• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA TAHUN 2012 BAB II KEADAAN UMUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA TAHUN 2012 BAB II KEADAAN UMUM"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB II

KEADAAN UMUM

Surabaya merupakan ibukota Provinsi Jawa Timur dan kota terbesar nomor dua di Indonesia. Dalam struktur perwilayahan Provinsi Jawa Timur, Kota Surabaya merupakan kota orde I yang ditetapkan sebagai pusat utama Jawa Timur. Saat ini Kota Surabaya yang juga dikenal sebagai Kota Pahlawan karena sejarahnya yang berperan terhadap perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia mengalami perkembangan yang pesat, terutama di bidang perekonomian dibandingkan dengan kota-kota lain yang berada dalam sub ordinasinya.

Terwujudnya Kota Surabaya sebagai pusat perdagangan dan jasa yang cerdas dalam merespon semua peluang dan tuntutan global, didukung oleh kepedulian tinggi dalam mewujudkan struktur pemerintahan dan kemasyarakatan yang demokratis, bermartabat dalam tatanan lingkungan yang sehat dan manusiawi.

Adapun untuk mengikuti serta merencanakan perkembangan pembangunan Kota Surabaya yang pesat, maka ditetapkan Visi dan Misi Kota Surabaya Tahun 2011-2015 yaitu Menuju Surabaya Menjadi Kota Jasa dan Perdagangan yang Cerdas, Manusiawi, Bermartabat, dan Berwawasan Lingkungan. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka misi yang akan dijalankan dan menjadi sasaran bagi segala bentuk yang akan dilaksanakan bagi seluruh pemangku pembangunan selama lima tahun kedepan adalah:

1) Membangun kehidupan kota yang lebih CERDAS melalui peningkatan sumber daya manusia yang didukung oleh peningkatan kualitas intelektual, mental spiritual, keterampilan, serta kesehatan warga secara terpadu dan berkelanjutan.

2) Menghadirkan suasana kota yang MANUSIAWI melalui peningkatan aksesibilitas, kapasitas, dan kualitas pelayanan publik, reformasi birokrasi, serta pemanfaatan sumber daya kota untuk sebsar-besarnya mendukung kesejahteraan warga.

3) Mewujudkan peri kehidupan warga yang BERMARTABAT melalui pembangunan ekonomi berbasis komunitas yang mengutamakan perluasan akses ekonomi demi mendukung peningkatan daya cipta serta kreativitas segenap warga Kota Surabaya dalam upaya penguatan struktur ekonomi lokal yang mampu bersaing di kawasan regional dan internasional.

4) Menjadikan Kota Surabaya semakin layak-huni melalui pembangunan infrastruktur fisik dan sosial secara merata yang BERWAWASAN LINGKUNGAN.

A. Kondisi Geografis dan Batas Wilayah Administrasi

Kota Surabaya terletak pada 7⁰9’ - 7⁰21’ LS dan 112⁰ 36’ - 112⁰ 57’ BT dengan batas wilayah:

 Selatan : Kabupaten Sidoarjo  Utara : Selat Madura  Timur : Selat Madura  Barat : Kabupaten Gresik

Luas wilayah Kota Surabaya adalah 52.087 Hektar, dengan luas daratan 33.048 Hektar atau 63,45% dan luas wilayah laut yang dikelola oleh Pemerintah Kota sebesar 19.039

(2)

6 Hektar atau 36.55%. administratif Surabaya terbagi menjadi 31 Kecamatan dengan tabel penjelasan sebagai berikut:

Tabel 2. 1

Pembagian Wilayah Kota Surabaya

No Wilayah Kecamatan Kelurahan

1 Surabaya

Pusat Simokerto

Kapasan, Sidodadi, Simokerto, Simolawang, Tambak Rejo.

Bubutan Alon-alon Contong, Bubutan, Gundih, Jepara, Tembok Dukuh.

Genteng Embong Kaliasin, Genteng, Kapasan, Ketabang, Peneleh.

Tegalsari Dr. Sutomo, Kedungdoro, Keputran, Tegalsari.

2 Surabaya

Utara Pabean Cantikan

Bongkaran, Krembangan Utara,

Nyamplungan, Perak Timur, Perak Utara Semampir Ampel, Pegirian, Sidotopo, Ujung,

Wonokusumo

Krembangan Dupak, Kemayoran, Krembangan Selatan, Morokrembangan, Perak Barat.

Bulak Bulak, Kedung Cowek, Kenjeran, Komplek Kenjeran, Sukolilo.

Kenjeran Bulak Banteng, Sidotopo Wetan, Tambak Wedi, Tanah Kalikedinding.

