• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengingat : l. (l) dan ayat (2) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tatrun t945; UNDAI{G-UNDANE NEFUBLTK INDONtrSIA NOMOR l TAHUN 2OO8

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mengingat : l. (l) dan ayat (2) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tatrun t945; UNDAI{G-UNDANE NEFUBLTK INDONtrSIA NOMOR l TAHUN 2OO8"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

UNDAI{G-UNDANE

NEFUBLTK

INDONtrSIA i

NOMOR

l

TAHUN

2OO8

TENTANG

PENGESAHAN

ILO CONWNTION

T85

CONCERNING

NEWSING

THE

SEAFARENS' IDENTITY DOCAMENTS

CONWNTION,

T95E

(KONVENST

rLO

185

MENGENAT

KONVENSI

PERUBAHAI\I

DOKUMEN IDENTITAS PELAUT,

1958)

ONNGAII RAHMAT TUHAN YANG MAHA

ESA

L

Menimbang,

:

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA,

bahwa

Indonesia sebagai negara

pengirim

tenaga

kerja

pelaut

dengan

jumlah

yang besar

perlu

memberikan perlindungan kepada tenaga kerja pelaut

Indonesi4

karena dalam pelaksanaan tugasnya tenaga kerja pelaut

dihadapkan pada

resiko

persaingan dengan

pelaut

asing,

mobilitas

dan ancaman keamanan terhadap kesehmatan pelaut;

batrwa

untuk

melindurgi

tenaga

kerja

pelaut Indonesia, yang bekerja

di

kapal-kapal

berbendera

asing maupun

Indonesia

dalam

memberikan

kemudahan

untuk dapat

ijin

turun

ke

darat

(landing shore

pass)

diperlukan suatu bentuk karhr atau dokumen identitas pelaut sesuai dengan standar Internasional ;

batrwa

ILO

Convention 185 concerning Revising The Seafarers' Identity Documents Convention,

/958

(Konvensi

ILO

185

mengenai Konvensi,

Perubahan

Dokumen Identitas

Pelaut, 1958)

telatr

diadopsi

dalam-Konferensi Ketenagakerjaan Internasional kesembilan

puluh

satu tanggal' 19 Juni 2003 di Jenewa, Swiss;

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

huruf

ao, huruf

b

dan huruf c, perlu mengesahkan

ILO

Convention

185 concerning

Revising The Seafarers'

Identity

Documents

Convenlfor

(Konvensi

ILO

185

mengenai

Konvensi

Perubatran

Dokumen

Identitas Pelaut) dengan Undang-undang;

Pasal 5 ayat (1), Pasal I

I

ayat (2) dan ayat (3), Pasal 20, dan Pasal

27

ayat

(l)

dan ayat (2) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tatrun

t945;

Undang-Undang

No.

24

Tahun

2000

tentang Perjanjian

Internasional

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2000,

Nomor

185,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor

4012);

Mengingat

:

l.

a,

(2)

trlpngeu

Bemnf*Jue*

Bgrsaqa

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN

REPUBLIK INDOI{ESIA

MEMUTUSKAI\

Menetapkan

:

UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAI\I

ILO

QONWNThON

185

CONCERNING REWSING SEAFARERS'

IDENTITY

DQCAMENTS

coNwNTION,/958

(KOIYVENSI

ILO

r8s

MENGENAI

KOIYVENSI

PERUBAHAN DOKUMEN IDENTITAS PELAUT,

1958).

Pasal

I

Mengesahkan

ILO

Convention

:

85

conceryllng

Reuislng

-Sgafayrg'

Idenli-qt Documents

Coniention,

/958

(Konvensi

ILO

185 mengenai Konvensi Perubahan Dokumen Identitas

felaut,

1958)

yang

salinan

naskah asliny,a

dalam

bahasa

Iqggris

dan.terjemahannya dalam_bahasa

Indoneiia

sebagaimana

terlampir

dan merupakan bagian yang

tidak

terpisahkan

dari

Undang-Undang

ini.

Pasal

2

Undang-Undang

ini

mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar

setiap orang mengetahuinya, memerintatrkan pengundangan.Undang-Undang

pe-nempatairnya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

ini

dengan

.

Disahkan di Jakarta

.

padatanggal 4 Januari 2008

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA,

nd.

DR

H. SUSILO BAMBAITG

YUDHOYONO

Diturdangkan

di

Jakarta

pada tanggal 4 Januari 2008

MENTERI HUKUM

DAI\I

HAK

ASASI

MANUSIA'

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ANDI

MATTALATA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAHI.JN 2OO8

NOMOR

I

(3)

FENJELAEA,II

'NDAN

G-uxn,lx

cA#iuBLIK

IND'NE'TA

NOMOR

I

TAHUN

2OO8

TENTANG

PENGESAHAN

ILO CONWNTION

T85

CONCERNING

REWSING

THE SEAFA.RER^9',

IDENTITY

DOCAMENTS

CONVENTION,

1958

(KONVENSI

rLO

185

MENGENAT

KONVENSI PERUBAHAN DOKUMEN IDENTITAS PELAUT,

1958)

UMUM

Kompetensi

dan

tugas

dafi International

Labour

Organization

(ILO)

adalatr membuat, mengembangkan dan mengadopsi standar-standar ketenagakerjaan internasional.

Salah satu standar tersebut adalah

Konvensi

ILO

108 mengenai The Seafarers

ldentity

Documents

(SID)

yang diadopsi

oleh

ILO

pada

tanggal

13

Mei

1958 dan

mulai

berlaku

seca^ra internasional

pada tanggal 19 Februari 1961.''S/D

ini

berbentuk

buku

sehingga

kemudian disebut Seaman Bookyangkelemahan utamanya adalah

tidak

dilengkapi dengan

standar biometrik.

Dokumen identitas

pelaut

di

atas

sulit diverifikasi

karena

teknologi biometrik

belum

berkembang sehingga Organisasi Konsultatif

Maritim

Internasional

(IMCO

sekarang

IMO)

menerbitkan

Konvensi "the Facilitation

of

International Maritime

Traffic,

1965, as

amended" yang

isinya

menetapkan bahwa

kru

kapal hanrs diperbolehkan

turun ke

darat

oleh

pejabat

yang

berwenang manakala kapalnya berada

di

pelabuhan dan persyaratan

masuk

ke

pelabuhan sudah

dipenuhi oleh

pihak

kapal;

Pejabat

yang

berwenang tidak

memiliki

alasan untuk menolak permintaan

izin

turun ke darat untuk keperluan kesehatan, keselamatan atau keamanan.

Selain

itu,

pada

paragraf

1l

dari

preambul

International

Ship and

Port

Facitity

Security

(NPS)

Code

and

SOLAS Amendments

2002

dinyatakan

bahwa

pemerintah

dari

suatu

negara

ketika

mensahkan

bagan

keamanan

kapal

dan

fasilitas

pelabuhan,

harus

memperhatikan kenyataan bahwa pelaut

hidup

dan bekeda

di

kapal, dan butuh

turun

ke

darat serta akses ke fasilitas penunjang kesejahteraan pelaut termasuk perawatan kesehatan.

Namun

setelah

terjadi tragedi

pada

tanggal

1l

.september

2001

di

New York,

Amerika Serikat, sungguhpun

PBB

telah menerbitkan General Assembly Resolution A/RES/57I219

tentang "Perlindungan

hak

asasi manusia dan kebebasan fundamental dalam memerangi

terorisme",

beberapa negara

untuk

keperluan perlindungan keamanan nasionalnya telah

menetapkan kebijakan penerbitan visa kerja yang sangat ketat, dan larangan turun ke darat

bagi pelaut asing yang memasuki pelabuhannya, serta pengawasan

24

(dua

puluh

empat)

jam

terhadap pelaut yang dilakukan oleh tenaga keamanan setempat. Sejak saat

itu,

pelaut

Indonesia mengalarni tantangan yang lebih berat dalam menjalani profesinya.

(4)

Untuk

rnenghadapi tantangan tersebut, pelaut

perlu dilindungl

dongan dokumen fdentitas

pelaut

yant

dilengkapi

dJngan data

biomefiik

sehingga dapat membuktikan birhwa dia

memang pelaut yang bukan teroris dan tidak terlibat aksi terorisme.

Dokumen identitas pelaut yang menerapkan standar peralatan sistem

teknologi

informasi yang berbasis pada

ILO

SID

0002 biometric

fingerprint

standard dengan template

PDF

417

barcode,

diatw

dalam Konvensi

ILO

185 tentang

Konvensi

Perubahan Dokumen

Identitas Pelaut, 1958 yang telatr diadopsi

ILO

pada

tanggal 19

Juni

2003.dan

mulai

berlaku secara internasional sejak tanggal 9 Februari 2005.

Indonesia sebagai negara anggota

ILO,

telah

meratifikasi

beberapa konvensi

ILO

dalam

rangka

penerapan standar-standar

internasional

dan

perlindungan

bagi

tenaga

kerja

Indonesia.

