• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Pengembangan SIDa untuk Peningkatan Daya Saing Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kebijakan Pengembangan SIDa untuk Peningkatan Daya Saing Daerah"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

Kebijakan Pengembangan SIDa untuk

Peningkatan Daya Saing Daerah

Oleh:

Dr. AFRIADI SYAHBANA HASIBUAN, MPA, MCom.

(2)
(3)

Perpres No.32 thn 2011 ttg Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025

PP No.79 thn 2005 ttg BINWAS

dan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah UU No.39 thn 2008 ttg Kementerian Negara UU No.32 thn 2004 juncto UU no 23 thn 2014 ttg Pemerintahan Daerah

UU No.18 thn 2002, ttg Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Dasar

Huku

m

Permendagri No.20 thn 2011 ttg Pedoman Penelitian dan Pengembangan di Lingkungan Kemendagri dan Pemerintahan Daerah

Perber Menristek & Mendagri No.03 & 36 thn 2012 ttg Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa)

Badan Penelitian dan Pengembangan

(4)

TUGAS DAN FUNGSI KEMENDAGRI

1.

PERPRES NO.24 THN 2010 ttg Kementerian bahwa

KEMENTERIAN

DALAM

NEGERI

MEMPUNYAI

TUGAS

MENYELENGGARAKAN

URUSAN

DI

BIDANG

“PEMERINTAHAN DALAM NEGERI” DALAM PEMERINTAHAN

UNTUK

MEMBANTU

PRESIDEN

DALAM

MENYELENGGARAKAN PEMERINTAHAN NEGARA (PASAL

66);

2.

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, MEMPUNYAI

TUGAS

“MERUMUSKAN

SERTA

MELAKSANAKAN

KEBIJAKAN

DAN

STANDARDISASI

TEKNIS

KEPEMERINTAHAN

DALAM

NEGERI

DI

BIDANG

“PEMBINAAN” KELITBANGAN”.

Pemerintahan merupakan organisasi atau wadah orang yang mempunyai kekuasaaan, mengurus kesejahteraan rakyat, dan pembangunan

masyarakat dengan melaksanakan kepemimpinan dan koordinasi pemerintahan dalam negara

(5)

I N O V A S I D A E R A H

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

1. peningkatan efisiensi; 2. perbaikan efektivitas;

3. perbaikan kualitas pelayanan; 4. tidak ada konflik kepentingan; 5. berorientasi kepada

kepentingan umum;

6. dilakukan secara terbuka; dan 7. dapat dipertanggungjawabkan

hasilnya tidak untuk kepentingan diri sendiri.

PRINSIP-PRINSIP

Semua bentuk pembaruan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang meliputi jenis, prosedur, dan

metoda

Perlindungan atas Inovasi sepanjang tidak memperkaya diri dan/atau orang

lain

5

Pasal 387

Pasal 386 ayat (1) “Dalam rangka peningkatan kinerja penyelenggaraan

pemerintahan Daerah, Pemerintah Daerah dapat melakukan inovasi.”

(6)

Kedudukan pelaku inovasi litbang sbg obyek pelanggaran

Hukum

(UU Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah)

Pasal 389 dikatakan bahwa “Dalam hal pelaksanaan inovasi yang telah menjadi kebijakan Pemerintah Daerah dan inovasi tersebut tidak

mencapai sasaran yang telah ditetapkan, aparatur sipil negara tidak dapat dipidana. Namun dengan syarat :

a. Usulan inovasi yang berasal dari anggota DPRD ditetapkan dalam rapat paripurna ayat (2) dan disampaikan kpd KDH untuk

ditetapkan dalam Perkada sebagai inovasi Daerah ayat (3)

b. Usulan inovasi yang berasal dari ASN , harus memperoleh izin tertulis dari pimpinan Perangkat Daerah dan menjadi inovasi Perangkat Daerah ayat (4)

c. Usulan inovasi yang berasal masyarakat disampaikan kepada DPRD dan/atau kepada Pemerintah Daerah ayat (5)

d. Jenis, prosedur dan metode penyelenggaraan Pemerintahan

(7)

2

(8)

Authoritative definition of innovation

An authoritative definition of innovation is provided in

the slo manual (OECD 2005), a methodological manual by

the OECD on the measurement of technological innovation.

An innovation is „the implementation of a new or significantly

improved product (goods or services), or process, a new

marketing method, or a new organisational method in

business practices, workplace organisation or

external relations.‟This definition is inspired by

Schumpeter (1934)‟. Note the subtle difference between

invention and innovation. An invention is an idea made

manifest, whereas an innovation is an idea applied in practice.

(9)

INOVASI: PENGERTIAN

1. Lundvall (1992) mengartikan sistem inovasi sebagai unsur-unsur

dan hubungan-hubungan yang berinteraksi dalam produksi, difusi, dan penggunaan pengetahuan yang baru dan berguna secara ekonomis, dan seringkali berlokasi atau berakar dalam batas-batas suatu negara;

2. Freeman (1987) menyebutkan sistem inovasi sebagai jejaring

kelembagaan dalam sektor publik dan swasta dimana

kegiatan-kegiatan dan interaksi-interaksinya memulai, mendatangkan, mengubah, dan mendifusikan teknologi-teknologi baru;

3. Hall dkk. (2003) berpendapat bahwa Sistem inovasi adalah

kelompok organisasi dan individu yang terlibat dalam produksi,

difusi dan adaptasi, dan penggunaan pengetahuan signifikansi sosial ekonomi, dan konteks kelembagaan yang mengatur cara dimana interaksi-interaksi dan proses-proses ini terjadi;

4. Hall dkk. (2003) menyatakan lebih lanjut bahwa pendekatan sistem

inovasi memandang inovasi dalam cara yang lebih sistemik, interaktif, dan evolusioner, dimana produk-produk dan proses-proses baru dibawa ke dalam penggunaan ekonomi dan sosial melalui kegiatan-kegiatan jejaring organisasi yang dimediasi oleh berbagai kelembagaan dan kebijakan.

(10)

PENGERTIAN SISTEM INOVASI, MENUNJUKKAN EMPAT

(4) HAL YANG SAMA:

1.

