• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELAYAKAN SARANA DAN PRASARANA BENGKEL TEKNIK PEMESINAN DI SMK ASSA ADAH PONDOK PESANTREN QOMARUDDIN BUNGAH GRESIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KELAYAKAN SARANA DAN PRASARANA BENGKEL TEKNIK PEMESINAN DI SMK ASSA ADAH PONDOK PESANTREN QOMARUDDIN BUNGAH GRESIK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KELAYAKAN SARANA DAN PRASARANA BENGKEL

TEKNIK PEMESINAN DI SMK ASSA’ADAH PONDOK PESANTREN

QOMARUDDIN BUNGAH GRESIK

Oleh:

Misbakhul Ulum, Yoto, dan Widiyanti

Pendidikan Teknik Mesin Universitas Negeri Malang Email: misbahoelum@gmail.com

Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) kondisi ruang bengkel praktik teknik pemesinan, (2) kondisi peralatan atau mesin yang ada di bengkel praktik teknik pemesinan, (3) kondisi sarana dan prasarana penunjang praktik pada bengkel teknik pemesinan, dan (4) kondisi perlengkapan keselamatan kesehatan kerja (K3) pada bengkel praktik pemesinan. Penelitian dilaksanakan pada SMK Assa’adah Gresik. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data diperoleh dari wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana, kepala program keahlian teknik pemesinan, kepala bengkel teknik pemesinan, guru produktif teknik pemesinan, dan laboran bengkel teknik pemesinan. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ruang bengkel praktikum teknik pemesinan SMK Assa’adah Gresik luas area masih kurang, jumlah peralatan dan mesin belum memenuhi standar minimal untuk SMK, sarana dan prasarana penunjang seperti penerangan bengkel dan ventilasi udara dalam kondisi baik, perlengkapan K3 masih kurang lengkap jika digunakan seluruh peserta praktikum.

Kata kunci: bengkel pemesinan, SMK pondok pesantren, sarana dan prasarana

Sekolah Menengah Kejuruan memiliki ranan yang sangat penting dalam pe-ningkatan SDM yang cerdas, berpengetahuan berkepri-badian, berakhlak mulia, memiliki keterampilan untuk mandiri dan mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. SMK diharapkan menghasilkan SDM yang mampu bersaing di dunia kerja sesuai kompetensinya, sehingga peran lembaga pendidikan SMK dapat membantu dalam pembangunan Indonesia.

Sistem pendidikan kejuruan harus menjamin terwujudnya masyarakat yang demokratik terutama dalam kesempatan belajar dan kesempatan bekerja, agar setiap individu di dalam masyarakat memilki kehidupan yang lebih baik dan martabat yang mulia, melalui proses mental dan rasionalitas (Sonhaji, 2013: 153).

Banyak sekolah yang memiliki sara-na pendidikan yang lengkap sehingga dapat membantu proses pendidikan dengan baik, tetapi tidak sedikit pula sekolah yang sarana dan prasaranannya belum lengkap. Guru dan siswa pasti merasa senang dengan adanya fasilitas sekolah yang memadahi, tetapi sa-yangnya kondisi seperti itu tidak berlangsung lama karena tingkat kualitas sarana dan prasaranan tidak dapat diperhatikan secara terus menerus. Oleh karena itu dibutuhkan pengelolaan saran dan prasarana secara baik agar kualitas sarana dan prasarana dapat dipertahankan dalam waktu yang lebih lama (Arifin dan Barnawi, 2012).

Kabupaten Gresik merupakan kota yang terdapat begitu banyak perusahaan suwasta dan Negeri yang pastinya membu-tuhkan banyak tenaga kerja baik dari lulusan

(2)

sarjana maupun tingkat SLTA, terutama pada lulusan SMK. Dengan begitu banyaknya perusahaan diharapkan Sekolah Menengah Kejuruan mampu menyuplai lulusan yang siap kerja sehingga mampu mengembangkan industri yang ada. Oleh karena itu Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Gresik harus mempunyai fasilitas bengkel yang standar. Untuk dapat menghadapi era globalisasi dan persaingan pasar bebas pasti-nya dibutuhkan tenaga kerja yang mempu-nyai kemampuan produktif, efektif, disiplin tinggi, dan bertanggung jawab sehingga mampu menciptakan dan memperluas la-pangan kerja.

Salah satu cara untuk menghasilkan tenaga kerja profesional dan mampu me-ngikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan tek-nologi adalah dengan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan seperti yang dije-laskan dalam Permendiknas (Peraturan Men-teri Pendidikan Nasional Republik Indonesia) nomor 40 tahun 2008 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SMK dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) pasal 4 (Peraturan Menteri, 2008:4) dijelaskan bahwa “penyelenggaraan SMK/ MAK wajib menerapkan standar sarana dan prasarana SMK/MAK sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri tersebut, selambat-lambat-nya 5 (lima) tahun setelah Peraturan Menteri ini ditetapkan”. Peraturan ini menjelaskan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang proses pembe-lajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Sekolah Menengah Kejuruan sangat dibutuhkan bagi setiap peserta didik yang mempunyai keinginan untuk bisa bekerja setelah lulus, begitu juga para santri-santri pondok pesantren, bukan hanya