ILO

Convention

185

concerning

Revising Seafarers'

Identity

Document Convention, 1958

(Konveirsi

ILO

185

mengenai

Konvensi

Perubatran

Dokumen Identitas Pelaut,

1958)

merupakan

salah satu instrumen yang

memberikan

perlindrlrgan'dan

kemudatran bagi

tenaga

kerja

pelaut dalam

menjalankan

profesinya

dengan menggunakan

identitas

diri

pelaut yang berstandar intemasional.

Selain

itu,

sesuai

dengan

Pasal

77

Undang-Undang

Nomor

39

Tatrun 2004

tentang

Penempatan dan Perlindungan Tenaga

Kerja

Indonesia

di

Luar

Negeri,

yang menyatakan

batrwa

"setiap Calon

Tenaga

Kerja

Indonesia/Tenaga

Kerja

Indonesia

mempuryai

hak

untuk

memperoleh perlindungan sesuai dengan peraturan

penmdang-undangan" dan

mengingat

tinaga

kerja pelaut merupakan bagian dari Tenaga

Kerja

Indonesia, maka para

tenaga

kerja

pelaut

ini

wajib

dilindrurgi yang dalam

hal

ini

dokumen

identitas pelaut

merupakan

bentuk

lain dari Kartu

Tenaga

Kerja Luar Negeri

(KTKLN)

khusus untuk pelaut yang dikeluarkan oleh Pemerintah sesuai dengan Pasal 62 Undang'Undang Nomor

39 Tatrun 2004.

Berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut

di

atas, maka Indonesia perlu meratifikasi

Konvensi

ILO

No.185 mengenai Konvensi Perubahan Dokumen Identitas Pelaut, 1958.

II:

POKOK-POKOK PIKIRAN

YA,NG

MENDORONG

LAHIRIIYA

KONVENSI

l.

Peristiwa

tragis

tanggal

11

September

2001

berupa

serangan

teroris

yang

menghancurkan menara kembar World Trode Center

(WTC)

di

Amerika

Serikat, telah

mengubatr pandangan dunia terhadap rumusan tindakan anti teroris untuk melawan aksi

terorlsme gtoUut.

Sejak saat itun definisi

ancalnan potensial

teroris

berkembang

,

sehingga pelaut dimasukkan ke dalam kelompok personel yang

memiliki

potensi unttrk

melakukan aksi terorisme internasional.

(5)

q Merespon

peristiwa

di

atas, pada

sesl

ke-22

Assembly dafi Internationa!*Maritime

Organtzation

(IMO)

di

bulan November

20CI1

telah

secara

mutlak

menyetujui

pengembangan tindakan pengamanan kapal dan fasilitas pelabuhan untuk diadopsi oleh

konferensi negara-negara yang telatr meratifikasi Konvensi Internasional Safety of

Lfe

at

Sea (SOLAS)

1974. Kemudian pada

tanggal

12

Desember 2002,

Konferensi

Diplomatik

yang dilaksanakan oleh

Maritime

Safety Committee

dari

IMO

mengadopsi

amandemen Konvensi Internasional SOLAS yang dikenal dengan sebutan

International

Ship and Port

Facility

Security (ISPS) Code,2002.

Konvensi Internasional

SOLAS

1974 dftatifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia

pada tanggal 17 Desember 1980 dengan Keputusan Presiden Nomor 65

Tahur

1980.

Dalam penerapan ISPS Code selanjutnya, istilatr keamanan

maritim

(maritime security)

bukan hanya

meliputi

ancaman terorisme, narnun mencakup pencurian, perompakan

berser{ata, penyelundupan obat bius dan se4iata api, imigran

ilegal

dan pencari suaka.

Dengan demikian pelaut diduga berpotensi untuk menjadi pelaku ancarnan

ini

sehingga

beberapa negaf,a mengeluarkan aturan keamanan nasional yang sangat ketat dan bersifat

diskriminatif.

Pada

ISPS Code resolusi

8

(Enhancement

of'security

in

co-operation

with

the

International Labour

Organization) dinyatakao,, bahwa pengembangan dan penggunaan

dokumen identitas pelaut yang dapat diverifikasi akan

secara

positif

memberi

kontribusi kepada upaya internasional dalam menjamin keamanan transportasi laut.

Guna meningkatkan keamanan transportasi

laut

disamping melindungi hak pelaut dan

menghindari diskriminasi, Governing Body

ILO

dalam Sidang Internasonal Perburuhan

ke 93, tanggal

19

Juni

2003

mengadopsi

Convention

185 "the

Seafarers" Identity Documents Convention (Revised),

2003"

yang selanjutnya disebut sebagai Konvensi

ILO

185.

ALASAN INDONESIA MENGESAHKAN KONVENSI

1.

Indonesia merupakan salah satu negara penyedia tenaga

kerja pelaut dan

sebagai

negara pengirim pelaut yang besar di dunia ke pasar kerja internasional.

2.

Pelaut

Indonesia

merupakan

tenaga

kerja yang mampu dan

potensial

menjadi

pemasok devisa negara yang besar.

3.

Dengan meningkatnya

jumlah

pelaut Indonesia yang melakukan pekerjaan

di

pasar

kerja

internasional

perlu

mendapatkan perlindungan, karena

dalam

melaksanakan

tugasnya tenaga kerja pelaut dihadapkan pada resiko persaingan dengan pelaut asing,

mobilitas dan ancaman keamanan terhadap keselamatan pelaut.

4.

Daya

saing tenaga

kerja pelaut

Indonesia

dapat merosot karena ada

organisasi

internasion-al

yang

menempatkan perairan Indonesia sebagai kawasan

yang

rawan

(marine hot spot) dan ada negaxa asing yang menempatkan pelaut Indonesia sebagai

kru

berisiko

tinggi

(highrisk

tew

member).

Kondisi

tersebut

juga

dapat

menyebabkan perusahaan pelayaran harus mengeluarkan biaya keamanan tambahan

yang mahal untuk mempekerjakan tenaga kerja pelaut Indonesia.

3.

5.

l4

(6)

g,

Guna

menapertalmnksn

daya selng

das melladungi hsk.hak

w.arga

n"giu

y*g

berprofesi sebagai pelaut

di

negara

lain,

Indonesia

perlu meratifikasi

Konvensi

ILO

185 mengenai Konvensi Perubahan Dokumen Identitas Pelaut, 1958.

IV.

POKOK-POKOK

ISI

KONVENSI

ILO

185

MENGENAI

KONVENSI

PERUBAHAN DOKUMEN IDENTITAS PELAUT,

1958

Lingkup

pemberlakuan Konvensi

ILO

185 mengenai Konvensi Perubahan Dokumen

Identitas Pelaut, 1958 adalah kepada o'pelaut"

yakni

setiap orang yang dipekerjakan

atau

terlibat

atau

bekerja pada

jabatan

apapun

di

atas

kapal

selain

kapal

perang.

Namun pemerintatr

dari

suatu negara dapat menerapkan konvensi

ini

kepada

pelaut-pelaut kapal

ikan

komersial

setelah berkonsultasi dengan

perwakilan

organisasi

pemilik

kapal ikan dan orang-orang yang bekerja pada kapal ikan.

Penerbitan

Dokumen

Identitas Pelaut

dilakukan oleh

negara

yang

memberlakukan

konvensi kepada pelaut warga negaranya dan kepada

pelaut

yang

memiliki

alamat

tempat

tinggal

pennanen

di

teritorialnya

sesuai dengan peraturan

perundang-undangan

yang berlaku

di

negara

itu,

namun

konvensi

ini

tidak

berkaitan dengan

kewajiban negara anggota sesuai perjanjian internasional yang

mengaflr

pengungsi

dan orang-orang yang

tidak

memiliki

kewarga-negaraan. Penerbitan dokumen tidak boleh ditunda-tunda, dan pelaut secaf,a administratif

memiliki

hak unhrk meqggugat

bila permohonan memperoleh dokumen identitas pelaut ditolak.

Isi

dan

format

dari

dokumen identitas pelaut,

material yang

digunakan, spesifikasi

umum yang

memperhitungkan

perkembangan

teknologi harus

sesuai

dengan

Lampiran

I

dari konveirsi. Dokumen identitas pelaut terbuat dari material yang sesuai

dengan

kondisi

kerja

di

laut dan dapat dibaca oleh mesin (mabhine-readable), bebas

dari pemalsuan, mudah dideteksi dan ukurannya

tidak

lebih besar dari ukuran paspor,

narnun merupakan dokumen yang

berdiri

sendiri (stmtd-alone document) dan bukan

pengganti paspor.

