INDEKS PERSEPSI PUBLIK INDONESIA
TERHADAP
TNDAK PIDANA PENCUCIAN UANG &
TINDAK PIDANA PENDANAAN TERRORISME
"
BERSAMA CEGAH & BERANTAS PENCUCIAN UANG
DAN PENDANAAN TERORISME DI INDONESIA
"
IPP
SAMBUTAN
KEPALA PPATK
P
uji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah
SWT karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya, PPATK bersama Tim Penyusun dapat
menyelesaikan
“Publikasi Indeks Persepsi
Publik Indonesia Anti Pencucian Uang dan
Pemberantasan Pendanaan Terorisme (IPP
APUPPT) Indonesia, Tahun 2017”. Saya
menyambut baik atas penyelesaian program IPP
APUPPT tahun ke-2 ini karena merupakan bagian
penting dari suksesnya penerapan rezim Anti
Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme di
Indonesia.
IPP APUPPT merupakan visualisasi (gambaran)
dari apa yang telah selama ini kita lakukan dalam
upaya pencegahan dan pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme
di Indonesia dari sudut pandang masyarakat
Indonesia.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan
self evaluation secara berkala terhadap capaian
yang telah dihasilkan sejauh ini dalam penerapan
rezim Anti Pencucian Uang dan Pendanaan
Terorisme dengan harapan kita akan terus bekerja
keras untuk menciptakan rezim APUPPT yang
lebih baik kedepannya.
Hasil penilaian persepsi ini sekaligus menjadi
petunjuk secara tidak langsung mengenai apa yang
diharapkan oleh masyarakat Indonesia terhadap
iklim pengawasan dan penegakan hukum di
Indonesia yang terus mengalami dinamika
khususnya dalam penanganan Tindak Pidana
Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme.
Kami mengapresiasi atas kerjasama yang
telah dibangun bersama para stakeholders terkait
dalam Rezim APUPPT, Tim Ahli, Tim Akademisi, Tim
Pakar/Praktisi di bidang Politik, Ekonomi, Sosial,
Teknologi, Lingkungan, dan Legislasi (PESTEL),
serta PT Surveyor Indonesia (Persero) yang telah
membantu pelaksanaan Penyusunan IPP APUPPT
Tahun 2017. Kami juga turut mengucapkan terima
kasih atas dukungan Pemerintah di 1.104 Desa/
Kelurahan sehingga pelaksanaan Survei Nasional
Persepsi Publik terhadap TPPU dan TPPT Tahun
2017 dapat diselesaikan dengan response rate
sempurna.
KIAGUS AHMAD BADARUDDIN
DAFTAR
ISI
SAMBUTAN
KEPALA PPATK
PENDAHULUAN
DAFTAR ISI
HASIL IPP
APU-PPT 2017
Postur Persepsi Publik Terhadap TPPU dan TPPT Tahun 2017 Perkembangan Persepsi Publik Terhadap TPPU dan TPPT Tahun 2017 terhadap Tahun 2016 Rekomendasi Bagi Rezim
APUPPT
Harapan Publik terhadap Penguatan Rezim APUPPT Indonesia Rekomendasi Bagi Masyarakat
REKOMENDASI
ii
01
02
08
33
INISIATIF STRATEGIS PENGEMBANGAN IPP
APUPPT INDONESIA
Pada akhir tahun 2015, Indonesia telah menyelesaikan proses identifikasi, analisis, dan evaluasi berbagai risiko TPPU (Tindak Pidana Pencucian Uang) dan TPPT (Tindak Pidana Pendanaan Terorime) secara komprehensif melalui Program Penilaian Risiko Nasional terhadap TPPU dan TPPT.
PPATK bersama stakeholder rezim APUPPT telah secara intensif melaksanakan berbagai strategi implementatif guna menindaklanjuti rekomendasi-rekomendasi pokok NRA dan RRA sebagai bentuk mitigasi risiko dan upaya mereduksi risiko TPPU dan TPPT nasional secara berkelanjutan.
Akan tetapi, Indonesia masih dipersepsikan sebagai salah satu negara dengan tingkat risiko terhadap TPPU dan TPPT pada kategori “Menengah-Tinggi”. Penilaian ini berpotensi menghambat masuknya investasi yang diperlukan untuk meningkatkan fundamental ekonomi
Untuk itu, diperlukan re-measurement secara mandiri melalui Indeks Persepsi Publik guna mengukur dan menjadi monitoring tools terhadap keefektifan upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dan TPPT di Indonesia dinilai dari perspektif publik.
TUJUAN PENGEMBANGAN IPP TPPU/TPPT
Sebagai suatu tolok ukur (monitoring tools), Indeks Persepsi Publik terhadap TPPU dan TPPT menjadi sangat penting guna mengukur pencapaian tahunan seluruh stakeholders rezim APUPPT di Indonesia dalam menentukan arah kebijakan yang paling tepat untuk mencegah dan memberantas TPPU dan TPPT, khususnya yang berkaitan dengan tindak lanjut rekomendasi-rekomendasi pokokNational Risk Assessment on Money Laundering/Terrorist Financing.
Penyusunan indeks persepsi publik terhadap TPPU dan TPPT Tahun 2017 di Indonesia ini bertujuan untuk memperoleh ukuran dan informasi mengenai:
1. Postur dan dan perkembangan Tingkat pemahaman masyarakat Indonesia mengenai TPPU dan TPPT pada periode survei tahun 2017;
2. Postur dan dan perkembangan Tingkat kesadaran (awareness) masyarakat terhadap perilaku terindikasi
PENDAHULUAN
3. Tingkat keefektifan kinerja stakeholders rezim anti pencucian uang dan pendanaan terorisme selama tahun 2016-2017 dalam menindaklanjuti rekomendasi NRA. Penilaian ini diharapkan dapat memberikan masukan/feedback kepada stakeholders dalam meningkatkan efektifitas dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dan TPPT dalam bentuk berbagai program intervensi guna mereduksi peluang atau risiko terjadinya TPPU dan TPPT di Indonesia; 4. Pandangan dan rekomendasi akademisi dan pakar
terhadap peningkatan keefektifan upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dan TPPT di Indonesia; 5. Pandangan publik terhadap kecukupan regulasi TPPU
dan TPPT di Indonesia per periode survei tahun 2017; 6. Harapan/feedback publik terhadap upaya pencegahan
dan pemberantasan TPPU dan TPPT di Indonesia yang telah dilakukan; dan
7. Secara tidak langsung bertujuan untuk mengedukasi masyarakat agar memiliki/meningkatkan awareness terhadap risiko-risiko terjadinya TPPU dan TPPT di Indonesia.
MENGENAL REZIM APU-PPT INDONESIA
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)
PPATK berperan sebagai Financial Intelligence Unit (FIU) yang bertugas untuk mencegah dan memberantasan tindak
pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme dengan kewenangan menerima, menganalisis semua informasi terkait keuangan dan menyampaikannya kepada penegak hukum untuk ditindaklanjuti.
Pihak Pelapor
Pihak Pelapor merupakan pihak yang menyampaikan laporan transaksi keuangan kepada PPATK yang meliputi Penyedia Jasa Keuangan (PJK), Penyedia Barang dan atau Jasa lainnya (PBJ) dan Profesi.
Lembaga Pengawas dan Pengatur
Lembaga Pengawas dan Pengatur adalah lembaga yang memiliki kewenangan pengawasan, pengaturan, dan/atau pengenaan sanksi terhadap Pihak Pelapor.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berkewajiban membuat laporan mengenai pembawaan uang tunai dan atau instrumen pembayaran lain untuk selanjutnya disampaikan kepada PPATK.
Lembaga Penegak Hukum
Lembaga penegak hukum terdiri lembaga penyelidikan, lembaga penuntutan dan eksekusi, serta lembaga peradilan. Dalam rezim APUPPT, aparat penegak hukum memiliki
PRESIDEN
PPATK
Tindak Pidana Asal Hasil Tindak Pidana
Pihak Pelapor
Penyidik
Kerjasama Internasional Kerjasama Nasional
Penuntut Hakim
Penyedia Jasa Keuagan
Penyedia Barang,Jasa, dan Profesi
Lembaga Pengawas dan Pengatur
Pendekatan Anti Pencucian Uang
Pendekatan Penegakan Hukum
Bea dan Cukai
Proses Hukum
Aparat Penegak Hukum
DPR
MasyarakatKomite TPPU
peran dan memberantas tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme.
Masyarakat
Masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU dan TPPT. Peran masyarakat adalah memberikan data dan informasi kepada Pihak Pelapor ketika melakukan hubungan usaha dengan Pihak Pelapor. Di samping itu, masyarakat juga dapat berperan aktif dalam memberikan informasi kepada
aparat penegak hukum yang berwenang atau PPATK apabila mengetahui adanya perbuatan yang berindikasi pencucian uang.
Komite Nasional Pencegahan dan Pemberantasan TPPU
Komite ini terdiri atas beberapa lembaga terkait yang diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keaman secara ex-officio. Komite ini bertugas untuk melakukan koordinasi nasional dalam pengambilan kebijakan pencegahan dan pemberantasan TPPU/TPPT.
