• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani dan Morfologi

Tanaman kelapa sawit (Eleais guineensis Jacq). merupakan tanaman yang berasal dari Afrika dan telah ada di Indonesia sejak tahun 1848. negara-negara produsen kelapa sawit adalah indonesia dan malaysia di kawasan asia tenggara, columbia dan ekuador di kawasan amerika latin, nigeria dan kamerun di kawasan afrika. negara-negara tersebut mempunyai kondisi iklim yang sesuai untuk pertumbuhan kelapa sawit tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetative dan bagian generative yang merupakan alat perkembangan terdiri dari bunga dan buah (Purwanto, 2009). Divisi :Tracheophylita Subdivisi :Pteropisida Kelas :Angiospermae Subkelas :Monocotyledoneae Ordo :Cocoideae Family :Palmae Subfamily :Cocoideae Genus :Elaeis

Spesies :Elaeis guineensis Jacq. (Lubis (2008)

2.1.1 Akar

Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil. Akar tanaman kelapa sawit terdiri dari akar serabut primer yang tumbuh vertical kedalam tanah dan horizontal kesamping. akar primer tumbuh dari pangkal batang dan mempunyai diameter antara 8-10 mm srta panjangnya dapat mencapai 18mm. akar sekunder tumbuh dari akar primer dan mempunyai diameter antara 2-4

(2)

mm. Dari akar sekunder tumbuh akar tersier dan mempunyai diameter 0.7-1.5 mm serta panjangnya sekitar 15 cm. Akar kuarter berdiameter 0.1-0.5 mm tumbuh dari akar tersier dan panjangnya 1-4 mm. Akar tersier dan kuarter berjumlah sangat banyak membentuk masa yang sangat lebat dekat permukaan tanah. Penyerapan unsur hara dilakukan oleh akar kuarter.(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).

2.1.2 Batang

Menurut Pahan, (2010). Batang kelapa sawit terdiri dari pembuluh-pembuluh yang terikat secara distrit dalam jaringan parenkim. Meristem pucuk terletak dekat ujung batang, Dimana pertumbuhan batang sedikit membesar. Aktivitas meristem pucuk hanya memberikan sedikit kontribusi terhadap jaringan batang karena fungsi utamanya yaitu menghasilkan daun dan infloresen bunga. Seperti umumnya tanaman monokotil, sekunder tidak terjadi pada batang.

2.1.3 Daun

Daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk dan bersirip genap. Daun diproduksi membentuk garis spiral dari jaringan meristem. Satu daun muncul setiap bulan sampai bibit berusia 6 bulan.Jumlah daun yang dihasilkan meningkat 30-40 daun pertahunnya pada umur 5-6 tahun dan menurun pada umur 18-25 tahun.Luas daun sawit dewasa sekitar 400 m2(Verheye, 2011).

2.1.4 Bunga

Tanaman kelapa sawit berumah satu atau monoecious dimana bunga jantan dan betina berada dalam satu pohon, namun terletak pada tandan bunga yang berbeda dan keluar dari ketiak pelepah. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang menyerbuk silang (Lubis, 2008)

(3)

2.1.5 Buah

Buah kelapa sawit termasuk buah keras (drupe) menempel dan bergerombol pada tandan buah. Jumlah buah pertandan dapat mencapai 1600 buah, berbentu lonjong sampai membulat. Panjang buah berkisar 2-5 cm dan beratnya sampai 30 gram. Buah kelapa sawit mencapai kematangan (siap untuk panen) sekitar 5-6 bulan setelah terjadi penyerbukan. Warna buah bergantung pada varietas dan umurnya (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).

2.2 Syarat Tumbuh

Penelitian kesesuaian lahan dilakukan dengan cara survey areal menggunakan metode yang tepat dan pengumpulan data yang akurat serta pemeriksaan yang cermat. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Respon tanaman terhadap pemberian pupuk tergantung pada keadaan tanaman dan ketersediaan hara didalam tanah. Semakin besar respon tanaman semakin banyak unsur hara dalam tanah (pupuk) yang diserap oleh tanaman untuk pertumbuhan dan produksi (Arsyad, 2012)

2.2.1 Iklim

Kondisi iklim sangat memegang peranan penting karena mempengaruhi potensi produksi. Hujan berpengaruh besar terhadap produksi kelapa sawit.Pertumbuhan kelapa sawit memerlukan curah hujan > 1250 mm/tahun dengan penyebaran hujan sepnjang tahun merata (Siregar dkk, 2006).

2.2.2 Tanah

Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut samprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman (Ph) yang optimum untuk sawit adalah 5,0-5,5/ Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase (beririgasi) baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa

(4)

lapisan padas. Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 150.(Kiswanto dkk., 2008).

2.3 Pembibitan Kelapa Sawit 2.3.1 Penyemaian (Pre Nursery)

Pembibitan kelapa sawit pada umumnya dibagi menjadi dua yaitu Pre Nursery dan Main Nursery. Pembibitan Pre Nursery diawali dengan menanam kecambah kelapa sawit kedalam tanah pada polybag kecil hingga umur 3 bulan (Ginting, 2009).

