• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keluarga adalah miniatur perilaku budaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keluarga adalah miniatur perilaku budaya"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Keluarga adalah miniatur perilaku

budaya

MAKALAH ILMU BUDAYA DASAR :

Keluarga adalah miniatur perilaku budaya

NAMA : HARRY FITRI USMANTO

NPM : 38412209

KELAS : 1ID08

UNIVERSITAS GUNADARMA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar

(2)

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar

Dosen : Muhammad Burhan Amin

Topik Makalah

Keluarga Adalah Miniatur Perilaku Budaya

Kelas : 1-ID08

P E R N Y A T A A N

Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh pekerjaan dalam penyusunan

makalah ini saya buat sendiri tanpa meniru atau mengutip dari tim / pihak lain.

Apabila terbukti tidak benar, saya siap menerima konsekuensi untuk mendapat

nilai 1/100 untuk mata kuliah ini

.

P e n y u s u n

N P M

Nama Lengkap

Tanda Tangan

38412209

Harry Fitri Usmanto

Program Sarjana Teknologi Industri

UNIVERSITAS GUNADARMA

(3)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam , Saya ucapkan pada Allah Yang Maha Pengasih lagi Pemurah,

karena makalah ini dapat disusun sesuai harapan dan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam

semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW karena melalui beliau , Kita semua tersinari

cahaya keimanan yang penuh dengaan nikmat.

Makalah ini membahas tentang “ Keluarga adalah miniature perilaku budaya “, Makalah ini

berhubungan dengan mata kuliah Ilmu Budaya Dasar . Penyusun menyadari betul dalam menulis

makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu Saran dan kritik yang membangun sangat

Saya harapkan.

Penyusun berharap , semoga makalah ini bermanfaat bagi sumbangsih ilmu pengetahuan dan

mampu memberikan penjelasan tentang Peran kebudayaan dalam membentuk kepribadian .

Tentunya , semoga makalah ini bermanfaat dalam mempelajari ilmu budaya dasar dan mendapat

nilai sesuai harapan.

Demikian makalah ini Saya buat, selamat membaca dan semoga bermanfaat.

(4)

DAFTAR ISI

Cover i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

Bab I Pendahuluan 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 Sasaran 2 Bab II Permasalahan 3 Kekuatan 3 Kelemahan 4 Peluang 4

Tantangan atau hambatan 5

Bab III Kesimpulan dan Rekomendasi 6

Kesimpulan 6

Rekomendasi 6

(5)

BAB IPendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya terus menerus yang bertujuan mengembangkan seluruh potensi kemanusiaan seseorang dalam mempersiapkan diri mereka agar mampu menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupannya. Dengan demikian, di satu sisi pendidikan merupakan sebuah upaya penanaman nilai-nilai kepada seseorang dalam rangka membentuk watak dan kepribadiannya.

Selanjutnya, pendidikan mendorong seseorang untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut ke dalam perilaku dalam kehidupan sehari-hari.Fungsi pendidikan dalam Islam antara lain untuk membimbing dan

mengarahkan manusia agar mampu mengemban amanah dari Allah, yaitu menjalankan tugas-tugas hidupnya di muka bumi, baik sebagai 'abdullah (hamba Allah yang harus tunduk dan taat terhadap segala aturan dan kehendak-Nya serta mengabdi kepada-Nya) maupun sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang menyangkut tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri, dalam keluarga, dalam masyarakat dan tugas kekhalifahan terhadap alam.Manusia memang memiliki potensi dasar atau yang disebut fitrah, tetapi manusia juga punya keterbatasan. Keterbatasan atau kelemahan tersebut menyadarkan manusia untuk lebih memperhatikan eksistensi dirinya yang serba terbatas jika dibandingkan dengan Sang Maha Pencipta yang serba tak terbatas.Karena itu pendidikan dalam Islam antara lain bertugas untuk