Pertama, ada penekanan bahwa inovasi adalah proses

pembelajaran. Hal ini berarti bahwa perubahan

teknologi tidak banyak dipertimbangkan sebagai

pengembangan material, tetapi lebih sebagai suatu

rekombinasi dari pengetahuan (yang seringkali sudah

ada) atau penciptaan kombinasi-kombinasi baru. Proses

pembelajaran ini bergantung pada keterlibatan banyak

aktor yang mempertukarkan pengetahuan, aktor-aktor ini

terdiri dari berbagai organisasi, meliputi perusahaan,

pemerintah, dan lembaga penelitian.

2.

Kedua, ada penekanan pada peranan lembaga.

Lembaga dapat dianggap sebagai ketentuan, regulasi, dan

rutinitas yang membentuk ruang kemungkinan bagi

aktor-aktor. Dengan ini, lembaga merupakan penggerak

maupun hambatan penting bagi inovasi (Suurs, 2009).

(11)

3.

Ketiga, sistem inovasi menekankan hubungan antara

aktor dan lembaga atau adanya gagasan tentang

suatu sistem. Perspektif sistem menunjukkan

adanya pendekatan holistik. Holistik dalam sistem

inovasi berarti bahwa kinerja suatu sistem inovasi tidak

dapat dianggap sebagai fungsi linear dari

unsur-unsurnya. Sebaliknya, hal tersebut merupakan hasil

dari 6 banyak hubungan di antara unsur-unsurnya.

4.

Keempat, sistem inovasi menekankan pentingnya

interaksi yang berkelanjutan di antara banyak

proses dimana semua proses ini berjalan paralel dan

memperkuat satu sama lain melalui mekanisme

umpan balik positif. Jika umpan balik semacam ini

diabaikan, apakah oleh pembuat kebijakan ataupun

oleh pengusaha, maka hal ini kemungkinan besar

menyebabkan kegagalan dalam proses inovasi di

seluruh sistem (Suurs, 2009).

(12)

OLEH KARENA ITU, INOVASI DARI

BERBAGAI ASPEK

(13)

Dengan demikian sistem inovasi sebenarnya

mencakup basis:

Basis ilmu pengetahuan

dan

teknologi

(termasuk di

dalamnya aktivitas

pendidikan

, aktivitas

penelitian

dan pengembangan

, dan

rekayasa

);

basis

produksi

(meliputi aktivitas-aktivitas nilai

tambah bagi pemenuhan kebutuhan

bisnis

dan non

bisnis serta masyarakat umum); dan

Basis

pemanfaatan dan difusinya

dalam masyarakat;

serta

(14)

DENGAN DEMIKIAN, PENGERTIAN SINGKAT

1.

Inovasi

:

proses

atau

hasil

kreativitas

pembaruan/perbaikan yang membawa (memberikan)

kegunaan/kemanfaatan nyata (komersial/bisnis, ekonomi,

sosial, dan/atau budaya);

2.

Difusi

: suatu proses di mana inovasi dikomunikasikan

melalui suatu saluran komunikasi tertentu dalam waktu

tertentu di antara para anggota suatu sistem sosial atau

masyarakat (Rogers, 1995, 1997); Difusi teknologi

adalah kegiatan adopsi dan penerapan hasil inovasi secara

lebih ekstensif oleh penemunya dan/atau pihak-pihak lain

dengan tujuan untuk meningkatkan daya guna potensinya

(UU No. 18 tahun 2002);

3.

Pembelajaran

: suatu proses belajar

(pendidikan-pengajaran, pelatihan, pengkajian, dan praktik serta

evaluasi) yang membawa kepada pengembangan diri dan

perbaikan sikap, perilaku dan tindakan.

(15)

PEMBELAJARAN

BERAGAM INOVASI, KESALINGTERKAITAN & EFEKTIVITAS PENGUATAN

(16)

DARI ARGUMENT DIATAS, MAKA:

INOVASI

DAPAT

MENJADI

SUMBER

KEUNGGULAN KOMPETITIF/DAYA SAING (

Mc.Grath; Tsai; Venkataraman dan Mc. Millian, 1996

);

DALAM HAL INI, TERDAPAT 2 ALASAN;

PERTAMA: INOVASI YANG BERHASIL AKAN

MENINGKATKAN NILAI PASAR DARI BARANG

DAN JASA YANG DIHASILKAN INOVATOR

TERSEBUT;

KEDUA: BERDASARKAN

THEORY

RESOURCE-BASED VIEW (RBV)

, DENGAN KEMAMPUAN

INOVASI, PRODUK AKAN MENJADI LEBIH

SULIT DITIRU.

(17)

INTEGRASI URUSAN PEMERINTAHAN BERBASIS SISTEM

INOVASI UNTUK PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH

(KPE) BERDAYA SAING

URUSAN PEMERIN TAHAN UU No. 23/2014 psl 9 (1) dan 12 (3) Perencanaan Daerah Data Informasi Perencanaan Daerah Data Informasi Pengembangan Potensi Ekonomi Daerah (SDA,SDM dan SDB) UU 23/2014 psl 12(3) Inovasi IPTEK Inovasi IPTEK KPE PUD Attraktif Technolg & Socio institu. inovasi

Harga Mutu Networking Pemasaran Pasar UU No. 23/2014 Psl 391-395 UU No. 23/2014 Psl 391-395 OTDA UU No. 23/2014 Psl 386 - 389) UU No. 23/2014 Psl 386 - 389 Networkin g Pelaku Daya Saing UU no 18/2002 UU no 18/2002 Taste & Preference UU 23/2014 PEMDA, PSL 260-276

(18)

Undang-Undang No.18 Thn 2002 tentang S N P3 IPTEK Undang-Undang No. 23 Thn 2014 tentang PEMDA Keterpaduan

5 hal yang perlu dicermati

: 1. Globalisasi

2. Perkembangan IPTEK

3. Perkembangan Ekonomi Jaringan 4. Kecenderungan ke arah

Ekonomi Pengetahuan 5. Kecenderungan Tumpuan atas

Ke-khas-an faktor Lokal (Potensi Dan Produk

Unggulan)

Dokumen Perencanaan Bangda: 1. RPJP Daerah

2. RPJM Daerah 3. Renstra SKPD

4. RKP Daerah 5. Renja SKPD

Ke lima dokumen perencanaan Bangda tersebut saling terkait dan mendukung

MUSREN BANG

(19)

