• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN PERBAIKAN TANAH DASAR LUNAK DENGAN PEMAKAIAN CERUCUK DAN GEOTEXTILE UNTUK KONSTRUKSI JALAN AKSES BANDARA LOMBOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERENCANAAN PERBAIKAN TANAH DASAR LUNAK DENGAN PEMAKAIAN CERUCUK DAN GEOTEXTILE UNTUK KONSTRUKSI JALAN AKSES BANDARA LOMBOK"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR – RC09-1380

PERENCANAAN PERBAIKAN TANAH DASAR LUNAK DENGAN PEMAKAIAN CERUCUK DAN GEOTEXTILE UNTUK KONSTRUKSI JALAN AKSES BANDARA LOMBOK

WILDAN HAMDI NRP 3106 100 722

Dosen Pembimbing Ir. Suwarno, M.Eng

Prof. Ir. Indrasurya B Mochtar, MSc., Ph.D

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

(2)

PERENCANAAN PERBAIKAN TANAH DASAR LUNAK DENGAN PEMAKAIAN CERUCUK DAN GEOTEXTILE UNTUK KONSTRUKSI JALAN AKSES BANDARA LOMBOK

Nama Mahasiswa : Wildan Hamdi

NRP : 3106 100 722

Jurusan : Teknik Sipil FTSP - ITS Dosen Pembimbing : Ir. Suwarno, M.Eng

Prof. Ir. Indrasurya B Mochtar, MSc., PhD.

Abstrak

Saat ini Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Barat sedang melaksanakan program untuk membangun jalan akses bandara Internasional Lombok. Salah satu dari tahapan pembangunan jalan akses tersebut pada ruas jalan Kuripan-Penujak. Namun pada daerah Kuripan, pembangunan jalan akses ini menemui kendala pada tanah dasarnya. Kondisi tanah dasar yang jelek berupa tanah lempung dengan konsistensi lunak sampai sedang inilah yang menyebabkan konstruksi jalan belum bisa dilaksanakan dengan mudah. Perlu dilakukan upaya perbaikan tanah dasar agar mampu mendukung beban konstruksi jalan dan tidak terjadi kerusakan pada jalan hingga umur rencana.

Jalan akses bandara membutuhkan timbunan untuk mencapai level yang diinginkan. Dengan adanya timbunan tersebut harus pula dikontrol untuk kestabilan tanah timbunan agar tidak terjadi kelongsoran. Dengan kondisi angka keamanan (SF) yang belum memenuhi syarat yaitu sebesar 1,332 serta pemampatan yang terjadi sebesar 63 cm, maka timbunan tersebut memerlukan perkuatan untuk mencapai angka keamanan sebesar 1,50. Perkuatan tersebut akan menggunakan Cerucuk atau lapisan Geotextile. Setelah adanya perkuatan tanah dasar maka pembangunan konstruksi perkerasan jalan dilakukan. Dari kedua jenis alternatif perkuatan tersebut akan dibandingkan yang mana yang lebih baik, mudah dan praktis dalam pelaksanaannya.

Hasil yang didapat dari perencanaan Tugas Akhir ini yaitu; tebal perkerasan jalan yang meliputi tebal lapisan permukaan sebesar 18 cm, lapisan pondasi atas (Base) sebesar 20 cm, lapisan pondasi bawah (Subbase) sebesar 20 cm. Untuk perbaikan tanah dengan Cerucuk digunakan kayu kelas kuat III dengan diameter 10 cm, panjang 200 cm didapatkan jumlah Cerucuk per meter panjang sebanyak 3 buah dengan jarak 30 cm. Perbedaan pemampatan yang terjadi setelah pemasangan Cerucuk sebesar 10 cm. Untuk perbaikan tanah dengan Geotextile, digunakan tipe UW-250 yang terdiri dari 1 lapisan dengan jarak 50 cm dan panjang Geotextile yang dibutuhkan untuk perbaikan tanah dasar sebesar 990 cm.

Kata kunci: Lempung lembek, Jalan Akses Bandara Lombok,Tebal perkerasan lentur, Cerucuk, Geotextile.

(3)

1.1 Latar Belakang

Dalam menunjang perkembangan suatu daerah, banyak faktor-faktor yang perlu dibenahi baik itu berupa sarana maupun prasarana pendukung. Salah satu faktor penunjang suatu perkembangan suatu daerah adalah keberadaan sistem transportasi yang memadai yang dapat mendukung mobilisasi penduduk, karena alasan itulah pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah merancang pembangunan Bandara baru bertaraf internasional sebagai pengganti Bandara Selaparang yang perlu ditingkatkan kapasitasnya.

Keberadaan Bandara Internasional Lombok yang dibangun di Lombok Tengah memerlukan jalan akses yang dapat menghubugkan setiap kota ke lokasi Bandara, dengan demikian jarak tempuh menuju Bandara lebih singkat. Untuk itu dibangunlah jalan akses menuju Bandara. Upaya pembangunan jalan akses menuju Bandara dilakukan dengan membuat jaringan jalan baru yang melalui lokasi-lokasi yang dapat mempersingkat jarak dari pusat kota menuju lokasi bandara. Pembangunan jalan baru tersebut harus direncanakan dengan baik sehingga jalan dapat berfungsi hingga umur rencana yang ditetapkan.

Salah satu ruas jaringan jalan akses bandara yaitu ruas Kuripan-Penujak dibangun diatas lokasi yang semula berupa areal persawahan. Ruas jalan akses Bandara Internasional Lombok ini memiliki panjang fungsional 11,250 Km yang dibangun secara bertahap. Pada tahun anggaran 2009 pekerjaan segmen jalan pada STA 3+240 sampai dengan 2+690 telah dirampungkan. Kemudian pada tahun anggaran 2010 pekerjaan akan dilanjutkan kembali mulai dari STA 2+690 sampai dengan STA 0+940 atai sepanjang 1,75 Km dengan anggaran biaya sebesar Rp. 8.328.484.000,00 (Delapan milyar tiga ratus dua puluh delapan juta empat ratus delapan puluh empat ribu rupiah). Dari hasil penyelidikan tanah dasar pada lokasi rencana pembangunan segmen berikutnya ini oleh Balai Pengujian Material Kontruksi Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB didapatkan susunan tanah dasardari kedalaman 0 sampai dengan 1,5 m kemampuan daya dukung tanah setempat antara 0,40%-0,87%, dari kedalaman 1,5 sampai 2,0 m diatas 1% < 2,0% yang berupa tanah lempung murni berwarna hitam yang berpotensi mengembangnya sangat tinggi, sedangkan pada kedalaman > 2,0 m berupa lempung berbutir kasar berwarna keputihan yang berpotensi mengembangnya tinggi hingga sedang. Dari pengamatan pada ruas yang sama yang telah dibangun terlebih dahulu yaitu pada STA 3+240 sampai dengan STA 2+690 telah terjadi penurunan setempat permukaan jalan pada titik-titik tertentu yang mengakibatkan jalan bergelombang. Pada perencanaan pembangunan segmen berikutnya perlu dilakukan perbaikan tanah terlebih dahulu

sebelum pelaksanaan pembangunan konstruksi jalan diatasnya sehingga penurunan permukaan jalan akibat settlement tanah dasar dapat dihindari. Untuk itu dalam Tugas Akhir ini akan dibahas tentang perencanaan perbaikan tanah dasar lunak dengan pemakaian Cerucuk dan Geotextile untuk mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Diharapkan dengan penerapan metode perbaikan tanah ini didapatkan konstruksi jalan yang stabil dan mampu mendukung beban diatasnya tanpa terjadi penurunan permukaan jalan yang mengakibatkan jalan menjadi cepat bergelombang.