Rapat Komite TPPU sebagai sarana konsolidasi seluruh stakeholder rezim TPPU
Penyusunan indeks dilakukan dengan melibatkan seluruh stakeholders Rezim APUPPT, agar kegiatan dapat terlaksana secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel. Dalam pelaksanaan tugasnya, PPATK juga melibatkan lembaga surveyor independen yang memiliki pengalaman luas dan kompeten yaitu PT. Surveyor Indonesia serta bekerjasama dengan Tim Ahli dari Badan Pusat Statistik dalam proses indeksasi. Guna penjaminan kualitas terhadap metodologi teknis pelaksanaan survei dan indeksasi, Tim juga didampingi oleh para Akademisi sebagai Tim Penjamin Kualitas yang berasal dari 6 universitas yang telah menjalin MoU dengan PPATK, yaitu: Universitas Sumatera Utara, Universitas Sriwijaya, Universitas Jember, Universitas Lambu Mangkurat, Universitas Padjajaran, dan Universitas Airlangga.
METODOLOGI SURVEY IPP TPPU/TPPT
PIHAK TERLIBAT DALAM IPP
TPPU/TPPT METODE PENGUMPULAN DATA
Penyusunan indeks ini dilakukan berdasarkan data hasil survei rumahtangga. Pemilihan sampel survey menggunakan kerangka probabilistic sampling dengan pendekatan complex random sampling. Kerangka sampel terdiri dari 11.040 rumahtangga yang tersebar di 1.104 desa/kelurahan di 172 kabupaten/kota pada 34 provinsi. Pada setiap desa/kelurahan dipilih 10 rumahtangga secara random. Pada setiap rumahtangga terpilih sebagai sampel akan dipilih seorang anggota rumahtangga berusia 17 tahun ke atas sebagai responden. Pada 1 (satu) desa/ kelurahan lokus survei dipilih secara acak dan proportional sebanyak 10 responden dengan profil/profesinya bersifat unik (tidak terduplikasi).
IPP-APUPPT merupakan indeks komposit tertimbang yang disusun dari dua indeks komposit lain yaitu: Indeks Persepsi Publik terhadap Tindak Pidana Pencucuian Uang (IPP-TPPU) dan Indeks Persepsi Publik terhadap Tindak Pidana Pendanaan Terorisme (IPP-TPPT). IPP-TPPU merupakan indeks komposit tertimbang dari 114 indikator yang secara substansi dan bersama-sama menggambarkan tingkat keefektifan kinerja pencegahan dan pemberantasan TPPU dinilai dari perspektif publik. Sementara itu, IPP-TPPT juga merupakan indeks komposit tertimbang mencakup 67 indikator yang secara substansi dan bersama-sama menggambarkan tingkat keefektifan kinerja pencegahan dan pemberantasan TPPT dinilai dari perspektif publik.
VARIABEL IPP TPPU/TPPT
Indeks Persepsi Publik (IPP) ini dihitung secara terpisah untuk TPPU dan TPPT. Terdapat 2 (dua) indeks utama yakni Indeks Persepsi Publik Terhadap TPPU disingkat dengan IPP-TPPU dan Indeks Persepsi Publik terhadap TPPT disingkat dengan IPP-TPPT. Indeks Persepsi
Publik TPPU & TPPT
Tingkat Pemahaman
Karakteristik TPPU/TPPT Pelaku Utama TPPU/TPPT Pelaku Terkait TPPU/TPPT Sumber Dana TPPU/TPPT
Kinerja Pencegahan Kinerja Pemberantasan Faktor Pendorong Terjadinya TPPU/TPPT
Keefektifan Kinerja Rezim
Indeks Persepsi TPPU Indeks Persepsi TPPT Indeks Persepsi TPPU & TPPT
Indeks Persepsi Publik terhadap TPPU dan TPPT diukur dalam skala antara 0-10, dimana nilai 0 menunjukkan bahwa tingkat efektivitas kinerja rezim APUPPT (baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan) di Indonesia dinilai oleh publik adalah sangat
SKALA INDEKS PERSEPSI
rendah (terendah), dan nilai 10 menunjukkan bahwa tingkat efektivitas kinerja rezim APUPPT (baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan) di Indonesia dinilai oleh publik adalah sangat baik (tertinggi).
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berdasarkan evidence-based hasil pengukuran tahun 2017, diketahui bahwa tingkat efektivitas kinerja rezim APUPPT Indonesia dinilai publik sudah CUKUP BAIK, namun perlu upaya yang lebih taktis dari seluruh stakeholder untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap karakteristik, regulasi, risiko TPPU dan TPPT serta kinerja rezim APUPPT di Indonesia. Kondisi ini tercermin dari pencapaian nilai IPP-APUPPT Indonesia Tahun 2017 yang sebesar 5,31. Publik menilai tingkat efektifitas kinerja pencegahan dan pemberantasan lebih baik pada penanganan tindak pidana pencucian uang (TPPU) ketimbang penanganan tindak pidana pendanaan terorisme (TPPT). Nilai IPP-TPPU sebesar 5,57 tercatat lebih tinggi dibandingkan nilai IPP-TPPT yang tercatat sebesar 5,06.
Meskipun pencapaian kinerja pencegahan dan pemberantasan TPPU dan TPPT di Indonesia secara umum masih belum memuaskan (masih jauh dari skor maksimum 10), hasil survei terkini tahun 2017 memperlihatkan adanya peningkatan efektivitas kinerja dibandingkan tahun 2016.
HASIL IPP APU-PPT 2017
Indeks Persepsi Publik Anti Pencucian Uang Dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Tahun 2017PERBANDINGAN IPP APU-PPT 2016-2017
IPP APU-PPT
5.21
5.52
4.89
5.31
5.57
5.06
IPP TPPU
IPP TPPT
Indeks IPP-APUPPT meningkat dari 5,21 menjadi 5,31. Kenaikan IPP-APUPPT didorong oleh naiknya kedua indeks pembentuknya yakni IPP-TPPU dan IPP-TPPT. Selama periode 2016-2017, Indeks IPP-TPPU meningkat dari 5,52 menjadi 5,57, sementara IPP-TPPT meningkat cukup besar dari 4,89 menjadi 5,06.
IPP APU-PPT TAHUN 2017
IPP APU-PPT
5.31
IPP TPPU
5.57
PEMAHAMAN 5.76 KARAKTERISTIK 5.80 KEEFEKTIFAN PENCEGAHAN 5.06 PELAKU UTAMA 4.82 KEEFEKTIFAN PEMBERANTASAN 5.57 PELAKU TERKAIT 5.39 SUMBER DANA 5.96 FAKTOR PENDORONG 6.35 KARAKTERISTIK 5.57 KEEFEKTIFAN PENCEGAHAN 5.20 PELAKU UTAMA 3.44 KEEFEKTIFAN PEMBERANTASAN 5.34 PELAKU TERKAIT 4.83 SUMBER DANA 5.66 FAKTOR PENDORONG 6.45 KEEFEKTIFAN KINERJA 5.28 KEEFEKTIFAN KINERJA 5.27 PEMAHAMAN 4.92IPP TPPT
5.06
IPP TPPUHasil penghitungan IPP-TPPU 2017 sebesar 5.57, mencatat bahwa tingkat efektifitas rezim dalam penanganan tindak pidana pencucian uang (TPPU) masih belum memuaskan. Kondisi ini terlihat baik pada dimensi tingkat pemahaman publik terhadap TPPU yang masih sebesar 5.76, serta dimensi tingkat keefektifan kinerja rezim anti pencucian uang yang masih sebesar 5.28.
IPP TPPT
Hasil penghitungan IPP-TPPT 2017 sebesar 5.06 mencatat bahwa secara umum publik menilai bahwa tingkat keefektifan penanganan tindak pidana pendanaan terorisme masih jauh
A.1
POSTUR PERSEPSI PUBLIK
TERHADAP TPPU DAN TPPT
TAHUN 2017
dari memuaskan bahkan lebih rendah jika dibandingkan tingkat keefektifan penanganan tindak pidana pencucian uang (5.57). Dilihat menurut dimensi pembentuk IPP-TPPT, penilaian publik terhadap tingkat keefektifan kinerja rezim Anti PPT (5.27) lebih baik dibandingkan tingkat pemahaman publik terhadap TPPT (4.92).
PEMAHAMAN PUBLIK TERHADAP
TPPU DAN TPPT
A.2
PEMAHAMAN PUBLIK TERHADAP TPPU
Dari beberapa aspek pemahaman, tingkat pemahaman publik yang paling tinggi adalah pada pemahaman tentang faktor pendorong terjadinya TPPU, sementara aspek yang paling kurang dipahami publik adalah profil pelaku aktif TPPU.
Untuk faktor pendorong, publik meyakini bahwa faktor pendorong yang paling penting dalam mendorong terjadinya TPPU adalah belum efektifnya upaya penegakan hukum di Indonesia, minimnya teladan yang baik dari politisi dan pejabat pemerintah, dan belum efektifnya pengawasan pelaksanaan aturan dalam pencegahan dan pemberantasan pencucian uang (grafik faktor pendorong).
