• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola komunikasi Antara Pengasuh dan Santri di Pondok Pesantren Darul Khair Masing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pola komunikasi Antara Pengasuh dan Santri di Pondok Pesantren Darul Khair Masing"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

90 | Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

Pola komunikasi Antara Pengasuh dan Santri di Pondok Pesantren

Darul Khair Masing

1

Nurhalina, 2Sumarjo, 3Zulaeha Laisa

1

Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, 2,3Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo

e-mail: 1nurhalinakomunikasi@yahoo.com, 2sumarjo@ung.ac.id, 3zulaeha@ung.ac.id Abstrak

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif, dengan teknik memperoleh data yang valid dan relevan dengan objek penelitian dilakukan melalui metode pengumpulan data yang digunakan dengan wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Analisis data yang peneliti gunakan ialah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan, yang menghasilkan: (1) Pola komunikasi antara pengasuh dan santri di Pondok Pesantren Darul Khair Masing cenderung menggunakan komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal, dan komunikasi kelompok. (2) Pola komunikasi penghuni pondok pesantren dan masyarakat sekitar, orang tua dan santri yaitu menggunakan komunikasi antarpribadi secara tatap muka maupun melalui perantara, sedangkan komunikasi pengasuh dan wali santri menggunakan komunikasi antarpribadi dengan cara komunikasi langsung. (3) Faktor pendukung komunikasi antara pengasuh dan santri di Pondok Pesantren Darul Khair Masing yaitu keberadaan komunikator yang cukup signifikan karena adanya usaha dari pengasuh untuk membuka diri terhadap keluhan maupun kendala yang santri hadapi di lingkungan pondok pesantren. Dan juga dukungan dengan warga sekitar yang menyekolahkan anak mereka di pesantren ini. Sedangkan faktor yang menjadi penghambat adalah perilaku santri serta orang tua dan keadaan dalam pondok pesantren. Faktor penghambat perilaku santri yaitu kebiasaan-kebiasaan dari luar yang masih dibawah oleh santri ke dalam lingkungan Pondok Pesantren yang bersinggungan dengan peraturan pondok pesantren Darul Khair Masing. Maupun kurangnya kepercayaan santri pada pengasuh utama karena terlalu tegas pada santri. Dan juga faktor dari orang tua yang mendidik anaknya terlalu tegas, sehingga berpengaruh pada perilaku santri.

Kata Kunci: pesantren, santri, pengasuh, pola komunikasi

Abstract

This study used a qualitative method with descriptive approach, with techniques to obtain valid data and relevant to the object of research carried out by the method of data collection used by interview, observation, and document analysis. Researchers use data analysis is data reduction, data presentation and conclusion, which resulted in: (1) The pattern of communication between caregivers and students in Pondok Pesantren Darul Khair Masing tend to use intrapersonal communication, interpersonal communication, and group communication. (2 communication patterns occupants boarding school and the surrounding community, parents and students that use interpersonal communication face-to-face or through an intermediary, communication while caregivers and guardians of students using interpersonal communication by means of direct communication. (3) Factors supporting communication between caregivers and students in Pondok Pesantren students as well as parents and the state of the boarding school. Factors inhibiting behavior of students are from outside the habits that are still under the students into the boarding school environment that intersect with the regulations Darul Khair Masing boarding school. And the lack of en Darul Khair Masing namely the existence of a significant communicator because of the efforts of caregivers to open up to the complaints and obstacles that students face in the boarding school environment. And also the support of the local residents who send their children to boarding schools. While the factors that constrain is the behavior of students as well as parents and the state of the boarding school. Factors inhibiting behavior of students are from outside the habits that are still under the students into the boarding school environment that is tangent to the boarding school rules Darul Khair Masing. And the lack of confidence of students at the primary caregiver for being too firmly on the students. And also a factor of parents who educate their children too firm, so the effect on the behavior of students.

(2)

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo | 91 Pendahuluan

Komunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh aktivitas manusia, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Identitas manusia sebagai mahluk sosial mengharuskan manusia berhubungan dengan orang lain. Tidak ada seorang pun yang bisa hidup sendiri, kebutuhan berinteraksi dengan orang lain ini hanya dapat dilakukan dengan komunikasi. Maka dari itu dalam setiap jejak langkah hidup manusia selalu membutuhkan komunikasi.

Komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian atau pengiriman pesan yang berupa pikiran atau perasaan oleh seseorang untuk memberitahu merubah sikap, pendapat dan perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung, dan yang terpenting dalam proses penyampaian pesan itu harus jelas, agar tidak terjadi salah faham. Pesan bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain. Adapun perasaan bisa keyakinan, kepastian, keraguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan dan lain sebagainya yang timbul dari lubuk hati (Effendy, 2006:11).

Dalam perspektif agama, bahwa komunikasi sangat penting perannya dalam kehidupan sebagai hubungan antara manusia dengan yang lain dan juga untuk bersosialisasi, manusia dituntut untuk pandai dalam berkomunikasi, jadi dengan manusia pandai berkomunikasi mereka dapat menyampaikan amanahnya melalui berdakwah untuk merubah atau mempengaruhi seseorang menuju jalan yang benar sesuai dengan aturan agama.

Di Indonesia, kita mengenal pendidikan yang berbasis Islam yaitu pesantren. Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memiliki corak yang khas, yaitu nuansa keagamaan yang kental. Sebagai lembaga pendidikan khas Indonesia yang dapat dihubungkan pertalian keilmuan dan kurikulumnya dengan pusat-pusat pembelajaran ilmu Agama Islam di berbagai belahan dunia.

Pengasuh atau lebih sering dikenal dengan istilah kyai merupakan sosok yang paling penting bagi keberadaan pesantren, bila dilihat dari kemampuannya sebagai orang yang pandai atau faham masalah agama secara dalam, mereka taat beribadah, memiliki sifat-sifat rendah hati memiliki integritas pribadi yang tinggi, berperan penting dalam proses pembelajaran santri disebuah pesantren, karena kyai sebagai sosok sentral padatatanan pendidikan pesantren. Selain itu sebagai penentu kebijakan, kyai sebagai sentral kebijakan yang sangat dihormati dikalangan pesantren. Pimpinan tertinggi inilah yang bisa mengarahkan santri didiknya kearah yang diinginkan dengan dibantu oleh pengurus yang secara struktur berada dibawah kyai.

Proses pembinaan terhadap para santri diperlukan pendekatan yang intens guna mengontrol, mengarahkan dan memecahkan masalah-masalah yang dianggap kecil hingga dapat mengakibatkan masalah yang lebih besar. Disinilah komunikasi sangat diperlukan oleh para santri. Dengan komunikasi yang baik santri dapat diajak berdialog, konsultasi dan berbagi masalah, tujuannya adalah menciptakan suasana harmonis dan ketentraman dalam lingkungan pesantren dan juga pemecahan masalah yang dapat mengakibatkan penurunan motivasi belajar santri didik.

Pondok Pesantren Darul Khair Masing merupakan lembaga pendidikan agama di desa Masing yang didirikan oleh Ustadz Muslimin Lahaji. Sebagai figur sentral yang berdaulat menetapkan tujuan pendidikan pondoknya, menciptakan kepribadian muslim, serta menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat Islam di tengah-tengah masyarakat. Di lingkungan pondok pesantren Darul Khair Masing merupakan komunitas yang unik yaitu masyarakat pesantren layaknya kehidupan dalam suatu keluarga besar yang seluruh anggotanya atau individu-individu yang ada di dalam pondok ini berperan serta untuk

(3)

92 | Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

menciptakan keharmonisan dan ketentraman di lingkungan pondok pesantren.

Santri yang belajar di pondok pesantren ini adalah remaja mengalami perkembangan dan pertumbuhan secara fisik dan non fisik, selain itu pula berasal dari berbagai daerah, tingkat sosial ekonomi, budaya, serta terdiri dari berbagai usia, maka dari itu santri memerlukan bimbingan yang intens dan efektif, karena dalam pondok pesantren ini terdapat santri yang dipaksa orang tuanya untuk masuk atau melanjutkan pendidikan di pondok pesantren ini, sehingga anak tersebut tidak termotivasi dalam menjalani pendidikan karena bukan berdasarkan kemauan sendiri tapi karena keterpaksaan dari orang tua. Begitupun santri yang kurang mendapatkan motivasi dan perhatian dari orang tua. Disinilah komunikasi berperan penting dalam memotivasi anak santri dalam menjalani kehidupan di lingkungan pesantren. Namun bagaimana pola komunikasi yang dilakukan pengasuh maupun pihak pesantren dalam menghadapi dan mengatasi perilaku santri. Maka yang Menjadi menarik untuk diamati dan diteliti.