Dalam perencanaan Tugas Akhir ini akan dibahas cara menentukan kebutuhan masing-masing bahan alternatif perbaikan tanah berdasarkan beban konstruksi jalan yang diterimanya, kemudian ditentukan alternatif mana yang lebih cocok diterapkan untuk perbaikan tanah berdasarkan pertimbangan yang ada sehingga didapatkan konstruksi perkerasan jalan yang stabil (tidak longsor dan memampat).

1.2 Perumusan Masalahan

Dari uraian diatas, maka masalah yang dibahas dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Berapa tebal konstruksi perkerasan jalan yang

dibangun berdasarkan lalu-lintas yang akan melewati ruas tersebut.

2. Berapa besar pemampatan tanah yang terjadi akibat konstruksi perkerasan jalan serta beban lalu-lintas yang ada pada ruas jalan tersebut. 3. Jika digunakan alternatif perbaikan tanah lunak

dengan menggunakan Cerucuk kayu, berapa jumlah, panjang serta jarak pemasangan Cerucuk yang direncanakan untuk perbaikan tanah dasar.

4. Jika digunakan alternatif perbaikan tanah lunak dengan menggunakan Geotextile, berapa jumlah lembar, panjang dan tipe Geotextile yang akan dipasang untuk perbaikan tanah dasar.

5. Alternatif perbaikan tanah dasar mana yang lebih cocok diterapkan untuk perbaikan dan pertimbangan apa yang mendasarinya.

6. Berapa besar penambahan anggaran yang perlu disediakan jika dilakukan alternatif perbaikan tanah dasar.

1.3 Tujuan Tugas Akhir

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah dapat merencanakan dan menentukan tebal perkerasan serta alternatif perbaikan tanah dasar guna mencegah terjadinya penurunan setempat pada permukaan jalan akibat beban konstruksi perkerasan jalan diatasnya sehingga pada segmen permukaan jalan akses bandara STA 0+940 sampai dengan STA 2+690 tidak bergelombang.

(4)

1.4 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan dilakukan pada Sta.0+940 sampai dengan Sta.2+650.

2. Tidak membahas geometri dari jalan.

3. Data tanah dan data lalu lintas menggunakan data sekunder.

4. Umur rencana jalan adalah 10 tahun.

5. Konstruksi jalan direncanakan menggunakan perkerasan lentur metode Analisa Komponen Bina Marga.

1.5 Manfaat

Perencanaan dalam Tugas Akhir ini dimaksudkan dapat menjadi alternatif perencanaan konstruksi perkerasan jalan dan perbaikan tanah pada akses Bandara Internasional Lombok yang dibangun diatas tanah lunak yang mungkin dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh para pengambil keputusan di Pemda NTB.

METODOLOGI

DATA DAN ANALISA

4.1 Data Kependudukan dan Perekonomian Untuk mengetahui volume lalu-lintas yang akan melewati ruas Jalan Akses Bandara Lombok diwaktu yang akan datang maka dilakukan peramalan (forecasting) dari data kependudukan dan perekonomian untuk mendapatkan nilai pertumbuhan lalu-lintas. Pada Tugas Akhir ini digunakan data penduduk dan perekonomian karena keterbatasan data lalu-lintas tiap tahunnya. Untuk peramalan (forecasting) pertumbuhan penduduk dan perekonomian digunakan regresi linier dengan cara membuat grafik hubungan antara tahun dengan

parameter-parameter seperti: Jumlah penduduk, PDRB dan PDRB perkapita. Grafik hubungan tahun dengan tiap-tiap parameter dapat dilihat pada Gambar 4.1, Gambar 4.2 dan Gambar 4.3.

y = 72463.1x - 141134401.6 4050000 4100000 4150000 4200000 4250000 4300000 4350000 4400000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun J u m la h p e n d u d u k

Gambar 4.1 Grafik hubungan jumlah penduduk dengan tahun (hasil analisa)

y = 348711.0x - 696252346.0 0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000 4000000 4500000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun P DRB

Gambar 4.2 Grafik hubungan PDRB dengan tahun (hasil analisa) y = 121660.0x - 243237160.0 0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun P DRB p e rk a p it a

Gambar 4.3 Grafik hubungan PDRB perkapita dengan tahun (hasil analisa)

Persamaan regresi linier yang diperoleh dari grafik hubungan tahun dengan tiap-tiap parameter adalah ebagai berikut:

Jumlah penduduk: y = 72463.1x – 141134401.6 PDRB : y = 348711x – 696252346 PDRB perkapita: y = 121660x – 243237160

Pada perencanaan ini angka faktor pertumbuhan dicari sampai umur rencana 5 tahun dan 10tahun. Dengan menggunakan persamaan 2.24; faktor pertumbuhan pada tahun 2010, 2015, 2020 dapat diperoleh, untuk lebih jelasnya dapat dilihat contoh perhitunga faktor pertumbuhan tahun START

Studi Literatur

Pengumpulan Data Sekunder 1.Data Penduduk dan Perekonomian 2.Data LHR

3.Data Timbunan dan CBR 4.Data Tanah Dsar 5.Data Spesifikasi Bahan

Data Tanah Dasar Data Lalu-lintas

Perencanaan Tebal Perkerasan Perhitungan

Settlement Tanah Dasar

Perhitungan Metode Perbaikan Tanah 1.Dengan Pemakaian Cerucuk 2.Dengan Pemakaian Geotextile Stabilitas

Timbunan

Penentuan Alternatif Perbaikan Tanah

FINISH NO

O

(5)

2010 untuk bus di bawah ini dan diberikan pada tabel 4.4, tabel 4.5, tabel 4.6; untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.

Jumlah penduduk tahun 2009 = 4443966 Jumlah penduduk tahun 2010 = 4516429 Faktor pertumbuhan( i ) untuk bus pada 2010 =

% 0163 . 0 % 100 4443966 4443966 4516429 = − x

Tabel 4.4 Faktor Pertumbuhan (i) untuk Bus

Tahun Jumlah i (%) 2009 4443966 - 2010 4516429 0.016 2014 4806282 - 2015 4878745 0.015 2019 5168597 - 2020 5241060 0.014

Sumber: hasil perhitungan

Tabel 4.5 Faktor Pertumbuhan (i) untuk Truk

Tahun Jumlah i (%) 2009 4308050 - 2010 4656760 0.081 2014 6051610 - 2015 6400320 0.057 2019 7795160 - 2020 8143870 0.045

Sumber: hasil perhitungan

Tabel 4.6 Faktor Pertumbuhan (i) untuk Kendaraan Pribadi Tahun Jumlah i (%) 2009 1177780 - 2010 1299440 0.103 2014 1786080 - 2015 1907740 0.068 2019 2394380 - 2020 2516040 0.051

Sumber: hasil perhitungan 4.2 Data Lalu-Lintas

Data lalu-lintas yang digunakan pada perencanaan ini adalah data primer tahun 2009 yang didapatkan dari survey lapangan terhadap ruas jalan akses bandara lama yaitu Bandara Selaparang. Data lalu-lintas didasarkan pada jenis kendaraan yang melewati ruas jalan Akses Ampenan-Bandara Selaparang karena merupakan jalur terpadat yang dilalui kendaraan

.

