i
ANALISA USAHA TELUR ASIN
(Studi Kasus Perusahaan Telur Asin H.Hamidah Desa
Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang)
SKRIPSI
Oleh :
Herul Hidayat
NPM. 10.54231.144
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MADURA
PAMEKASAN
ii
ANALISA USAHA TELUR ASIN
(Studi Kasus Perusahaan Telur Asin H.Hamidah Desa
Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang)
SKRIPSI
Oleh :
Herul Hidayat
NPM. 10.54231.144
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternkan pada Fakultas Pertanian
Universitas Madura
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MADURA
PAMEKASAN
iii
ANALISA USAHA TELUR ASIN
(Studi Kasus Perusahaan Telur Asin H.Hamidah Desa
Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang)
SKRIPSI
Mengetahui Menyetujui
Progam Studi Peternakan
Ketua Dosen Pembimbing
Desi Kurniati A,S.Pt M.Agr Desi Kurniati A,S.Pt M.Agr NIS. 710 413 273 NIS. 710 413 273
iv
ANALISA USAHA TELUR ASIN
(Studi Kasus Perusahaan Telur Asin H.Hamidah Desa
Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang)
SKRIPSI
Herul Hidayat
NPM. 10.54231.144
Tanda Tangan Tanggal Dosen Pembimbing 1:
Desi Kurniati A,S.Pt M.Agr NIS. 710 413 273 Tanggal : Dosen Penguji 1: Ir.Suparno,M. Agr NIS. 710 413 106 Tanggal : Dosen Penguji 2:
Ir. A. Yudi Heryadi, MMA NIS. 710 048 232 Tanggal : Mengetahui Universitas Madura Fakultas Pertanian Dekan Ir. Suparno,M.Agr NIP: 710 413 106 Tanggal :
v
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT DAN MEMALSUKAN DATA
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Herul Hidayat
Tempat/Tanggal Lahir : Sampang, 03 Agustus 1991 NPM : 10.54231.144
Program Studi : Peternakan
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “ANALISA
USAHA TELUR ASIN (Studi Kasus Perusahaan Telur Asin H.Hamidah
Desa Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang)”
1. Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri (tidak hasil plagiat/jiplakan) 2. Tidak didasarkan pada data palsu
Apabila pada kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya tidak benar, saya bersedia menanggug resiko dan siap diperkarakan dengan aturan yang berlaku
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Pamekasan, 23 Agustus 2017 Yang Menyatakan,
Herul Hidayat NPM. 10.54231.144
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sampang pada tanggal 03 Agustus 1991 sebagai putra
kedua dari Bapak Zainal Bazar dengan Ibu Siti Fatimah. Pada tahun 2004 penulis
lulus SD Negeri Banyuanyar 1, tahun 2007 lulus SMP Negeri 3 Sampang dan
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis pajatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, sehingga
dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini. Untuk itu juga sangat berterima kasih
kepada yang terhormat:
1. Desi Kurniati Agustina, S.Pt M.Agr. Selaku Pembimbing Utama
2. Ir. Suparno,M.Agr selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Madura
Pamekasan
3. Desi Kurniati Agustina, S.Pt M.Agr. selaku Ketua Program Studi Ilmu
Peternakan yang telah banyak membina kelancaran proses studi
4. Ir. A. Yudi Heryadi, MMA selaku penguji atas masukan dan saran
selama Ujian Sarjana
5. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak H.Hamidah, Desa
Taddan, Kecamatan Torjun, Kabupaten Sampang sebagai pihak pemilik
produksi
Pamekasan, 23 Agustus 2017
Penulis
viii
ANALISA USAHA TELUR ASIN
“(Studi Kasus Perusahaan Telur Asin H.Hamidah Desa
Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang)”
Herul Hidayat1), Desi Kurniati2),Ir.Suparno,M. Agr2)
1)
Mahasiswa Parodi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Madura 2)
Dosen Prodi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Madura
Email :Herulhidayat@Gmail.com
RINGKASAN
Usaha pembuatan telur asin adalah salah satu jenis industri makanan yang umumnya berskala mikro dan kecil. Bahan baku utama yang akan dijadikan telur asin adalah telur itik, sedangkan jenis telur lainnya tidak lazim dilakukan karena kebiasaan dari masyarakat kita yang menganggap telur asin berasal dari telur itik. Tujuan daripenelitian meliputi perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi selama satu tahun (R/C Ratio), perbandingan antara pendapatan dengan biaya produksi selama satu bulan (B/C Ratio), serta titik pertemuan antara biaya dan penerimaan dimana usaha tidak mengalami rugi atau untung atau Break Event
Point (BEP).
Materi Penelitian Untuk menjawab permasalahan pertama, yaitu secara sistematis R/C rasio dapat dirumuskan R/C Rasio = Total Penerimaan Penjualan Total Biaya. Untuk menjawab permasalahan kedua, Secara sistematis B/C dapat dirumuskan B/C Rasio = Total Keuntungan : Total Biaya. Sedangkan untuk menjawab permasalahan kedua, yairu titik ampas dengan menggunakan analisis BEP (Break Event Point) = Total Biaya (Rp) : Harga Jual Per Kg (Rp) :Total Berdasarkan penerimaan dan biaya yang dikeluarkan, nilai Nilai R/C Rasio adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi.