5.80
4.82
5.39
5.96
6.35
KARAK
TERISTIK
TPPU
PEL
AKU UT
AMA
TPPU
PEL
AKU TERK
AIT
6.53
6.84
6.40
6.39
6.38
6.54
6.29
6.53
6.62
6.91
7.18
7.41
7.42
Lemahnya pengawasan terhadap penggunaan identitas palsu Rentannya Perumusan produk hukum yang memberi celah penyalahgunaan wewenang sehingga menjadi saraa korupsi Rentannya Perumusan produk hukum yang memberi celah penyalahgunaan wewenang sehingga menjadi saraa korupsi Rentannya kawasan terpencil terhadap penambangan liar Banyaknya transaksi perdagangan hasil eksploitasi sumber daya alam di daerah perbatasan
Rentannya perkembangan teknologi sehingga mudah digunakan sebagai sarana pencucian uang
Banyaknya transaksi jual beli data nasabah
Lemahnya peraturan dan pengawasan atas sistem pembayaran baru, khususnya mata uang virtual
Maraknya pembangunan properti yang sumber dananya diduga merupakan hasil tindak pidana dari luar negeri
Sulitnya mendeteksi pihak yang merupakan pemilik dana/harta sesungguhnya
Belum efektifnya pengawasan pelaksanaan aturan dalam pencegahan dan pemberantasan pencucian uang
Minimnya teladan yang baik dari politisi dan pejabat pemerintah
Hal penting lain yang perlu dicatat adalah terkait pemahaman publik terhadap karakteristik perbuatan TPPU. Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa 3 karakteristik perbuatan utama TPPU yang paling dipahami publik adalah Menggunakan dana/harta hasil kejahatan untuk membeli aset properti, Menyimpan dana/harta hasil kejahatan di suatu tempat yang tidak diketahui oleh orang lain, dan Menggunakan dana/harta hasil kejahatan untuk membeli kendaraan bermotor. Sedangkan 3 karakteristik perbuatan TPPU yang cenderung belum dipahami publik dengan baik adalah Menitipkan/mengkuasakan dana/harta hasil kejahatan kepada jasa profesi seperti: jasa konsultan, notaris, dll, Menggunakan dana/ harta hasil kejahatan untuk membeli polis asuransi, dan Menggunakan dana/harta hasil kejahatan untuk membeli produk lelang.
5.37
5.47
5.56
5.58
5.88
5.91
6.12
6.19
6.32
6.46
6.68
6.90
6.93
6.93
7.04
Titip Kuasa kepada jasa profesi Beli Polis Asuransi
Beli produk lelang
Simpan atau tempatkan pada lembaga keuangan non-bank Tukar Valuta Asing
Beli Saham Simpan di Bank
Transfer/kirim kepada pihak lain Titip/Kuasa kepada anggota keluarga Simpan ke luar negeri
Beli Logam Mulia Mengembangkan usaha Beli Kendaraan Bermotor Simpan di tempat tersembunyi Beli Aset Properti
Dari sisi Pemahaman terhadap Tindak Pidana Asal Sumber Dana TPPU, publik menilai bahwa 5 Tindak Pidana Asal sumber utama TPPU adalah TP Korupsi, TP Penyuapan, TP Narkotika, TP Perpajakan, TP Psikotropika.
5.56
5.75
5.79
5.84
5.85
5.97
5.97
5.99
6.03
6.03
6.06
6.09
6.12
6.28
6.29
6.32
6.45
6.47
6.60
6.78
6.98
7.13
7.28
7.85
8.03
TP Penculikan TP Pencurian TP Prostitusi TP Perdagangan Orang TP Perjudian TP Perdagangan Senjata GelapTP Perampokan TP Penyelundupan Migran TP di Bidang Perasuransian
TP di Bidang Kelautan TP Lingkungan Hidup TP Penyelundupan Tenaga Kerja
TP di Bidang Pasar Modal TP Penipuan TP Kehutanan TP Pemalsuan Uang TP Kepabeanan TP Penggelapan TP di Bidang Perbankan TP Cukai TP Psikotropika TP Perpajakan TP Narkotika TP Penyuapan
Korupsi sebagai tindak pidana asal sumber dana Tindak Pidana Pencucian Uang
Dari sisi Pemahaman terhadap Pelaku Utama TPPU, publik menilai bahwa 5 Profil Pelaku utama TPPU adalah Pejabat Legislatif, Pejabat Eksekutif, Pejabat Yudikatif, Pengurus/Anggota Parpol, Pengusaha/Wiraswasta.
2.51
2.59
2.65
3.83
5.05
5.33
5.49
5.56
5.72
5.81
5.86
6.20
7.21
7.42
7.57
Pelajar Mahasiswa Ibu Rumah TanggaPetani, Nelayan, Pengrajin, Buruh, Pedagang, dll Guru/Dosen
Pegawai Swasta/Karyawan TNI/POLRI
Pengurus/Anggota Ormas Selain Parpol Profesional
PNS/ASN
Pegawai PJK dan BUMN/D Pengusaha/Wiraswasta Pengurus/Anggota Parpol Yudikatif
Eksekutif Legislatif
Sedangkan untuk Pelaku Terkait TPPU, publik menilai bahwa 3 Profil Pelaku Terkait utama TPPU adalah Rekan Kerja/Relasi, Anggota Keluarga/Kerabat/Saudara, dan Pihak Profesional. Selain pihak tersebut, publik menilai bahwa Istri Simpanan dan Nominee rentan dilibatkan untuk melakukan TPPU.
PEMAHAMAN PUBLIK TERHADAP TPPT
Dari beberapa aspek pemahaman, tingkat pemahaman publik yang paling tinggi adalah pada pemahaman tentang faktor pendorong terjadinya TPPT, sementara aspek yang paling kurang dipahami publik adalah profil pelaku utama TPPT.
KARAK
TERISTIK
TPPT
PEL
AKU
UT
AMA TPPT
PEL
AKU
PENDUKUNG TPPT
SUMBER DANA TPPT
FAK
TOR
PENDORONG TPPT
5.57
3.44
4.83
5.66
6.45
Untuk faktor pendorong, publik meyakini bahwa faktor pendorong yang paling penting dalam mendorong terjadinya TPPT adalah Belum efektifnya upaya penegakan hukum
aturan dalam pencegahan dan pemberantasan pendanaan terorisme, dan Berkembangnya gerakan dan pola pikir radikalisme yang mengatasnamakan keyakinan tertentu.
Lemahnya peraturan & pengawasan atas sistem pembayaran baru, khususnya mata uang virtual Lemahnya peraturan & pengawasan terkait organisasi kemasyarakatan Rentannya perkembangan teknologi
sehingga mudah digunakan untuk pendanaan teroris
Sulitnya mendeteksi pihak yang merupakan pemilik harta sesungguhnya Kesalahan pemahaman terhadap doktrin keyakinan tertentu
Seriusnya ancaman terorisme internasional
Berkembangnya gerakan dan pola pikir radikalisme yang mengatasnamakan keyakinan tertentu
Belum efektifnya pengawasan pelaksanaan aturan dalam pencegahan dan pemberantasan pendanaan terorisme Belum efektifnya upaya penegakan hukum di Indonesia
6.43
6.53
6.54
6.77
6.96
6.97
6.98
7.01
7.02
Hal penting lain yang perlu dicatat adalah terkait pemahaman publik terhadap karakteristik perbuatan TPPU. Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa 3 karakteristik perbuatan utama TPPU yang paling dipahami publik adalah memberikan pendanaan berupa fasilitas ke pelaku terror, memberikan pendanaan melalui penyelenggara transfer dana ilegal, memberikan pendanaan melalui Transfer bank. Sedangkan 3 karakteristik perbuatan TPPU yang cenderung belum dipahami publik secara baik adalah memberikan pendanaan berupa logam mulia ke pelaku teror, memberikan pendanaan melalui sistem keuangan virtual, dan memberikan pendanaan secara tidak langsung melalui yayasan/organisasi kemasyarakatan.
Beri logam mulia ke pelaku teror Beri melalui sistem keuangan virtual
Beri tidak langsung melalui yayasan /organisasi kemasyarakatan Beri bantuan pembukaan usaha bagi kelompok pelaku teror
Beri langsung ke pelaku teror Transfer Bank
Beri Melalui Penyelenggara Transfer Dana Illegal Beri Fasilitas ke Pelaku Teror
5.66
5.78
5.90
6.01
6.02
6.17
6.20
6.34
Dari sisi Pemahaman terhadap Sumber Dana TPPT, publik menilai bahwa 3 sumber utama TPPT adalah Dana dari luar negeri, Dana hasil dari hasil kejahatan, dan Penyimpangan dana yang dikumpulkan melalui Ormas.
4.93
5.59
5.96
7.08
7.17
Pendapatan pribadi yang sahDana Bagi Hasil Aktivitas Perdagangan
Penyimpangan Dana yang Dikumpulkan Melalui Ormas
Dana dari Hasil Kejahatan
Dana dari Luar Negeri
Dari sisi Pemahaman terhadap Pelaku Utama TPPT, publik menilai bahwa 3 Profil Pelaku utama TPPT adalah Pengusaha/Wiraswasta, Pengurus/Anggota Ormas Selain Parpol, dan Pengurus/Anggota Parpol.
2.46
2.70
2.95
3.23
3.73
4.13
4.45
4.48
4.49
4.51
4.67
4.74
4.99
5.11
5.32
Ibu Rumah Tangga Pelajar/Mahasiswa
Petani, Nelayan, Pengrajin, Buruh, Pedagang, dll Guru/Dosen TNI/POLRI PNS/ASN Profesional Pegawai Swasta/Karyawan Yudikatif
Pegawai PJK dan BUMN/D Eksekutif
Legislatif
Pengurus/Anggota Parpol
Pengurus/Anggota Ormas selain Parpol Pengusaha/Wiraswasta
KEEFEKTIFAN KINERJA
REZIM APU-PPT
A.3
PERKEMBANGAN IPP-TPPU
B.1
Keefektifan kinerja rezim APUPPT diukur secara komposit berdasarkan penilaian tingkat pemahaman dan keefektifan kinerja seluruh stakeholder yang memiliki fungsi pencegahan dan pemberantasan TPPU dan TPPT.