Integrasi dan Alur Sistem Inovasi Daerah dengan

Perencanaan Pembangunan Daerah

RPJP NASIONAL RPJP DAERAH RENSTRA K/L (IPTEK) RPJM NASIONAL RPJM DAERAH RENSTRA SKPD RENJA K/L (IPTEK) RKP RKA-K/L RAPBN RAPBD RKA SKPD RINCIAN APBN APBN APBD RINCIAN APBD UU. No. 18 Thn 2002 IPTEK PEMERIN TA H DAERAH PEMERIN TA H PU SAT RKP DAERAH RENJA SKPD UU. No. 3204 PEMDA Diserasikan melalui Musrenbang

Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Dijabarkan Dijabarkan Pedoman Memperhatikan Acuan Diacu Diacu Pedoman

(20)

SELANJUTNYA

DENGAN DEMIKIAN, INOVASI MERUPAKAN SALAH SATU

FAKTOR PELANCAR TERJADINYA PERUBAHAN SOSIAL YANG

MERUPAKAN INTI DARI PEMBANGUNAN MASYARAKAT;

PERUBAHAN ITU TERJADI SEBAGAI WUJUD PENERAPAN

INOVASI,

OLEH

KARENA

ITU,

SAATNYA

UNTUK

DISOSIALISASIKAN DENGAN CARA:

1.

ANGGOTA SISTEM SOSIAL YANG MENERIMA

INOVASI;

2.

AGEN PEMBAHARU YANG MEMBAWA

IDE/INOVASI;

3.

TOKOH MASYARAKAT YANG MENJADI SUMBER

KEPUTUSAN PENGADOPSIAN INOVASI;

4.

SALURAN ATAU SISTEM KOMUNIKASI YANG

(21)

1. Komitment politik melalui Peraturan Perundangan;

2. Komitment pendayagunaan penataan ekonomi daerah yang baik bagi

pengembangan ekonomi lokal yang berkesinambungan ;

3. Komitment meningkatkan kecerdasan masyarakat melalui

Pengembangan IPTEK untuk menjadi daerah yang berprestasi;

4. Komitment meningkatkan kerjasama baik nasional maupun regional

untuk difusi dan alih teknologi dengan upaya mengikut sertakan partisipasi masyarakat;

5. Komitmen meningkatkan SDM yang terdidik, kreatif dan trampil;

6. Komitment meningkatkan pemanfaatan potensi/produk unggulan dgn

memberikan nilai tambah bagi masyarakat yang berorientasi lingkungan hidup berkelanjutan;

7. Komitment meningkatkan kapasitas daerah untuk berdaya saing

(22)
(23)

23

Kapasitas Pemerintah dan Pemerintah Daerah perlu

untuk dikembangkan pemahamannya tentang esensi

dari hubungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang

efisien dan efektif melalui penelitian dan pengembangan

terkoordinatif;

Diperlukan adanya suatu pengembangan atau terobosan

baru dalam pola penyelenggaraan kebijakan

pelayanan

publik

untuk mengubah

mindset

dari pelaksana sektoral

maupun regional, menjadi kebijakan yang berlandaskan

pada hasil penelitian dan pengembangan

(

POLICY IS

BASED ON RESEARCH (KNOWLDEGE)

;

(24)

24

Penguatan kelembagaan litbang diperlukan

Pengembangan kapasitas Pemerintah Daerah

untuk dilakukan dengan 3 (tiga) konsentrasi

penting, yaitu:

1. Individu;

2. Lembaga;

3. Sistem.

(Diagram berikut)

Dengan demikian, kebersamaan dituntut mulai

dari

proses

formulasi

perencanaan,

pelaksanaan sampai pada pembinaan dan

pengawasan.

(25)

25

Tataran INDIVIDU Tataran KELEMBAGAAN Tataran SISTEM -Pengetahuan - Kemampuan - Kompetensi - Etos Kerja - Tata Cara - Sumberdaya - Pengambil Keputusan - Struktur Organisasi - Budaya Kerja - SIM - Kerangka Aturan - Kebijakan Pendukung KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH EFEKTIVITAS KOORDINASI TERCAPAI visi, Tujuan dan Sasaran tercapai Keterpaduan

(26)

Model Kapabilitas Organisasi

Lingkun gan/ strategi Sistem Kerja Proses manaje men Tim Kepemim pinan Sistem sumber daya manusia Prinsip dan nilai Kapabilitas / budaya

(27)
(28)
(29)
(30)

TAHAPAN PEMBANGUNAN DAYA SAING NASIONAL

(lanjutan) DAYA SAING BERBASIS FAKTOR INPUT DAYA SAING BERBASIS EFISIENSI DAYA SAING BERBASIS INOVASI Infrstruktur Kelembagaan Stabilitas makro Pendidikan dasar & kesehatan Pendidikan tinggi dan training Efisiensi pasar Efisiensi lembaga keuangan Ukuran pasar domestik Lembaga riset dan pengembangan Industri teknologi tinggi

Diadaptasi dari: The Global Competitiveness Report 2011-2012 (World Economic Forum)

Keunggulan Komparatif Keunggulan Kompetitif Keunggulan Kompetitif

(31)
(32)

Oleh karena itu, dalam rangka penguatan

SIDa ke depan, sangat dibutuhkan antara lain:

1.

Komitmen dan konsensus Pemda yang

dituangkan dalam bentuk regulasi di Daerah;

2.

Membangun interaksi antar para pelaku di

daerah;

3.

Memperkuat kapasitas Balitbangda/Terkait (level

Provinsi/Kab/Kota);

4.

Jangka pendek Membuat pilot project (level

kab/kota);

5.

Jangka menengah – panjang konsentrasi pada

peningkatan kompetensi daerah untuk daya

(33)

Peran yang dimainkan KEMENDAGRI dalam hal

ini adalah:

Policy Oriented Role

: yaitu peran analisis yang berorientasi

pada kebijakan manejemen tingkat atas yang bertujuan

untuk memperbaiki kebijakan atau kinerja organisasi

dimasa datang;

Policy Integrated Strategic Role

: yaitu peran analisis yang

diterpadukan dari berbagai strategi kepentingan organisasi

(K/L) dengan upaya mendapatkan dan bertujuan untuk

memperbaiki kebijakan dengan menggunakan Koordinasi

untuk tercipta sinergitas.

Policy Function Oriented Role

: yaitu peran yang

berorientasi penyediaan informasi untuk kepentingan tugas

dan fungsi yang diemban melalui analisis dan bimbingan

tehnis dalam memperbaiki efektivitas kebijakan yang akan

dilaksanakan.

