• Tidak ada hasil yang ditemukan

, Kota Bandung Dalam Angka Tahuhn , Biro Pusat Statistik Kota Bandung , Kabupaten Bandung Dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan ", Kota Bandung Dalam Angka Tahuhn , Biro Pusat Statistik Kota Bandung , Kabupaten Bandung Dalam"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

196

DAFTAR PUSTAKA

1. Asdak, Chay, 2004, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

2. Fetter, C.W., 1991, Applied Hydrology, Second Edition, Merrill Publishing Company, Ohio.

3. Hugo, Graeme.J.,1978. Population Mobility in West Java. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

4. Joyce Martha, W. dan Wanny Adidarma, 1982, Mengenal Dasar-dasar Hidrologi, Nova, Bandung.

5. Linsley Jr, Ray K, 1982, Hydrology for Engineer, McGraw-Hill Inc, Boston 6. Linsley, Ray K. &Joseph Franzizi, terjemahan Joko Sasongko. 1985. Teknik

Sumber Daya Air. Jilid I. Erlangga.

7. Meadows, Dennis, 2004, Limits to Growth :The 30-Year Update, Chelsea Green Publishing Company, Vermont.

8. Saeed, Khalid, 1994, Development Planning and Policy Design, Avebury, Sydney

9. Soemarto, CD. 1993. Hidrologi Teknik. Edisi Ke – 2. Erlangga. Jakarta 10. Sosrodarsono, Suyono, Kensaku Takeda. 1987. Hidrologi untuk Pengairan.

Pradnya Paramita. Jakarta

11. Sri Harto, Br., 1993, Analisis Hidrologi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

12. Sterman, John D., 1984, Appropriate Summary Statistics for Evaluating The Historical of System Dynamics Models.

13. Sterman, John D., 2000, Business Dynamics : System Thingking and Modeling for a Complex World, Irwin McGraw-Hill, Boston.

14. Sumardjo, 2003, Laporan Feasibility Study Pembangunan Septic Tank Komunal di Cikapundung, BPLHD Kota Bandung.

15. Tasrif, Muhammad, 2005, Analisis Kebijakan Menggunakan Model System Dynamics 1 dan 2, Modul kuliah/Kursus, Program Magister Studi Pembangunan ITB, Bandung.

16. User’s Guide and Reference, 1994, Powersim, The Complete Software Tool for Dynamics Simulation, Model Data.

17. Weeks, John R., 1994, Population : An Introduction to Concept and Issue, ITP, USA.

18. Wilson, E.M, 1969, Engineering Hydrology,The Macmillan Press Ltd, Londo Nelson. 2005. Analisa Statistik Komponen Utama Hidrologi dan Pengelolaan Aktual Waduk Multiguna Kasus DAS Ciliwung – Bopuncur. Tugas Akhir Program Studi, Teknik Lingkungan ITB. Bandung.

(2)

197 19. ---, Kota Bandung Dalam Angka Tahuhn 1990 - 2007, Biro Pusat

Statistik Kota Bandung.

20. ---, Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 1990 - 2007, Biro Pusat Statistik Kabupaten Bandung

21. Avianto, Teten W. (2006), Analisis Kebijakan Menggunakan Model System Dynamics, Modul kuliah/Kursus, Magister Studi Pembangunan ITB, Bandung.

22. Anonim, 1989, PDRB Kab/Kodya di Jabar Th 1983-1987, Kantor Statistik Prop Jabar BPS, Bandung.

23. Anonim, 2001-2006, Survei Sosial Ekonomi Daerah (SUSEDA), BPS, Bandung

24. Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Prop. Jawa Barat, 2003, Model Sebagai Alat Bantu Dalam Mengelola Lahan Dalam Kaitannya Dengan Pengelolaan Debit Air Sungai di Propinsi Jawa Barat, Laporan Pendahuluan, BPLHD dan LIPI-Pusat Penelitian Geoteknologi.

25. Departemen Kimpraswil, 2003, Model Dinamika Perkotaan, Studi on New Improved Technique for Spatial Planning in Metropolitan Areas.

26. Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Jawa Barat, 2004, Laporan Analisis Land Cover Kawasan DAS Citarum Hulu, Bandung.

27. Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Jawa Barat, 2004, Evaluasi Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara, Bandung.

28. Paramastuti, Niken & Sabar, Arwin, 2008, Penurunan Rezim Aliran Sungai Cikapundung Dan Keandalannya Untuk Air Baku Spam Kota Bandung, Teknik Lingkungan, ITB, Bandung.

29. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bandung, 2002 Program Kali Bersih, Laporan Pelaksanaan tahun 1997 – 2002,.

30. Sutrisno, 2008, Analisis Implementasi Kebijakan Konservasi Pengelolaan Air Tanah Dalam Di Cekungan Bandung, Master Thesis, Program Studi Pembangunan ITB, Bandung

31. Taufik, 2008, Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Pengaruhnya Terhadap Ketersediaan Air dengan Pemodelan System Dynamics, Master Thesis, Program Studi Pembangunan ITB, Bandung

(3)

198

LAMPIRAN A

DIAGRAM ALIR SYSTEM DYNAMICS DENGAN MENGGUNAKAN POWERSIM

Secara umum, simbol-simbol struktur yang dipakai dalam pembuatan model dengan system dinamics sebagai berikut :

Source Sink Level Rate_masuk Rate_keluar Konstanta_1 Konstanta_2 Auxiliary 1. Level

Level merupakan hasil akumulasi dari aliran-aliran di dalam diagram alir dan menyatakan kondisi sistem setiap saat. Dalam konsep sistem, level dikenal sebagai state variabel. Nilai atau besarnya level dipengaruhi nilai awalnya dan nilai rate. Dalam diagram alir level dilukiskan dengan simbol empat persegi panjang.

2. Rate

Rate merupakan suatu aliran yang menyebabkan bertambah atau berkurangnya suatu level. Oleh karena itu rate terdiri dari dua jenis, yaitu rate masuk dan rate keluar. Rate masuk akan menambah akumulasi di dalam suatu level dan dilambangkan dengan simbol katup dan panah menuju level. Sedangkan rate keluar ditunjukan dengan katup yang dihubungkan dengan panah yang menuju sink.

(4)

199

3. Source dan Sink

Simbol awan (cloud) menunjukan source dan sink untuk suatu material yang mengalir ke dalam atau ke luar suatu level.

4. Information Link

aliran informasi dalam powersim dilambangkan dengan tanda panah yang tegas. Aliran ini merupakan penghubung antar sejumlah variabel di dalam suatu sistem. Jika suatu aliran informasi keluar dari level, ia tidak akan mengurangi akumulasi yang terdapat di dalam level tersebut.

