• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejak tahun 2011 regulator pendidikan kesetaraan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sejak tahun 2011 regulator pendidikan kesetaraan"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

SALAM redaksi

Salam Hamemayu,

S

ejak tahun 2011 regulator pendidikan kese-taraan beralih ke Ditjen Pendidikan Dasar (Ditjen Dikdas) untuk Paket A setara SD dan Paket B setara SMP, ke Ditjen Pendidikan Menengah (Ditjen Dikmen) untuk Paket C setara SMA. Beralihnya regulator pendidikan kesetaraan pada birokrasi yang menangani pendidikan formal menjadi tantangan dan peluang bagi pengelola pendidikan kesetaraan.

Pembinaan pendidikan ke-setaraan yang beralih ke Ditjen Dikdas dan Ditjen Dikmen tidak merubah posisi hukum pendidi-kan kesetaraan sebagai bentuk pendidikan nonformal. Pasal 26 ayat (3) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 masih berlaku, belum diamandemen. Oleh ka-rena itu pendidikan kesetara-an secara yuridis formal masih merupakan jalur pendidikan nonformal. Ditjen Dikdas dan Dikmen hanya berfungsi seba-gai regulator saja.

Berpindahnya pembinaan ke ditjen yang selama ini mengelola dan membina pendidikan formal men-jadikan tantangan agar pendidikan kesetaraan menjadi lebih bermutu dan bermartabat. Stigma bahwa pen-didikan kesetaraan hanya untuk kaum marjinal, yang kurang mampu secara ekonomi maupun sosial, nam-paknya pelan-pelan akan sirna. Dewasa ini kalangan

yang mampu secara ekonomi tertarik untuk memilih sekolahrumah (homeschooling) dari pada mengikuti pendidikan formal pada sekolah. Saat ini banyak artis, atlit dan sebagian kalangan yang karena alasan tertentu memilih sekolahrumah.

Oleh karena itulah pada terbitan kali ini Hamemayu menyapa dengan menyajikan permasalahan pendidikan kesetaraan, baik dari sisi kebijakan maupun praksis. Sa-lah satu tulisan menampilkan SKB Kota Yogyakarta se-bagai penyelenggara Paket C yang berusaha untuk mengede-pankan Paket C yang bermutu dan bermartabat. Diulas pula lulusan Paket C yang mampu menembus bangku kuliah. Tak lupa dikupas secara mendalam tentang praktik sekolahrumah dan pandangan dari berbagai pemangku kepentingan.

Ternyata program Paket C tidak hanya menarik di da-lam negeri, di luar negeri Paket C juga diminati. Pada edisi kali ini ditampilkan sebuah yayasan yang mencoba mem-berikan pendampingan serta menyelenggarakan Paket C di Taiwan bekerja sama dengan Persatuan Pelajar Indonesia setempat.

Ibarat menu makanan, agar tidak membosankan maka Hamemayu juga hadir dengan sajian dan repor-tase khas lainnya. (*)

Redaksi Foto cover: Pembelajaran Paket C di SKB Kota Yogyakarta (Foto Fatchan / Hamemayu) Tutor Paket C se-Kecamatan Jetis diskusi menyusun

perangkat pembelajaran sesuai standar proses di PKBM Griya Mandiri Yogyakarta (Foto Fauzi eP)

Pendidikan Kesetaraan Semakin Menarik

SALAM redaksi

(3)

TAJUK

dAfTAriSi

Sekolah Rumah dan Kesetaraan

B

icara tentang pendidikan kita bicara tentang harapan dan ke-nyataan, tentang impian dan perjualan, tentang

input-output-outcome, serta tentang suka cita dan air mata.

Tentang harapan, impian dan suka cita seolah menjadi satu hal yang berdiri terpisah dengan kenyataan, perjuangan, soutcome sam-pai air mata. Mengapa demikian? Karena tidak ada (lembaga) yang berani menjamin pembelajarnya akan senang dan sukses sepanjang hidupnya.

Dalam perjalanan kehidupan orang, warga masyarakat sampai bangsa dan negara, tentu akan ada tikungan, tanjakan, menurun, tan-tangan dan hambatan. Sejauh mana seseorang dengan bekal pendidi-kan yang sudah atau sedang dia terima dapat “mengatasi” gelombang permasalahan diri sendiri dan tau masyarakat umum?

Orang tidak bolek mengklain bahwa keberhasilan atau kegagalan dalam menjalani dinamika kehidupan sebagai manfaat atau akibat dari ilmu pada jenjang pendidikan tertentu. Sebab proses belajar-mengajar itu sepanjang hidup. Pendidikan itu sebuah keniscayaan dan harus menyeluruh.

Di sisi lain, apakah pendidikan informal (keluarga) dan pendidikan nonformal (kursus) tidak boleh menjadi dasar atau pendorong sukses atau gagalnya seseorang? Disadari atau tidak, diakui atau tidak, tiga etape atau tiga rumpun pendidikan - informal, formal dan nonformal - itu akan atau dapat memberikan sumbangan yang bermakna bagi kehidupan seseorang selanjutnya.

Sekolahrumah atau home schooling selama ini dianggap sebagai bagian dari pendidikan informal (keluarga), namun ada juga yang ber-pendapat bahwa sekolah rumah itu juga boleh masuk dalam rumpun atau kategori pendidikan nonformal. Artinya, sekolah rumah memi-liki “kekuatan” yang seimbang dan penting bagi pemberdayaan insan pendidikan.

Setiap orangtua dan anaknya juga, yang memilij penyelengga-raan sekolah rumah untuk “pendidikan kehidupan” bagi si anak, ten-tu bukan tanpa alasan dan ten-tujuan. Ada atau tidak ada “silabus” dan “struktur” pembelajaran yang benar dan baik bagi anak, tentu tidak ada orangtua yang sengaja mengajarkan hal-hal tidak benar atau salah dalam proses itu.

Sesuai dengan hakikat bahwa pendidikan itu (semestinya) sepan-jang hidup, maka ketika seseorang telah menjalani program “sekolah rumah” atau mereka yang mengikuti “in house training” (IHT) di sektor lain, pada akhirnya toh perlu mengikuti pendidikan kesetaraan. Dalam hal ini, Pendidikan Kesetaraan Paket C misalnya, merupakan solusi atau kelanjutan legal formal dari pendidikan di keluarga dan IHT.

Kita percaya, berharap dan mendukung agar proses pendidikan apa pun dan di mana pun sungguh dapat memberdayakan siswa di-dik bukan hanya dari segi penalaran atau intelektualitas namun juga keterampilan dan etika. (YBM)

SAlAM ReDAKSI ... 2 TAjUK ... 3 DAfTAR ISI ... 3

Fokus

* Homeschooling

Sahabat Tumbuh Kembang Anak ... 4 * Rumahku Sekolahku ... 7 * lulusan Paket C Bisa Kuliah ... 8

* Sosialisasi Pelestarian lingkungan Mengelola alam untuk Kesejahteraan ... 9

* Akhirnya Pamong Belajar dan Penilik Mendapatkan Tunjangan jabatan

fungsional” ... 10

WARTA

* Kejar Paket C di Taiwan Tingkatkan Kompetensi Buruh Migran

Indonesia... 12

* Kunjugan ke Turki

Pusat Training Pendidik di Kota

Metropolitan ... 14

* Pendidikan Kesetaraan Gunungkidul lahirkan Intelektual dan enterpreneur 19

* Sosialisasi HIV/AIDS Hidup Berdampingan dengan ODHA ... 22

oPINI

* Memaknai Pembelajaran Berbasis Budaya pada anak usia Dini ... 24

* Pendampingan lansia dalam Keluarga, Perlukan?... 26

* ... 28Bahasa jawa Dulu dan Kini Sekolahrumah

Tak Perlu Izin Operasional? ... 30

sEsuLuH

* Nuladha Kusumaning Bangsa ... 31

kIsAH

* Titik Balik ... 32

REsENsI

* Dedikasi Ibu Sejati. ... 33Dedikasi Ibu sejati CERPEN

* Dedikasi Ibu Sejati. Pilihan hati... 34 LENsA BPkB ... 35

(4)

fOKUS

T

atkala pendidikan formal tak mampu mengakomodasi ke-pentingan setiap anak dalam bertumbuh dan berkembang, pilihan jatuh pada homeschooling. Orangtua perlu menyiapkan waktu khusus da-lam pendidkan alternative nonformal ini. Meski ada sejumlah lembaga yang mendedikasikannya pada pendidikan

homeschooling tersebut.

Seperti homeschooling Pri-magama yang beralamat di jalan la ngensari No. 43 Pengok, Gon-dokusuman, Yogyakarta. Pegelola lembaga tersebut Ir. Kusnanto, MM. mengatakan sekolahnya berbasis ba-kat dan minat. Awal berdirinya atas permintaan masyarakat.

Ada tujuh alasan yang mendasari adalah, pertama anak perlu perhati-an khusus, trauma, depresi, sakit fisik

atau cacat. Kedua mempunyai ting-kat kesibukan tinggi (atlit, artis, wi-raswasta). Ketiga, anak berkebutuh-an khusus (autis, hiperaktif, kurberkebutuh-ang konsentrasi belajar, insomnia). Ke-empat, bullying dari guru atau siswa lain. Kelima, jenuh dengan kurikulum di sekolah formal. Keenam, orangtua yang sering pindah tempat tinggal dan ketujuh, anak putus sekolah.

Pendidikan alternatif dilaku-kan melalui program pendekatan psikologi dan akademik. Pendekatan psikologis untuk mengetahui motiva-si belajar anak dan menelusuri bakat-nya. Pendekatan akademik mengem-bangkan KTSP dan mengacu standar nasional pendidikan. Output peserta didik selain mendapatkan ijazah, skill dan attitude juga dibangun.

Sistem pembelajaran, perta-ma homeschooling individu, perta-mandiri tanpa pendampingan, sistim online atau tatap muka. Kedua, komuni-tas, maksimal lima orang dengan seorang pendamping sesuai bidang studi masing-masing. ekstrakulikuler pendukung; bahasa, musik, science, fotografi, renang, footsal, dan olah raga lain sesuai hobby peserta didik.

Bertujuan mempererat hubung-an hubung-antar peserta didik dhubung-an memberi wawasan tambahan di luar kelas dan di luar rumah dengan outbond, field­

trip, dan outing, menetap di rumah

penduduk selama dua hari. forum Komunikasi Orangtua (fKO)

diu-payakan dapat membantu pengem-bangan bakat anak dan kebutuhan anak. Orangtua kelompok ahli IT untuk pendidikan teknologi, ahli psikologi untuk pendampingan dan konseling, ahli agama untuk perkuat nilai dan moral peserta didik.

