• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II SEJARAH DAN IMPLEMENTASI ASEAN-CHINA FREE TRADE AGREEMENT. posisi Indonesia dalam ACFTA, dan implementasi ACFTA di ASEAN dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II SEJARAH DAN IMPLEMENTASI ASEAN-CHINA FREE TRADE AGREEMENT. posisi Indonesia dalam ACFTA, dan implementasi ACFTA di ASEAN dan"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

28

BAB II

SEJARAH DAN IMPLEMENTASI ASEAN-CHINA FREE TRADE

AGREEMENT

Pada BAB II ini akan menjelaskan sejarah awal terbentuknya ACFTA, posisi Indonesia dalam ACFTA, dan implementasi ACFTA di ASEAN dan Indonesia. pada BAB II ini juga akan membahas jumlah ekpor dan impor, jumlah tenaga kerja dan jumlah investasi dari China ke ASEAN dan dari China ke Indonesia serta latar belakang bekalang kepentingan Indonesia dalam ACFTA yang akan di bahas pada BAB selanjutnya.

2.1 Sejarah ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA)

Perdagangan internasional secara umum sedang berkembang kearah perdagangan yang lebih bebas dan terbuka. Negara-negara secara bilateral, regional maupun global saat sekarang ini cenderung menjalin kerjasama dalam bentuk pengurangan atau menghilangkan hambatan untuk perdagangan tarif dan non tarif untuk menciptakan perdagangan bebas yang lebih kondusif, agresif dan progresif. Dengan perkembangan zaman negara semakin memahami arti pasar bebas, termasuk manfaat yang diperoleh dari mekanisme perdagangan tersebut.1

Perdagangan bebas memiliki banyak tujuan, seperti untuk meningkatkan kemakmuran bagi negara yang terlibat serta memiliki harapan dapat menciptakan suatu tatanan perekonomian yang stabil dan saling menguntungkan serta untuk

1 “Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional,” Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional, 2018, http://ditjenppi.kemendag.go.id/index.php/asean/asean-1-fta/asean-china; REGIONAL, “Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional. ASEAN China Free Trade Area.”

(2)

29

menarik investor agar menanamkan investasi dalam negari serta meningkatkan perdagangan diantara negara-negara dunia.2

Keberadaan ASEAN (Association of South East ASIAN Nattions) merupakan kekuatan politik dan ekonomi pada wilayah Internasional khususnya wilayah Asia Pasifik. ASEAN adalah perhimpunnan bangsa-bangsa Asia Tenggara, Sebuah organisasi yang didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand yang dikenal sebagai Deklarasi Bangkok. Piagam aslinya terhlima anggota Negara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Kemudian negara lainnya bergabung diantaranya Myanmar tahun 1995, Laos tahun 1997, dan Kamboja tahun 1999.3

ASEAN didirkan dengan tujuan untuk memajukan kepentingan bersama di wilayah tersebut, termasuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan budaya, perdamaian dan stabilitas regional. Sejalan dengan tujuan tersebut, para pemimpin organisasi mendirikan tiga “pilar” tata kelola pada tahun 2003 yaitu kemamana ASEAN, Komunitas Ekonomi ASEAN, dan Komunitas social budaya ASEAN.4

Adapun tujuan ASEAN dalam bidang ekonomi yang tercantum dalam Deklarasi Bangkok ialah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di kawasan ini melalui usaha bersama dalam semangat kesamaan dan persahabatan untuk memperkokoh landasan sebuah masyarakat bangsa-bangsa, meningkatkan

2 Akmal Jamil, “‘Akselerasi Pelaksanaan Otonomi Daerah Dalam Globalisasi Ekonomi,’”

Kebijkan Dan Administrasi Publik (JKAF) UGM volume 2 (2010): halam 2.

3 ASEAN SEKRETARIS, “ASEN Secretariat,” https://asean.org/asean/asean-secretariat/, n.d., https://asean.org/asean/asean-secretariat/.

(3)

30

kerjasama yang aktif dan saling membantu dalam masalah-masalah bersama dalam bidang ekonomi, bekerja sama secara lebih efektif guna meningkatkan pemanfaatan pertanian dan industri mereka, memperluas perdagangan, pengkajian masalah-masalah komoditi.

Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, ASEAN juga ikut memberikan partisipasi dalam melakukan perdagangan secara internasional, khususnya dalam lingkup kawasan Asia Tenggara agar tercipta iklim perdagangan yang lebih kondusif baik perdagangan yang dilakukan secara bilateral maupun secara multilateral. The Association of South East ASIAN Nations (ASEAN) didirikan dengan deklarasi Bangkok pada tahun 1967 dan beranggotakan lima negara yaitu Indonesia, Malaysia, Filiphina, Singapura dan Thailand. ASEAN telah tumbuh dan berkembang menjadi suatu organisasi regional yang cukup besar dengan sepuluh anggota, yang dikenal dengan Sepuluh Besar atau ”the big ten ”.5

Organisasi regional ASEAN didirkan bertujuan untuk meningkatkan perekonomian di kawasan perdagangan bebas. Negara-negara Asia Tenggara, membentuk ASEAN Free Trade Area (AFTA) melalui Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) asean ke-IV. AFTA bertujuan sebagai liberalisasi perdagangan regional Asia Tenggara sejalan dengan tujuan GATT/WTO yang berorientasi pada perdagangan bebas. 6

Untuk mencapai tujuan-tujuan ekonomi tersebut, maka negara anggota ASEAN memberlakukan AFTA (ASEAN Free Trade Area). Zona perdagangan

5 SEKRETARIS.

(4)

31

bebas AFTA ini bertujuan untuk menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang kompetitif sehingga produk-produk ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global, menarik lebih banyak lagi Foreign Direct Invesment, dan meningkatkan perdagangan antar anggota berbagai pengurangan hambatan perdagngan seperti pengurangan tarif terhadap berbagai komoditas.

Pada dasarnya ke sepuluh Negara ASEAN ini memiliki tingkat ekonomi, sumber daya manusia dan perkembangan teknologi yang berbeda. Hal inilah yang mendasari ASEAN pada akhirnya membentuk AFTA pada tahun 1992, dengan penurunan tarif perdagangan hingga mencapai 0-5% pada tahun 2002. Siring perkembangan zaman ASEAN ingin mengembangkan pasar internasionalnya melalui berbagai kerjasama dibidang perdagangan. ASEAN juga membentuk Free

Trade Area (AFTA) secara bilateral dengan negara-negara di luar kawasan

ASEAN yaitu khususnya kawasan Asia Timur seperti China, Jepang, dan Korea Selatan. di antara ketiga negara tersebut, Chilah yang menjadi sorotan utama ASEAN dalam penerapan perdagangan bebas.