Hasil penelitian penerimaan dan biaya yang dikeluarkan, nilai R/C rasio atas biaya total yang diperoleh adalah sebesar 1,09 Dengan rasio sebesar 1,09 menunjukkan bahwa usaha telur asin menguntungkan. nilai B/C rasio atas biaya total yang diperoleh adalah sebesar 0,09. maka usaha telur asin akan memperoleh keuntungan atau pendapatan sebesar Rp. 9000,. Dengan B/C rasio sebesar 0,09 menunjukkan bahwa usaha telur asin menguntungkan untuk dijalankan. BEP yang diperoleh pada usaha telur asin sebesar 478,2 kg artinya usaha telur asin tersebut tidak untung dan tidak rugi pada level output 478,2 kg, BEP harga sebesar 151,8,- artinya usaha telur asn tidak untung dan tidak pula rugi pada harga 1.518 dan baru akan dimulai mendapat keuntungan dari selisih jumlah per telur.Disimpulkan bahwa produksi telur asin yang dijalankan menguntungkan dan wajib untuk dilanjutkan.
ix DAFTAR ISI
Isi Halaman
HALAMAN AWAL ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ...iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
SURAT PERNYATAAN... v
RIWAYAT HIDUP... vi
KATA PENGANTAR ... vii
RINGKASAN ...viii
DAFTAR ISI. ... ix
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian... 4
1.4 Manfaat Penelitian... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telur Asin... 6
2.2 Proses Produksi ... 7
2.3 Analisis Usaha... 11
2.3.1 Analisis R/C Ratio... 11
2.3.2 Analisis B/C Ratio... 12
2.3.3 Break Event Point (BEP) ... 12
BAB III MATERI DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 15
3.2 Materi Penelitian ... 15
3.3 Batasan Oprasional... 15
3.4 Teknik Pengambilan Data ... 15
x
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran umum wilayah ... 18
4.2 Biaya Tetap ... 19
4.3 Biaya Oprasional ... 19
4.4 Pendapatan hasil usaha... 19
4.5 Analisa Usaha... 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 24
5.2 Saran... 25
DAFTAR PUSTAKA ... 26
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.Pendapatan Produksi Telur Asin ... 20
2. Hasil Analisa R/C Rasio Usaha Telur Asin. ... 21
3. Hasil Analisa R/C Rasio Usaha Telur Asin ... 22
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Biaya Tetap Produksi Telur Asin... 27
2. Biaya Tidak Tetat Produksi Telur Asin ... 28
3. Hasil Penyusutan Produksi Telur Asin ... 36
Lampiran 1
Rincian Biaya Tetap Produksi Telur Asin
BIAYA TETAP
Nama Barang Banyaknya Harga Total Penyussutan
Ember Plastik 2 Buah 25.000 50.000 2083
Panci Besar 2 Buah 80.000 160.000 6666
Keranjang Telur Besar 5 Buah 30.000 150.000 6250
Sarung Tangan Plastik 1 Box 10.000 10.000 416
Box Tempat Telur Kardus
5 bal/ 1 bal
isi 100 25.000 125.000 5208
Stempel Merek 1 Buah 30.000 30.000 1250
Tinta 2 Buah 15.000 30.000 1250
JUMLAH 555.000 23.123
BIAYA TIDAK TETAP
Nama Barang Banyaknya Harga Satuan Total
Telur Bebek 6300 Butir 1.500 9.450.000
Garam 110 Bungkus 3.000 330.000
Serbuk Batu 7 sak 7.500 105.000
Sekam 7 sak 8.500 119.000
Tenaga Kerja 1 Orang x 12
Bulan 100.000 12.000.000
Lampiran 2
Rincian Biaya Tidak Tetap Agustus 2016 Sampai Juli 2017
Produksi Telur Asin Bulan Agustus 2016
Nama Barang Banyaknya Harga Satuan Total
Telur Bebek 500 Butir 1.500 750.000
Garam 8 Bungkus 3.000 24.000
Serbuk Batu 1/2 sak 7.500 7.500
Sekam 1/2 sak 8.500 8.500
Tenaga Kerja 1 Orang 100.000 100.000
TOTAL 890.000
Produksi Telur Asin Bulan September 2016
Nama Barang Banyaknya Harga Satuan Total
Telur Bebek 500 Butir 1.500 750.000
Garam 8 Bungkus 3.000 24.000
Serbuk Batu 1/2 sak 7.500 7.500
Sekam 1/2 sak 8.500 8.500
Tenaga Kerja 1 Orang 100.000 100.000
TOTAL 890.000
Prosuksi Telur Asin Bulan Oktober 2016
Nama Barang Banyaknya Harga Satuan Total
Telur Bebek 400 Butir 1.500 600.000
Garam 8 Bungkus 3.000 24.000
Serbuk Batu 1/2 sak 7.500 7.500
Sekam 1/2 sak 8.500 8.500
Tenaga Kerja 1 Orang 100.000 100.000
Produksi Telur Asin Bulan November 2016
Nama Barang Banyaknya Harga Satuan Total
Telur Bebek 400 Butir 1.500 600.000
Garam 8 Bungkus 3.000 24.000
Serbuk Batu 1/2 sak 7.500 7.500
Sekam 1/2 sak 8.500 8.500
Tenaga Kerja 1 Orang 100.000 100.000
TOTAL 740.000
Produksi Telur Asin Bulan Desember 2016
Nama Barang Banyaknya Harga Satuan Total
Telur Bebek 400 Butir 1.500 600.000
Garam 8 Bungkus 3.000 24.000
Serbuk Batu 1/2 sak 7.500 7.500
Sekam 1/2 sak 8.500 8.500
Tenaga Kerja 1 Orang 100.000 100.000
TOTAL 740.000
Produksi Telur Asin Bulan Januari 2017
Nama Barang Banyaknya Harga Satuan Total
Telur Bebek 400 Butir 1.500 600.000
Garam 8 Bungkus 3.000 24.000
Serbuk Batu 1/2 sak 7.500 7.500
Sekam 1/2 sak 8.500 8.500
Tenaga Kerja 1 Orang 100.000 100.000
Produksi Telur Asin Bulan Februari 2017
Nama Barang Banyaknya Harga Satuan Total
Telur Bebek 400 Butir 1.500 600.000
Garam 8 Bungkus 3.000 24.000
Serbuk Batu 1/2 sak 7.500 7.500
Sekam 1/2 sak 8.500 8.500
Tenaga Kerja 1 Orang 100.000 100.000
TOTAL 740.000
Produksi Telur Asin Bulan Maret 2017
Nama Barang Banyaknya Harga Satuan Total
Telur Bebek 500 Butir 1.500 750.000
Garam 8 Bungkus 3.000 24.000
Serbuk Batu 1/2 sak 7.500 7.500
Sekam 1/2 sak 8.500 8.500
Tenaga Kerja 1 Orang 100.000 100.000
TOTAL 890.000
Produksi Telur Asin Bulan April 2017
Nama Barang Banyaknya Harga Satuan Total
Telur Bebek 500 Butir 1.500 750.000
Garam 8 Bungkus 3.000 24.000
Serbuk Batu 1/2 sak 7.500 7.500