Untuk mendapatkan LHR pada ruas jalan Ampenan-Bandara Selaparang dilakukan dengan menjumlahkan semua kendaraan yang melaluinya berdasarkan tipe kendaraan. Adapun hasil rekapitulasi jumlah kendaraan perhari semua arah berdasarkan data lalu-lintas disajikan pada Tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7 Rekapitulasi Jumlah Kendaraan Perhari Semua Arah Selama 10 Tahun.

Golongan Tahun 2009

Sepeda Motor, Sekuter,sepeda

kumbang dan roda 3

10035 Sedan, Jeep,station dan

taxi 2075

Opelet Pick-up, Suburban,Combi,Mini Bus (MPU dan Angkot)

585 Pick-up, Micro Truk,

Mobil Hantaran, dan Truk Ban Belakang

66

Bus Kecil 78

Bus Besar 343

Truk/Box, truk Tangki

2 sumbu 3/4 128

Truk/Box, Truk Tangki

2 sumbu 59

Truk/Box, Truk Tangki

3 Sumbu 27

Truk/Truk Tangki

Gandeng 28

Truk Semi Treiler dan

Truk Trailer 29

Total (kend/2 arah) 13453

Sumber: hasil perhitungan

Untuk lebih memudahkan perhitungan, maka dilakukan penggolongan komposisi lalu lintas menurut sistem klasifikasi Bina Marga.

Adapun LHR untuk ruas jalan akses Bandara Selaparang yang akan digunakan sebagai dasar perencanaan tebal perkerasan untuk pembangunan jalan akses Bandara Internasional Lombok didaerah Kuripan dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut: Tabel 4.9 Data LHR Tahun 2009

Jenis Kendaraan Tahun 2009 Ampenan-Bandara Bandara-Ampenan Total Semua Arah Kend/hari Kend/hari Kend/hari

MC 7512 2523 10035 LV 1229 1431 2660 MHV 263 146 409 LB 49 29 78 T 1.2 H 96 32 128 T 1.22 32 27 59 T 1.2 + 2.2 16 11 27 T 1.2 – 2 15 13 28 T 1.2 – 22 9 20 29 Total 9221 4232 13453

Sumber: hasil perhitungan

Untuk perencanaan perkerasan jalan LHR yang digunakan dalam perencanaan adalah LHR semua ruas jalan yang di survey sebagai dasar untuk menghitung LHR pada awal dan akhir umur

(6)

rencana. Digunakan persamaan 2.14 untuk mendapatkan LHR pada awal dan akhir umur rencana jlan. Adapun data LHR pada awal dan akhir umur rencana dapat dilihat pada tabel 4.10 dan 4.11 berikut:

Tabel 4.10 Data LHR untuk Awal Tahun Umur Rencana Jenis Kendaraan Tahun 2009 Tahun 2010 Total Semua Arah Total Semua Arah Kend/hari Kend/hari MC 10035 11069 LV 2660 2934 MHV 409 451 LB 78 79 T 1.2 H 128 138 T 1.22 59 64 T 1.2 + 2.2 27 29 T 1.2 – 2 28 30 T 1.2 – 22 29 31

Sumber: hasil perhitungan

Dari tabel 4.10 diatas diberikan contoh perhitungan untuk kendaraan T1.2H untuk sebagai berikut:

Dari hasil perhitungan sebelumnya LHR pada tahun 2009 untuk T1.2H = 128 kendaraan/hari

i tahun 2010 = 8.1 %

Volume tahun 2010 = 128 x (1+ 8.1%)1 = 138 kendaraan.

Tabel 4.11 Data LHR untuk Akhir tahun Umur Rencana Jenis Kendaraan Tahun 2009 Tahun 2020 Total Semua Arah Total Semua Arah Kend/hari Kend/hari MC 10035 16502 LV 2660 4374 MHV 409 673 LB 78 90 T 1.2 H 128 199 T 1.22 59 92 T 1.2 + 2.2 27 42 T 1.2 – 2 28 43 T 1.2 – 22 29 45

Sumber: hasil perhitungan

Dari tabel 4.11 diatas diberikan contoh perhitungan untuk kendaraan T1.2H untuk sebagai berikut:

Dari hasil perhitungan sebelumnya LHR pada tahun 2009 untuk T1.2H = 128 kendaraan/hari

i tahun 2020 = 4,5 %

Volume tahun 2010 = 128 x (1+ 4,5%)10 = 199 kendaraan

4.3 Data Tanah

Data tanah dasar yang digunakan pada penyusunan Tugas Akhir ini merupakan data sekunder untuk lokasi jalan Akses Bandara Internasional Lombok di desa Kuripan pada STA 0+940 – 2+650 yang diperoleh dari Balai Pengujian Material Konstruksi Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB.

4.4 Data Timbunan

Pada perencanaan pembangunan jalan akses Bandara Internasional Lombok ruas Kuripan ini diperlukan timbunan diatas tanah dasar dikarenakan kondisi tanah dasar yang lembek. Data tanah timbunan merupakan data sekunder yang didapatkan dari Balai Pengujian Material Konstruksi Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB. Data tanah timbunan yang didapat berupa sifat fisik timbunan. Adapun data timbunan yang digunakan pada perencanaan ini adalah sebagai berikut:

• Sifat fisik timbunan meliputi γt = 1,79 t/m3

, c = 0 dan Φ = 30o

• H timbunan = 1,5 meter, lebar timbunan = 7 meter

• SF rencana = 1,5 • Wc.Opt = 17,0 % • CBR Max = 14,5 % 4.5 Data Cerucuk Kayu

Data cerucuk kayu yang digunakan dalam perencanaan Tugas Akhir ini ditetapkan berdasarkan perencanaan. Adapun data spesifikasinya adalah sebagai berikut:

• D cerucuk = 10 cm

• L cerucuk ( dibawah bidang gelincir ) = 1,5 m

• Σ ijin = 190 kg/cm2

• Kayu kelas kuat III

4.6 Data Spesifikasi Bahan Geotextile

Perencanaan perbaikan tanah dasar pada ruas jalan akses bandara Internasional Lombok dilakukan dengan menggunakan geotextile sebanyak 1 lembar yang dipasang di antara tanah dasar dan tanah timbunan. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi dalam rangka mengetahui apakah 1 lembar geotextile tersebut mampu membantu tanah dasar untuk memikul tanah timbunan setinggi 1,5 meter.

Geotextile yang digunakan pada perencanaan ini adalah jenis geotextile polypropylene woven, UW-250. Geotextile woven ini memiliki berat 250 gr/m2 dalam bentuk gulungan lebar 3,2 – 4 m, panjang antara 150 – 200 m. Detail spesifikasi bahan disajikan pada Lampiran 6.