5. Inisialisasi

Tanda panah yang terputus-putus menunjukkan inisialisasi atau penentuan nilai awal. Inisialisasi ini hanya berlaku pada awal tahun simulasi.

6. Variabel Auxiliary

Variabel auxiliary adalah suatu penambahan informasi yang dibutuhkan dalam merumuskan persamaan atau variabel rate. Atau dapat pula dikatakan bahwa variabel auxiliary adalah suatu variabel yang membantu untuk memformulasikan variabel rate. Variabel auxiliary digambarkan dengan suatu lingkaran penuh.

7. Parameter (Konstanta)

Konstanta adalah suatu besaran yang nilainya tetap selama proses simulasi. Konstanta dalam powersim digambarkan dengan simbol persegi belah ketupat.

8. Delay

Proses delay dalam powersim akan tergambar pada simbol berikut :

Delay Input_Delay

(5)

200 Dalam menggambarkan delay dibutuhkan penghubung panah bergaris yang menunjukan delay dan panah sebagai aliran informasi, jika nilai awal delay sama dengan variabel input. Jika nilai awalnya ditetapkan terlepas dari variabel input maka hanya dibutuhkan satu panah delay sebagai penghubung. Simbol ini akan muncul bukan hanya untuk mencari delay tetapi juga untuk instruksi tertentu seperti : mencari rata-rata (SMOOTH dalam bahasa dynamo) dan mencari trend.

9. Fungsi Step

Simbol ini menunjukkan bahwa dalam variabel tersebut terdapat instruksi yang menyangkut pilihan/logical function.

Waktu_Step

V_Step

Tinggi_Step

10. Fungsi Graph

Simbol ini menunjukkan bahwa dalam variabel tersebut terdapat fungsi Graph.

Graph_

11. Simbol Lainnya

Gambar-gambar di bawah ini menunjukkan bahwa variabel yang ada telah digunakan di tempat lain.

(6)

201

LAMPIRAN B

PERSAMAAN DIAGRAM ALIR MODEL

init Hutan = Init_L_Hutan

flow Hutan = -dt*Laju_Tebangan_Hutan_Kebun +dt*Rebosasi_dr_Ladang_dan_Sawah +dt*Reboisasi_dari_Perkebunan -dt*Laju_Tebangan_Hutan_Ladang

doc Hutan = Luas Lahan Hutan di DAS (Cikapundung Hulu) init Kapital_Industri = Kap_Industri_Int

flow Kapital_Industri = -dt*Depresiasi_Indstr +dt*Investasi_Idstr

init Kapital_JP = Kap_JP_Int flow Kapital_JP = +dt*Investasi_JP -dt*Depresiasi_JP

init Ladang_dan_Sawah = Init_L_Ladang_d_Sawah

flow Ladang_dan_Sawah = -dt*Konv_Ladang_dan_Sawah_ke_Perkebunan -dt*Konv_Ladang_ke_Permukiman

-dt*Rebosasi_dr_Ladang_dan_Sawah +dt*Laju_Tebangan_Hutan_Ladang

doc Ladang_dan_Sawah = Luas Lahan Ladang dan Sawah di DAS (Cikapundung Hulu)

init Penduduk_DAS = 0.204172

flow Penduduk_DAS = +dt*Net_Growth_Pend_DAS init Perkebunan = Init_L_Perkebunan

flow Perkebunan = +dt*Konv_Ladang_dan_Sawah_ke_Perkebunan +dt*Laju_Tebangan_Hutan_Kebun

-dt*Reboisasi_dari_Perkebunan init Permukiman = Init_L_Permukiman

flow Permukiman = +dt*Konv_Ladang_ke_Permukiman

doc Permukiman = Luas Lahan Permukiman di DAS (Cikapundung Hulu) init Populasi_Pend_CB = 4.927778

flow Populasi_Pend_CB = -dt*Laju_Depopulasi +dt*Laju_Pertambahan_Penduduk

doc Populasi_Pend_CB = Jumlah penduduk yang tinggal di Cekungan Bandung.

init Soil_Moisture_Storage = Init_SMC

flow Soil_Moisture_Storage = -dt*Evapotranspirasi_Aktual +dt*Laju_Pertambahan_SMS

aux Depresiasi_Indstr = Kapital_Industri/Umur_Depresiasi_Indstr_Normal aux Depresiasi_JP = Kapital_JP/Umur_Depresiasi_JP_Normal

aux Evapotranspirasi_Aktual =

Evapotranspirasi_Potensial*Efek_Ketersediaan_Air_SMC

doc Evapotranspirasi_Aktual = evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi yang terjadi pada kondisi air yang tersedia terbatas

aux Investasi_Idstr = DELAYMTR(Prtbhn_Invest_Kap_Idstri, Delay_Investasi_Indstr,3,Prtbhn_Invest_Kap_Idstri)

(7)

202 aux Investasi_JP = DELAYMTR(Prtbhn_Invest_kap_JP,

Delay_Investasi_JP,2,Prtbhn_Invest_kap_JP) aux Konv_Ladang_dan_Sawah_ke_Perkebunan = IF(Net_Growth_Pend_DAS>0,Net_Growth_Pend_DAS*Efek_Ketersd_L_Ladan g_dan_Sawah*Rasio_Bangkitan_Perkeb_dr_Ladang_dan_Sawah,0) aux Konv_Ladang_ke_Permukiman = Efek_Ketersd_L_Ladang_dan_Sawah*Pert_L_Permukiman_YDI aux Laju_Depopulasi = Out_Migrasi+Tingkat_Kematian

doc Laju_Depopulasi = Laju depopulasi penduduk yang merupakan fungsi dari laju kematian dan out migrasi

aux Laju_Pertambahan_Penduduk = Tingkat_In_Migran+Tingkat_Kelahiran doc Laju_Pertambahan_Penduduk = Pertambahan penduduk Cekungan Bandung yang merupakan fungsi dari kelahiran dan in migrasi (bangkitan dari pertumbuhan tenaga kerja jasa perdagangan dan industri)

aux Laju_Pertambahan_SMS = Kebutuhan_Air_Zona_Akar aux Laju_Tebangan_Hutan_Kebun =