Dari sisi Rezim APU, publik menilai bahwa tingkat keefektifan kinerja rezim pemberantasan TPPU (5.57) lebih baik dibandingkan tingkat keefektifan kinerja pencegahan TPPU (5.06). Keefektifan Kinerja Rezim Pencegahan TPPU Keefektifan Kinerja Rezim Pemberantasan TPPU
5.06
5.57
Keefektifan KinerjaRezim Pencegahan Rezim PemberantasanKeefektifan Kinerja
5.2
5.4
Begitu pula untuk Rezim APT, publik menilai bahwa tingkat keefektifan kinerja rezim pemberantasan TPPT (5.34) lebih baik dibandingkan tingkat keefektifan kinerja pencegahan TPPT (5.20).
PERKEMBANGAN PERSEPSI PUBLIK
TERHADAP TPPU DAN TPPT TAHUN
2017 TERHADAP TAHUN 2016
B
Peningkatan dalam efektivitas kinerja pencegahan dan pemberantasan TPPU di Indonesia selama periode 2016-2017, seperti terlihat pada meningkatnya indeks IPP-TPPU utamanya didorong oleh meningkatnya tingkat pemahaman publik terhadap berbagai aspek terkait TPPU, dimana indeksnya meningkat dari 5,67 menjadi 5,76 selama periode 2016-2017. Meningkatnya tingkat pemahaman publik ternyata tidak diikuti oleh membaiknya persepsi publik terhadap keefektifan kinerja rezim anti pencucian uang, dimana publik menilai bahwa selama periode 2016-2017 tidak ada perbaikan dalam keefektifan kinerja rezim APU seperti terlihat pada nilai indeks persepsi publik terhadap kinerja yang relatif stabil atau tetap.
IPP - TPPU Tingkat Pemahaman Keefektifan Kinerja
5.52
2016 2017 2016 2017 2016 2017
5.57
5.67
5.76
PERKEMBANGAN TINGKAT PEMAHAMAN PUBLIK TERHADAP TPPU
Indeks Tingkat Pemahaman Publik terhadap TPPU diukur dengan 5 aspek utama yaitu pemahaman publik terhadap karakteristik TPPU, pelaku aktif TPPU, pelaku pasif TPPU, sumber dana TPPU and faktor pendorong terjadinya TPPU. Hasil survei tahun 2016 maupun 2017 memperlihatkan pola yang sama. Tingkat pemahaman publik yang tertinggi terjadi pada aspek pemahaman terhadap faktor pendorong terjadinya TPPU, sementara tingkat pemahan yang terendah adalah pada aspek pemahaman terhadap pelaku TPPU.
Hasil survei persepsi publik tahun 2016 dan 2017 JUGA menunjukkan adanya peningkatan tingkat pemahaman pada semua aspek pemahaman. Peningkatan tingkat pemahaman tertinggi terjadi pada aspek pemahaman publik terhadap pelaku TPPU baik pelaku aktif maupun pelaku pasif. Indeks pemahaman publik terhadap pelaku aktif dan pelaku pasif masing-masing meningkat sebesar 0,22 dan 0,25 poin. Peningkatan terendah atau hampir tidak ada perubahan terjadi pada aspek pemahaman publik terhadap sumber dana TPPU.
Karakteristik TPPU Pelaku Aktif TPPU Pelaku Pasif TPPU Sumber Dana TPPU Faktor Pendorong TPPU
5.72
4.60
5.14
5.95
6.27
5.39
5.96
6.35
2016 2017 2016 2017 2016 2017 2016 2017 2016 20175.80
4.82
PERKEMBANGAN KEEFEKTIFAN KINERJA REZIM ANTI PENCUCIAN UANG KARAKTERISTIK WILAYAH Keefektifan Kinerja Rezim Pencegahan TPPU Keefektifan Kinerja Rezim Pemberantasan TPPU Keefektifan Kinerja Rezim Anti PU Lembaga Pengawas dan Pengatur
Lembaga Regulasi Lembaga Financial Intelligent Unit Lembaga Penegak Hukum dan Peradilan Lembaga Koordinasi
Secara umum, berdasarkan hasil survei 2016 dan 2017, keefektifan kinerja rezim pemberantasan lebih baik dari keefektifan kinerja rezim pencegahan. Dilihat perkembangannya, publik juga menilai bahwa tingkat keefektifan kinerja rezim anti pencucian uang di Indonesia tidak mengalami peningkatan. Hal ini juga berlaku baik pada rezim pencegahan maupun rezim pemberantasan. Nilai indeks keefektifan kinerja rezim anti pencucian uang bahkan sedikit menurun dari 5,29 pada tahun 2016 menjadi 5,28 pada tahun 2017, walaupun tidak signifikan.
5.06 5.06
5.58 5.57
5.29 5.28
2017 2017 2017 2016 2016 2016
Berdasarkan jenis lembaganya, public menilai bahwa tingkat keefektifan kinerja lembaga secara umum masih belum memuaskan. Kenaikan indeks keefektifan kinerja rezim anti pencucian uang hanya terjadi utamanya pada Lembaga-Lembaga Penegak Hukum dan Peradilan serta Lembaga Koordinasi, sedangkan keefektifan kinerja pada
Lembaga Pengawas dan Pengatur serta Lembaga Regulasi dinilai cenderung turun.
5.02
5.21
5.21
5.15
5.66
4.95
5.19
5.21
5.17
5.74
2017 2017 2017 2017 2017 2016 2016 2016 2016 2016PERKEMBANGAN IPP APU MENURUT
BERBAGAI KARAKTERISTIK
B.2
Ada dua aspek karakteristik yang mungkin cukup penting untuk diketahui dan diperbandingkan capaian indeksnya yakni daerah tempat tinggal dan wilayah berdasarkan tingkat risiko terjadinya tindak pidana pencucian uang. Dilihat berdasarkan wilayah tempat tinggal, peningkatan indeks IPP-TPPU terlihat lebih besar di wilayah perkotaan dibandingkan wilayah perdesaan. IPP-TPPU perkotaan meningkat dari 5,64 pada 2016 menjadi
5,71 pada 2017 atau meningkat 0,07 poin, sedangkan IPP-TPPU daerah perdesaan hanya meningkat 0,02 poin dari 5,38 menjadi 5,40.
Selanjutnya jika dilihat menurut komponen pembentuk indeks IPP-TPPU, kenaikan indeks terjadi pada indeks tingkat pemahaman publik terhadap TPPU baik di wilayah perkotaan maupun di perdesaan Indeks Tingkat Pemahaman Publik terhadap TPPU di daerah perkotaan meningkat dari 5,80 menjadi 5,92, sedangkan indeks tingkat pemahaman di perdesaan meningkat dari 5,51 menjadi 5,56. Sementara itu, untuk indeks Keefektifan Kinerja Rezim APU, hampir tidak mengalami perbaikan baik di daerah perkotaan maupun perdesaan, bahkan indeks mengalami penurunan di wilayah perdesaan.
IPP - TPPU
Perkotaan IPP - TPPUPedesaan
5.64
5.38 5.40
5.71
2016 2017 2016 2017
Indeks Tingkat Pemahaman Publik terhadap TPPU
Perkotaan
Indeks Keefektifan Kinerja Rezim APU
Perkotaan
Indeks Tingkat Pemahaman Publik terhadap TPPU
Pedesaan
Indeks Keefektifan Kinerja Rezim APU Pedesaan
5.80
5.51 5.56
5.92
2016 2016 2016 2016 2017 2017 2017 20175.38 5.39
5.18 5.15
Fenomena ini perlu mendapat perhatian yang cukup serius karena di satu sisi masyarakat cenderung
rezim yang belum membaik atau bahkan memburuk di wilayah perdesaan. Program sosialisasi terkait pengenalan institusi yang tergabung dalam rezim anti pencucian uang serta tugas-tugas yang harus dilakukan oleh rezim dalam penanganan tindak pidana pencucian uang perlu digalakkan. Tanpa mengenail institusi yang tergabung dalam rezim APU, masyarakat tidak akan mampu menilai kinerjanya dengan baik.
Selanjutnya dilihat menurut wilayah NRA (tingkat risiko wilayah), IPP-TPPU meningkat pada setiap wilayah NRA selama periode 2016-2017. Kenaikan indeks tertinggi
terjadi di wilayah dengan Tingkat Risiko Tinggi diikuti oleh wilayah dengan Tingkat Risioko Rendah dengan kenaikan indeks masing-masing sebesar 0,45 poin dan 0,28 poin. Wilayah dengan Tingkiat Risiko Sedang hanya mengalami peningkata indeks sebesar 0,08 poin. Kenaikan indeks yang lebih tinggi pada wilayah dengan Tingkat Risiko Rendah dibandingkan wilayah dengan Tingkat Risiko Sedang berakibat pada capaian indeks IPP-TPPU Wilayah Risiko Rendah yang lebih tinggi dari pada indeks di wilayah dengan Tingkat Risiko Sedang.