Basis-data

Elektronik

Nasional

merupakan rekaman

data

elektronik

tentang tiap dokumen identitas pelaut yang diterbitkan, dibekukan atau dicabut yang harus aman

dari interfensi atau akses oleh pihak yang tak berwenang. Informasi yang ditampilkan

harus

dibatasi

pada

hal-hd

yang

esensial

untuk

keperluan

verifikasi

dokumen

identitas pelaut atau status pelaut yang konsisten dengan perlindungan hak pelaut atas

privasi

dan persyaratan proteksi data. Pemerintah harus menerbitkan prosedw yang

memperbolehkan

pelaut

untuk

memeriksa

validitas dokumen

identitasnya

atau

mengoreksi data tanpa

dikenai

biaya. Pemerintah

juga

harus menunjuk permanent

focal

poinl

untuk merespon permintaan dari pihak

imigrasi

atau negara anggota

ILO

lainnya

mengenai keaslian

dart

keabsahan

dari

dokumen identitas

pelaut

yang

diterbitkan.

l.

2.

3.

4.

(7)

5. pengendalian

mutu

dan

evaluast

harus'dltetapkan

oleh

pemerlntah dala'm bentuk'

p-iO*

tertulis

guna menjamin keamanan proses yang

diawali dari

produksi dan

iengiriman

material, proses aplikasi,

pencetakan

sampai dengan

penyeratran

iotir"n

kepada petaut. Prosedur

lain

yang

juga

harus

disediakan

adalah

p€ngoperasian

dan

pemeliharaan database serta prosedur pengendalian

mutu

dan

,ra-*ri

berkala.

pernerintah

dari

suatu negara

juga

diharuskan

untuk

melalnrkan

evaluasi

independen

terhadap sistem administrasi penerbitan dokumen

identitas

pelaut

sekurang-kurangny.

,rk

li

dalam

5

(lima)

tatrun, kemudian

melaporlan

kepada

Direktur

Jenderal

ILO.

Fasilitasi

izin

ke darat, transit dan pemindahan pelaut bagi

pemilik

dokumen identitas

pelaut

dilakukan

setetatr

melalui

proses

verifikasi

singkat

kecuali latar

belakang

pelaut diragukan. pejabat yang benvenang

tidak

memiliki

alasan

untt*

menolak

izin

turun

ke

darat

seierti

ke

rumah sakit, kantor

pos'

atau kepolisian

setempat'

Sedangkan untuk rnemasgki wilayatr suatu negara dalam rangka penempatan di kapal,

.t""

pf"arfr

kapal

di

negara

itu

atau

di

negara-

ld1'

ttu

untuk

kepulangan ke tanah

air,

pemerintah

setemp*

h*rs

memberi

izin

berdasarkan dokumen identitas pelaut

dan paspor Yang

valid

Kepemilikan dan

pencabutan

dokumen

didokumentasikan

dalam

prosedur

yang

dii,at

secara

tripaftit.

Dokumen identitas pelaut hanrs disimpan

oleh

yang

bersangkutan

kecuali

pelaut

secara

tertulis

mengizinkan kapten.

kp{.

untuk

*enyiirp*nya.

Dokurnen identitas pelaut hanrs dicabut manakala pelaut

tidak

lagi

*t*tnuhi

kondisi yang ditetapkan dalam

konvensi'

I

Amandemen

dui

lampiran

di

kemudian

hari mungkin

akan

dibu.t

olch

ILo

selaku

badan

tripartit

muitim

apabila disenrjui oleh dua pel

tiga

suara dari anggota delegasi

yaog

ftuiit

dalam

konfirensi,

termasuk

seh[ang-huangnya

setengah

dui

jumlatt

ntg.tt

yang telah meratifikasi

konvensi'

,

Ketentuan

tansisional diberlakt*an

kepada ncgara.negara anggota

ILO

yang telatr

meratifikasi

Konvensi

I.Lo

No.

l0g

mengenai

Dokumen Identitas

Pelaut'

1958. Indonesia

tidak

meratifikasi Konvensi

terjebut

namun

mengadopsi

dalam

bentuk

penerbitan

"Buku

Pelaut (Seaman Book)"'

10,

Ketentuan pomberlakuan konvensi

ILO

185 mengenai Konvensi Perubahan Dokumen

Identitas

Pelaut yang

merupakan

rpvisi

dari

Konvensi

ILO

No'

108

mengenai

Dokumen Identitas pelaut 1958 hanrs diawali

dengan

ratifikasi konvensi

dan

dilaporkan r..puou

Direktur

Jenderal

ILO

untuk

$yeistasi'

Konvensi

ini

bersifat

mengikat hanya

kepada negara-negarl

{*9

-ratifikasinya

suda}r

diregisrasi

oleh

Direktur

Jenderal

tio,

dan

h*r

sudah

berlaku

mulai

enart bulan

setelah tanggal registrasi.

6.

7.

9.

flRATA NO. 61 f AHTJN

'c'xv/,t

(8)

V.

NAT^AL

NEMI FATAL

.6

Pasal I

Apabila terjadi

perbedaan penafsiran terhadap terjematran

dalaq

batrasa Indonesia"

maka yangdipergrrnakan adalah naskah asli Konvensi dalam batrasa Inggrrs.

Pasal

2

Ctrkupjelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK

INI}ONESIA

NOMOR

48OO

,\

I

lI

fiRrn lO, tl lll{lJlilGJfli,ltlU'/vrVlf00l

(9)

KOI{VENSI

ILO

185

.' ',

MENGENAI

KoI\vENSI

PER'iAHAN

DOKUMEN IDENTITAS

PELAUT, igSS

Konferensi Umum Organisasi Perburuhan Internasional,

Setelatr diselenggarakin

di

Jenewa oleh Badan Eksekutif

Kantor

Perburuhan Internasional, dan

setelatr

mengadifan

pertemuan dalam Sidangnya yang

ke

Sembilan

Puluh

Satu pada tanggal 3

Juni 2003,

Mengingat terus berlanjutnya ancaman terhadap keamanan para penumpan-e

dan

awak kapal

sertatJehmatan

kapal, terhadap kepentingan nasional Negara dan

individu,

dan

Juga mengingat mandat

inti

oganisasi, yakni mempromosikan kondisi kerja yang layak, dan

Menimbang

bahwa, karena

sifat

dasar global yang

dimiliki industi

perkapalan, pelaut

Mengakui prinsip-prinsip yang tercantum dalam Konvensi Dokumen Identitas Pelaut tatrun 1958

**6.nui

br*t.ti*t

faiiiitas bagi

pelaut untuk

memasuki

wilayah

hukum

Anggota, untuk

kepeiluan

iuti

darat, transit, transfer atau pemulangan ke Negara asal, dan

Memperhatikan

Konvensi

Organisasi

Maritim

Internasional

tahun

1965 mengenai Pembe-nan

Fasilitas

Lalu

Lintas

Maritim

Internasional,

sebagaimana

yang telah

diamandemenkan,

kfiususnya Standar

3.44

danstandar 3.45 dari Konvensiyang bersangkutan, dan

Memperhatikan

lebih

lanjut

Resolusi

Majelis Umum

Perserikatan

Bangsa-Bangsa No.

Al\ESl57l21g

(perlindungan terhadap

hak

asasi manusia dalam memerangi terorisme)- yang

menegaskan batrwa setiap Negara harus memastikan

bahwa

setiap

tindakan yang

dilaklkan

;t

rk

memerangi

terori-sme

-harus

sesuai dengan

kewajiban Negara yang

bersangkutan

berdasarkan hukum

internasional,

khususnya hukum intemasional yang

mengafir

masalah hak

asasi manusia, pengungsi dan kemanusiaan, dan

Menyadari batrwa pekerjaan

dan

kehidupan

pelaut

di

kapal

F

kit

.d:ngT.

perdagangan

internasional dan bahwa hak

cuti

darat merupakan unsur yang penting bagi kesejalrteraan

pelryt

secara

umgm

dan,

oleh

karena

itu, juga purting

bagi

tercapainya keselamatan pelayaran dan

kebersihan samudera yang lebih baik, dan

Menyadari

juga

bahwa

kemampyan

untuk

mendarat adalatr pe.nting

urtuk naik

dan

meninggalkan

lapat

sesuai masa kerja yang disepakati, dan

Memperhatikan amandemen yang dilakukan terhaddp Konvensi

Internasional.Keselam"F

Ji*,"

di

Laut tafrun

1974, sebagaimana

yang telah

diamandemenkan, mengenai-langkah-langkalt

khusus

untuk meningku*;n

keselamatin

dan

keamanan

maritim, yang

telatrl secara_ resryi

diterima

aa"

Oitetapf*

oleh

Konferensi

Diplomatik

Organisasi

Maritim

Internasional pada

tanggal 12 Desember 2002, dan

t8

(10)

l.