ASEAN melakukan kerjasama dengan China dengan melihat potensi perdagangan pada China. Krena China merupakan salah satu kekuatan utama ekonomi dunia yang telah menjadi mitra dagang terpenting ASEAN dari tahun ke tahun. Dengan pertimbangan inilah ASEAN akhirnya memutuskan untuk bekerja sama dengan China dalam bidang perdagangan dengan harapan bahwa kekuatan ekonomi China bisa memberikan manfaat bagi negara-negara anggota ASEAN dan nantinya juga akan membuat perekonomian di negara-negara anggota ASEAN ikut berkembang. Sebuah terobosan yang dilakukan oleh komunitas

(5)

32

masyarakat regional adalah dengan membentuk komunitas perdagngan bebas, yakni antara negara-negara yang tergabung di ASEAN dengan China melalui perjanjian ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA).

Kerjasama perdagangan antara negara ASEAN dengan China dimotivasi oleh pergeseran keseimbangan ekonomi Eropa ke Asia setelah krisis yang terjadi pada tahun 2008. Hal ini dapat dilihat dari ekonomi negara yang menunjukkan peningkatan yang sangat mengesankan dan dilihat dari indikator pertumbuhan ekonomi negara. Hubungan antara negara ASEAN dan China dimulai sejak China melakukan program reformasi ekonomi, dan lebih terbuka untuk dunia luar. Bersamaan dengan dengan terbukanya ekonomi China kemudian China melakukan kerjasama dengan ASEAN. Keadaan internasional mengubah kecenderungan kerjasama dengan negara lain di Indonesia dimana laju ekonomi telah mendorong meningkatkan kedua sisi untuk meningkatkan intensitas kerja sama lebih lanjut. China melakukan program reformasi, dan menjadi lebih terbuka menuju negara bagian lain, maka seiring dengan itu hubungan kerjasama ekonomi anatar negara China dan ASEAN mulai ditetapkan di banyak sektor.

ACFTA adalah perjanjian regional antara negara- negara anggota ASEAN dengan China untuk menciptakan area perdagangan bebas dengan menghilangkan atau mengurangi hambatan perdagangan barang baik tarif maupun non tarif, meningkatkan akses layanan pasar, peraturan dan ketentuan investasi dan sebagai peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk mendorong hubungan ekonomi

(6)

33

antara pihak ACFTA untuk meningkatkan kesejahteran masyarakat ASEAN dan China.7

Hubungan antara China dan Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan negara-negara anggotanya telah mengalami perubahan yang signifikan selama 15 tahun terakhir. Kerjasama China-ASEAN muncul di akhir 1970an, sebagian besar didorong oleh keprihatinan bersama mereka atas keinginan Vietnam yang berusaha untuk mendirikan hagemoni di Indonesia dan China khusunya setelah invasi Vietnam ke Kamboja. Thailand mempunyai pengaruh pada konflik Kamboja, dan berusaha mengembangkan hubungan keamanan dengan China. China juga berkoordinasi dengan ASEAN dalam menacari penyelesaian masalah politik Kamboja dan nantinya didukung oleh posisi pemerintah koalisi Kamboja.

Selama tahun 1980-an kebijakan China ke Asia Tenggara mulai mengalami perubahan penting dalam dua hal yaitu pertama China mulai menempatkan hubungan negara ke negara dalam ikatan hubungan ideologis dengan cara menghentikan dukungan terhadap gerakan pemberontakan komunis di kawasan. Pada tahun 1989, China mengeluarkan undang-undang tentang kewarganegaraannya terhadap warga negaranya yang tinggal diluar negeri yang butuh pengadopsian kewarganegaraa. Dengan mengambil dua langkah penting ini membuat hubungan bilateral China dengan sejumlah negara Asia Tenggara mulai membaik.

(7)

34

ACFTA juga dapat diartikan sebagai liberalisasi perdagangan, karena ACFTA ingin mengurangi gangguan dari pemerintah dengan menghilangkan regulasi yang dipertimbangkan sebagai hambatan untuk berdagang. Dengan di bentuknya ACFTA negara anggota ASEAN dan China dapat menyederhanakan aktivitas perdagangan mereka, karena ACFTA akan menghilangkan hambatan perdagangan, tetapi juga bisa membuat perdagangan sulit jika ada kondisi tidak seimbang antara negara tersebut. Aktivitas perdagangan menjadi lebih nyaman karena biaya masuk akan dikurangi atau bahkan dihilangkan, sehingga mengurangi biaya. Namun, itu juga bisa menyulitkan akivitas perdagangan karena dapat menyebabkan ketidak seimbangan kemampuan antar negara.

Negara yang memperoleh faktor ekonomi yang baik akan memiliki posisi yang kuat dalam perdagngan bebas karena negara akan lebih kompetitif dibandingkan lain yang faktor ekonominya lebih lemah. Negara yang lebih kuat dapat mendukung industri mereka dengan memberikan infrastruktur yang baik, atau mengeluarkan kebijakan yang dapat mendukung industri dalam negerinya. Sementara negara yang faktor ekonominya rendah akan sulit bersaing dalam perdagangan bebas karena industri mereka tidak didukung oleh beberapa faktor seperti infrastruktur, birokrasi yangg rumit dan lainnya.

Kerjasama ekonomi ACFTA di tandatangani oleh ketua anggota ASEAN dan China pada tanggal 6 November 2001 di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam. Sebagai awal titik proses pembentukan ACFTA, kepala Negara kedua belah pihak menandatangani perjanjian kerangka kerjasama ekonomi komprehensif antara ASEAN dan China pada tanggl 6 Oktober 2003, di Bali,

(8)

35

Indonesia. kerangka kerja protokol amandemen kedua adalah ditandatangani pada 8 Desember 2006. Penandatanganan Framework Perjanjian Kerjasama Ekonomi ASEAN-China pada tahun 2002 menunjukkan upaya untuk meningkatkan hubungan antar negara anggota dari himpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan China. Perjanjian ini selanjutnya berkembang menjadi perjanjian perdagangan bebas bilateral ASEAN-China. ACFTA mulai berlaku pada 1 Januari 2010. Perdagangan bebas ACFTA diberlakukan secara bertahap yaitu pada tahun 2010 berlaku pada China dan ASEAN-6, yaitu untuk Indonesia, Singapura, Thailand, Filipina, dan Brunei. Sedangkan pada tahun 2015 berlaku untu China dengan ASEAN-4 yaitu Kamboja, Vietnam, Laos, dan Myanmar. Berikut urutan kesepakatan perjanjian ACFTA :