Rumusan masalah penelitian ini antara lain: (1) bagaimana pola komunikasi antara pengasuh dan santri di Pondok Pesantren Darul Khair Masing; (2) bagaimana pola komunikasi penghuni Pondok Pesantren Darul Khair Masing dengan masyarakat sekitar; (3) Apa faktor pendukung dan penghambat komunikasi antara pengasuh dan santri di Pondok Pesantren Darul Khair Masing.

Kajian Pustaka Pola Komunikasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola diartikan sebagai Bentuk (Struktur) yang tetap, sedangkan komunikasi adalah, (1) proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan, (2) pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami, hubungan kontak. Dengan demikian pola komunikasi disini yaitu

sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Djamarah, 2004:1).

Komunikasi sangat penting dalam hubungan antar manusia. Effendy (2008:5) mengemukakan bahwa: “Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media.” Kemudian Hovland mengatakan komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the

process to modify the behavior of other individuals) (dalam Effendy, 2006:10).

Komunikasi yaitu gejala sosial dimulai dari intrapersonal menjadi interpersonal selanjutnya menjadi komunikasi kelompok. Untuk lebih jelas memahami pola-pola komunikasi maka harus diterangkan lebih lanjut, antara lain: (a) Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi dengan diri sendiri. Contohnya berpikir. Komunikasi ini melekat pada komunikasi dua-orang, tiga-orang, dan seterusnya, karena sebelum berkomunikasi dengan orang lain kita biasanya berkomunikasi dengan diri sendiri (mempersepsi dan memastikan makna pesan orang lain) hanya saja caranya sering tidak disadari (Mulyana, 2011:80). (b) Komunikasi antarpribadi (interpersonal

communication) adalah komunikasi antara

orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung. Baik secara verbal ataupun nonverbal. Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indra kita untuk mempertingggi daya bujuk pesan kita, sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi (Mulyana, 2011:81). Sedangkan menurut Verderber (dalam Budyatna, 2011:14) komunikasi

(4)

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo | 93

antarpribadi merupakan proses melalui mana orang menciptakan dan mengelola hubungan mereka, melaksanakan tanggung jawab secara timbal balik dalam menciptakan makna. (c) Komunikasi Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan sama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama (adanya saling ketergantungan), mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut, meskipun setiap orang boleh jadi punya peran berbeda. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil (small group

communication), jadi bersifat tatap muka.

Umpan balik dari peserta dalam komunikasi kelompok masih bisa diidentifikasi dan ditanggapi langsung oleh peserta lainnya. Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan juga komunikasi antarpribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok (Mulyana, 2011:82).

Menurut Effendy (2003:76) bahwa karakteristik yang membedakan komunikasi kelompok kecil dan komunikasi kelompok besar dapat dikaji sebagai berikut: (1) Komunikasi kelompok kecil Dalam komunikasi kelompok kecil komunikator menunjukkan pesannya kepada benak atau pikiran komunikan, misalnya kuliah, ceramah, diskusi, seminar, rapat dan lain-lain. Dalam situasi komunikasi seperti itu logika berperan penting. Komunikan akan dapat menilai logis tidaknya uraian komunikator. (2) komunikasi kelompok besar Pesan yang disampaikan komunikator dalam situasi komunikasi kelompok besar, ditujukan kepada afeksi komunikan, kepada hatinya atau kepada perasaannya. Contoh komunikasi kelompok besar misalnya rapat raksasa disebuah lapangan. Jika komunikan pada komunikasi kelompok kecil umumnya

bersifat homogen (antara lain sekelompok orang yang sama jenisnya, sama pendidikannya, sama status sosialnya), maka komunikan pada komunikasi kelompok besar umumnya bersifat heterogen, mereka terdiri dari individu-individu yang beraneka ragam jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, agama dan lain sebagainya (Effendy, 2003:76-78).