Pre Nursery merupakan pembibitan awal dilakukan selama kurang lebih 3 bulan, pada pembibitan awal kecambah ditanam pada kantong plastic berukuran 14 x 22 cm dengan tebal 0,10 mm, kantong plastic dilubangi keliling untuk perembesan kelebihan air pada waktu penyiraman bibit, tanah untuk mengisi kantong plastik harus digemburkan terlebih dahulu setelah kantong plastic di isi kantong plastik disusun pada bedengan dengan ukuran lebar 160 cm dan panjang disuaikan dengan keadaan tanah. Jarak anatara bedengan 80 cm berfungsi untuk jalan pemeliharaan dan pembuangan air yang berlebihan saat penyiraman atau waktu hujan (Setyamidjja ,2006).

2.3.2 Pembibitan (Main Nursery)

Bibit tidak dapat langsung ditanam dilapangan karena bibit masih terlalu kecil sehingga mudah terganggu pertumbuhannya oleh hama dan penyakit. Selain itu, pertumbuhan bibit tidak seragam terutama untuk bibit yang masih muda. Bibit yang akan ditanam dari persemian polibeg (Fauzi, dkk., 2012)

2.4 Tanah Ultisol

Menurut Notohadiprawiro (1986) Tanah ultisol merupakan tanah mineral yang bereaksi masam, mengalami pencucian yang intensif, kejenuhan AI tinggi, daya semat terhadap fosfat kuat, kejenuhan basa rendah, permeabilitas

(5)

rendah, stabilitas agregat rendah, bahan organik rendah. Subsoil merupakan lapisan dibawah lapisan top soil, umumnya memiliki tingkat kesuburan yang lebih rendah dibandingkan top soil, baik dalam sifat fisik, kimia, ataupun biologi tanah, sehingga menjadi kurang baik untuk digunakan sebagai media pembibitan untuk tanaman perkebunan. Untuk menanggulangi masalah-masalah tersebut maka subsoil ultisol dapat dicampur dengan kompos serta dengan volume penyiraman yang tepat (Winarna dan Sutarta)

Ultisol merupakan tanah yang memiliki masalah keasaman tanah, bahan organik rendah dan nutrisi makro rendah dan memiliki ketersediaan P sangat rendah (Fitriatin dkk. 2014) Mulyani dkk (2010) menyatakan bahwa kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB) dan C-organik rendah, kandungan alumunium (kejenuhan Al) tinggi, fiksasi P tinggi, kandungan besi dan mangan mendekati batas meracuni tanaman, peka erosi. Tingginya curah hujan disebagian wilayah Indonesia menyebabkan tingkat pencucian hara tinggi terutama basa-basa dalam tanah akan segera tercuci keluar lingkungan tanah dan yang tinggal dalam tanah menjadi bereaksi masam dengan kejenuhan basa rendah. Sifat tanah setiap daerah mempunyai karakteristik sifat kimia yang berbeda-beda pula tergantung dengan bahan induknya.

Sifat biologi tanah memiliki peran penting untung menjaga stabilitas kesuburan dan kesehatan tanah.Menurut Hanafiah (2009) pengaruh biota tanah, baik makro maupun mikro terhadap penyusun tubuh tanah, kesuburan tanah, kesuburan tanaman yang tumbuh diatasnya dan lingkungan sangatlah penting. Saat ini berbagai atribut biologi tanah mulai banyak digunakan sebagai indicator kualitas dan kesehatan tanah.

(6)

Ciri tanah ultisol yang terutama menjadi kendala dalam budidaya tanaman menurut Foth (1984), Notohadiprawiro (2006), Prasetyo dan Suriadikarta (2006) antara lain adalah:

a) pH rendah

b) kejenuhan Al tinggi, Fe dan Mn aktif juga tinggi c) kenaikan fraksi liat seiring kedalaman tanah

d) lempung beraktifitas rendah bermuatan terubahkan (variable charge), menyebabkan persoalan berkenaan dengan usaha ameliorasi kimiawi (pemupukan, pengapuran, pembenahan struktur)

e) daya semat terhadap fosfat kuat

f) KTK rendah memperlihatkan kandungan bahan organik yang rendah dan keberadaan liat dengan KTK rendah seperti kaolinit

g) Kejenuhan basa rendah; kadar Cu rendah dalam tanah yang berasal dari bahan induk masam (feksil) atau batuan pasir, kadar Zn biasanya cukup namun cenderung terilluviasi dalam horizon B

h) kadar bahan organik rendah kecuali pada horison A yang sangat tipis i) kaya simpan air terbatas

j) jeluk (depth) efektiif terbata

k) derajat agresi rendah dan kemantapan agregat lemah yang menyebabkan tanah rentan terhadap erosi yang menjadi kendala pada lahan berlereng, rentan terhadap pemampatan (compaction) baik pada lahan berlereng maupun datar kandungan

l) liat memperlihatkan perkembangan horison argilik

2.5 Defenisi Pupuk

Pupuk merupakan bahan alami atau buatan yang ditambahkan ke tanah dengan menambah satu atau lebih esensial. Pupuk dibedakan menjadi dua macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. (Maryam dkk.,2008).