Tabel 2.1 Kerangka Perjanjian dalam ACFTA

Waktu Perjanjian Nama Perjanjian

6 November 2001 ASEAN China Comprehensive Economic Cooperation

4 November 2002 Framework Agreement on Ceconomic Cooperation between the ASEAN and People’s Republic of China

29 November 2004 Trade in Goods Agreement and Dispute Setlement Mechanism Agreement

8 Desember 2006 Amandemen Protokol Framework Agreement Januari 2007 Trade in Services Agreement

Juni 2009 Agreement of Invesment Diolah dari berbagai sumber

Terdapat sembilan Kerangka perjanjian dalam ACFTA yaitu, pertama membangun kawasan perdagangan bebas dalam kurun waktu sepuluh tahun dalam bentuk penghapusan tarif dan hambatan lainnya. kemudian yang kedua menyetujui kerangka kerja perjanjian sama ekonomi yang komprehensif, dimana

(9)

36

untuk negara senior ASEAN, yiatu Indonesia,Malysia, Filiphina, Thailand dan Singapura, pasar bebas akan berlaku pada tahun 2020. Sedangkan negara-negara anggota ASEAN lainnya yaitu Vietnam, Laos, Kamboja, dan Myanmar pasar bebas mulai berlaku pada tahun 2015.

Ketiga kawasan perdagangan bebas ASEAN-China dengan potensi 1,7 miliar orang dan nilai produk bruto antara 1,5 triliun USD dan triliun USD akan dimulai pada 1 Juli 2003 bersamaan dengan penerapan perdagangan bebas (AFTA). Keempat ASEAN-China secara progresif akan mengurangi hambatan tarif dan non tarif terhadap perdagangan bebas barang yang mudah rusak bersama-sama untuk bergerak ke arah upaya pergadangan bebas untuk produk layanan. Kemudian yang kelima, ASEAN-China sepakat untuk membentuk rezim investasi yang terbuka dan komprehensif yang didukung oleh prosedur imigrasi yang lebih natural. China akan memberikan perlakukan tarif yang menguntungkan untuk tiga negara berkembang ASEAN yaitu, Kamboja, Laos, dan Myanmar.

Keenam ASEAN-China sepakat untuk memperkuat kerjasama di lima sektor prioritas yaitu, pertanian, teknologi, komunikasi, informasi, dan pengembangan pembangunan di panjang sungai Mekong. Ketujuh dalam sepuluh tahun setelah terwujudnya perdagangan bebas ASEAN-China, sebelumnya China menawarkan sektor pertanian tertentu. Kemudian penawaran tersebut akan di implementasikan pada tahun 2004. Kedelapan para anggota menyelenggarakan KTT Sub-regional dari negara-negara di sekitar sungai Mekong (Sub-regional Mekong Besar) yaitu antara negara Vietnam, Kamboja, Myanmar, Laos, Thailand, dan provinsi Yunan di China Selatan yang dimaksudkan untuk mengejar

(10)

37

ketinggalan perkembangan di wilayah ini. Kemudian yang terakhir yaitu ASEAN-China sepakat untuk mengekplorasi bidang baru dan mengembangkan langkah-langkah untuk meningkatkan kerja sama untuk memfasilitasi integrasi anggota ASEAN baru yaitu, Vietnam, Kamboja,Myanmar, dan Laos untuk mengejar ketinggalan dengan negara anggota ASEAN lainnya.

Keputusan untuk membentuk zona perdagangan bebas antara ASEAN dan China merupakan respon terhadap proposal yang muncul dari Mantan Perdana Menteri Tiongkok Zhu Rongji pada saat KTT ASEAN keenam pada November 2000. Kemudian pada November 2002, ASEAN dan China menandatangani Kerangka Kerja untuk Perjanjian Kerjasama Ekonomi Komprehensif antara ASEAN dan China.

Kerangka kerja sama antara ASEAN dan China merupakan kerangka kerja sama untuk memperkuat kerja sama ekonomi tersebut. Dalam kerangka itu menyetujui tahapan membangun perdagangan bebas untuk barang pada tahun 2004, sektor jasa pada tahun 2007, dan investasi pada tahun 20098. Ketiga elemen tersebut secara umum terlihat dalam perjanjian kerja sama ekonomi antara ASEAN dan China. Jika dilihat secara jelas dan nyata ada enam komponen penting yang terdapat di dalam kerangka perjanjian kerjasama ekonomi secara keseluruhan antara ASEAN dan China.

Pertama yaitu perdagangan dan langkah-langkah fasilitas (mencakup berbagai masalah seperti penghapusan hambatan non tarif, kesepakatan tentang

(11)

38

standar dan penelitian prosedur sektor jasa). Kemudian yang kedua untuk negara anggota ASEAN yang baru (atau negara-negara CLMV, termasuk Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam) para anggota sepakat untuk memberikan bantuan teknis dan pengembangan kapasias. Yang ketiga para anggota menyepakati langkah-lamgkah promisi yang konsisten dengan peraturan yang ada dalam WTO. Keempat para anggota menyepakati perluasan kerjasama di bidang keuangan, pariwisata, pertanian, pembangunan sumber daya manusia, dan hak kekayaan intelektual dan lainnya. Selanjutnya para anggota sepakat untuk pembentukan kawasan perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) dalam jangka waktu sepuluh tahun, dan kawasan kawasan memberikan perlakukan yang unik dan berbeda untuk negara-negara CLMV (ASEAN 6 termasuk Brunei, Indonesia, Malaysia, Filiphina, Singapura dan Thailand di harapkan untuk menyelesaikan proses pengurangan tarif mereka pada tahun 2010. Sementara negara-negara CLMV diberi tambahan lima tahun sampai 2015 untuk melakukan hal yang sama). Yang terakhir yaitu, para anggota sepakat untuk membentuk lembaga tetap antara ASEAN-China untuk menerapkan kerangka kerjasama antara kedua pihak.

Setelah negosiasi tuntas, secara formal ACFTA pertama kali diluncurkan sejak ditandatanganinya Trade in Goods Agreement dan Dispute Satlement

Mechanism Agreement pada tanggal 29 November 2004 di Vientiane, Laos.

Persetujuan Jasa ACFTA ditandatangani pada pertemuan ke 12 KTT ASEAN di Cebu, Filipina pada bulan Januari 2007. Sedangkan persetujuan Investasi ASEAN

(12)

39

China ditandatangani pada saat pertemuan ke 41 Tingkat Menteri Ekonomi ASEAN tanggal 15 Agustus 2009 di Bangkok, Thailand.9

Dalam kesepatakan ACFTA tersebut para pihak ASEAN dan China sepakat untuk memperkuat dan meningkatkan kerjasama ekonomi melalui yaitu pertama, penghapusan tarif dan non tarif dalam perdagangan barang. Dalam hal ini disepakati penghapusan pajak impor atau bea masuk melalui tiga skenario yaitu Early Harvest Programme (EHP), Normal Track Programme, serta

Sensitive dan Highly Sensitive. Kemudian liberalisasi perdagangan jasa dimana

liberalisasi dalam perdagangan jasa ini berarti akan memperlancar akses pasar jasa antara negara-negara anggota ACFTA. Kemudian yang terakhir membangun rezim investasi yang kompetitif dan terbuka dalam kerangka kerjasama ACFTA. Hal ini dilakukan dengan mengupayakan kemudahan berinvestasi antar negara anggota ACFTA.