mengandal-kan ilmu-ilmu agama tetapi juga membutuh-kan ilmu-ilmu umum, oleh sebab itu banyak pondok pesantren yang mengembangkan pendidikannya, salah satunya ialah pondok pesantren Qomaruddin yang mempunyai pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan ya-itu SMK Assa’adah. Terlepas dari ya-itu peserta didik SMK Assa’adah yang mengambil program keahlian pemesinan nantinya mere-ka amere-kan memperhitungmere-kan jimere-ka telah lulus nanti akan segera memasuki dunia kerja yang sesuai dengan program keahliannya, apalagi Gresik merupakan Kabupaten yang terdapat begitu banyak perusahaan-perusahaan swasta maupun negeri, sehingga diharapkan para lulusan tidak hanya membekali diri dengan keterampilan tetapi juga mempunyai bekal akhlak. SMK Assa’adah merupakan salah satu SMK yang mempunyai kerjasama dengan beberapa perusahaan sista dan negeri tidak sedikit para lulusan SMK Assa’adah yang bekerja di perusahaan-perusahaan tersebut, tidak hanya itu SMK Assa’adah meskipun berdiri dalam naungan pondok pesantren sekolah ini mampu menjadi salah satu SMK yang ditunjuk untuk me-nyelenggarakan salah satu program peme-rintah yaitu SMK berbasis balai latihan kerja (BLK), yang sebelumnya hanya SMK PGRI 1 Gresik saja, tetapi pada tahun 2015 SMK Assa’adah sudah siap menyelenggarakan program tersebut. Ada 13 SMK di Kabupaten Gresik yang siap menyelngga-rakan program SMK berbasis BLK salah satunya ialah SMK Assa’adah. Dengan adanya SMK yang ada di pondok pesantren yang menyelenggarakan program ini diharapkan santri maupun siswa mampu bersaing untuk menghadapi Masyakat Ekonomi Asean (MEA).

(3)

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian penelitian ini adalah kualitatif, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

post-positivisme, digunakan untuk meneliti

pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci (Sugiyono, 2013: 15).

Langkah awal yang harus dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melaku-kan pengamatan yang dilakumelaku-kan ke bengkel teknik pemesinan di SMK Assa’adah Bungah Gresik yang menjadi objek penelitian. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang ada di bengkel teknik pemesinan SMK Assa’adah Bungah Gresik. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data dengan menggunakan wawancara dan dokumentasi terkait standar bengkel teknik pemesinan SMK Assa’adah Bungah Gresik. Narasumber dalam peneliti-an ini, dipeneliti-antarpeneliti-anya: Wakil Kepala Sekolah bidang sarana dan prasarana, Kepala bengkel, Kepala Program Keahlian Teknik Pemesinan, Guru produktif, dan Laboran.

Proses analisis dengan menelaah se-luruh data yang tersedia dari berbagai sum-ber, yaitu dari pengamatan dan wawancara yang sudah dituliskan dalam catatan lapang-an dokumen pribadi, dokumen resmi, gam-bar, foto, dan sebagainya (Moleong. 2007: 247). Pengecekan keabsahan temuan dalam penelitian ini dilakukan dengan menguji kredibilitas yang menggunakan teknik-teknik yaitu: perpanjangan pengamatan, observasi yang mendalam, triangulasi, dan menggunakan bahan referensi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Ruang Bengkel Praktik Teknik Pemesinan di SMK Assa’adah

Temuan penelitian yang terkait de-ngan kondisi ruang bengkel praktik teknik pemesinan di SMK Assa’adah dijelaskan sebagai berikut.

Standar Minimal untuk Ruang Bengkel SMK

Temuan: ruang bengkel teknik peme-sinan yang ada di SMK Assa’adah masih belum memenuhi standar minimum khusus untuk mesin perkakas karena luas ruang bengkel pemesinan di SMK Assa’adah me-miliki luas 48 m2 untuk area kerja mesin

bubut dengan jumlah mesin terdiri dari 12 unit dan luas 36 m2 area kerja mesin frais, dengan jumlah mesin terdiri dari mesin frais 3 unit, mesin skrap 1 unit ditambah dengan luas area ruang kerja bangku 24 m2 dengan

jumlah ragum 12 unit dalam 2 meja dan area gudang bahan 12 m2, ruang bengkel masih belum mampu menampung jumlah siswa sehingga setiap kelas dibagi menjadi 4 kelompok untuk memenuhi kapasitas ruang bengkel yang ada. Ruang yang ada di bengkel teknik pemesinan SMK Assa’adah masih terlihat sesak dengan jumlah mesin yang ada.

Penataan Alat dan Mesin di Bengkel Teknik Pemesinan

Temuan: penataan mesin sudah se-suai dengan kondisi ruang bengkel tetapi ja-rak antara mesin masih belum ideal karena menyesuaikan luas gedung bengkel teknik pemesianan, untuk penataan alat-alatnya di-sesuaikan dengan kebutuhan untuk masing-masing mesin, misalnya untuk alat-alat kerja bangku ada lemari alat untuk perlengkapan kerja bangku tetapi kebanyakan alat-alat ditaruh jadi satu dengan ruang guru. Alat-alat khusus yang ditaruh di panel-panel, alat-alat yang ada di bengkel pemesinan mayoritas

(4)

ditaruh di ruang guru agar tetap terjaga dan menghindari resiko kehilangan

Gambar 1 Ruang kerja mesin bubut

Penataan Bahan Praktikum di Bengkel Teknik Pemesinan

Temuan: penataan bahan praktikum sudah tertata dengan baik sudah ada tem-patnya sendiri yaitu di gudang bahan yang berada satu gedung dengan ruang mesin bu-but, ruang mesin frais, dan juga kerja bangku, sedangkan tempat bahan jadi hasil dari praktikum siswa teknik pemesinan ditaruh di etalase yang berada jadi satu di ruang guru tapi hanya untuk sampel saja tidak semua bahan jadi ditaruh di etalase.