(34)
(35)

DAYA SAING

Kemampuan daya tarik (attractiveness)

atau

kemampuan

membentuk

dan

menawarkan lingkungan paling produktif

dan kinerja unggul yang berkelanjutan

bagi dunia usaha (termasuk menarik

talenta,

investasi,

dan

faktor

(36)

PENINGKATAN PRODUKTIFITAS

MENUJU KEUNGGULAN KOMPETITIF

Ekonomi Berbasis SDA

Factor Driven Innovation Driven

Ekonomi Berbasis Inovasi

Investment Driven Ekonomi Berbasis

Industri

Peningkatan Kemampuan Ekonomi Warisan Ciptaan Keunggulan Negara Kompetitif Komparatif * Sumber Daya Alam * Capital and Technology * Innovation * Labor

Intensive * Skilled Labor Intensive

* Human Capital Intensive

Kekayaan Negara

(37)

TAHAPAN PEMBANGUNAN DAYA SAING NASIONAL

(lanjutan) DAYA SAING BERBASIS FAKTOR INPUT DAYA SAING BERBASIS EFISIENSI DAYA SAING BERBASIS INOVASI Infrstruktur Kelembagaan Stabilitas makro Pendidikan dasar & kesehatan Pendidikan tinggi dan training Efisiensi pasar Efisiensi lembaga keuangan Ukuran pasar domestik Lembaga riset dan pengembangan Industri teknologi tinggi

Diadaptasi dari: The Global Competitiveness Report 2011-2012 (World Economic Forum)

Keunggulan Komparatif Keunggulan Kompetitif Keunggulan Kompetitif UNTUK MENCAPAI GAMBAR INI, PERLU INTEGRASI BERBAGAI

DOKUMEN PENTING UNTUK DAYA SAING

(38)

DAYA SAING DAERAH ATAU DAYA

SAING NEGARA

Daya saing daerah atau daya saing negara

berdasarkan input untuk pembangunan ekonominya,

menurut Porter, dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:

(1) Factor driven, (2) efficiency driven dan (3)

innovation driven. Pada Slide Sebelumnya disajikan

tahapan

pembangunan

suatu

negara/daerah

berdasarkan keunggulan kompetitifnya.

Menurut Lengyel, berdasarkan hal penggolongan di

atas, daerah dibagi menjadi tiga, yaitu: (1) Neofordist

region (factor-driven phase), (2) knowledge transfer

region (investment-driven phase), dan (3) Knowledge

creation

region

(innovation-driven

phase).

Keunggulan sejati hanya pada knowledge creation

region, karena benar-benar mengandalkan inovasi.

Inovasi adalah pelaksanaan dari suatu kreativitas.

Pengembangan industri yang berbasis kreativitas

disebut sebagai industri kreatif.

(39)
(40)

PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH

Ada 3 faktor yang menjadi pemicu peningkatan daya saing

:

1. Penguatan Kelembagaan Pemda

- Reformasi Birokrasi ; menata lembaga, pns, - pelayanan publik ; kinerja, kemampuan, sarana

2. Meningkatkan infrastruktur Iptek

- Sarana dan prasarana; infrastruktur utama dan pendukung - SDM ; pendidikan masyarakat, budaya iptek

- Penggunaan teknologi; teknologi informasi, TTG

3. Penguatan sektor perekonomian lokal berbasis Iptek

- perdagangan, jasa, industri; fasilitasi usaha

- pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan; fasilitasi - pariwisata, budaya; peningkatan potensi, pengembangan

(41)

Siapa saja yang harus bertindak:

Bagaimana Peningkatan Daya Saing:

1. Kepala Daerah: bangun komitmen kebijakan,

bentuk kelembagaan, anggaran dan infrastruktur

2. SKPD: alokasikan sumberdaya untuk inovasi

3. Akademisi: transfer iptek, pendampingan,

kerjasama

4. PMasyarakat: partisipasi, kreasi, inisiatif

5. elaku usaha: investasi, fasilitasi, hubungan pasar

Selalu melakukan peningkatan penguasaan iptek,

melakukan monitoring dan evaluasi, kontrol publik,

penguatan komitmen para pemimpin daerah, jalin

kerjasama dengan daerah lain atau institusi yang terkait

(42)

KLHS UU 39/2009 RPJMD RPJMD RPJPN / D UU 25/2004, UU 32/2004, PP 8/2008 RPJMN/D RPJMD RPJMD RKPD RKPD APBD VISI MISI T R 26 / 2007

INTEGRASI 4 DOKUMENT PENTING

Inovasi dan Teknologi (Undang-Undang No.18 Thn 2002 tentang S N P3 IPTEK) stimu lant stimulant NEGARA KE SA TU A N diacu mengacu diacu mengacu 5 tahunan tahunan tahunan

(43)

UU 18/2002: SISNAS P3 IPTEK UU 17/2007: RPJPN/D 2005-2025 RPJMN 2015-2019 RPJMN 2020-2024 Jakstranas Iptek 2010-2014 Jakstranas Iptek 2015-2019 Jakstranas Iptek 2020-2024 Jakstranas Iptek 2005-2009 Jakstranas Iptek 2000-2004 RPJMN 2010-2014 RPJMN 2004-2009 Renstra K/L dan RPJMD

Rencana Kerja Pemerintah dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

KETERPADUAN IPTEK DENGAN RENCANA PEMBANGUNAN DAN DI DAERAH

(44)

KEBIJ DAN KEPT PERENC K/L/D/ DAN PENGANGG R Infrastructure K/L/D --- (DANA) SUMBERDAYA MANUSIA

PEMBINAAN UMUM DAN TEHNIS

Aktivitas Pendukung PENGKAJIAN DAN PENGEMBAN GAN TINDAK LANJUT HASIL Input Ouput Aktivitas Utama

Gambar Mekanisme Rantai Nilai (Value Chain).