Setelah memutuskan

untuk

secaf,a

resmi

raenerima

dan

menetapkan

usulan-usuffi

tertentu

menyangkut

upaya

peningkatan keamanan

identitas

pelau! yang

merupakan

bitir

ke

tujuh

agenda sidang, dan

Setelah memutuskan bahwa proposal-proposal tersebut harus dituangkan dalam bentuk Konvensi

intemasional yang merubah Konvensi Dokumen Identitas Pelaut tahun 1958,

Secara resmi menerima dan menetapkan, pada tangal sembilan belas Juni tahun dua ribu tiga

ini,

Konvensi

berikut

ini,

yang dapat dinamakan Konvensi Dokumen Identitas Pelaut

(Yang

Telatr

Direvisi)

Tahun

2003

:;

Pasal

l

RUANG

LINGKUP

Dalam Konvensi

ini,

yang

dimaksud dengan Pelaut (atau seafarer

dalam

bafrasa Inggris)

adalah orang yang dipekerjakan atau

dilibatkan

atau bekerja dalam

jenis

pekerjaan apapun

yang terdapat

di

kapal selain kapal perang, yang umumnya

terlibat

dalam kegiatan navigasi

maritim.

Dalam

hal timbul

keragu-raguan apakah

,.r.or*g"t

.rnasuk dalam kategori pelaut sesuai

dengan

yang dimaksud dalam Konvensi

ini,

maka

penentuannya

akan dilakukan

sesuai

dengan ketentuan-ketentuan Konvensi

ini

oleh pihak berwenang yang kompeten dari Negara

dari mana orang yang bersangkutan berkewarganegaraan atau bertempat tinggal tetap setelah

lebih dahulu berkonsultasi dengan organisasi

pemilik

kapal dan organisasi pelaut yang terkait

dengan masalah

ini.

Setelah berkonsultasi dengan

organisasi-organisasi

yang mewakili para pemilik

kapal

penangkap

ikan dan

orang-orang

yang bekerja pada kapal

penangkap

ikan,

I

untuk memberlakukan

Konvensi

]

pihak

berwenang yang kompeten dapat menerapkan Konvensi

ini terhadap penangkap ikan komersial.

Pasal2

DITERBITI(ANNYA DOKUMEN IDENTITAS PELAUT

Setiap Anggota yang terikat pada Konvensi

ini

wajib

menerbitkan dokumen identitas pelaut

sesuai ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Pasal 3 Konvensi

ini

untuk tiap-tiap warga

negaranya yang berprofesi sebagai pelaut dan mengajukan permohonan untuk mendapatkan

dokumen tersebut.

Kecuali

ditetapkan\.lain dalam Konvensi

ini,

kondisi-kondisi

(syarat-syarat)

yang

sama

sebagaimana

yang telatr

ditetapkan"

sebelumnya

oleh

peraturan

perwrdang-undangan

nasional

untuk

menerbitkan

dokumen

perjalanan

dapat

dircrapkan

untt*

penerbiun

dokumen-dokumen identitas pelaut,

l.

2,

(11)

3. Betlap Anggof.s Juga.dapat rnenerbitkan

delemen'idgntitas

Pplaut sebagaimana

$$urytg

dalam

"t"t

i

kepada pelaut yang telatr diberi. status penduduk tetap Qternanent resideni)

di

dalam wilayah hukumnya. Para penduduk tetap tersebut harus, dalam segala hal, melalcukan

perjalanan dengan mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal6,

ayat7.

Setiap Anggota

wajib

menjamin agar dokumen identitas pelaut diterbitkan tanpa penundaan

yang tidak perlu.

pelaut bbrhak mengajukan permohonan banding

adminisfratif

dalam

hal terjadi

penolakan atas permohonan (dokumen identitas pelaut) mereka.

Konvensi

ini

tidak

ada penganr?rrya terhadap kewajiban:masing'masing

Anggota

dalam

perjanjian-perjanjian internasional yang berkaitan dengan para pengungsi dan orang-orang

yang tidak bernegara.

Pasal3

ISI

DAN

BENTUK

Dokumen identitas

pelaut yang

dicakup

oleh

Konyensi

ini

hanrs

-

dari

segi

isinya

-mengikuti model yang dijabarkan dalam Lampiran

I

mengenai hal

ini.

Bentuk dokumen dan

bah;

pembuatnyu

tt*o"

konsisten dengan spesifrkasi umum yang dijabarkan dalam model

tersebut,

yang

didasarkan pada

kriteria

yang

dijabarkan

di

bawatr

ini.

Dengan ketentuan

batrwa seiiap peruUahan harus sesuai dengan ayat-ayat berikut

ini,

Lampiran

I

dapat, apabila

diperlukan,

-

iiamendemeri sesuai dengan Pasal

8

di

bawah

ini,

khususnya

untuk mlmpertimbangkan perkeinbangan teknologi. Keputusan

untuk

secara resmi menerima dan

rrn

tupk*

amendemen tersebut harus disertai dengan rincian mengenai kapan amendemen

tersebui

akan diberlakukan,

dengan

mempertimbangkan

bahwa Anggota

memerlnkan

waktu yang ctrkup

untuk

melakukan

revisi

yang diperlukan

terhadap dokumen-dokumen

identitas pelaut nasional boserta prosedtr-prosedurnya'

Dokumen identitas pelaut

lh*ur

dirancang secaf,a sederhana, terbuat

dari

batran yang tatran lama, dengan

g.*.

khusirs memperhatikan

kondisi-kondisi

di

laut

dan dapat dibaca oleh komputer. Bahan-bahan yang digrmakan hanrslah:

a.

sedapat mungkin

mamlu

mencegah terjadinya manipulasi -atau pegpJsuan dokumen, dan

memungkinkan dilakukarurya deteksi dengan mudah terhadap perubahan-perubahan yang

terjadi; dan

b.

secara

gmunr

dapat

diakses

oleh

pemerintatr negara

terkait

dengan

biaya

serendah-rendalnya

sesuai dengan dilakukannya upaya

yang

dapat diandalkan

rlrtuk

mcncapai

maksud yang dijabarkan dalam butir (a) di atas.

fuiggota

hanrs

memperhatikan setiap' pedoman. yang

tersedia

yang telah

disusun oleh

Orfirisari

.,Perburuhan

[nternasional mengenai

standar*tandar teknologi

yang

akan

Ji6.rf.*,

yang akan memudahkan pengguttaan standar umum internasional. 5.

6,

l.

3.

(12)

4. 5.

Ukuran dokumon ldentitas pelaut tidak boleh

meloblhl

ukuran paspor blasa.

Dokumen

identitas

'pelaut

wajib

mencantumkan

narna

pihak

berwenang

yang

menerbitkannya, petunjuk-petunjuk

yang

memungkinkan

dilakukannya

upaya

untuk

secepatnya menghubungi

pihak

berwenang tersebut,

tanggal dan

tempat

diterbitkannya

dokumen tersebut, dan pemyataan-pernyataan berikut :

a.

Dolnrmen

ini

adalatr dokumen identitas

pelaut seperti yang

dimaksudkan

dalam

Konvensi

Organisasi Perburuhan

Intemasional

mengenai

Dokumen Identitas

PElaut

(Yang Telatr

iirevisi)

Tahun 2003; dan

b.

Dokumen

ini

adalah dokumen yang berdiri sendiri dan

bukan

paspor.

Batas

maksimurn

masa

berlaku

dokunren

identitas pelaut ditentukan

menwut peratuan

'

perundang.undangan

Negara

yang

menerbitkannya

dan

dalam

hal

apapun,

tidak

boleh

melebihi

sepuluh

tahun,

dengan syarat

hanrs diperbanti

setelah

lima

tatrun

pertama [penerbitannya].

Data

diri

resmi

psmegang [dokumen]

yang

dimastrkkan dalar.n dokumen idcntitas pelaut

hanls dibatasi pada keterangan.kcterangan borikut :

nama longkap (nama depan dan nama tcrakhir, apabila ada);

jonis kelamin;

tompat dan tanggal

lahir;

kowarganegaraan;

oiri-siri fisik

tertentu yang dapat memudahkan identifikasi; foto

digital

atau foto asli; dan

tanda tangan.

8.

Meskipun data

diri

resmi pamegang dokumen sudah digariskan dalam kctentuan ayat

7 di

atas,

pola

panutan atau

iepresontasi

[perwujudan]

lain

dari hasil pengukuan biomeri

p€megang [dokumen] yang mcmenrrhi spesifikasi yang ditetapkan dalqm Lampiran

I

juga

hanrs diminta untrrk

dimasukkan

dalam

dokumen identitas

pelaut,

asalkan prasyarat.

prasyaratberikutdiPenuhi:

j

a.

pemeriksaan

biologis untuk

kepentingan pengukuran

biometi

tersebut

dapat

dilakgkan

tanpa melanggar

privasi,

menyebabkan ketidaknyamanan,

berisiko

bagi kesehatan atau merendahkan harkat dan martabat yang bersangkutan;

b.

hasil

pengukuran

biometri

itu

sendiri hanrs

terlihat

pada dokumen dan

tidak

boleh

terbuka kemungkinan

rurtuk

menyusunnya

kembali

dari pola

panutan

atau

representasi lainnya;

c.

perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan

pengukuan

dan

verifikasi

biometi

hanrs

*oduh

aigunakan dan secara umum mudah didapatkan

oleh

para pemerintah

dengan biaya rendah; 7, a. b. 0. d. a f, g.