“enjoy di homeschooling Prima-gama, pembelajaran menyenangkan, hubungan kekeluargaan antar teman, tutor, dan staf sangat kuat,” kata Bim-bi panggilan akrab VimBim-bi Asriliyawati (14 tahun), homeschooling Primagama sejak kelas enam SD. “Menyenang-kan pembelajaran di homeschooling Primagama, materi seimbang anta-ra teori dan panta-raktik,” tambah faza Amira.

Homeschooling

Pendidikan berbasis rumah kian marak dilakukan orangtua.

Hal ini terkait dengan tumbuh kembang anak yang harus

men-dapat perhatian serius. Terlebih di era yang kian dinamis. Di

samping setiap anak memiliki kekhasan sendiri-sendiri sehingga

membutuhkan perlakuan yang berbeda-beda.

Ir. Kusnanto, MM

Vimbi Asriliyawati

Faza Amira

(5)

“Homeschooling Primagama menjadi mitra masyarakat, alter-natif pendidikan nonformal. Proses dan sistem pembelajaran mengacu standar mutu pendidikan nasional. Pendidikan kesetaraan betul-betul setara, tidak ada dikotomi antara pendidikan formal dan nonformal,” jelas Kusnanto.

Ada juga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Mandiri yang beralamat di jalan Samas Km. 21 Ka-ren, Tirtonirmolo, Kretek, Bantul. lembaga ini dikelola Yuli Sutanto, A. Md. Sejak tahun 1999 kegiatan belajar masyarakat dirintis. Warga masyarakat usia sekolah yang masih buta huruf atau drop uot dari sekolah masih banyak. Data awal terdapat 92 orang peserta Paket C setara SMA, 75 orang peserta Paket B setara SMP, dan 150 orang peserta Keaksaraan fungsional (Kf).

Warga belajar PKBM Mandiri mendapat pendidikan keterampilan boga, jamu instan, anyaman kepang, batako, sablon kain, sablon kertas, sablon plastik, menjahit, pertukan-gan kayu, budidaya bawang merah, dan otomotif. PKBM Mandiri bekerja sama dengan UNY dan IPTTI serta pemerintah kecamatan maupun ke-lurahan.

Tahun 2010 PKBM Mandiri telah

terakreditasi, namun masih terdapat kendala berkait dengan dana penye-lenggaraan untuk memenuhi delapan standar nasional pendidikan, sarana dan prasarana, terutama alat-alat praktikum dan laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Program Paket C dan kewirau-sahaan laundry dan catering menjadi program unggulan PKBM Mandiri. “Warga belajar tidak saja mendapat-kan ijazah namun wajib mempunyai keterampilan untuk bekal hidup ber-masyarakat dan berkehidupan layak,” tegas Yuli.

“Saya sangat senang bisa me-lanjutkan kuliah dan mendapat bekal keterampilan untuk usaha mandiri,” kata Anik Maindra mahasiswi UIN alumni PKBM Mandiri.

Di wilayah kota Yogyakarta juga berdiri PKBM Bangun Karsa yang dikelola Drs. HM. Mawardi Dalga, MM. Beralamat di Bangunrejo TR I/1673 Yogyakarta. Tahun 1998 masa krisis moneter memulai kegiatan Keaksaraan fungsional (Kf) beker-ja sama dengan Departemen Sosial membuat sabun colek. Beberapa ke-giatan lain, bimbingan belajar, sablon, budidaya jangkrik dan ayam arab. Warga belajar putri mendapat

kete-rampilan menjahit pakaian anak dan wanita, memasak dan memasarkan hasilnya, arem-arem, ampyang, dan aneka roti basah.

Tanggal 28 Desember 1999 dengan dukungan pemerintah keca-matan dan kelurahan serta Rotari Club jogjakarta Tamansari dibentuk Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bangun Karsa di Balai Ser-baguna Bangunrejo. Semakin banyak warga belajar, kegiatan pembelajaran mulai tahun 2002 pinjam tempat SD Bangirejo.

“Senang dan terbantu sekali, lega rasanya bisa kuliah,” kata Mieta julia Anjarsari salah satu alumni PKBM Bangun Karsa. Senada ungkap Kelvin Denyswara, “Senang dapat diterima kuliah di PTN”. “Senang a khirnya da-pat melanjutkan kuliah dan mendada-pat pengalaman keterampilan,” tambah Anton Setiawan.

“PKBM membantu mengatasi masalah anak-anak putus sekolah dan anak jalanan di perkotaan. Mewujud-kan harapan pendidiMewujud-kan nonformal yang terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat,” pungkas Mawardi.

Banyak kesan terlontar dari pe-serta homeschooling. Misalanya, Ri-sang Rajulung SungRi-sang, kini setara siswa kelas lima SD berusia sepuluh tahun. Belajar di rumah bersama ibu bapak dan mengikuti beberapa les tambahan di sekitar rumahnya, Pa-dokan lor, Madukismo, Bantul. “Se-nang belajar di rumah, membuat jad-wal dengan ibu bapak,” kata Risang sembari bermain sepeda satu roda.

jamaluddin latif pelaku home­

schooling tunggal pada anak semata

wayangnya. “Sangat tidak mungkin seorang guru dapat melihat potensi masing-masing anak, dengan me-nyamakan semua murid dalam satu kelas, saya dan istri sepakat untuk sekolah nonformal,” kata jamal. Yuli Sutanto, A.Md

Drs. HM. Mawardi Dalga, MM

(6)

Kendala awal tidak men-dapat persetujuan keluarga besar. Setelah melihat per-kembangan anak akhirnya disetujui untuk homeschooling tunggal buat Risang. Dengan

homeschooling tunggal dapat

menjaga disiplin anak dan orang tua. Mengembangkan kemampuan dan kebutuhan anak sesuia yang dirasa nya-man oleh anak. Memperke-nalkan dan menentukan apa yang dibutuhkan dan yang diinginkan. Hal apapun di rumah dapat dikembangkan untuk melatih karakter dan kepekaan sosial.

Masyarakat dan pemerintah diharapkan membuka diri bahwa homeschooling merupakan alter-natif pendidikan nonformal dan memberikan kesempatan pendidi-kan masyarakat kurang mampu. “Dengan homeschooling anak diajak berproses bersama. Berlatih menga-nalisa, memutuskan dan memecah-kan masalah, kemampuan ini penting

untuk menghadapi kehidupan. Bukan sekedar objek dan proyek pendidi-kan,” tegasnya.

Menurut Dosen Pendidikan luar Sekolah (PlS) UNY Dr. Iis Prasetyo, MM, homeschooling dilihat dari arti kata, idealnya penyelenggara adalah rumah. Orangtua sebagai pilar uta-ma. Dengan syarat, pertama, kualitas orangtua mempunyai kemampuan akademik. Kedua, orangtua mem-punyai waktu berinteraksi dengan anak untuk belajar bersama. Ketiga, orangtua mempunyai standar acuan belajar, kurikulum yang ber-laku. Orangtua yang belum faham dan belum mampu perlu bergabung dalam komunitas homeschooling. Keterbatasan pengetahuan dan kemampuan orangtua dapat terbantu komunitas. Konsep awal ho­

meschooling muncul di

Amerika, pure di rumah oleh orangtua sendiri. Konsep di Indonesia ho­

meschooling sebagai

pen-didikan alternatif, yang penting tidak di sekolah. Dikarenakan keterbatasan waktu bagi artis atau atlit, kurikulum terlalu banyak mata pelajaran, pelajaran

agama sedikit porsinya. Trend seka-rang masyarakat kalangan menengah ke atas tertarik homeschooling, biaya lebih tinggi dari sekolah formal.

“Harapan ke depan, mengingat yang bermasalah bukan saja kalangan menengah ke atas. Homeschooling sebagai pendidikan alternatif, dapat ramah dengan masyarakat mene-ngah ke bawah. Berjalan sinergi anta-ra homeschooling dan sekolah formal agar cita-cita mewujudkan generasi bangsa unggul tercapai,” kata Iis.

Keberadaan homeschooling yang marak baru-baru ini menjadi lemba-ga mitra pemerintah. Sebalemba-gai pelaku pendidikan alternatif dalam lingkup pendidikan nonformal bagi masya-rakat yang tidak memilih pendidikan formal. “Homeschooling merupakan mitra pemerintah khususnya Dinas Pendidikan, homeschooling bisa lebih membumi.

Alternatif pendidikan sepan-jang hayat, pendidikan untuk semua. Mengupayakan pemenuhan kebutu-han pendidikan masyarakat yang be-lum terakomodir oleh pemerintah, sejauh tidak menyimpang dari stan-dar pendidikan nasional,” pungkas Kepala Bidang PNf Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Dra. Mukti Wulan-dari, M.Si.

(sabatina Rukmi Widiasih) Dra. Mukti Wulandari, M.Si.

Dr. Iis Prasetyo, MM.

(7)

T

ahun 2006 mulai terpikir ho­

meschooling karena

masing-masing anak membutuhkan penanganan berbeda-beda sesuai tumbuh kembang anak agar lebih maksimal. Tidak disamaratakan se-perti halnya jika dilaksanakan secara klasikal.

Homeschooling berpusat pada

ru-mah, keluarga inti telibat. Homescho­

oling menempatkan pendidikan pada

hakekat pendidikan yang sebenarnya, pendidikan dalam keluarga. Tidak mengutamakan pada pendidikan di sekolah yang klasikal. Sekolah secara klasikal tidak disesuaikan pada pola belajar masing-masing anak. “Menyi-tir kata Mahadma Gandhi, tidak ada guru yang lebih baik daripada orang tua,” tegas Patricia.

Dengan memperkenalkan ho­

meschooling sebenarnya, mengubah

cara pandang masyarakat bahwa ho­

meschooling hanya untuk orang kaya

yang malas atau sibuk. Homeschool­

ing Omah Organik menanamkan

si-kap mandiri dan survive dalam hidup sehari-hari. Sejak awal mempunyai impian bahwa dengan apa yang ada di sekitar rumah dapat untuk hidup. Konsep rumah hijau yaitu semua ke-butuhan makanan dapat diperoleh dari tanaman yang dipelihara di se-kitar rumah.

Namun konsep homeschooling yang dilaksanakan awalnya ditentang oleh keluarga. Keluarga besar

me-wajibkan semua anggota keluarga-nya sekolah. Kesulitan belajar secara

homeshooling awalnya meyakinkan

keluarga. Namun sekarang setelah melihat dan mengetahui kemampuan dan perkembangan anak homeschoo­

ling semua keluarga mendukung.