Berdasarkan hal tersebut terdapat 3 bidang yang disepakati untuk diliberalisasikan dalam persetujuan ACFTA. Pertama Persetujuan Perdangan Barang (Agreement on Trade in Goods). Dimana pada tanggal 29 November 2002 para pihak sepakat tentang persetujuan perdagangan barang dimana ASEAN+6 dan ASEAN CLMV pelaksanaan nya berbeda. Tetapi tetap melaksanakan sesuai dengan isi yang disepakti.

Dalam persetujuan perdagangan barang yang disepakati tersebut terdapat beberapa tahapan skema penurunan tarif perdagangan barang yang meliputi pada tahap pertama Early Harvest Program(EHP), dimana pada tahap ini terdapat tiga

(13)

40

kesepkatan yaitu Capter 1 sampai chapter 8 berisi tentang penurunan tarif perdagangan binatang hidup, ikan, dairy product, tumbuhan, sayuran, dan buah-buahan. Kemudian para pihak sepakat menyepakati produk spesifik seperti, kopi, minyak kepala/CPO, coklat, barang dari karet, dan perabotan. Yang terakhir yaitu tarif akan menjadi 0% pada tahun 2006.10

Kemudian pada tahap kedua yaitu Normal Track I dan II dimana pelaksanannya di mulai pada tahun 2006-2010. Normal track I akan menjadi 0% pada tahun 2010. Dan normal track II tarif akan menjadi 0% mulai berlaku pada tahun 2012.

Kemudian yang terakhir yaitu Tahap III terbagi atas dua yaitu Sensitive List dan Highly Sensitive List. Dimana pada sensitive list ini juga terdapat dua tahap yang disepakati yaitu yang pertama pada tahun 2012 harga barang maksimum 20%. Kemudian yang kedua Pengurangan menjadi 0-5% pada tahun 2018. Dengan 304 Produk antara lain; Barang jadi kulit (tas dan dompet), alas kaki (sepatu, kulit), Kacamata, alat musik (tiup, petik, gesek), mainan (boneka), alat olah raga, alat tulis, besi dan baja, spare part, alat angkut, glokasida, dan alkaloid nobati, senyawa organik, Antibiotik, kaca, barang-barang plastik.

Highly Sensitive List yaitu Pada tahun 2015 tarifnya maksimum 50% dengan 47 produk yang terdiri dari produk pertanian (beras, gula, jagung, dan kedelai), produk industri tekstil dan produk tekstil, produk otomotif, produk ceramic tableware. Penurunan dan penghapusan tarif bea masuk dalam perdagangan bebas ASEAN-China dilakukan melalui proses secara bertahap atas

(14)

41

seluruh produk. Hal ini dimaksudkan untuk tetap menjaga kepentian perlindungan terhadap produk Indonesia yang dianggap belum mampu untuk bersaing dengan produk negara peserta FTA.

Kedua Persetujuan Pedagangan Jasa (Agreement on Trade in Services) Didalam kesepakatan ACFTA tersebut juga disepakati tentang liberalisasi di sektor jasa yang disepakati tanggal 14 Januari 2007 pada pertemuan ke-12 KTT ASEAN di Cebu Filipina.11 Dengan adanya persetujuan ini para penyedia jasa dikedua wilayah akan mendapatkan manfaat perluasan akses pasar jasa sekaligus national treatment untuk sektor dan subsektor yang dikomitmenkan oleh masing-masing pihak ACFTA. Paket pertama persetujuan jasa ACFTA mencakup kurang lebih 60 subsektor tambahan dari komitment para pihak di GATT/WTO.

Dari sudut pandangan tingkat ambisi liberalisasi, paket pertama tersebut mencerminkan tingkat komitmen yang mencakup tinggi dari seluruh 4 modal penyedian jasa baik cross border supply, consumption abroad, commerical

presence, dan movement of natural persons.12 Disamping memberikan manfaat dan meningkatnya arus perdagangan jasa antara kedua wilayah, persetujuan jasa diharapkan mendorong peningkatan investasi khususnya pada sektor-sektor yang telah dikomitmenkan oleh para pihak.

Terakhir Persetujuan Investasi (Agreement on Investation). Persetujuan investasi yang disepakati tanggal 15 Agustus 2009 di Bangkok, Thailand tersebut, pemerintah negara-negara Anggota ASEAN dan China secara kolektif sepakat

11 Sri Oktaviani, “PENGATURAN PERDAGANGAN BEBAS DALAM ASEAN-CHINA FREE TRADE AREAL (ACFTA) DAN IMPLEMENTASINYA DI INDONESIA” (padang, 2011), http://repo.unand.ac.id/2419/1/PENGATURAN_PERDAGANGAN_BEBAS.pdf.

(15)

42

untuk mendorong peningkatan fasilitas, transparansi yang Positif, disertai berbagai upaya untuk mendorong promosi arus investasi dan kerjasama bidang investasi.13

Disamping itu kedua pihak juga secara bersama-sama akan memperbaiki aturan investasi menjadi lebih transparan dan kondusif demi peningkatan arus investasi. Selain itu hal terpenting lainnya adalah ASEAN dan China sepakat untuk saling memberikan perlindungan investasi. Kegiatan sosialisasi ini akan memaparkan kebijakan, peraturan, ketentuan dan prosedur investasi. Dari sudut pandang investor, persetujuan Investasi ASEAN-China memberikan berbagai manfaat nyata seperti, Jaminan perlakukan yang sama untuk penanam modal asal China ataupun ASEAN antara lain dalam hal manajemen, operasi, likuidasi. kemudian pedoman yang jelas mengenai ekspropriasi, kompensasi kerugian dan transfer serta repatriasi keuntungan. Yang terakhir keseteraan untuk perlindungan investasi dalam hal ini mencakup prosedur hukum dan administratif.

Dalam ACFTA juga di sepakati apabila terjadi sengketa yang muncul antar investor dan salah satu pihak, persetjuan ini memberikan mekanisme penyelesaian yang spesifik disamping adanya kesepakatan semua pihak untuk terus berupaya menjamin perlakukan yang sama atau non diskriminatif. Sehingga ketika terjadi mekanisme yang tidak sesuai dengan yang disepakati akan diselesaikan tanpa membedakan satu sama lainnya.