3 Surabaya

Selatan Wonokromo

Darmo, Jagir, Ngagel, Ngagel Rejo, Sawunggaling, Wonokromo.

Sawahan Banyu Urip, Kupang Krajan, Pakis, Petemon, Putat Jaya, Sawahan.

Wonocolo Bendul Merisi, Jemur Wonosari, Margorejo, Sidosermo, Siwalankerto.

Jambangan Jambangan, Karah, Kebonsari, Pagesangan. Gayungan Dukuh Menanggal, Gayungan, Ketintang,

Menanggal.

Wiyung Babatan, Balasklumprik, Jajar Tunggal, Wiyung.

Dukuh Pakis Dukuh Kupang, Dukuh Pakis, Gunungsari, Pradahkalikendal.

4 Surabaya

Timur Rungkut

Kalirungkut, Kedung Baruk, Medokan Ayu, Penjaringan Sari, Rungkut Kidul, Wonorejo. Gunung Anyar Gununganyar, Gunung Anyar Tambak,

Rungkut Menanggal, Rungkut Tengah, Tenggilis Mejoyo Kendang Sari, Kutisari, Panjang Jiwo, Prapen,

Tenggilis Mejoyo.

Gubeng Airlangga, Barata Jaya, Gubeng, Kertajaya, Tambaksari Gading, Pacar Keling, Pacar Kembang, Ploso,

(3)

7

No Wilayah Kecamatan Kelurahan

Sukolilo

Gebang Putih, Keputih, Klampisngasem, Medokan Semampir, Menur Pumpungan, Nginden Jangkungan, Semolowaru.

Mulyorejo

Dukuh Sutorejo, Kalijudan, Kalisari, Kejawan Putih Tambak, Manyar Sabrangan,

Mulyorejo. 5 Surabaya

Barat Benowo

Kandangan, Klakah Rejo, Romokalisari, Lakarsantri, Lidah Kulon, Lidah Wetan, Sumur Welut.

Tandes Balongsari, Banjarsugihan

Pakal Babat Jerawat, Benowo, Pakal, Sumber Rejo, Tambakdono.

Sambikerep Bringin, Lontar, Made, Sambikerep.

Lakarsantri Bangingan, Jeruk, Lakarsantri, Lidah Kulon, Lidah Wetan, Sumur Welut.

Sukomanunggal Putat Gede, Simomulyo, Sonokwijen, Sukomanunggal, Tanjung Sari.

Asem Rowo Asemrowo, Genting, Greges, Kalianak, Tambaklangon.

Karang Pilang Karangpilang, Kebraon, Kedurus, Warugunung.

(4)
(5)

9 Berdasarkan topografi Kota Surabaya 80% wilayah Surabaya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3 - 6 meter diatas permukaan air laut. Adapun kecuali di wilayah bagian selatan dengan ketinggian 25 - 50 meter diatas permukaan air laut, tepatnya di daerah Lidah (Kecamatan Lakarsantri) dan Gayungan.

Berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Surabaya, struktur serta pemanfaatan ruang Kota Surabaya terdiri atas ruang darat, laut, dan udara yang direncanakan secara terpadu dan terintegrasi dalam satu kesatuan sistem ruang secara utuh. Sedangkan untuk pembagian pemanfaatan kawasannya, Kota Surabaya terbagi menjadi dua, yaitu Kawasan Budidaya dan Kawasan dan Kawasan Lindung.

Kawasan Budidaya sendiri merupakan kawasan yang digunakan untuk dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk memenuhi atau mempermudah kebutuhan dan kegiatan manusia. Adapun kawasan budidaya terbagi menjadi dua yaitu Kawasan Budidaya Wilayah Darat dan Kawasan Budidaya Wilayah Laut.

Adapun pembagian terhadap Kawasan Budidaya Wilayah Darat dan Kawasan Budidaya Wilayah Laut, yaitu:

1. Kawasan Budidaya Wilayah Darat, yang terbagi menjadi tujuh yaitu: a. Kawasan Pemerintahan

b. Kawasan Perumahan c. Kawasan Fasilitas Umum d. Kawasan Perdagangan dan Jasa e. Kawasan Industri dan Pergudangan f. Kawasan Pariwisata

g. Kawasan khusus ruang untuk sarana dan prasarana untuk transportasi dan utilitas ruang untuk jaringan pematusan.