VISI

RKP RKPD KOORDINASI KOORDINASI

(45)

Reposisi BALITBANG Kemendagri & Pemda

Dimensi Kini Akan Datang

Cakupan 1. Reaktif (sesuai permintaan dan kebutuhan komponen/daerah) 2. Memecahkan masalah secara

parsial

3. Statis (kurang kreatif dan inovatif)

4. Berpikir jangka pendek

1. Responsif (memahami tantangan yg dihadapi & menjawab secara komprehensif)

2. Mencari dan memecahkan akar masalah (komprehensif)

3. Transformatif dari waktu ke waktu 4. Berpikir jangka panjang (mampu

menuliskan resep pemerintahan dalam negeri masa depan); (VISI/ARAH)

5. Kreativitas dan inovatif

Kedalaman Menjawab operasionalisasi Kementerian Dalam Negeri saja

Mencari pondasi unsur-unsur pemerintahan dalam negeri yang keindonesiaan

Hubungan Sistem dan Subsistem

Litbang sbg sebuah sistem an sich Litbang sbg sebuah sistem dan menjadi bagian dari sistem lain yg lbh besar

Budaya Organisasi Status quo Pro perubahan

Perspektif 1. Melihat ke dalam (inward looking) 2. Sulit berkembang

3. Internal kelembagaan

1. Melihat ke luar (outward looking) 2. Elit dan membanggakan

3. Eksternal kelembagaan dan globalisasi

(46)
(47)

Penandatanganan

Peraturan

Bersama

Menristek

dan

Mendagri No. 3 Tahun

2012 dan No. 36 Tahun

2012

tentang

Penguatan

Sistem

Inovasi Daerah (SIDa)

tanggal 25 April 2012

pada

hari

puncak

peringatan

HARI

OTONOMI

(48)

ROADMAP PENGUATAN SIDa

1.

KONDISI SIDa SAAT INI;

2.

TANTANGAN DAN PELUANG SIDa;

3.

KONDISI SIDa YANG AKAN DICAPAI;

4.

ARAH DAN KEBIJAKAN SERTA STRATEGI

PENGUATAN SIDa;

5.

FOKUS DAN PROGRAM PRIORITAS SIDa;

6.

RENCANA AKSI PENGUATAN SIDa.

(49)

Innovation roadmap

Innovation is a journey and there can be many routes taken to achieve the success that you are looking for. We have produced the innovation roadmap to illustrate our seven point process for successful innovation.

(50)

Badan Penelitian dan Pengembangan

Kementerian Dalam Negeri

Penataan Unsur SIDa

2

Pengembangan SIDa

3

SIDa adalah keseluruhan proses dalam satu sistem untuk menumbuhkembangkan inovasi yang dilakukan antarinstitusi pemerintah, pemda, lembaga kelitbangan, lembaga pendidikan,

lembaga penunjang inovasi, dunia usaha, dan masyarakat di daerah

PERATURAN BERSAMA MENRISTEK DAN MENDAGRI NO. 03 TAHUN 2012 & 36 TAHUN

2012

RUANG LINGKUP Penguatan SIDa

Sinergi Kebijakan penguatan SIDa

(51)

Badan Penelitian dan Pengembangan

Kementerian Dalam Negeri

PERATURAN BERSAMA MENRISTEK DAN MENDAGRI NO. 03 TAHUN 2012 & 36 TAHUN 2012

BAB II. KEBIJAKAN PENGUATAN SIDa

Pasal 3 Ayat (1) Pasal 5 Ayat (1)

Pasal 3 Ayat (1) & (2) Pasal 5 Ayat (2)

Menteri Negara Riset dan Teknologi bersama Menteri Dalam Negeri menetapkan kebijakan nasional penguatan SIDa.

Kebijakan penguatan SIDa tercantum dalam rencana strategis lima tahunan kementerian.

(1) Gubernur menetapkan

kebijakan penguatan SIDa di provinsi dan kabupaten/kota di wilayahnya.

(2) Bupati/Walikota

menetapkan kebijakan penguatan SIDa di

kabupaten/kota.

Kebijakan penguatan SIDa tercantum dalam:

• Roadmap penguatan SIDa; • RPJMD; dan

(52)

Badan Penelitian dan Pengembangan

Kementerian Dalam Negeri

PERATURAN BERSAMA MENRISTEK DAN MENDAGRI NO. 03 TAHUN 2012 & 36 TAHUN 2012

Pasal 7 Ayat (2) & (3)

Pasal 8 Ayat (2) & (3)

Dalam hal peraturan daerah tentang RPJMD sudah

ditetapkan, pemerintahan daerah provinsi dan

kabupaten/kota melakukan perubahan peraturan daerah yang mengatur tentang RPJMD.

Perubahan peraturan daerah harus mengintegrasikan

Roadmap penguatan SIDa.

Dalam hal peraturan kepala daerah tentang RKPD sudah ditetapkan, kepala daerah

melakukan perubahan peraturan kepala daerah yang mengatur tentang RKPD.

Perubahan peraturan harus

mengintegrasikan rencana aksi penguatan SIDa

(53)

Badan Penelitian dan Pengembangan

Kementerian Dalam Negeri

No Kemenristek Kemendagri Gubernur Walikota/Bupati

1. Menetapkan kebijakan

teknis penguatan SIDa

(road map, grand

design, dan action plan)

berskala nasional

Menetapkan kebijakan

umum penguatan SIDa

(road map, grand

design, dan action plan)

berskala nasional

Merumuskan kebijakan inovasi (road map, grand

design, dan action plan)

berskala provinsi

Merumuskan kebijakan inovasi (road map, grand

design, dan action plan)

berskala kab/kota 2. Menyusun program dan

kegiatan penguatan SIDa secara nasional

Menyusun program dan kegiatan pendampingan penguatan SIDa secara nasional

Menyusun program dan kegiatan penguatan SIDa dlm RPJMD dan RKPD

Menyusun program dan kegiatan penguatan SIDa dlm RPJMD dan RKPD 3. Memfasilitasi

pendampingan teknis pengembangan iptek

Memfasilitasi pemda dalam pelaksanaan SIDa

Melaksanakan litbang, pengkajian, penerapan, perekayasaan, dan

pengoperasian dlm rangka penguatan SIDa provinsi

Melaksanakan litbang, pengkajian, penerapan, perekayasaan, dan pengoperasian dlm rangka penguatan SIDa kab/kota 4. Melakukan peningkatan kapasitas kelembagaan, ketatalaksanaan, SDM, dan SD lainnya Melakukan pembinaan kelembagaan, ketatalaksanaan, SDM, dan SD lainnya

Melakukan kerja sama dgn pemda lainnya;

menyiapkan SDM, dan anggaran

Melakukan kerja sama dgn pemda kab/kota lainnya 5. Memberikan dukungan anggaran Memberikan dukungan anggaran Membina dan memfasilitasi pemda kab/kota dlm penguatan SIDa Menyiapkan SDM, anggaran, sarana dan prasarana lainnya 6. Monitoring dan evaluasi

program dan kegiatan penguatan SIDa

Monitoring, supervisi, dan evaluasi program dan kegiatan

pendampingan penguatan SIDa

Monitoring, supervisi, dan evaluasi program dan kegiatan SIDa di provinsi

Monitoring, supervisi, dan evaluasi program dan kegiatan SIDa di kab/kota

Tugas dan Tanggung Jawab Bersama dalam SIDa

(54)