Total_Laju_Tebangan*Rasio_Tebangan_Hutan_mjd_Kebun*Penghentian_Teban gan

aux Laju_Tebangan_Hutan_Ladang = (Total_Laju_Tebangan-Laju_Tebangan_Hutan_Kebun)*Penghentian_Tebangan aux Net_Growth_Pend_DAS = Net_Growth_Pend_CB*Rasio_Pert_Pend_DAS_thd_Pend_CB aux Reboisasi_dari_Perkebunan = Efek_Ketersd_L_Perkebunan*Rebosisasi*Fraksi_Reboisasi_dari_Perkebunan aux Rebosasi_dr_Ladang_dan_Sawah = (Rebosisasi*Efek_Ketersd_L_Ladang_dan_Sawah)-Reboisasi_dari_Perkebunan*Efek_Ketersd_Air_Irigasi_thd_Pert_Ladang_dan_Sa wah

aux Air_Irigasi = Irigasi_Bengkok+Irigasi_Dago_Pojok aux Air_utk_PDAM =

Alokasi_Intake_Dago_Pakar+Intake_PDAM_Dago+Intake_PDAM_Gandok aux Air_utk_PLTA = PLTA_Bengkok+PLTA_Dago_Pojok

aux Air_yg_Disalurkan = IF(Debit_S_Cikapundung_Section_1_yg_dpt_dimanf>Kebutuhan_Air_Section1, Kebutuhan_Air_Section1,Debit_S_Cikapundung_Section_1_yg_dpt_dimanf) aux Alokasi_Intake_Dago_Pakar = IF(Air_yg_Disalurkan>Intake_Dago_Pakar,Intake_Dago_Pakar,Air_yg_Disalurk an)

aux Alokasi_Kolam_Dago = Air_yg_Disalurkan-Alokasi_Intake_Dago_Pakar aux Baseflow = Infiltrasi*Fr_Baseflow

aux Batas_Reboisasi = IF(Hutan>Init_L_Hutan,0,1) aux C_Permukiman_Kbjk_1 =

IF(TIME<Tahun_Kbjkn_3,C_Permukiman,C_Permukiman_Kbjkn) aux C_Permukm_YDI_1 = DELAYINF(C_Permukiman_Kbjk_1, Delay_Pembangunan_Biopori,3,C_Permukiman_Kbjk_1)

aux Curah_Hujan_Efektif = Kapasitas_Air_Hujan-Evapotranspirasi_Aktual aux Curah_Hujan_Rata2 =

GRAPH(TIME,0,0.1,[2.23526,2.23526,2.23526,2.23526,2.23526,2.23526,2.2352 6,2.23526,2.23526,2.23526,2.23526"Min:0;Max:1"])

(8)

203 aux Debit_S_Cikapundung = Baseflow+RunOff

aux Debit_S_Cikapundung_Section_1_yg_dpt_dimanf = Baseflow+RunOff-Potensi_air_terbuang aux Debit_S_Cikapundung_Section_2_yg_dpt_dimanf = (Debit_S_Cikapundung_Section_1_yg_dpt_dimanf-Air_yg_Disalurkan)+(PLTA_Dago_Pojok-Irigasi_Dago_Pojok) aux Debit_S_Cikapundung_Section_3_yg_dpt_dimanf = Debit_S_Cikapundung_Section_2_yg_dpt_dimanf-Intake_PDAM_Gandok aux Efek_Ketersd_Air_Irigasi_thd_Pert_Ladang_dan_Sawah = GRAPH(Indikasi_Ketersd_Air_Irigasi,0,0.1,[0,0.1,0.21,0.3,0.42,0.52,0.64,0.74,0. 84,0.92,1"Min:0;Max:1;Zoom"]) aux Efek_Ketersd_Air_PDAM_thd_Kelahiran = GRAPH(Indikasi_Kecukupan_Air_PDAM,0,0.1,[0,0.1,0.18,0.25,0.34,0.41,0.5,0.6 1,0.71,0.84,1"Min:0;Max:1;Zoom"]) aux Efek_Ketersd_Air_PDAM_thd_Out_Migrasi = GRAPH(Indikasi_Kecukupan_Air_PDAM,0,0.1,[0,0.1,0.21,0.31,0.43,0.57,0.7,0.8 2,0.91,0.98,1"Min:0;Max:1;Zoom"]) aux Efek_Ketersd_Air_Tanah_thd_In_Migrasi_Lain2 = GRAPH(Indikasi_Ketersd_Air_di_CB,0,0.1,[0,0.1,0.21,0.3,0.42,0.52,0.64,0.74,0. 84,0.92,1"Min:0;Max:1;Zoom"]) aux Efek_Ketersd_Air_Tanah_thd_Kelahiran = GRAPH(Indikasi_Ketersd_Air_di_CB,0,0.1,[0,0.06,0.11,0.17,0.24,0.32,0.41,0.56 ,0.71,0.91,1"Min:0;Max:1;Zoom"]) aux Efek_Ketersd_Air_Tanah_thd_Kematian = GRAPH(Indikasi_Ketersd_Air_di_CB,0,0.1,[5,4.76,3.97,2.98,1.93,1.34,1.01,1.01 ,1.01,1.01,1.01"Min:0;Max:5;Zoom"]) aux Efek_Ketersd_Air_Tanah_thd_Out_Migrasi = GRAPH(Indikasi_Ketersd_Air_di_CB,0,0.1,[0,0.1,0.21,0.31,0.43,0.57,0.7,0.82,0. 91,0.98,1"Min:0;Max:1;Zoom"]) aux Efek_Ketersd_L_Hutan = GRAPH(Hutan/Init_L_Hutan,0,0.1,[0,0.04,0.1,0.18,0.27,0.38,0.52,0.69,0.85,1"Mi n:0;Max:1;Zoom"]) aux Efek_Ketersd_L_Ladang_dan_Sawah = GRAPH(Ladang_dan_Sawah/Init_L_Ladang_d_Sawah,0,0.1,[0,0.06,0.21,0.35,0. 52,0.69,0.82,0.93,0.99,1"Min:0;Max:1;Zoom"]) aux Efek_Ketersd_L_Perkebunan = GRAPH(Perkebunan/Init_L_Perkebunan,0,0.1,[0,0.01,0.03,0.1,0.29,0.73,0.87,0.9 3,0.97,0.99,1"Min:0;Max:1"]) aux Efek_Ketersd_Listrik_thd_Inv_Indstr = GRAPH(Indikasi_Kecukupan_Produksi_Listrik,0,0.1,[0,0.09,0.16,0.24,0.34,0.43, 0.51,0.64,0.76,0.87,1"Min:0;Max:1;Zoom"]) aux Efek_Ketersd_Listrik_thd_Inv_JP = GRAPH(Indikasi_Kecukupan_Produksi_Listrik,0,0.1,[0,0.09,0.2,0.32,0.46,0.6,0.7 ,0.8,0.91,0.98,1"Min:0;Max:1;Zoom"]) aux Efek_Ketersediaan_Air_SMC = GRAPH(Rasio_Evapotranspirasi,0,0.1,[0,0.17,0.34,0.51,0.64,0.74,0.82,0.91,0.97, 1,1"Min:0;Max:1"])

(9)