2. Kawasan Budidaya Wilayah Laut, yang terbagi menjadi tujuh yaitu: a. Kawasan Pengembangan Pantai

b. Kawasan Penangkapan Ikan c. Kawasan Pariwisata Laut d. Kawasan Alur Pelayaran

Pada Kawasan Lindung juga terbagi menjadi dua yaitu Kawasan Lindung Wilayah Darat dan Kawasan Lindung Wilayah Laut yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Kawasan Lindung Wilayah Darat

a. Kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya seperti kawasan resapan air, kawasan pencegahan banjir, dan erosi untuk melindungi ekosistem pada kawasan tersebut.

b. Kawasan Perlindungan Setempat seperti kawasan sempadan pantai, Kawasan Sempadan Sungai, Kawasan Sempadan Bozem

(6)

10 c. Kawasan Cagar Budaya

d. Kawasan Ruang Terbuka Hijau

2. Kawasan Lindung Wilayah Laut terbagi menjadi dua yaitu: a. Kawasan Lindung/ Konservasi Laut

b. Kawasan Lindung Mangrove

Fungsi dominan Kota Surabaya adalah sebagai pusat kegiatan komersial, finansial, perdagangan, informasi, administrasi, sosial, dan kesehatan. Dari fungsi dominan sektor bisnis di Kota Surabaya ini, maka bentuk penggunaan lahan banyak mengalami perubahan dimana nilai lahan yang berawal dari lahan pertanian berubah menjadi penggunaan dengan nilai ekonomis lebih besar seperti permukiman, perdagangan, perkantoran, dll.

Tren perubahan dan pemanfaatan lahan Kota Surabaya dari tahun ke tahun bersifat komersial, untuk itu bentuk perkembangannya harus selalu dipantau sesuai dengan rencana tata ruang wilayah agar pemanfaatannya sesuai dan berkelanjutan baik bagi manusia serta lingkungan. Adapun kawasan-kawasan yang harus selalu dalam pengawasan serta penjagaan adalah Ruang Terbuka Hijau (RTH), Kawasan lindung dan pesisir, serta Kawasan Perlindungan Setempat karena fungsi dan manfaatnya yang penting seperti mengurangi masalah pencemaran udara akibat kegiatan perkotaan, menjaga tata air, melestarikan plasma nutfah, dsb.

B. Aksesibilitas

Aksesibilitas merupakan kemudahan untuk mengakses sarana dan prasarana fisik dan sosial yang dapat menjadi ukuran kenyamanan atau kemudahan untuk mencapai lokasi tertentu dengan alat transportasi. Aksesibiltas Kota Surabaya dapat dilihat berdasarkan bentuk sarana transportasi yang tersedia seperti fungsi dan kelas jalan serta bentuk fasilitas angkutan kendaraan seperti terminal baik yang ada di darat, laut, dan udara. Salah satu bentuk aksesibilitas yang tinggi yaitu dengan tersedianya banyak sistem jaringan jalan.

Pesatnya pertumbuhan kota Surabaya dengan sebagian wilayahnya merupakan kawasan pesisir yang turut mendukung sebagai Kota industri dan perdagangan dan jasa, tentu perkembangannya harus didukung dengan fasilitas transportasi yang memadai seperti tersedianya terminal baik pada jalur darat, laut, dan udara. Berikut ini merupakan bentuk-bentuk fasilitas transportasi yang ada di Kota Surabaya, yaitu:

 Fasiltas Terminal Darat

Untuk mengakses Kota Surabaya baik dari luar ataupun didalam dengan menggunakan kendaraan umum darat, maka fasilitas teminal darat seperti terminal bus dan angkutan umum merupakan fasilitas penunjang penting yang dapat digunakan. Berikut ini merupakan bentuk fasilitas terminal darat yang ada di Kota Surabaya yaitu sebanyak 2 terminal antar kota dan provinsi dan 11 terminal dalam

(7)

11 kota.

Adapun moda lain yang mendukung kegiatan transportasi di kota Surabaya terutama yang datang dari lain kota dan provinsi seperti Kereta Api. Sedangkan akses untuk jalur darat kereta api surabaya dapat diakses pada beberapa fasilitas stasiun kereta seperti Tabel 2.2 dibawah ini:

Tabel 2. 2

Stasiun Kereta Api di Kota Surabaya No Wilayah Nama Stasiun Alamat 1 Daerah Operasi (DAOP) 8 Surabaya Stasiun Surabaya Pasar turi

Jalan Semarang No. 1 Surabaya 2 Stasiun ,Surabaya Gubeng Jalan Gubeng masjid No. 1 Surabaya 3 Stasiun Surabaya Kota

Jalan Stasiun kota No. 7-9 Surabaya 4 Stasiun Wonokromo Jalan Stasiun Wonokromo Surabaya Sumber: PT. Kereta Api Indonesia (2011)

 Pelabuhan

Sebagai Kota besar yang memiliki wilayah laut, Kota Surabaya merupakan Kota perdagangan dan jasa/ komersil untuk mengangkut perpindahan barang melalui jalur laut. Untuk itu ketersediaan pelabuhan sebagai tempat pengangkutan dan penurunan barang dan manusia merupakan fasilitas transportasi yang penting. Berikut ini merupakan beberapa pelabuhan yang menjadi jalur pelayaran nasional maupun internasional di Kota Surabaya. Lihat Tabel 2.3.