(7)

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN DAN PERBAIKAN TANAH DASAR 5.1 Perencanaan Tebal Perkerasan

Seperti yang sudah dijelaskan pada analisa data bahwa perencanaan tebal perkerasan menggunakan perkerasan lentur metode Bina Marga. Sebelum melakkan desain terhadap perkerasan, perencanaan jalan ini direncanakan 2 lajur 2 arah (2/2 UD), dengan rincian sebagai berikut,

-Lebar lalu lintas 2 lajur 2 arah = 2 x 3,5 = 7 m -Lebar bahu jalan diperkeras = 2 x 1 = 2 m -Lebar trotoar = 1,5 x 2 = 3 m +

= 12 m 1.LHR pada Awal Umur Rencana jalan

LHR pada awal umur rencana adalah LHR pada saat jalan akan dipergunakan yaitu pada tahun 2010, dan LHR pada akhir umur rencana adalah LHR pada batas rencana jalan tersebut dirancang. Untuk perhitungan LHR pada Awal umur rencana disajikan pada Tabel 4.10.

Hasil rekapitulasi total EAL pada tiap jenis kendaraan ditunjukkan pada tabel 5.2 :

Tabel 5.2 Rekapitulasi Total EAL Tiap Kendaraan.

Golongan Total

EAL Sedan, Jeep,station dan taxi (1.1) 0,002352 Opelet Pich-up, Suburban,Combi,Mini

Bus (MPU dan Angkot) (1.1) 0,002352 Pich-up, Micro Truk, Mobil Hantaran,

dan Truk Ban Belakang (1.2L) 0,277693

Bus Kecil (1.2 L) 0,277693

Bus Besar (1.2) 0,383905

Truk/Box, truk Tangki 2 sumbu 3/4

(1.2L) 0,277693

Truk/Box, Truk Tangki 2 sumbu (1.2H) 6,420056 Truk/Box, Truk Tangki 3 Sumbu (1.22) 3,232224 Truk/Truk Tangki Gandeng (1.2+2.2) 5,886857 Truk Semi Treiler dan Truk Trailer

(1.2-2) 6,588069

Truk Semi Treiler dan Truk Trailer

(1.2-22) 13,28776

Sumber:hasil perhitungan

2.Lintas Ekivalen Permulaan ( LEP )

Untuk menghitung besarnya LEP digunakan nilai LHR pada Awal Umur Rencana jalan (lihat Tabel 4.10). Untuk menghitung LHR kendaraan ditiap lajurnya nilai LHR rencana perlajur dikali dengan faktor distribusi kendaraan (C). Karena jalan yang direncanakan adalah 2 lajur 2 arah (2/2), maka nilai C adalah 0,5.

Tabel 5.3 Lintas ekivalen permulaan (LEP)

Type Kendaraan LHR awal E C LEP Kend /hari LV 2934 0,002352 0.5 3.450384 MHV 451 0,277693 0.5 62.619771 LB 79 0,383905 0.5 15.164247 T 1.2 H 138 6,420056 0.5 442.983864 T 1.22 64 3,232224 0.5 103.431168 T 1.2+2.2 29 5,886857 0.5 85.359426 T 1.2-2 30 6,588069 0.5 98.821035 T 1.2-22 31 13,28776 0.5 205.96028 Sumber: hasil perhitungan

3.Lintas Ekivalen Akhir (LEA)

Untuk menghitung besarnya LEA digunakan nilai LHR pada Akhir Umur Rencana jalan (lihat Tabel 4.11).

Tabel 5.4 Lintas ekivalen akhir (LEA)

Type Kendaraan LHR akhir E C LEA Kend/j am LV 4374 0,002352 0.5 5.143824 MHV 673 0,277693 0.5 93.443694 LB 90 0,383905 0.5 17.275725 T 1.2 H 199 6,420056 0.5 638.795572 T 1.22 92 3,232224 0.5 148.682304 T 1.2+2.2 42 5,886857 0.5 123.623997 T 1.2-2 43 6,588069 0.5 141.643484 T 1.2-22 45 13,28776 0.5 298.9746

Sumber: hasil perhitungan

4.Lintas Ekivalen Tengah (LET)

Untuk menghitung besarnya LET didapatkan dari penjumlahan LEP dan LEA kemudian dirata-rata.

Tabel 5.5 Lintas ekivalen tengah (LET) Type

Kendaraan

LEP LEA LET

LV 3.450384 5.143824 4.297104 MHV 62.619771 93.443694 78.031733 LB 15.164247 17.275725 16.219986 T 1.2 H 442.983864 638.795572 540.889718 T 1.22 103.431168 148.682304 126.056736 T 1.2+2.2 85.359426 123.623997 104.491712 T 1.2-2 98.821035 141.643484 120.232259 T 1.2-22 205.96028 298.9746 252.467440

Sumber: hasil perhitungan

5.Lintas Ekivalen Rencana (LER)

Untuk mendapatkan besarnya LER didapatkan dari perhitungan LET dan FP dimana FP =

10 Re ncana Umurr = 10 10 = 1

(8)

Tabel 5.6 Lintas ekivalen rencana (LER) Type

Kendaraan LET FP LER

MP 4.297104 1 4.297104 MHV 78.031733 1 78.031733 Bus 16.219986 1 16.219986 T 1.2 H 540.889718 1 540.889718 T 1.22 126.056736 1 126.056736 T 1.2+2.2 104.491712 1 104.491712 T 1.2-2 120.232259 1 120.232259 T 1.2-22 252.467440 1 252.467440 Total 1242.686688

Sumber: hasil perhitungan

6.Daya Dukung Tanah Dasar (DDT)

Pembangunan perkerasan jalan akses bandara ini akan dilaksanakan diatas tanah timbunan. Untuk itu yang menjadi lapisan subgrade adalah CBR dari tanah timbunan, dari data yang didapatkan CBR timbunan sebesar 14,50%. Berdasarkan Gambar korelasai, nilai CBR tanah timbunan tersebut dikorelasikan dengan nilai DDT sehingga didapatkan nilai DDT sebesar 6,5.

7.Indeks Permukaan (IP)

Dalam penentuan nilai IPt dan IPo harus dipertimbangkan faktor-faktor klasifikasi fungsional jalan dan jumlah lalu lintas. Untuk nilai Ipt didapatkan sebesar 2.5, hal ini karena perencanaan jalan akses bandara sebagai jalan penghubung diharapkan pada akhir umur rencana kondisi jalan masih cukup baik.

Sedangkan untuk Ipo dipakai 4 dengan jenis lapisan perkerasan LASTON.

