• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA USAHA TELUR ASIN (Studi Kasus Perusahaan Telur Asin H.Hamidah Desa Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA USAHA TELUR ASIN (Studi Kasus Perusahaan Telur Asin H.Hamidah Desa Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang) SKRIPSI"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISA USAHA TELUR ASIN

(Studi Kasus Perusahaan Telur Asin H.Hamidah Desa

Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang)

SKRIPSI

Oleh :

Herul Hidayat

NPM. 10.54231.144

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MADURA

PAMEKASAN

(2)

ii

ANALISA USAHA TELUR ASIN

(Studi Kasus Perusahaan Telur Asin H.Hamidah Desa

Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang)

SKRIPSI

Oleh :

Herul Hidayat

NPM. 10.54231.144

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Peternkan pada Fakultas Pertanian

Universitas Madura

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MADURA

PAMEKASAN

(3)

iii

ANALISA USAHA TELUR ASIN

(Studi Kasus Perusahaan Telur Asin H.Hamidah Desa

Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang)

SKRIPSI

Mengetahui Menyetujui

Progam Studi Peternakan

Ketua Dosen Pembimbing

Desi Kurniati A,S.Pt M.Agr Desi Kurniati A,S.Pt M.Agr NIS. 710 413 273 NIS. 710 413 273

(4)

iv

ANALISA USAHA TELUR ASIN

(Studi Kasus Perusahaan Telur Asin H.Hamidah Desa

Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang)

SKRIPSI

Herul Hidayat

NPM. 10.54231.144

Tanda Tangan Tanggal Dosen Pembimbing 1:

Desi Kurniati A,S.Pt M.Agr NIS. 710 413 273 Tanggal : Dosen Penguji 1: Ir.Suparno,M. Agr NIS. 710 413 106 Tanggal : Dosen Penguji 2:

Ir. A. Yudi Heryadi, MMA NIS. 710 048 232 Tanggal : Mengetahui Universitas Madura Fakultas Pertanian Dekan Ir. Suparno,M.Agr NIP: 710 413 106 Tanggal :

(5)

v

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT DAN MEMALSUKAN DATA

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Herul Hidayat

Tempat/Tanggal Lahir : Sampang, 03 Agustus 1991 NPM : 10.54231.144

Program Studi : Peternakan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “ANALISA

USAHA TELUR ASIN (Studi Kasus Perusahaan Telur Asin H.Hamidah

Desa Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang)”

1. Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri (tidak hasil plagiat/jiplakan) 2. Tidak didasarkan pada data palsu

Apabila pada kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya tidak benar, saya bersedia menanggug resiko dan siap diperkarakan dengan aturan yang berlaku

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Pamekasan, 23 Agustus 2017 Yang Menyatakan,

Herul Hidayat NPM. 10.54231.144

(6)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sampang pada tanggal 03 Agustus 1991 sebagai putra

kedua dari Bapak Zainal Bazar dengan Ibu Siti Fatimah. Pada tahun 2004 penulis

lulus SD Negeri Banyuanyar 1, tahun 2007 lulus SMP Negeri 3 Sampang dan

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis pajatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, sehingga

dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini. Untuk itu juga sangat berterima kasih

kepada yang terhormat:

1. Desi Kurniati Agustina, S.Pt M.Agr. Selaku Pembimbing Utama

2. Ir. Suparno,M.Agr selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Madura

Pamekasan

3. Desi Kurniati Agustina, S.Pt M.Agr. selaku Ketua Program Studi Ilmu

Peternakan yang telah banyak membina kelancaran proses studi

4. Ir. A. Yudi Heryadi, MMA selaku penguji atas masukan dan saran

selama Ujian Sarjana

5. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak H.Hamidah, Desa

Taddan, Kecamatan Torjun, Kabupaten Sampang sebagai pihak pemilik

produksi

Pamekasan, 23 Agustus 2017

Penulis

(8)

viii

ANALISA USAHA TELUR ASIN

“(Studi Kasus Perusahaan Telur Asin H.Hamidah Desa

Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang)”

Herul Hidayat1), Desi Kurniati2),Ir.Suparno,M. Agr2)

1)

Mahasiswa Parodi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Madura 2)

Dosen Prodi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Madura

Email :Herulhidayat@Gmail.com

RINGKASAN

Usaha pembuatan telur asin adalah salah satu jenis industri makanan yang umumnya berskala mikro dan kecil. Bahan baku utama yang akan dijadikan telur asin adalah telur itik, sedangkan jenis telur lainnya tidak lazim dilakukan karena kebiasaan dari masyarakat kita yang menganggap telur asin berasal dari telur itik. Tujuan daripenelitian meliputi perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi selama satu tahun (R/C Ratio), perbandingan antara pendapatan dengan biaya produksi selama satu bulan (B/C Ratio), serta titik pertemuan antara biaya dan penerimaan dimana usaha tidak mengalami rugi atau untung atau Break Event

Point (BEP).

Materi Penelitian Untuk menjawab permasalahan pertama, yaitu secara sistematis R/C rasio dapat dirumuskan R/C Rasio = Total Penerimaan Penjualan Total Biaya. Untuk menjawab permasalahan kedua, Secara sistematis B/C dapat dirumuskan B/C Rasio = Total Keuntungan : Total Biaya. Sedangkan untuk menjawab permasalahan kedua, yairu titik ampas dengan menggunakan analisis BEP (Break Event Point) = Total Biaya (Rp) : Harga Jual Per Kg (Rp) :Total Berdasarkan penerimaan dan biaya yang dikeluarkan, nilai Nilai R/C Rasio adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi.

Hasil penelitian penerimaan dan biaya yang dikeluarkan, nilai R/C rasio atas biaya total yang diperoleh adalah sebesar 1,09 Dengan rasio sebesar 1,09 menunjukkan bahwa usaha telur asin menguntungkan. nilai B/C rasio atas biaya total yang diperoleh adalah sebesar 0,09. maka usaha telur asin akan memperoleh keuntungan atau pendapatan sebesar Rp. 9000,. Dengan B/C rasio sebesar 0,09 menunjukkan bahwa usaha telur asin menguntungkan untuk dijalankan. BEP yang diperoleh pada usaha telur asin sebesar 478,2 kg artinya usaha telur asin tersebut tidak untung dan tidak rugi pada level output 478,2 kg, BEP harga sebesar 151,8,- artinya usaha telur asn tidak untung dan tidak pula rugi pada harga 1.518 dan baru akan dimulai mendapat keuntungan dari selisih jumlah per telur.Disimpulkan bahwa produksi telur asin yang dijalankan menguntungkan dan wajib untuk dilanjutkan.