(13)

9,

d.

perlengkapan

rmtuk verifikasi biometrl

hesus

dapat

dioperaslkan

denga;

mtldah

sesuai-ke-butuhan

dan

memberikan

hasil yang dapat

diandalkan

di

pelabuhan-pelabutran

dan.di

tempat-tempat

lainnya, termasuk

di

kapal,

di

mana

verifikasi identitas [pengecekan identitas seseorang] lazimnya dilakukan oleh pihak berwenang

yang mempunyai kompetensi untuk

itu;

dan

e.

sistem

di

mana

biomefii

ini

akan digunakan (termasuk perlengkapan, teknologi dan

prosedur penggunaan) harus memberikan

hasil yang

seragam dan terpercaya guna menguj

i

keaslian identitas.

Semua data pelaut yang tercatat pada dokumen hanrs dapat diakses. Pelaut hanrs dengan

mudah

dapai mengaksis

mesin-mesin

yang

memungkinkan mereka memeriksa data

diri

mereka sendiri yang

tidak

dapat dibaca dengan mata telanjang. Aksgs semacam

itu

harus

disediakan oleh atau atas nama pihak berwenang yang menerbitkan dokumen.

Isi

dan

bentr*

dokumen identitas pelaut hanrs mengikuti standar internasionpl yang relevan

seperti yang disebutkan dalam Lampiran I.

Prsal4

i4'.

DATABASE ELEKTRONIK NASIONAL

Setiap

Anggota harus

memastikan

bahwa

setiap catatan

(regord)

{ari

-setiap dokurnen

identitas pelaut yang telatr diterbitkan, dibekukan atau

ditarik kembali

oleh Anggota yang

bersangkutan aisimpan dalam watu database [pangkalan

data]_elektronik.-Langkutt-l*44

yang diperlukan

wajib

dilakukan

guna mengamankan

[melindungil

database tersebut dari

carnpur tangan atau akses taopa

ijin

resmi.

Informasi

vans

terkandung

dalam

catatan

(record)

tersebut harus terbatas pada

rincian-ffii*-

t#g

-penting

,rnfrrk

melakukan

verifikasi

terhadap

t*".*!ukikan

kebenaranl

aoi*.ri

iAintitur

peTaut atau status pelaut dan yang sequai

dtggt]

t-i4

privasi

fglau!

se.rta

ilr*Lnutti

semua fersyaratan perlindungao dap.y.ang dapat diberlakukan. Rincian-rincian

iJtrJU"t

diiabarkandalam Lamiriran

II

Konvensi

ini,

yang dapat diamendemen menurut cara

y611;

aiietupt*

dalam Pasai

8 di

bawatr

ini,

dgngan

.m-empertiql9*gk*..perlunya

ir*-Urti*

iuttu

yang cukup

kepada

Anggola untuk

melakukan

revisi

yang

diperlukan ierhadap system dqlabAse nasional-masing-masing.

Setiap Anseota wa'iib memberlakukan prosedur-prosedur yang mgmung\inlcan setiap pelaut

il;'t"6fhJndaiat

penerbitan

dokuhen

identitas

pelaut untuk

melakukan pemeriksaan

e;";;;"iti*

ierhidap

keabsahan semua

data

yang

terdapat

atau

tersimpan

dalary

a"iofii|

itJfronit

vang

menyangkut

diri

pekerja_y*g

-bersangkutan-

serta

untuk

*i*t.trtt

*

data

t"rribuT

bilanrlana-perlu tanpa pembebanan biaya apapun kepada pelaut

yang bersangkutan.

Setiap

Anggota harus menunjuk

seorang petugas khusus

pusat

layanan

informasi

yang

pernlanen lpermanent

focal point)

untuk

menanggapi permintaan-permintaan

(pertanyaan-pertanyaani

yang

datang

dari pihak

keimigrasian atau

pihak

berwenang

lainnya

yang 10.

l.

2.

3.

4.

(14)

6.

7.

l.

2.

kompeton

dad

Eolunrh

.{nggota

Organlaaal

un$k

m"e$dapatkan keterangan,*frrengenai keaslian dan keabsahan dokumen identitas pelaut yang

diterbitkan oleh pihak

berwenang

Anggota yang

bersangkutan.

Rincian

mengenai petugas khusus

pusat

layanan informasi

permanen tersebut harus disampaikan kepada Kantor Perburuhan Internasional, dan Kantor

tersebut hanrs mempunyai suatu

daftar

yang harus disampaikan kepada seluruh

Anggota

Organisasi.

Rincian-rincian yang dimaksud

dalam

ayat

2di

atas hanrs dapat segera diakses setiap saat

oleh pihak

keimigrasian atau

pihak

benrenang

lainnya yang

kompeten

Negara-neara

anggota Organisasi,

baik

secara

elektronik

maupun

melalui

petugas khusus pusat layanan

informasi sebagaimana dimaksud dalam ayat4

di

atas.

Untuk tujuan Konvensi

ini,

hanrs

ditetapkan pembatasan-pembatasan

yang

tepat

guna

memastikar

tidak

ada data

-

terutama

foto-foto

-

yang

dipertukarkan,

kecuali

terdapat

mekanisme

untuk

memastikan dipenuhinya standar perlindungan

dan privasi

data yang

dapat

diberlak*an.

Anggota hanrs memastikan bahwa

dau

pribadi

pada database

elektonik

tidak

digunakan

unfift

tujuan lain selain untuk melakukan

verifikaii

terhadap dokumen identitas

pelait.

'''i i

Pasal5

PENGENDALIAN MUTU

DAN

EVALUASI

Persyaratan-persyaratan

minimum

mengenai prosgs

dan prosedur

trntuk

dikeluarkannya

dokumen identitas pelaut, termasuk prosedur-prosedur pengendalian mutu, dijabarkan dalam

Lampiran

III

Konvensi

ini.

Persyaratan-persyaratan

minimum

ini

menetapkan hasil-hasil

yang diwajibkan

untuk

dicapai

oleh

setiap

Anggota dalam administrasi

sistem

masing-masing untuk menerbitkan dokumen identitas pelaut.

Harus

sudah

ada

proses

dan

prosedur

untuk

memastikan adanya

pengamanan yang

diperlukan terhadap :

a.

pembuatan dan pengiriman blanko dokumen identitas pelaut;

b.

perlindungan

(penyimpilan),

penanganan dan pertanggung jawa-ban terhadap dokumen

identitas pelaut, baik yang masih berupa blanko maupun yang sudatr

diisi;

c.

pemrosesan permohonan-permohonan

yang {iqjukan untuk

mendapatkan dokumen

identitas pelaut, dilengkapinya blanko-blanko-dokumen i{enJitas pelagt _dengan

d4a

diri

pekerja-pblaut sehingga blanko-blanko tersebut

menjadi

dokumen-dokumen identitas

pribadi

pelaut

oleh pihak

berwenang dan

unit

yang

bertanggung

jawab

menerbitkan

ilokumen-dokumen

tersebut;

dan

penyerahan dokumen-dokumen

identitas

pelaut tersebut ke yang bersangkutan;

d.

pengoperulsian dan pemeliharaan data base;

dan

.i

e.

pengendalian mutu terlpadry prosedur-prosedurdan evaluasi secara berkala.

(15)

4.

3.

Mengikuti

ketentuan ayat

2

di

atas, LgmBiran

III

dapat

diqbah

s€suai dengan cdfa yang.

ditetapkan

dalam Pasal

8,

dengan mempertimbangkan

perlunya

pemberian

waktu

yang

cukup

kepada

Anggota

turhrk

-melakukan

revisi yang

diperlukan

terhadap proses dan prosedur masing-masing.

Setiap Anggota

wajib

melalokan

evaluasj -secara independen terhadap administrasi sistem

yang

dimilikinya

untuk

penerbitan dokumen identitas

pelaut,

termast*

pros-edq1

benEendalian

mitu,

sekurang-kuangnya setiap lima tahun sekali. Laporan-laporan atas hasil

ival-uasi dimaksud, dengan syarat harus

dilatfl*an

penghapusan setiap materi yang bersifat

ratrasia"

wajib

diberikan

kepada

Direktur

Jendral

Kantor

Perburuhan Internasioiral dengag

tembuian [epada

wakil-waidi

dgri

drganisasi-organisasi para

pe.mi]S.kuptl

dan pelaut

di

negara

Anglota

yang

bersangkutan. Ketentuan-

pelaporan.in!_ti$k

ada

pengaruhnya

terf,adap

klwajibin

-Anggota-

yang

terdapat dalam Pasal

22

Konstitusi

Organisasi

Perburuhan lnternasional

Kantor

Perburuhan Intemasional

wajib

mengupayakan tersedianya laporan-laporan hasil

evaluasi tersebut

bagi

Anggota. Setiap pengungkapan

isi

laporan qelain yang secara resmi

diijinkan

untuk diungkapkan berdasarkan Konvensi

ini

harus terlebih dahulu dimintakan

ijin

kelada Anggota yang

isi

laporannya akan diungkapkan tersebut.