8.Faktor Regional (FR)

Dalam menentukan FR berdasarkan Tabel 2.8 maka dipakai iklim II dengan kelandaian < 6%, dan kondisi LHR untuk kendaraan berat lebih dari 30% maka dipakai FR = 2.5

9.Koefisien Kekuatan Relatif (a)

-Laston = 0,40

-Batu Pecah Kelas A CBR 100% = 0,14 -Sirtu kelas A CBR 50% = 0,12 10.Tebal Minimum lapis Perkerasan (Dmin)

-Surface ( Laston) = 10 cm -Agregat kelas A = 20 cm -Sirtu kelas A = 20 cm 11.Indeks Tebal Perkerasan (ITP)

Untuk mendapatkan nilai ITP dengan LER > 500 maka ITP tidak didapatkan dengan nilai dari nomogram akan tetapi dengan memakai persamaan 2.32, 2.33 dan 2.34. Adapun perhitungannya sebagai berikut:

Gt = Log





5

,

1

IPo

IPt

IPo

= Log

=





5

,

1

4

5

,

2

4

- 0,222 Wt18 = LER x 365 x UR = 1242,686688 x 365 x 10 = 4535806,412 Log Wt18 = 6,6566545

12.Menghitung Tebal Perkerasan Dilapangan Dalam perencanaan tebal perkerasan digunakan persamaan 2.23 yaitu:

a1 . D1

a2 . D2

a3 . D3

Gambar 5.2 Susunan Lapisan Perkerasan Lentur Dalam Tugas Akhir ini berdasarkan data yang didapatkan untuk lapisan tanah subgrade telah ditentukan kedalamannya 100 cm karena termasuk urugan untuk perbaikan tanah lempung lunak. Perhitungan:

• ITP diatas Base = a1 . D1

Parameter yang dipakai

- Gt = Log

=





5

,

1

4

5

,

2

4

- 0,222 - CBR Base 100% DDT = 4,3 x log ( CBR ) +1,7 = 4,3 x log ( 100 ) + 1,7 = 10,3 - Log

FR

1

= Log

5

,

2

1

= - 0,3979 Dengan cara coba-coba pada persamaan diatas terhadap besarnya ITP didapat nilai Log Wt18 yang mendekati adalah :

6,677 ≈ 6,6566545 Dengan nilai ITP diatas Base = 6,9

ITP diatas Base = a1 . D1

6,9 = 0,4 . D1 D1 =

4

,

0

9

,

6

= 17,25 cm D1 = 17,25 cm > Dmin (10 cm)

Maka Dpakai = 17,28 cm (dibulatkan 1 cm keatas)

Dpakai = 18 cm • ITP diatas Subbase = a2 . D2

Parameter yang dipakai

- Gt = Log

=





5

,

1

4

5

,

2

4

- 0,222 - CBR Subbase 50% DDT = 4,3 x log ( CBR ) +1,7 = 4,3 x log ( 50 ) + 1,7 = 9,01

Surface

Base

Subbase

(9)

- Log

FR

1

= Log

5

,

2

1

= - 0,3979 Dengan cara coba-coba pada persamaan diatas terhadap besarnya ITP didapat nilai Log Wt18 yang mendekati adalah :

6,689866 ≈ 6,6566545 Dengan ITP diatas Subbase = 8,1

ITP diatas Subbase = a1 . D1 + a2 . D2

8,1 = 0,4 . 18 + 0,14 . D2 D2 =

14

,

0

)

18

4

,

0

(

1

,

8

x

= 6,42 cm D2 = 6,42 cm < Dmin (20 cm) Maka Dpakai = 20 cm • ITP diatas Subgrade = a3 . D3

Parameter yang dipakai

- Gt = Log

=





5

,

1

4

5

,

2

4

- 0,222 - CBR Subgrade 14,5% DDT = 4,3 x log ( CBR ) +1,7 = 4,3 x log ( 14,5 ) + 1,7 = 6,7 - Log

FR

1

= Log

5

,

2

1

= - 0,3979 Dengan cara coba-coba pada persamaan diatas terhadap besarnya ITP didapat nilai Log Wt18 yang mendekati adalah :

6,657506 ≈ 6,6566545 Dengan ITP diatas Subgrade = 10,5

ITP diatas Subgrade = a1 . D1 + a2 . D2 + a3 . D3

10,5 = 0,4 . 18 + 0,14 . 20 + 0,12 . D3 D3 =

12

,

0

)

20

14

,

0

(

)

18

4

,

0

(

5

,

10

x

x

= 4,17 cm D3 = 4,17 cm < Dmin (20 cm) Maka Dpakai = 20 cm

Dari perhitungan tebal lapisan perkerasan diatas didapatkan hasil sebagai berikut:

D1 =18 cm

D2 = 20 cm

D3 = 20 cm

100 cm

Gambar 5.3 Tebal Lapisan Perkerasan Lentur 5.2 Perencanaan Elevasi Jalan

• Elevasi banjir tertinggi = 1 m • Tambahan Elevasi = 0,5 m + • Elevasi final (Hfinal) = 1,5 m

Jadi elevasi jalan yang juga Hfinal timbunan

yang direncanakan adalah 1,5 m

5.3 Perhitungan Beban

Pada perhitungan beban akibat lalu-lintas ada pengaruh dari beberapa beban yang bekerja pada tanah dasar. Beban yang berada diatas tanah dasar meliputi:

1. Beban Timbunan 2. Beban Perkerasan 3. Beban Traffic

Dalam perencanaan Tugas Akhir ini, beban traffic (qtraffic) diasumsikan sebagai beban

timbunan. Berdasarkan Gambar 2.14 untuk tinggi timbunan =1,5 m, maka didapatkan qtraffic = 1,0

t/m2. Jadi beban total untuk tanah dasar adalah: • qtimb = 1,5 x 1,79 = 2,685 t/m 2 • qperkerasan = 0,18 x 2,4 = 0,432 t/m 2 • qtraffic = 1,0 t/m2 + qtotal = 4,117 t/m2 qtotal = 41,17 Kpa

5.4 Perhitungan Pemampatan / Settlement (Sc) Dalam perhitungna pemampatan konsolidasi, perhitungan dilakukan sampai kedalaman tanah medium stiff yaitu 3,5 m. Pada Tugas Akhir ini digunakan timbunan dengan bentuk persegi panjang dengan tanah dasar dikeruk sedalam 0,5 meter kemudian ditimbun dengan tanah yang lebih baik dengan tinggi timbunan setinggi 1,5 meter, settlement yang dihitung sedalam 3 meter yang dimulai dari kedalaman 0,5 meter sampai 3,5 meter. Untuk ketelitian perhitungan, tanah sedalam 3 meter tersebut kemudian dibagi menjadi 4 lapisan dengan ketebalan tiap lapis sebesar 1 m, untuk lapisan pertama digunakan ketebalan 1 meter. Prakiraan settlement pada lapisan tanah lempung dihitung sebagai akibat beban (q) konstan sebesar 2,685 t/m2, beban lalu lintas = 1,0 t/m2 dan beban perkerasan jalan sebesar 0,432 t/m2, maka beban (q) total 4,117 t/m2. Untuk tanah lempung, besarnya pemampatan dihitung menggunakan Persamaan 2.3. Dari perhitungan didapatkan settlement total pada tanah dasar sebesar 0,632 m,

5.5 Perbaikan Tanah Dengan Cerucuk Kayu Dalam proyek pembangunan jalan akses Bandara Internasional Lombok ruas Kuripan, direncanakan perbaikan tanah aksisting menggunakan cerucuk kayu. Cerucuk kayu yang digunakan pada kondisi eksisting adalah diameter 10 cm, panjang 2 m. Pada penyusunan Tugas Akhir ini akan dicari jumlah dan jarak cerucuk yang dibutuhkan serta settlement yang terjadi setelah pemakaian cerucuk.