Gambar 2 Gudang bahan

Terdapat ruang untuk penyimpanan bahan sendiri yang berada di samping area keja bangku.

Untuk tempat barang jadi atau produk dhasil praktikum disimpan di etalase kaca

yang berada di ruang guru, tetapi hanya beberapa saja sebagai sample.

Gambar 3 Etalase produk praktikum

Berdasarkan hasil dari pengamatan dan penelitian yang dilakukan melalui obser-vasi, wawancara dan dokumentasi terhadap kondisi ruang bengkel teknik pemesinan di SMK Assa’adah, dapat diketahui bahwa kondisi ruang bengkel teknik pemesinan masih belum memenuhi standar minimal untuk SMK. Sesuai dengan temuan yang ada di lapangan kondisi ruang bengkel masih kurang luas sehingga jarak antara mesin berdekatan.

Kondisi Peralatan/mesin yang Ada di Bengkel Praktikum Teknik Pemesinan

Temuan penelitian yang terkait dengan kondisi perlatan/mesin yang ada di bengkel praktik teknik pemesinan di SMK Assa’adah dijelaskan sebagai berikut.

Ketersediaan Peralatan/mesin di Bengkel Praktikum Teknik Pemesinan

Temuan: ketersediaan peralatan di bengkel pemesinan sudah memenuhi dengan jumlah mesin bubut ada 12 unit, mesin frais 3 unit, mesin skrap 1 unit, 2 mesin CNC, dan 12 unit ragum dalam 2 meja. Dalam 1 ke-lompok belajar terdapat 10 siswa jadi cukup

(5)

untuk 1 siswa 1 mesin dan ada 2 mesin se-bagai cadangan, sedangkan untuk mesin CNC hanya satu unit yang bisa dipakai tetapi ada aplikasi yang ada dikomputer yang jumlahnya ada 5 komputer di ruang CNC.

Kondisi Peralatan/mesin di Bengkel Prak-tikum Teknik Pemesinan

Temuan: kondisi peralatan/mesin yang ada di bengkel pemesinan semua dalam kondisi baik, untuk mesin bubut dari 12 unit tadi semua dalam kondisi bisa dipakai, sedangkan mesin frais dengan jumlah total ada 3 unit hanya 1 unit mesin frais yang kon-disinya tidak dapat dipakai karena masih dalam proses perbaikan.

Gambar 4 Mesin saat digunakan

Kondisi mesin yang ada di bengkel teknik pemesinan semuanya masih dalam kondisi baik, dari 12 unit mesin bubut semua mesin bisa befungsi sedangkan mesin frais dari 3 unit hanya 1 mesin yang dalam kondisi masih diperbaiki.

Rasio Jumlah Peserta Didik dalam 1 Kelompok Belajar

Temuan: rasio jumlah peserta didik dalam 1 kelompok belajar di bengkel teknik pemesinan sudah terpenuhi, artinya setiap praktik itu maksimal ada 10 siswa dalam 1 kelompok sedangkan jumlah mesin bubut ada 12 dan ragum juga ada 12 sehingga ada 2

mesin yang digunakan sebagai cadangan kalau seandainya ada yang rusak.

Sarana dan Prasarana Penunjang di Bengkel Teknik Pemesinan

Temuan penelitian yang terkait dengan sarana dan prasarana penunjang yang ada di bengkel praktik teknik pemesinan di SMK Assa’adah dijelaskan sebagai berikut.

Penerangan yang Ada di Bengkel Teknik Pemesinan

Temuan: penerangan yang ada di bengkel teknik pemesinan SMK Assa’adah sudah mencukupi standar dengan mengguna-kan daya lampu sebesar 400 watt dan tidak hanya menggunakan lampu saja tetapi juga memanfaatkan cahaya alam dengan meng-gunakan atap kaca dan jendela yang cukup banyak sehingga penerangan dapat maksimal.

Gambar 5 Penerangan di bengkel

Penerangan yang ada di bengkel tek-nik pemesinan sesuai dengan hasil wawan-cara dari narasumber terdapat 16 lampu yang menerangi ruang bengkel pemesinan dari ruang kerja mesin bubut sampai ruang bahan dengan total menggunakan daya sebesar 400 watt untul luas ruang 138 m2, ditambah juga dengan beberapa atap yang terbuat dari kaca sehingga penerangan yang ada di bengkel dapat maksimal.

(6)

Ventilasi Udara yang Ada di Bengkel Teknik Pemesinan

Temuan: ventilasi udara yang ada di-rasa sudah cukup karena di setiap blok mesin dindingya terdapat jendela sehingga sirkulasi udara yang ada di bengkel teknik mesin sudah lancar ditambah lagi dengan atap gedung bengkel yang terbuat dari genteng sehingga suhu yang ada di bengkel tidak terlalu panas.