Keunggulan homeschooling anak belajar lebih maksimal sesuai pola irama belajar anak. Semangat anak belajar tidak dibatasi jam pelajaran, bahkan selama 24 jam berdasarkan perkembangan anak. lebih banyak teman, tidak hanya teman sekelas

atau satu sekolah saja. Teman ber-sosialisasi lintas agama, lintas gender, usia, budaya, dan lintas negara.

Dengan homeschooling ada ba-nyak waktu untuk mengembangkan kemampuan belajar langsung. Belajar bercocok tanam di rumah, membuat karya seni, belajar pertanian kepada petani, dan belajar membuat tempe pada pengrajin tempe. Belajar kete-rampilan lain di sekitar rumah atau ke tempat yang dipilih sesuai kebutuhan anak.

Demikian pula yang dirasakan

Maria Clara yang biasa disapa lala, awalnya merasa sepi. lama-lama menikmati dan senang karena waktu lebih banyak untuk belajar. Mempu-nyai banyak teman, dapat mengatur jadwal sendiri, dan memilih keteram-pilan tambahan sebagai ekstrakuriku-ler sesuai keinginan. “Saya bisa survive karena berlatih mandiri dan meman-faatkan apa yang ada di rumah untuk hidup sehari-hari,” kata lala.

Muhammad Badaruddin (35 ta-hun) buruh harian dan pengrajin tem-pe, rumahnya berjarak 20 meter dari Omah Organik memiliki pandangan serupa terkait dengan homeschool ing. “Homescooling tidak masalah. Kalau orangtua mampu mendidik sendiri, legalitas dapat diperoleh melalui program paket. Kemampu-an dKemampu-an keterampilKemampu-an yKemampu-ang dikuasai anak adalah penting. Masing-masing orangtua mempunyai konsep dan prinsip untuk mendidik anaknya. lala juga sering membimbing belajar anak saya. lala sering membantu menger-jakan PR sekolah anak saya. Pelaku sekolah formal tidak berbeda dengan lala sebagai anak homeschooling,” ka-tanya.

Sebagai pelaku homescooling Patricia berharap masyarakat mem-punyai sudut pandang bahwa semua orang mempunyai kewajiban dan hak yang sama. janganlah menarik kesim-pulan sendiri tentang homeschooling. “jika ingin mengetahui tentang home­

schooling bertanyalah kepada para

pelaku homeschooling sebenarnya,” imbuh Patricia di Omah Organik Dusun jenengan RT 2 RW 7 No. 88 Maguwoharjo, Sleman.

(sabatina Rukmi W.) Lala dan Patricia Taslim

Awalnya sekitar tahun 2005 sekedar ingin tahu tentang home­

schooling. Ternyata tidak mudah mendapatkan informasi tentang

homeschooling. Hampir lima tahun Patricia Taslim pelaku home­

schooling tunggal Omah Organik mengumpulkan informasi

ten-tang homeschooling. Kebetulan putri semata wayangnya

berke-inginan homeschooling.

Rumahku sekolahku

(8)

fOKUS

Program Paket C SKB

Kota Yogyakarta sejak awal

berdiri, memberi kesempatan

bagi masyarakat usia sekolah

dan masyarakat umum

men-dapatkan kesempatan belajar

setara Sekolah Menengah

Atas/Umum(SMA/SMU).

D

alam perkembangannya visi misi dan tujuan program Paket C SKB Kota Yogya-karta, menciptakan peserta didik yang kreatif, inovatif, kompetitif, mandiri, dan berbudi pekerti luhur. Mengembangkan potensi dan op-timalisasi penerapan ilmu pengeta-huan dan teknologi, pengembangan kecakapan hidup untuk bekerja atau berwirausaha.

Program paket C SKB Kota Yogya karta telah terakreditasi BAN PNf No. 014/SKeP/STS-AKR/BAN PNf/XII/2011 lebih menjunjung pro-ses pembelajaran. Salah satu lemba-ga Paket C rintisan Standar Nasional Pendidikan (SNP), memenuhi stan-dar minimal SNP. Mendidik peserta didik yang jujur, bermartabat, dan berbudi mulia.

Sudijarto, M.Pd. selaku penge-lola Paket C SKB Kota Yogyakarta menjelaskan, pembelajaran tatap muka, tutorial dan tugas mandiri. Dibimbing para tutor dengan kuali-fikasi pendidikan sesuai bidang studi yang diampu. Bekal keterampilan fungsional komputer, tata boga, dan menjahit dibimbing tutor lKP mitra Paket C SKB Kota Yogyakarta.

jumlah peserta didik stabil tiap tahun ajaran penerimaan peserta, setara kelas sepuluh (X) 25 orang,

setara kelas sebelas (XI) 46 orang, dan setara kelas dua belas (XII) 55 orang. Bertempat di gedung SKB Kota Yogyakarta unit Batikan, ja-lan Manunggal 667 B, Umbulharjo, Yogyakarta. Hari Senin, Rabu, dan Kamis peserta didik belajar dari jam 13.30 – 17.30 WIB, dua mata pelaja-ran tiap hari.

Yoddi Satriyo Nugroho alumni Paket C SKB Kota Yogyakarta ta-hun 2008, calon sarjana pendidikan bahasa Inggris UNY merasa senang mendapat kesempatan belajar. Ija-zah Paket C telah mengantarkan ke salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Yogyakarta. Pendidikan dan keterampilan diperoleh saat mengi-kuti pembelajaran Paket C SKB Kota Yogyakarta bekal utama untuk me-nempuh pendidikan ke jenjang lebih tinggi. “Kesempatan pasti datang ke-tika kita berusaha dengan keyakinan kuat,” tegas Yoddi.

“Belajar dengan senang dan nya-man, tidak perlu berseragam, dan pagi harinya dapat melakukan akti-vitas lain,” ungkap Gantang, alumni tahun 2011 mengenang waktu Paket C di SKB Kota Yogyakarta. Gantang mahasiswa D3 fakultas Pendidik-an Olahraga dPendidik-an KesehatPendidik-an UNY, mendapat bekal pengetahuan dan motivasi untuk mandiri dan belajar sepanjang hayat. Kesempatan ber-harga meraih cita-cita dengan usaha keras dan kesungguhan.

Anies Wulansari mahasiswi fa-kultas Psikologi UII angkatan 2011 merasa senang dan bangga men-dapat kesempatan belajar di Paket C dan kuliah di UII. “Selalu ada ke-sempatan meraih cita-cita

setinggi-tingginya, belajar dan berusaha, pasti tercapai keinginan,” kata Anies. Be-kal pengetahuan dan keterampilan menjadi modal meraih cita-cita ke jenjang yang lebih tinggi. “Belajar dan terus belajar, motivasi diri sendiri un-tuk meraih masa depan lebih baik,” tambahnya.

Harapan mendatang Paket C SKB Kota Yogyakarta semakin me-ningkat kualitas proses pembelajaran dan kelulusan. Dapat mengantar pe-serta didik meraih masa depan lebih baik. Pengakuan dan penghargaan sama bagi lulusan Paket C mema-suki semua sektor lapangan kerja dan institusi pendidikan pada jenjang lebih tinggi. Perhatian pemerintah lebih meningkat terutama dukungan dana anggaran untuk pemenuhan de-lapan standar pendidikan, termasuk kesejah teraan tutor. “Masyarakat diharap kan mengikuti pendidikan melalui proses yang benar, jangan memilih jalur instan jalan pintas,” pungkas Sudijarto.

(sabatina Rukmi W.)

Lulusan Paket C Bisa kuliah

(9)

Pemberdayaan masyarakat

yang dilakukan oleh satuan

lembaga pendidikan nonformal

di Kabupaten Gunungkidul

mendapatkan apresiasi dari

pemerintah pusat melalui

Ke-menterian lingkungan Hidup

(KlH). Senin 11 November

2013.

P

KBM Sembada sebagai pe-lopor upaya pelestarian ling-kungan hidup dari Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul me-lakukan kegiatan “Sosialisasi Replika-si Peran Penerima Penghargaan Anu-gerah Kalpataru Dalam Pelestarian fungsi lingkungan Hidup”.

Kegiatan sosialisasi tersebut di-selenggarakan bersama KlH dengan menunjuk lembaga pendidikan non-formal seperti PKBM Sembada kare-na dirasa mampu menjadi simbol dan panutan bagi masyarakat untuk me-mudahkan penerimaan materi sosia-liasi karena lembaga tersebut dinilai dekat dengan masyarakat. Selain itu, PKBM Sembada ditunjuk sebagai pe-laksana lapangan karena telah men-gimplementasikan materi Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan

melalui kegiatan belajar pendidikan nonformal bagi warga belajarnya.

Adanya kerjasama dengan PKBM merupakan langkah tepat bagi sukses-nya event ini diungkap-kan pula oleh staff bidang pemberdayaan masyara-kat KlH Drs. edi Suryan-to, bahwa memang perlu menggandeng kelompok masyarakat yang berpen-garuh dan dikenal untuk

mencapai tujuan dan hasil yang diha-rapkan. “Kami berharap kegiatan ini dapat meningkatkan perilaku masya-rakat yang ramah lingkungan dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup bahkan mampu meningkatkan kesejahteraan. Oleh karena itu kita ajak PKBM Sembada untuk mensosialisasikan misi posi-tif ini”, ungkap Drs. edi Suryanto di Playen.

Aksi simbolis gerakan penanam-an pohon menjadi pembuka acara inti dalam kegiatan ini, disaksikan oleh segenap tamu undangan dan peserta yang hadir. Selanjutnya

pe-nyampaian success story oleh penerima anugerah kalpataru tahun 2012 Siti Badriyah, S.Pd.

Materi sosialisasi yang disajikan untuk 145 peserta yang hadir disampaikan secara bergiliran oleh 3 pemateri lainnya yakni paparan tentang subs-tansi program oleh Drs. edi Suryanto perwakilan dari KlH, kebijakan pe-ngelolaan lingkungan hidup oleh Ke-pala bidang pengendalian PPlH BlH DIY Drs. Bambang WI, implementasi pelestarian fungsi lingkungan hidup oleh Kepala Seksi Pengendalian, Ka-pedal Gunungkidul johan Wijayanto, S.Si, M.Si.