13 Oktaviani, “PENGATURAN PERDAGANGAN BEBAS DALAM ASEAN-CHINA FREE TRADE AREAL (ACFTA) DAN IMPLEMENTASINYA DI INDONESIA.”

(16)

43

2.2 Posisi Indonesia dalam ACFTA (ASEAN-China Free Trade Agreement)

World Trade Organization (WTO) telah memberikan konsep liberalisasi

perdagangan kepada dunia khususnya kepada negara-negara anggota, dimana konsep dasar dari liberalisasi perdagangan adalah penghapusan hambatan dalam perdagangan internasional. Konsep ini dalam pelaksanaannya membentuk globalisasi. WTO menjembatani kepentingan perdagangan yang adil baik bagi negara maju, negara berkembang, maupun negara kurang berkembang di dunia.

Kemajuan globalisasi dan kerjasama ekonomi yang lebih luas di Asia Tenggara dapat terlihat dengan semakin berkembangnya Association of South

Asian Nation (ASEAN). ASEAN yang merupakan bentuk kerjasama regional

menjadi bentuk kekuatan baru di benua Asia, karena menjadi salah satu kawasan dengan jumlah potensi pasar terbesar di dunia. Hal ini tentu menarik minat negara-negara lain yang ingin mengembangkan potensi kerjasama mereka di bidang ekonomi di wilayah Asia, salah satunya yaitu dengan terwujudnya bentuk kerjasama ASEAN+1, ASEAN+3, maupun ASEAN+6.

Dibandingkan dengan kawasan Asia Timur, Asia Tenggara memiliki dinamika ekonomi yang tinggi dan memegang peranan yang sangat strategis. Pada tahun 2006, 12 juta barrel minyak melintasi Selat Malaka setiap harinya atau setara dengan lebih 80% pasokan minyak untuk China, Jepang, Korea, dan Taiwan. Dari segi potensi pembeli, skema perdagangan yang melibatkan ASEAN dan Asia Timur, serta Asia Pasifik pada umumnya merupakan skema perdagangan dengan populasi yang sangat besar. Pada tahun 2010 penduduk ASEAN telah mencapai 550 juta orang.

(17)

44

Salah satu Regional Trade Agreement (RTA) yang paling penting di Asia dan Pasifik adalah ASEAN Free Trade Agreement (AFTA). AFTA disetujui pada KTT-ASEAN di Singapura tahun 1992 pada tanggal 22 Januari oleh 6 anggota ASEAN (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand), dengan tujuan untuk meningkatkan perdagangan intra ASEAN dan pendayagunaan bersama semua sumber daya diri dan oleh negara-negara ASEAN.14 Pada waktu disetujuinya AFTA tersebut, target implementasi penuhnya adalah pada 1 Januari 2008 dengan cakupannya adalah produk industri.

ASEAN Free Trade Agreement (AFTA) merupakan wujud dari

kesepakatan dari negara-negara anggota ASEAN untuk membentuk suatu kawasan perdagangan bebas dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia akan dicapai dalam waktu 15 tahun (1993-2008), kemudian dipercepat menjadi 2003 dan terakhir dipercepat menjadi 2002.15

Dalam kaitan ASEAN Economic Community dan dalam rangka meningkatkan peran AFTA di ASEAN, seiring perkembangannya masing-masing bidang mengalami perubahan signifikan yang disesuaikan dengan keadaan anggotanya. Negara besar yang menunjukkan komitmen kerjasamanya sebagai mitra ASEAN adalah China, yang secara konkrit diimplementasikan dalam perjanjian Kerjasama Perdagangan Bebas antara ASEAN dengan China (ACFTA). Perjanjian tersebut memperoleh barang China secara bebas masuk ke

14 SEKRETARIS, “ASEAN Secretariat.”

15 “Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional,” Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional, 2018, http://ditjenppi.kemendag.go.id/index.php/asean/asean-1-fta/asean-china.

(18)

45

negara-negara anggota ASEAN. Indonesia sebagai salah satu anggota ASEAN menjadi yang ikut serta menyetujui adanya ACFTA.

Merupakan suatu fakta bahwa Indonesia telah menjadi pihak dari ACFTA. Dengan demikian siap atau tidak Indonesia harus menjalani semua ketentuan yang terdapat di dalam perjanjian tersebut. Sikap Indonesia terhadap perdagangan bebas, khususnya perdagangan bebas ACFTA, sering mendua atau ambivalen, artinya di satu pihak dirasakan keraguan Indonesia bahwa akan terdapat kemungkinan pasar dalam negeri direbut oleh negara asing, namun di sisi lain apabila Indonesia tidak megikuti mode dan trend Free Trade Agreement (FTA) maka Indonesia akan jauh tertinggal dari negara lain. Negara-negara ASEAN lain terutama Malaysia, Singapura, Filipina, dan Brunei dapat memanfaatkan ACFTA ini dimana mereka mengalami surplus perdagangan.

Dalam menghadapi AFTA, Indonesia sebagai salah satu Negara anggota ASEAN masih memiliki beberapa kendala yang menunjukkan ketidaksiapan kita dalam neghadapi AFTA, diantaranya adalah dari segi penegakan hukum, sudah diketahui bahwa sektor itu termasuk buruk di Indonesia. jika tidak ada kepastian hukum maka iklim usaha tidak akan berkembang dengan baik, yang mana hal tersebut akan menyebabkan biaya ekonomi tinggi yang berpengaruh terhadap daya saing produk dalam pasar internasional.faktor lain yang sangat penting adalah lembaga-lembaga yang seharusnya ikut mempelancar perdagangan dan dunia usaha ternyata sering diindikasikan KKN. Akibat masih meluasnya KKN dan berbagai pungutan yang dilakukan unsur pemerintah di semua lapisan, harga produk yang dilempar ke pasar akan terpengaruhi. Otonomi daerah lokal ternyata

(19)

46

dipakai untuk menarik keuntungan sebanyak-banyaknya dari dunia usaha tanpa menghiraukan implikasinya. Otonomi menampilkan sisi buruk yang dapat mempengaruhi daya saing produk Indonesia di pasar dunia.

Pada bidang perekonomian kondisi perdagangan Indonesia semenjak disepakatinya ACFTA menunjukkan peningkatan terhadap masuknya arus produk-produk non migas China di Indonesia. kondisi perdagangan Indonesia terhadap China pernah memperoleh angka positif dalam kurun waktu 4 tahun (2003-2007), dimana nilai ekspor Indonesia ke China lebih besar dibandingkan dengan nilai Impor barang-barang dari China yang masuk ke Indonesia. namun dalam kurun waktu lima tahun sejak pemberlakukan penurunan tarif ACFTA (2004-2008) impor Indonesia untuk dari China untuk non migas menunjukkan peningkatan yang signifikan. Meski nilai ekspor Indonesia juga ke China mengalami peningkatan, akan tetapi dalam neraca perdagngan Indoneisa masih terdapat ketimpangan yang cukup menonjol. Namun pada (2008-2009) neraca perdagangan Indonesia dengan China terus mengalami defisit.