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif dimana penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran nyata, dan penjelasan dengan dianalisis secara deskriptif, secara sistematis dan faktual di lapangan. Pendekatan kualitatif akan memungkinkan peneliti mendapatkan data serta pemahaman dari pola komunikasi antara Pengasuh dan santri yang ada di pondok pesantren Darul Khair Masing. Peneliti mendapatkan hasil berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari informan

Lokasi penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Darul Khair Masing, yang terletak di Kec. Batui Selatan, Kab. Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini dilakukan sejak melakukan observasi yaitu bulan Januari 2014 sampai penelitian awal April 2014. Alasan peneliti mengambil lokasi ini karena penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Sesuai dengan tujuan penelitian bahwa saya ingin berkontribusi untuk memberikan pemahaman tentang pola komunikasi yang baik antara pengasuh dan santri agar tercipta hubungan yang lebih baik dalam lingkungan pondok pesantren ini.

Pengumpulan data antara lain: (1) Observasi atau pengamatan adalah teknik pengamatan yang dilakukan di Pondok Pesantren Darul Khair Masing, Kecamatan Batui Selatan dengan cara mengamati objek penelitian untuk mendapatkan kelengkapan data dan mendapat gambaran mengenai objek penelitian sehingga dapat dipertanggung jawabkan. Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan

(5)

94 | Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu saat data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. (2). Wawancara. Teknik wawancara yang dilakukan dengan melakukan tanya jawab langsung kepada informan atau pengasuh maupun elemen yang ada dalam pesantren yang berdasarkan pada tujuan penelitian. Teknik wawancara yang dilakukan peneliti adalah dengan cara mencatat berdasarkan pedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya sehubungan dengan pertanyaan penelitian. Wawancara ini dilakukan beberapa kali sesuai dengan keperluan peneliti yang berkaitan dengan kejelasan dan kemantapan masalah yang dijelajahi. (3). Dokumentasi adalah metode pengumpulan data penelitian yang dilakukan dengan menelusuri data yang tersedia dalam bentuk surat-surat, buku-buku atau laporan-laporan dan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Proses analisis kualitatif dalam penelitian ini, dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yakni hasil wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen dan sebagainya. Setelah dibaca dipelajari dan ditelaah, maka

langkah selanjutnya ialah mengadakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif model interaktif dari Miles dan Huberman (dalam sugiyono, 2005:91) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Komunikasi adalah penyampaian pesan atau pengiriman pesan yang berupa pikiran atau perasaan oleh seseorang maupun untuk memberitahu, merubah sikap, pendapat dan perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung, Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi yang dilakukan oleh sekelompok kecil orang untuk mendapatkan sesuatu sesuai dengan keinginannya, selain itu komunikasi juga dapat digunakan sebagai alat transformasi nilai agama, sosial dan pendidikan.

Pola komunikasi antara pengasuh dan santri

Berdasarkan data di lapangan diperoleh gambaran dari hasil wawancara dengan informan di pondok pesantren Darul Khair Masing, penulis dapat memberikan gambaran bahwa untuk pola komunikasi yang dilakukan antara pengasuh dan santri sebagai berikut:

(6)

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo | 95

Gambar 1. Pola Komunikasi Antara Pengasuh dan Santri

Sumber: Hasil pengolahan dan analisis data penelitian.

Dari hasil pengolahan data di atas sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan di pondok pesantren Darul Khair Masing, pola menggambarkan komunikasi antara pengasuh dan santri, yaitu komunikasi interpersonal, pada saat konsultasi akademik maupun konsultasi pribadi, di mana disini terjadi komunikasi dua arah antara pengasuh dan santri, dan komunikasi verbal yang terjadi yaitu berupa

bahasa untuk menyampaikan pesan kepada santri maupun santri kepada pengasuh, dalam komunikasi berlangsung timbullah komunikasi nonverbal yaitu ekspresi wajah dan nada suara. Selain komunikasi interpersonal adapun komunikasi kelompok yaitu komunikasi pada saat pengajian maupun apel pagi dan sore antara pengasuh dan santri.

Gambar 2. Pola Komunikasi Kelompok Antara Pengasuh dan Santri

Sumber: Hasil pengolahan dan analisis data penelitian.

Sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan di pondok pesantren Darul Khair Masing, pada umumnya pola komunikasi antara pengasuh dan santri yang dilakukan dalam komunikasi

kelompok seperti gambar di atas yang telah diuraikan yaitu, pengasuh mengarahkan santri dalam pengajian komunikasi kelompok setiap hari pagi maupun malam. Meskipun dalam konteks komunikasi ini

(7)

96 | Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

sebenarnya bisa juga disebut komunikasi antarpribadi, Namun karena jumlah santri

lebih dari dua orang, maka komunikasi ini menjadi komunikasi kelompok kecil.

Gambar 3. Komunikasi antarpribadi antara pengasuh dan santri

Sumber: Hasil pengolahan dan analisis data penelitian

Selain itu hasil wawancara yang dilakukan ditemukan bahwa komunikasi antara pengasuh dan santri, dilakukan pula dengan komunikasi antarpribadi seperti gambar di atas yang telah diuraikan maka akan dijelaskan bahwa, Santri berkomunikasi antarpribadi dengan pengasuh menyampaikan masalah pribadi maupun masalah akademik kepada pengasuh, pada saat diluar kegiatan pengasuh dalam proses belajar mengajar atau terjalin diluar pengajian.

Komunikasi ini berjalan lebih santai dan interaktif, karena ada timbal balik dari pesan yang disampaikan, komunikasi ini dilakukan biasanya terkait dengan permasalahan kehidupan santri di pondok

pesantren Darul Khair Masing. Misalnya pada waktu istirahat di rumah, santri dapat berkonsultasi dengan pengasuh dan membicarakan masalah mereka seperti membicarakan masalah akademik ataupun masalah pribadi. Dalam hal ini pengasuh sangat berperan penting untuk memberikan solusi atau arahan kepada santri. Setelah menanggapi keluhan yang santri katakan, ustadz pun memberikan nasehat dan motivasi kepada santrinya. Di mana pengasuh dalam pondok pesantren ini sudah seperti keluarga sendiri bagi santri. Pengasuh sangat memperhatikan keadaan santri-santrinya sehingga terjalin hubungan yang baik antara pengasuh dan santri di Pondok Pesantren Darul Khair Masing.

Gambar 4. Komunikasi Santri dan Orang Tua.

Sumber: Hasil pengolahan dan analisis data penelitian

Dari hasil wawancara yang dilakukan pola menggambarkan komunikasi yang dilakukan antara santri dan orang tua yaitu dengan komunikasi langsung dalam artian tatap muka pada saat menasehati santri maupun memberikan arahan kepada santri.

Sedangkan untuk santri mukim yang tinggal di asrama menggunakan perantara media yaitu HP atau telfon genggam untuk santri yang biasanya menelfon orang tuanya di rumah yang jauh dari pondok pesantren, akan tetapi setelah selesai menelfon orang

(8)

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo | 97

tua santri, maka HP tersebut harus dikembalikan kembali kepada pengasuh,

karena santri tidak diperbolehkan menggunakan HP dalam pondok pesantren.

Gambar 5. Tempat Komunikasi Antara Pengasuh dan Wali Santri

Sumber: Hasil pengolahan dan analisis data penelitian

Dari hasil wawancara yang dilakukan pola menggambarkan Komunikasi yang dilakukan oleh pengasuh dan wali santri yaitu dengan komunikasi langsung, dimana santri yang melakukan kesalahan di pondok pesantren maka wali santri akan diundang atau orang tuanya ditelfon untuk datang di pondok pesantren dan dibicarakan secara face to face. Namun jika santri yang sering tidak masuk sekolah lalu tidak memberikan kabar maupun surat sakit, maka pengasuh sendiri yang akan datang di rumah santri untuk menanyakan kepada orang tua santri.

Faktor Pendukung Dan Penghambat Komunikasi

Dalam melakukan komunikasi terhadap santri tentunya pengasuh mengalami berbagai hal kesulitan dan tantangan. Disamping itu pula ada beberapa hal yang mempermudah untuk melakukan komunikasi kepada para santrinya di pondok pesantren ini.