204 aux Efek_Ketersediaan_Air_Tanah_di_CB =

GRAPH(Indikasi_Ketersd_Air_di_CB,0,0.1,[0.02,0.22,0.4,0.56,0.67,0.76,0.86,0. 93,0.97,0.99,1"Min:0;Max:1;Zoom"])

aux efek_krisis = efek_pemulihan_krisis+efek_shock_krisis aux Efek_Krisis_thd_Kematian = GRAPH(efek_krisis,0,0.1,[2,1.96,1.91,1.86,1.81,1.73,1.65,1.54,1.4,1.22,1"Min:0; Max:2;Zoom"]) aux Efek_Krisis_thd_Outmigrasi = GRAPH(efek_krisis,0,0.1,[4,3.95,3.74,3.47,3.07,2.69,2.35,2,1.65,1.28,1"Min:0;M ax:4;Zoom"]) aux Efek_lahan_konservasi = GRAPH(Lhn_Konservasi/Lahan_konservasi_awal,0,0.2,[4,3.89,3.33,2.63,1.58,1, 0.72,0.61,0.56,0.51,0.5"Min:0;Max:4;Zoom"])

aux efek_pemulihan_krisis = DELAYINF(step_pemulihan, W_tahap_pemulihan/4,3,step_pemulihan) aux Efek_Pendapatan_thd_Outmigrasi = GRAPH(Trend_PDRB_Per_Kapita_Rata2,-0.1,0.02,[5,4.76,4.34,3.31,1.6,1,0.72,0.53,0.42,0.29,0.2"Min:0;Max:5;Zoom"]) aux Efek_Pendapatan_thp_Inmigrasi = GRAPH(Trend_PDRB_Per_Kapita_Rata2,-0.1,0.02,[0,0.09,0.2,0.36,0.51,0.8,1.09,1.41,2.01,2.53,3"Min:0;Max:3;Zoom"]) aux efek_shock_krisis = 1+DELAYINF(step_krisis,

W_tahap_krisis/4,3,step_krisis)

aux Evapotranspirasi_Potensial =

(Luas_DAS*10000)*Rata2_Evapotranspirasi_Tahunan

doc Evapotranspirasi_Potensial = Potensi Evapotranspirasi di DAS Cikapundung Hulu selama 1 tahun

aux F_L_Hutan = Hutan/Luas_DAS

doc F_L_Hutan = Rasio Luas Lahan Hutan dibanding dengan Luas DAS (Cikapundung Hulu)

aux F_L_Ladang_dan_Sawah = Ladang_dan_Sawah/Luas_DAS doc F_L_Ladang_dan_Sawah = Rasio Luas Lahan Ladang dan Sawah dibanding dengan Luas DAS (Cikapundung Hulu)

aux F_L_Perkebunan = Perkebunan/Luas_DAS

doc F_L_Perkebunan = Rasio Luas Lahan Perkebunan dibanding dengan Luas DAS (Cikapundung Hulu)

aux F_L_Permukiman = Permukiman/Luas_DAS

doc F_L_Permukiman = Rasio Luas Lahan Permukiman dibanding dengan Luas DAS (Cikapundung Hulu)

aux Fr_Air_Terbuang =

IF(TIME<Tahun_Kbjkn_4,Fraksi_air_terbuang_normal,Fraksi_Air_Terbuang_Kb jkn)

aux Fr_Air_Terbuang_YDI = DELAYINF(Fr_Air_Terbuang, Delay_Pembangunan_Waduk,3,Fr_Air_Terbuang)

aux Fr_C_Hutan = F_L_Hutan*C_Hutan

doc Fr_C_Hutan = Coef Runoff untuk Lahan Hutan di DAS (Cikapundung Hulu)

aux Fr_C_Ladang_dan_Sawah =

(10)

205 doc Fr_C_Ladang_dan_Sawah = Coef Runoff untuk Lahan Ladang dan Sawah di DAS (Cikapundung Hulu)

aux Fr_C_Perkebunan = F_L_Perkebunan*C_Perkebunan

doc Fr_C_Perkebunan = Coef Runoff untuk Lahan Perkebunan di DAS (Cikapundung Hulu)

aux Fr_C_Permukiman =

IF(Switch_Kebijakan_3=0,F_L_Permukiman*C_Permukiman,F_L_Permukiman* C_Permukm_YDI_1)

doc Fr_C_Permukiman = Coef Runoff untuk Lahan Permukiman di DAS (Cikapundung Hulu) aux Fraksi_air_terbuang = IF(Switch_Kebijakan_4=0,Efek_lahan_konservasi*Fraksi_air_terbuang_normal,E fek_lahan_konservasi*Fr_Air_Terbuang_YDI) aux Fraksi_Kelahiran = Efek_Ketersd_Air_Tanah_thd_Kelahiran*Fraksi_Kelahiran_Normal*Efek_Keters d_Air_PDAM_thd_Kelahiran aux Fraksi_Migran_S_Lain2 = Efek_Ketersd_Air_Tanah_thd_In_Migrasi_Lain2*Fraksi_Migran_S_Lain2_Norm al aux Fraksi_Out_Migrasi = Efek_Ketersd_Air_Tanah_thd_Out_Migrasi*Fraksi_Out_Migrasi_Normal*Efek_ Pendapatan_thd_Outmigrasi*Efek_Ketersd_Air_PDAM_thd_Out_Migrasi aux Historis_L_Hutan = GRAPH(waktu_aktual,1990,1,[7680.57,7518.284,7355.998,7193.712,7031.426,6 869.14,6827.2,6785.26,6743.32,6701.38,6659.44,6634.454,6609.468,6584.482,65 59.496,6534.51"Min:0;Max:8000"]) aux Historis_Ladang_Sawah = GRAPH(waktu_aktual,1990,1,[9054.56,9120.492,9186.424,9252.356,9318.288,9 384.22,9261.306,9138.392,9015.478,8892.564,8769.65,8596.302,8422.954,8249. 606,8076.258,7902.91"Min:5000;Max:10000"]) aux Historis_Net_Growth_Pend_CB = GRAPH(waktu_aktual,1990,1,[0.121415,0.006942,0.03255,0.046867,0.043089,0. 327472,-0.006224,0.147341"Min:-0.01;Max:0.4"]) aux Historis_Net_Growth_Pend_DAS = GRAPH(waktu_aktual,1990,1,[0.005504,0.005504,0.005504,0.005504,0.005504, 0.005504,0.012569,0.012569"Min:0;Max:15000"]) aux Historis_PDRB_Industri = GRAPH(waktu_aktual,1990,1,[1811.521,1910.964,2011.828,2113.569,2386.294, 2665.649,3025.433,3028.046,3021.538,3115.525,3618.673,3892.072,4175.242,46 77.667,4952.462,5236.509,5544.916,5754.701"Min:0;Max:6000"]) aux Historis_PDRB_Jasa_Perdag = GRAPH(waktu_aktual,1990,1,[3388.695,4419.727,5449.482,6478.577,6996.959, 7695.357,8494.622,8503.657,8487.075,7958.819,8376.253,8949.983,9603.391,10 704.53,11528.57,12359.24,13372.39,14652.63"Min:3000;Max:15000;Zoom"]) aux Historis_PDRB_Total = GRAPH(waktu_aktual,1990,1,[5885.41,7132.043,8378.993,9626.275,10549.94,1 1711.88,13080.49,12959.37,12799.34,12232.01,13149.8,14057.41,15069.95,1674 8.02,17952.91,19192.31,20641.29,22265.6"Min:0;Max:23000;Zoom"])