Indeks Persepsi
Publik Terhadap TPPU Tingkat Pemahaman Publik Terhadap Keefektifan Kinerja Rezim Anti PU
5.67
5.85
5.38
5.29
5.19
5.67
5.43
5.53
5.34
Tingkat Risiko Wilayah NRA Tinggi Tingkat Risiko Wilayah NRA Sedang
Tingkat Risiko Wilayah NRA Rendah
2016
Indeks Persepsi
Publik Terhadap TPPU Tingkat Pemahaman Publik Terhadap Keefektifan Kinerja Rezim Anti PU
6.12
6.19
6.02
5.24
5.39
5.74 5.77
5.54 5.62
Tingkat Risiko Wilayah NRA Tinggi Tingkat Risiko Wilayah NRA Sedang
Kenaikan nilai indeks tersebut secara umum juga berlaku pada kedua kedua komponen pembentuknya yakni Indeks pemahaman dan indeks keefektifaan kinerja untuk setiap kategori risiko wilayah. Indeks tingkat pemahaman meningkat cukup besar di wilayah dengan Tingkat Risiko Tinggi dan Tingkat Risiko Rendah dengan besaran kenaikan indeks yang sama yakni 0,34 poin. Selanjutnya pada indeks keefektifan kinerja, kenaikan nilai indeks terjadi pada wilayah dengan Tingkat Risiko Tinggi dan Tingkat Risiko Rendah, sementara indeks keefektifan kinerja di wilayah dengan Tingkat Risiko Sedang mengalami penurunan selama periode 2016-2017.
KARAKTERISTIK SOSIAL DEMOGRAFI
Berdasarkan jenis kelamin, IPP-TPPU secara umum meningkat pada periode 2016-2017 baik untuk laki-laki maupun perempuan. IPP-TPPU laki-laki meningkat dari 5,54 menjadi 5,59, sedangkan IPP-TPPU perempuan meningkat dari 5,50 menjadi 5,55. Kenaikan IPP-TPPU baik untuk laki-laki maupun perempuan didorong utamanya oleh kenaikan indeks pemahaman terhadap TPPU. Satu hal yang perlu disoroti adalah menurunnya indeks keefektifan kinerja pada kelompok laki-laki. Hal ini tentunya memperjelas permasalahan bahwa menurunnya indeks keefektifan kinerja
rezim APU terjadi khususnya pada persepsi kelompok laki-laki dan juga pada publik yang tinggal di wilayah perdesaan seperti yang teridentifikasi sebelumnya.
Indeks Persepsi Publik Terhadap TPPU
(IPP-TPPU) Tingkat Pemahaman Publik Terhadap TPPU Keefektifan Kinerja Rezim Anti PU
5.54
5.59
5.65
5.75
5.39
5.34
2016 2017 2016 2017 2016 2017Laki-laki
Perempuan
5.50
5.55
5.69
5.76
5.20 5.22
Selanjutnya dilihat berdasarkan umur penduduk, hasil survei 2016 dan 2017 menghasilkan pola yang sama dimana kelompok penduduk usia muda cenderung memiliki penilaian yang lebih baik terhadap TPPU dibandingkan kelompok usia tua khususnya dalam hal pemahaman terhadap TPPU. Akan tetapi untuk penilaian keefektifan kinerja rezim APU terdapat pola yang berbeda, dimana penilaian tertinggi terjadi pada kelompok umur 31-40 tahun.
Kelompok Umur Indeks Persepsi Publik Terhadap TPPU (IPP-TPPU) Indeks Tingkat Pemahaman Publik Terhadap TPPU Indeks Keefektifan Kinerja Rezim Anti PU 2016 2017 2016 2017 2016 2017 17-23 Tahun 5.64 5.64 5.88 5.88 5.27 5.26 24-30 Tahun 5.62 5.66 5.80 5.87 5.33 5.31 31-40 Tahun 5.63 5.65 5.77 5.84 5.40 5.37 41-60 Tahun 5.43 5.54 5.51 5.67 5.29 5.34 Lebih Dari 60 Tahun 5.24 5.28 5.39 5.46 5.01 5.01
Hasil penghitungan indeks persepsi terhadap TPPU tahun 2016 dan 2017 memperlihatkan tidak adanya kenaikan yang berarti pada semua kelompok umur. Kenaikan indeks yang terbesar terjadi pada kelompok umur 41-60 tahun. Dilihat berdasarkan komponen pembentuknya, pada indeks tingkat pemahaman kenaikan indeks juga terjadi pada hampir semua kelompok umur, sementara pada indeks keefektifan kinerja nilai indeks turun di kelompok umur 40 tahun ke bawah.
DIlihat menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan, hasil survei 2016 dan 2017 membuktikan pola yang sama bahwa publik dengan tingkat pendidikan yang tinggi cenderung memiliki persepsi yang lebih baik terhadap tindak pidana pencucian uang dibandingkan mereka yang berpendidikan rendah. Pola tersebut juga berlaku baik pada indeks tingkat pemahaman maupun indeks keefektifan kinerja rezim APU. Hal yang perlu menjadi catatan adalah meningkatnya indeks tingkat pemahaman dan indeks penilaian keefektifan kinerja rezim APU di kalangan penduduk yang tidak tamat SD. Kenaikan juga terlihat pada kelompok penduduk yang tamat SMP dan SMA.
Tingkat Pendidikan Indeks Persepsi Publik Terhadap TPPU (IPP-TPPU) Indeks Tingkat Pemahaman Publik Terhadap TPPU Indeks Keefektifan Kinerja Rezim APU 2016 2017 2016 2017 2016 2017 Tidak Tamat SD/ Sederajat 4.51 5.24 4.64 5.49 4.29 4.84 SD/Sederajat 5.05 5.04 5.34 5.27 4.60 4.68 SMP/Sederajat 5.32 5.42 5.56 5.69 4.94 5.01 SMA/Sederajat 5.55 5.62 5.70 5.83 5.31 5.29 Perguruan Tinggi 5.67 5.66 5.76 5.76 5.54 5.51
Secara umum, tidak terdapat gap yang tinggi antar berbagai profesi terkait persepsinya terhadap TPPU. Hal ini terjadi baik pada aspek pemahaman publik terhadap TPPU maupun aspek penilaian keefektifan kinerja rezim APU.
Terkait dengan perkembangan dari tahun 2016 ke tahun 2017, nilai indeks secara umum meningkat. Pada aspek tingkat pemahaman, penurunan hanya terjadi pada profesi pengusana, profesional, dan kelompok Petani/Nelayan, Pengrajin, Buruh Lepas, Pedagang, dll. Sementara itu, pada aspek keefektifan kinerja rezim, penurunan indeks terjadi pada kelompok pengusaha, pegawai bank/BUMN/BUMD, pelajar/mahasiswa, dan pengurus/anggota partai politik.
Profesi Publik
Indeks Persepsi Publik Terhadap TPPU
(IPP-TPPU)
Indeks Tingkat Pemahaman Publik
Terhadap TPPU
Indeks Keefektifan Kinerja Rezim APU 2016 2017 2016 2017 2017 2016
Pejabat Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif 5.43 5.55 5.35 5.54 5.56 5.57 Pengusaha/Wiraswasta 5.53 5.42 5.74 5.61 5.20 5.12 PNS/ASN (Termasuk Pensiunan) 5.43 5.56 5.42 5.61 5.45 5.49 TNI/POLRI (Termasuk Pensiunan) 5.58 5.72 5.52 5.73 5.67 5.72
Profesi Publik
Indeks Persepsi Publik Terhadap TPPU
(IPP-TPPU)
Indeks Tingkat Pemahaman Publik
Terhadap TPPU
Indeks Keefektifan Kinerja Rezim APU 2016 2017 2016 2017 2017 2016
Profesional (Pengacara, Akuntan, Notaris, Dll) 5.67 5.67 5.83 5.78 5.43 5.49 Pegawai Bank, BUMN/D, Jasa Pengiriman Uang,
Pedagang Valas
5.76 5.81 5.76 5.95 5.77 5.59
Ibu Rumah Tangga 5.31 5.40 5.56 5.66 4.92 5.00 Pelajar/Mahasiswa 5.72 5.73 5.93 5.97 5.40 5.37 Guru/Dosen 5.61 5.66 5.73 5.79 5.42 5.47 Pengurus/Anggota Parpol 5.55 5.56 5.68 5.71 5.35 5.34 Pengurus/Anggota Ormas selain Parpol 5.62 5.85 5.26 Petani/Nelayan, Pengrajin, Buruh Lepas, Pedagang, dll 5.36 5.34 5.62 5.60 4.95 4.95 Profesi Lainnya 5.09 5.56 5.38 5.95 4.64 4.94 Tidak Bekerja/Sementara Tidak Bekerja 5.49 5.79 5.04
Lanjutan.
AKSESIBILITAS PUBLIK TERHADAP INDUSTRI KEUANGAN DAN NON-KEUANGAN
Dilihat menurut aksesibilitas terhadap industri keuangan dan non-keuangan, terlihat bahwa publik yang memiliki akses terhadap lembaga keuangan dan non-keuangan memiliki tingkat pemahaman yang lebih baik terhadap TPPU dan memiliki penilaian yang lebih baik terhadap kinerja
rezim APU dibandingkan mereka yang tidak memiliki akses lembaga keuangan/non-keuangan. Hal ini dapat ditunjuk-kan oleh nilai indeks yang lebih tinggi pada mereka yang memiliki akses dari pada yang tidak mengakses. Selama periode 2016-2017, indeks persepsi publik terhadap TPPU terlihat membaik untuk semua profil baik yang mengakses maupun yang tidak mengakses lembaga keuangan dan non-keuangan.