(9)

ix DAFTAR ISI

Isi Halaman

HALAMAN AWAL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ...iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN... v

RIWAYAT HIDUP... vi

KATA PENGANTAR ... vii

RINGKASAN ...viii

DAFTAR ISI. ... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telur Asin... 6

2.2 Proses Produksi ... 7

2.3 Analisis Usaha... 11

2.3.1 Analisis R/C Ratio... 11

2.3.2 Analisis B/C Ratio... 12

2.3.3 Break Event Point (BEP) ... 12

BAB III MATERI DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 15

3.2 Materi Penelitian ... 15

3.3 Batasan Oprasional... 15

3.4 Teknik Pengambilan Data ... 15

(10)

x

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran umum wilayah ... 18

4.2 Biaya Tetap ... 19

4.3 Biaya Oprasional ... 19

4.4 Pendapatan hasil usaha... 19

4.5 Analisa Usaha... 20

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 24

5.2 Saran... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.Pendapatan Produksi Telur Asin ... 20

2. Hasil Analisa R/C Rasio Usaha Telur Asin. ... 21

3. Hasil Analisa R/C Rasio Usaha Telur Asin ... 22

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Biaya Tetap Produksi Telur Asin... 27

2. Biaya Tidak Tetat Produksi Telur Asin ... 28

3. Hasil Penyusutan Produksi Telur Asin ... 36

(13)

Lampiran 1

Rincian Biaya Tetap Produksi Telur Asin

BIAYA TETAP

Nama Barang Banyaknya Harga Total Penyussutan

Ember Plastik 2 Buah 25.000 50.000 2083

Panci Besar 2 Buah 80.000 160.000 6666

Keranjang Telur Besar 5 Buah 30.000 150.000 6250

Sarung Tangan Plastik 1 Box 10.000 10.000 416

Box Tempat Telur Kardus

5 bal/ 1 bal

isi 100 25.000 125.000 5208

Stempel Merek 1 Buah 30.000 30.000 1250

Tinta 2 Buah 15.000 30.000 1250

JUMLAH 555.000 23.123

BIAYA TIDAK TETAP

Nama Barang Banyaknya Harga Satuan Total

Telur Bebek 6300 Butir 1.500 9.450.000

Garam 110 Bungkus 3.000 330.000

Serbuk Batu 7 sak 7.500 105.000

Sekam 7 sak 8.500 119.000

Tenaga Kerja 1 Orang x 12

Bulan 100.000 12.000.000

(14)

Lampiran 2

Rincian Biaya Tidak Tetap Agustus 2016 Sampai Juli 2017

Produksi Telur Asin Bulan Agustus 2016

Nama Barang Banyaknya Harga Satuan Total

Telur Bebek 500 Butir 1.500 750.000

Garam 8 Bungkus 3.000 24.000

Serbuk Batu 1/2 sak 7.500 7.500

Sekam 1/2 sak 8.500 8.500

Tenaga Kerja 1 Orang 100.000 100.000

TOTAL 890.000

Produksi Telur Asin Bulan September 2016

Nama Barang Banyaknya Harga Satuan Total

Telur Bebek 500 Butir 1.500 750.000

Garam 8 Bungkus 3.000 24.000

Serbuk Batu 1/2 sak 7.500 7.500

Sekam 1/2 sak 8.500 8.500

Tenaga Kerja 1 Orang 100.000 100.000

TOTAL 890.000

Prosuksi Telur Asin Bulan Oktober 2016

Nama Barang Banyaknya Harga Satuan Total

Telur Bebek 400 Butir 1.500 600.000

Garam 8 Bungkus 3.000 24.000

Serbuk Batu 1/2 sak 7.500 7.500

Sekam 1/2 sak 8.500 8.500

Tenaga Kerja 1 Orang 100.000 100.000

(15)

Produksi Telur Asin Bulan November 2016

Nama Barang Banyaknya Harga Satuan Total

Telur Bebek 400 Butir 1.500 600.000

Garam 8 Bungkus 3.000 24.000

Serbuk Batu 1/2 sak 7.500 7.500

Sekam 1/2 sak 8.500 8.500

Tenaga Kerja 1 Orang 100.000 100.000

TOTAL 740.000

Produksi Telur Asin Bulan Desember 2016

Nama Barang Banyaknya Harga Satuan Total

Telur Bebek 400 Butir 1.500 600.000

Garam 8 Bungkus 3.000 24.000

Serbuk Batu 1/2 sak 7.500 7.500

Sekam 1/2 sak 8.500 8.500

Tenaga Kerja 1 Orang 100.000 100.000

TOTAL 740.000

Produksi Telur Asin Bulan Januari 2017

Nama Barang Banyaknya Harga Satuan Total

Telur Bebek 400 Butir 1.500 600.000

Garam 8 Bungkus 3.000 24.000

Serbuk Batu 1/2 sak 7.500 7.500

Sekam 1/2 sak 8.500 8.500

Tenaga Kerja 1 Orang 100.000 100.000

(16)

Produksi Telur Asin Bulan Februari 2017

Nama Barang Banyaknya Harga Satuan Total

Telur Bebek 400 Butir 1.500 600.000

Garam 8 Bungkus 3.000 24.000

Serbuk Batu 1/2 sak 7.500 7.500

Sekam 1/2 sak 8.500 8.500

Tenaga Kerja 1 Orang 100.000 100.000

TOTAL 740.000

Produksi Telur Asin Bulan Maret 2017

Nama Barang Banyaknya Harga Satuan Total

Telur Bebek 500 Butir 1.500 750.000

Garam 8 Bungkus 3.000 24.000

Serbuk Batu 1/2 sak 7.500 7.500

Sekam 1/2 sak 8.500 8.500

Tenaga Kerja 1 Orang 100.000 100.000

TOTAL 890.000

Produksi Telur Asin Bulan April 2017

Nama Barang Banyaknya Harga Satuan Total

Telur Bebek 500 Butir 1.500 750.000

Garam 8 Bungkus 3.000 24.000

Serbuk Batu 1/2 sak 7.500 7.500

Sekam 1/2 sak 8.500 8.500

Tenaga Kerja 1 Orang 100.000 100.000

(17)