(11)

206 aux Historis_Pend_CB = GRAPH(waktu_aktual,1990,1,[4.927778,5.049193,5.056135,5.088685,5.135552, 5.178641,5.506113,5.499889,5.64723,6.183347,6.294346,6.450182,6.606018,6.7 61855,6.917691,7.073527"Min:4;Max:8;Zoom"]) aux Historis_Pend_DAS = GRAPH(waktu_aktual,1990,1,[0.204172,0.209676,0.215179,0.220683,0.226187, 0.231691,0.244259,0.256828,0.269397,0.281966,0.294535,0.300601,0.306668,0. 312735,0.318802,0.324869"Min:0;Max:0.5;Zoom"]) aux Historis_Perkebunan = GRAPH(waktu_aktual,1990,1,[322.63,371.72,420.81,469.9,469.9,568.08,620.91, 673.74,726.57,779.4,832.23,899.496,966.762,1034.028,1101.294,1168.56"Min:0; Max:1500"]) aux Historis_Permk = GRAPH(waktu_aktual,1990,1,[1188.07,1228.96,1269.85,1310.74,1351.63,1392.5 2,1510.92,1629.32,1747.71,1866.11,1984.51,2115.58,2246.65,2377.71,2508.78,2 638.85"Min:0;Max:3000"]) aux Indikasi_Kecukupan_Air_PDAM = Air_utk_PDAM/Kebutuhan_Air_PDAM aux Indikasi_Kecukupan_Produksi_Listrik = Air_utk_PLTA/Kebutuhann_Air_PLTA

aux Indikasi_Ketersd_Air_di_CB = DELAYINF(Rasio_Infiltrasi, Waktu_Pengisian_Air_di_CB,3,Rasio_Infiltrasi)

aux Indikasi_Ketersd_Air_Irigasi = Air_Irigasi/Air_Irigasi_Awal aux Infiltrasi = Koef_Infiltrasi*Water_Surplus

aux Intake_PDAM_Dago = IF(Alokasi_Kolam_Dago>Kebutuhan_Intake_Dago,Kebutuhan_Intake_Dago,Alo kasi_Kolam_Dago) aux Intake_PDAM_Gandok = IF(Debit_S_Cikapundung_Section_2_yg_dpt_dimanf>Kebutuhan_PDAM_Intake _Gandok,Kebutuhan_PDAM_Intake_Gandok,Debit_S_Cikapundung_Section_2_ yg_dpt_dimanf)

aux Irigasi_Bengkok = PLTA_Bengkok-PLTA_Dago_Pojok aux Irigasi_Dago_Pojok =

IF(PLTA_Dago_Pojok>Kebutuhan_Irigasi_Dago_Pojok,Kebutuhan_Irigasi_Dag o_Pojok,PLTA_Dago_Pojok)

aux Kap_Industri_Int = PDRB_Indstri_Int*Rasio_Kapital_Industri aux Kap_JP_Int = PDRB_JP_Int*Rasio_Kapital_Jasa_Perdag

aux Kapasitas_Air_Hujan = Curah_Hujan_Rata2*(Luas_DAS*10000) aux Kebutuhan_Air_PDAM =

Intake_Dago_Pakar+Kebutuhan_Intake_Dago+Kebutuhan_PDAM_Intake_Gand ok

aux Kebutuhan_Air_Section1 =

Intake_Dago_Pakar+Kebutuhan_Kolam_Dago

aux Kebutuhan_Air_Zona_Akar = (SMC_Maximum-Soil_Moisture_Storage)/Waktu_Pert_Air

aux Kebutuhan_L_Permukm_Kbjk =

IF(TIME<Tahun_Kbjkn_2,Lahan_Permukiman_per_org,(Pengali_Kebijk_L_Per mk*Lahan_Permukiman_per_org))

(12)

207 aux Kebutuhann_Air_PLTA =

Kebutuhan_PLTA_Dago_Pojok+Kebutuhan_PLTA_Bengkok aux Koef_Infiltrasi = 1-Koef_RunOff_DAS

doc Koef_Infiltrasi = Fraksi Infiltrasi atau Koefisien infiltrasi (if), adalah koefisien yang didasarkan pada kondisi porositas tanah dan kemiringan daerah pengaliran. Koefisien infiltrasi

mempunyai nilai yang besar jika tanah bersifat porous, sifat bulan kering dan kemiringan lahannya tidak terjal. Karena dipengaruhi sifat bulan maka if ini bisa berbeda-beda untuk tiap bulan. Harga minimum koefisien infiltrasi bisa dicapai karena kondisi lahan yang terjal dan air tidak sempat mengalami infiltrasi.

aux Koef_RunOff_DAS =

Fr_C_Hutan+Fr_C_Ladang_dan_Sawah+Fr_C_Perkebunan+Fr_C_Permukiman doc Koef_RunOff_DAS = Coeff Runoff di DAS (Cikapundung Hulu)

aux Lhn_Konservasi = Luas_DAS-Permukiman

aux Luas_DAS = Hutan+Ladang_dan_Sawah+Perkebunan+Permukiman doc Luas_DAS = Luas DAS (Cikapundung Hulu) = Luas Lahan Hutan + Luas Lahan Perkebunan + Luas Lahan Ladang dan Sawah + Luas Lahan Permukiman aux masa_implementasi_kebijakan = waktu_akhir_kebijakan-W_int_kebijakan aux Net_Growth_Pend_CB = Laju_Pertambahan_Penduduk-Laju_Depopulasi aux Out_Migrasi =

Populasi_Pend_CB*Fraksi_Out_Migrasi*Efek_Krisis_thd_Outmigrasi aux PDRB_Indstri_Int = Fraksi_Kontribusi_Idst*Initial_PDRB aux PDRB_industri = Kapital_Industri/Rasio_Kapital_Industri aux PDRB_JP = Kapital_JP/Rasio_Kapital_Jasa_Perdag aux PDRB_JP_Int = Fraksi_Kontribusi_JP*Initial_PDRB aux PDRB_Lain2 = PDRB_Total-PDRB_industri-PDRB_JP aux PDRB_Perkapita_CB =