Akses Ke Lembaga Keuangan IPP TPPT Indeks Tingkat Pemahaman Publik Terhadap TPPT Indeks Keefektifan Kinerja Rezim APT 2016 2017 2016 2017 2016 2017 Nasabah Bank 1 Ya 5.62 5.63 5.72 5.77 5.45 5.41 2 Tidak 5.30 5.45 5.55 5.73 4.92 5.00 Nasabah Asuransi 1 Ya 5.57 5.67 5.67 5.81 5.42 5.46 2 Tidak 5.46 5.54 5.67 5.74 5.14 5.22 Nasabah Pasar Modal 1 Ya 5.78 6.01 5.74 6.14 5.86 5.79 2 Tidak 5.52 5.57 5.67 5.75 5.29 5.28 Nasabah Pembiayaan 1 Ya 5.70 5.80 5.83 5.93 5.49 5.60 2 Tidak 5.49 5.54 5.64 5.74 5.26 5.24 Nasabah Dana Pensiun 1 Ya 5.57 5.61 5.60 5.67 5.53 5.52 2 Tidak 5.52 5.57 5.68 5.77 5.26 5.25 Nasabah Koperasi Simpan Pinjam 1 Ya 5.58 5.64 5.65 5.74 5.46 5.47 2 Tidak 5.51 5.56 5.67 5.76 5.26 5.26 Akses Ke Lembaga Keuangan IPP TPPT Indeks Tingkat Pemahaman Publik Terhadap TPPT Indeks Keefektifan Kinerja Rezim APT 2016 2017 2016 2017 2016 2017 Nasabah Pegadaian 1 Ya 5.67 5.74 5.55 2 Tidak 5.57 5.76 5.27 Nasabah Money Changer 1 Ya 5.65 5.80 5.43 2 Tidak 5.57 5.76 5.28 Nasabah Pengiriman Dana 1 Ya 5.78 5.92 5.57 2 Tidak 5.57 5.76 5.28
PERKEMBANGAN IPP-TPPT
B.2
Hasil survei terkini tahun 2017memperlihatkan adanya kenaikan indeks persepsi publik terhadap TPPT dibandingkan tahun 2016. Nilai IPP-TPPT meningkat dari 4,89 pada tahun 2016 menjadi 5,06 pada tahun 2017. Kenaikan IPP-TPPT utamanya disumbang oleh naiknya
indeks keefektifan kinerja rezim anti pendanaan terorisme sedikit mengalami penurunan.
Indeks Persepsi Publik Terhadap TPPT (IPP-TPPT) Tingkat Pemahaman Publik Terhadap TPPT Keefektifan Kinerja Rezim Anti PT 2016 2017 2016 2017 2016 2017
4.89
5.06
4.63
4.92
5.30
5.27
PERKEMBANGAN TINGKAT PEMAHAMAN PUBLIK TERHADAP TPPT
PERKEMBANGAN KEEFEKTIFAN KINERJA REZIM ANTI PENDANAAN TERORISME
Hasil survei juga menunjukkan adanya peningkatan indeks tingkat pemahaman pada kelima aspek pemahaman terkait TPPT. Kenaikan nilai indeks tertinggi terjadi pada aspek pemahaman public terhadap profil pelaku aktif yang meningkat dari 2,95 pada 2016 menjadi 3,44 pada 2017, atau meningkat sebesar 0,49 poin. Kenaikan terendah tercatat pada aspek pemahaman terhadap factor pendorong terjadinya TPPT yang hanya meningkat 0.1 poin dari 6,35 menjadi 6,45.
Karakteristik
TPPT Pelaku Aktif TPPT Pelaku Pasif TPPT Sumber Dana TPPT Pendorong TPPTFaktor
5.32
2.95
3.44
4.67
4.83
5.44
5.66
6.356.45
5.57
20162017 20162017 20162017 20162017 20162017Keefektifan kinerja rezim anti pendanaan terorisme diukur dengan dua aspek yaitu keefektifan kinerja rezim pencegahan TPPT dan keefektifan kinerja rezim pemberantasan TPPT. Dilihat perkembangannya, publik juga menilai bahwa tingkat keefektifan kinerja rezim anti pendanaan terorisme di Indonesia cenderung menurun. Menurunnya indeks keefektifan kinerja rezim anti pendanaan terorisme disumbang baik oleh menurunnya indeks keefektifan kinerja rezim pencegahan TPPT maupun kinerja rezim pemberantasan TPPT. Indeks Keefektifan Kinerja Rezim Pencegahan TPPT menurun dari 5,23 menjadi 5,20 selama periode 2016-2017, sedangkan Indeks Keefektifan Kinerja Rezim Pemberantasan menurun dari 5,36 menjadi 5,34 dalam periode yang sama.
Indeks Keefektifan
Kinerja Rezim APT Indeks Keefektifan Kinerja Rezim Pencegahan TPPT Indeks Keefektifan Kinerja Rezim Pemberantasan TPPT
5.30
5.27
5.23
5.20
5.36
5.34
2016 2017 2016 2017 2016 2017
Berdasarkan jenis lembaganya, publik menilai bahwa peningkatan keefektifan kinerja rezim anti pendanaan terorisme hanya terjadi pada lembaga penilaian publik terhadap efektivitas kinerja rezim anti pendanaan terorisme terlihat meningkat hanya pada Lembaga Penegak Hukum dan Peradilan, sementara keefektifan kinerja lembaga lain tetap (Lembaga Financial Intelligent Unit) atau malah menurun (Lembaga Pengawas dan Pengatur, Lembaga Regulasi, dan Lembaga Koordinasi).
Lembaga
Pengawas dan Lembaga Regulasi Lembaga Financial Penegak Hukum Lembaga KoordinasiLembaga
5.22
4.95
5.21
5.19
5.21
5.21
5.40
5.56
5.28
5.19
2016 2017 2016 2017 2016 2017 2016 2017 2016 2017
PERKEMBANGAN IPP-APT MENURUT
BERBAGAI KARAKTERISTIK
B.3
KARAKTERISTIK WILAYAH
Dilihat menurut daerah tempat tinggal, Indeks persepsi publik terhadap TPPT meningkat di daerah perkotaan maupun daerah perdesaan, dengan peningkatan indeks di perkotaan lebih besar dari pada di perdesaan. IPP-TPPT meningkat 0,21 poin, sementara IPP-TPPT perdesaan meningkat 0,11 poin. Dilihat berdasarkan komponen pembentuknya, indeks tingkat pemahaman publik meningkat baik di perkotaan maupun perdesaan, tetapi indeks keefektifan kinerja rezim APT terlihat tidak ada peningkatan bahkan menurun di wilayah perdesaan.
Indeks Perkotaan Perdesaan 2016 2017 2016 2017
IPP-TPPT 4.98 5.19 4.78 4.89 Tingkat Pemahaman Publik Terhadap
TPPT
4.71 5.06 4.52 4.73 Tingkat Efektifitas Inerja Rezim APT 5.39 5.39 5.18 5.13
Selanjutnya dilihat berdasarkan tingkat risiko wilayah, kenaikan indeks IPP-TPPT terjadi pada wilayah dengan risiko
KARAKTERISTIK SOSIAL DEMOGRAFI
di wilayah risiko tinggi meningkat sebesar 0,44 poin selama periode 2016-2017 dari 4,62 menjadi 5,06, sedangkan wilayah dengan risiko rendah meningkat sebesar 0,07 poin dari 4,84 menjadi 4,91. Dilihat berdasarkan komponen pembentuk IPP-TPPT, indeks tingkat pemahaman publik terhadap TPPT mengalami peningkatan di semua wilayah NRA, sementara indeks keefektifan kinerja rezim APT mengalami penurunan di wilayah dengan tingkat risiko rendah dan risiko menengah.
Indeks Persepsi Publik Rendah Menengah Tinggi 2016 2017 2016 2017 2016 2017
IPP-TPPT 4.84 4.91 5.19 5.12 4.62 5.06 Tingkat Pemahaman
Publik Terhadap TPPT
4.55 4.68 5.09 5.15 4.25 4.89 Tingkat Efektifitas Inerja
Rezim APT
5.30 5.27 5.33 5.08 5.21 5.34
Indeks persepsi publik terhadap TPPT meningkat selama periode 2016-2017 baik untuk laki-laki maupun perempuan, dengan besaran kenaikan yang sama yakni 0,17 poin. Peningkatan indeks IPP-TPPT didorong utamanya oleh kenaikan yang cukup besar pada indeks tingkat pemahaman publik terhadap TPPT baik untuk laki-laki maupun perempuan yang masing-masing naik sebesar 0,30 poin dan 0,28 poin. Sementara itu untuk subdimensi keefektifan
kinerja rezim APT, penurunan indeks terjadi pada penduduk laki-laki.