Produksi Telur Asin Bulan Mei 2017

Nama Barang Banyaknya Harga Satuan Total

Telur Bebek 500 Butir 1.500 750.000

Garam 8 Bungkus 3.000 24.000

Serbuk Batu 1/2 sak 7.500 7.500

Sekam 1/2 sak 8.500 8.500

Tenaga Kerja 1 Orang 100.000 100.000

TOTAL 890.000

Produksi Telur Asin Bulan Juni 2017

Nama Barang Banyaknya Harga Satuan Total

Telur Bebek 900 Butir 1.500 1.350.000

Garam 15 Bungkus 3.000 45.000

Serbuk Batu 1 sak 7.500 15.000

Sekam 1 sak 8.500 15.000

Tenaga Kerja 1 Orang 100.000 100.000

TOTAL 1.525.000

Produksi Telur Asin Bulan Juli 2017

Nama Barang Banyaknya Harga Satuan Total

Telur Bebek 900 Butir 1.500 1.350.000

Garam 15 Bungkus 3.000 45.000

Serbuk Batu 1 sak 7.500 15.000

Sekam 1 sak 8.500 15.000

Tenaga Kerja 1 Orang 100.000 100.000

(18)

Lampiran 3

Pendapatam Produksi Telur Asin Bulan Agustus 2016 Sampai Juli 2017

BULAN PRODUKSI

TELUR HARGA/BUTIR PENDAPATAN

Agustus 2016 500 2000 1.000.000 September 2016 500 2000 1.000.000 Oktober 2016 400 2000 800.000 November 2016 400 2000 800.000 Desember 2016 400 2000 800.000 Januari 2017 400 2000 800.000 Februari 2017 400 2000 800.000 Maret 207 500 2000 1.000.000 April 2017 500 2000 1.000.000 Mei 2017 500 2000 1.000.000 Juni 2017 900 2000 1.800.000 Juli 2017 900 2000 1.800.000 Jumlah 6.300 24.000 12.600.000 Rata-Rata 525 2000 1.050.000

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Telur asin merupakan salah satu sumber protein yang mudah didapat dan

berharga relatif murah. Telur asin sebagai bahan makanan yang telah diawetkan

mempunyai daya tahan terhadap kerusakan yang lebih tinggi dibandingkan telur

mentah. Usaha pembuatan telur asin adalah salah satu jenis industri makanan yang

umumnya berskala mikro dan kecil. Bahan baku utama yang akan dijadikan telur

asin adalah telur itik, sedangkan jenis telur lainnya tidak lazim dilakukan karena

kebiasaan dari masyarakat kita yang menganggap telur asin berasal dari telur itik.

Teknologi yang diperlukan untuk memproduksi telur asin secara umum

merupakan teknologi yang sederhana. Oleh karena itu perbedaan proses produksi

dan kualitas produk telur asin ditentukanberdasarkan cara pengolahannya

Pengasinan telur merupakan salah satu cara penambahan umur simpan telur

(Sutrisno, 2003).

Telur umumnya mengandung protein 13%, lemak 12%, mineral dan

vitamin. Selain lebih awet telur asin juga digemari karena rasanya yang relatif

lebih lezat dibandingkan telur tawar biasa. Konsumen terbesar produk telur asin

adalah masyarakat menengah ke bawah, karena telur asin dapat dijadikan sumber

protein hewani yang murah. Disamping untuk konsumen rumah tangga,

konsumenlainnya yang sangat potensial adalah restoran, rumah makan,

kapal-kapal laut, rumah sakit, asrama-asrama, perusahaan jasa boga dan sebagainya.

(20)

2

akan berdampak kepada peningkatan pendapatan para peternak itik yang

umumnya merupakan masyarakat pedesaan. Industri telur asin juga dapat

mengurangi ketergantungan terhadap sumber protein mahal seperti daging.Nilai

tertinggi telur terdapat pada bagian kuning telur. Kuning telur mengandung asam

amino esensial yang dibutuhkan serta mineral seperti: besi, fosfor, sedikit

kalsium, dan vitamin B kompleks. Sebagian protein dan semua lemak terdapat

pada kuning telur. Adapun putih telur yang jumlahnya sekitar 60% dari seluruh

bulatan telur mengandung 5 jenis protein dan sedikit karbohidrat. Kelemahan telur

yaitu memiliki sifat mudah rusak, baik kerusakan alami, kimiawi maupun

kerusakan akibat serangan mikroorganisme melalui pori-pori telur. Oleh sebab itu

usaha pengawetan sangat penting untuk mempertahankan kualitas telur (Rasyaf,

2003).

Menurut Sujionohadi tahun 2003 Telur akan lebih bermanfaat apabila

direbus setengah matang, daripada direbus matang atau dimakan mentah. Telur

yang digoreng kering juga kurang baik, karena protein telur mengalami denaturasi

atau rusak, berarti mutu protein akan menurun. Macam-macam telur adalah: telur

ayam (kampung dan ras), telur bebek, puyuh, dan lain-lain. Kualitas telur

ditentukan oleh Kualitas bagian dalam (kekentalan putih dan kuning telur, posisi

kuning telur, dan ada tidaknya noda atau bintik darah pada putih atau kuning

telur) dan Kualitas bagian luar (bentuk dan warna kulit, permukaan telur,

keutuhan, dan kebersihan kulit telur)

Umumnya ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam

pengolahan telur asin. telur akan mengalami kerusakan setelah disimpan lebih dari

(21)

3

dari luar dan kerusakan yang baru dapat diketahui setelah telur pecah. Kerusakan

pertama berupa kerusakan alami (pecah, retak ). Kerusakan lain adalah akibat

udara dari dalam isi telur keluar sehingga derajat keasaman naik. Sebab lain

karena keluarnya uap air dari dalam telur yang membuat berat telur turun serta

putih telur encer, sehingga kesegaran telur merosot. Kerusakan telur dapat juga

disebabkan oleh masuknya mikroba ke dalam telur, yang terjadi ketika telur masih

berada dalam tubuh induknya. Kerusakan telur terutama disebabkan oleh kotoran

yang menempel pada kulit telur. Penurunan mutu telur sangat dipengaruhi oleh

suhu penyimpanan dan kelembaban ruang penyimpanan. Hal tersebut dapat

mengalami kerugian dalam proses produksi telur asin.