Tabel 2. 3

Pelabuhan Kota Surabaya

No Nama Pelabuhan

Terminal Jenis Kegiatan Peran dan Fungsi

1 Tanjung Perak

Terminal Kalimas

Moda ASDP dengan Moda angkutan jalan raya (Bus Kota)

Intra Moda

2 Terminal

Jamrud

Moda Kapal penumpang dengan angkutan jalan raya (Bus Kota) atau dengan AKDP atau AKAP

(8)

12 No Nama

Pelabuhan

Terminal Jenis Kegiatan Peran dan Fungsi

3 Terminal

Nilam

Moda angkutan jalan raya dengan moda angkutan jalan rel Angkutan Pupuk (PT. Pupuk Sriwijaya) 4 Terminal Berlian

Moda angkutan jalan raya dengan moda angkutan jalan rel

Angkutan container sampai ke kota Jember (RAMBIPUJI) Sumber: Dinas Perhubungan (2011)

 Bandara

Kota Surabaya tidak memiliki bandara sebagai fasilitas transportasi moda udara, oleh karena itu bandara yang membantu memfasilitasi kegiatan di Kota Surabaya adalah Bandara Juanda yang berada di Kabupaten Sidoarjo tepatnya di Kecamatan Sedati yang selain berbatasan dengan Kota Surabaya, namun juga memiliki banyak akses khusus terhadap Kota Surabaya seperti arteri primer Jalan Ahmad Yani dan TOL Juanda.

Selama beberapa tahun terakhir, berdasarkan data panjang jalan tahun 2009 hingga tahun 2011 dapat dilihat adanya perubahan terhadap pemanfaatan panjang jalan berdasarkan kondisi dan keadaannya. Adapun klasifikasi jaringan jalan raya di Kota Surabaya yaitu:

a. Struktur Jaringan Jalan b. Fungsi Jalan

c. Status Jalan d. Kelas Jalan

e. Jenis dan Kondisi Perkerasan Jalan

Dalam mengakses Kota Surabaya melalui jalur darat, fungsi serta kelas jalan merupakan pendukung utama terjadinya perpindahan. Adapun akses masuk melalui jalur darat yang khususnya menggunakan kendaraan jenis moda pribadi dapat diakses melalui beberapa jalan masuk utama yang menghubungkan kota/kabupaten disekitar Kota Surabaya seperti Kabupaten Gresik dan Kabupaten Sidoarjo yaitu Bundaran Waru - Jalan Ahmad Yani, Raya Wiyung, Wonokromo, Benowo, Romokalisari.

Tabel 2. 4

Kondisi Panjang Jalan Kota Surabaya

No Jenis Permukaan Panjang Jalan (km) No Kelas Jalan Panjang Jalan (km)

2009 2010 2011 1 Arteri Primer 2009 2010 2011

1 Paving 586 142,11 142,37 2 Arteri Sekunder 225

2 Aspal 835 1.284,04 1.284,26 3 Kolektor Primer 1.196 20,88 21,12

4 Kolektor Sekunder 71,8 71,8

(9)

13

No Jenis Permukaan Panjang Jalan (km) No Kelas Jalan Panjang Jalan (km)

2009 2010 2011 1 Arteri Primer 2009 2010 2011

6 Khusus

Total Panjang Jalan 1.421 1.426,15 1.426,63 Total Panjang Jalan 1.421 1426,15 1.426,65

Sumber: Surabaya Dalam Angka (2012)

Berdasarkan data kondisi panjang jalan Kota Surabaya diatas dapat terlihat perubahan aksesibilitas perkembangan Kota Surabaya. Untuk panjang jalan jenis permukaan yang terbagi menjadi jenis jalan paving dan aspal dimana jenis jalan paving memang mengalami penurunan sebanyak 443,68 km namun terjadi penambahan terhadap jenis aspal sebesar 449,26 km.

 Struktur Jaringan Jalan

Sebagai sistem jaringan jalan peninggalan masa lalu, jaringan jalan di Kota Surabaya dominan menghubungkan koridor Utara-Selatan kota dan kurang mengantisipasi perkembangan yang akan terjadi pada koridor Barat-Timur Kota Surabaya yang saat ini berakibat kurang memadainya akses jaringan jalan Barat-Timur dan sebaliknya.