Gambar 6 Ventilasi udara di bengkel

Ventilasi yang ada di SMK As-sa’adah dapat diambil kesimpulan bahwa ventilasi yang ada di bengkel pemesinan su-dah cukup untuk menunjang proses prak-tikum, jendela-jendela yang ada tidak dipa-sang kaca melainkan menggunakan jeruji besi.

Kondisi Perlengkapan K3 di Bengkel Teknik Pemesinan

Temuan penelitian yang terkait dengan kondisi perlengkapan K3 yang ada di bengkel praktik teknik pemesinan di SMK Assa’adah dijelaskan sebagai berikut.

Kelengkapan Perlengkapan K3 di Bengkel Teknik Pemesinan

Temuan: untuk kelengkapan perleng-kapan K3 sudah cukup terpenuhi tetapi ada beberapa perlengkapan yang masih belum

lengkap. Menurut hasil wawancara dari narasumber ada beberapa perlengkapan yang sudah ada seperti kacamata, baju ksusus, he-lm, dan juga alat pemadam kebakaran tetapi jumlahnya masih kurang karena terkendala dengan jumlah siswa yang banyak dan penggunaan peralatannya juga bergantian. Untuk kesehatan sudah ada PUSKESTREN sebagai tempat penanganan kalau seandainya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, jarak antara gedung dengan PUSKESTREN juga tidak terlalu jauh sekitar 50 m.

Gambar 7 Alat pemadam kebakaran

Kelayakan Perlengkapan K3 di Bengkel Teknik Pemesinan

Temuan: kelayakan perlengkapan K3 di bengkel teknik pemesinan SMK As-sa’adah kondisinya cukup layak karena masih bisa dipakai. Menurut hasil wawanca-ra dari nawawanca-rasumber dari kondisi kelengkapan K3 masih layak untuk dipakai kalau dikata-kan bagus ya kurang bagus tapi saat ini masih bisa dipakai yang menjadi persoaalan itu kita belum bisa memberikan satu siswa satu alat, ada yang sifatnya dipakai bersama.

Kondisi Ruang Bengkel Praktik Teknik Pemesinan di SMK Assa’adah

Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 40 Tahun 2008, menjelas-kan bahwa area kerja bengkel pemesinan

(7)

terdiri dari area kerja mesin bubut, mesin frais, mesin kerja bangku ruang penyimpan-an dpenyimpan-an instruktur, untuk area kerja mesin bu-but 64 m2 dengan kapasitas minimum 8 pe-serta didik, sehingga untuk 1 pepe-serta didik membutuhkan luas area kerja mesin bubut seluas 8 m2 (2x4). Sedangkan kondisi yang

ada di SMK Assa’adah luas area kerja mesin bubut 48 m2 untuk kapasitas 10 peserta didik, sehingga untuk 1 peserta didik menggunakan luas area kerja 4,8 m2, hal itu berarti bahwa untuk luas area kerja mesin bubut yang ada di bengkel teknik pemesinan SMK Assa’adah masih belum memenuhi standar minimum SMK yang diatur oleh Permendiknas No 40 Tahun 2008.

Area kerja bangku Menurut Permen-diknas luas areanya 64 m2 dengan kapasitas

minimum 8 peserta didik, sehingga untuk 1 peserta didik membutuhkan luas area kerja bangku seluas 8 m2 (2x4), sedangkan kondisi yang ada di SMK Assa’adah luas area kerja bangku 24 m2 untuk kapasitas 10 peserta

didik, sehingga untuk 1 peserta didik meng-gunakan luas area kerja 2,4 m2, hal itu berarti bahwa untuk luas area kerja bangku yang ada di bengkel teknik pemesinan SMK Assa’adah masih belum memenuhi standar minimum SMK yang diatur oleh Permendik-nas No 40 Tahun 2008.

Area kerja mesin frais Menurut Per-mendiknas luas areanya 32 m² dengan kapa-sitas minimum 4 peserta didik, sehingga un-tuk 1 peserta didik membutuhkan luas area kerja mesin frais seluas 8 m2. Sedangkan kondisi yang ada di SMK luas area kerja mesin frais 36 m2 untuk kapasitas 10 peserta didik, sehingga untuk 1 peserta didik meng-gunakan luas area kerja mesin frais 3,6m2,

hal itu berarti bahwa untuk luas area kerja mesin frais yang ada di bengkel teknik

peme-sinan SMK Assa’adah masih belum meme-nuhi standar minimum SMK yang diatur oleh Permendiknas No 40 Tahun 2008.

Ruang penyimpanan dan instruktur luas area minimum 48 m2 dengan kaspasitas minimum 12 instruktur, sehingga untuk 1 instruktur membutuhkan luas area kerja 4 m2.

Sedangkan yang ada di SMK luas ruang penyimpanan dan instruktur 18 m2 dengan kapasitas 10 instruktur, sehingga untuk 1 ins-truktur menggunakan luas area 1,8 m2, hal itu berarti bahwa untuk luas ruang penyimpanan dan instruktur yang ada di bengkel teknik pemesinan SMK Assa’adah masih belum memenuhi standar minimum SMK yang diatur oleh Permendiknas No 40 Tahun 2008, dan untuk gedung ruang bengkel CNC terpisah dengan area kerja mesin bubut, area kerja mesin frais, dan kerja bangku yang di dalamnya juga terdapat ruang teori.