Usaha telur asin sendiri merupakan salah satu mata pencarian yang

dilakukan masyarakat pada umumnya. Walaupun sedikit masyarakat yang

menekuninya. Namun tingkat kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi

masyarakat untuk menambah penghasilan. Di Kabupaten Sampang tepatnya di

desa Taddan Kecamatan Camplong ada beberapa kepala rumah tangga yang

memproduksi telur asin. Telur asin yang telah diolah biasanya di kirim ke

toko-toko dan pasar-pasar untuk dijual. Harga yang dihasilkan dapat berubah-ubah

sesuai harga pemasaran dan hasil produksinya. Untuk mengetahui pemasaran telur

asin di kabupaten Sampang pada umumnya akan dilakukan penelitian di desa

tadden kecamatan camplong.

Dari uraian di atas, peneliti perlu untuk melakukan penelitian tentang

analisa telur asin yang meliputi perbandingan antara penerimaan dengan biaya

produksi selama satu tahun (R/C Ratio), perbandingan antara pendapatan dengan

(22)

4

dan penerimaan dimana usaha tidak mengalami rugi atau untung atau Break Event

Point(BEP). Dari penelitian ini akan di ambil sampelnya terlebih dahulu. Sampel

akan diambil dari pengelola telur asin H.Hamidah di desa Taddan Kecamatan

Camplong Kabupaten Sampang.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka penulisan perumusan permasalahannya

sebagai berikut :

1. Berapakah perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi

selama satu tahun (R/C Ratio)H. Hamidah di Desa Tadden Kecamatan

Camplong Kabupaten Sampang?

2. Berapakah perbandingan antara pendapatan dengan biaya produksi

selama satu bulan (B/C Ratio) H. Hamidah di Desa Tadden

Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang?

3. Bagaimana titik pertemuan antara biaya dan penerimaan dimana usaha

tidak mengalami rugi atau untung (BEP) H. Hamidah di Desa Tadden

Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perbandingan antara penerimaan dengan biaya

produksi selama satu tahun (R/C Ratio) H. Hamidah di Desa Tadden

(23)

5

2. Untuk mengetahui perbandingan antara pendapatan dengan biaya

produksi selama satu bulan (B/C Ratio) H. Hamidah di Desa Tadden

Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang?

3. Untuk mengetahui titik pertemuan antara biaya dan penerimaan

dimana usaha tidak mengalami rugi atau untung (BEP) H. Hamidah di

Desa Tadden Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang?

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Dengan hasil penelitian ini dapat dijadikan bekal bagi penulis untuk

mempraktekan teori-teori yang diperoleh selama perkuliahan secara

nyata di dunia kerja. Sekaligus sebagai motivasi untuk menambah ilmu

agar terus belajar memperkaya kajian ilmiah untuk mengembangkan

dan mengasah kemampuan yang dimiliki

2. Bagi Pengusaha Telur Asin

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan serta

masukan yang positif pada dunia usaha yaitu sebagai bahan

pertimbangan alternatif dalam pengambilan keputusan dan kebijakan

dalam pengembangan usaha

3. Bagi Universitas

Penulis berharap hasil penelitian bisa menjadi bahan pustka yang layak

sebagai bahan pembelajaran demi menambah pengetahuan bagi

mahasiswa dan pihak yang berminat dalam pngembaangan sistem

(24)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telur Asin

Telur asin merupakan salah satu sumber protein yang mudah didapat dan

berharga relatif murah. Telur asin sebagai bahan makanan yang telah diawetkan

mempunyai daya tahan terhadap kerusakan yang lebih tinggi dibandingkan telur

mentah. Usaha pembuatan telur asin adalah salah satu jenis industri makanan yang

umumnya berskala mikro dan kecil. Bahan baku utama yang akan dijadikan telur

asin adalah telur itik, sedangkan jenis telur lainnya tidak lazim dilakukan karena

kebiasaan dari masyarakat kita yang menganggap telur asin berasal dari telur itik.

Teknologi yang diperlukan untuk memproduksi telur asin secara umum

merupakan teknologi yang sederhana. Oleh karena itu perbedaan proses produksi

dan kualitas produk telur asin ditentukanberdasarkan cara pengolahannya

Pengasinan telur merupakan salah satu cara penambahan umur simpan telur

(Sutrisno, 2003).

Usaha pembuatan telur asin adalah salah satu jenis industri makanan yang

umumnya berskala mikro dan kecil. Bahan baku utama yang akan dijadikan telur

asin adalah telur itik, sedangkan jenis telur lainnya tidak lazim dilakukan karena

kebiasaan dari masyarakat kita yang menganggap telur asin berasal dari telur itik.

Teknologi yang diperlukan untuk memproduksi telur asin secara umum

merupakan teknologi yang sederhana. Oleh karena itu perbedaan proses produksi

dan kualitas produk telur asin ditentukanberdasarkan cara pengolahannya

(25)

7

Pengasinan telur merupakan salah satu cara penambahan umur simpan

telur. Telur asin merupakan salah satu sumber protein yang mudah didapat dan

berharga relatif murah. Telur asin sebagai bahan makanan yang telah diawetkan

mempunyai daya tahan terhadap kerusakan yang lebih tinggi dibandingkan telur

mentah. Telur umumnya mengandung protein 13%, lemak 12%, mineral dan

vitamin. Selain lebih awet telur asin juga digemari karena rasanya yang relatif

lebih lezat dibandingkan telur tawar biasa. Konsumen terbesar produk telur asin

adalah masyarakat menengah ke bawah, karena telur asin dapat dijadikan sumber

protein hewani yang murah. Disamping untuk konsumen rumah tangga,

konsumenlainnya yang sangat potensial adalah restoran, rumah makan,

kapal-kapal laut, rumah sakit, asrama-asrama, perusahaan jasa boga dan sebagainya.

Perkembangan industri telur asin akan mendorong perkembangan peternakan itik

akan berdampak kepada peningkatan pendapatan para peternak itik yang

umumnya merupakan masyarakat pedesaan. Industri telur asin juga dapat

mengurangi ketergantungan terhadap sumber protein mahal seperti daging.