Tanah dasar merupakan tanah lempung lembek dengan parameter tanah : Φ = 0, Cu = 0,089 kg/m2. Untuk kayu kelas kuat III didapatkan nilai E = 52029 kg/cm2, σlt = 190 kg/cm2.Adapun

langkah-langkah perbaikan tanah dengan cerucuk kayu adalah sebagai berikut:

1. Menghitung faktor kekakuan relatif (T)

Dalam menghitung faktor kekakuan relatif (T) digunakan persamaan 2.4, adapun perhitungannya adalah sebagai beraikut:

Surface

Base

Subbase

Subgrade

(10)

5 1

=

f

EI

T

I = ¼ x π x r4 = ¼ x π x 54 = 490,625 cm4 qu = 2 x Cu = 2 x 0,089 = 0,178 kg/cm2 = 0,1822 tcf

Dari gambar 2.4 didapatkan nilai f = 2 tcf = 0,064 kg/cm3

Maka didapatkan nilai T sebesar =

= 52,50 cm

2. Perhitungan gaya horizontal yang mampu ditahan 1 buah cerucuk.

Dengan menggunakan persamaan 2.6, dapat dilihat hasil perhitungan gaya horizontal adalah sebagai berikut:

T

x

F

MP

P

M

=

Mmax 1 cerucuk = Mp = w x σlt W = c I ; c = ½ D = ½ x 10 = 5 cm W = = 5 625 , 490 98,125 cm3 Mmax 1 cerucuk = Mp = 98,125 x 190 = 18643,75 kg.cm

Direncanakan L (dibawah bidang gelincir) =1,5m=150 cm

L/T = 150/52,50 = 2,86 Z = 0

Dari Gambar 2.5 didapatkan nilai Fm = 1

355,12 kg

3. Menghitung kebutuhan cerucuk (n)

Untuk menghitung kebutuhan cerucuk dibutuhkan data-data seperti: SF min, Mresistan dan R; semua data yang dibutuhkan didapatkan dari hasil STABL. Dari hasil STABL dengan menggunakan data tanah dasar Cu sebesar 0,089 kg/cm2, didapatkan:

• SF min = 1,332

• Mresisten = 454,5 KNm/m’ = 4545000 Kg cm/m’

• R = 7,34 m = 734 cm

Dari data diatas dengan menggunakan Persamaan 2.8, dapat diperoleh kebutuhan cerucuk sebagai berikut:

R

x

cerucuk

P

MD

x

ada

yang

SF

diinginkan

yang

SF

n

1

max

)

(

=

MD =

=

=

332

,

1

4545000

SF

Mres

3412162 kg cm       − = 734 12 , 355 3412162 ) 332 , 1 5 , 1 ( x x n

2,2 buah

≈ 3

Untuk jarak cerucuk direncanakan sebesar 0,3 m.

5.6 Perhitungan Settlament Setelah Pemakaian Cerucuk

Setelah pemasangan cerucuk dilakukan perhitungan settlement untuk mengetahui besarnya settlement yang terjadi. Untuk perhitungan settlement setelah pemasangan cerucuk, dihitung dari tanah dibawah cerucuk. Dari hasil perencanaan yang telah dilakukan cerucuk dipasang sedalam 2 meter, maka perhitungan settlement dihitung dari kedalaman 2,5 sampai dengan 3,5 meter karena tanah sedalam yang dipasang cerucuk dianggap sudah kaku dan lebih padat. Dengan pemberian beban yang sama seperti sebelum perbaikan tanah yaitu sebesar 4,117 t/m2, dapat diperoleh besarnya settlement setelah pemasangan cerucuk dengan menggunakan persamaan 2.3. Dari hasil perhitungan diperoleh settlement total sebesar 0,101 meter.

5.7 Perbaikan Tanah Dengan Geotextile

Perencanaan perbaikan tanah pada Tugas Akhir ini digunakan geotextile untuk perkuatan timbunan. Perkuatan dengan geotextile direncanakan bila tidak menggunakan perbaikan tanah dengan cerucuk. Untuk lebih jelasnya perhitungan kebutuhan geotextile dijelaskan dibawah ini dengan data perencanaan sebagai berikut:

• Dari hasil STABL diperoleh data sebagai berikut:

Gambar 5.4 Sketsa bidang longsor Koordinat dasar timbunan di Titik Z

xz = 5 yz = 5 Angka keamanan : SFmin = 1,332 Jari-jari kelongsoran : R(jari-jari) = 7,34 meter

Koordinat pusat bidang longsor (Titik O pada Gambar )

xo = 3,40

yo = 12,08

Koordinat dasar bidang longsor (lihat Titik C pada Gambar) :

xC = 3,48

yC = 4,75

Koordinat batas longsor (lihat Titik A dan B pada Gambar) : SF = A Timbunan Tanah B C Z 1 : 1 Hinisial O

(11)

xA = 1,5 yA = 5 xB = 5,45 yB = 5,04 Momen Penahan : MRmin = 454,5 kNm SF min = 1,332 Circle centre ; x = 3,40 y = 12,08 R (radius) = 7,34 m M resistan = 454,5 KNm

Adapun langkah-langkah dalam perencanaan geotextile adalah sebagai berikut:

1. Perhitungan nilai Momen dorong

M dorong =

=

=

332

,

1

5

,

454

SF

Mres

341,22 KNm 2. Perhitungan Mres (rencana)

Mres (rencana) = Mdorong x Sfrencana = 341,22 x 1,5 = 511,83 KNm 3. Perhitungan ΔMR ΔMR = Mres(rencana) – Mres(min) = 511,83 – 454,5 = 57,33 KNm

4. Menghitung Kekuatan Geotextile (Tallow)

Kekuatan geotextile dihitung berdasarkan kuat tarik ultimate panjang geotextile (T) dan dipengaruhi oleh nilai angka keamanan dari beberapa faktor, antara lain:

• Angka keamanan untuk instalasi (Fsid) = 1,3

• Angka keamanan untuk faktor rangkak (Fscr) = 2

• Angka keamanan untuk faktor kimiawi (Fscd) = 1,2

• Angka keamanan untuk faktor biologi (Fsbd) = 1,1

)

(

Fsid

x

Fscr

x

Fscd

x

Fsbd

T

T

allow

=

Dalam perencanaan ini digunakan tipe geotextile UW-250 dengan kekuatan tarik sebesar 52 KN/m’, maka dapat diperoleh kekuatan tarik ijin geotextile sebesar:

=

=

)

1

,

1

2

,

1

2

3

,

1

(

52

x

x

x

T

allow 15,15 KN/m Internal Stability

Kondisi internal stability tercapai bila tidak terjadi longsor pada lereng AC.