(PDRB_Total*1000)/(Populasi_Pend_CB*1000000) aux PDRB_Total =

(PDRB_industri+PDRB_JP)/(Fraksi_Kontribusi_Idst+Fraksi_Kontribusi_JP) aux Pemulihan_Hutan = Rebosisasi*masa_implementasi_kebijakan aux Penghentian_Tebangan = IF(step_masa_kebijakan=1,0,1)

aux Penyerapan_TK_Indst = Investasi_Idstr*Rasio_Bangkitan_TK_Industri aux penyerapan_TK_Jasa_Perdag = Investasi_JP*Rasio_Bangkitan_TK_Jasa_Perdag aux Pert_L_Permukiman_YDI = IF(Switch_Kebijakan_2=0,Net_Growth_Pend_DAS*Lahan_Permukiman_per_or g*1000000,Net_Growth_Pend_DAS*Std_L_Permukm_YDI*1000000) aux PLTA_Bengkok = IF(Alokasi_Kolam_Dago>Kebutuhan_PLTA_Bengkok,Kebutuhan_PLTA_Bengk ok,Alokasi_Kolam_Dago) aux PLTA_Dago_Pojok = IF(PLTA_Bengkok>Kebutuhan_PLTA_Dago_Pojok,Kebutuhan_PLTA_Dago_P ojok,PLTA_Bengkok)

aux Potensi_air_terbuang = Kapasitas_Air_Hujan*Fraksi_air_terbuang aux Prtbhn_Invest_Kap_Idstri =

PDRB_industri*F_Investasi_Indstri*efek_krisis*Efek_Ketersediaan_Air_Tanah_ di_CB*Efek_Ketersd_Listrik_thd_Inv_Indstr

(13)

208 aux Prtbhn_Invest_kap_JP =

PDRB_JP*F_investasi_JP*efek_krisis*Efek_Ketersediaan_Air_Tanah_di_CB*Ef ek_Ketersd_Listrik_thd_Inv_JP

aux Rasio_Evapotranspirasi = Soil_Moisture_Storage/SMC_Maximum aux Rasio_Infiltrasi = Baseflow/Baseflow_Awal

aux Rasio_Pert_Pend_DAS_thd_Pend_CB = Historis_Net_Growth_Pend_DAS/Net_Growth_Pend_CB aux Rasio_RunOff = RunOff/RunOff_Awal

aux Rata2_Aliran_Runoff_Harian = RunOff/Lama_Pengaliran

aux Rebosisasi = DELAYMTR(Total_Laju_Tebangan, waktu_reboisasi, 3,0)*Batas_Reboisasi

aux RunOff = Water_Surplus-Infiltrasi aux SMC_DAS =

SMC_Hutan+SMC_Ladang_dan_Sawah+SMC_Perkebunan+SMC_Permukiman doc SMC_DAS = Total Soil Moisture Capacity di DAS (Cikapundung Hulu) aux SMC_Hutan = Fr_C_Hutan*Fr_SMC_Hutan

doc SMC_Hutan = Soil Moisture Capacity Lahan Hutan di DAS (Cikapundung Hulu)

aux SMC_Ladang_dan_Sawah =

Fr_C_Ladang_dan_Sawah*Fr_SMC_Ladang_dan_Sawah

doc SMC_Ladang_dan_Sawah = Soil Moisture Capacity Lahan Ladang dan Sawah di DAS (Cikapundung Hulu)

aux SMC_Maximum = Luas_DAS*10000*SMC_DAS

doc SMC_Maximum = Soil Moisture Capacity Paximum di DAS (Cikapundung Hulu)

aux SMC_Perkebunan = Fr_C_Perkebunan*Fr_SMC_Perkebunan

doc SMC_Perkebunan = Soil Moisture Capacity Lahan Perkebunan di DAS (Cikapundung Hulu)

aux SMC_Permukiman = Fr_C_Permukiman*Fr_SMC_Permukiman

doc SMC_Permukiman = Soil Moisture Capacity Lahan Permukiman di DAS (Cikapundung Hulu)

aux Std_L_Permukm_YDI = DELAYINF(Kebutuhan_L_Permukm_Kbjk, Delay_Pembangunan_Apartemen,3,Kebutuhan_L_Permukm_Kbjk)

aux step_akhir_kebijakan = STEP(-1, waktu_akhir_kebijakan) aux step_kebijakan = STEP(1, W_int_kebijakan)

aux step_krisis = STEP(-1, W_int_krisis) aux step_masa_kebijakan =

(step_kebijakan+step_akhir_kebijakan)*Switch_Kebijakan_1 aux step_pemulihan = STEP(1, W_int_pemulihan)

aux Tingkat_In_Migran =

(Tingkat_Migran_Lainnya+TK_Migran_S_Idstr+TK_Migran_S_Jasa_Perdag)*Ef ek_Pendapatan_thp_Inmigrasi

aux Tingkat_Kelahiran = Populasi_Pend_CB*Fraksi_Kelahiran aux Tingkat_Kematian =

Efek_Ketersd_Air_Tanah_thd_Kematian*Populasi_Pend_CB/AHH*Efek_Krisis_ thd_Kematian

aux Tingkat_Migran_Lainnya = Populasi_Pend_CB*Fraksi_Migran_S_Lain2 aux TK_Migran_S_Idstr = Penyerapan_TK_Indst*Fraksi_Inmigrasi_TK_Idstr

(14)

209 aux TK_Migran_S_Jasa_Perdag =

penyerapan_TK_Jasa_Perdag*Fraksi_Inmigrasi_TK_Jasa_Perdag

aux Total_Laju_Tebangan = Hutan*etate_tebangan*Efek_Ketersd_L_Hutan aux Trend_PDRB_Per_Kapita = TREND(PDRB_Perkapita_CB,Wk_Trend_PDRB_Per_Kapita,.995*PDRB_Perka pita_CB) aux Trend_PDRB_Per_Kapita_Rata2 = DELAYINF(Trend_PDRB_Per_Kapita,Waktu_mratakan_trend_PDRB_perkap,1, Trend_PDRB_Per_Kapita)

aux waktu_aktual = TIME

aux Water_Surplus = Curah_Hujan_Efektif-Laju_Pertambahan_SMS doc Water_Surplus = Water surplus didefinisikan sebagai air hujan (presipitasi) yang telah mengalami

evapotranspirasi dan mengisi tampungan tanah (soil storage, disingkat SS). Water surplus ini berpengaruh langsung pada infiltrasi atau perkolasi dan total run off yang merupakan komponen debit. maka water surplus merupakan air limpasan permukaan ditambah dengan air yang mengalami infiltrasi.