Faktor Pendukung

Ada beberapa faktor yang mendukung proses dalam komunikasi yang dilakukan yaitu: (1) Komunikator Pengasuh sebagai komunikator yang mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup sebagai contoh kepada santri karena pengasuh di pondok pesantren Darul Khair Masing ini semuanya alumni dari pondok pesantren juga, jadi sumber kepercayaan dari santri ditentukan dari keahliannya maupun kemampuan serta pengalaman yang luas dalam penyampaian materi

maupun dalam pembinaan, melalui peranan seorang pengasuh dihadapan santri, selain itu juga pengasuh yang menyukai dalam membina anak santri merupakan pendukung dalam proses komunikasi berlangsung. Begitupun dengan adanya usaha dari pengasuh untuk membuka diri terhadap keluhan maupun kendala yang santri hadapi dalam pondok pesantren. Dan juga adanya instruksi pengasuh terhadap santri agar melakukan konsultasi baik itu konsultasi masalah pribadi maupun konsultasi akademik kepada pihak pengasuh apabila santri menghadapi kesulitan dalam hal apapun, karena pengasuh memahami psikologis santri yang masih labil tentunya membutuhkan bimbingan, nasehat maupun motivasi dari pengasuh.

Selain itu pula adanya keterbukaan santri dalam menyampaikan masalah maupun kendala yang dihadapi kepada pengasuh yang merespon jadi saling tukar menukar pesan antara santri dan pengasuh dalam proses faktor komunikasi yang mendukung dalam berlangsungnya komunikasi. (2) Keterbukaan Dengan

keterbukaan pengasuh dalam mendengarkan masalah maupun kendala yang santri sampaikan sangat mendukung terjalinnya komunikasi yang baik, misalnya pada saat pengajian berlangsung dan santri menyampaikan masalah. Kemudian pengasuh akan mendengarkan santri tersebut dengan masalah yang dihadapi. (3) Masyarakat Dengan dukungan dari masyarakat sekitar yang menyekolahkan putra putrinya di pondok pesantren ini, dan

(9)

98 | Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

juga mendukung kegiatan yang dilakukan setiap bulannya di rumah santri secara bergiliran, itu merupakan suatu dukungan yang membuat hubungan pengasuh, santri dan masyarakat sekitar menjadi baik.

Faktor Penghambat

Dalam komunikasi yang dilakukan oleh pengasuh tentu saja tidak semuanya dapat berjalan lancar. Ada beberapa faktor yang menghambat proses dalam komunikasi yang dilakukan yaitu: (1) Perilaku santri. Perilaku santri disini yaitu bawaan santri dari luar lingkungan pondok pesantren yang akhirnya mempengaruhi dan mempunyai dampak negatif di dalam pondok pesantren, karena ketika ustadz melakukan proses komunikasi dengan santri, namun perilaku santri yang tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan oleh ustadz dapat menyebabkan komunikasi menjadi terhambat.

Hal ini berdasarkan hasil wawancara yang informan katakan bahwa. Faktor yang menjadi kendala dalam berkomunikasi dengan santri yaitu kepribadian maupun perilaku santri yang datang dan masuk di pondok pesantren ini berbeda-beda atau bermacam karakternya. Oleh karena itu bagaimana pengasuh mendidik santri ini menjadi lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. (2) Orang tua. Faktor penghambat santri dalam pondok pesantren yaitu orang tua yang terlalu tegas terhadap anaknya, tidak mengkomunikasikan secara baik-baik jika anaknya melakukan kesalahan dalam pondok pesantren. Sehingga menjadi faktor penghambat pengasuh dalam membina santri di pondok pesantren, karena meskipun pengasuh sudah membina maupun berkomunikasi dengan santri secara baik, akan tetapi jika hubungan santri dengan orang tua yang tidak efektif, maka akan berpengaruh pembinaan yang dilakukan kepada santri. (3) Keadaan Keadaan yang terjadi pada diri santri sendiri misalnya kurangnya minat santri untuk berdialog dengan pihak pengasuh pesantren, karena masih adanya

rasa canggung pada santri apabila berhadapan dengan pengasuh.

Hal ini berdasarkan hasil wawancara yang santri katakan bahwa, santri masih merasa canggung dan kurang kepercayaan berkomunikasi, karena pimpinan pondok pesantren sangat tegas dan sering memukul santri jika melakukan kesalahan meskipun itu hanya hal kecil sehingga santri takut bahkan untuk berkomunikasi pun dengan pimpinan merasa canggung berbeda dengan ustadz pengasuh lainnya yang masih bisa untuk diajak santai, karena ustadz lainnya ketika melakukan kesalahan masih diberikan peringatan ataupun nasehat kecuali jika sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal barulah mereka akan berikan hukuman fisik. Tapi jika pada pimpinan tidak menanyakan tapi langsung memukuli tanpa perduli dengan alasan yang dikatakan.

Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pengasuh merupakan faktor penting untuk membina santri agar memiliki ahlak dan kepribadian yang baik ketika mereka masuk di dalam pondok pesantren. Pengasuh maupun pembina Pondok Pesantren Darul Khair Masing tidak hanya berperan sebagai pembina tapi juga harus sebagai teman, guru dan juga orang tua agar terjalin hubungan yang harmonis baik sesama anak santri, pengasuh dengan santri maupun pembina dengan pengasuh utama di pondok pesantren Darul Khair Masing. Kita ketahui bahwa bentuk komunikasi pengasuh merupakan faktor utama yang harus terjalin dengan baik karena komunikasi yang baik bukan hanya dengan kata-kata namun juga harus menunjukkan sikap dan karakter yang sesuai di lingkungan pondok pesantren.

Selain itu juga pimpinan/pengasuh utama harus lebih memperhatikan santri yang berada di lingkungan pondok pesantren, agar komunikasi yang terjalin disemua elemen pondok pesantren dapat terlaksana dengan baik, dan santripun tidak takut maupun merasa segan dalam berkomunikasi. Dengan kata lain santri memandang pengasuh sebagai orang yang

(10)

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo | 99

layak ditiru. Setiap sikap dan perilaku pengasuh dapat dilihat dan dirasakan oleh anak, akan mempengaruhi dan sangat berperan untuk perkembangan selanjutnya.

Simpulan dan Saran Simpulan

Dari uraian tentang pola komunikasi antara pengasuh dan santri di pondok pesantren Darul Khair Masing pada bab sebelumnya, maka peneliti akhirnya memberikan kesimpulan sebagai berikut:

(1) Pola komunikasi antara pengasuh dan

santri di Pondok Pesantren Darul Khair Masing Kec. Batui Selatan Kab. Banggai cenderung menggunakan komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal, dan komunikasi kelompok. (2) Pola komunikasi penghuni pondok pesantren dan masyarakat sekitar, orang tua dan santri yaitu menggunakan komunikasi antarpribadi secara tatap muka maupun melalui perantara, sedangkan komunikasi pengasuh dan wali santri menggunakan komunikasi antarpribadi dengan cara komunikasi langsung dalam artian tatap muka. (3) Faktor pendukung komunikasi antara pengasuh dan santri di Pondok Pesantren Darul Khair Masing yaitu keberadaan komunikator yang cukup signifikan karena adanya usaha dari pengasuh untuk membuka diri terhadap keluhan maupun kendala yang santri hadapi di lingkungan pondok pesantren. Dan juga dukungan dengan warga sekitar yang menyekolahkan anak mereka di pesantren ini. Sedangkan faktor penghambat perilaku santri yaitu kebiasaan-kebiasaan dari luar yang masih dibawah oleh santri ke dalam lingkungan Pondok Pesantren yang bersinggungan dengan peraturan pondok pesantren Darul Khair Masing. Maupun kurangnya kepercayaan santri pada pengasuh utama karena terlalu tegas pada santri. Dan juga faktor dari orang tua yang mendidik anaknya terlalu tegas, sehingga berpengaruh pada perilaku santri.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat mengemukakan saran yaitu (1). Bagi pimpinan atau pengasuh utama Pondok Pesantren Darul Khair Masing adalah kunci utama dalam pondok pesantren kiranya dapat mengubah cara dalam membina santri, karakter santri maupun kondisi psikologis santri harus lebih diperhatikan agar santri tidak segan maupun takut, dan jika santri yang bersalah tidak seharusnya langsung dipukuli tapi diberikan perhatian maupun nasehat agar santri nyaman dan tidak tertekan berada di lingkungan pondok pesantren. (2). Bagi pengasuh/pembina santri di pondok pesantren Darul Khair Masing agar kiranya lebih memperhatikan tumbuh kembang para santri terutama santri yang baru saja masuk di lingkungan pondok pesantren, di mana mereka masih canggung untuk berbaur dengan lingkungannya dan persiapan mental yang belum terlalu siap memasuki lingkungan baru. Dan walaupun pembinaan agama diberlakukan kepada santri di pesantren ada baiknya juga para