membimbing dan mengarahkan manusia agar menyadari akan eksistensi dirinya sebagai manusia yang serba terbatas, serta menumbuh kembangkan sikap iman dan takwa kepadaAllah yang serba Maha Tak Terbatas. Di samping itu, pendidikan juga bertugas untuk membimbing dan mengarahkan manusia agar mampu mengendalikan diridan menghilangkan sifat-sifat negatif yang melekat pada dirinya agar tidak sampai mendominasi dalam kehidupannya, sebaliknya sifat-sifat positifnya yang tercermin dalam kepribadiannya. Pengendalian diri yang disebutkan di atas terkait dengan emosi. Dalam konteks

pendidikan, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan olehkecerdasan intelektualnya belaka, tapi ada kecerdasan lain yang ikut menentukan yakni kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional (EQ) bukan didasarkan pada kepintaran seseorang, melainkan pada sesuatu yang dahulu disebut karakteristik pribadi atau "karakter". Penelitian-penelitian sekarang menemukan bahwa keterampilan sosial dan emosional ini mungkin bahkan lebih penting bagi keberhasilan hidup ketimbang kemampuan intelektual. Kecerdasan emosional bukan merupakan lawan kecerdasan intelektual yang biasa dikenal dengan IQ,namun keduanya berinteraksi secara dinamis. Pada kenyataannya perlu diakuibahwa kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan di tempat kerja, dan dalam berkomunikasi di lingkungan masyarakat.Banyak orang yang tertarik pada konsep kecerdasan emosional dimulai dariperannya dalam membesarkan dan mendidik anak-anak, tetapi selanjutnya orang menyadari konsep ini baik di lapangan kerja maupun di hampir semua tempat lainyang mengharuskan manusia saling berhubungan. Penelitian-penelitian telah menunjukkan bahwa keterampilan EQ yang sama untuk membuat anak yang bersemangat tinggi dalam belajar, atau untuk disukai oleh teman-temannya diarena bermain, juga akan membantunya dua puluh tahun kemudian ketika sudah masuk ke dunia kerja atau ketika sudah berkeluarga.Melihat urgensi EQ di atas, hendaknya pendidikan di mulai sejak diniyakni dalam lingkungan keluarga. Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya menjadi orang yang berkembang secara sempurna. Mereka menginginkan anak yang dilahirkan itu kelak menjadi orang yang sehat, kuat, berketerampilan,

cerdas,pandai, dan beriman. Bagi orang Islam, beriman itu adalah beriman secara Islam.Untuk mencapai tujuan itu, orang tualah yang menjadi pendidik pertama danutama. Sedangkan yang menjadi posisi peserta didik tentulah si anak. Sekalipun demikian, sebenarnya semua anggota keluarga adalah peserta didik juga, tetapi dilihat dari segi pendidikan anak dalam keluarga, yang menjadi si terdidik adalah anak.

(6)

1

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan antara pendidikan agama Islam dalam keluarga terhadap kecerdasan emosional anggotakeluarga.Untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan antara budaya religiussekolah terhadap kecerdasan emosional Untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan secara bersama-samaantara pendidikan agama Islam dalam keluarga dan budaya religious sekolah terhadap kecerdasan emosional

1.3 Sasaran

Manfaat Teoritis.

 Penelitian ini dapat memperkaya teori dan wawasan berupa studi ilmiah yang dapat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan khususnyaPendidikan Agama Islam (PAI).

 Penelitian ini bisa digunakan sebagai referensi akademik dan bahan masukan bagi penelitian serupa di masa yang akan datang.

Manfaat Praktis

Bagi lembaga pendidikan formal (sekolah) maupun informal, penelitian inidapat memberikan gambaran secara riil mengenai kondisi pendidikanagama Islam dalam keluarga siswa dan budaya religius di sekolah secara umum serta pengaruhnya terhadap kecerdasan emosional siswa,

sehinggabisa menjadi masukan untuk mengadakan evaluasi dan pengembangan kearah yang lebih baik.