const AHH = 67

doc AHH = Singkatan dari Angka Harapan Hidup, yaitu usia rata-rata hidup dari penduduk.

const Air_Irigasi_Awal = INIT(Air_Irigasi) const Baseflow_Awal = INIT(Baseflow) const C_Hutan = 0.4

doc C_Hutan = Coeff Runoff Lahan Hutan (Sumber : William M . Marsh, 1991)

const C_Ladang_dan_Sawah = 0.6

doc C_Ladang_dan_Sawah = Coeff Runoff Lahan Ladang dan Sawah (Sumber : William M . Marsh, 1991)

const C_Perkebunan = 0.5

doc C_Perkebunan = Coeff Runoff Lahan Perkebunan (Sumber : William M . Marsh, 1991)

const C_Permukiman = 0.7

doc C_Permukiman = Coeff Runoff Lahan Permukiman (Sumber : William M . Marsh, 1991)

const C_Permukiman_Kbjkn = 0.5

doc C_Permukiman_Kbjkn = Dengan melakukan pemasangan biopori di kawasan permukiman maka akan membantu proses infiltrasi air hujan ke dalam tanah, dengan menurunkan koefisian runoff dari semula 0.7 menjadi 0.5

const Delay_Investasi_Indstr = 3

doc Delay_Investasi_Indstr = Merupakan waktu yang diperlukan untuk merealisasikan investasi dari rencananya.

const Delay_Investasi_JP = 2

doc Delay_Investasi_JP = Merupakan waktu yang diperlukan untuk merealisasikan investasi dari rencananya.

const Delay_Pembangunan_Apartemen = 2 const Delay_Pembangunan_Biopori = 2 const Delay_Pembangunan_Waduk = 5 const etate_tebangan = 0.02

(15)

210 doc etate_tebangan = Merupakan rate yang diijinkan untuk penebangan hutan, yaitu jumlah luas lahan hutan yang boleh ditebang/ luas lahan hutan eksisting; fraksi etate tebangan berdasarkan peraturan sebesar 2%/tahun

const F_Investasi_Indstri = 0.65

doc F_Investasi_Indstri = Menunjukan komposisi nilai investasi industri terhadap nilai PDRB sektor industri

const F_investasi_JP = 0.65

doc F_investasi_JP = Menunjukan komposisi nilai investasi sektor jasa dan perdagangan terhadap nilai PDRB sektor jasa dan perdagangan

const Fr_Baseflow = 0.35

doc Fr_Baseflow = Fraksi Ground Water Flow; persentase dari tampungan air tanah (GW Storage) yang mengalir ke sungai sebagai aliran dasar (base flow) const Fr_SMC_Hutan = 300/1000

doc Fr_SMC_Hutan = Soil Moisture Capacity untuk Lahan Hutan; const Fr_SMC_Ladang_dan_Sawah = 150/1000

doc Fr_SMC_Ladang_dan_Sawah = Soil Moisture Capacity untuk Lahan Ladang dan Sawah;

const Fr_SMC_Perkebunan = 200/1000

doc Fr_SMC_Perkebunan = Soil Moisture Capacity untuk Lahan Perkebunan; const Fr_SMC_Permukiman = 150/1000

doc Fr_SMC_Permukiman = Soil Moisture Capacity untuk Lahan Permukiman,

const Fraksi_Air_Terbuang_Kbjkn = 0.05

doc Fraksi_Air_Terbuang_Kbjkn = Dengan membangun dan memfungsikan waduk Bantar Awi maka kelebihan debit pada musim hujan (akibat run off) dapat ditampung sementara di dalam waduk dan digunakan pada musim kemarau disaat debit air sangat rendah (waduk berfungsi meratakan debit/aliran agar aliran air dapat dimanfaatkan sepanjang tahun/tidak terbuang percuma). Dengan

pengelolaan waduk yang baik maka akan dapat diturunkan fraksi air terbuang dari semula sebesar 0,25 menjadi 0,05 (minimal)

const Fraksi_air_terbuang_normal = 0.25 const Fraksi_Inmigrasi_TK_Idstr = 0.2

doc Fraksi_Inmigrasi_TK_Idstr = Komposisi tenaga kerja migran yang

terserap di lapangan kerja sektor industri dari keseluruhan tenaga kerja yang dapat diserap oleh setiap Rp. 1 triliun investasi. Sekitar 20% dari tenaga kerja yang terserap berasal dari tenaga kerja migran.

const Fraksi_Inmigrasi_TK_Jasa_Perdag = 0.33

doc Fraksi_Inmigrasi_TK_Jasa_Perdag = Komposisi tenaga kerja migran yang terserap di lapangan kerja sektor jasa dan perdagangan dari keseluruhan tenaga kerja yang dapat diserap oleh setiap Rp. 1 triliun investasi. Sekitar 30% dari tenaga kerja yang terserap berasal dari tenaga kerja migran (dari luar Cekungan Bandung)

const Fraksi_Kelahiran_Normal = 0.033

doc Fraksi_Kelahiran_Normal = Dalam demografi dikenal dengan Gross Fertility Rate (GFR) yaitu nilai komposisi dari jumlah bayi yang lahir dari total jumlah penduduk yang ada.

const Fraksi_Kontribusi_Idst = 0.26

doc Fraksi_Kontribusi_Idst = Menggambarkan kontribusi nilai output sektor industri terhadap total PDRB

(16)

211 const Fraksi_Kontribusi_JP = 0.65

doc Fraksi_Kontribusi_JP = Menggambarkan kontribusi nilai output sektor jasa dan perdagangan terhadap total PDRB

const Fraksi_Migran_S_Lain2_Normal = 0.003

doc Fraksi_Migran_S_Lain2_Normal = Komposisi jumlah penduduk migran yang dibangkitkan oleh investasi diluar dari sektor industri, jasa dan perdagangan terhadap jumlah penduduk keseluruhan.