Namun saat ini pengembangan akses Barat-Timur mulai dikembangkan dalam mengimbangi perkembangan kawasan Barat dan Timur Kota Surabaya.

Pada dasarnya, struktur atau pola jalan utama di Surabaya berbentuk linier yang menghubungkan kawasan utara dan selatan (Tanjung Perak-Waru). Namun saat ini telah terjadi pergeseran dari bentuk linier menjadi cenderung berbentuk sistem radial-persegi panjang seiring dengan meningkatnya perkembangan pembangunan di Kawasan Barat-Timur Surabaya serta meningkatnya penggunaan jalan tol Surabaya-Malang.

 Fungsi Jalan

Berdasarkan Undang-Undang No 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan menyebutkan bahwa fungsi jalan (berdasarkan sifat dan pergerakan lalu lintas dan angkutan jalan) diklasifikasikan menjadi:

 Arteri (Primer dan Sekunder)  Kolektor (Primer dan Sekunder)  Lokal (Primer dan Sekunder)  Lingkungan (Primer dan Sekunder) Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

 Status Jalan

Berdasarkan Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan disebutkan bahwa jalan diklasifikasikan menjadi jalan umum dan jalan khusus. Jalan menurut statusnya dikelompokkan menjadi jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. Jalan umum yang pembinaannya dilakukan oleh Menteri dikelompokkan dalam jalan

(10)

14 nasional. Sedangkan jalan umum yang pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah dikelompokkan dalam jalan daerah. Berikut ini merupakan tabel status jalan yang ada di Kota Surabaya.

Tabel 2. 5

Panjang Status Jalan Kota Surabaya

No Jenis Kewenangan Panjang Jalan (km) 1 Jalan Nasional 45.66 2 Jalan Provinsi 13.73 3 Jalan Kabupaten/Kota 2003.65 Total 2063.04 Sumber: Dinas Perhubungan (2011)

Detail data status jalan kota dapat dilihat pada Lampiran 1.

Berdasarkan Undang-Undang No.38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan disebutkan bahwa kelas jalan dikelompokkan berdasarkan:

 Penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan  Spesifikasi penyediaan prasarana jalan

Pembagian kelas jalan berdasarkan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan jalan diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan. Kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasaranajalan dikelompokkan atas:

 Jalan bebas hambatan  Jalan raya

 Jalan sedang  Jalan kecil

Adapun data mengenai Kelas Jalan dapat dilihat pada Lampiran 1.

Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan disebutkan bahwa kelas jalan dikelompokkan berdasarkan berikut ini:

1. Fungsi dan intensitas lalu lintas guna kepentingan pengaturan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan

2. Daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat dan dimensi kendaraan. Adapun pengelompokkan kelas jalan yaitu:

a. Jalan Kelas I

Jalan kelas I merupakan jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan syarat:

o Ukuran lebar tidak melebihi 2.500mm, o Ukuran panjang tidak melebihi 12.000mm, o Ukuran tinggi tidak melebihi 4.200mm, o Muatan sumbu terberat 10 ton.

(11)

15 b. Jalan Kelas II

Jalan Kelas II merupakan jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan syarat:

o Ukuran lebar tidak melebihi 2.500mm, o Ukuran panjang tidak melebihi 18.000mm, o Ukuran tinggi tidak melebihi 4.200 mm, o Muatan sumbu terberat 8 ton.

c. Jalan Kelas III

Jalan Kelas III merupakan jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan syarat:

o Ukuran lebar tidak melebihi 2.100mm, o Ukuran panjang tidak melebihi 9.000mm, o Ukuran tinggi tidak melebihi 3.500mm, o Muatan sumbu terberat 8 ton.

d. Jalan Kelas Khusus

Jalan Kelas Khusus merupakan jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan syarat:

o Ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, o Ukuran panjang tidak melebihi 18.000 mm, o Ukuran tinggi tidak melebihi 4.200 mm, o Muatan sumbu terberat 10 ton.

Pembagian kelas jalan di Kota Surabaya yang ada saat ini berdasarkan Keputusan Walikota Surabaya No. 46 Tahun 2000. Pembagian kelas jalan ini perlu penyesuaian berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Tabel kelas jalan Kota Surabaya berdasarkan pembagian wilayah Kota Surabaya dapat dilihat pada Lampiran 1.