Badan

Eksekutif Kantor

Perburuhan Internasional, bertindak berdasarkan semua informasi

y*g

rCtru*

sesuai

dengan

pengaturan-pengatuan

yang

tllth

dilakukannya, wajib

inenyetujui

suatu

daftar Anggota yang

sepenuhnya

memenuhi

persyaratan-persyaratan

minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat

I

di atas.

Daftar tersebut

wajib

tersedia setiap saat bagi Anggota Organisasi dan diperbarui

plda

saat

informasi

yang beisesuaian diterima. Secara khus-us, Anggota

wajib

secepatrya-diberitahu

bilamana ferdapat alasan yang kuat dalam kerangka prosedur_yang dimaksud dalam ayat 8

untuk mempertanyakan dimas-ukkannya suatu Anggota dalam daftar tersebut.

Menurut

prosedur

yang

ditetapkan Badan

Eksekutif,-

tggotu

yang telatr atau

dapat

dikeluarkan

dari

daftar,

termasuk

juga

pemerintah

dari

negara-negara

Anggota

yang

berminat

untuk meratifikasi

Konvenii

dan perwakilan organisasi-organisasi

pemilik

kapal

dan pelaut harus diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat-p""4uP.ut mergka kepada

Badin

Pimpinan, sesuai dengan pengaturan-pengatur-an

falg

{ipakt"d- di

atas dan supaya

setiap perseiisihan diselesaikan tepat waktu secara adil dan tidak berat sebelatr.

Diberikannya

pengakuan terhadap

dokumen,identitas

pelaut yang

diterbitkan

Anggota

tergantung

-pada

[epatuhan Anggota yang

bersangkutan

untuk

memenuhi

persyaratan

minimum-yang dimaksud dalam ayat

I

di

atas.

Pasal 6

DIBERIKANNYA KEMUDAHAN CUTI

NAru.T,

TRANSIT DAN

TRANSFER

BAGI PELA{IT

Setiap pelaut pemegang dokumen identitas pelaut yang sah yang diterbitkan Anggota yang

terikat

pada

konvensi

ini

berdasarkan ketentuan-ketentuan

Konvensi

ini'

harus

diakui

sebagai

pelaut dalam

pengertian

Konvensi

ini

kecuali

terdapat alasan yang

jelas

untuk

meragukan keaslian dokumbn identitas pelaut yang bersangkutan. 5.

6.

7.

9.

l.

(16)

3.

,.

Vedflkasi

dan

eetlap penyelidikan

re$a

fgrrBeliks

tcrknil

yang

dibutuhliaur untuk memastikan bahwa

pelaut yang dimintakan

rjin

masuk

menurut

ayat

3

hingga

6

atau 7

,

hingga

9 di

bawatr

ini

adalatr pemegang dokumen identitas pelaut yang diterbitkan sesuai

dengan persyaratan

Konvensi

ini

wajib

dilaktrkan tanpa

dipurgut

biaya apapun dari pelaut

atau

pemilikkapal.

Cuti darat

Verifikasi

dan setiap penyelidikan serta formalitas terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat

2

di

atas hanrs

dilakukan

dalam

waktu

sesingkat

mungkin

asalkan

pihak

berwenang yang

kompeten telah mendapat pemberitahuan sewajarnya terlebih dahulu mengenai kedatangan

pemegang dokumen identitas.

Di

dalam pemberitahuan mengenai kedatangan pemegang

dokumen identitas harus dimasukkan rincian yang dijabarkan dalam bagian

I

Lampiran

II.

Setiap

Anggota

yang terikat

pada Konvensi

ini,

dalam

waktu

sesingkat

mungkin,

dan

kecuali

ada alasan yang

jelas untuk

meragukan keaslian dokumen identitas pelaut, wajib

memberikan

ijin

kepada

pelaut

pemegang

dokumen identitas

pelaut yang sah

untuk memasuki

wilayatr

hukumnya, bilamana terdapat permintaan

ijin

masuk'untuk

cuti

darat

sementara pada saat kapal berada di

pelabuhan.

i1,. i

Ijin

masuk

semacam

itu

wajib

diberikan

dengan ketentuan

bahwa

formalitas-formalitas

sehubungan dengan kedatangan kapal telatr dipenuhi dan

pihak

berwcnang yang kompeten

[untuk

memberikan

[iin]

tidak

mempunyai alasan

unhrk

menolak

ijin

mendarat karena

alasan-alasan kesehatan, keselamatan dan ketertiban umum atau keamanan nasional.

).

6.

Untuk

keperluan

cuti

darat, pelaut

tidak

dihmtut

unttrk mempuxyai

visa.

Setiap Anggota yang

tidak

dalam

posisi untuk

sepenuhnya menerapkan persyaratan

ini

hanrs memastikan

bahwa peraturan

perundang-undangan

atau

praktik yang

diberlakukannya

mengatur

mekanisme yang pada pokoknya serupa.

Transit dan transfer

7. Setiap Anggota yang

terikat

oleh Konvensi

ini,

dalam waktu sesingkat mungkin, juga harus

memberikan

ijin

kepada pelaut pemegang dokumen identitas

pelaut yang

satr dilengkapi

dengan paspor

untuk

memasuki

wilayah hukumny4

bilamana

ijin

masuk

diminta

dengan

tujuan untuk:

a.

naik ke kapal mereka atau pindah ke kapal yang lain;

b.

menumpang lewat (transit) supeya dapat naik ke kapal mereka

di

negara lain atau untuk

pemulangan ke negara asal; atau untuk maksud lain yang telatr mendapatkan persetujuan

dari pihak berwenang negara Anggota yang bersangkutan.

Ijin

masuk semacam

itu

harus

diberikan kecuali

terdapat alasan-alasan yang

jelas

untuk meragukan keaslian dokumen identitas pelaut, asalkan

pihak

berwenang

yang

kompeten

[untuk

memberikan

ijin

masuk]

tidak

mempunyai alasan

untuk

menolak memberikan

ijin

masuk karena alasan kesehatan, keselamatan, dan ketertiban umum atau keamanan nasional.

WRATA NO. A TAHUN KHNII TRIWUI/.N I zOW

(17)

1.

g.

Sebelum memberikan

ijin

masuk

ke

dalam wllayatr hukumnya

untuk

salatr shtu tujuan

sebagaimana dimaksud

dalam

ayat

7

di

atas, setiap

Anggota

dapat meminta

bukti

yang

memuaskan,

termasuk

bukti

dokumen mengenai

niat

dan

kemampuan

pelaut

untuk

mewujudkan

niat

tersebut. Anggota

juga

dapat

membatasi

lama

menetap

pelaut

yang

bersangkutan wrtuk jangka waktu yang dianggap wajar untuk tujuan yang dimaksud.

Pasal 7

KEBERLANJUTAN KEPEMILII(AI\I DAN

PENARIKAN

KEMBALI

DOKUMEN

Dokumen identitas pelaut

wajib

setiap saat dibawa

oleh

pelaut,

kecuali

apabila disimpan

oleh

nakhoda

kapal yang

bersangkutan

demi

keamanan, dengan

ijin

tertulis dari

pelaut tersebut.

Dokumen identitas

seorang

pelaut

wajib

secepatrya

ditarik kembali oleh

Negara yang

menerbitkannya

begitu

diperoleh

kepastian

batrwa pelaut tersebut

sudah

tidak

lagr

memenuhi syarat bagi diterbitkannya dokumen tersebut menurut Konvensi

ini.

Penyusunan

prosedur

untuk

membekukan atau

menarik kembali

dokumen

identitas

pelaut, termasuk

prosedur administrative bandingnya, harus dilakukan melalui konsultasi dengan

wakil-wakil

dari organisasi-organisasi

pemilik

kapal dan pelaut.

Pasal S

AMANDEMEN LAMPIRAN.LAMPIRAN

Dengan

mengikuti

ketentuan-ketentuan

yang relevan

dari

Konvensi

ini,

amendemen

terhadap Lampiran-lampiran dapat dilakukan oleh Konferensi Perburuhan Internasional, atas

saran

dari

suatu badan

maritim tripartit

di

bawatr Organisasi Perburuhan Intemasional.

Keputusan

[untuk

menerima

dan

mengesahkan amendemen]

tersebut harus

mendapat

dukungan dua per tiga mayoritas suara yang diberikan oleh utusan-utusan yang hadir dalam

Konferensi

tersebut,

yang

termasuk sekurang-kurangnya setengah

jumlah

Anggota

yang

telah meratifikasi Konvensi

ini.

Setiap

Anggota yang

telah

meratifikasi Konvensi

ini

dapat memberikan pemberitahuan

tertulis

kepada

Direktur

Jenderal,

dalam

waktu

6

(enam)

bulan

setelatr

diterima

dan

ditetapkannya

suatu

amendemen,

ymg

menyatakan

bahwa

amandemen

tersebut

tidak

mengikat Anggota yang

bersangkutan, atau batrwa

Anggota

tersebut hanya akan terikat

[pada amandemen tersebut] melalui pemberitahuan tertulis lebih

lanjut

1.