2.2 Proses Produksi

Adapun tahap-tahap pengolahan telur asin beraneka aroma “Sauyunan”

adalah sebagai berikut:

1. Syarat telur itik yang baik untuk di buat menjadi telur asin.

a. Telur itik tidak cacat atau retak

b. Telur masih segar (1-4 hari)

c. Bentuk telur oval

d. Besar telur rata

(26)

8

f. Telur itik umbaran (bukan kletekan atau yang diternakkan

dikandang)

2. Bahan-bahan (untuk sekali proses produksi)

a. Telur itik 300 butir

b. Garam yodium 3 kg

c. Serbuk batu bata 3kg (± 15 keping batu bata )

d. Abu sekam 3kg

e. Bawang putih 3 rumpun (± ¼ kg untuk aroma bawang)

f. Sunlight 1 bungkus

g. Ampelas halus 1 lembar

h. Kayu bakar 1 pikul

i. Air secukupnya

j. Jahe 1ons (untuk yang aroma jahe) Cabe ½ Kg (untuk aroma

cabe)

3. Alat-alat yang diperlukan

a. Ember plastik 2 buah

b. Panci atau kuali tanah

c. Pisau

d. Pawon batu

e. Blender

f. Stempel+tinta untuk merek

(27)

9

a. Telur itik direndam di air selama 5 menit, kemudian digosok

dengan ampelas halus secara perlahan gunanya agar permukaan

telur pori-porinya terbuka. Setelah itu cuci dengan air sabun,

kemudian dicuci kembali baru ditiriskan.

b. Buat adonannya terlebih dahulu.

Cara-caranya:

1. Bahan adonan (serbuk batu bata) dicampur dengan garam sesuai

takaran yang telah ditentukan. Takaran ini bisa disesuaikan dengan

selera si pembuat atau juga bisa sesuai denan pengalaman yang sudah

pernah dilakukan sebelumnya.

2. Untuk yang beraneka aroma, semua bahan (jahe/cabe/bawang)

diblender hingga halus, lalu ditambahkan ke campuran adonan tadi.

3. Aduk semua bahan hingga menjadi adonan yang tercampur merata.

4. Kemudian tambahkan air sedikit demi sedikit sambil diaduk menjadi

adonan yang kental agar dapat melekat pada kulit telur. Untuk

mendapatkan tingkat kekentalan yang tepat, adonan dapat dicoba

untuk ditempelkan pada kulit telur. Apabila adonan tersebut dapat

melekat dengan baik dan mudah, bararti tingkat kekentalannya telah

tepat. Dalam pembuatan setiap adonan, kadar air yang dibutuhkan

disesuaikan dengan tingkat kekeringan media. Makin tinggi tingkat

kekeringannya, maka makin banyak pula air yang diperlukan.

Kebutuhan air dinyatakan cukup apabila adonan sudah dapat

(28)

10

yang kurang ataupun berlebihan, akan mengakibatkan adonan tidak

dapat menempel pada kulit telur.

5. Tempel-tempelkan adonan ke telur, Setelah adonan menempel pada

kulit telur, guling-gulingkan telur pada abu sekam. Ini bertujuan

supaya adonan semakin menempel pada kulit telur.

6. Peram dalam wadah selama 10-15 hari (setelah 15 hari telur akan

mengandung minyak). Semakin lama disimpan kadar garam dalam

telur akan semakin tinggi sehingga telur akan semakin awet tetapi

rasanya akan semakin asin. Usahakan agar telur tidak pecah, simpan di

tempat yang bersih dan terbuka. Dengan cara pemeraman ini, sebagian

kecil (5%-10%) dari garam akan terserap kedalam telur. Oleh karena

itu, bila adonan pembalut akan dipergunakan lagi, maka perlu

ditambahkan garam pada adonan tersebut sebanyak 5%-10% dari total

berat garam semua.

7. Setelah diras pemeraman cukup waktunya (+/- 10-15 hari ). segera

bongkar adonan pembalut pada telur. Agar tidak merusak telur pada

saat pengbongkaran, adonan pembalut sebaiknya tambahkan sedikit air

hingga adonan yang kering menjadi sedikit basah dan gembur. Dengan

demikian, adonan dapat dibongkar dengan lebih mudah dan aman.

Setelah itu, pisahkan telur yang baik dan telur yang kurang baik atau

kulitnya retak atau memperlihatkan tanda-tanda kebusukan.

8. Telur yang telah diperam selama 15 hari dicuci bersih dengan air

sabun, kemudian ditiriskan sebentar, lalu di masak dalam panci dengan

(29)

11

atas. Telur dalam panci direbus dengan api kecil dan jangan ditutup,

jika airnya telah panas maka api sedikit demi sedikit dibesarkan hingga

mendidih. Lama rebusan kurang lebih 45menit agar telur asin tahan

hinnga 10 hari (tidak bau). Telur yang sudah masak kemudian

ditiriskan kembali.

9. Setelah semua proses berakhir, telur asin siap untuk dikonsumsi atau

dijual kepada konsumen.

Catatan:

1. Proses penambahan jahe, bawang , cabe, atau bahan-bahan lain hanya

untuk menambah aroma telur asin saat dimakan saja, sedangkan rasa

masih tetap sama dengan yang tidak dikasih tambahan bahan ini.

2. Asin tidaknya telur asin dan keawetannya, sangat tergantung pada

kadar

garam yang diberikan. Semakin tinggi kadar garam, akan semakin

awet telur yang diasinkan, tetapi rasanya akan semakin asin.

3. Telur asin yang baik, akan terlihat jika sudah dibelah. Tandanya,

kuningnya berada di tengah, minyaknya hanya di bagian pinggir atau

masir, rasa dan aromanya enak.

4. Telur asin matang tahan selama 2-3 minggu, sedangkan pembubuhan

larutan teh dalam adonan pengasin dapat meningkatkan ketahanan

(30)

12

2.3 Analisis Usaha 2.3.1 Analisis R/C Ratio

Dalam Harmono dan Andoko (2005), R/C (Revenue Cost Ratio) adalah

pembagian antara penerimaan usaha dengan biaya dari usaha tersebut. Analisa ini

digunakan untuk melihat perbandingan total penerimaan dengan total biaya usaha.