Pada bidang investasi kerjasama ACFTA diharapkan dapat meningkatkan investasi, kerjasama ACFTA diharapkan dapat meningkatkan investasi China ke Indonesia, seperti yang telah diprediksi negara-negara ASEAN lainnya.16

Pada bidang keamanan peningkatan hubungan ekonomi ASEAN-China yang semakin erat telah mampu memperbaiki hubungan politik keamanan antara keduanya. Pada beberapa tahun sebelum diberlakukannya ACFTA China dianggap sebagai ancaman utama keamanan regional oleh sebagian besar

negara-16 Evendi Yuventus, “ASEAN INVESTMENT FORUM UNTUK MENDORONG INVESTASI DI KAWASAN ASEAN YANG LEBIH TINGGI,” 2014.

(20)

47

negara Asia Tenggara, namun sekarang China memiliki citra yang lebih positif di mata pemerintah dan masyarakat Asia Tenggara. Bagi Indonesia dampak dari realisasi ASEAN –FTA dalam bidang politik keamanan dilihat dari dua sisi.

2.3 Implementasi ACFTA

2.3.1 Implemantasi ACFTA di ASEAN

Semenjak ditanda tanganinya perjanjian ACFTA pada tanggl 6 Oktober 2003, di Bali, Indonesia, maka semenjak itulah perdagangan bebas antara ASEAN-China mulai dijalankan. Terdapat tiga bidang yang disepakati dalam ACFTA, yaitu bidang barang, bidang jasa, dan bidang investasi. Setelah ACFTA dimulai maka implementasi dari perjanjian tersebut mulai dirasakan baik dari pihak ASEAN maupun pihak China.

2.3.1.1 Bidang Barang

Implementasi ACFTA di bidang barang di ASEAN.17 Data nilai perdagangan dalam penelitian ini di ambil dari ASEAN Statistical Yearbook yang di publikasikan oleh ASEAN yang disusun berdasarkan urutan tahun dengan negara mitranya yaitu China. Dari data yang di peroleh dapat dilihat bahwa nilai ekspor ASEAN ke China pada tahun dari 2007 sebesar 77,919,2 juta USD dan impor sebesar 93,182,7 juta USD. Dari tahun 2007 nilai ekspor dan impor ASEAN sudah mengalami devisit.

Pada bulan Januari 2010 perjanjian pasar bebas ACFTA secara resmi di implementasikan. Dengan di berlakukannya perjanjian bebas ini maka

17 “ASEAN STATISTICAL YEARBOOK 2019,” https://www.aseanstats.org/, 2019, https://www.aseanstats.org/wp-content/uploads/2020/01/ASYB_2019.pdf.

(21)

48

diberlakukan pos tarif nol terhadap produk barang dari China dan keseluruh negara-negara anggota ASEAN. Diberlakukannya perjanjian bebas ini maka nantinya kurang lebih sekitar 8.000-an pos tarif produk barang ASEAN-China akan diberlakukan nol, yang meliputi sektor industri manufaktur, sektor pertanian dan pertambangan. Sehingga hal tersebut akan menyebabkan terjadi persaingan bebas antara produk China dengan produk negara-negara anggota ASEAN yang mengikuti perjanjian tersebut.18

Semenjak ACFTA di mulai nilai ekspor ASEAN ke China lebih kecil dari pada nilai impor dari China ke ASEAN, sehingga ASEAN mengalami defisit dalam menjalankan perdagangan dengan China. Seharusnya dengan di berlakukannya kerjasama tersebut mempermudah negara-negara anggota untuk melakukan perdagangan sesuai dengan tujuan di berlakukannya ACFTA. Sehingga hal ini dapat dikatakan, China sangat mudah menembus pasar negara-negara anggota ASEAN, sedangkan negara-negara-negara-negara anggota ASEAN bisa dikatakan masih sulit untuk menembus pasar China. Dari data tersebut juga dapat disimpulkan bahwa dari tahun 2007 sampai 2018 jumlah ekspor dan impor di ASEAN selalu mengalami defisit. Namun dari tahun 2007 hingga 2018 total perdagangan antara ASEAN dan China selalu mengalami kenaikan yang signifikan.

2.3.1.2 Bidang Jasa

Data dari Proporsi lapangan pekerjaan informal sektor non-pertanian menurut tingkat pendidikan dalam penelitian ini di ambil dari ASEAN Statistical

18“BERCERMIN DARI IMPELEMENTASI AC-FTA,” http://dephub.go.id/, 2010, http://dephub.go.id/post/read/bercermin-dari-impelementasi-acfta-1850?language=id.

(22)

49

Yearbook Human Development indexs in ASEAN yang di publikasikan oleh

ASEAN yang disusun berdasarkan urutan tahun.19 Secara keseluruhan dari tahun 2009- 2018 jumlah proporsi lapangan pekerjaan informal sektor non-pertanian menurut tingkat pendidikan dari setiap negara anggota ASEAN selalu mengalami peningkatan, dan ada beberapa negara yang jumlah indeks pembangunan manusia dari tahun sebelumnya jalan di tempat kemudian naik lagi.

Pekerja informasl di sektor non-pertanian adalah penduduk yang bekerja di sektor non-pertanian dengan status pekerja berusaha sendiri. Kegunaannya yaitu untuk mendorong kebijakan yang berorientasi pembangunan yang mendukung aktivitas produktif, penciptaan lapangan kerja yang baik, dan mendorong pembentukan dan pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah. Semakin menurunnya indikator ini menunjukkan bahwa terjadi pembentukan dan pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah yang mampu menampung dan menyediakan lapangan pekerjaan.

Dilihat dari data yang diperoleh pekerja informasl di sektor non-pertanian Indonesia masih di bawah beberapa negara anggota ASEAN termasuk, Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, dan Thailand.20 Dari data tersebut juga menunjukkan tenaga kerja Indonesia belum siap untuk bersaing dengan China dan negara-negara anggota ASEAN lainnya. Posisi tenaga kerja terendah dalam ACFTA memang bukan Indonesia, tetapi jika diliahat dari negara anggota ASEAN-6 Indonesia adalah negara terendah.

19 “ASEAN STATISTICAL YEARBOOK 2019.”

20“UNDP: Nilai Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Naik,” accessed February 19, 2020, https://www.voaindonesia.com/a/undp-indeks-pembangunan-indonesia-naik/1624179.html.