Indeks Persepsi Publik Laki-Laki Perempuan 2016 2017 2016 2017
IPP-TPPT 4.90 5.07 4.87 5.04 Tingkat Pemahaman Publik
Terhadap TPPT
4.59 4.89 4.66 4.94 Tingkat Efektifitas Inerja Rezim APT 5.40 5.35 5.20 5.20
Berdasarkan umur, kelompok penduduk usia muda cenderung memiliki tingkat pemahaman yang lebih baik terhadap TPPU dibandingkan penduduk usia tua. Hal ini dapat dilihat pada nilai indeks yang cenderung lebih tinggi untuk kelompok usia muda dibandingkan nilai indeks untuk kelompok usia tua. Selain itu juga dapat dilihat bahwa selama periode 2016-2017, nilai indeks cenderung mengalami kenaikan pada semua kelompok umur, khususnya untuk dimensi pemahaman publik terhadap TPPT. Dimensi keefektifan kinerja rezim APT memperlihatkan adanya sedikit penurunan nilai indeks di sebagian besar kelompok umur, khsusunya kelompok usia muda.
Kelompok Umur Indeks Persepsi Publik Terhadap TPPT (IPP-TPPT) Indeks Tingkat Pemahaman Publik Terhadap TPPT Indeks Keefektifan Kinerja Rezim APT 2016 2017 2016 2017 2016 2017 17-23 Tahun 5.01 5.13 4.85 5.05 5.27 5.24 24-30 Tahun 5.01 5.14 4.81 5.04 5.33 5.30 31-40 Tahun 4.97 5.12 4.70 4.96 5.40 5.36 41-60 Tahun 4.79 5.03 4.46 4.83 5.31 5.34 Lebih Dari 60 Tahun 4.58 4.78 4.30 4.63 5.02 5.01
Jenjang pendidikan ikut memengaruhi tingkat persepsi publik. Tingkat pemahaman publik dan penilaian publik terhadap kinerja rezim antai pencucian uang cenderung lebih baik pada kelompok penduduk yang menamatkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan sesorang, maka tingkat pemahamannya terhadap TPPT semakin baik, seperti yang dutunjukkan oleh naiknya nilai indeks persepsi publik terhadap TPPT. Indeks persepsi publik terhadap TPPU secara umum meningkat selama periode 2016-2017. Tingkat Pendidikan Indeks Persepsi Publik Terhadap TPPT (IPP-TPPT) Indeks Tingkat Pemahaman Publik Terhadap TPPT Indeks Keefektifan Kinerja Rezim APT 2016 2017 2016 2017 2016 2017 Tidak Tamat SD/ Sederajat 3.98 4.86 3.76 4.88 4.33 4.84 SD/Sederajat 4.51 4.61 4.46 4.57 4.60 4.68 SMP/Sederajat 4.74 4.98 4.63 4.95 4.93 5.02 SMA/Sederajat 4.92 5.10 4.66 4.98 5.32 5.29 DI/DII/DIII 4.95 5.05 4.66 4.85 5.41 5.37 DIV/S1 4.99 5.13 4.62 4.88 5.57 5.52 S2 5.18 5.13 4.68 4.72 5.96 5.76 S3 4.31 5.47 3.46 4.99 5.65 6.24
Persepsi publik terhadap TPPT membaik untuk semua kelompok profesi selama periode 2016-2017, dimana kenaikan indeks utamanya terjadi pada tingkat pemahaman publik terhadap TPPT. Sementara itu, pada sub-dimensi keefektifan kinerja rezim APT, indeks mengalami penurunan di beberapa kelompok profesi seperti kelompok pejabat eksekutif, legislatif, dan yudikatif, kelompok pengusaha, dan pegawai Bank/BUMN/BUMD.
Profesi Publik Indeks Persepsi Publik Terhadap TPPT (IPP-TPPT) Indeks Tingkat Pemahaman Publik Terhadap TPPT Indeks Keefektifan Kinerja Rezim APT 2016 2017 2016 2016 2017 2016 Pejabat Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif
4.81 5.04 4.31 4.72 5.58 5.54 Pengusaha/Wiraswasta 4.91 4.94 4.72 4.82 5.21 5.12 PNS/ASN (Termasuk Pensiunan) 4.78 5.03 4.33 4.74 5.47 5.48 TNI/POLRI (Termasuk Pensiunan) 4.99 5.20 4.50 4.83 5.75 5.78 Pegawai Swasta/ Karyawan 4.91 5.10 4.69 4.98 5.26 5.28 Profesional (Pengacara, Akuntan, Notaris, Dll) 4.92 5.13 4.61 4.90 5.41 5.48 Pegawai Bank, BUMN/D,
Jasa Pengiriman Uang, Pedagang Valas
5.20 5.25 4.85 5.08 5.76 5.51
Ibu Rumah Tangga 4.73 4.92 4.61 4.87 4.92 5.00 Pelajar/Mahasiswa 5.07 5.20 4.86 5.10 5.39 5.36 Guru/Dosen 4.93 5.11 4.62 4.90 5.41 5.45 Profesi Publik Indeks Persepsi Publik Terhadap TPPT (IPP-TPPT) Indeks Tingkat Pemahaman Publik Terhadap TPPT Indeks Keefektifan Kinerja Rezim APT 2016 2017 2016 2016 2017 2016 Pengurus/Anggota Parpol 4.90 5.06 4.61 4.86 5.36 5.36 Pengurus/Anggota
Ormas selain Parpol
5.03 4.88 5.27 Petani/Nelayan,
Pengrajin, Buruh Lepas, Pedagang, dll 4.76 4.88 4.63 4.84 4.96 4.95 Profesi Lainnya 4.40 5.00 4.26 5.01 4.63 4.97 Tidak Bekerja/ Sementara Tidak Bekerja 5.01 5.01 5.01
AKSESIBILITAS PUBLIK TERHADAP INDUSTRI KEUANGAN DAN NON-KEUANGAN
Secara umum baik hasil survei 2016 maupun 2017 menunjukkan bahwa publik yang mengakses lembaga keuangan/non-keungan memiliki tingkat pemahaman terhadap TPPT lebih baik dari pada mereka yang tidak mengakses. Hal yang sama juga terlihat pada aspek penilaian publik terhadap keefektifan kinerja rezim APT dimana publik yang mengakses lembaga keuangan/non-keuangan juga memiliki tingkat penilaian yang lebih tinggi dibanding mereka yang tidak mengakses.
Akses Ke Lembaga Keuangan IPP TPPT Indeks Tingkat Pemahaman Publik Terhadap TPPT Indeks Keefektifan Kinerja Rezim APT 2016 2017 2016 2017 2016 2017 Nasabah Bank 1 Ya 4.97 5.10 4.65 4.92 5.46 5.40 2 Tidak 4.70 4.95 4.56 4.91 4.91 5.00 Nasabah Asuransi 1 Ya 4.91 5.13 4.59 4.94 5.42 5.43 2 Tidak 4.86 5.03 4.67 4.91 5.14 5.22 Nasabah 1 Ya 5.10 5.37 4.57 5.13 5.93 5.73 Akses Ke Lembaga Keuangan IPP TPPT Indeks Tingkat Pemahaman Publik Terhadap TPPT Indeks Keefektifan Kinerja Rezim APT 2016 2017 2016 2017 2016 2017 Nasabah Pembiayaan 1 Ya 5.04 5.28 4.74 5.09 5.50 5.56 2 Tidak 4.86 5.03 4.61 4.89 5.26 5.24 Nasabah Dana Pensiun 1 Ya 4.87 5.09 4.43 4.82 5.55 5.50 2 Tidak 4.89 5.05 4.65 4.93 5.26 5.25 Nasabah Koperasi Simpan Pinjam 1 Ya 4.96 5.10 4.63 4.86 5.48 5.46 2 Tidak 4.87 5.05 4.63 4.92 5.26 5.25 Nasabah Pegadaian 1 Ya 5.11 4.85 5.53 2 Tidak 5.05 4.92 5.26 Nasabah Money Changer 1 Ya 4.96 4.68 5.40 2 Tidak 5.06 4.92 5.27 Nasabah Pengiriman 1 Ya 5.08 4.74 5.61 2 Tidak 5.06 4.92 5.27
REKOMENDASI
Indeks Persepsi Publik Anti Pencucian Uang Dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Tahun 2017REKOMENDASI BAGI REZIM APUPPT
Hasil Indeks Persepsi Publik Tahun 2017 dibandingkan tahun 2016 cenderung mengalami peningkatan tetapi belum berarti. Kondisi ini disebabkan oleh tingkat pemahaman publik terhadap karakteristik TPPU dan TPPT mengalami perubahan yang belum berarti. Oleh karena itu, untuk meningkatkan indeks persepsi publik terhadap TPPU dan TPPT di masa mendatang perlu diberikan rekomendasi kunci yaitu melakukan sosialisasi dan edukasi pada masyarakat terhadap pemahaman karakteristik TPPU dan TPPT.
Secara rinci rekomendasi strategis untuk masing-masing stakeholder dapat diuraikan sebagai berikut:
A) UPAYA UNTUK PENINGKATAN NILAI IPP APUPPT SECARA SIGNIFIKAN:
• Seluruh stakeholder melakukan Self Assessment terhadap program sosialisasi dan edukasi yang telah dilakukan selama ini sesuai dengan RENSTRA yang berlaku pada tiap-tiap stakeholders.
• Untuk program yang dianggap telah memberikan kontribusi terhadap peningkatan indeks persepsi, maka program tersebut lebih ditingkatkan.
• Mengidentifikasi target kelompok sasaran masing-masing stakeholders yang akan dijadikan sasaran sosialisasi dan edukasi.