Acara yang diselenggarakan di 15 provinsi lain ini, juga mendapatkan apresiasi membanggakan dari Bupati Gunungkidul Badingah, S.Sos dalam sambutan yang dibacakan oleh pihak perwakilan. “langkah positif dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup seperti yang dilakukan oleh penerima anugerah kalpataru ini, semoga menjadi motivasi bagi masyarakat Kabupaten Gunungkidul untuk mem-bawa pribadi dan daerah menuju pencapaian ter-baik” katanya.

(siti Badriyah, s.Pd) Penanaman pohon secara simbolis disaksikan oleh pejabat KLH (Foto siti B)

Camat Playen menuju lokasi penanaman pohon.

(Foto siti B) Peserta sosialisasi pelestarian lingkungan di kecamatan Playen, Gunungkidul (Foto siti B)

(10)

A

dalah Abubakar Umar, Ka-subdit Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Masyarakat (PTK Dikmas) Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Ke-pendidikan PAUDNI Ditjen PAUDNI Kemendikbud yang mewartakan be-rita yang ditunggu-tunggu kedua in-san pendidikan nonformal, pamong belajar dan penilik Indonesia, pada acara Workshop Pembuatan Bahan Ajar bagi Pamong Belajar di Hotel Brongto, Yogyakarta Senin (25/11).

“Ini adalah kesempatan pertama saya sampaikan kepada pamong be-lajar tentang berita baik ini” demikian ungkap Abubakar.

Berdasarkan Peraturan Presi-den tersebut, pamong belajar perta-ma berhak mendapatkan tunjangan fungsional Rp. 500.000 setiap bulan, pamong belajar muda Rp. 750.000 dan pamong belajar madya sebesar Rp. 1.000.000. Sedangkan besaran tunjangan fungsional penilik per-tama sebesar Rp. 520.000; penilik muda Rp. 850.000; penilik madya Rp. 1.100.000 dan penilik utama Rp. 1.300.000.

Pasal 4 Peraturan Presiden No-mor 72 Tahun 2013 menyebutkan bahwa tunjangan fungsional bagi pa-mong belajar dan penilik diberikan sejak Peraturan Presiden diundang-kan. Peraturan Presiden ini diun-dangkan pada tanggal 13 November 2013 atau sehari setelah diteken

Presiden. Namun demikian, dalam pasal 6 disebutkan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Peraturan Presiden ini diatur oleh Menteri Keuangan dan atau Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) baik secara bersama-sama atau sen-diri-sendiri menurut bidang tugasnya masing-masing.

Dengan demikian pembayar-an hak tunjpembayar-angpembayar-an fungsional akpembayar-an dibayarkan jika perangkat hukum pelaksanaan dari Menteri Keuangan dan Kepala BKN sudah diterbitkan. jadi tidak langsung dibayarkan mulai bulan depan. Hal ini perlu dipahami bahwa pembayaran tunjangan fung-sional melekat pada gaji, sehingga pembuat daftar gaji baru akan meng-usulkan ketika perangkat aturan Menteri Keuangan dan Kepala BKN sudah diterbitkan. Namun demikian tunjangan diberikan sejak Peraturan Presiden diundangkan. Boleh jadi pa-mong belajar dan penilik akan menik-mati rapelan mulai bulan Desember 2013 sampai perangkat aturan pelak-sanaan diterbitkan.

Pada saat berlakunya Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2013, maka tunjangan kependidikan bagi pamong belajar dan penilik sebagai-mana diatur dalam Peraturan Presi-den Nomor 108 Tahun 2007 dinya-takan tidak berlaku. Alias pamong belajar dan penilik tidak lagi meneri-ma tunjangan kependidikan.

Usulan tunjangan fungsional pamong belajar pertama kali dipa-parkan oleh Ketua Umum PP IPABI periode 2009-2012, fauzi eko Pra-nyono, di Hotel equator Surabaya pada tanggal 15 Desember 2009 di hadapan Ka Subdit Program, Horas Situmorang dan Ka Subdit Tenaga Kependidikan (waktu itu), Abubakar Umar. Rupanya pembicaraan infor-mal tersebut menarik perhatian dan bulan berikutnya diagendakan dan dibahas dalam rapat direktorat.

Usulan bergulir tidak hanya usul-an tunjusul-angusul-an pamong belajar, namun satu paket dengan tunjangan fungsio-nal penilik. Kemudian dibahas dalam rapat tingkat direktorat jendral dan departemen, serta pada akhirnya di-bahas secara lintas departemen dan lembaga. Di tengah-tengah bergulir-nya pembahasan, IPABI diminta untuk membantu membuatkan draf naskah akademik usulan tunjangan fungsio-nal. Di kemudian hari draf naskah akademik ini disesuaikan dengan sis-tematika yang dikehendaki oleh se-kretariat negara, dan diperbaiki oleh tim Direktorat PTK PNf (sekarang Direktorat PPTK PAUDNI).

Ketika Presiden akhirnya me-nandatangani Peraturan Presiden tentang tunjangan jabatan fungsional pamong belajar dan penilik, maka pe-nantian panjang akan sampai. Penan-tian boleh sampai, namun perjalanan belum selesai. Perjalanan berikutnya adalah episode pamong belajar dan penilik memberikan kompensasi berupa peningkatan kinerja sebagai akibat diterimanya tunjangan fungsio-nal.

(FEP)

Akhirnya Pamong Belajar dan Penilik

Mendapatkan Tunjangan Jabatan Fungsional

Setelah melalui penantian panjang selama empat tahun,

akhir-nya Susilo Bambang Yudoyono Presiden Republik Indonesia

me-nandatangani Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2013 tentang

Tunjangan jabatan fungsional Pamong Belajar dan Penilik pada

tanggal 12 November 2013.

(11)

Judul Buku : Panduan Pengembangan Karakter Tim Pengembang : Dr. Cipto Suncoko, M.Yetty Pudiyantari,

M.Pd

Penerbit : Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) DIY Tahun Penerbit : 2013

Tebal Buku : 53 halaman

K

arakter baik merupakan persyaratan agar kompe-tensi yang dimiliki seseorang digunakan secara bijaksana. Kompetensi hanya akan men-jadi kekayaan dan berguna bagi sesama apabila kompetensi ter-sebut diwujudnyatakan dengan karakter yang baik. Sebaliknya orang yang berkompetensi tinggi namun karakter yang tidak baik

cenderung akan memakai kompetensinya untuk hal-hal yang merugikan masyarakat.

Judul Buku : Penerapan Nilai-Nilai Luhur Budaya Pada Satuan PKBM Tim Pengembang : Drs. Hikmat Widayat, dkk

Penerbit : Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) DIY

Tahun Penerbit : 2013 Tebal Buku : 40 halaman

P

erkembangan seseorang pada dasarnya adalah mengembang-kan pemahaman yang benar ten-tang bagaimana dunia ini bekerja, mempelajari “aturan main” segala aspek yang ada di dunia ini. Anak-anak perlu dipersiapkan sejak dini menjadi anggota masyarakat yang baik, untuk menghadapi kehidupan yang terus berubah di masa yang akan datang.

Judul Buku : Kurikulum Kursus Manajemen Remaja

Tim Pengembang : Agus Hari Prabowo, M.Pd, M. Th. Yetti Pudiyantari, M.Pd, Drs. Bekti Riyanta

Penerbit : Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) DIY Tahun Penerbit : 2013

Tebal Buku : 28 halaman

M

asa remaja adalah masa yang penuh dengan dinamika. Pada masa tersebut tengah terjadi peru-bahan pada dirinya. Perubah an fisik, mental, emosional dan kepribadian. Perubahan ini harus disikapi dengan

seksama, cermat dan sabar, serata harus dilihat sebagai proses pematangan diri, pengurangan rasa ketergantung-an kepada orketergantung-angtua dketergantung-an orketergantung-ang lain, dketergantung-an perwujudketergantung-an jati-diri sebagai individu manjati-diri.

Judul Buku : Panduan Kursus Keluarga Berkarakter dan Berbudaya

Tim Pengembang : Hj. Is Kartini, S.Pd, M.Pd, Hasiyati, M.Pd, M. Th. Yetti Pudiyantari, M.Pd

Penerbit : Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) DIY

Tahun Penerbit : 2013 Tebal Buku : 38 halaman

K

eluarga sebagai lingkungan pertama dan utama, memili-ki peran yang sangat menentukan bagi pendidikan anak. Dalam ke-luarga inilah anak sejak dini men-dapatkan pendidikan berupa sti-mulasi dari orangtua dan anggota keluarga lainnya. Stimulasi yang diberikan oleh lingkungan sekitar akan terekam dalam diri anak dan

membentuk sistem nilai yang akan terwujud dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Dalam membangun karakter, orangtua perlu mendapatkan edukasi yang cukup agar dapat memberikan motivasi dan pendampingan secara tepat. Suasana keluarga yang dinamis dan harmonis akan membantu menciptakan anak berkarakter kuat dan me-miliki jiwa yang baik.

Judul Buku : Panduan Mengembangkan Karakter anak Usia Dini Melalui Permainan Edukatif Tradisional

Tim Pengembang : Siti Donatirin, SP, M.Pd,

Drs. Mahmudin,MM, Hasiyati, S.Pd Penerbit : Balai Pengembangan Kegiatan Belajar

(BPKB) DIY Tahun Penerbit : 2013 Tebal Buku : 58 halaman

P

enanaman nilai-nila karakter bagi anak usia dini dapat dila-kukan melalui kegiatan bermain, melalui bermain anak dapat mengembangkan kepribadian maupun kemampuannya sehing-ga bermain sansehing-gat penting untuk pembentukan perilaku maupun pertumbuhan dan perkembang-an perkembang-anak.

prOdUK bpKb

(12)

fOKUS

WArTA

Y

ayasan Bakti jaya Indonesia bersama dengan Perhimpun-an Pelajar Indonesia (PPI) Taiwan, Kantor Dagang ekonomi In-donesia (KDeI) Taiwan dan Balai Pe-ngembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyelenggarakan program Keseta-raan Paket C di Taiwan. Program ini merupakan layanan yang ditujukan bagi sekitar 300.000 Buruh Migran Indonesia (BMI) atau Tenaga Kerja In-donesia (TKI) di Taiwan yang belum menyelesaikan pendidikan seting kat Sekolah Menengah Atas (SMA).

Memasuki gerbang modernitas dengan tingkat persaingan kehidupan yang semakin kompetitif menuntut manusia memiliki kemampuan yang memadai, baik segi keterampilan maupun pengetahuan.