Menurut Strom (1979) mengatakan bahwa dalam merencanakan fasilitas untuk pendidikan kerja, pertimbangan utamanya adalah menyediakan tempat yang cukup untuk kelompok, individu, dan pengajaran bengkel. Kecukupan tempat pada tempat kerja di bengkel merupakan unsur penting untuk kondisi kerja yang diinginkan.

Robert (dalam Strom, 1979) menje-laskan bahwa kondisi bengkel dalam pendi-dikan kejuruan harus dibandingkan dengan kondisi yang ada di dunia kerja/industri. Kondisi yang dimaksud adalah yang me-nyangkut penataan bengkel kerja yang dike-lola oleh program keahlian/Jurusan, maka dalam ruang bengkel ideal tersebut harus ter-sedia ruang-ruang sebagai berikut: (1) ruang kepala bengkel (2) ruang guru instruktur (3) ruang laboran (4) ruang kerja/ proses (5) ruang perlengkapan atau penyimpanan alat (6) ruang penyimpanan bahan (7) ruang ganti pakaian (8) ruang PPPK (9) ruang

(8)

administrasi (10) kantin (11) kamar man-di/WC (12) ruang istirahat (13) ruang hasil pekerjaan (14) gudang (15) ruang meeting/pertemuan (16) musholla (17) ruang pameran/show room.

Kondisi Peralatan/mesin yang Ada di Bengkel Praktikum Teknik Pemesinan

Peralatan/mesin yang ada di bengkel pemesinan SMK Assa’adah meliputi: 12 mesin bubut yang semuanya dalam kondisi baik, 4 mesin frais hanya 1 mesin yang dalam kondisi rusak ringan dan masih dalam proses perbaikan, ragum ada 12 unit dalam 2 meja, ada juga mesin gerinda duduk dan mesin gerinda potong.

Pembagian kelompok yang ada di teknik pemesinan masing-masing kelas diba-gi menjadi 4 kelompok dan penggunaan bengkel di bagi menjadi 2 waktu yaitu pagi dan siang setiap praktik 8 jam pelajaran, dengan pembagian kelompok yang merata sehingga jumlah mesin mampu menampung setiap 1 kelompok belajar yang dibatasi mak-simal 10 siswa, jadi rasio penggunaan mesin, 1 siswa menggunakan 1 mesin. Meskipun rasio penggunaan mesin 1 banding 1 tetapi untuk jumlah jam pelajaran masih kurang karena setiap kelompok praktik hanya mendapatkan 4 kali pertemuan. Sedangkan menurut kurikulum setiap peserta didik minimal membutuhkan 16 kali pertemuan.

Adanya keterbatasan tersebut sekolah menyiasatinya menggunakan metode rolling dan sistem blok, dengan cara seperti itu maka akan memaksimalkan penggunaan peralatan dan mesin dan juga untuk menunjang kelancaran dalam proses pembelajaran. Hal tersebut diperkuat dengan penelitian yang dikemukakan oleh Setiawan (2007) bahwa sistem block release banyak digunakan oleh sekolah menengah kejuruan yang memiliki keterbatasan peralatan untuk praktik. Dengan

menggunakan sistem ini masalah ketidak sesuaian antara jumlah peserta didik yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah peralatan dapat diatasi.

Sarana dan Prasarana Penunjang di Bengkel Teknik Pemesinan

Sarana dan prasarana praktik merupa-kan unit yang sangat penting pada SMK ke-lompok teknologi dan industri, oleh karena itu perlu adanya pengawasan dan pengen-dalian yang baik. Sarana dan prasarana penunjang yang dimaksud adalah penerang-an dpenerang-an ventilasi udara ypenerang-ang ada dibengkel teknik pemesinan SMK Assa’adah.

Penerangan yang ada di bengkel pe-mesinan menggunakan 16 lampu masing lampu sekitar 25 watt dan juga menggunakan beberapa atap yang terbuat dari kaca sehingga penerangan yang ada di bengkel teknik pemesinan SMK Assa’adah dirasa sudah mencukupi standar yang ada.

Hasil dari pengamatan pada ruang bengkel teknikl pemesinan SMK Assa’adah udara yang ada di dalam bengkel sudah terasa sejuk, karena ventilasi udara yang ada sudah banyak hampir semua ruangan terdapat jendela dan tidak ditutup dengan kaca hanya di tutupi oleh jeruji besi supaya udara dapat bersirkulasi dengan baik, tidak hanya itu penggunaan atap yang terbuat dari genteng tanah liat dan kondisi gedung yang cukup tinggi semakin membuat suhu udara yang ada di dalam bengkel terasa sejuk.

Berdasarkan temuan temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi sarana penunjang seperti ventilasi udara dan pene-rangan yang ada sudah memenuhi standar minimum dengan adanya ventilasi udara yang sejuk dan penerangan yang memadahi hal itu akan mempermudah dan memper-lancar proses pembelajaran.