Sekam 1/2 sak 8.500 8.500
Tenaga Kerja 1 Orang 100.000 100.000
Produksi Telur Asin Bulan Mei 2017
Nama Barang Banyaknya Harga Satuan Total
Telur Bebek 500 Butir 1.500 750.000
Garam 8 Bungkus 3.000 24.000
Serbuk Batu 1/2 sak 7.500 7.500
Sekam 1/2 sak 8.500 8.500
Tenaga Kerja 1 Orang 100.000 100.000
TOTAL 890.000
Produksi Telur Asin Bulan Juni 2017
Nama Barang Banyaknya Harga Satuan Total
Telur Bebek 900 Butir 1.500 1.350.000
Garam 15 Bungkus 3.000 45.000
Serbuk Batu 1 sak 7.500 15.000
Sekam 1 sak 8.500 15.000
Tenaga Kerja 1 Orang 100.000 100.000
TOTAL 1.525.000
Produksi Telur Asin Bulan Juli 2017
Nama Barang Banyaknya Harga Satuan Total
Telur Bebek 900 Butir 1.500 1.350.000
Garam 15 Bungkus 3.000 45.000
Serbuk Batu 1 sak 7.500 15.000
Sekam 1 sak 8.500 15.000
Tenaga Kerja 1 Orang 100.000 100.000
Lampiran 3
Pendapatam Produksi Telur Asin Bulan Agustus 2016 Sampai Juli 2017
BULAN PRODUKSI
TELUR HARGA/BUTIR PENDAPATAN
Agustus 2016 500 2000 1.000.000 September 2016 500 2000 1.000.000 Oktober 2016 400 2000 800.000 November 2016 400 2000 800.000 Desember 2016 400 2000 800.000 Januari 2017 400 2000 800.000 Februari 2017 400 2000 800.000 Maret 207 500 2000 1.000.000 April 2017 500 2000 1.000.000 Mei 2017 500 2000 1.000.000 Juni 2017 900 2000 1.800.000 Juli 2017 900 2000 1.800.000 Jumlah 6.300 24.000 12.600.000 Rata-Rata 525 2000 1.050.000
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Telur asin merupakan salah satu sumber protein yang mudah didapat dan
berharga relatif murah. Telur asin sebagai bahan makanan yang telah diawetkan
mempunyai daya tahan terhadap kerusakan yang lebih tinggi dibandingkan telur
mentah. Usaha pembuatan telur asin adalah salah satu jenis industri makanan yang
umumnya berskala mikro dan kecil. Bahan baku utama yang akan dijadikan telur
asin adalah telur itik, sedangkan jenis telur lainnya tidak lazim dilakukan karena
kebiasaan dari masyarakat kita yang menganggap telur asin berasal dari telur itik.
Teknologi yang diperlukan untuk memproduksi telur asin secara umum
merupakan teknologi yang sederhana. Oleh karena itu perbedaan proses produksi
dan kualitas produk telur asin ditentukanberdasarkan cara pengolahannya
Pengasinan telur merupakan salah satu cara penambahan umur simpan telur
(Sutrisno, 2003).
Telur umumnya mengandung protein 13%, lemak 12%, mineral dan
vitamin. Selain lebih awet telur asin juga digemari karena rasanya yang relatif
lebih lezat dibandingkan telur tawar biasa. Konsumen terbesar produk telur asin
adalah masyarakat menengah ke bawah, karena telur asin dapat dijadikan sumber
protein hewani yang murah. Disamping untuk konsumen rumah tangga,
konsumenlainnya yang sangat potensial adalah restoran, rumah makan,
kapal-kapal laut, rumah sakit, asrama-asrama, perusahaan jasa boga dan sebagainya.
2
akan berdampak kepada peningkatan pendapatan para peternak itik yang
umumnya merupakan masyarakat pedesaan. Industri telur asin juga dapat
mengurangi ketergantungan terhadap sumber protein mahal seperti daging.Nilai
tertinggi telur terdapat pada bagian kuning telur. Kuning telur mengandung asam
amino esensial yang dibutuhkan serta mineral seperti: besi, fosfor, sedikit
kalsium, dan vitamin B kompleks. Sebagian protein dan semua lemak terdapat
pada kuning telur. Adapun putih telur yang jumlahnya sekitar 60% dari seluruh
bulatan telur mengandung 5 jenis protein dan sedikit karbohidrat. Kelemahan telur
yaitu memiliki sifat mudah rusak, baik kerusakan alami, kimiawi maupun
kerusakan akibat serangan mikroorganisme melalui pori-pori telur. Oleh sebab itu
usaha pengawetan sangat penting untuk mempertahankan kualitas telur (Rasyaf,
2003).
Menurut Sujionohadi tahun 2003 Telur akan lebih bermanfaat apabila
direbus setengah matang, daripada direbus matang atau dimakan mentah. Telur
yang digoreng kering juga kurang baik, karena protein telur mengalami denaturasi
atau rusak, berarti mutu protein akan menurun. Macam-macam telur adalah: telur
ayam (kampung dan ras), telur bebek, puyuh, dan lain-lain. Kualitas telur
ditentukan oleh Kualitas bagian dalam (kekentalan putih dan kuning telur, posisi
kuning telur, dan ada tidaknya noda atau bintik darah pada putih atau kuning
telur) dan Kualitas bagian luar (bentuk dan warna kulit, permukaan telur,
keutuhan, dan kebersihan kulit telur)
Umumnya ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam
pengolahan telur asin. telur akan mengalami kerusakan setelah disimpan lebih dari
3
dari luar dan kerusakan yang baru dapat diketahui setelah telur pecah. Kerusakan
pertama berupa kerusakan alami (pecah, retak ). Kerusakan lain adalah akibat
udara dari dalam isi telur keluar sehingga derajat keasaman naik. Sebab lain
karena keluarnya uap air dari dalam telur yang membuat berat telur turun serta
putih telur encer, sehingga kesegaran telur merosot. Kerusakan telur dapat juga
disebabkan oleh masuknya mikroba ke dalam telur, yang terjadi ketika telur masih
berada dalam tubuh induknya. Kerusakan telur terutama disebabkan oleh kotoran
yang menempel pada kulit telur. Penurunan mutu telur sangat dipengaruhi oleh
suhu penyimpanan dan kelembaban ruang penyimpanan. Hal tersebut dapat
mengalami kerugian dalam proses produksi telur asin.