Kemampuan tersebut diyakini mampu mewujudkan kemakmuran manusia yang secara garis besar da-pat dimiliki oleh seseorang secara mandiri (otodidak) ataupun secara profesional. Kemampuan profesional dapat diperoleh seseorang melalui jenjang pendidikan. Namun dengan keterbatasan seperti tidak adanya bi-aya, kesempatan, dan tuntutan eko-nomi yang mengharuskan seseorang untuk bekerja menjadikan banyak orang menunda pendidikannya.

fenomena inilah yang terjadi pada banyak BMI-TKI di Taiwan yang mengalami putus sekolah, “Pada saat mereka berangkat ke Taiwan banyak sekali yang belum menyelesaikan

pendidikan SMA,” tutur Bambang fauzi penyelenggara Kelompok Be-lajar (Kejar) Paket C di Taiwan dari Yayasan Bakti jaya Indonesia.

Tuntutan ekonomi yang se-makin tinggi terkadang berdampak pada pendidikan seseorang menjadi tersampingkan. faktanya, banyak BMI-TKI yang berangkat ke Taiwan dengan hanya bermodalkan ijazah setingkat Sekolah Menengah Perta-ma (SMP). Dengan melihat adanya kebutuhan tenaga kerja yang cukup melimpah pada sektor rumah tangga menjadikan para lulusan SMP ini lebih memilih bekerja ketimbang melanjut-kan sekolah. Sektor - sektor rumah tangga tertutama sebagai pengasuh anak dan lanjut usia (lansia) diyakini menjadi tujuan utama para TKI ini, dikarenakan persentase penduduk lansia di Negeri yang memiliki julu-kan Naga Kecil Asia ini cukup tinggi. Pendidikan sebagai modal so-sial memberi peran jangka panjang

dalam meningkatkan derajat manu-sia dan menjamin keberlangsungan hidup di masa depan. Modal terse-but ibarat investasi para pembelajar untuk mengasah, menambah dan mengembangkan kompetensi diri. Kompetensi dirasa penting dimiliki oleh setiap orang, terutama dalam dunia kerja. Namun, menjadi catatan bahwa kompetensi yang dimiliki oleh seseorang harus dibuktikan dengan ijazahnya, begitu pula ijazah yang melekat pada seseorang merupakan bukti kompetensi orang tersebut. “Diakuinya kita memiliki kemampu-an atau tidak akkemampu-an ditunjukkemampu-an dengkemampu-an adanya ijazah,” lanjut Bambang Nur fauzi.

Aturan main penyelenggaraan Paket C yang ada di Indonesia te-tap menjadi acuan utama program Paket C di Taiwan. Sistem pembe-lajaran yang dilakukan pun meliputi 3 macam; tatap muka, e­learning dan mandiri. Tatap muka dilaksanakan minimal 20 persen dengan mengam-bil lokasi di KDeI Taiwan, sedangkan e-learning dilakukan peserta didik di rumah masing-masing. Kemudian pembelajaran mandiri dilaksanakan melalui kerjasama dengan organisasi keagamaan di Taiwan.“Semua pem-belajaran sesuai dengan kurikulum dan aturan baku yang ada di indone-sia,” tegas Bambang

Sistem pembelajaran Paket C di Taiwan yang unik dan dirasa belum pernah terjadi di Indonesia menjadi ciri khas tersendiri. Seperti adanya

e-Kejar Paket C di Taiwan

Tingkatkan Kompetensi

Buruh Migran Indonesia

(13)

learning dengan kecepatan akses dan fasilitas internet yang tersedia dirasa sangat mendukung proses pembela-jaran, apalagi ditambah para BMI-TKI yang mengikuti program ini sudah ti-dak gagap teknologi (gaptek). “BMI di sana nggak gaptek, mereka bisa buka

gadget mereka, mereka bisa langsung

belajar,” kata Bambang.

Adanya dukungan fasilitas yang memadai bukan berarti penyeleng-garaan Paket C di Taiwan tanpa persoalan. Belum adanya bentuk pe-merintahan yang menaungi bidang pendidikan

khusus-nya penyelenggara-an Paket C menjadi persoalan tersendiri. Hal tersebut dapat diatasi berkat adanya koordinasi dan kerja-sama antar lembaga atau instansi setem-pat serta pemerin-tah Indonesia melalui Direktorat Pendidik-an dPendidik-an KebudayaPendidik-an yang merekomen-dasikan BPKB DIY untuk membantu aturan main penye-lenggaraan Paket C di Taiwan. “Tidak ada

atase atau konjen yang membidangi pendidikan di Taiwan, oleh karena itu kita koordinasi di bawah Direktur Perindustrian di sana,” Bambang.

Keistimewaan lain muncul pada penyelenggaraan program Paket C di Taiwan, salah satunya pada alokasi waktu pembelajaran yang benar-be-nar disesuaikan dengan waktu luang BMI-TKI. Mengingat dari pola kerja di Taiwan yang cukup ketat dengan jam kerja yang panjang menjadikan

BMI-TKI praktis hanya memiliki wak-tu libur sangat minim. Ini diakui oleh Bambang fauzi yang melihat sendiri pola kerja di Taiwan, “Mereka libur 1 bulan sekali bahkan ada yang ga li-bur,” ujarnya.

Pengadopsian buku panduan penyelenggaraan Paket C di Indone-sia yang dibantu oleh BPKB DIY pun dilakukan guna menyesuaikan sistem penyelenggaraan Paket C di Taiwan. Ini mengingat sedikitnya jam libur para BMI-TKI di sana. Namun, ken-dala waktu dirasa dapat diminimalisir

dari adanya kemudahan transportasi dan komunikasi di Taiwan yang jauh lebih maju dari Indonesia. Dengan kecanggihan dan majunya teknologi serta fasilitas umum yang mendu-kung menjadikan pembelajaran tatap muka dan e­learning dapat dilaksana-kan dengan lancar. “Transportasi di Taiwan tidak terlalu masalah, jarak Surabaya-jakarta hanya ditempuh 4-5 jam dengan kereta cepat,” akui bambang.

Meskipun tidak dapat dipungkiri banyak orang yang sudah memiliki pekerjaan yang layak dan mampu menjamin kehidupannya, namun pada dasarnya mereka membutuh kan pendidikan untuk masa depannya. Diakui oleh Bambang fauzi bahwa mereka ikut Paket C sebagai bentuk persiapan mereka kembali ke tanah air, bahkan dari mereka ada yang i ngin melanjutkan study, “jadi mereka ga selamanya jadi TKI dan beberapa dari mereka berkeinginan dengan ija-zah Paket C untuk melanjutkan pen-didikan yang lebih tinggi,” ujarnya.

Semangat para BMI-TKI yang pu-tus sekolah untuk mengikuti program Paket C ini cukup besar. Ini pun tidak terlepas dari kegi-gihan para penye-lenggara Paket C yang dimotori oleh Yayasan Bakti jaya Indonesia. Terbukti dari Maret sampai November 2013 dengan lebih dari 2 kunjungan ke Tai-wan untuk melihat BMI-TKI di sana yang putus sekolah, cukup sebagai pembuktian kerja ke-ras dan komitmen lembaga-lembaga yang terkait di dalamnya. Dengan dimulainya pembelajaran yang akan dilaksanakan 22 Desember 2013 menjadi langkah awal perjuangan para pahlawan devisa dalam meraih cita-cita dan menuntaskan program pemerintah wajib belajar (wajar) sembilan tahun.*

Mochamad Fatchan Chasani

Kunjungan pertama pengurus Yayasan Bakti Jaya Indonesia di BPKB DIY dalam rangka konsultasi penyelenggaraan Paket C di Taiwan. (Foto ist/Hamemayu)

(14)

WArTA

IsMEk - İstanbul Büyükşehir

Belediyesi Sanat ve Meslek Eğitimi Kursları

S

ebagai salah satu pengharga-an bagi Pemenpengharga-ang jambore PTK PAUDNI tahun 2013, Subdit PPTK DIKMAS, Dit PPTK PAUDNI, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan Peningkat an Kapasitas PTK DIKMAS melalui magang ke Turki. Kegi-atan tersebut diselenggarakan pada tanggal 11 s.d 19 Novem-ber 2013. Kegiatan tersebut diikuti oleh Kepala SKB, Peni-lik, Pamong Belajar, Pengelola PKBM, Pengelola TBM, dan Tutor Kf yang menjadi juara pertama pada Apresiasi PTK PAUDNI 2013. Dari beberapa peserta tersebut kami berdua febriawan Atmoko sebagai Pengelola PKBM Galuhsari, Desa Gerbosari, Kecamtan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo dan eko Ady Saputra sebagai Pamong Belajar dari UPTD SKB Kulon Progo me-rupakan perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta yang berke-sempatan mengikuti kegiatan magang tersebut. Tujuan utama perjalanan ke Turki adalah mengunjugi beberapa lembaga yaitu lembaga Pendidikan Nonformal ISMeK, PASIAD sebuah Non Goverment Organization, fA-TIH UNIVeRSITY, leMBAGA PAUD SAMANYOlU dan KBRI. Dari seki-an lembaga yseki-ang dikunjungi, ISMeK

merupakan lembaga pendidikan non-formal yang cukup bagus untuk dija-dikan acuan penyelenggaraan PNf di Yogyakarta.

ISMeK (İstanbul Büyükşehir Bele­

diyesi Sanat ve Meslek Eğitimi Kursları)

merupakan Pusat Pelatihan Kejuruan, Kursus dan Seni Kota Metropolitan di Istanbul. lembaga Ismek merupakan lembaga dibawah Dinas Pendidikan Provinsi Istanbul. lembaga ini kalau

di Indonesia seperti halnya Balai Pe-ngembangan Kegiatan Belajar.

ISMeK berdiri di Istanbul baru pada tahun 1996, didirikan oleh Mr. Recep Tayyip Ordogan (Perdana Menteri Turki) yang pada saat itu menjadi gubernur di Istanbul. ISMeK memulai kegiatannya sebagai proyek penataan sosial pada tahun 1996. ISMeK di dirikan oleh Mr. erdogan

dengan maksud sebagai tempat/sara-na pendidikan bagi publik istanbul.

Kegiatan pendidikan yang diawal i dengan 141 peserta pada 3 cabang keahlian di 3 learning centre di tahun pertama. Namun perkembangan lembaga ismek cukup pesat. Hal ter-sebut dapat dilihat pada 2012-2013 telah mendidik sebanyak 1.600.000 peserta didik terdiri dan telah mem-buka 235 jurusan.