 Jenis dan Kondisi Perkerasan Jalan

Jenis dan kondisi perkerasan jalan Kota Surabaya dilihat berdasarkan kondisi jalan dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 2. 6

Kondisi Jalan di Kota Surabaya No Kondisi Jalan Panjang Jalan (km) 2009 2010 2011 1 Baik 1207 1381,5 1381,995 2 Sedang 99,47 15,63 15,63 3 Rusak 85,26 26,79 26,79 4 Rusak Berat 28,42 2,23 2,23 Total Panjang Jalan 1421 1426,15 1426,645

(12)
(13)

17

C. Kependudukan

Penduduk di Kota Surabaya meningkat secara pesat dari tahun ke tahun selain disebabkan oleh kelahiran juga dipengaruhi oleh urbanisasi karena Kota Surabaya merupakan pusat kegiatan komersial, pendidikan, finansial, perdagangan, informasi, administrasi, sosial, dan kesehatan. Jumlah Penduduk Kota Surabaya pada siang hari mencapai 5 – 6 juta jiwa, sedangkan pada malam hari hanya berkisar 3 juta jiwa. Berikut ini dapat dilihat pada Tabel 2.7 tentang pertumbuhan jumlah penduduk Kota Surabaya.

Tabel 2. 7

Jumlah Penduduk Kota Surabaya Tahun 2004-2011 No. Kecamatan Luas

(ha)

Jumlah Penduduk (jiwa)

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 1 Asem Rowo 1.544 33.581 34.687 35.602 36.803 37.006 36.195 39.082 40.331 2 Benowo 4.579 36.752 38 39.215 40.321 40.954 46.124 47.686 48.617 3 Bubutan 386 110.431 111.704 112.781 113.937 116.54 114.825 114.277 111.348 4 Bulak 678 31.479 32.276 33.017 33.691 35.789 35.958 36.943 38.869 5 Dukuh Pakis 994 54.905 56.023 56.972 57.993 58.103 61.67 60.571 60.334 6 Gayungan 607 41.736 42.407 43.159 43.752 44.345 48.495 46.412 46.511 7 Genteng 404 65.282 65.904 67.015 68.088 69.545 66.663 67.669 66.791 8 Gubeng 799 149.095 151.365 152.827 154.52 157.125 153896 153.418 149.275 9 Gunung Anyar 971 41.471 42.337 43.403 44.656 46.743 49.618 49.424 49.247 10 Jambangan 419 38.772 39.773 40.645 41.411 41.654 45.633 45.481 46.111 11 Karang Pilang 923 63.937 65.07 66.081 67.281 73.984 74.101 72.418 73.769 12 Kenjeran 1.442 102.563 105.967 108.771 112.379 114.29 127.208 131.723 137.659 13 Krembangan 834 118.256 120.098 121.443 123.036 127.654 118.157 123.017 122.616 14 Lakarsantri 3.648 41.316 42.372 43.523 44.485 44.735 49.09 50.921 52.404 15 Mulyorejo 1.421 71.961 73.846 75.44 76.936 84.675 80.145 81.663 83.273 16 Pabean Cantikan 680 87.984 89.065 90.397 91.798 94.538 90.793 91.308 89.881 17 Pakal 1.901 32.09 32.984 33.906 34.911 35.735 40.215 41.843 43.06 18 Rungkut 2.108 82.497 84.455 86.426 88.447 88.765 96.672 98.457 99.716 19 Sambikerep 2.042 45.079 46.229 47.473 48.604 48.543 53.423 55.069 55.972 20 Sawahan 693 211.753 214.062 216.636 219.42 223.04 223.564 223.335 222.328 21 Semampir 876 180.158 183.134 185.65 188.696 191.809 191.445 195.137 194.868 22 Simokerto 259 99.582 100.948 102.549 104.177 105.987 100.745 102.266 102.598 23 Sukolilo 2.369 91.115 93.041 94.826 96.677 102.345 102.129 103.217 104.55 24 Sukomanunggal 923 90.686 92.457 93.688 94.981 95.367 97.859 97.711 98.254 25 Tambaksari 899 208.935 213.195 216.481 219.215 222.908 223.123 227.832 230.985 26 Tandes 1.107 87.484 88.927 90.31 91.813 92.513 95.986 94.443 93.996 27 Tegalsari 429 113.777 114.867 115.998 117.429 119.4 116.081 114.575 112.09 28 Tenggilis Mejoyo 552 50.607 51.662 52.653 53.727 54.613 56.239 56.118 53.358 29 Wiyung 1.246 54.215 55.327 56.573 57.664 57.845 63.039 64.214 64.935 30 Wonocolo 678 75.577 76.927 78.053 78.846 80.147 82.711 81.052 78.957 31 Wonokromo 847 179.412 181.381 182.683 183.792 184.987 190.516 182.463 183.888 Total 37.258 2.694.492 2.742.495 2.786.202 2.831.493 2.893.692 2.934.327 2.951.755 2956.591 Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (2011)

(14)