• Melakukan terobosan dan ide baru yang aplikatif untuk target kelompok dimaksud agar tujuan sosialisasi dan edukasi tercapai.
• Memfasilitasi publik dalam melakukan pengaduan masyarakat kepada PPATK ke Penegak Hukum dengan menggunakan aplikasi mobile.
• Mengoptimalkan penggunaan data TPPU dan TPPT di masing-masing stakeholders terkait.
• Perlu adanya evaluasi berkala tiap tahun terhadap tindak lanjut rekomendasi IPP APUPPT.
• Perlu adanya penggunaan slogan atau Tag Line lokal dalam pendekatan sosialisasi.
B) UPAYA UNTUK PENINGKATAN PEMAHAMAN PUBLIK TERHADAP KARAKTERISTIK TPPU KARAKTERISKTIK TPPU DAN TPPT:
• Perlu adanya sosialisasi dan edukasi kepada Agen Properti bersama Pihak Asosiasi Real Estate Indonesia
• Peningkatan Kepatuhan Pelaporan LT PBJ.
• Perlu adanya edukasi publik dengan target kelompok yang berpotensi menjadi pelaku TPPU dan TPPT. • Melakukan identifikasi Know Your Beneficial Ownership
(Pemilik Manfaat);
• Dalam penerbitan ijin usaha, calon investor didorong untuk melampirkan surat pernyataan bagi Badan Hukum/Korporasi mengenai mengetahui dan memahami Program Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme.
C) UPAYA UNTUK PENINGKATAN PEMAHAMAN PUBLIK TERHADAP POTENSI PELAKU AKTIF TPPU DAN TPPT:
• Memasukan materi TPPU dan TPPT kepada profil yang berisiko tinggi seperti: Anggota Partai dan Calon Legislatif, Eksekutif, Yudikatif; Mahasiswa/Pelajar; Pengurus Ormas.
• Meningkatkan program deradilkalisasi
• Meningkatkan kesadaran melalui Penandatangan Pakta Integritas;
• Meningkatkan kesadaran untuk melaporkan LHKPN; • Meningkatkan kesadaran dalam pelaporan SPT Pajak.
D) UPAYA UNTUK PENINGKATAN PEMAHAMAN PUBLIK TERHADAP POTENSI PELAKU PASIF TPPU DAN TPPT:
• Mengedukasi kepada Toko Agama dan Tokoh Masyarakat;
• Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam aktivitas Prinsip Mengenal Lingkungan (KYN).
• Melakukan sosialisasi dan edukasi terkait TPPU melalui kegiatan sosial kemasyarakatan.
• Melakukan sosialisasi dan edukasi terkait TPPU kepada Organisasi Jasa Profesi.
E) UPAYA UNTUK PENINGKATAN PEMAHAMAN PUBLIK TERHADAP SUMBER DANA TPPU DAN TPPT:
• Meningkatkan koordinasi sosialisasi antar Lembaga secara berkala.
F) UPAYA UNTUK PENINGKATAN PEMAHAMAN PUBLIK TERHADAP FAKTOR PENDORONG TPPU DAN TPPT:
• Perlu Role Model kepada Pejabat Pemerintah.
• Perlu adanya Reward & Punishment kepada Pejabat Pemerintah (Publikasikan).
• Perlu adanya kampanye Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme dari beberapa Tokoh Inspiratif Masyarakat.
• Meningkatkan Koordinasi dan Supervisi Penanganan Perkara
• Memastikan aspek kepatuhan atas penerapan regulasi di bidang pencegahan TPPU.
• Konsistensi dalam penegakan hukum.
• Mengefektifkan peran pengawas internal dari masing-masing instansi/lembaga.
• Meningkatkan efektifitas WBS melalui Lembaga Perlindungan Saksi (LPSK) dengan memberikan insentif dan perlindungan.
G) UPAYA UNTUK PENINGKATAN TINGKAT KEEFEKTIFAN KINERJA DI BIDANG PENCEGAHAN APUPPT SECARA SIGNIFIKAN:
• Penerapan Reward & Punishment terhadap industri dalam penerapan Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme.
• Peningkatan Sosialisasi Ketentuan dan Pengawasan Implementasi PMPJ oleh industri.
• Mengawasi transaksi jual beli data nasabah.
• Pemberian Sanksi dari Asosiasi Profesi kepada Notaris. • Meningkatkan koordinasi melalui MOU.
• Khusus Koperasi, melakukan deklarasi dari pengurus/ anggota koperasi terkait sumber dana anggota koperasi.
• Peningkatan kemampuan sistem dalam mengidentifikasi pihak pengendali Badan Hukum, khususnya PT. dan diharapkan terintegrasi dengan SISMINBAKUM.
• Memperbaiki sistem Duknas;
• Meningkatkan pemantauan terhadap Ormas yang tidak berbadan hukum maupun yang berbadan hukum oleh Kesbangpol Daerah
• Meningkatkan pemantauan pembawaan uang tunai lintas batas.
• Peningkatan Sumber Daya terkait Pencegahan Pembawaan Uang Tunai Lintas Batas
• Membuat Sistem Profiling Dalam Mengidentifikasi Pembawaan Uang Tunai Lintas Batas.
• Meningkatkan pemantauan dan evaluasi terhadap Strategi Nasional dan Rencana Aksi Anti Pencucian Uang dan Pemberantasan Pendanaan Terorisme.
H) UPAYA UNTUK PENINGKATAN TINGKAT KEEFEKTIFAN KINERJA DI BIDANG PEMBERANTASAN APUPPT SECARA SIGNIFIKAN:
• Meningkatkan koordinasi antar Penegak Hukum • Menciptakan mekanisme yang mampu memonitor
tindak lanjut status proses penanganan perkara. • Transparansi penanganan perkara TPPU. • Konsistensi Penanganan Perkara TPPU.
• Meningkatkan koordinasi dengan PPATK dengan Penegak Hukum, khususnya terkait tindak pidana asal berisiko tinggi TPPU dan TPPT.
• Meningkatkan koordinasi dengan pemangku kepentingan yang berkaitan dengan MLA dan Ketika Datun menjadi Pengacara Negara dalam kasus yang menyangkut Pemerintah sebagai Pihak Terlapor.
HARAPAN PUBLIK TERHADAP
PENGUATAN REZIM APUPPT
INDONESIA
A) ASPEK PENCEGAHAN:
• Perlu sosialisasi kepada masyarakat tentang TPPU dan TPPT secara bertahap dan berkelanjutan, khususnya dengan cara mengoptimalkan media cetak, elektronik maupun media social, dan juga alat peraga berupa spanduk sesuai dengan karakteristik masyarakat di wilayahnya masing-masing.
• Perlu memastikan setiap warga masyarakat sudah mempunyai Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan memastikan tidak ada yang ber-KTP ganda.
• Produk hukum yang dapat membuat para pelaku TPPU dan TPPT menjadi Jera dan menyita asset
• Peningkatan kerja sama antara lembaga pemerintah dengan masyarakat terkait pencegahan pencucian uang dan pendanaan terorisme.
• Sosialisasikan sistem untuk mempermudah masyarakat dalam menyalurkan saran dan pengaduan serta pengaduan tentang pencucian uang dan pendanaan terorisme agar dapat ditindak lanjuti segera oleh Pemerintah.
B) ASPEK PEMBERANTASAN:
• Penguatan sinergi antar lembaga yang berperan dalam penanggulangan tindak pidana pendanaan terorisme dengan Aparat Penegak Hukum yang harus ditingkatkan agar lebih efektif.
• Penerapan hukuman maksimal yang sesuai dengan Undang-Undang tanpa tebang pilih guna mempersempit ruang gerak pelaku TPPU dan TPPT. • Mendorong organisasi masyarakat berperan langsung
dalam menjaga keamanan dengan melaporkan kepada aparat negara setiap hal yang mencurigakan.
• Memperkuat Undang-Undang yang dapat membuat efek jera bagi pelaku TPPU dan TPPT.
REKOMENDASI BAGI MASYARAKAT
A) TURUT PROAKTIF DALAM:
• Berikan data/informasi lengkap/terkini saat transaksi • Gunakan identitas asli yang masih berlaku saat
transaksi
• Ikut program edukasi/sosialisasi APUPPT
B) TEGAS MENOLAK APABILA:
• Menerima dana yang tidak diketahui asal usulnya. • Membantu menyimpan dana orang lain pada rekening
yang dimiliki tanpa kejelasan asal sumber dananya. • Membeli harta yang tidak diketahui kejelasan status
kepemilikannya.
• Memberi sumbangan dana tanpa kejelasan peruntukannya.
• Mendanai pembelian bahan-bahan kimia berbahaya yang diduga terkait kegiatan terorisme.
• Terlibat dalam pengumpulan dana oleh yayasan bagi kegiatan yang tidak berhubungan dengan fungsi yayasan tersebut.
• Membantu pendistribusian buku, artikel, tulisan, atau ajakan yang isinya cenderung anarkis/radikal.
C) BERANI MELAPORKAN INDIKASI TPPU/TPPT KEPADA:
• PPATK (melalui Pengaduan Masyarakat/Dumas) • Penegak hukum, ataupun
INDEKS PERSEPSI PUBLIK INDONESIA TERHADAP TNDAK PIDANA PENCUCIAN UANG & TINDAK PIDANA PENDANAAN TERRORISME