(23)

50

Peneliti menilai Singapura, Thailand, dan Malysia merupakan negara-negara anggota ASEAN-6 yang lebih siap dalam skema ACFTA melalui pengembangan keunggulan kompetitifnya. Ketiga negara ini menyadari bahwa tanpa persiapan matang, mustahil mampu bersaing dengan China yang secara ekonomi mempunyai kemampuan memproduksi barang murah dan didukung SDM yang berkualitas dan melimpah.

2.3.1.3 Bidang Investasi

Data dari jumlah investasi China di ASEAN dalam penelitian ini di ambil dari ASEAN China Direct Invesmets to ASEAN21 yang di publikasikan oleh ASEAN yang disusun berdasarkan urutan tahun dan jumlah investasi lansung di negara anggota ASEAN. Data dari tabel di atas menunjukkan jumlah investasi China mengalami pasang surut semenjak di berlakukannya ACFTA di bidang investasi. Pada tahun 2008 sampai tahun 2011 investasi China mengalami peningkatan yaitu dari 946,8 juta USD sampai 7.860,20 juta USD, kemudian pada tahun 2012 sampai tahun 2015 mengalami penurunan yaitu dari 5.718,10 juta USD sampai 6.571,77 juta USD dan pada tahun 2016 kembali naik sampai tahun 2017 yaitu dari 9.609,60 juta USD sampai 13.700,59 juta USD kemudian turun kembali pada tahun 2018 yaitu 9.940,08 juta USD.

Adanya hambatan yang berbeda-beda di setiap negara aggota ASEAN menunjukkan hasil arus investasi yang berbeda-beda pula pasca adanya ACFTA. ASEAN-China Free Trade Agreement merupakan kerjasama perdagangan antar

21 ASEAN, “ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA BUSINESS PORTAL,” www.asean-cn.org/, 2016, http://www.asean-cn.org/index.php?m=content&c=index&a=show&catid=267&id=84; “Flows of Inward Foreign Direct Investment (FDI) by Host Country and Source Country (in US$ Million) | ASEANStatsDataPortal,” accessed February 17, 2020, https://data.aseanstats.org/fdi-by-hosts-and-sources.

(24)

51

negara-negara ASEAN guna meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional. Kerjasama tersebut meningkatkan volume perdagangan sektoral yang berdampak pada meningkatnya kesempatan kerja sektoral. Selain itu kerjasama perdagangan juga merupakan strategi negara negara berkembang dalam mengahdapi globalisasi ekonomi.

Kerjasama tersebut diharapkan dapat meningkatkan perdagangan antar negara-negara ASEAN serta memungkinkan masuknya investor untuk mengembangkan pasarnya di kawasan Asia Tenggara. Besarnya potensi pasar di kawasan tersebut dimanfaatkan perusahaan multinasional dengan mendirikan industri baru maupun membuat anak perusahaan di negara tujuan.

Ada dua tujuan perusahaan multinasional masuk kenegara tujuan investasi. Pertama ingin menjadikan negara tujuan tersebut sebagai basis produksi bagi pasar global. Dikarenakan dekatnya dengan bahan mentah maupun bahan baku, serta rendahnya tingkat upah dibandingkan negara asal investor. Kedua ingin melebarkan pasar ke negara tujuan yang memiliki potensi besar untuk berkembang. Dengan tujuan tersebut memiliki dua dampak yang berbeda terhadap kesempatan kerja.22

2.3.2 Implementasi ACFTA di Indonesia 2.3.2.1 Bidang Barang

Data jumlah perdagangan dalam penelitian ini di ambil dari Kementerian Perdagangan terkait data jumlah Ekspor-Impor Indonesia (2003-2018) yang di

22 Ilhamdi, Oktaviani, and Purnamadewi, “PENGARUH FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN AFTA TERHADAP KESEMPATAN KERJA SEKTORAL DI ASEAN 5.”

(25)

52

publikasikan oleh Kementerian Perdagangan yang disusun berdasarkan urutan tahun dengan negara mitranya dagangnya yaitu China.23 Dari data tersebut dapat dilihat bahwa nilai ekspor Indonesia ke China pada tahun 2003-2007 mengalami peningkatan setiap tahun, sehingga Indonesia mendapatkan surplus perdagangan. Dari tahun 2008 sampai 2018 Indonesia mengalami defisit perdagangan dimana setiap tahunnya jumlah impor lebih besar dari pada jumlah ekspor. Data tersebut menunjukkan begitu derasnya arus barang dan jasa dari China yang masuk ke Indonesia.

Secara nyata implementasi ACFTA ini juga cenderung tidak memberikan keuntungan bagi Indonesia. Dari tahun 2008 pasar domestik Indonesia telah dibanjiri produk dari China dan negara-negara ASEAN. Banyaknya produk-produk China yang masuk ke pasar Indonesia membuat produk-produk-produk-produk Indonesia kalah dalam bersaing, apalagi terhadap produk yang sejenis. Dimana produk-produk China yang memasuki pasar Indonesia mempunyai kualitas dan harga tidak jauh berbeda dengan produk-produk lokal.

Sehingga dapat di katakan bahwa dengan diberlakukannya perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China lebih banyaknya ruginya di bandingkan manfaatnya bagi Indonesia. Akan tetapi negara-negara ASEAN lain terutama Malaysia, Singapura, Filipina, dan Brunei dapat memanfaatkan ACFTA ini dimana mereka mengalami surplus perdagangan dengan China. Berarti bisa

23 “Badan Pusat Statistik,” accessed February 11, 2020, https://www.bps.go.id/statictable/2014/09/08/1036/nilai-impor-menurut-negara-asal-utama-nilai-cif-juta-us-2000-2018.html.13-02-2020

(26)

53

dikatakan Malaysia, Singapura, Filiphina, dan Brunei Darussalam lebih mendapatkan keuntungan dari perdagangan bebas tersebut.

2.3.2.2 Bidang Jasa

Data dari proporsi lapangan kerja informal sektor non-pertanian menurut tingkat pendidikan dalam penelitian ini di ambil dari Kementerian Ketenaga Kerjaan yang di publikasikan oleh Kementerian Pusat Statistik Ketenaga Kerjaan Indonesia yang disusun berdasarkan urutan tahun.24 Secara keseluruhan dari data Kementerian Ketenaga Kerjaan dari tahun 2015- 2019 jumlah proporsi lapangan kerja informal sektor non-pertanian meningkat.

Pekerja informasl di sektor non-pertanian adalah penduduk yang bekerja di sektor non-pertanian dengan status pekerja berusaha sendiri. Kegunaannya yaitu untuk mendorong kebijakan yang berorientasi pembangunan yang mendukung aktivitas produktif, penciptaan lapangan kerja yang baik, dan mendorong pembentukan dan pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah. Semakin menurunnya indikator ini menunjukkan bahwa terjadi pembentukan dan pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah yang mampu menampung dan menyediakan lapangan pekerjaan.