Usaha telur asin sendiri merupakan salah satu mata pencarian yang
dilakukan masyarakat pada umumnya. Walaupun sedikit masyarakat yang
menekuninya. Namun tingkat kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
masyarakat untuk menambah penghasilan. Di Kabupaten Sampang tepatnya di
desa Taddan Kecamatan Camplong ada beberapa kepala rumah tangga yang
memproduksi telur asin. Telur asin yang telah diolah biasanya di kirim ke
toko-toko dan pasar-pasar untuk dijual. Harga yang dihasilkan dapat berubah-ubah
sesuai harga pemasaran dan hasil produksinya. Untuk mengetahui pemasaran telur
asin di kabupaten Sampang pada umumnya akan dilakukan penelitian di desa
tadden kecamatan camplong.
Dari uraian di atas, peneliti perlu untuk melakukan penelitian tentang
analisa telur asin yang meliputi perbandingan antara penerimaan dengan biaya
produksi selama satu tahun (R/C Ratio), perbandingan antara pendapatan dengan
4
dan penerimaan dimana usaha tidak mengalami rugi atau untung atau Break Event
Point(BEP). Dari penelitian ini akan di ambil sampelnya terlebih dahulu. Sampel
akan diambil dari pengelola telur asin H.Hamidah di desa Taddan Kecamatan
Camplong Kabupaten Sampang.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka penulisan perumusan permasalahannya
sebagai berikut :
1. Berapakah perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi
selama satu tahun (R/C Ratio)H. Hamidah di Desa Tadden Kecamatan
Camplong Kabupaten Sampang?
2. Berapakah perbandingan antara pendapatan dengan biaya produksi
selama satu bulan (B/C Ratio) H. Hamidah di Desa Tadden
Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang?
3. Bagaimana titik pertemuan antara biaya dan penerimaan dimana usaha
tidak mengalami rugi atau untung (BEP) H. Hamidah di Desa Tadden
Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perbandingan antara penerimaan dengan biaya
produksi selama satu tahun (R/C Ratio) H. Hamidah di Desa Tadden
5
2. Untuk mengetahui perbandingan antara pendapatan dengan biaya
produksi selama satu bulan (B/C Ratio) H. Hamidah di Desa Tadden
Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang?
3. Untuk mengetahui titik pertemuan antara biaya dan penerimaan
dimana usaha tidak mengalami rugi atau untung (BEP) H. Hamidah di
Desa Tadden Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang?
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Dengan hasil penelitian ini dapat dijadikan bekal bagi penulis untuk
mempraktekan teori-teori yang diperoleh selama perkuliahan secara
nyata di dunia kerja. Sekaligus sebagai motivasi untuk menambah ilmu
agar terus belajar memperkaya kajian ilmiah untuk mengembangkan
dan mengasah kemampuan yang dimiliki
2. Bagi Pengusaha Telur Asin
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan serta
masukan yang positif pada dunia usaha yaitu sebagai bahan
pertimbangan alternatif dalam pengambilan keputusan dan kebijakan
dalam pengembangan usaha
3. Bagi Universitas
Penulis berharap hasil penelitian bisa menjadi bahan pustka yang layak
sebagai bahan pembelajaran demi menambah pengetahuan bagi
mahasiswa dan pihak yang berminat dalam pngembaangan sistem
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telur Asin
Telur asin merupakan salah satu sumber protein yang mudah didapat dan
berharga relatif murah. Telur asin sebagai bahan makanan yang telah diawetkan
mempunyai daya tahan terhadap kerusakan yang lebih tinggi dibandingkan telur
mentah. Usaha pembuatan telur asin adalah salah satu jenis industri makanan yang
umumnya berskala mikro dan kecil. Bahan baku utama yang akan dijadikan telur
asin adalah telur itik, sedangkan jenis telur lainnya tidak lazim dilakukan karena
kebiasaan dari masyarakat kita yang menganggap telur asin berasal dari telur itik.
Teknologi yang diperlukan untuk memproduksi telur asin secara umum
merupakan teknologi yang sederhana. Oleh karena itu perbedaan proses produksi
dan kualitas produk telur asin ditentukanberdasarkan cara pengolahannya
Pengasinan telur merupakan salah satu cara penambahan umur simpan telur
(Sutrisno, 2003).
Usaha pembuatan telur asin adalah salah satu jenis industri makanan yang
umumnya berskala mikro dan kecil. Bahan baku utama yang akan dijadikan telur
asin adalah telur itik, sedangkan jenis telur lainnya tidak lazim dilakukan karena
kebiasaan dari masyarakat kita yang menganggap telur asin berasal dari telur itik.