(18)

i

l.

z.

3.

Prml9

:

a

KETENTUAN.PERALIHAN

Setiap Anggota yang menjadi Pihak pada Konvensi Dokumen Identitas Pelaut tahun 1958, yang

sedang melakukan tindakan-tindakan

berdasarkan pasal

19

Konstitusi

Organisasi Perburuhan

Internasional, dengan

maksud

untuk

meratifikasi Konvensi

ini

dapat

memberitahu

Direktur

Jenderal.mengenai maksudnya

untuk

memberlakukan

Konvensi

ini

untuk

sementara waktu.

Unhrk

itu,

dokumen identitas

pelaut yang

diterbitkan

oleh Anggota

tersebut

(berdasakan Konvensi Dokumen Identitas Pelaut tahun 1958) hanrs diperlakukan sebagai dokumen identitas

pelaut yang diterbitkan berdasarkan Konvensi

ini

separ{ang ketentuan-ketentuan Pasal 2 hingga

Pasal

5

Konvensi

ini

dipenuhi

dan sepanjang Anggota yang bersangkutan bersedia rnenerima

dokumen-dokumen identitas pelaut yang diterbitkan

mentrut

Konvensi

ini.

KETENTUAN-KETENTUA}I

PENUTUP

Pasal 10

Konvensi

ini

merevisi Konvensi Dokumen Identitas Pelaut tatrun 1958.

Pasal

l1

Ratifikasi-ratifikasi resmi atas Konvensi

ini

hanrs disampaikan kepada

Direktur

Jenderal Kantor

Perbrnuhan Internasional untuk didaftar.

Pasal

12

i

Konvensi

ini

mengikat Anggota

Organisasi Perburuhan

Internasiond yang

ratifikasinya

telatr terdaftar pada

Direktur

Jendral.

Konvensi

ini

mulai berlaku

enam

bulan

setelah

tanggal

didaftarkannya

ratifikasi

dua

Selanjutnya,

Konvensi

ini

berlaku

bagi

didaftarnya ratifikasi masing-masing.

Anggota enam bulan

setelah tanggal

Pasal 13

l.

Anggota yang telah meratifikasi Konvensi

ini

dapat membatalkannya setelahhabisnya masa

sepuluh tahun

terhitung

sejak tanggal

Konvensi

ini

mulai

berlaku, dengan menyampaikan

keterangan kepada

Direktqr

Jenderal untuk didaftar. Pembatalan

itu

berlaku dua belas bulan

setelah tanggal pendaftarannya.

setiap

(19)

l.

Setiep AnsFote

yesg

tslrh

nneretlflksf,l

ltenvrAd

lni

d*n yna[.tidd(,

dalein

tat'Il

tttl+

trabisnya

ilasa

iepiitutt

taft.n

yang

disebutkan

dalam

ayat

di

atas, menggunakan hak

pembatalan mentrrut ketentuan Pasal

ini,

akan

terikat.qntuk

sepuluh tatrun

berikutnya

dan

sesudah

itu,

dapat

membatalkan

Konvensi

ini

pada

waktu

beraktrirnya

tiap-tiap

masa

sepuluh tahun menurut ketentuan yang ditetapkan dalam Pasal

ini.

,

Pasal 14

Direktur

Jenderal hanrs memberitahu

seluuh

Anggota tentang pendaftaran semua ratifikasi, deklarasi dan tindakan pernbatalan yang disampaikan Anggota.

Sewaktu memberitahu Anggota tentang pendaftaran

ratifikasi

kedua Konvensi

ini,

Direktur

Jenderal hanrs meminta Anggota memperhatikan tanggal berlakunya Konvensi.

Direktur

Jenderal hanrE membsritahu selunrlr Anggota tentang

pendaftaran

setiap

amendempn yang

dilakukan

terhadop

temphan'lampinn

sesuai dcngan Pasal 8n dan

juga

tent€ng pemberitalruan.pemberitnhtun yang bcrkeitan dmgan itu,

3.

Purl15

Direktur

Jenderal

Kantor

Pcrbrur*ran Internaeionel

hanrs

mcnyampaikan kopa.da 'sokretaris

ionderal Ponoriketrn

Bangaa.Bang*4,

untuk didaftsr

reffiai_

dongry

pasal

102

?iaga,m

pcrlerikatan Bangse{ang*s, rtneian

longkap a,tai

tamua ratlfikasi,

dEklarasi

dan

tindakan

pi*U*"f*

yand didadar

oleh

Direknlr

-Jendsral

soauci dcngan

kotentuan

Paral-paeal

sebelumnya,

Paral

16

pada waktu-waktu yang dianggap perlu, Badan

Ekgck if

Kantor Perburuhan

nlqryio.nd

tranrs

*r*Urrif.*

laporan tlcpada

rinferensi

Umum perihnl

pclakeanaa,n

Konvensi

ry

dp

hants

*eigf.":i

perlunya

*r*mukkan

masalah revisi tr(orwensi, baik sebagian maupun selunrhnya, ke

J*rfi.ig.itOa

Konferensi, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan Pasal 8.

Pasal 17

1.

Apabila Konferensi

secara

resmi

menerima

dan

menetapkan suatu

Konvensi

bant

yang

merevisi Konvensi

ini

baik

sebagian malrpun seluruhnya

makq

kecuafii

Konvensi

bary

,

':

tersebut menentukan

lain:

'

'

(20)

a.

ratifikasi yang dilakukan oleh Anggota dari Konvensi yang baru yang merevisiKonvensi

ini

akan secara

hukum

mengakibatkan dibatalkannya Konvensi

ini

dengan serta merta,

sekalipt1r terdapat ketentuan-ketentuan Pasal 13,

jika

dan bilamana Konvensi baru yang

merevisi Konvensi

ini

telatr berlaku;

b.

terhitung sejak tanggal berlakunya Konvensi baru yang merevisi Konvensi

ini,

Konvensi

ini

tidak terbuka lagi untuk

diratifikasi

oleh Anggota

2.

Konvensi

ini

bagaimanapun

juga

tetap berlaku dalam bentuk dan

isi

aslinya bagi Negara

Anggota yang telah meratifikasinya, namun belum meratifikasi Konvensi revisinya.

Pasal

lE

Naskah bahasa Inggris dan balrasa Perancis Konvensi

ini

sama'sanra resmi.

(21)

LAMPIRAN

Lampiran

I

l

Model dokumen identitas pelaut

Dokumen identitas pelaut, yang bentuk dan isinya dijabarkan

di

bawatr

ini,

harus terbuat dari

batran bermutu

baik

yang

tidak

dapat dengan mudah didapatkan oleh umum sejauh hal tersebut

dapat

diprerktikkan,

dengan

memperhatikan pertimbangan-p€rtimbangan

seperti antara

lain pertimbangan

harga. Dokumen

tersebut

tidak

boleh

mempuiyai

ruang

lebih

daripada yang

diperlukan untuk memuat informasi yang ditetapkan oleh Konvensi

ini.

Dokumen tersebut harus memuat namaNegara yang menerbitkannya dan pernyataan berikut:

Dokumen

ini

adalatr dokumen identitas pelaut sesuai dengan yang dimaksud Konvensi Organisai

Perburuhan Internasional mengenai

Dokumen

Identitas Pelaut

(Yang

Telah

Direvisi)

Tatln

2003. Dokumen

ini

adalatr dokumen yang berdiri sendiri danbukan paspor.

Halaman data dokumen yang ditandai dengan huruf

teb{

di

bawah

ini

hanrs

dilindungi

dengan

laminasi atau

dilapisi,

atau dengan menerapkan

teknololli

pencifiaan

(imaging

technolog) dm

senyawa subsfiat

yang

memberikan ketatranan yang sebanding

untuk

menangkal penggantian

f,oto dan data biografis lainnya.

Bahan yang digrrnakan, ukuran dan penempatan data hanrs sesuai dengan spesifikasi Organisasi

Aviasi Sipil

Intemasional

(ICAO)

sebagaimana terkandung

dalam Dokumen 9303

Bagian 3

@disi Ke-2, 2002) atau Dokumen 9303 Bagian

I

(Edisi ke-5,2003)

Ciri-ciri

pengaman lainnya hanrs memuat sekurang-kurangnya salah satu penandaan berikut:

Cap

air,

pencirian

dengan

sinar ultraviolet,

penggunaan

tinta

khusus, desain

wama

khusus,

gambar-gambar yang berlubang-lubang

kecil,

hologram, penggraveran dengan sinar laser, cetak

mikro dan laminasi melalui penyegelan pada suhu tinggi.

Data yang dimasukkan pada halaman data dokumen identitas pelaut harus dibatasi hanya untuk

data mengenai:

L

Pihak berwenang yang menerbitkan dokumen identitas pelaut

il.