Seperti halnya BPKB di Indonesia, ISMeK di Kota Me-tropolitan Istanbul yang kami kunjungi merupakan lembaga rujukan bagi cabang ISMeK di tingkat Kabupaten. Terdapat 38 kabupaten di provinsi Istan-bul dengan 250 cabang Ismek di tingkat Kabupaten. Ismek di kota istanmbul disamping sebagai tempat belajar warga istanbul, juga dijadikan train­

ning center bagi

pendidik-pendidik kursus keterampilan dari kabupaten-kabupaten di provinsi istanbul.

ISMeK yang sekarang, memiliki pelajar dengan jum-lah lebih dari universitas, melayani hampir sebagai universitas terbesar publik baik karena jumlah peserta, dan keragaman cabang, ser-ta produk yang dicipser-takan. Saat ini, ISMeK telah menjadi sebuah organi-sasi model yang baik secara nasional, dan di seluruh dunia.

ISMeK merupakan tempat pem belajaran dengan menggunakan prinsip-prinsip pendidikan nonformal

Kunjungan ke Turki

Pusat Training Pendidik

di kota Metropolitan

Pengelola PKBM Galuh Sari Kulon Progo Febrianto Atmoko dan Kepala SKB Pekanbaru Nila Resmita berpose di depan ISMEK (Foto eka as)

(15)

WArTA

(pendidikan untuk orang dewasa). IS-MeK menyediakan pelatihan/kursus bagi masyarakat kota istanbul terma-suk masyarakat urban yang datang ke istanbul.

Visi dan Misi

V I s I

Berinvestasi di bidang pendidikan agar individu produktif.

M I s I

Menyediakan fasilitas pendidikan mo-dern dan berkualitas dengan konsep-si belajar sepanjang hayat dalam ran-gka untuk menambah kualitas hidup (quality of life) masyarakat Istanbul.

Nilai Dasar dan kebijakan Menjadi sebuah Model Sukses dalam semua layanan dan kegiatan, dan menjadi panutan (Role Model) tentang organisasi yang merepresentasikan Istanbul, menjadi

bunga dari Turki dan dunia dalam hal pendidikan masyarakat.

Aksesibilitas.

Menjadi pusat jaringan pengaja-ran yang dapat diakses oleh semua penduduk Istanbul, dan diversivikasi program kursus untuk mengatasi pro-fil individu yang beraneka ragam.

Pendidikan sepanjang Hayat Memberikan pendidikan untuk semua Istanbulians tanpa meman-dang usia, terutama bagi mereka yang belum mampu menerima pendidikan formal. Untuk meningkatkan partisi-pasi aktif individu dalam pendidikan, memperkuat persepsi bahwa belajar adalah proses seumur hidup.

Pendidikan Masyarakat yang Berkualitas Menyajikan pembelajaran ke-pada master (tutor) dan magang sesuai dengan prinsip-prinsip sistem pendidikan modern, dan ti-dak mengorbankan kualitas. Untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam perspektif rasionalisme, pengetahuan, inovasi, partisipasi dan berke-lanjutan. Memiliki kontribusi terhadap pengembangan pola pikir sosial/masyarakat agar masyarakat ikut berkontribu-si terhadap upaya menjadikan masyarakat yang terdidik dan masyarakat yang memiliki ke-sadaran sosial dan individu.

Menambahkan nilai/ norma positif Untuk menambah nilai positif bagi kota metropoli-tan Ismetropoli-tanbul de ngan pola pikir tanggung jawab sosial, kepada semua peserta dengan me-nyediakan lingkungan men-gajar yang menyenangkan, dan semua karyawan dengan

menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan.

Tujuan pendidikan ISMeK antara lain:

Meningkatkan pengetahuan pri-•

badi masyarakat istanbul.

Meningkatkan keterampilan (vo-•

kasi) dan persepsi artistik mere-ka.

Membekali mereka dengan bu-•

daya perkotaan dan meningkat-kan kesadaran mereka tentang hidup di metropolitan (berkon-tribusi dalam industrialisasi). Membantu mereka secara aktif •

dilibatkan dalam proses produksi dibandingkan dengan hanya men-jadi konsumen.

Berkontribusi terhadap upaya •

mereka untuk memiliki penda-patan.

Meningkatkan kesempatan mere-•

ka untuk kerja.

Menghidupkan kembali keraji-•

nan.

Berkontribusi terhadap perkem-•

bangan budaya dan sosial. 1 Layanan Makanan Dan Minuman

2 Kayu Teknologi 3 Kesehatan 4 Radio - Televisi

5 Ilmu Keluarga Dan Konsumen 6 Pemasaran Dan Eceran 7 Musik Dan Art Performance 8 Akuntansi Dan Keuangan 9 Percetakan Press 10 Gardening

11 Perhiasan Teknologi 12 Teknologi Informasi

13 Kantor Pengelolaan Dan Sekretaris 14 Pertumbuhan Anak Dan Pelatihan 15 Kerajinan Teknologi

16 Jurnalistik

17 Pakaian Dan Tekstil Teknologi 18 Grafis Dan Photo

19 Jasa Perawatan Kecantikan Dan Rambut 20 Public Relations Dan Organisasi

21 Hukum

22 Pertumbuhan Pribadi

23 Akomodasi Dan Travel Services 24 Pengasuhan Orangtua Dan Orang Sakit 25 Seni Dan Desain

26 Keramik Dan Kaca 27 Sport

28 Bahasa

Perwakilan dinas pendidikan Istanbul menjelaskan tentang kerajinan kepada Abu bakar Umar

(16)

5 (Lima) Prisip Pendidikan di IsMEk Dalam melaksanakan pelatihan ISMeK memegang teguh lima prin-sip yang memang sudah diatur oleh Kementerian Pendidikan Turki, lima prinsip tersebut yaitu :

Terbuka untuk semua orang : Pendidikan dan pelatihan terbu-ka bagi semua orang. Aktivitas/kegi-atan yang dilakukan harus dipastikan bah wa semua orang bisa melaksa-nakan dengan mudah. Tindakan-tin-dakan khusus dilakukan bagi masyarakat yang membu-tuhkan pendidikan khusus (disabilities­divable).

kesesuaian untuk segala macam

kebutu-han : Aktivitas pelatihan dan jasa yang diselenggarkaan di-sesuaikan dengan kebutuhan individu dan masyarakat .

keberlanjutan : Kegiatan pelatihan dan

layanan yang dilaksanakan diran-cang agar individu/masyarakat bisa mendapatkan keuntungan sepanjang hayat.

Terencana : Kegiatan pelatihan direncanakan dengan mempertimbangkan tujuan rencana pengembangan, pendidikan, pelatihan, proses produksi, tenaga kerja, dan lapangan pekerjaan.

Inovasi dan keterbukaan untuk perbaikan: Program terus menerus diting-katkan, disesuaikan dengan pening-katan metode pendidikan dan penga-jaran serta alat-alat dan gadget yang digunakan dalam pelajaran, pening-katan perkembangan teknologi, dan disesuakan pula dengan kebutuhan lingkungan dan negara.

kesukarelaan (willingness): Individu dan masyarakat harus ikut berperan dalam melalui kegiat-an sukarela.

Pembiayaan Pendidikan Pelatihan yang dilaksanakan di kampus ISMeK adalah gratis, warga kota (termasuk masyarakat urban dari pedesaan) yang berminat untuk belajar di ISMeK tidak ditarik biaya pendidikan. Biaya pendidikan di-tanggung oleh Pemerintah Provinsi Istanbul.

Cabang keahlian (Jurusan) Pusat Kursus ISMeK ini me-nyelenggarakan 28 cabang keahlian dimana setiap cabang terdapat be-berapa sub cabang keahlian. Cabang keahlian tersebut meliputi :

Waktu Pembelajaran Berbeda dengan waktu pembe-lajaran kurus yang relatif singkat di Indonesia. Pembelajaran kursus di Ismek relatif lebih lama. Pendaftaran peserta didik baru diadakan pada bu-lan September setiap tahunnya dan kelas dimulai pada minggu pertama bulan Oktober dan periode pelatihan berakhir pada bulan juni (bersamaan dengan sistem pendidikan formal). Peserta didik tidak hanya mempe-roleh pendidikan dan keterampilan, pada kurun waktu tersebut peserta

didik juga magang produksi di lem-baga Ismek. jadi disamping selem-bagai tempat belajar mengajar kursus ke-terampilan, ismek juga merupakan lembaga yang mampu memproduksi terutama produk kerajinan turki.

kurikulum Kurikulum penyelenggaraan pe-latihan ISMeK berdasarkan keten-tuan dari Departemen Pendidikan, Direktorat lifelong learning edu-cation dari Republik Turki. Proses pendidikan dilaksanakan

berdasar-kan standar dari kemen-terian pendidikan. Proses evaluasi belajar peserta didik juga didasarkan pada Sertifikasi Keterampilan yang dikeluarkan oleh Ke-menterian Pendidikan Tu-rki. Kementerian Pendidi-kan Turki juga senantiasa mengembangkan materi (kurikulum) kurus kete-rampilan baru yang dikaji dari budaya lokal Tukri.

Lulusan Setiap peserta didik yang berha-sil dalam industri ini, akan diberikan Sertifikat Menyelesaikan Program disetujui oleh Departemen Pendidi-kan. Disamping itu juga diberi pinja-man dengan nominal $ 5.000 USD. jika berhasil maka pemerintah akan membantu dengan menambah mo-dal lagi dengan pinjaman lunak sam-pai dengan $ 50.000 USD.

Sedangkan bagi peserta yang tidak sukses menyelesaikan akan di-berikan surat keterangan, agar dapat dimanfaatkan pada kesempatan lain jika akan melanjutkan lagi kursusnya. Ismek tidak mempermasalahkan me-reka yang tidak mengikuti pendidikan sampai akhir program. Ismek sadar

(17)

bahwa peserta didik memiliki kepen-tingan-kepentingan lain yang tidak dapat di tinggalkan. Di lain kesem-patan, peserta didik tersebut tetap diperbolehkan mendaftar lagi.

PEsERTA DIDIk IsMEk Saran pendidikan pelatihan ku-rus ismek adalah masyarakat secara luas. Tidak ada batasan umur, jenis kelamin dan status sosial maupuan pendidikan. Ismek melakukan pen-didikan pelatihan kursus bagi semua orang. Beberapa peserta didik di is-mek digolongkan sebagai berikut :

Masyarakat yang usia lanjut dan yang tidak mendapat pendidikan dasar Masyarakat yang tidak menda-patkan pendidikan dasar sebagian be-sar adalah usia lanjut. Mereka datang ke ismek untuk memperoleh belajar keterampilan. Terdapat seorang ibu umur 50 tahun, datang belajar ke Is-mek hanya untuk belajar membuat hantaran buat anaknya yang sebentar lagi menikah. jadi belajar di ismek ti-dak dibatasi pada keterampilan yang mendatangkan ekonomi, peserta didik yang lanjut usia lebih pada ke-terampilan yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-harinya.