18 Adapun sesuai Tabel 2.7 diatas, hasil analisa data jumlah penduduk dibawah ini, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk paling besar adalah pada Kecamatan Tambaksari, Sawahan, dan Wonokromo. Ketigakecamatan tersebut terletak pada pusat Kota Surabaya. Sedangkan kepadatan rendah didominasi pada Kecamatan-kecamatan di Surabaya Barat seperti Kecamatan pakal, Benowo, Lakarsantri, Sambikerep, dan Asemrowo. Untuk lebih memperjelas gambaran mengenai kepadatan penduduk Kota Surabaya Tahun 2011, maka berdasarkan data kepadatan penduduk dipetakan kedalam peta kepadatan penduduk tahun 2011 pada Gambar 2.3.

(15)
(16)

20

D. Sosial-Ekonomi

Perkembangan Kota Surabaya dalam sektor perekonomiannya dapat dilihat pada perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kota, perkembangan dan investasi, serta perkembangan ekonomi regional kota. Penggambaran perkembangan ekonomi regional merupakan upaya untuk melihat berbagai perkembangan ekonomi Kota Surabaya.

Adapun peningkatan kegiatan perekonomian Kota Surabaya yang ditandai dengan:

 Pertumbuhan ekonomi kota Surabaya tahun 2010 lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dan Nasional, yaitu sebesar 7,09%. Pertumbuhan ini bertumpu pada sektor perdagangan dan jasa didukung dengan meningkatnya nilai tambah bruto dari kegiatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah/ UMKM (BPS 2010). Lihat Tabel

2.8 Pertumbuhan Ekonomi Kota Surabaya.

 Sektor perdagangan dan jasa mengalami peningkatan pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding sektor-sektor lainnya di tahun 2010. Hal ini secara tidak langsung menandakan bahwa perekonomian Kota Surabaya lebih ditunjang oleh pertumbuhan di sektor tersier.

Tabel 2. 8

Rincian PDRB Kota Surabaya Tahun 2011

No Sektor ADHB ADHK

(Juta Rp) % (Juta Rp) % 1 Pertanian 178.517,17 0,08 74.449,11 0,08 2 Pertambangan dan Penggalian 12.418,13 0,01 6.511,14 0,01 3 Industri Pengolahan 51.064.301,93 21,71 20.185.278,64 21,37

4 Listrik, Gas dan Air

Bersih 8.498.518,16 3,61 2.231.439,76

2,36

5 Konstruksi 16.218.469,27 6,89 6.316.849,86 6,69

6 Perdagangan, Hotel dan

Restoran 102.972.404,53 43,77 40.254.150,00

42,63

7 Pengangkutan dan

Komunikasi 23.653.328,63 10,05 11.092.274,38

11,75

8 Keuangan, Sewa dan

Jasa Perusahaan 14.191.565,89 6,03 6.168.536,23

6,53

9 Jasa-Jasa 18.467.699,95 7,85 8.106.424,29 8,58

Total PDRB 235.257.223,66 100,00 94.435.913,41 100,00

Sumber: Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota Surabaya (2012)

Struktur ekonomi Surabaya masih ditopang oleh sektor tersier, yaitu sektor sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Kemudian diikuti oleh Industri Pengolahan, Pengangkutan dan komunikasi, Jasa-jasa, dan Konstruksi sebagai lima besar sektor yang berkontribusi terhadap Kota Surabaya. Hal ini tentu mempengaruhi kondisi lingkungan yang berdampak pada keanekaragaman hayati dan ekosistem (KEHATI), untuk itu gambaran penjelasan umum mengenai jenis kegiatan perekonomian serta dampak yang

(17)

21 mungkin mengancam perlu diperhatikan guna keberlanjutan lingkungan perkotaan. Berikut tabel prosentase lima sektor beserta pengaruhnya terhadap KEHATI Kota Surabaya tersebut yaitu:

Tabel 2. 9

Lima Sektor Kontribusi Perekonomian Kota Surabaya

No Sektor

Prosentase (%) Potensi Dampak Negatif Terhadap KEHATI Keterangan ADHB ADHK 1 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 44 43 a. Kerusakan Ekosistem b. Berkurangnya keragaman hayati c. mengurangi daerah resapan air d. potensi pencemaran lingkungan Memungkinkan adanya pembangunan secara besar-besaran yang menggunakan lahan ekosistem lahan alami

2 Industri Pengolahan 22 21 Pencemaran lingkungan

(air, udara, dan tanah)

Umumnya pembuangan limbah industri tanpa pengolahan yang baik dan dilakukan ke badan air