Badan Penelitian dan Pengembangan

Kementerian Dalam Negeri

BAB III. PENATAAN UNSUR SIDa

PERATURAN BERSAMA MENRISTEK DAN

MENDAGRI NO. 03 TAHUN 2012 & 36 TAHUN 2012

Penataan Kelembagaan SIDa

Lembaga/organisasi Peraturan Norma/etika/budaya Kelembagaa n SIDa terdiri : Pasal 14 a. institusi pemerintah, b. pemerintahan daerah, c. lembaga kelitbangan, d. lembaga pendidikan, e. lembaga penunjang inovasi, f. dunia usaha, dan g. ormas di daerah. P asal 1 5 A yat (1) Penataan terhadap pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf b, dilakukan

dengan cara:

Pasal 16 Ayat (2)

a. membentuk BPPD; dan

b. meningkatkan kapasitas dan peran BPPD sebagai koordinator dalam penguatan SIDa;

(55)

Badan Penelitian dan Pengembangan

Kementerian Dalam Negeri

BAB V. TIM KOORDINASI

PERATURAN BERSAMA MENRISTEK DAN MENDAGRI NO. 03 TAHUN 2012 & 36 TAHUN 2012

Pengarah : 1.Menteri Negara Riset dan Teknologi 2.Menteri Dalam Negeri

Ketua I : Deputi Bidang Jaringan Iptek Kemenristek Ketua II : Kepala BPP Kemendagri

Sekretaris I : Asisten Deputi Jaringan Iptek Pusat dan Daerah Kemenristek Sekretaris II : Sekretaris BPP Kemendagri

Anggota : Pejabat Struktural/Fungsional di lingkungan Kemenristek dan Kemendagri.

Pengarah : Kepala Daerah Ketua : Sekretaris Daerah Sekretaris : Kepala BPPD

Anggota : 1.Kepala Dinas/Badan/Kantor yang terkait 2.Lembaga/Organisasi lainnya yang terkait

Pasal 31 Tim Koordinasi Nasional terdiri dari:

Tim Koordinasi Nasional ditetapkan dengan Keputusan Menteri Riset dan Teknologi.

Pasal 34 Tim Koordinasi Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota terdiri dari:

(56)

Implikasi kebijakan (PerBer) penguatan SIDa di

masing-masing daerah berbeda berdasarkan lima kelompok

tindakan, sebaga berikut:

1.

Komitment: Daerah telah melengkapi semua dokumen kebijakan

penguatan SIDa sesuai arahan dan amanat Peraturan Bersama

Menteri Riset dan Teknologi dengan Menteri Dalam Negeri.

2.

Pemetaan

terhadap

potensi

dan

kebutuhan:

Daerah

memetakan potensi dan kebutuhan terhadap penguatan SIDa

baik sumber daya, aktor, dan produk hukum kebijakan penguatan

SIDa;

3.

Karakteristik

“Khas” Daerah: masing-masing daerah telah

memasukkan produk-produk unggulan daerah sebagai kondisi

SIDa yang ada, (Berdasarkan Keputusan Menteri dalam Negeri Nomor

050.05/30 Bangda tanggal 7 Januari 1999 produk unggulan suatu daerah);

4.

Penyusunan

Strategi:

dokumen

SIDa

dapat

dijadikan

peningkatan kapasitas kelembagaan kelitbangan sebagai prioritas

dalam dokumen penguatan SIDa; dan

5.

Keberlanjutan: dokumen penguatan SIDa dapat memasukkan

mekanisme

proses

pembinaan

dan

pengawasan

atas

keberlanjutan SIDa, integrasi inovasi daerah dengan kebijakan

RPJMD dapat dipadukan sebagai rencana penguatan SiDa.

(57)
(58)

PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PEMDA

UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 217

B

E

C

D

A

Koordinasi Pemerintahan antarsusunan Pemerintahan

Pemberian Pedoman dan Standar Pelaksanaan Urusan Pemerintahan

Bimbingan, Supervisi, dan Konsultasi Pelaksanaan Urusan Pemerintahan Perencanaan, Litbang, Pemantauan, dan Evaluasi Pelaksanaan Urusan Pemerintahan Pendidikan dan Pelatihan

Badan Penelitian dan Pengembangan

Kementerian Dalam Negeri

ARAH KEBIJAKAN KELITBANGAN KEMDAGRI DAN PEMDA

(59)

PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PEMDA

Badan Penelitian dan Pengembangan

Kementerian Dalam Negeri

ARAH KEBIJAKAN KELITBANGAN KEMDAGRI DAN PEMDA

PP No 79/2005 Pasal 2 Ayat 1

Koordinasi Pemerintahan antarsusunan Pemerintahan

Pemberian Pedoman dan Standar Pelaksanaan Urusan Pemerintahan

Bimbingan, Supervisi, dan Konsultasi Pelaksanaan Urusan Pemerintahan

Pendidikan dan Pelatihan

Perencanaan, Litbang, Pemantauan, dan Evaluasi Pelaksanaan Urusan Pemerintahan

(60)

SURAT EDARAN MENDAGRI NOMOR 070/38/SJ TERTANGGAL 5 JANUARI 2011 PERIHAL OPTIMALISASI PERAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BIDANG PDN DI LINGKUNGAN KEMENDAGRI DAN

PEMDA

•MENGOPTIMALKAN DAN MENINGKATKAN KAPASITAS SKPD YANG MELAKUKAN FUNGSI LITBANG (SDM, PEMBIAYAAN, SARANA/PRASARANA DAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN)

•MEMBERDAYAKAN DAN MENINGKATKAN PERAN SKPD FUNGSI LITBANG; (DAPUR KEBIJAKAN ATAU THIINK TANK)

PENGUATAN KELEMBAGAAN

• PEMETAAN KEBUTUHAN PERUMUSAN KEBIJAKAN TEKNIS PADA SETIAP ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (OPD);

• MENFOKUSKAN KEGIATAN LITBANG DI BIDANG PEMERINTAHAN DALAM NEGERI DAN PEMDA;

• MERUMUSKAN SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN LITBANG SATU PINTU;

• MEMANFAATKAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN YANG DIKELOLA UNIT KERJA LITBANG DAN DAERAH DAN DILUAR PEMDA.