(7)

BAB II Permasalahan

2.1 Kekuatan ( Strength )

 Pendidikan agama Islam adalah pengajaran yang sudah terbukti kebenarannya

Islam, bukan hanya sebatas agama, tetapi lebih merupakan ajaran yang mengajarkan kepada umatnya untuk selalu memperhatikan hubungan antara manusia dan Tuhannya (hablum minallah) dan hubungan antara manusia dan manusia (hablum minannas).

 ESQ memberikan pengajaran kecerdasan emosional

Kecerdasan intelektual tidak akan memberikan keberhasilan kepadaseseorang tanpa diimbangi oleh kecerdasan emosional (ESQ).Dengan kecerdasan emosional, anak bisa tahu bagaimana cara menghormati orangtuanya, orang tua bisa tahu bagaimana cara mengasihi, menyayangi anak-anaknya. Kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional harus bias berdampingan secara harmonis untuk mencapai harmonisasi dalam rumah tangga, masyarakat, maupun di sekolah bagi anak-anak.

 Kunci pendidikan dalam keluarga sebenarnya terletak pada pendidikanrohani

Karena pendidikan agamalah yang berperan besar dalam membentuk pandangan hidup seseorang. Ada dua arah mengenai kegunaan pendidikan agama dalam keluarga. Pertama, penanaman nilai dalam arti pandangan hidup, yang kelak mewarnai perkembangan jasmani dan akalnya.

Kedua,penanaman sikap yang kelak menjadi basis dalam menghargai guru danpengetahuan di sekolah. Pendidikan yang harus diberikan oleh orang tua kepada anaknya, tidaklah cukup dengan cara "menyerahkan" anak tersebut kepada suatu lembaga pendidikan. Tetapi lebih dari itu, orang tua haruslah menjadi guru yang terbaik bagi anak-anaknya.

 Perilaku Orang Tua adalah contoh nyata dari proses pengajaran budaya Islami

Tanpa adanya contoh nyata dari orang yang menjadi panutan dalam rumah tangga, mustahil pendidikan budaya islami dapat dilaksanakan secara utuh.Untuk itu peran perilaku orang tua menjadi sangat signifikan dalam membentuk karakter angota keluarga.

(8)

2.2 Kelemahan ( weakness )

 Pola Pikir Ortodok Orang Tua tentang Pendidikan

Banyak orang tua yang berpikiran bahwa masalah pendidikan dan perilaku adalah di sekolahan, sementara rumah tangga adalah tempat berkumpul antar anggota keluarga, sehingga ketika kita berkumpul jarang kita jumpaianggota keluarga yang menanyakan perkembangan moralitas darikeluarganya.

 Minimnya komunikasi budaya perilaku

Kemampuan untuk berkomunikasi ini sangat penting untuk menjagakesalah pahaman antar anggota keluarga. Minimnya komunikasi karena kesibukan masing-masing angota keluarga bisa menimbulkan ketegangandan perselisihan antar anggota keluarga, yang pada ujungnya akan melemahkan rasa persaudaraan anggota keluarga.

 Kurangnya rasa kecintaan, apresiasi dan kebanggaan

Banyak orang tua yang bangga ketika anaknya bisa mendapatkan ranking1 di sekolahnya, sementara akan bersikap biasa saja ketika anaknya bias menghafal 1 surat dalam Al Quran, atau ketika melihat anaknya mau membantu temannya yang sedang terjatuh.

 Kurangnya sosialisasi budaya perilaku kepada masyarakat

Banyak anak-anak yang beranggapan bahwa sopan santun hanya sebagaiperilaku yang diterapkan dalam rumah mereka, antara anak dan orangtuanya, sementara ketika mereka sudah keluar dari rumah perilaku itu sudah tidak berlaku lagi, karena banyaknya perilaku anak-anak diluar rumah yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

2.3 Peluang ( opportunity )

 Keluarga sebagai fragmen masyarakat pertama yang bertanggung jawabmemperbaiki kerusakan dalam masyarakat

Karena reaksi dan interaksi setiap individu dalam masyarakat berangkatdari pandangan religi, ideologi, sosial, yang dikembangkannya dalam keluarga.