Masyarakat yang ingin meningkatkan profesi Masyarakat istanbul yang belum memiliki profesi datang ke ismek untuk belajar mendalami salah satu profesi. Ada banyak sekali jenis keah-lian yang di ajarkan, mulai menjahit, tata rias rambut, memasak, operator komputer, jasa pariwisata, perhotel-an, sekretaris, office boy dan masih banyak lagi. Ismek membuka jurusan hampir pada semua sektor jasa, per-kantoran dan produksi. Ismek juga dijadikan sebagai tempat meningkat-kan profesi. Seorang koki rumah ma-kan, jika ingin meningkatkan penge-tauan tetang memasak dapat belajar di Ismek. Begitu juga dengan home industri kerajinan keramik, jika ingin membuat model baru, ismek juga mampu memfasilitasinya. ISMeK di kota metropolitan Istanbul juga di-jadikan tempat trainning center bagi pendidik-pendidik/tutor/guru/pe-gawai yang mengajar pada tempat-tempat kursus (Ismek) kabupaten di wilayah Istanbul.

Masyarakat yang ingin menyalurkan Hobi, seni, dan keterampilan Peserta didik Ismek bukan hanya terbatas pada orang-orang lanjut usia

dan orang muda yang membutuhkan pekerjaan. Ismek juga menerima pe-serta didik dari semua latar belakang sosial ekonomi. Terdapat lulusan sar-jana sampai dengan doktor yang me-miliki pekerjaan di sektor formal, juga menyempatkan waktu untuk belajar di ismek. Mereka belajar tentang seni dan keterampilan.

Rehabilitasi mereka yang membutuhkan Ismek juga menerima peserta didik yang memiliki gangguan jiwa. Atas rujukan dari dokter, beberapa peserta didik merupakan pasien dari rumah sakit jiwa. Dengan pembela-jaran seni dan keterampilan di Ismek, banyak pasien yang mampu kembali menjalankan kehidupannya lagi.

kelompok (group) yang membutuhkan adaptasi hidup di kota mitropolitan (kelompok masyarakat urban). Ismek tidak menutup peserta didik dari luar istanbul, selain war-ga asli istanbul, ismek juwar-ga terbuka bagi masyarakat urban yang datang ke kota metropolitan istanbul untuk mencari pekerjaan. Mereka dibekali dengan keterampilan yang dapat di-gunakan untuk mencari pekerjaan di kota metropolitan istanbul.

Peserta Didik ISMEK mengerjakan pewarnaan keramik Peserta Ismek mengerjakan bordir pesanan dari Pemerintahan Turki yang akan digunakan untuk acara kenegaraan.

(18)

Mereka yang ingin mempe-lajari lingkungan barunya Tidak hanya terfokus pada kur-sus keterampilan, Ismek juga mem-berikan pembelajaran tata kehidupan masyarakat kota metropolitan istan-bul bagi masyarakat desa yang baru saja tiba di Istanbul. Hal ini dimaksud-kan agar masyarakat tersebut dapat hidup di lingkungan masyarakat kota metropolitan.

Selain memberikan pembelajar-an berupa pengenalpembelajar-an lingkungpembelajar-an baru masyarakat kota, ismek juga memberikan pembelajaran bagi re-maja yang ingin menikah. Hal ini di-maksudkan agar pasangan yang akan menikah mengetahui dan siap de-ngan kehidupan berkeluarga setelah mereka menikah nantinya.

LuLusAN IsMEk Berdasarkan Gender lulusan Ismek berdasarkan jenis kelamin adalah, laki-laki sejumlah

44.949 orang atau 21 %, sedang-kan lulusan perempuan sejumlah 166.861 orang atau 79%.

HAsIL PRoDuksI IsMEk Selain sebagai lembaga pendidik-an nonformal, ISMeK juga dijadikpendidik-an tempat produksi. jenis-jenis barang hasil produksi ismek , yaitu ;

self-Produksi :

Perhiasan, ornamen, pakaian, perabot rumah tangga, perlengkap-an.

Evironment-produksi : Souvenir bagi Saudara, teman, tetangga dan lingkungan sekitarnya.

Mas kawin kontribusi: Terutama gadis-gadis muda, pendidikan mempersiapkan perka-winan merupakan bagian penting bagi mereka.

Transformasi ;

Menggunakan teknik kerajinan yang baru untuk re-introduksi kera-jinan lama.

Nilai Tambah:

Sebuah benda yang tadi-nya sa ngat sederhana dirubah menjadi produk yang sangat berharga.

sAsARAN PENJuALAN HAsIL kERAJINAN

Sasaran penjualan barang hasil kerajinan/produk yang ISMeK hasilkan agar peser-ta memperoleh pendapapeser-tan

dengan menjual pada;

lingkungan terdekat dari peserta •

pelatihan,

Perusahaan industri, •

Organisasi dan institusi. •

juga peserta pelatihan, •

Pusat Penjualan İSMEK, •

Pameran lokal-global, nasional, •

dan internasional, Pusat perbelanjaan, •

Dengan menjual produk maka peserta akan memperoleh penda-patan, memberikan kontribusi pada keuangan keluarga. kEGIATAN-kEGIATAN PENDukuNG IsMEk Seminar Nasional. Symposium. Pameran Dagang.

Publikasi (majalah dan jurnal). Kerjasama dengan negara lain.

Tahun 1996 baru berdiri sebagai lembaga pendidik an nonformal, IS-MeK mengalami perkembang an yang sangat pesat. Hal tersebut dapat ter-jadi karena dukungan dan perhatian cukup baik dari pemerintah daerah Istanbul. Pemerintah Istanbul meng-anggap quality of life dapat tercapai hanya dengan pendidikan masyara-kat. Tidak hanya membangun dari segi ekonomi masyarakat, melainkan juga membangun pendidikan sepan-jang hayat bagi masyarakatnya. (*)

Lulusan Berdasarkan Umur

Umur

Prosentase

60 keatas

3,4

40-50

18,18

50-60

10,55

30-40

25,16

20-30

34,46

20 kebawah

8,25

Vas bunga yang di lapisi oleh serbuk Emas Murni

Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan SMA Sarjana S1 Sekolah Dasar SMP Doktor Prosentase 39,46 13,2 15,87 17,85 0,13 Tingkat Pendidikan Sarjana S2 Menempuh S1 Melek Huruf Lulusan Kejuruan Prosentase 1,54 8,83 1,43 1,69

(19)

Saat ini pemerintah ingin

mewujudkan pelayanan

pendi-dikan yang murah dan

bermu-tu unbermu-tuk semua. Pendidikan

tanpa diskriminasi terutama

masyarakat miskin, menjadi

salah satu kebijakan untuk

peningkatan aksesibilitas dan

kualitas pelayanan pendidikan.

P

eningkatan mutu pendidikan melalui kebijakan tersebut sesuai dengan yang tercan-tum dalam amanat dokumen Renca-na PembanguRenca-nan jangka Menengah Daerah (RPjMD) tahun 2010-2015 Kabupaten Gunungkidul. layanan pendidikan murah dan bermutu diha-rapkan mampu mewujudkan masya-rakat yang berpendidikan tanpa ter-halang oleh permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat.

Kondisi sebagian masyarakat yang masih buta huruf dan rendah-nya Indeks Pembangunan Masyara-kat (IPM) di Kabupaten Gunungkidul mendorong pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah-raga untuk mengeluarkan kebijakan terkait penuntasan beberapa per-masalahan tersebut. Regulasi yang meng atur penyelenggaraan pendidik-an nonformal terutama pendidikpendidik-an kesetaraan telah dicanangkan oleh pemerintah. Dalam kesempatan ini seperti yang disampaikan oleh Kepa-la Bidang Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal Informal (PAUDNI) Ka-bupaten Gunungkidul Drs. Supriyadi, M.Pd bahwa “Kebijakan pendidikan kesetaraan di Kabupaten Gunung-kidul berjalan paralel dengan

pen-didikan formal untuk mendorong masyarakat agar peduli dan sadar pentingnya kebutuhan pendidikan” ungkapnya di Wonosari (23/11).

Di sisi lain, kondi-si kehidupan sokondi-sial dan ekonomi masyarakat juga menimbulkan per-masalahan di bidang

pendidikan seperti putus sekolah. Menurut data dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Ka-bupaten Gunungkidul, bahwa tahun 2013 ini ada 122 dari 185.000 siswa yang putus sekolah akibat ketidaka-daan biaya. Angka tersebut terdiri dari 51 siswa SD, 36 siswa SMP/MTs, 135 siswa SMK sederajat. Kondisi tersebut rentan menimbulkan masa-lah sosial seperti pernikahan dini dan kemiskinan mengingat banyak dari siswa tersebut beralih pada kegiatan diluar aktivitas edukatif dan memilih untuk bekerja ke luar daerah.

Gayung bersambut antara kebi-jakan pembangunan daerah dengan program pendidikan pemerintah pusat yang seolah memberikan na-fas segar khususnya bagi pelaksanaan pendidikan nonformal di

Kabupaten Gunungkidul. Rencana pembangunan pemerintah daerah un-tuk akses pendidikan murah dan bermutu de-ngan Program Pendidi-kan Menengah Universal (PMU) atau wajib belajar 12 tahun jelas menjadi 2 faktor pendukung bagi implementasi

pendidik-an kesetarapendidik-an. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Bidang PAUDNI, Dinas Dikpora Kabupaten Gunungkidul bahwa ada-nya pendidikan nonformal khususnya pendidikan ke-setaraan, menjadi upaya untuk mensosialiasikan wajib belajar 12 tahun melalui layanan pendidik-an kelompok belajar Paket A, Paket B, dan Paket C. Upaya tersebut di-realisasikan melalui pelaksanaan base

data untuk mengetahui data

masyara-kat putus sekolah, “Penuntasan pen-didikan atau wajib belajar 12 tahun ini maka kami terus melakukan pen-dataan untuk penduduk yang belum selesai pendidikan SlTA, tahun 2013 ini baru menyentuh ratusan siswa”, kata Kabid PAUDNI Drs. Supriyadi, M.Pd.

layanan pendidikan kesetara-an di Kabupaten Gunungkidul tidak sekedar memiliki tujuan untuk me-nyambut program pemerintah pusat dan mengatasi permasalahan daerah. Tujuan yang lebih bermakna terha-dap adanya pendidikan kesetaraan adalah melahirkan generasi yang

Pendidikan Kesetaraan Gunungkidul

Lahirkan Intelektual dan Entepreneur

Koodinasi tutor di PKBM Asri Semin (Foto Dok/Hamemayu) Drs. Supriyadi, M.Pd.