Nomor telepon, alamat email dan situs jaringan Internet pihak berwenang yang menerbitkan dokumen identitas pelaut

m.

Tempat dan tanggal penerbitan dokumen identitas pelaut:

Foto asli atau foto

digital

pelaut

(a).

Nama lengkap pelaut:

(22)

O).

Jenis

Kelamin:

\

(c).

Tanggal dan tempat lahir:

(d).

Kewargane garaan:

(e).

Ciri-ciri

fisik

khusus yang

dimiliki

pelaut yang dapat mempermudah identifikasi:

(0.

Tanda tangan:

(g).

Tanggal berakhirnya masa berlaku

dokumen:

l

(h).

Tipe atau peruntukan dokumen:

(D.

Nomor

unik

dokumen:

C).

Nomor identifikasi pribadi (bukan kehanrsan)

(k).

Pola panutan biometri berdasarkan sidik

jari

yang dicetak sebagai angka-angka dalam

suatu bilah kode pengenal (barcode) sesuai standar yang akan dikembangkan:

0).

7-onaymglangsung dapat dibaca komputer iesuai spesifikasi

ICAO

dalam Dokumen

9303 yang dijelaskan

di

atas.

IV.

Cap atau segel resmi pihak benrenang yang menerbitkan dokumen

Penjelasan data

Keterangan untuk bidang-bidang

isian

ffieds) di

halaman data

di

atas dapat diterjemahkan ke

dalam batrasa Negara

yang

menerbitkannya.

Apabila

batrasa

nasional.bukan

bahasa Inggris,

Perancis atau Spanyol, keterangan juga wajib diberikan dalam salah satu bahasa

ini.

Abjad Romawi hendaknya digunakan untuk semua enni dalam dokumen

ini.

Informasi yang disebutkan

di

atas harus mempunyai karakteristik berikut:

I.

Pihak berwenang yang menerbitkan:

Kode ISO

bagi Negara yang menerbitkan dokumen

identitas pelaut dan nama serta alamat lengkap kantor yang menerbitkan dokumen identitas

pelaut

tersebut

berikut

nama dan jabatan orang

yang

memberikan

ijin

diterbitkannya

dokumen tersebut.

II,

Nomor

telepon, alamat

email dan

situs

jaringan Internet

harus dapat terhubung dengan

saluran-saluan penghubung

(tinfrs)

ke

petugas pusat layanan

informasi yang

dimaksud

dalam Konvensi

ini.

m.

Tanggal dan tempat diterbitkannya dokumen: tanggal hanrs

ditulis

dengan angka Arab dua

digit

menurut format tanggal/bulan/tatrun

-

contoh: 3l/12103; tempat harus

ditulis

dengan

cara yang sama seperti

cira

penulisan pada paspor nasional.

(23)

---

Ukuran foto potret: seperti yang dijelaskan dalam Dokumen

ICAO

9303

di

atas

-r----(a).

Nama

lengkap

pelaut:

bila

memungkinkan,

nama keluarga hanrs

ditulis

terlebih

dafuulu,

diikuti

dengan nama lain yang

dimiliki

pelaut tersebut;

(b).

Jenis kelamin:

tulis

"L"

untuk

laki-laki

atau "'P" untuk perempuan;

(c).

Tanggal dan tempat lahir: tanggal hanrs

ditulis

dalam angka Arab dua

digit

mengikuti

formit

tanggal / bulan / tahunltempat hanrs

ditulis

dengan cara yang sama seperti qara

penulisan Pada PasPor nasional.

(d).

Pernyataan

mengenai

kewarganegaraan:

sebutkan

kewarganegaraan

pelaut

yang bersangkutan

Ciri-ciri

fisik

khusus: semua

ciri-ciri

yang terlihat jelas untuk membantu identifikasi;

Tanda tangan pelaut;

Tanggal berakhirnya masa

berlaku

dokumen:

ditulis

dengan angka

dalam format tanggal / bulan / tahun

Tipe

atau peruntukan dokumen: kode karakter

untuk

tipe

dokumen, huruf besar dalam abjad Romawi (S);

(i).

Nomor

unik

dokumen: kode negara (lihat

I

di

atas)

diikuti

dengan nomor alfanumerik

inventaris buku yang tidak melebihi sembilan karakter

6;.

Nomor identifikasi pribadi:

nomor identifikasi pribadi pelaut bersifat opsional (bukan

keharusan), nomor identifikasi tidak boleh

melebihi

14 karakter alfanumerik;

(k)

Pola panutan biometri: spesifikasi yang tepat perlu dikembangkan;

0).

Zonayangdapat dibaca komputer: menurut Dokumen

ICAO

9303 yang dijabarkan

di

atas.

Lampiran

II

Database

elektronik

Rincian untuk

tiap{iap

record

dalam database elektronik yang akan diselenggarakan oleh tiap-tiap Anggota sesuai ayat

1,2,6

danT Pasal 4 Konvensi

ini

harus dibatasi dengan hanya memuat

Seksi

I

l.

pihak

berwenang

yang

menerbitkan dokumen identitas pelaut

yang

disebutkan namanya

dalam dokumen identitas pelaut tersebut. (e).

(0.

(e).

(h).

Arab

dua

digit

ditulis

dengan

(24)

2.

Nama lengkap pelaut seperti yang tertulis pada dokumen

identitas.

.

-,*

3.

Nomor unik dokumen dari dokumen identitas tersebut.

4.

Tanggal berakhirnya masa berlaku, pembekuan atau penarikan kembali.dokumen identitas

tersebut. Seksi 2

I

5.

Pola panutan biometri yang muncul pada dokumen identitas.

6.

Foto.

7.

Rincian dari semua permintaan informasi yang masuk berkenaan dengan dokumen identitas pelaut.

Lampiran

III

Persyeratan dan prosedur yang direkomendasikan

serta

praktek-praktek

yang

berkenaan dengan

diterbitkannya

dokumen identitas pelaut

Lampiran

ini

meqiabarkan persyaratan

minimum yang

menyangkut prosedur-prosedur untuk

diikuti

oleh setiap Anggota sesuai dengan Pasal 5 Konvensi

ini,

tennasuk prosedur pengendalian

mutu, sehubungan dengan diterbitkannya dokumen identitas pelaut (yang

di

bawah

ini

disebut

dengan singkatan

"DIP").

'

Bagian

A

menyebutkan hasil-hasil yang diwajibkan yang sekurang-ktnangnya hanrs dicapai oleh

tiap:1iap Anggota, dalam mengimplementasikan sistem penerbitan DIP.

Bagian

B

merekomendasikan

prosedur

dan praktek

untuk

mencapai hasil-hasil

tersebut.

Pertimbangan penuh harus diberikan oleh Anggota pada Bagian B, namun tidak diwajibka&

Bagian

A, Hasil-hasil

yang

diwajibkan

l.

Pembuatan dan

pengantaran blanko DIP

ke

tempat

tujuan

Sudatr ada proses dan prosedur untuk menjamin keamanan yang diperlukan untuk membuat

dan mengantar blanko DIP ke tempat tujuan, termasuk hal-hal berikut:

(a).

semua blanko

DIP

mempunyai mutu yang seragam dan memenuhi

spesifikasi isi

dan

format sebagaimana tercantum dalam Lampiran

I.

;

(b).

bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan

dilindungi

dan diawasi;

33 WRA1A NO. 6l TAHUN KE-XVII TR'WUI/,N '

Gambar

foto  digital  atau  foto  asli;  dan tanda  tangan.
Foto  asli  atau  foto  digital  pelaut

Referensi

Dokumen terkait

Artinya tidak ada hubungan munculnya bercak-bercak gelap (dark specks) pada latar belakang material nekrotik granular eosinofilik dengan kadar CD4 pada penderita

Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa task uncertainty tidak memoderasi terhadap hubungan sistem pengukuran kinerja terintegrasi dengan kinerja manajerial. Penelitian ini

5) Uji kalibrasi agregat blanko adalah uji untuk menentukan kadar ion Kalsium yang terdapat dalam susunan campuran beton yang sama dengan campuran beton yang diperiksa, tetapi

Pertemuan kelas ibu hamil dilakukan 3 kali pertemuan selama hamil atau sesuai dengan hasil kesepakatan fasilitator dengan peserta. Pada setiap pertemuan, materi kelas ibu hamil

MENYIAPKAN BAHAN ADVOKASI KATA KUNCI : Bahan akurat, tepat, lengkap, menarik Meliputi 5 W dan 1 H Sesuai kelompok sasaran Dikemas menarik, ringkas, jelas, mengesankan Ada data

Pemerintah Daerah Kulon Progo menggandeng perusahaan daerah dalam hal ini PDAM Tirta Binangun untuk membuat inovasi produk air minum dalam kemasan AMDK yang bertujuan untuk

At Hyde Park corner, which is a very busy junction just outside the south east corner of the Park, is Wellington Arch which has a war memorial statue on top of it.. Visitors are

[r]