const Fraksi_Out_Migrasi_Normal = 0.002

doc Fraksi_Out_Migrasi_Normal = Komposisi penduduk yang bermigrasi ke luar wilayah Bandung terhadap jumlah penduduk

const Fraksi_Reboisasi_dari_Perkebunan = 0.07

doc Fraksi_Reboisasi_dari_Perkebunan = dihitung dari data historis const Init_L_Hutan = 7680.57

doc Init_L_Hutan = Luas lahan hutan di DAS pada tahun 1990 const Init_L_Ladang_d_Sawah = 9054.56

doc Init_L_Ladang_d_Sawah = Luas lahan ladang di DAS pada tahun 1990 const Init_L_Perkebunan = 322.63

doc Init_L_Perkebunan = Luas lahan perkebunan pada tahun 1990 const Init_L_Permukiman = 1188.07

doc Init_L_Permukiman = Luas lahan permukiman pada tahun 1990 const Init_SMC =

(((300/1000)*(6469.14*10000))*0.4+((150/1000)*(10116.09*10000))*0.6+((200/ 1000)*(268.08*10000))*0.5+((150/1000)*(1188.7*10000))*0.7)

const Initial_PDRB = 5885.41045031741

doc Initial_PDRB = Merupakan nilai total PRDRB di Cekungan Bandung pada tahun awal simulasi (1990); PDRB pada tahun 1990, hasil interpolasi

const Intake_Dago_Pakar = (600/1000)*(60*60*24*365) const Kebutuhan_Intake_Dago = (60/1000)*(60*60*24*365) const Kebutuhan_Irigasi_Dago_Pojok = (760/1000)*(60*60*24*365) const Kebutuhan_Kolam_Dago = (3500/1000)*(60*60*24*365) const Kebutuhan_PDAM_Intake_Gandok = (180/1000)*(60*60*24*365) const Kebutuhan_PLTA_Bengkok = (3440/1000)*(60*60*24*365) const Kebutuhan_PLTA_Dago_Pojok = (3000/1000)*(60*60*24*365) const Lahan_konservasi_awal = INIT(Lhn_Konservasi)

const Lahan_Permukiman_per_org = 90/10000 const Lama_Pengaliran = (60*60*24*365) const Pengali_Kebijk_L_Permk = 0.5

doc Pengali_Kebijk_L_Permk = Dengan asumsi 50% dari pertambahan

penduduk di DAS akan menempati Apartemen (dengan standar kebutuhan lahan 3 meter/jiwa atau 0.0003 Ha/jiwa), sehingga bila digabungkan dengan 50% yang tetap menempati lahan permukiman biasa maka perbandingan antara kebutuhan lahan dengan adanya apartemen dan kebutuhan lahan mula-mula adalah 0.5 const Rasio_Bangkitan_Perkeb_dr_Ladang_dan_Sawah = 666.23/0.120134 doc Rasio_Bangkitan_Perkeb_dr_Ladang_dan_Sawah = dalam periode 1989-2004, terjadi pertumbuhan net pddk 0.120134 juta jiwa, membangkitkan

pergeseran lahan dari sawah ke permukiman seluas 666.23 Ha const Rasio_Bangkitan_TK_Industri = 0.000022949

(17)

212 doc Rasio_Bangkitan_TK_Industri = Menunjukan jumlah tenaga kerja yang dapat diserap oleh sektor industri untuk setiap Rp. 1 triliun nilai investasi; yaitu 22949 jiwa untuk setiap nilai investasi 1 triliun rupiah

const Rasio_Bangkitan_TK_Jasa_Perdag = 0.000026563

doc Rasio_Bangkitan_TK_Jasa_Perdag = Menunjukan jumlah tenaga kerja yang dapat diserap oleh sektor jasa dan perdagangan untuk setiap Rp. 1 triliun nilai investasi yaitu 26563 jiwa untuk setiap nilai investasi 1 triliun rupiah const Rasio_Kapital_Industri = 4

const Rasio_Kapital_Jasa_Perdag = 4

const Rasio_Tebangan_Hutan_mjd_Kebun = 0.05

doc Rasio_Tebangan_Hutan_mjd_Kebun = rata2 data historis tebangan hutan untuk dimanfaatkan sebagai kawasan perkebunan

const Rata2_Evapotranspirasi_Tahunan = 3.9/1000/365

doc Rata2_Evapotranspirasi_Tahunan = Evapotranspirasi rata-rata selama 1 tahun (365 hari) di DAS Cikapundung Hulu

const RunOff_Awal = INIT(RunOff) const Switch_Kebijakan_1 = 1 const Switch_Kebijakan_2 = 1 const Switch_Kebijakan_3 = 1 const Switch_Kebijakan_4 = 1 const Tahun_Kbjkn_2 = 2010 const Tahun_Kbjkn_3 = 2010 const Tahun_Kbjkn_4 = 2015 const Umur_Depresiasi_Indstr_Normal = 40

doc Umur_Depresiasi_Indstr_Normal = Menunjukan waktu penyusutan dari kapital.

const Umur_Depresiasi_JP_Normal = 40

doc Umur_Depresiasi_JP_Normal = Menunjukan waktu penyusutan dari kapital. const W_int_kebijakan = 2010 const W_int_krisis = 1996 const W_int_pemulihan = 1999 const W_tahap_krisis = 1 const W_tahap_pemulihan = 5 const waktu_akhir_kebijakan = 2030 const Waktu_mratakan_trend_PDRB_perkap = 2 const Waktu_Pengisian_Air_di_CB = 30 const Waktu_Pert_Air = 1 const waktu_reboisasi = 10

doc waktu_reboisasi = Waktu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bibit menjadi tanaman hutan dewasa; waktu yang diaplikasikan merupakan waktu pematangan lahan dan masa tumbuh

Gambar

DIAGRAM ALIR SYSTEM DYNAMICS  DENGAN MENGGUNAKAN  POWERSIM

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan nilai konduktivitas dapat dilihat juga pada variasi waktu pada saat t = 10 ratio konduktivitas termalnya paling tinggi dengan nilai 1,3 dan ratio

Dari jumlah tersebut, terdapat 4 emiten BUMN yang akan mendapat suntikan dana, yaitu Bank Negara Indonesia Bank Negara Indonesia Bank Negara Indonesia (BBNI)

b) fotokopi sertifikat atau surat keterangan yang menyatakan pabrik kosmetika di negara asal telah menerapkan CPKB sesuai dengan bentuk sediaan yang akan dinotifikasi dari

(2) Tidak ada pelamar pekerjaan atau pegawai dari kelompok ras apapun akan mengalami kerugian dari persyaratan dan ketentuan yang berdampak negatif pada orang yang

Berdasarkan rekapitulasi faktor penyebab terjadinya alih fungsi lahan yang terdapat pada tabel 25 tergambarkan bahwasanya aspek ekonomi lebih besar dibandingkan

Indah Suryawati, M.Si Indah Suryawati, M.Si Ika Yuliana, S.I.Kom Muna Noor Pratiwi, M.I.Kom Muhamad Isnaini, S.Si., M.I.Kom Haronas Kutanto, M.I.Kom Haronas Kutanto, M.I.Kom

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MASYARAKAT AKIBAT GANGGUAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK DARI MENARA TELEKOMUNIKASI MENURUT UNDANG-UNDANG Bab ini berisikan akibat hukum

Mekanisme load balancing untuk pengalokasian job pada penelitian ini ditentukan berdasarkan pertimbangan kondisi load agent worker, antrian job dan penggunaan daya