(20)

berkualitas baik untuk generasi usia muda maupun usia lanjut (lansia). As-pek lulusan dari program pendidikan kesetaraan juga diungkapkan oleh Drs. Supriyadi, M.Pd yakni 3 point seperti berikut: 1) Bekal kemampu-an kognitif untuk warga belajar ykemampu-ang akan melanjutkan studi ke perguru-an tinggi, 2) Bekal keterampilperguru-an atau

skills untuk warga belajar yang ingin

lanjut bekerja, dan 3) Bekal entepre­

neurship dan kemampuan kognitif

untuk warga belajar agar mampu membuka usaha mandiri.

Menurut data alokasi program pendidikan kesetaraan Dinas Dik-pora Kabupaten Gunungkidul, tahun 2013 ini sebanyak 990 warga belajar terdiri dari 230 orang setara kelas X, 400 orang setara kelas XI, 100 orang setara kelas XII, dan 260 orang UNPK mendapatkan bantuan untuk program Paket C baik dari sumber APBN, APBD I dan APBD II. Berikut ini adalah tabel rekapitulasi alokasi program pendidikan kesetaraan Di-nas Dikpora Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013:

Sumber: Bidang PAUDNI, Dinas Dikpora

Kabupaten Gunungkidul, 2013

Ribuan warga belajar pendidikan kesetaraan tersebar di 18 kecamatan dan koordinasi penyelenggaraannya dilakukan oleh PKBM yang ada di tingkat kecamatan. Karakteristik program PAUDNI yang berbeda dengan pendidikan formal membuat kebijakan tentang pelaksanaan dan anggaran keduanya memerlukan ru-musan regulasi yang berbeda pula. Seperti pelaksanaan program belajar

Paket A, Paket B dan Paket C san-gat berbeda dengan pendidikan SD, SMP, dan SMA dalam pendidikan for-mal. Meskipun regulasi pendidikan kesetaraan diatur oleh Direktorat Pendidikan Menengah namun im-plementasi pelaksanaan pembelaja-rannya harus menyesuaikan dengan karakteristik pendidikan nonformal. Hal serupa juga disepakati oleh Drs. Supriyadi, M.Pd dalam penuturannya “instrumen pembelajaran, kurikulum dan metode belajar dalam pendidi-kan kesetaraan ini berbeda dengan sekolah biasa karena warga belajar paket itu kebanyakan usia dewasa hingga lansia bukan lagi usia sekolah”.

Pe nye le ng g a r a a n pendidikan kesetaraan di tingkat lembaga sela-ma ini telah dilaksanakan oleh 56 PKBM yang ada di Kabupaten Gunungkidul. ekspose kali ini akan menyampaikan penyelenggaraan program pen-didikan keseta-raan di PKBM Ngudi Kapin-teran, Semanu dan PKBM Asri, Semanu. Kedua

lembaga ini memiliki latar belakang penyelenggaraan dan karakteristik warga belajar yang berbeda.

Salah satu dari 4 PKBM yang ada

di Kecamatan Semanu, PKBM Ngudi Kapinteran adalah yang paling ba-nyak mendapatkan alokasi program pendidikan kesetaraan pada tahun 2013. Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua PKBM Ngudi Kapinteran Tu-gino, A.Md bahwa sasaran program kesetaraan di Kecamatan Semanu memang masih banyak yang terda-ta belum tunterda-tas wajib belajar seterda-tara SMP dan SMA. “Maka dari hal itu kami mendapatkan alokasi warga be-lajar paling banyak di tingkat lembaga tahun 2013 ini” tambahnya di Sema-nu (23/11). PKBM Ngudi Kapinteran telah melaksanakan program pendi-dikan kesetaraan sejak tahun 2001 dengan lokasi di beberapa desa bi-naannya seperti program Paket B di Desa Pacarejo, Semanu. Berikut ini adalah tabel rekapitulasi dari data alokasi program pendidikan kese-taraan di PKBM Ngudi Kapinteran tahun 2013:

Sumber: Bidang PAUDNI, Dinas Dikpora

Kabupaten Gunungkidul, 2013

latar belakang penyelenggaraan pendidikan kesetaraan diungkapkan oleh Tugino, A.Md dikarenakan ma-Pembelajaran Paket B PKBM Ngudi Kapinteran di Semanu, Gunungkidul (foto dok)

No Program Belajar APBN APBD I APBD II

1. Paket A - - 100

2. Paket B 2.550 200 440

3. Paket C 240 270 480 Jumlah 2.790 470 1.020

No Program Belajar aPBN aPBd i aPBd ii

1. Paket A - - -2. Paket B 100 - 20 3. Paket C - - 60

(21)

sih banyak masyarakat yang mem-butuhkan pendidikan kesetaraan sebagai pendidikan alternatif ketika mereka tidak berkesempatan untuk mengakses pendidikan melalui jalur formal. Selain itu juga karena adanya faktor ekonomi dan sosial budaya se-perti tingkat pendapatan yang rendah serta adanya kepentingan beberapa warga untuk memenuhi

kualifikasi pendidikan yang setara SMP atau SMA ter-kait dengan tuntutan kerja ataupun kepentingan bagi

pegawai negeri, pegawai swasta, pe-rangkat desa dan lain sebagainya.

lain halnya dengan penyeleng-garaan di daerah lain seperti yang ada di PKBM Asri, Semin yang daerahnya berupa pegunungan dan berbatasan langsung dengan Provinsi jawa Ten-gah. Diungkapkan oleh ketua PKBM Asri Suhardi, Se bahwa memerlukan upaya keras untuk dapat menjangkau masyarakat yang membutuhkan

laya-nan pendidikan kesetaraan.

Tahun 2013 ini PKBM Asri men-dapatkan alokasi program sebanyak 120 warga belajar untuk Paket B dan 20 warga belajar untuk Paket C. Se-cara lengkap data alokasi program pendidikan kesetaraan untuk PKBM Asri tercantum dalam tabel rekapitu-lasi di bawah ini:

Sumber: Bidang PAUDNI, Dinas Dikpora

Kabupaten Gunungkidul, 2013

Ada kesan tersendiri yang diun-gkapkan oleh Suhardi, Se selama menyelenggarakan program keseta-raan yakni tahun ini ada warga bela-jar yang antusias mengikuti program Paket B untuk memenuhi kualifikasi pendidikan dalam pemilihan kepala desa. Hal tersebut menjadi penye-mangat bagi masyarakat lain karena

secara langsung telah mengetahui manfaat dari keikutsertaan mereka dalam kelompok belajar kesetaraan. Selain itu ada beberapa kendala saat pelaksanaan pembelajaran yakni jika waktu pembelajaran yang bersama-an dengbersama-an musim pbersama-anen dbersama-an lokasi pembelajaran yang aksesnya masih sulit dijangkau. “Demi memudahkan warga untuk belajar, kami pun selalu memilih tempat pembelajaran yang dekat dan mudah diakses war-ga meskipun kami selaku pengelola maupun tutor agak kesu-litan menjangkau tempat itu”, terang Suhardi, Se. Namun PKBM Asri yang telah berdiri selama 10 tahun ini tidak terhenti langkahnya dengan beberapa kendala tersebut dengan membuktikan eksistensinya dalam melayani masyarakat melalui berba-gai program pendidikan nonformal lainnya.

(Havissah Dyah Alaini)

No Program Belajar APBN APBD I APBD II

1. Paket A - -

-2. Paket B 100 20

(22)

-P

uskesmas Karangmojo, Gu-nungkidul DIY, bekerja sama dengan Komisi Penanggulang-an AIDS (KPA) dari Dinas KesehatPenanggulang-an mengadakan penyuluhan mengenai HIV/AIDS di Omah Pasinaon. Penyu-luhan ini diikuti para ibu rumahtangga dan sejumlah remaja Desa Bejiharjo, Selasa (5/11/2013).

Penyuluhan ini dibuka oleh mas Yudan kemudian sambutan dari ketua RW dan dari Puskesmas Karangmo-jo 2. Selanjutnya materi disampaikan oleh mas Afi Fajar dari KPA. Antusias masyarakat dusun Karangmojo terli-hat dari minat mereka mau mengiku-ti penyuluhan.

Melihat dusun Karangmojo saat ini menjadi salah satu desa wisata sehingga masyarakat penting dibe-kali dengan pengetahuan HIV/AIDS. Penderita HIV/AIDS atau lebih

dike-nal ODHA (Orang Dengan HIV dan AIDS) terkadang terlihat sehat dan normal.

HIV ( Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang

sel darah putih di dalam tubuh se-hingga mengakibatkan sistem ke-kebalan tubuh menurun. AIDS ( Ac­

quired Immune Deficiency Syndrome)

adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya ke-kebalan tubuh pada seseorang.

HIV bisa menular melalui hu-bungan seks tanpa menggunakan kondom sehingga cairan mani atau vagina yang mengandung virus ter-sebut dapat masuk ketubuh pasang-annya. Kemudian ibu hamil dapat

Sosialisasi HIV/AIDS

Hidup Berdampingan dengan oDHA

Referensi

Dokumen terkait

Class notes: Lectures will be given in English and will not be distributed - you need - to come to class to see/hear them.. Si tu no me entiendes, o si quieres,

Pengertian Desain Sistem Menurut Para Ahli adalah Menurut John Burch dan Garry Grudnitski dalam buku Analisa dan Desain, Sistem Informasi Pendekatan Terstruktur adalah

Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian asam humat terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung. Penelitian

Berkaitan dengan pemaparan latar belakang tersebut, maka akan dimanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan menggunakan fungsi Overlay dan Buffer serta

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data curah hujan bulanan selama 10 tahun (2003 – 2012) diperoleh dari 15 pos hujan yang tersebar di Sulawesi Utara,

Pada sambutannya ia berharap bahwa dengan terbitnya tafsir al-Huda ini akan berguna bagi masyarakat dalam membina kehidupan beragama dan bermasyarakat serta dapat mendorong

Penelitian ini bertujuan untuk: mengkaji respon anggota kelompok tani terhadap Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kecamatan Kebun Tebu; mengkaji

Kolom dalam Keadaan Tulangan Tarik Menentukan Bila regangan terjadi pada tulangan baja tarik yang telah mencapai regangan leleh sy s = sy, sedangkan pada balok desak regangan