 Keharmonisan hubungan keluarga dapat menjadi benteng yang kokoh bagi setiap anggotanya dalam menghadapi berbagai masalah yang dating

(9)

Faktor tersebut bahkan dapat dijadikan sebagai sarana pendukung bagipara anggota keluarga dalam menyelesaikan masalah mereka dengan carayang sebaik-baiknya. Sayang sekali, banyak kita saksikan orang yang bertekad membangun keluarga tanpa mengetahui tugas dan

tanggung jawab mereka dalam keluarga.

 Konsultasi Kekeluargaan Masalah konsultasi keluarga kini sama pentingnya seperti berobat jikabadan kita sakit.

Begitu pula dengan jika kita terbentur masalah hukum,maka kita akan memerlukan seorang pengacara yang membantu menyelesaikan persoalan kita. Sebab itu, konsultasi keluarga sangat diperlukan jika memang hal itu dapat membantu menjaga hubungan yang harmonis dalam keluarga.

 Keluarga sebagai lingkungan pertama penyempurnaan jiwa dan raga anak.

Keluarga bertanggung jawab membangun karakter anak dan remaja. Olehsebab itu, status sosial dan ekonomi keluarga dalam masyarakat akan sangat berpengaruh pada kebiasaan dan pola berpikir anak. Artinya,seorang anak dapat menikmati kehidupan yang ideal untuk

berinteraksidalam masyarakat dan keluarga atau bahkan sebaliknya.

2.4 Tantangan / hambatan ( threats )

 Pendidikan Agama adalah hafalan surat-surat Al Qur’an

Orang tua banyak yang beranggapan bahwa apabila anaknya sudah bisamenghafal surat-surat dalam Al Qur’an, maka perilakunya sudah baik,implementasi dari makna yang terkandung dalam isi surat Al Qur’an kurang mereka perhatikan.

 Rasa Egoisme

Dengan semakin pesatnya perkembangan zaman, maka akan membawa pengaruh pada masuknya budaya asing. Hal ini akan membawa dampak buruk bagi kehidupan generasi muda apabila system filteriasai tidak dikedepankan, karena masuknya budaya asing tidak selalu sejalan dengan pola hidup, cara pandang secara Islami.Banyak anak-anak yang berpandangan cara hidup Islami adalah sudah ketinggalan zaman, kurang bisa mengikuti perkembangan zaman.

(10)

 Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi seorang anak untuk mendapatkan pendidikan

Untuk dapat melatih anak dengan baik, adalah tidak mudah, banyak sekalifactor-faktor yang menghambat dalam pelatihan tersebut. Salah satu darifaktor tersebut adalah faktor lingkungan.

 Peningkatan kemampuan Pemahaman tentang Islam

Pendidikan agama, bukan semata hanya untuk kaum tua, tetapi yang lebihpenting adalah untuk anak-anak, karena di tangan merekalah kelangsunganhidup berbudaya yang baik akan

dilanjutkan. Hal ini mendorong kepadapara orang tua dan para ustadz, kyai untuk lebih bisa melakukanimprovisasi dalam menjalankan syiar agama.

BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang penyusun lakukan,penyusun dapat menarik kesimpulan :

 Keterampilan intelektual harus diimbangi dengan kecerdasan emosionalyang berbasis pada ajaran Islam.

 Keluarga adalah tempat pertama untuk mendidik karakter kepribadian yang baik .

 Kunci utama pendidikan dalam keluarga adalah pendidikan rohani.

 Masyarakat yang bermoral dimulai dari keluarga yang berakhlak

Rekomendasi

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari berbagai sumber, maka dengan ini penyusun ingin sedikit memberikan pendapat atau saran sebagai bentuk masukan terhadap peran keluarga sebagai miniatur perilaku budaya, yakni sebagai berikut .