Jika nilai R/C ratio di atas satu rupiahyang dikeluarkan akan memperoleh

manfaat sehingga penerimaan lebih dari satu rupiah. Secara sistematis R/C rasio

dapat dirumuskan sebagai berikut :

R/C Rasio = Total Penerimaan Penjualan Total Biaya

Analisa ini digunakan untuk melihat keuntungan dan kelayakan dari

usahatani. Usaha tersebut dikatakan menguntungkan jika nilai R/C rasio lebih

besar dari satu (R/C > 1). Hal ini menunjukkan bahwa setiap nilai rupiah yang

dikeluarkan dalam produksi akan memberikan manfaat sejumlah nilai penerimaan

yang diperoleh. Total Biaya ditambahkan dengan upah minimum kerja sebesar

100 ribu perhari

2.3.2 Analisis B/C Ratio

Dalam Harmono dan Andoko (2005), Analisis keuntungan dan biaya (B/C

ratio) adalah perbandingan antara tingkat keuntungan yang diperoleh dengan total

biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan layak dan memberikan manfaat

apabila nilai B/C lebih besar dari nol. Semakin besar nilai B/C maka semakin

besar nilai manfaat yang akan diperoleh dari usaha tersebut (Rahardi dan Hartono,

2003). Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

B/C Rasio = Total Keuntungan Total Biaya

(31)

13

2.3.3 Break Event Point (BEP)

Analisa Break Event Point(BEP) suatu teknik analisis untuk mempelajari

hubunga antara biaya tetap, baiaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan.

Break Event Point (BEP) merupakan titik impas usaha. Dari nilai BEP dapat

diketahui pada tingkat produksi dan harga berapa suatu usaha telur asin tidak

memberikan keuntungan dan tidak pula mengalami kerugian (Rahardi, 2000)

Break Event Point (BEP) adalah suatu kondisi dimana pada periode tersebut

perusahaan tidak mendapat keuntungan dan juga tidak menderita kerugian.

Artinya pada saat itu penghasilan yang diterima sama dengan biaya yang

dikeluarkan (Sutrisno, 2003).

Rumus BEP/analisis break even point (Analisis balik modal) digunakan

untuk menentukan hal-hal seperti:

1. Jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan agar

perusahaan tidak mengalami kerugian. Jumlah penjualan minimum ini

berarti juga jumlah produksi minimum yang harus dibuat.

2. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh laba yang

telah direncanakan atau dapat diartikan bahwa tingkat produksi harus

ditetapkan untuk memperoleh laba tersebut.

3. Mengukur dan menjaga agar penjualan dan tingkat produksi tidak

lebih kecil dari BEP.

4. Menganalisis perubahan harga jual, harga pokok dan besarnya hasil

penjualan atau tingkat produksi. Sehingga analisis terhadap BEP

(32)

14

perencanaan tingkat produksi, agar perusahaan secara minimal tidak

mengalami kerugian. Selanjutnya karena harus memperoleh

keuntungan berarti perusahaan harus berproduksi di atas BEP-nya

(Prawirasentono : 1997).

Perhitungan Break Event Point dapat dilakukan dengan menggunakan

rumus :

BEP = Total Biaya (Rp) 1 - Harga Jual Per Kg (Rp)

(33)

15

BAB III

MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di produsen pembuat telur asin di

Kabupaten Sampang, yaitu di Desa Taddan Kecamatan Camplong di Rumah

Bapak H.Hamidah. Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan

pada tanggal 12 Agustus sampai 18 Agustus 2017.

3.2 Materi Penelitian

Materi penelitian yang digunakan sebagai media penelitian adalah

produsen

telur asin, yaitu : pemilik rumah pembuatan telur asin di desa Taddan Kecamatan

Camplong Kabupaten Sampang Bapak H.Hamidah.

Metode Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan pada seluruh populasi. Adapun data yang di

ambil adalah telur asin Bapak H.Hamidah di desa Taddan Kecamatan Camplong

Kabupaten Sampang.

3.3 Batasan Oprasional

Penelitian ini dilakukan di desa Tadden Kecamatan Camplong Kabupaten

Sampang. Adapun ada beberapa kesulitan yang dialami dari pembuatan telur asin

seperti produksi garam yang sekarang menonjak mahal dipasaran dan abu sekam

yang sulit di dapat.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Yaitu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan penelitian

(34)

16

1. Interview

Merupakan suatu cara untuk memperoleh suatu data yang diinginkan

dengan jalan mengadakan komunikasi (wawancara atau tanya jawab)

dengan langsung dengan responden

2. Observasi

Merupakan suatu cara untuk mengumpulkan data dengan

menggunakan pengamatan secara langsung terhadap gejala yang

terjadi di tempat penelitian

3. Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data engan cara mempelajari data-data, dalam hal

ini dokumentasi pada objek penelitian, baik yang berupa pembukuan,

maupun dokumen-dokumen yang berhubungan langsung dengan

objek penelitian.

3.5 Metode Analisis Data

Untuk menganalisa penghasilan yang diterima sama dengan yang

dikeluarkan dalam pemasaran telur asin bapak H.Hamidah Desa Taddan

Kecamatan Torjun Kabupaten Sampang sebagai berikut:

1. Untuk menjawab permasalahan pertama, yaitu secara sistematis R/C

rasio dapat dirumuskan sebagai berikut :

R/C Rasio = Total Penerimaan Penjualan Total Biaya

2. Untuk menjawab permasalahan kedua, Secara sistematis B/C dapat

dirumuskan sebagai berikut :

B/C Rasio = Total Keuntungan Total Biaya

(35)

17

3. Untuk menjawab permasalahan kedua, yairu titik ampas dengan

menggunakan analisis BEP (Break Event Point)

BEP = Total Biaya (Rp) 1 - Harga Jual Per Kg (Rp)

(36)

18

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah

Kabupaten Sampang merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Pulau

Madura selain Kabupaten Bangkalan, Pamekasan dan Sumenep. Kabupaten ini

terletak pada 113o08’ hingga 113o39’ Bujur Timur dan 06o05’ hingga 07o13’Lintang Selatan.Batas Daerah, di sebelah utara berbatasan dengan Laut

Jawa. Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pamekasan. Di sebelah

selatan berbatasan dengan Selat Madura. Sedangkan di sebelah barat berbatasan

dengan Kabupaten Bangkalan.