Gambar 5.9 Gaya-gaya Pada Timbunan

dengan Perkuatan Geotextile

• Syarat Tidak Terjadi Failure di Lereng AC

(

)

SF x ifABC Beratefekt Pa1 ≤ tanδ

Dimana :

δ = sudut geser antara tanah timbunan dan

material geotextile

≈ Ø = 30°

SF = 1,2 untuk jalan sementara

= 1,5 untuk jalan permanen

      − = 2 45 tan2 φ Ka

(

)

2 tan 2 1 2 2 1 δ γ γ γ γH Ka H Ka sat w ABxBCx Pa = + ≤ −       +       = 2 30 45 tan . 5 , 1 . 79 , 1 2 30 45 tan . 5 , 1 . 79 , 1 . 2 1 2 2 2 2

(

)

2 30 tan 5 , 1 5 , 1 1 79 , 1 − x x

P

a1

= 2,012 t/m’ > 0,513 t/m’

...Not OK

• Syarat Kekuatan Bahan Pa1 ≤ S1

Dimana :

S

1

= kekuatan tarik material geotextile

yang diijinkan (T

allowable

)

Pa1 ≤ S1

2,012 t/m’ > 1,13 t/m’. ...Not OK

Maka diperlukan beberapa lapis geotextile. 5. Menghitung Panjang Geotextile di Belakang

Bidang Longsor

(

)

(

)

xE xFS T L xE xL xFS T Fx allow e e allow 2 1 2 1 0

τ

τ

τ

τ

+ = + = = Σ dimana :

Le = Panjang geotextile di belakang bidang

(12)

τ1= Tegangan geser antar tanah timbunan dengan geotextile 1 1 1

σ

tan

φ

τ

=

Cu

+

v

τ2 = Tegangan geser antar tanah dasar dengan

geotextile 2 2 2

σ

tan

φ

τ

=

Cu

+

v E = efisiensi  diambil E = 0.8 FSrencana= 1,5

Hi = Tinggi timbunan di atas geotextile

Dari perhitungan sebelumnya didapatkan :

Tallow = 15,15 kN/m Data timbunan : Hi = 1,5 meter γtimb = 1,79 t/m 3 = 17,90 kN/m3 σV = γtimb x Hi = 17,90 x 1,5 = 26,85 kN/m2 Cu1 = 0 φ1 = 30 o τ1 = 0 + (26,85 x tan 30 o ) = 15,50 kN/m2

Data lapisan atas tanah dasar : γ = 1,672 t/m3 = 16,72 kN/m3 Cu2 = 8 kN/m 2 φ2 = 0 o τ2 = 8 + (16,72 x tan 0o) = 8 kN/m2

Panjang geotextile di belakang bidang longsor :

(

)

xE xFS T L allow e 2 1

τ

τ

+ =

(

15,50 8

)

0.8 5 , 1 15 , 15 x x + = = 1,21 meter

6. Menghitung Kebutuhan Geotextile Dengan rumus di atas didapatkan :

Mgeotextile = Tallow x Ti

dimana :

Tallow = Kekuatan Geotextile

Ti = Jarak vertikal antara geotextile dengan

pusat bidang longsor (Titik O pada Gambar)

Pada geotextile lapisan pertama (pada dasar timbunan) Hi1 = H timbunan = 1,5 meter Ti1 = yo – yZ = 12,08 –5 = 7,08 meter Mgeotextile = 15,15 x 7,08 = 107,26 kNm

Kebutuhan Geotextile ditentukan dari ΣMomen akibat pemasangan geotextile lebih besar dari momen tambahan yang dibutuhkan,

ΣMomen > ∆MR

ΣM= Mgeotextile > ∆MR

107,26 kNm> 57,33 kNm (OK) sehingga geotextile yang dibutuhkan dalam

perencanaan ini sebanyak 1 lapis.

7. Menghitung Panjang Geotextile di depan bidang longsor (LD)

Panjang geotextile ini dihitung dengan bantuan out put dari program XSTABL dengan cara : LD = (koordianat-X bidang longsor lapisan i

geotextile terpasang) – (koordinat tepi timbunan lapisan i geotextile dipasang)

Panjang geotextile di depan bidang longsor

adalah sebagai berikut :

Tabel 5.9 Tabel Hasil Perhitungan Panjang Geotextile di

depan Bidang Longsor

Sumber : hasil perhitungan

8. Menghitung Panjang Total Geotextile Panjang total geotextile 1 sisi = Le + LD + Sv+ Lo

= 1,21 + 0,45 + 0,5 + 0,5 = 2,66 m

Panjang total geotextile 2 sisi = 2 x (Le + LD + Sv+

Lo )

= 2 x 2,66 = 5,32 m

Untuk panjang total 1 sisi geotextile > ½ lebar timbunan maka untuk mempermudah pemasangan di lapangan, geotextile dipasang selebar timbunan sehingga panjang total geotextile adalah:

Ltotal = L jalan + 2(LD + Sv+ Lo)

= 7 + 2,9 = 9,9 m

Jadi digunakan geotextile type UW-250 dengan pemasangan arah memanjang. Kebutuhan geotextile sebesar 9,9 per meter panjang.

5.8 Pemilihan Alternatif Perbaikan Tanah

Dalam pelaksanaannya dilapangan akan dipilih jenis metode perbaikan tanah yang mudah dilaksanakan dan target hasil yang dicapai dapat mendukung kontruksi perkerasan jalan dalam jangka panjang. Adapun pertimbangan dalam pemilihan alternatif perbaikan tanah dasar yaitu sebagai berikut:

1. Pencegah Kelongsoran a.Cerucuk

Dalam perencanaan perbaikan tanah dasar Cerucuk akan dipasang pada bagian Jumlah Koordinat

Y

Koordinat pakai Koordinat X tepi

Ld

x y (m)

(13)

timbunan yang kritis mengalami kelongsoran saja. Dengan pemakaian Cerucuk pada bidang longsor dari tanah dasar, maka kelongsoran timbunan dapat dicegah.

b.Geotextile

Dalam perencanaan perbaikan tanah dasar Geotextile akan dipasang pada bagian timbunan yang kritis mengalami kelongsoran. Dengan pemakaian Geotextile pada bidang longsor dari tanah timbunan, maka kelongsoran timbunan dapat dicegah.

2. Pencegah Pemampatan Tanah Dasar a.Cerucuk

Agar dapat mencegah pemampatan tanah dasar akibat beban timbunan konstruksi jalan, maka Cerucuk harus dipasang disepanjang lebar bentang dari ruas jalan. Hal ini bisa saja dilakukan akan tetapi memakan waktu yang lama dalam penginstalan Cerucuk disepanjang bentang jalan.

b. Geotextile

Agar dapat mencegah pemampatan tanah dasar akibat beban timbunan konstruksi jalan, maka Geotextile harus dipasang disepanjang lebar bentang dari ruas jalan. Dalam pelaksanaanya hal ini mudah dilakukan karena Geotextile merupakan lembaran yang tinggal dihamparkan dalam penginstalannya sehingga tidak akan memakan waktu yang lama dalam proses pekerjaan perbaikan tanah dengan Geotextile.

Jadi Cerucuk dan Geotextile sama-sama dapat digunakan untuk mencegah kelongsoran timbunan, namun dalam hal mencegah pemampatan tanah dasar Geotextile bergunan sebagai separator yang dapat mencegah bercampurnya timbunan pilihan dengan tanah dasar yang jelek. Geotextile juga lebih mudah dalam pelaksanaannya dibandingkan Cerucuk dan tidak memakan waktu yang lama dalam penginstalannya. Sehingga dalam perencanaan ini dipilih penggunaan Geotextile sebagai alternatif perbaikan tanah dasar.