(9)

Kondisi Perlengkapan K3 di Bengkel Teknik Pemesinan

Kelengkapan keselamatan dan kese-hatan kerja merupakan hal yang sangat pen-ting untuk setiap bengkel, supaya dapat memberikan rasa amam bagi setiap pekerja/ siswa dalam melakukan praktik, sehingga proses belajar dan mengajar yang ada di bengkel dapat berjalan dan lancar dan hasil yang diperoleh dapat maksimal.

Hasil dari pengamatan yang dilaku-kan di SMK Assa’adah perlengkapan K3 sudah terpenuhi tetapi masih ada beberapa perlengkapan yang masih belum lengkap. Ada beberapa kaca mata dan helem yang hanya mampu digunakan oleh 1 kelompok belajar, sehingga setiap kelompok harus ber-gantian dengan kelompok yang lain, ini yang membuat kondisi perlengkapan K3 cepat rusak karena masih belum bisa memberikan alat pelindung diri yang sama dengan jumlah siswa yang ada. Menurut guru bengkel teknik pemesinan dan laboran, penggunaan alat perlengkapan K3 seperti kacamata sebaiknya setiap siswa disuruh untuk mempunyai sendiri-sendiri karena akan timbul tanggung jawab untuk menjaga agar tidak cepat rusak. Disetiap bengkel juga dilengkapi alat pemadam kebakaran yang masih bisa berfungsi secara normal.

Hal senada juga diungkap dalam pe-nelitian Jayanti (2014) yang mengatakan bahwa diperlukan perlengkapan pelindung diri secara mandiri dari siswa yang ber-sangkutan hal itu juga dimaksudkan untuk membantu siswa dalam disiplin diri supaya ketika turun di dunia industri sudah dibekali dengan kemandirian.

Tidak hanya alat pelindung diri yang masih kurang, papan-papan penanda bahaya kerja juga masih belum lengkapa terbukti hanya ada 2 poster yang menunjukkan atau

mengingatkan tentang penggunaan K3. Seha-rusnya pada setiap sisi tembok diberi papan peringatan bahaya kecelakaan kerja agar siswa selalu waspada supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Keselamatan dan kesehatan juga bagian penting, kalau seandainya terjadi kecelakaan kerja sudah ada tempat untuk menangani siswa yang mengalami kecelaka-an yaitu PUSKESTREN ykecelaka-ang jaraknya seki-tar 50 m dari gedung bengkel SMK As-sa’adah sehingga kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan bisa cepat teratasi.

Penelitian ini juga mendukung de-ngan penelitian yang dilakukan oleh Surya (2013) yang menyatakan bahwa kondisi bengkel yang sesuai dengan standar minimal untuk katagori bengkel sekolah kejuruan sangat diperlukan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja, karena dengan keleng-kapan tersebut secara tidak langsung akan mengurangi resiko kecelakaan kerja di dalam melaksanakan praktikum.

Berdasarkan hasil temuan di atas da-pat ditarik kesimpulan bahwa kelengkapan keselama-tan dan kesehatan kerja sangat dibutuhkan demi kelancaran dala proses belajar mengajar di dalam bengkel. Selain hal tersebut siswa memang dituntut dalam kepemilikan pribadi perlengkapan penunjang K3 seperti safety shoes, kacamata bening, masker, baju kerja, dll. Karena hal itu akan membantu pihak sekolah dalam upaya melengkapi perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja.

PENUTUP Kesimpulan

Kondisi Ruang Bengkel Praktik Tek-nik Pemesinan di SMK Assa’adah. Berda-sarkan hasil dari pengamatan dan penelitian

(10)

yang dilakukan melalui observasi, wawan-cara dan dokumentasi terhadap kondisi ruang bengkel teknik pemesinan di SMK Assa’adah, dapat diketahui bahwa kondisi ruang bengkel teknik pemesinan masih be-lum memenuhi standar minimal untuk SMK. Sesuai dengan temuan yang ada di lapangan kondisi ruang bengkel masih kurang luas sehingga jarak antara mesin berdekatan.

Hanya pada ruang bengkel CNC yang luas areanya sudah mencukupi karena gudang bengkel CNC terpisah dengan area kerja mesin bubut, mesin frais, dan juga kerja bangku, selain itu ruang CNC juga terdapat ruang teori yang disertai dengan 5 unit kom-puter. Hal ini cukup kondusif karena meskipun ruang teori menjadi satu di dalam ruang CNC tidak terganggu oleh suara-suara mesin yang beradi di area mesin bubut, frais. Kondisi Peralatan/mesin yang ada di Bengkel Praktikum Teknik Pemesian. Per-alatan/mesin yang ada di bengkel pemesinan SMK Assa’adah meliputi: 12 mesin bubut yang semuanya dalam kondisi baik, 1 mesin skrap 3 mesin frais hanya 1 mesin yang dalam kondisi rusak ringan dan masih dalam proses perbaikan, ragum ada 12 unit dalam 2 meja, ada juga mesin gerinda duduk dan mesin gerinda potong. Kelengkapan mesin dengan perbandingan seluruh jumlah siswa jurusan teknik mesin sebenarnya masih kurang. Akan tetapi setiap kelas dibagi menjadi 4 kelompok untuk memenuhi jumlah mesin yang ada, misalnya dalam 1 kelas terdapat 40 siswa maka setiap kelompok satu kali praktik maksimal 10 siswa sehingga setiap mesin digunakan 1 siswa, sehingga proses belajar mengajar menjadi efektif.