Secara umum wilayah Kabupaten Sampang berupa daratan, terdapat satu

pulau yang terpisah dari daratan bernama Pulau Mandangin/Pulau Kambing.Luas

wilayah Kabupaten Sampang yang mencapai 1233,33 km2 habis dibagi menjadi

14 kecamatan dan 186 desa/ Kelurahan.Karena lokasi Kabupaten Sampang berada

di sekitar garis khatulistiwa, maka seperti kabupaten lainya di Madura, wilayah ini

mempunyai perubahan iklim sebanyak 2 jenis setiap tahun, musim kemarau dan

musim penghujan. Bulan Oktober sampai Maret merupakan musim penghujan

sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan April sampai September.

Kabupaten Sampang terletak di sekitar garis khatulistiwa dengan iklim

tropis, musim penghujan biasanya terjadi pada Oktober sampai Maret, musim

kemarau biasanya terjadi pada April sampai September.Rata-rata hari hujan

tertinggi terdapat di Kecamatan Omben dan Ketapang, sedang yang terendah

(37)

19

bulanan tertinggi terdapat di Kecamatan Omben dan Banyuates, sedang yang

terendah terdapat di Kecamatan Camplong dan Pangarengan. Bulan-bulan dengan

curah hujan tinggi terjadi pada Juli dan Desember, sedang bulan dengan curah

hujan paling rendah terjadi pada Juni dan Agustus.Area sawah di Kabupaten

Sampang diairi oleh tiga jenis sumber air yaitu air hujan, air sungai dan air tanah.

Sawah yang diairi oleh air hujan seluas 11.082 Ha, air sungai seluas 3.452 Ha dan

sawah yang diairi oleh air tanah seluas 226,70 Ha. Kecamatan yang menggunakan

sumber pengairan air tanah adalah Kecamatan Sampang, Omben, Jrengik dan

Sokobanah.

4.2 Biaya Tetap

Biaya tetap yang terdiri dari biaya peralatan yang digunakan proses

produksi telur asin dan peralatan yang digunakan untuk hasil usaha. Besar

kecilnya biaya tergantung kualitas telur asin yang diproduksi.

4.3 Biaya Oprasional

Biaya oprasional terdiri dari biaya telur bebek, garam, serbuk batu, sekam

dan biaya tenaga kerja.

4.4 Pendapatan Hasil Usaha

Pola penjualan hasil produksi telur asin yaitu dengan pemasaran mengirim

ke pasar Srimangunan yang berada di kota sampang. Hasil pendapatan dipaparkan

tabel sebagai berikut :

Tabel 1 : Pendapatan Produksi Telur Asin H. HamidahDesa Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang

BULAN PRODUKSI

TELUR HARGA/BUTIR PENDAPATAN

Agustus 2016 500 2000 1.000.000

(38)

20 Oktober 2016 400 2000 800.000 November 2016 400 2000 800.000 Desember 2016 400 2000 800.000 Januari 2017 400 2000 800.000 Februari 2017 400 2000 800.000 Maret 207 500 2000 1.000.000 April 2017 500 2000 1.000.000 Mei 2017 500 2000 1.000.000 Juni 2017 900 2000 1.800.000 Juli 2017 900 2000 1.800.000 Jumlah 6.300 24.000 12.600.000 Rata-Rata 525 2000 1.050.000

Keuntungan (Benefit) yang diperoleh oleh H.Hamidah pengusaha telur asin

di desa Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang dapat dipaparkan

sebagai berikut :

Biaya = Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap

= 23.123 + 933.330

= 956.453

Keuntungan = Pendapatan Rata Rata – Biaya

= 1.050.000 – 956.453

= 93.517

4.5 Analisa Usaha

Data yang diperoleh dilakukan analisis usaha dengan menghitung Analisa

(39)

21

Analisa R/C Rasio

Tabel 2 Hasil Analisa R/C Rasio Usaha Telur Asin

Uraian Nilai

Penerimaan Usaha (Rp) 1.050.000

Total Biaya (Rp) 956.453

R/C Ratio 1,09

Nilai R/C Rasio adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya

produksi. Berdasarkan penerimaan dan biaya yang dikeluarkan, nilai R/C rasio

atas biaya total yang diperoleh adalah sebesar 1,09 dengan R/C sebesar 1,09

berarti untuk setiap Rp 100.000 biaya yang dikeluarkan, maka usaha telur asin

memberikan penerimaan sebesar Rp. 109.000,-. Dengan rasio sebesar 1,09

menunjukkan bahwa usaha telur asin menguntungkan.

Berdasarkan teori yang ditemukan Harmono dan Andoko, bahwa jika nilai

R/C rasio lebih besar dari satu (R/C > 1). Hal ini menunjukkan bahwa setiap nilai

rupiah yang dikeluarkan dalam produksi akan membeikan manfaat sejumlah nilai

penerimaan yang diperoleh. Dari hasil perhitungan R/C rasio yang didapat sebesar

1,09. Hal tersebut menunjukkan bahwa R/C rasio > 1. Maka usaha telur asin

H.Hamidah di Desa Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang layak

(40)

22

4.3 Analisis B/C Rasio

Tabel 3 Hasil Analisis B/C Rasio Usaha Telur Asin

Uraian Nilai

Pendapatan (Rp) 93,517

Total Biaya (Rp) 956.453

B/C Rasio 0,09

Nilai B/C Rasio adalah perbandingan antara pendapatan dengan biaya

produksi. Berdasarkan penerimaan dan biaya yang dikeluarkan, nilai B/C rasio

atas biaya total yang diperoleh adalah sebesar 0,09. Halini menunjukan bahwa

dengan B/C sebesar 0,06 berarti untuk setiap Rp 100.000 biaya yang dikeluarkan,

maka usaha telur asin akan memperoleh keuntungan atau pendapatan sebesar Rp.

9000,. Dengan B/C rasio sebesar 0,09 menunjukkan bahwa usaha telur asin

menguntungkan untuk dijalankan.

Berdasarkan teori yang ditemukan Harmono dan Andoko (2003) , bahwa

suatu usaha dikatakan layak dan memberikan manfaat apabila nilai B/C lebih

besar dari nol (B/C > 0). Semakin besar nilai B/C maka semakin besar nilai

manfaat yang diperoleh dari usaha tersebut. Dari hasil perhitungan nilai B/C rasio

usaha telur asin diH.Hamidah di Desa Taddan Kecamatan Camplong sebesar 0,09.