5.9 Analisa Biaya Alternatif Perbaikan

Tanah

Pada subbab ini akan dibahas berapa besar biaya yang dibutuhkan dalam penginstalan alternatif perbaikan tanah yang dipilih. Dalam perencanaan ini ditentukan alternatif perbaikan tanah berupa penggunaan Geotextile. Untuk biaya instalasi Geotextile per m2 dapat dilihat pada Tabel 5.10 berikut:

Tabel 5.10 Pemasangan Geotextile Woven

Dari tabel diatas dapat diketahui anggaran pemasangan Geotextile per m2- sebesar Rp 18.095,04

• Luas pemasangan Geotextile keseluruhan yaitu: 1750 m x 9,9 m = 17325 m2

• Total biaya penginstalan Geotextile yaitu: 17325 m2 x 18.095,04 = Rp 313.496.568,00

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dalam perencanaan Tugas Akhir ini dapat diperoleh kesimpulan yaitu:

Dari perencanaan yang ada diperoleh data sebagai berikut:

a. Tebal Perkerasan Jalan

- Lapisan permukaan =18 cm - Lapisan Pondasi Atas = 20 cm - Lapisan Pondasi Bawah = 20 cm - Urugan Pilihan = 100 cm b. Pemampatan Dibawah Timbunan

Besar total pemampatan di bawah timbunan adalah 0,632 m pada lapisan tanah lempung.

c. Stabilitas Timbuan

Berdasarkan hasil perhitungan dengan program STABL didapatka besarnya angka keamanan (SF) = 1,332 < SF rencana 1,5 maka perlu dilakukan perbaikan tanah dasar.

d. Desain Perkuatan dengan Cerucuk Kayu Jumlah Cerucuk yang dibutuhkan per meter panjang adalah 3 buah dengan jarak 0,3 m.

Dengan adanya perkuatan dengan Cerucuk Kayu maka besar pemampatan di bawah Cerucuk kayu dapat dihitung, dalam hal ini besarnya adalah 0,101 m pada lapisan tanah lempung .

e. Desain Perkuatan dengan Geotextile

Didapatkan jumlah lembar Geotextile yang terpasang sebanyak 1 lapisan dengan panjang total adalah 9,90 m

f. Penanganan yang perlu dilakukan di lapangan

Dalam Tugas Akhir ini perbaikan tanah dilakukan dengan pemasangan Geotextile mengingat lebih banyak keunggulannya daripada pemasangan Cerucuk kayu.

g. Total anggaran tambahan untukpelaksanaan perbaikan tanah dasar yaitu Rp. 313.496.568,00

6.2 Saran

a. Untuk dapat mencapai target pekerjaan yang diinginkan serta hasil yang maksimal, maka perlu digunakan alternatif perbaikan yang lebih cepat

No URAIAN SATUAN VOLUME HARGA SATUAN JUMLAH

1 Bahan - Geotextile Woven m2 1.2000 Rp 9,000.00 Rp 10,800.00 2 Upah - Mandor oh 0.0200 Rp 51,120.00 Rp 1,022.40 - Pekerja oh 0.1800 Rp 28,800.00 Rp 5,184.00 - Tukang oh 0.0180 Rp 43,200.00 Rp 777.60 3 Alat Bantu

- Alat bantu 0,06 x upah pekerja Ls 0.0600 Rp 5,184.00 Rp 311.04

(14)

dalam pelaksanaannya serta dapat mendukung beban konstruksi perkerasan jalan, maka dalam proyek ini digunakan perkuatan berupa Geotextile.

b.Dalam pelaksanaan pekerjaan instalasi Geotextile, perlu dilakukan pengawasan oleh ahli yang berpengalaman dalam hal instalasi Geotextile agar hasilnya sesuai dengan spesifikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Das, Braja M. 1985. Mekanika Tanah 1

(Prinsip-Prinsip Rekayasa

Geoteknis). Diterjemahkan oleh Noor

Endah dan Indrasurya B. Mochtar.

Jakarta. Erlangga.

Das, Braja M. 1985. Mekanika Tanah 2

(Prinsip-Prinsip Rekayasa

Geoteknis). Diterjemahkan oleh Noor

Endah dan Indrasurya B. Mochtar.

Jakarta. Erlangga.

Mochtar, Indrasurya B. 2000. Teknologi

Perbaikan Tanah dan Alternatif

Perencanaan Pada Tanah

Bermasalah (Problematic Soil).

Surabaya. Jurusan Teknik Sipil FTSP

ITS.

Endah, Noor. 2009. Handout Kuliah Metode

Perbaikan Tanah. Surabaya. Jurusan

Teknik Sipil FTSP ITS.

Gambar

Gambar 4.1 Grafik hubungan jumlah penduduk  dengan tahun (hasil analisa)
Tabel 4.4 Faktor Pertumbuhan (i) untuk Bus  Tahun   Jumlah  i (%)  2009  4443966  -  2010  4516429  0.016  2014  4806282  -  2015  4878745  0.015  2019  5168597  -  2020  5241060  0.014
Tabel 4.10 Data LHR untuk Awal Tahun Umur  Rencana  Jenis  Kendaraan  Tahun 2009  Tahun 2010 Total Semua Arah  Total Semua Arah  Kend/hari  Kend/hari  MC  10035  11069  LV  2660  2934  MHV  409  451  LB  78  79  T 1.2 H  128  138  T 1.22  59  64  T 1.2 + 2
Tabel 5.3 Lintas ekivalen permulaan (LEP)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Degradasi pada pakan sorgum ditunjukkan dengan hasil kecernaan bahan kering, bahan organik, protein, lignin, selulosa dan hemiselulosa yang diberi probiotik lebih tinggi

Pengaruh profitabilitas dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan Tabel 3 di bawah menunjukkan pengaruh profitabilitas dan kebijakan dividen terhadap nilai

Di tingkat Program Studi penyusunan diawali dengan penetapan pemilihan bahan kajian yakni tingkat keluasan, tingkat kedalaman, tingkat kemampuan dan ketrampilan

Bukit intrusi pada awalnya dapat berada dibawah permukaan bumi, namun seiring dengan berjalannya waktu oleh proses endogenik (pelapukan dan erosi) maka bagian tanah

tidak saja terhadap bahan-bahan perundangan, penulis juga mencari bahan pada buku-buku, jurnal-jurnal, makalah-makalah, laporan-laporan, hasil penelitian, bahan-bahan

Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan di antaranya adalah jaringan saraf tiruan backpropagation dapat digunakan dalam melakukan perkiraan biaya perangkat

1) Penerapan strategi pembelajaran aktif teks acak yang telah dilakukan pada siswa kelas X OTKP 1 SMK PGRI 13 Surabaya terhadap kemampuan menyusun teks dialog bahasa Mandarin

Hasil analisis sidik ragam pada taraf 5% menunjukkan bahwa tidak ada interaksi perlakuan suhu dan jenis isolat namun perlakuan suhu berpengaruh nyata terhadap