pengasuh/pembina memperhatikan kekurangan-kekurangan dan hambatan yang

dialami santri agar mereka mempunyai kepribadian dan ahlak yang benar-benar baik. (3). Bagi pimpinan utama maupun pengurus harian agar lebih dekat lagi dengan warga sekitar maupun dengan orang tua santri bukan hanya pada santrinya saja, hal ini agar terciptanya efektifitas komunikasi, agar tidak terjadi kesalahpahaman, baik dalam komunikasi maupun pembinaan yang dilakukan di lingkungan pondok pesantren. (4). Bagi santri mukim artinya tinggal di asrama maupun dengan santri kalong artinya bolak balik dari rumah ke pondok pesantren, seharusnya pengasuh/pembina melakukan pembinaan maupun perlakuan yang harus sama, jadi tidak hanya santri dalam saja yang harus selalu ditekang untuk wajib melakukan semua kegiatan di pondok pesantren, tapi juga dengan santri luar, tujuannya agar adanya keadilan bagi santri

mukim dengan pembinaan maupun

(11)

100 | Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

biar bagaimanapun mereka semua adalah santri yang harus dibina agar menjadi lebih baik dari yang sebelumnya. (5). Bagi orang tua santri kiranya harus memperhatikan pergaulan anak-anaknya dan jangan terlalu memberi kebebasan hidup, supaya anak-anak tersebut tidak terjerumus dalam tindak

kejahatan, selain itu pihak orang tua, mengkomunikasikan secara baik-baik dengan anak jika melakukan kesalahan, jangan terlalu ditekang, dan juga peran orang tua sebagai kepala keluarga harus bisa memberikan contoh yang baik kepada anak-anaknya.

Daftar Pustaka

Budyatna, Muhammad, dan Leila Mona Ganiem. 2011. Teori Komunikasi

Antarpribadi. Jakarta: PT Kencana..

Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola

Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga. (Sebuah Perspektif Pendidikan Islam )

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Effendy, Onong Uchjana. 2008. Dinamika

Komunikasi. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

________2006. Ilmu Komunikasi Teori dan

Praktek. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

________2003. Ilmu, Teori dan Filsafat

komunikasi. Bandung: PT Citra

Aditya bakti.

Mulyana, Deddy. 2011. Ilmu Komunikasi:

Suatu Pengantar. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya .

Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian

Gambar

Gambar 2. Pola Komunikasi Kelompok Antara Pengasuh dan Santri  Sumber: Hasil pengolahan dan analisis data penelitian
Gambar 3. Komunikasi antarpribadi antara pengasuh dan santri  Sumber: Hasil pengolahan dan analisis data penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Tidak ada hubungan yang signifikan antara ka - dar timbal (Pb) di udara ambien pada lingkungan kerja dengan anemia (kadar Hb darah) pada Pegawai UPTD Dinas Perhubungan Kota

Berdasarkan latar belakang diatas, maka pada penelitian ini akan dibuat sistem untuk mendeteksi retinopati diabetik dengan menggunakan raspberry pi sebagai medianya.. Sistem

4) Departemen Budaya mempunyai dua program studi, yaitu: Program Studi S1 Ilmu Perpustakaan, dan Program Studi S1 Antropologi Sosial. Setiap departemen dipimpin oleh ketua

Bahwa pernah pada saat PARA PENGGUGAT menghadap pihak Kepala Desa Tarajusari (TURUT TERGUGAT II) bermaksud untuk membuat surat- surat warkah dan membaliknamakan atas nama Ahli

Interaksi sosial dalam komunikasi antarbudaya yang terjadi antara santri Jawa dan Madura di pondok pesantren Darul Falah Bangsri Jepara menunjukkan tidak adanya

maka, dalam mana-mana hal itu, Kerajaan hendaklah, tanpa menyentuh apa- apa hak lain yang ada padanya, sentiasa berhak mengambil tindakan tatatertib terhadap yang

Margin berupa Surat Berharga/Efek yang disimpan pada Bank yang mempunyai fungsi kustodi di Bank penyimpan margin yang disetujui oleh Bappebti, yang dinilai sesuai

• Dari tulisannya tersebut kita melihat bahwa pada awal abad pertama setelah masehi, Pliny berhasil mengidentifikasi adanya bahaya debu di tempat kerja dan menuliskan