Teknologi yang diperlukan untuk memproduksi telur asin secara umum
merupakan teknologi yang sederhana. Oleh karena itu perbedaan proses produksi
dan kualitas produk telur asin ditentukanberdasarkan cara pengolahannya
7
Pengasinan telur merupakan salah satu cara penambahan umur simpan
telur. Telur asin merupakan salah satu sumber protein yang mudah didapat dan
berharga relatif murah. Telur asin sebagai bahan makanan yang telah diawetkan
mempunyai daya tahan terhadap kerusakan yang lebih tinggi dibandingkan telur
mentah. Telur umumnya mengandung protein 13%, lemak 12%, mineral dan
vitamin. Selain lebih awet telur asin juga digemari karena rasanya yang relatif
lebih lezat dibandingkan telur tawar biasa. Konsumen terbesar produk telur asin
adalah masyarakat menengah ke bawah, karena telur asin dapat dijadikan sumber
protein hewani yang murah. Disamping untuk konsumen rumah tangga,
konsumenlainnya yang sangat potensial adalah restoran, rumah makan,
kapal-kapal laut, rumah sakit, asrama-asrama, perusahaan jasa boga dan sebagainya.
Perkembangan industri telur asin akan mendorong perkembangan peternakan itik
akan berdampak kepada peningkatan pendapatan para peternak itik yang
umumnya merupakan masyarakat pedesaan. Industri telur asin juga dapat
mengurangi ketergantungan terhadap sumber protein mahal seperti daging.
2.2 Proses Produksi
Adapun tahap-tahap pengolahan telur asin beraneka aroma “Sauyunan”
adalah sebagai berikut:
1. Syarat telur itik yang baik untuk di buat menjadi telur asin.
a. Telur itik tidak cacat atau retak
b. Telur masih segar (1-4 hari)
c. Bentuk telur oval
d. Besar telur rata
8
f. Telur itik umbaran (bukan kletekan atau yang diternakkan
dikandang)
2. Bahan-bahan (untuk sekali proses produksi)
a. Telur itik 300 butir
b. Garam yodium 3 kg
c. Serbuk batu bata 3kg (± 15 keping batu bata )
d. Abu sekam 3kg
e. Bawang putih 3 rumpun (± ¼ kg untuk aroma bawang)
f. Sunlight 1 bungkus
g. Ampelas halus 1 lembar
h. Kayu bakar 1 pikul
i. Air secukupnya
j. Jahe 1ons (untuk yang aroma jahe) Cabe ½ Kg (untuk aroma
cabe)
3. Alat-alat yang diperlukan
a. Ember plastik 2 buah
b. Panci atau kuali tanah
c. Pisau
d. Pawon batu
e. Blender
f. Stempel+tinta untuk merek
9
a. Telur itik direndam di air selama 5 menit, kemudian digosok
dengan ampelas halus secara perlahan gunanya agar permukaan
telur pori-porinya terbuka. Setelah itu cuci dengan air sabun,
kemudian dicuci kembali baru ditiriskan.
b. Buat adonannya terlebih dahulu.
Cara-caranya:
1. Bahan adonan (serbuk batu bata) dicampur dengan garam sesuai
takaran yang telah ditentukan. Takaran ini bisa disesuaikan dengan
selera si pembuat atau juga bisa sesuai denan pengalaman yang sudah
pernah dilakukan sebelumnya.
2. Untuk yang beraneka aroma, semua bahan (jahe/cabe/bawang)
diblender hingga halus, lalu ditambahkan ke campuran adonan tadi.
3. Aduk semua bahan hingga menjadi adonan yang tercampur merata.
4. Kemudian tambahkan air sedikit demi sedikit sambil diaduk menjadi
adonan yang kental agar dapat melekat pada kulit telur. Untuk
mendapatkan tingkat kekentalan yang tepat, adonan dapat dicoba
untuk ditempelkan pada kulit telur. Apabila adonan tersebut dapat
melekat dengan baik dan mudah, bararti tingkat kekentalannya telah
tepat. Dalam pembuatan setiap adonan, kadar air yang dibutuhkan
disesuaikan dengan tingkat kekeringan media. Makin tinggi tingkat
kekeringannya, maka makin banyak pula air yang diperlukan.
Kebutuhan air dinyatakan cukup apabila adonan sudah dapat
10
yang kurang ataupun berlebihan, akan mengakibatkan adonan tidak
dapat menempel pada kulit telur.
5. Tempel-tempelkan adonan ke telur, Setelah adonan menempel pada
kulit telur, guling-gulingkan telur pada abu sekam. Ini bertujuan
supaya adonan semakin menempel pada kulit telur.
6. Peram dalam wadah selama 10-15 hari (setelah 15 hari telur akan
mengandung minyak). Semakin lama disimpan kadar garam dalam
telur akan semakin tinggi sehingga telur akan semakin awet tetapi
rasanya akan semakin asin. Usahakan agar telur tidak pecah, simpan di
tempat yang bersih dan terbuka. Dengan cara pemeraman ini, sebagian
kecil (5%-10%) dari garam akan terserap kedalam telur. Oleh karena
itu, bila adonan pembalut akan dipergunakan lagi, maka perlu
ditambahkan garam pada adonan tersebut sebanyak 5%-10% dari total
berat garam semua.
7. Setelah diras pemeraman cukup waktunya (+/- 10-15 hari ). segera
bongkar adonan pembalut pada telur. Agar tidak merusak telur pada
saat pengbongkaran, adonan pembalut sebaiknya tambahkan sedikit air
hingga adonan yang kering menjadi sedikit basah dan gembur. Dengan
demikian, adonan dapat dibongkar dengan lebih mudah dan aman.
Setelah itu, pisahkan telur yang baik dan telur yang kurang baik atau
kulitnya retak atau memperlihatkan tanda-tanda kebusukan.
8. Telur yang telah diperam selama 15 hari dicuci bersih dengan air
sabun, kemudian ditiriskan sebentar, lalu di masak dalam panci dengan
11
atas. Telur dalam panci direbus dengan api kecil dan jangan ditutup,
jika airnya telah panas maka api sedikit demi sedikit dibesarkan hingga
mendidih. Lama rebusan kurang lebih 45menit agar telur asin tahan
hinnga 10 hari (tidak bau). Telur yang sudah masak kemudian
ditiriskan kembali.
9. Setelah semua proses berakhir, telur asin siap untuk dikonsumsi atau
dijual kepada konsumen.