Sarana dan Prasarana Penunjang di Bengkel Teknik Pemesinan. Penerangan yang ada di bengkel pemesinan mengguna-kan 16 lampu masing lampu sekitar 25 watt

dan juga menggunakan beberapa atap yang terbuat dari kaca sehingga penerangan yang ada di bengkel teknik pemesinan SMK As-sa’adah dirasa sudah mencukupi standar yang ada. Ventilasi yang ada di ruang bengkel teknikl pemesinan SMK Assa’adah udara yang ada di dalam bengkel sudah terasa sejuk, karena ventilasi udara yang ada sudah banyak hampir semua ruangan terdapat jendela dan tidak ditutup dengan kaca hanya di tutupi oleh jeruji besi supaya udara dapat bersirkulasi dengan baik, tidak hanya itu penggunaan atap yang terbuat dari genteng tanah liat dan kondisi gedung yang cukup tinggi semakin membuat suhu udara yang ada di dalam bengkel terasa sejuk.

Kondisi Perlengkapan K3 di Bengkel Teknik Pemesinan. Kelengkapan K3 yang ada di bengkel teknik pemesinan SMK As-sa’adah sudah terpenuhi tetapi masih ada beberapa perlengkapan yang masih belum lengkap. Ada beberapa kaca mata dan helem yang hanya mampu digunakan oleh 1 kelompok belajar, sehingga setiap kelompok harus bergantian dengan kelompok yang lain, ini yang membuat kondisi perlengkapan K3 cepat rusak karena masih belum bisa memberikan alat pelindung diri yang sama dengan jumlah siswa yang ada. Menurut guru bengkel teknik pemesinan dan laboran, penggunaan alat perlengkapan K3 seperti kacamata sebaiknya setiap siswa disuruh untuk mempunyai sendiri-sendiri karena akan timbul tanggung jawab untuk menjaga agar tidak cepat rusak. Di setiap bengkel juga dilengkapi alat pemadam kebakaran yang masih bisa berfungsi secara normal.

Papan-papan penanda bahaya kerja juga msih belum lengkapa terbukti hanya ada 2 poster yang menunjukkan atau mengi-ngatkan tentang penggunaan K3. Seharusnya pada setiap sisi tembok diberi papan

(11)

peringatan bahaya Kecelakaan kerja agar sis-wa selalu sis-waspada supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Keselamatan dan kesehatan juga bagian penting, kalau seandainya terjadi kecelakaan kerja sudah ada tempat untuk menangani siswa yang mengalami kecelaka-an yaitu PUSKESTREN ykecelaka-ang jaraknya seki-tar 50 m dari gedung bengkel SMK As-sa’adah sehingga kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan bisa cepat teratasi.

Implikasi

Hasil penelitian kelengkapan sarana dan prasarana bengkel teknik pemesinan di SMK Assa’adah Pondok Pesantren Qomar-udin Bungah Gresik diketahui bahwa kondisi sarana dan prasaran bengkel teknik pesinan di SMK Assa’adah masih belum me-menuhi standar minimal untuk SMK.

Untuk itu perlu adanya upaya-upaya yang harus dilakukan oleh lembaga dan jurusan diantaranya sebagai berikut. (1) Besarnya minat siswa terhadap jurusan teknik mesin membuat sekolah harus me-nampung para calon siswa, namun tidak di-ikuti dengan pengembangan mutu sekolah, oleh sebab itu banyak sekolah menengah yang masih belum bisa memenuhi standar minimum untuk sekolah, apalagi untuk Se-kolah Menengah Kejuruan (SMK) yang membutuhkan perhatian khusus untuk men-yelenggarakan proses pembelajaran. Seperti halnya SMK Assa’adah yang mempunyai banyak peminat dan siswa tidak diimbangi oleh kondisi sarana dan prasarana yang ada di bengkel teknik pemesinan. Oleh karena itu perlu adanya kerja sama antara dinas pendidikan dan juga pengurus yayasan untuk mengembangkan kualitas bengkel. Sehingga proses pembelajaran yang ada di SMK Assa’adah khususnya di jurusan teknik mesin

dapat berjalan dengan lancar dan mampu memenuhi target yang diinginkan. (2) Penelitian ini diharapkan mampu memberi-kan masumemberi-kan kepada program keahlian Teknik Pemesinan untuk terus mengem-bangkan kualitas laboraturium bengkel yang ada di masing-masing lembaga SMK seba-gaimana yang tertera pada peraturan peme-rintah melalaui permendiknas tentang stan-dar sarana dan prasaran untuk SMK no 40 tahun 2008.

Saran

Adapun saran yang bisa peneliti sam-paikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Kepala sekolah hendaknya melihat adanya kekurangan dalam ruang bengkel dan perlengkapan peralatan/mesin serta perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja bengkel sebagaimana temuan dalam penelitian ini, dengan demi-kian maka pihak sekolah dapat mengupa-yakan penambahan dan pengadaan saran dan prasaran supaya proses belajar mengajar semakin meningkat dari kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan. Penambahan per-alatan/mesin praktik bisa dilakukan dengan mengajukan proposal ke dinas pendidikan, dengan cara pengadaan anggaran tahunan untuk melengkapi kekurangan yang ada, ser-ta menggunakan sistem pembelajaran yang sesuai dengan terbatasanya peralatan/mesin, perlengkapan, kondisi ruang bengkel yang sesuai dengan metode yang cocok.