Dengan kata lain B/C > 0, berarti usaha tersebut layak untuk dijalankan dan dapat

(41)

23

4.4 Analisa BEP (Break Event Point)

Tabel 4 Hasil analisa BEP (Break Event Point)Usaha Telur Asin

Uraian Nilai Jumlah

A.Total Biaya (Rp) 956.453 B.Harga Jual Per Telur (Rp) 2000 C.Total Produksi (Kg) 6300

BEP Produksi (A/B) (Kg) 478,2

BEP Harga (A/C) (Rp) 151,8

Berdasarkan analisa pada tabel 3, dapat diketahui bahwa BEP yang

diperoleh pada usaha telur asin sebesar 478,2 kg artinya usaha telur asin tersebut

tidak untung dan tidak rugi pada level output 478,2 kg, usaha tersebut baru akan

mendapat keuntungan dari jika output lebih besar dari 478,2 kg. Usaha telur asin

mendapat keuntungan dari selisih produksi yang dihasilkan. Sedangkan BEP

harga sebesar 151,8,- artinya usaha telur asn tidak untung dan tidak pula rugi pada

harga 1.518 dan baru akan dimulai mendapat keuntungan dari selisih jumlah per

(42)

24

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisa yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Berdasarkan penerimaan dan biaya yang dikeluarkan, nilai Nilai R/C Rasio

adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi.

Berdasarkan penerimaan dan biaya yang dikeluarkan, nilai R/C rasio atas

biaya total yang diperoleh adalah sebesar 1,09 dengan R/C sebesar 1,09

berarti untuk setiap Rp 100.000 biaya yang dikeluarkan, maka usaha telur

asin memberikan penerimaan sebesar Rp. 109.000,-. Dengan rasio sebesar

1,09 menunjukkan bahwa usaha telur asin menguntungkan.

2. Berdasarkan nilai perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi.

nilai B/C rasio atas biaya total yang diperoleh adalah sebesar 0,09. Hal ini

menunjukan bahwa dengan B/C sebesar 0,06 berarti untuk setiap Rp

100.000 biaya yang dikeluarkan, maka usaha telur asin akan memperoleh

keuntungan atau pendapatan sebesar Rp. 9000,. Dengan B/C rasio sebesar

0,09 menunjukkan bahwa usaha telur asin menguntungkan untuk dijalankan.

3. BEP yang diperoleh pada usaha telur asin sebesar 478,2 kg artinya usaha

telur asin tersebut tidak untung dan tidak rugi pada level output 478,2 kg,

usaha tersebut baru akan mendapat keuntungan dari jika output lebih besar

dari 478,2 kg. Usaha telur asin mendapat keuntungan dari selisih produksi

(43)

25

asin tidak untung dan tidak pula rugi pada harga 1.518 dan baru akan

dimulai mendapat keuntungan dari selisih jumlah per telur.

5.2 Saran

1. Bagi pengusaha diharapkan dapat memantau kembali

biayapenerimaan dan biaya yang dikeluarkan, walaupun biaya

penerimaan menguntungkan namun hasil yang diperoleh berbanding

sedikit dengan biaya yang dikeluarkan, diharapkan biaya poduksi

dapat lebih ditingkatkan dan ditambah agar biaya penerimaan semakin

bertambah sehingga produksi telur asin bisa sangat menguntungkan.

2. Pemaran dan penjualan telur asin diharapkn semakin diperluas ke

berbagai pasar atau toko-toko didaerah Kabupaten Sampang agar

produksi telur asin tersebut semakin diminati sehingga permintaan

(44)

26

Daftar Pustaka

Harmono dan Agus Andoko. Budidaya dan Peluang Bisnis (Jakarta : Agromedia Pustaka, 2005)

Rahardi, F. . 2000. Agribisnis Peternakan. Jakarta : Penebar Swadaya.

Rahardi, F. Dan Hartono, Rudi. 2003. Agribisnis Peternakan. Jakarta : Penebar Swadaya.

Rasyaf. 2003. Managemen peternakan ayam petelur. Jakarta. Penebar Swadaya.

Soekardono, 2007 Ekonomi agribisnis peternakan teori konsep dan aplikasi. Jakarta. Akademika Pesindo

2009.Ekonomi agribisnis peternakan teori konsep dan aplikasi. Jakarta. Akademika Pesindo

Gambar

Tabel  1  :  Pendapatan  Produksi  Telur  Asin  H.  HamidahDesa  Taddan  Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang
Tabel 2 Hasil Analisa R/C Rasio Usaha Telur Asin
Tabel 3 Hasil Analisis B/C Rasio Usaha Telur Asin
Tabel 4 Hasil analisa BEP (Break Event Point)Usaha Telur Asin

Referensi

Dokumen terkait

Dari Rp 1 biaya total yang dikeluarkan oleh petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,26 sehingga diketahui kegiatan usaha pembenihan ikan patin yang dilakukan petani di

Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya terbesar dalam usaha penggilingan padi mobile dikeluarkan untuk biaya tenaga kerja, penerimaan yang diperoleh dalam usaha

Nilai R/C sebesar 1,59 menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan diperoleh penerimaan Rp 1,59 dan pendapatan Rp 0,59 sehingga agroindustri tahu

menunjukkan bahwa rasio antara total penerimaan dan total sebesar 2,26 lebih besar dari 1, artinya bahwa setiap biaya yang dikelurkan sebesar Rp.1, maka

menunjukkan bahwa rasio antara total penerimaan dan total sebesar 2,26 lebih besar dari 1, artinya bahwa setiap biaya yang dikelurkan sebesar Rp.1, maka

diperoleh petani responden usaha tambak bandeng di Desa Dolago dengan cara menghitung selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan selama satu

Hasil analisis finansial menunjukkan nilai NET B/C usaha produksi tahu XY yaitu sebesar 2,92. Hal ini menunjukkan setiap Rp. 1 yang dikeluarkan untuk menjalankan proyek maka

Usaha Kacang Asin Mitra Tani Perhitungan perbandingan antara penerimaan dengan biaya total pada Usaha Kacang Asin Mitra Tani, dimana : R/C=Jumlah Penerimaan/Jumlah Biaya