Berdasarkan data yang di publikasikan oleh Badan Pusat Statistik Ketenaga Kerjaan jumlah proporsi lapangan kerja informal sektor non-pertanian menurut tingkat pendidikan dari tahun 2015-2019 selalu mengalami kenaikan. Berarti hal tersebut berpengaruh terhadap dampak kerjasama ACFTA dimana semenjak di berlakukannya kerjasama ini impor produk China telah mengambil

24 Badan Pusat Statistik Ketenaga Kerjaan, “Proporsi Lapangan Kerja Informal Sektor Non-Pertanian Menurut Tingkat Pendidikan,” bps.go.id, 2019, https://www.bps.go.id/site/resultTab.

(27)

54

alih 70% pasar domestik yang dimana semula dikuasai usaha mikro, kecil, dan menengah. Seharusnya dengan adanya kerjasama ACFTA tersebut menciptakan lapangan pekerjaan yang baru, tetapi dengan hasil data yang ditemukan penulis dari Badan Pusat Statistik kerjasama ACFTA tersebut membuat usaha mikro, kecil dan menengah banyak yang gulung tikar, sehingga tingkat pengangguran bertambah dengan tutupnya usaha mikro,kecil,dan menengah tersebut. Jadi bisa dikatakan Indonesia tidak di untungkan dalam kerjasama ACFTA tersebut di bidang jasa.

Salah satu kekhawatiran dari pemberlakuan ACFTA sejak awal tahun 2010 lalu adalah permasalahan tenaga kerja Indonesia yang diperkirakan akan semakin kalah bersaing dengan kehadiran tenaga kerja asing. Bahkan sebelum diberlakukannya ACFTA sekalipun pasar kerja Indonesia telah di banjiri kehadiran TKA yang mayoritas berasal dari China dan negara-negara anggota ASEAN.

Realitas rendahnya kualitas SDM Indonesia bukan berarti Indonesia tidak mempunyanyi peluang memperoleh keuntungan dari kerjasama ACFTA. Dalam konteks rentang waktu , ACFTA bukan hannya berlaku satu atau dua tahun, tetapi jangka menengah (10 tahun) dan panjang (lebih dari 25 tahun). Hal terpenting adalah upaya pemerintah yang berkuasa saat ini dalam pemanfaatan ekspansi ekonomi yang telah dicapai diimbangi dengan perbaikan pembangunan sosial terutama bidang kesehatan dan pendidikan. Pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil beberapa tahun terakhir harus dimanfaatkan untuk memacu perekonomian nasional demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

(28)

55

2.3.2.3 Bidang Investasi

Data dari jumlah penanaman modal asing tiongkok dalam penelitian ini di ambil dari data Foreign Direct Invesment (1998-2018) yang di publikasikan oleh Indonesia Penanaman Modal Asing yang disusun berdasarkan urutan tahun dengan negara mitranya yaitu China.25 China merupakan tujuan utama ketiga ekspor Indonesia ke pasar internasional. Semenjak di berlakukannya ACFTA di bidang investasi pada tahun 2004 jumlah investasi dari China meningkat secara signifikan setiap tahunnya.

Melihat pada data tahun 2002 sampai dengan 2004 atau sebelum perjanjian ACFTA investasi negara-negara ASEAN ke indonesia 18 kali lipat dengan rata-rata 559,83 juta USD pertahun. Pada data tahun 2005 sampai dengan 2008 atau sesudah perjanjian ACFTA menunjukkan 38 kali lipat dengan nilai rata-rata 2.265,20 juta USD pertahun. Sedangkan rata-rata investasi China ke Indonesia hannya sebesar 32,43 juta USD sebelum perjanjian ACFTA dan naik menjadi sebesar 59,33 juta USD. Hal tersebut dapat dikatakan juga bahwa persentase investasi China ke Indonesia setelah diberlakukannya perdagangan bebas ACFTA dari rata-rata 32,43 juta USD menjadi 59,33 USD hampir dua kali lipat pertahun.26

25 “Indonesia Penanaman Modal Asing [1981 - 2020] [Data & Tabel],” ceicdata, 2019, https://www.ceicdata.com/id/indicator/indonesia/foreign-direct-investment.

26 Ragimun, “Analisis Investasi China Ke Indonesia Sebelum Dan Sesudah ACFTANo Title,” https://www.kemenkeu.go.id/, accessed February 7, 2020, https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/analisis investasi china ke indonesia sebelum dan sesudah acfta.pdf.

(29)

56

Dari sisi investasi China mempunyai kontribusi sekitar 0,5% atau masih dibawah 1% dari total investasi asing (foreign direct invesment) setiap tahunnya di Indonesia. perkembangan realisasi investasi China ke Indonesia sebelum dan sudah di tanda tanganinya ASEAN-China Free Trade Agreement.

Menurut BKPM perkembangan realisasi investasi China ke Indonesia sebelum dan sudah ditanda tanganinya ACFTA dapat dilihat dari realisasi investasi China ke Indonesia. rata-rata jumlah investasi yang masuk pada erapelaksanaan ACFTA sebanyak 17,75 proyek pertahun, hampir duakali lipat dibandingkan jumlah investasi sebelum pelaksanaan ACFTA yang rata-rata hannya sebesar 7,67 pertahun.

Gambar

Tabel 2.1 Kerangka Perjanjian dalam ACFTA

Referensi

Dokumen terkait

Perjanjian Perdagangan Bebas dalam Era Liberalisasi Perdagangan: Studi Mengenai ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA) yang diikuti oleh Indonesia.

Dampak Negatif Pemberlakuan ACFTA (ASEAN-China Free Trade Agreement) terhadap Industri Indonesia; Tika Ayuning Tyas, 060910101073; 2011: 113 halaman; Jurusan Ilmu

Hal tersebut terbukti juga dari nilai probabilitas seluruh variabel dependen yaitu variabel perdagangan, variabel dummy (ACFTA), dan nilai tukar rupiah memiliki

Dalam penelitian ini, kerjasama internasional yang ditekankan adalah berkenaan dengan perdagangan bebas ASEAN dan China (ACFTA) dan dampaknya terhadap ekspor

Para kepala Negara anggota ASEAN dan China pada tanggal 4 November 2004 di Phnom Penh, Kamboja telah mendatangani Framework Agreement of Southeast Asian Nations and

ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) merupakan kesepakatan antara negara-negara anggota ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas

Pengaruh Ketentuan ASEAN China Free Trade Area (ACFTA) Terhadap Regulasi Perdagangan di Indonesia Terutama Pada Bidang

PENGARUH ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA ACFTA TERHADAP EKSPOR IMPOR KOMODITI TEKSTIL INDONESIA TAHUN 2008-2015 Raudhah Aghnia Ahda Jurusan Ilmu Ekonomi / Universitas Surabaya