Seorang guru atau instruktur merupa-kan pengelola dan juga pengarah melakumerupa-kan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, baik itu pembelajaran teori maupun praktik. Mengingat kondisi peralatan/mesin dan per-lengkapan praktik pemesinan di sekolah yang masih terbatas maka dibutuhkan koordinasi

(12)

yang baik untuk penggunaan peralatan/ me-sin serta perlengkapannya, sehingga kegiatan belajar mengajar di bengkel tetap efektif dan lancar.

Hendaknya dengan masih terbatasnya jumlah peralatan/mesin dan perlengkapan yang ada misalnya dalam ruang bengkel yang masih kurang luas dan pembagian jam praktik yang singkat, diharpkan siswa meng-gunakan peralatan/ mesin serta perleng-kapannya secara maksimal agar terpenuhinya proses pembelajaran yang aman, nyaman, serta tertib dalam penggunaannya untuk

meningkatkan prestasi belajar dibidang praktik.

Bagi jurusan diharapkan hasil dari penelitian ini dijadikan sebagai kajian untuk lebih meningkatkan fungsi bengkel teknik mesin serta lebih meningkatkan manajemen bengkel yang sudah berjalan dengan baik.

Penelitian yang terkait tentang kela-yakan bengkel praktikum pemesinan yang menggunakan acuan dari Permendiknas No. 40 Tahun. 2008 ini dapat digunakan sebagai referensi untuk pengembangan dan tindak lanjut penelitian sejenis.

DAFTAR RUJUKAN

Arifin, M & Barnawi. 2012. Manajemen

Sarana & Prasarana Sekolah.

Jogja-karta: Ar-Ruzz Media.

Moleong, L.J. 2007. Metode Penelitian

Ku-alitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Peratuan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1990 Tentang Pendi-dikan Menengah. Jakarta: Presiden RI. Permendiknas Nomor 19 Tahun 2005 Ten-tang Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan bandan standar nasional

pendidikan (BSNP). (online), (http://

www.permendik-nas.co.id), diakses 2

januari 2015.

Permendiknas No 40 tahun 2008 tentang standar sarana prasarana untuk se-kolah menengah kejuruan/madrasah

aliyah (SMK/MA). (online), (http://

www.permendiknas.c.id), diakses 2

Januari 2015.

Setiawan, Arie Dwi. 2007. Kesesuaian

Ma-najemen Laboraturium/Bengkel Ditin-jau dari Perencanaan Kegiatan dan Pengorganisasian Sarana di SMK Se Malang Raya. Skripsi tidak

diterbit-kan: Universitas Negeri Malang.

Sonhadji, Ahmad. 2013. Manusia,

Tekno-logi, Dan Pendidikan “Menuju Per-adaban Baru”. Malang: UM press.

Strom, George. 1979. Managing The

Occu-pational Education Laboratory.

Michi-gan: Prakken Publications, Inc. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian

Pendi-dikan: Pendekatan Kuantitatif, Kuali-tatif, dan R&D. Bandung: CV.

Alfa-beta.

Surya, Tori Adi. 2013. Pengaruh Persepsi

Siswa Tentang Keselamatan dan Kese-hatan Kerja (K3) dan Kondisi Bengkel Praktik Terhadap Pelaksanaan Kese-lamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di

Bengkel Praktik Jurusan Teknik

Sepeda Motor SMK Muhammadiyah 1 Kota Malang. Skripsi tidak diterbitkan:

Universitas Negeri Malang.

Triyastuti, Jayanti. 2014. Analisis Kelayakan

Bengkel Praktikum Pemesinan di SMKN I Singosari dan SMK PGRI 3 Malang. Skripsi tidak diterbitkan:

Uni-versitas Negeri Malang.

Yoto. 2015. Manajemen Bengkel Teknik

Gambar

Gambar 1 Ruang kerja mesin bubut
Gambar 4 Mesin saat digunakan
Gambar 7 Alat pemadam kebakaran

Referensi

Dokumen terkait

Angkutan penumpang yang dimaksud juga dikhususkan pada ketersediaan angkutan penumpang untuk pergerakan internal, karena pasar yang sering diakses masyarakat masih berada di

Pada dasarnya dibutuhkan kontribusi dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan tanggung jawab perusahaan (TJP) sehingga dengan kontribusi ini akan menyebabkan proses

Untuk menghitung pendapatan yang diperoleh usaha rumah tangga yang mengusahakan pembuatan bakso di dapat dari hasil penjualan produksi bakso tersebut yang kemudian di

Akibatnya konsumen merasa belum puas dengan kualitas layanan shopee, dari kejadian tersebut kualitas layanan telah menjadi faktor yang sangat dominan terhadap

Seperti apa yang telah penulissampaikanpada Bab IV yaitu proses islah Partai Golkar pada akhirnya memilih untuk menyelesaikan melalui tehnik mengelola konflik

Batuan metamorf merupaka batuan hasil malihan dari batuan yang telah ada sebelumnya yang ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi mineral, tekstur dan

Dengan demikian, mata pencaharian masyarakat akan dapat ditingkatkan (melalui penciptaan pendapatan, peningkatan akses terhadap sumber daya alam dan mengurangi