3 Pengangkutan dan komunikasi 10 12 a. Polusi Udara b. Kebisingan Karena moda pengangkutan selalu mengeluarkan gas emisi

4 Jasa-jasa 8 9 a. Polusi Udara

b. Kebisingan

Jasa dalam hal perdagangan di pabrik dapat membuat kebisingan menjadi meningkat dan polusi udara terhadap arus kegiatan transportasi 5 Konstruksi 7 7 a. Kebisingan b. Limbah kegiatan Konstruksi c. Gangguan terhadap habitat ekosistem a. kebisingan terjadi karena adanya proses konstruksi gedung-gedung bertingkat

b. limbah kegiatan konstruksi disebabkan oleh adanya MCK dari karyawan

c. kegiatan konstruksi dapat juga mempersempit penggunaan lahan, sehingga keanekaragaman ekosistem menjadi

berkurang

Sumber Data: BPS Kota Surabaya (2012)

Peningkatan sektor perdagangan di Kota Surabaya dapat terlihat dari pola persebaran Mall dan pasar yang masih banyak terdapat pada bagian Surabaya Pusat. Jumlah Mall yang ada di kota Surabaya saat ini adalah 27 dan Pasar sebanyak 79. Hal ini dapat dilihat

(18)

22 pada Gambar 2.5 tentang Peta Persebaran Mall dan pasar.

E. Kondisi Budaya

Kota Surabaya merupakan kota multi etnis yang membentuk pluralisme budaya. Beberapa etnis yang dijumpai berdasarkan hasil survei primer yaitu:

1. Etnis Jawa 2. Etnis Madura 3. Etnis Tionghoa 4. Etnis Arab

5. Dan sisanya seperti Bali, Batak, Bugis, Manado, Minangkabau, Dayak, Toraja, Ambon, dan Aceh.

Gambar 2. 4

Foto Morfologis Bentuk Wajah Masyarakat Kota Surabaya

Sumber: Dokumentasi Hasil Survei Primer (2012)

Secara sederhana budaya diartikan sebagai hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang berlaku secara kolektif. Budaya juga menjadi acuan, tata cara, pola hidup, serta pranata sosial masyarakat. Budaya daerah, tradisi, dan gaya hidup yang berbeda di setiap daerah merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung. Budaya daerah ini antara lain kesenian, pakaian adat, upacara adat, gaya hidup, dan kepercayaan. Budaya Surabaya yang masih dipertahankan antara lain Sedekah Bumi di Kecamatan Sambikerep dan Kesenian Ludruk. Salah satu upaya Pemerintah Kota Surabaya untuk melestarikan budaya kota Surabaya adalah dengan pemilihan Cak dan Ning Surabaya sebagai duta budaya.

Sesuai dengan visi dan misi Kota Surabaya sebagai kota perdagangan jasa, Pemerintah Kota meningkatkan fasilitas-fasilitas penunjang seperti peningkatan dan penambahan

(19)

23 infrastruktur jalan, perbaikan pasar tradisional, taman, fasilitas kesehatan, pendidikan, dll. Sejalan dengan peningkatan fasilitas perkotaan, pertumbuhan Mall dan perumahan di kota Surabaya juga meningkat. Hal ini terlihat pada Gambar 2.5 tentang persebaran Mall dan Pasar di Kota Surabaya.

Adapun mata pencaharian sebagai salah satu unsur budaya yang secara turun-temurun masih tetap ada yaitu dalam bidang pertanian yang dijumpai di Kecamatan Sambikerep dan bidang perikanan di wilayah pesisir Surabaya bagian timur, utara, dan barat.

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa pasien yang hidup kemudian Dari beberapa pasien yang hidup kemudian dirawat di intensive care unit (ICU) tetapi kemudian dirawat di intensive care unit

MALE: Untuk menang, desa kita harus menjadi bersih sekali. Misalnya, polusi udara dari mobil dan sepeda motor

1. Bahwa Hadis Nabi Muhammad SAW adalah salah satu sumber Syari’at Islam yang wajib dipegang oleh Umat Islam, berdasarkan: a. Dan apa yang dilarangnya bagimu maku tinggalkanlah,

Dalam penelitian ini alasan yang mendasari adalah debt ratio menunjukkan besarnya hutang jangka panjang perusahaan yang dipakai untuk membiayai asset perusahaan, maka dari

Bentuk perlindungan hukum atas ekspresi budaya tradisional telah atur dalam suatu peraturan perundang-undangan yaitu Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel motivasi motivasi kebutuhan fisik (X1), kebutuhan rasa aman (X2), kebutuhan sosial (X3), kebutuhan penghargaan (X4),

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian kombinasi pupuk anorganik dan biokultur kotoran sapi berpengaruh nyata terhadap bobot segar konsumsi, jumlah