• 3. Bentuk endapan mineral pirofilit di lokasi penelitian merupakan endapan yang tebal dan tidak/belum diketahui batas perlapisan dengan kemiringan lereng relatif mencapai 5 derajat - 87 derajat. Sampai saat ini ketebalan yang terlihat anatara 30 - 40 m . Berdasarkan hasil pengamatan permukaan (surface mapping) di dapat penyebaran pirofilit di permukaan sebesar 3.235.122,6 m3. Karakteristik endapan pirofilit pada lokasi penelitian bersifat padat ( masif). Berwarna putih, putih kehijauan sampai putih

kecoklatan, kekerasan mencapai 1 - 1,5 skala mhos.

• 4. Proses pembentukan pirofilit pada daerah penelitian tidak lepas dari tatanan stratigrafi daerah penelitian dan proses geologi yang terjadi pada daerah penelitian, dimana pada daerah penelitian pada kala Oligosen Akhir - Miosen Akhir terjadi proses geologi yang memungkinkan terbentuknya endapan pirofilit akibat intrusi oleh batuan terobosan ( Tomi), granodiorit dan dasit, dan mengintrusi batuan dari formasi mandalika( Tomm), terdiri dari batuan Lava Andesit, basalt, trakit, dasit dan breksi andesit, yang diendapkan secara tidak selaras dengan formasi anggota tuff formasi mandalika ( Tomi),

(29)

terdiri dari batuan tuf Andesit - Riolit - Dasit dan breksi Tuf berbatuapung. Akibat intrusi dari formasi batuan tertrobosan ( Tomi) pada daerah penelitian terjadi ubahan batuan (rock alteration). Pada daerah penelitian batuan intrusi yang berkembang berupa intrusi dasit yang mengintrusi formasi anggota tuf mandalika terdiri dari tuff andesit-riolit-dasit dan breksi tuf berbatuapung. Sifat batuan yang menerobos mencirikan larutan hydrotermal, merubah batuan yang diterobos( batuan asal pirofilit) bersifat asam dan batuan yang terubah menjadi pirofilit juga bersifat asam. Kondisi ini membentuk endapan pirofilit yang akan silikat ( SiO2) dan alumina ( AI2O3) yang terdapat pada daerah penelitian.

• • • • • • • • • • • • • •

(30)

Gambar

Gambar I.1 Lokasi Tambang Emas Di Indonesia
Gambar III.1 Daerah Lingkungan Berenergi Rendah dan Tinggi
Gambar III.2 Pengambilan Conto Mineral Berat Endapan Sungai Menggunakan Dulang

Referensi

Dokumen terkait

Kriteria yang digunakan dalam menganalisis keefektivan algoritma C4.5 pada sistem pendukung keputusan pemenang tender projek adalah Evaluasi Administrasi, Evaluasi

Dalam jaringan telekomunikasi yang terdiri lebih dari satu berkas saluran akan terdapat kemungkinan bahwa trafik yang tak dapat dimuat pada suatu berkas tertentu akan ditawarkan

Sama halnya untuk satu golongan, dalam satu periode dari kiri ke kanan, harga negatif energi totalnya juga semakin besar (energi total semakin kecil). Jadi, dalam satu

pemain tersebut belum melakukan gerakan service, dan bola belum tersentuh bagian tubuh (yang dipergunakan untuk memainkan bola) pemain tersebut belum dinyatakan

energi, nafsu makan menurun (appetite), berat badan menurun, insomnia, selalu dalam keadaan cemas, sulit berkonsentrasi, sakit kepala yang hebat, kehilangan minat untuk

Disamping itu struktur sesar terbentuk setelah pembentukan lipatan ditandai dengan adanya offset pada sumbu sinklin pada daerah penelitian (Lampiran F-3), sehingga dapat

Mendekati akhir bulan (sekitar tiga minggu kemudian) uang belanja dirumah sudah habis (karena bulan ini waktu pembayaran biaya sekolah anak-anak saya) menurut itung-itungan saya

Rancangan percobaan yang digunakan adalah desain faktor tunggal yaitu jenis pati sagu yang berasal dari lima wilayah di Indonesia diantaranya Riau, Jawa Barat, Sulawesi