PERBAIKAN SUBSTANSI (PENYEMPURNAAN SISTEM DAN PROSEDUR)

• MENJAMIN KETERSEDIAAN TENAGA FUNGSIONAL PENELITI SECARA KUALITAS DAN KUANTITAS;

• MENETAPKAN DAN MENERAPKAN STANDARD PROFESIONALISME LITBANG; • MENJAMIN KETERSEDIAAN PEMBIAYAAN KEGAITAN LITBANG;

• MENINGKATKAN SARANA DAN PRASARANA;

• MEMAKSIMALKAN SARANA PENUJANG SEPERTI ONLINE SYSTEM TECHNOLOGI; • MELAKUKAN ANALISIS KEBUTUHAN LITBANG/ MENYUSUN GRAND DESINGN DAN

ROADMAP LITBANG.

PENINGKATAN KUALITAS SUMBERDAYA LITBANG

(61)

Badan Penelitian dan Pengembangan

Kementerian Dalam Negeri

KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB

BPP KEMENDAGRI BPP PROVINSI BPP KAB/KOTA

Kelitbangan Pemerintahan Dalam Negeri di Lingkungan Kemendagri

Merupakan Kewenangan dan Tanggungjawab BPP Kemendagri

Kelitbangan Pemerintahan Daerah Provinsi merupakan kewenangan dan

tanggung jawab BPP Provinsi atau Sebutan Lainnya atau Lembaga yang menyelenggarakan fungsi Kelitbangan

Kelitbangan Pemerintahan Daerah Kab/Kota merupakan kewenangan dan tanggung jawab

BPP Kab/Kota atau sebutan lainnya atau Lembaga yang

menyelenggarakan fungsi Kelitbangan

a. Pemerintahan Umum b. Desentralisasi & Otda

c. Adm. dan Manajemen Pemda serta desa

d. Kesbangpol

e. Penataan Daerah & Wilayah f. Kependudukan & Catatan Sipil g. Pemdes & Pemmas

h. Pengelolaan Pembangunan Daerah

i. Pengelolaan Keuangan Daerah j. Diklat Sumberdaya Manusia

Aparatur

k. Kebijakan Penyelenggaraan Pemdagri

l. Koordinasi Sektoral di daerah m. Binwas

n. Bidang Pemerintahan DN Lainnya

a. Pemerintahan Umum b. Otonomi Provinsi

c. Adm. dan Manajemen Pemprov d. Kesbangpol Lokal

e. Penataan Wilayah

f. Kependudukan & Catatan Sipil g. Pemdes & Pemmas

h. Pengelolaan Pembangunan Daerah i. Pengelolaan Keuangan Daerah

j. Diklat Sumberdaya Manusia Aparatur k. Kebijakan Penyelenggaraan Pemprov l. Koordinasi Sektoral di daerah

m. Binwas

n. Bidang Pemerintahan DN Lainnya

a. Pemerintahan Umum b. Otonomi Kab/Kota c. Adm. dan Manajemen

Pemerintah Kab/Kota d. Kesbangpol Lokal e. Penataan Wilayah

f. Kependudukan & Catatan Sipil g. Pemdes & Pemmas

h. Pengelolaan Pembangunan Daerah

i. Pengelolaan Keuangan Daerah j. Diklat Sumberdaya Manusia

Aparatur

k. Kebijakan Penyelenggaraan Pemkab/Kota

l. Koordinasi Sektoral di daerah m. Binwas

n. Bidang Pemerintahan DN Lainnya

BAB III Pasal 4 s/d 6

(62)

Badan Penelitian dan Pengembangan

Kementerian Dalam Negeri

TUGAS

a. Menyusun Kebijakan Teknis, rencana, & program kelitbangan di lingkungan Kemendagri & Pemda b. Melaksanakan Kelitbangan di Lingkungan Kemendagri c. Mengkoordinasikan Kelitbangan di lingkungan Kemendagri, Prov, dan Kab/Kota

d. Membina BPP Prov dan BPP Kab/Kota

e. Memberikan Fasiltasi BPP Prov dan BPP Kab/Kota f. Memberikan rekomendasi

regulasi dan kebijakan kpd Mendagri dan unit Es. I di lingkungan

Kemendagri

a. Menyusun Kebijakan Teknis, rencana, & program kelitbangan di lingkungan Pemprov & Pemkab/Kota b. Melaksanakan Kelitbangan di Lingkungan Provinsi c. Mengkoordinasikan Kelitbangan di lingkungan Prov, dan Kab/Kota

d. Membina BPP Kab/Kota e. Memberikan Fasiltasi BPP

Kab/Kota

f. Memberikan rekomendasi regulasi dan kebijakan kpd Gubernur dan SKPD di lingkungan Provinsi

a. Menyusun Kebijakan Teknis, rencana, & program kelitbangan di lingkungan Pemkab /Kota b. Melaksanakan & Mengkoordinasikan Kelitbangan di Kab/Kota c. Memberikan rekomendasi regulasi dan kebijakan kpd Bupati/Walikota dan SKPD di lingkungan Provinsi

BAB IV

Pasal 7

PERMENDAGRI NO. 20 TAHUN 2011

(63)

MAJELIS PERTIMBANGAN 1.Bupati/Walikota

2.Pjbt. Struktural Es. II & Es III

3.Tenaga Ahli/Pakar/Profesi bidang-bidang lainnya

TIM PENGENDALI MUTU

1. Kepala BPP Kab/Kota atau sebutan lainnya atau lembaga yg menyelenggarakan fungsi kelitbangan

2. Pejabat Struktural di Ling. BPP Kab/Kota atau sebutan lainnya atau lembaga yg menyelenggarakan fungsi kelitbangan 3. Tenaga Ahli/Pakar/Profesi bidang-bidang

lainnya TIM FASILITASI

1. Sekretaris BPP Kab/Kota atau sebutan lainnya atau lembaga yg menyelenggarakan fungsi kelitbangan

2. Kabag Litbang di Ling. BPP Kab/Kota atau sebutan lainnya atau lembaga yg

menyelenggarakan fungsi kelitbangan 3. Pejabat Struktural Es. IV di Ling. BPP

Kab/Kota atau sebutan lainnya atau lembaga yg mnylnggrkan fungsi kelitbangan

4. Tenaga Ahli/Pakar/Profesi bidang-bidang lainnya

TIM PELAKSANA

1.Pejabat Fungsional Peneliti/Prkyasa 2.Pejabat Struktural

3.Tenaga Ahli/Pakar/Profesi bidang-bidang lainnya

Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri

PENGORGANISASIAN

BAB V

Pasal 8 s/d 22

PERMENDAGRI NO. 20 TAHUN 2011

BALITBANG KEMENDAGRI

MAJELIS PERTIMBANGAN 1. Menteri Dalam Negeri 2. Pejabat Struktural Es. I 3. Tenaga Ahli/Pakar/Profesi

bidang-bidang lainnya TIM PENGENDALI MUTU 1. Kepala BPP Kemendagri 2. Pejabat Struktural Es. II di