Catatan:
1. Proses penambahan jahe, bawang , cabe, atau bahan-bahan lain hanya
untuk menambah aroma telur asin saat dimakan saja, sedangkan rasa
masih tetap sama dengan yang tidak dikasih tambahan bahan ini.
2. Asin tidaknya telur asin dan keawetannya, sangat tergantung pada
kadar
garam yang diberikan. Semakin tinggi kadar garam, akan semakin
awet telur yang diasinkan, tetapi rasanya akan semakin asin.
3. Telur asin yang baik, akan terlihat jika sudah dibelah. Tandanya,
kuningnya berada di tengah, minyaknya hanya di bagian pinggir atau
masir, rasa dan aromanya enak.
4. Telur asin matang tahan selama 2-3 minggu, sedangkan pembubuhan
larutan teh dalam adonan pengasin dapat meningkatkan ketahanan
12
2.3 Analisis Usaha 2.3.1 Analisis R/C Ratio
Dalam Harmono dan Andoko (2005), R/C (Revenue Cost Ratio) adalah
pembagian antara penerimaan usaha dengan biaya dari usaha tersebut. Analisa ini
digunakan untuk melihat perbandingan total penerimaan dengan total biaya usaha.
Jika nilai R/C ratio di atas satu rupiahyang dikeluarkan akan memperoleh
manfaat sehingga penerimaan lebih dari satu rupiah. Secara sistematis R/C rasio
dapat dirumuskan sebagai berikut :
R/C Rasio = Total Penerimaan Penjualan Total Biaya
Analisa ini digunakan untuk melihat keuntungan dan kelayakan dari
usahatani. Usaha tersebut dikatakan menguntungkan jika nilai R/C rasio lebih
besar dari satu (R/C > 1). Hal ini menunjukkan bahwa setiap nilai rupiah yang
dikeluarkan dalam produksi akan memberikan manfaat sejumlah nilai penerimaan
yang diperoleh. Total Biaya ditambahkan dengan upah minimum kerja sebesar
100 ribu perhari
2.3.2 Analisis B/C Ratio
Dalam Harmono dan Andoko (2005), Analisis keuntungan dan biaya (B/C
ratio) adalah perbandingan antara tingkat keuntungan yang diperoleh dengan total
biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan layak dan memberikan manfaat
apabila nilai B/C lebih besar dari nol. Semakin besar nilai B/C maka semakin
besar nilai manfaat yang akan diperoleh dari usaha tersebut (Rahardi dan Hartono,
2003). Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
B/C Rasio = Total Keuntungan Total Biaya
13
2.3.3 Break Event Point (BEP)
Analisa Break Event Point(BEP) suatu teknik analisis untuk mempelajari
hubunga antara biaya tetap, baiaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan.
Break Event Point (BEP) merupakan titik impas usaha. Dari nilai BEP dapat
diketahui pada tingkat produksi dan harga berapa suatu usaha telur asin tidak
memberikan keuntungan dan tidak pula mengalami kerugian (Rahardi, 2000)
Break Event Point (BEP) adalah suatu kondisi dimana pada periode tersebut
perusahaan tidak mendapat keuntungan dan juga tidak menderita kerugian.
Artinya pada saat itu penghasilan yang diterima sama dengan biaya yang
dikeluarkan (Sutrisno, 2003).
Rumus BEP/analisis break even point (Analisis balik modal) digunakan
untuk menentukan hal-hal seperti:
1. Jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan agar
perusahaan tidak mengalami kerugian. Jumlah penjualan minimum ini
berarti juga jumlah produksi minimum yang harus dibuat.
2. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh laba yang
telah direncanakan atau dapat diartikan bahwa tingkat produksi harus
ditetapkan untuk memperoleh laba tersebut.
3. Mengukur dan menjaga agar penjualan dan tingkat produksi tidak
lebih kecil dari BEP.
4. Menganalisis perubahan harga jual, harga pokok dan besarnya hasil
penjualan atau tingkat produksi. Sehingga analisis terhadap BEP
14
perencanaan tingkat produksi, agar perusahaan secara minimal tidak
mengalami kerugian. Selanjutnya karena harus memperoleh
keuntungan berarti perusahaan harus berproduksi di atas BEP-nya
(Prawirasentono : 1997).
Perhitungan Break Event Point dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus :
BEP = Total Biaya (Rp) 1 - Harga Jual Per Kg (Rp)
15
BAB III
MATERI DAN METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di produsen pembuat telur asin di
Kabupaten Sampang, yaitu di Desa Taddan Kecamatan Camplong di Rumah
Bapak H.Hamidah. Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan
pada tanggal 12 Agustus sampai 18 Agustus 2017.
3.2 Materi Penelitian
Materi penelitian yang digunakan sebagai media penelitian adalah
produsen
telur asin, yaitu : pemilik rumah pembuatan telur asin di desa Taddan Kecamatan
Camplong Kabupaten Sampang Bapak H.Hamidah.
Metode Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan pada seluruh populasi. Adapun data yang di
ambil adalah telur asin Bapak H.Hamidah di desa Taddan Kecamatan Camplong
Kabupaten Sampang.
3.3 Batasan Oprasional
Penelitian ini dilakukan di desa Tadden Kecamatan Camplong Kabupaten
Sampang. Adapun ada beberapa kesulitan yang dialami dari pembuatan telur asin
seperti produksi garam yang sekarang menonjak mahal dipasaran dan abu sekam
yang sulit di dapat.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Yaitu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan penelitian
16
1. Interview
Merupakan suatu cara untuk memperoleh suatu data yang diinginkan
dengan jalan mengadakan komunikasi (wawancara atau tanya jawab)
dengan langsung dengan responden
2. Observasi
Merupakan suatu cara untuk mengumpulkan data dengan
menggunakan pengamatan secara langsung terhadap gejala yang
terjadi di tempat penelitian
3. Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data engan cara mempelajari data-data, dalam hal
ini dokumentasi pada objek penelitian, baik yang berupa pembukuan,
maupun dokumen-dokumen yang berhubungan langsung dengan
objek penelitian.