(11)

 Kunci pendidikan dalam keluarga sebenarnya terletak pada pendidikan rohani

Karena pendidikan agamalah yang berperan besar dalam membentuk pandangan hidup seseorang. Ada dua arah mengenai kegunaan pendidikan agama dalam keluarga. Pertama, penanaman nilai dalam arti pandangan hidup, yang kelak mewarnai perkembangan jasmani dan akalnya.

Kedua,penanaman sikap yang kelak menjadi basis dalam menghargai guru dan pengetahuan di sekolah. Pendidikan yang harus diberikan oleh orang tua kepada anaknya, tidaklah cukup dengan cara "menyerahkan" anak tersebut kepada suatu lembaga pendidikan. Tetapi lebih dari itu, orang tua haruslah menjadi guru yang terbaik bagi anak-anaknya.

 Minimnya komunikasi budaya perilaku

Kemampuan untuk berkomunikasi ini sangat penting untuk menjaga kesalah pahaman antar anggota keluarga. Minimnya komunikasi karena kesibukan masing-masing angota keluarga bisa menimbulkan ketegangan dan perselisihan antar anggota keluarga, yang pada ujungnya

akanmelemahkan rasa persaudaraan anggota keluarga.

Konsultasi Kekeluargaan

Masalah konsultasi keluarga kini sama pentingnya seperti berobat jika badan kita sakit. Begitu pula dengan jika kita terbentur masalah hukum,maka kita akan memerlukan seorang pengacara yang membantu menyelesaikan persoalan kita. Sebab itu, konsultasi keluarga sangat diperlukan jika memang hal itu dapat membantu menjaga hubungan yang harmonis dalam keluarga.

Peningkatan kemampuan Pemahaman tentang Islam

Pendidikan agama, bukan semata hanya untuk kaum tua, tetapi yang lebih penting adalah untuk anak-anak, karena di tangan merekalah kelangsungan hidup berbudaya yang baik akan

dilanjutkan. Hal ini mendorong kepada para orang tua dan para ustadz, kyai untuk lebih bisa melakukanimprovisasi dalam menjalankan syiar agama.

(12)

Referensi

www.irib.ilir (2009), Keluarga, Fragmen, Esensial Masyarakat danPeradaban

Mochtar Buchori (2007), Pengaruh Pendidikan Agama Islam dalamKeluarga dan Budaya Religius

Referensi

Dokumen terkait

yang melatarbelakangi penulis mengambil judul tentang Analisis Resiko Agroindustri Tahu (Studi Kasus Industri Pabrik Tahu Mitra di Kota Palu) karena

Ketika investor berpandangan bahwa tingkat pengembalian yang dipersyaratkan tidak sama dengan tingkat pengembalian yang diharapkan (k s ≠ ˆk) , maka pasar akan melakukan

Tahap pertama adalah identifikasi masalah manajemen produksi yang tidak optimal di UKM Furnitur, dilanjutkan pengumpulan data biaya-biaya produksi dan pengolahan data.Tahap

Juga dengan penelitian Usman (2003) yang menganalisa rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba pada bank-bank di Indonesia, yang dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

1) Sikap Kesunguh-sunguhan salah satu sumber sukses Jepang.. Rakyat Jepang sejak dahulu kala mempunyai satu sikap hidup yang dinamakan Makoto (真) atau dapat diterjemahkan

Hasil analisa kuisioner menunjukkan permasalahan yang teridentifikasi meliputi kebutuhan lahan, overlapping wilayah pemanfaatan, ancaman pencemaran dan degradasi

selama 5 tahun pertama kehidupan, maka menyebabkan anak menjadi individu yang dingin, kurang menyayangi, tidak berperasaan dan cenderung menjadi remaja delinkuen

Program ini dilaksanakan dengan tujuan memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan pada kaum wanita tentang pentingnya pemeriksaan payudara sendiri dalam mencegah