Ling. BPP Kemendagri 3. Tenaga Ahli/Pakar/Profesi bidang-bidang lainnya TIM FASILITASI 1. Sekretaris BPP Kemendagri

2. Kepala Pusat Litbang 3. Pejabat Struktural Es. III

dan Es. IV 4. Tenaga Ahli/Pakar/Profesi bidang-bidang lainnya TIM PELAKSANA 1. Pejabat Fungsional Peneliti/Perekayasa 2. Pejabat Struktural 3. Tenaga Ahli/Pakar/Profesi bidang-bidang lainnya MAJELIS PERTIMBANGAN 1. Gubernur

2. Pjbt. Struktural Es. I & Es II

3. Tenaga Ahli/Pakar/Profesi bidang-bidang lainnya

TIM PENGENDALI MUTU

1. Kepala atau sebutan lainnya

2. Pejabat Struktural di Ling. BPP Prov. atau lembaga sebutan lainnya yg menyelenggarakan fungsi kelitbangan 3. Tenaga Ahli/Pakar/Profesi bidang-bidang

lainnya TIM FASILITASI

1. Sekretaris BPP Prov. atau sebutan lainnya yg mnylnggrkan fungsi kelitbangan

2. Kabag Litbang di Ling. BPP Prov. atau lembaga sebutan lainnya yg

mnylnggrkan fungsi kelitbangan 3. Pejabat Struktural Es. IV di Ling. BPP

Prov. atau lembaga sebutan lainnya yg mnylnggrkan fungsi kelitbangan

4. Tenaga Ahli/Pakar/Profesi bidang-bidang lainnya

TIM PELAKSANA

1. Pejabat Fungsional Peneliti/Prkyasa 2. Pejabat Struktural

3. Tenaga Ahli/Pakar/Profesi bidang-bidang lainnya

BALITBANG PROVINSI

BALITBANG KAB/KOTA

(64)

Badan Penelitian dan Pengembangan

Kementerian Dalam Negeri

Kegiatan Kelitbangan Model

Satu Pintu

Kegiatan kelitbangan dari luar harus melibatkan BALITBANG/DA

BALITBANG mengoordinasikan progran kelitbangan di lingkungan pemda masing-masing

SKPD msh bisa melaksanakan kegiatan kelitbangan yg bersifat khusus dgn melibatkan lembaga litbang Kegiatan kelitbangan harus melibatkan lembaga

yg mempunyai tupoksi substansi tertentu

Kegiatan kelitbangan hanya di BALITBANG atau lembaga yg mempunyai tupoksi kelitbangan

(65)

KESIMPULAN

1.

BAHWA SISTEM INOVASI DAERAH AKAN LEBIH

SUSTAIN

DAN

BERKEMBANG

BILAMANA

TEKNOLOGI DAN SOCIO INSTITUTIONAL DALAM

MASYARAKAT DAPAT SECARA TERINTEGRASI,

ARTINYA MASYARAKAT IKUT SERTA SEBAGAI

PELAKU DALAM PROSES SIDa DIMAKSUD;

2.

BAHWA

PENGUATAN

BALITBANGDA

DAPAT

LEBIH EFEKTIF BILAMANA PEMERINTAH PUSAT

DAN DAERAH DALAM MELAKSANAKAN LITBANG

DI LAPANGAN LEBIH KOORDINATIF UNTUK

LANGKAH

“POLICY

IS

BASED

ON

(66)

PERLU INTERVENSI & FASILITASI YG KUAT DARI

PENYELENGGARA PEMERINTAHAN, BAIK PUSAT MAUPUN DAERAH, MELALUI UPAYA2 :

MENDUDUKKAN TUPOKSI PENYELENGGARAAN LITBANG SECARA TEGAS KPD BADAN LITBANG.

ALOKASI ANGGARAN SECARA MEMADAI BAGI PENYELENGGARAAN KEGIATAN KELITBANGAN. FASILITASI KEBIJAKAN PEMERINTAH UTK

EFISIENSI PROSES DLM RGK KEMUDAHAN PENYEDIAAN JABFUNGLIT.

PENGEMBANGAN POLA2 JARLIT SECARA TERPADU (LINTAS SEKTOR)

SARAN TINDAK LANJUT SIDa UNTUK

PENINGKATAN DAYA SAING :

(67)

TERIMA KASIH DAN MOHON

MAAF

Badan LitBang Kemendagri

Gambar

Gambar Mekanisme Rantai Nilai (Value Chain).

Referensi

Dokumen terkait

Maka semu itu memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang harus dididik dan dilatih sehingga mampu melahirkan manusia-manusia yang bermutu dan tangguh. 69 Dengan

Pastikan masyarakat juga mau secara aktif dan partisipatif mengkomunikasikan masalah apa yang terjadi dalam lingkungannya terkait dengan kesehatan sehingga koordinasi

[r]

Retina terdiri dari lima lapisan dari tipe-tipe neuron yang berbeda yaitu: • Receptors  1. 

(2) Walikota menginventarisir laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan digabungkan dengan laporan pelaksanaan kebijakan inovasi daerah dan penguatan SIDa Kota

Peningkatan Daya Saing dan Kohesi Sosial • Innovation-driven Economy • MP3EI PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI TEKNO-INDUSTRI (berbasis KLASTER) PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH..

Pengisian nilai siswa semester ganjil pada buku Induk. Rapat

Berdasarkan perhitungan Somatotip pada pemain sepakbola SSB Mitra Bangkalan keseluruhan dari pemain dapat jelaskan bahwa pada komponen Endomorphy berjumlah sebesar