3.5 Metode Analisis Data
Untuk menganalisa penghasilan yang diterima sama dengan yang
dikeluarkan dalam pemasaran telur asin bapak H.Hamidah Desa Taddan
Kecamatan Torjun Kabupaten Sampang sebagai berikut:
1. Untuk menjawab permasalahan pertama, yaitu secara sistematis R/C
rasio dapat dirumuskan sebagai berikut :
R/C Rasio = Total Penerimaan Penjualan Total Biaya
2. Untuk menjawab permasalahan kedua, Secara sistematis B/C dapat
dirumuskan sebagai berikut :
B/C Rasio = Total Keuntungan Total Biaya
17
3. Untuk menjawab permasalahan kedua, yairu titik ampas dengan
menggunakan analisis BEP (Break Event Point)
BEP = Total Biaya (Rp) 1 - Harga Jual Per Kg (Rp)
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Wilayah
Kabupaten Sampang merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Pulau
Madura selain Kabupaten Bangkalan, Pamekasan dan Sumenep. Kabupaten ini
terletak pada 113o08’ hingga 113o39’ Bujur Timur dan 06o05’ hingga 07o13’Lintang Selatan.Batas Daerah, di sebelah utara berbatasan dengan Laut
Jawa. Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pamekasan. Di sebelah
selatan berbatasan dengan Selat Madura. Sedangkan di sebelah barat berbatasan
dengan Kabupaten Bangkalan.
Secara umum wilayah Kabupaten Sampang berupa daratan, terdapat satu
pulau yang terpisah dari daratan bernama Pulau Mandangin/Pulau Kambing.Luas
wilayah Kabupaten Sampang yang mencapai 1233,33 km2 habis dibagi menjadi
14 kecamatan dan 186 desa/ Kelurahan.Karena lokasi Kabupaten Sampang berada
di sekitar garis khatulistiwa, maka seperti kabupaten lainya di Madura, wilayah ini
mempunyai perubahan iklim sebanyak 2 jenis setiap tahun, musim kemarau dan
musim penghujan. Bulan Oktober sampai Maret merupakan musim penghujan
sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan April sampai September.
Kabupaten Sampang terletak di sekitar garis khatulistiwa dengan iklim
tropis, musim penghujan biasanya terjadi pada Oktober sampai Maret, musim
kemarau biasanya terjadi pada April sampai September.Rata-rata hari hujan
tertinggi terdapat di Kecamatan Omben dan Ketapang, sedang yang terendah
19
bulanan tertinggi terdapat di Kecamatan Omben dan Banyuates, sedang yang
terendah terdapat di Kecamatan Camplong dan Pangarengan. Bulan-bulan dengan
curah hujan tinggi terjadi pada Juli dan Desember, sedang bulan dengan curah
hujan paling rendah terjadi pada Juni dan Agustus.Area sawah di Kabupaten
Sampang diairi oleh tiga jenis sumber air yaitu air hujan, air sungai dan air tanah.
Sawah yang diairi oleh air hujan seluas 11.082 Ha, air sungai seluas 3.452 Ha dan
sawah yang diairi oleh air tanah seluas 226,70 Ha. Kecamatan yang menggunakan
sumber pengairan air tanah adalah Kecamatan Sampang, Omben, Jrengik dan
Sokobanah.
4.2 Biaya Tetap
Biaya tetap yang terdiri dari biaya peralatan yang digunakan proses
produksi telur asin dan peralatan yang digunakan untuk hasil usaha. Besar
kecilnya biaya tergantung kualitas telur asin yang diproduksi.
4.3 Biaya Oprasional
Biaya oprasional terdiri dari biaya telur bebek, garam, serbuk batu, sekam
dan biaya tenaga kerja.
4.4 Pendapatan Hasil Usaha
Pola penjualan hasil produksi telur asin yaitu dengan pemasaran mengirim
ke pasar Srimangunan yang berada di kota sampang. Hasil pendapatan dipaparkan
tabel sebagai berikut :
Tabel 1 : Pendapatan Produksi Telur Asin H. HamidahDesa Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang
BULAN PRODUKSI
TELUR HARGA/BUTIR PENDAPATAN
Agustus 2016 500 2000 1.000.000
20 Oktober 2016 400 2000 800.000 November 2016 400 2000 800.000 Desember 2016 400 2000 800.000 Januari 2017 400 2000 800.000 Februari 2017 400 2000 800.000 Maret 207 500 2000 1.000.000 April 2017 500 2000 1.000.000 Mei 2017 500 2000 1.000.000 Juni 2017 900 2000 1.800.000 Juli 2017 900 2000 1.800.000 Jumlah 6.300 24.000 12.600.000 Rata-Rata 525 2000 1.050.000
Keuntungan (Benefit) yang diperoleh oleh H.Hamidah pengusaha telur asin
di desa Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang dapat dipaparkan
sebagai berikut :
Biaya = Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap
= 23.123 + 933.330
= 956.453
Keuntungan = Pendapatan Rata Rata – Biaya
= 1.050.000 – 956.453
= 93.517
4.5 Analisa Usaha
Data yang diperoleh dilakukan analisis usaha dengan menghitung Analisa
21
Analisa R/C Rasio
Tabel 2 Hasil Analisa R/C Rasio Usaha Telur Asin
Uraian Nilai
Penerimaan Usaha (Rp) 1.050.000
Total Biaya (Rp) 956.453
R/C Ratio 1,09
Nilai R/C Rasio adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya
produksi. Berdasarkan penerimaan dan biaya yang dikeluarkan, nilai R/C rasio
atas biaya total yang diperoleh adalah sebesar 1,09 dengan R/C sebesar 1,09
berarti untuk setiap Rp 100.000 biaya yang dikeluarkan, maka usaha telur asin
memberikan penerimaan sebesar Rp. 109.000,-. Dengan rasio sebesar 1,09
menunjukkan bahwa usaha telur asin menguntungkan.
Berdasarkan teori yang ditemukan Harmono dan Andoko, bahwa jika nilai
R/C rasio lebih besar dari satu (R/C > 1). Hal ini menunjukkan bahwa setiap nilai
rupiah yang dikeluarkan dalam produksi akan membeikan manfaat sejumlah nilai
penerimaan yang diperoleh. Dari hasil perhitungan R/C rasio yang didapat sebesar
1,09. Hal tersebut menunjukkan bahwa R/C rasio > 1. Maka usaha telur asin
H.Hamidah di Desa Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang layak
22
4.3 Analisis B/C Rasio
Tabel 3 Hasil Analisis B/C Rasio Usaha Telur Asin
Uraian Nilai
Pendapatan (Rp) 93,517
Total Biaya (Rp) 956.453
B/C Rasio 0,09
Nilai B/C Rasio adalah perbandingan antara pendapatan dengan biaya
produksi. Berdasarkan penerimaan dan biaya yang dikeluarkan, nilai B/C rasio
atas biaya total yang diperoleh adalah sebesar 0,09. Halini menunjukan bahwa
dengan B/C sebesar 0,06 berarti untuk setiap Rp 100.000 biaya yang dikeluarkan,
maka usaha telur asin akan memperoleh keuntungan atau pendapatan sebesar Rp.
9000,. Dengan B/C rasio sebesar 0,09 menunjukkan bahwa usaha telur asin
menguntungkan untuk dijalankan.
Berdasarkan teori yang ditemukan Harmono dan Andoko (2003) , bahwa
suatu usaha dikatakan layak dan memberikan manfaat apabila nilai B/C lebih
besar dari nol (B/C > 0). Semakin besar nilai B/C maka semakin besar nilai
manfaat yang diperoleh dari usaha tersebut. Dari hasil perhitungan nilai B/C rasio
usaha telur asin diH.Hamidah di Desa Taddan Kecamatan Camplong sebesar 0,09.
Dengan kata lain B/C > 0, berarti usaha tersebut layak untuk dijalankan dan dapat
23
4.4 Analisa BEP (Break Event Point)
Tabel 4 Hasil analisa BEP (Break Event Point)Usaha Telur Asin
Uraian Nilai Jumlah
A.Total Biaya (Rp) 956.453 B.Harga Jual Per Telur (Rp) 2000 C.Total Produksi (Kg) 6300
BEP Produksi (A/B) (Kg) 478,2
BEP Harga (A/C) (Rp) 151,8
Berdasarkan analisa pada tabel 3, dapat diketahui bahwa BEP yang
diperoleh pada usaha telur asin sebesar 478,2 kg artinya usaha telur asin tersebut
tidak untung dan tidak rugi pada level output 478,2 kg, usaha tersebut baru akan
mendapat keuntungan dari jika output lebih besar dari 478,2 kg. Usaha telur asin
mendapat keuntungan dari selisih produksi yang dihasilkan. Sedangkan BEP
harga sebesar 151,8,- artinya usaha telur asn tidak untung dan tidak pula rugi pada
harga 1.518 dan baru akan dimulai mendapat keuntungan dari selisih jumlah per
24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Berdasarkan penerimaan dan biaya yang dikeluarkan, nilai Nilai R/C Rasio
adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi.
Berdasarkan penerimaan dan biaya yang dikeluarkan, nilai R/C rasio atas
biaya total yang diperoleh adalah sebesar 1,09 dengan R/C sebesar 1,09
berarti untuk setiap Rp 100.000 biaya yang dikeluarkan, maka usaha telur
asin memberikan penerimaan sebesar Rp. 109.000,-. Dengan rasio sebesar
1,09 menunjukkan bahwa usaha telur asin menguntungkan.
2. Berdasarkan nilai perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi.
nilai B/C rasio atas biaya total yang diperoleh adalah sebesar 0,09. Hal ini
menunjukan bahwa dengan B/C sebesar 0,06 berarti untuk setiap Rp
100.000 biaya yang dikeluarkan, maka usaha telur asin akan memperoleh
keuntungan atau pendapatan sebesar Rp. 9000,. Dengan B/C rasio sebesar
0,09 menunjukkan bahwa usaha telur asin menguntungkan untuk dijalankan.
3. BEP yang diperoleh pada usaha telur asin sebesar 478,2 kg artinya usaha
telur asin tersebut tidak untung dan tidak rugi pada level output 478,2 kg,
usaha tersebut baru akan mendapat keuntungan dari jika output lebih besar
dari 478,2 kg. Usaha telur asin mendapat keuntungan dari selisih produksi
25
asin tidak untung dan tidak pula rugi pada harga 1.518 dan baru akan
dimulai mendapat keuntungan dari selisih jumlah per telur.
5.2 Saran
1. Bagi pengusaha diharapkan dapat memantau kembali
biayapenerimaan dan biaya yang dikeluarkan, walaupun biaya
penerimaan menguntungkan namun hasil yang diperoleh berbanding
sedikit dengan biaya yang dikeluarkan, diharapkan biaya poduksi
dapat lebih ditingkatkan dan ditambah agar biaya penerimaan semakin
bertambah sehingga produksi telur asin bisa sangat menguntungkan.
2. Pemaran dan penjualan telur asin diharapkn semakin diperluas ke
berbagai pasar atau toko-toko didaerah Kabupaten Sampang agar
produksi telur asin tersebut semakin diminati sehingga permintaan
26
Daftar Pustaka
Harmono dan Agus Andoko. Budidaya dan Peluang Bisnis (Jakarta : Agromedia Pustaka, 2005)
Rahardi, F. . 2000. Agribisnis Peternakan. Jakarta : Penebar Swadaya.
Rahardi, F. Dan Hartono, Rudi. 2003. Agribisnis Peternakan. Jakarta : Penebar Swadaya.
Rasyaf. 2003. Managemen peternakan ayam petelur. Jakarta. Penebar Swadaya.
Soekardono, 2007 Ekonomi agribisnis peternakan teori konsep dan aplikasi. Jakarta. Akademika Pesindo
2009.Ekonomi agribisnis peternakan teori konsep dan aplikasi. Jakarta. Akademika Pesindo