(7)

2.5.1 Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair adalah larutan pembusukan dari bahan bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang kandungan unsur harannya lebih dari satu unsur. Pada umumnya pupuk organik cair tidak merusak tanah dan tanaman meskipun digunakan sesering mungkin. Selain itu, pupuk cair juga dapat dimanfaatkan sebagai aktivator untuk membuat kompos (Lingga dan Marsono, 2003).

Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P ,K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun sehingga meningkatkan kemampuan fotosintetis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, merangsang pertumbuhan cabang produksi, meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, mengurangi gugurnya dan, bunga, dan bakal buah (Huda,2013).

2.5.2 Pupuk Majemuk

Pupuk majemuk merupakan pupuk campuran yang mengandung lebih dari satu macam unsur hara tanaman (makro maupun mikro) terutama NPK.Kelebihan pupuk majemuk dari pupuk tunggal yaitu pupuk majemuk dengan satu kali aplikasi pupuk sudah mencakup beberapa unsur hara sehingga dalam penggunaanya lebih cepat tersedia (Rosmarkam dan Yuswono 2012).

Menurut Taiz dan Zeiger (2002) Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung dua atau lebih unsur hara dengan jumlah yang berbeda pada setiap kemasannya seperti misalnya NPK menunjukkan persentase kandungan

(8)

N, P2O5, dan K berturut-turut. Efisiensi dan efektivitas pemberian sangat dipengaruhi oleh cara pemupukan yang digunakan. Pada umumnya ada tiga cara aplikasi pupuk yaitu secara manual, mekanis, dan aplikasi melalui udara. Sedangkan metode yang digunakan dikebun dalam aplikasi pemupukan adalah cara tebar (broadcast) dan pocket.(Hartanto, 2011)

2.5.3 Kotoran Ayam

Pemberian pupuk kotoran ayam dapat memperbaiki struktur tanah yang sangat kekurangan unsur organik serta dapat menyuburkan tanaman.Itulah sebabnya pemberian pupuk organik ke dalam tanah sangat diperlukan agar tanaman yang tumbuh ditanah itu dapat tumbuh dengan baik (Subroto, 2009).

Menurut Raihan (2000) menyatakan bahwa penggunaan bahan organik pupuk kandang ayam sebagai pemasok hara tanah dan meningkatkan retensi air, apabila kandungan air tanah meningkat, proses perombakan bahan organik dan akan banyak menghasilkan asam-asam organik, anion dari asam organik dapat mendesak fosfat yang terikat oleh Fe dan Al sehingga fosfat dapat terlepas dan tersedia bagi tanaman. Penambahan kotoran ayam berpengaruh positif pada tanah masam berkadar bahan organik rendah karena pupuk organik mampu meningkatkan kadar P,K,Ca dan Mg tersedia.

2.6 Pengomposan

Pengomposan merupakan salah satu proses pengolahan limbah organik menjadi material baru seperti halnya humus. Kompos umumnya terbuat dari sampah organik yang berasal dari daunan dan kotoran hewan, yang sengaja ditambahkan agar terjadi keseimbangan unsur nitrogen dan karbon sehingga mempercepat proses pembusukan dan menghasilkan rasio C/N yang ideal (Fatih, 2012). Selama proses pengomposan sejumlah jasad hidup seperti bakteri dan jamur, berperan aktif dalam penguraian bahan organik kompleks menjadi lebih sederhana (Unus 2002 dalam Sulistyorini 2015).

(9)

Untuk mempercepat perkembangbiakan mikroba, telah banyak ditemukan produk isolate mikroba tertentu yang dipasarkan sebagai bioaktivator dalam pembuatan kompos, salah satunya adalah Effective Microorganisms 4 (EM4) yang ditemukan pertama kali oleh Prof. Teruo Higa dari universitas Ryukyus, Jepang. Larutan EM4 mengandung mikroorganisme fermentor yang terdiri dari sekitar 80 genus, dan mikroorganisme tersebut dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam fermentasi bahan organik. Dari sekian banyak mikroorganisme, ada tiga golongan utama, yaitu bakteri fotosintetik,

lactobacillus sp., dan jamur fermentasi (Indriani 2007).

2.6.1 Proses Pengomposan

Dalam proses pengomposan aerobic terdapat dua fase yaitu fase mesofilik 23-450C dan termofilik 45-650C. Kisaran tempratur ideal tumpukan kompos adalah 55-650C. Fluktuasi suhu dalam penelitian ini tidak lebih dari 470C, sehingga diduga mikroorganisme pengurai yang mampu berkembang biak hanya bakteri bakteri mesifilik (Ruskandi 2006). Menurut Indriani (2007) suhu optimal dalam proses pengomposan adalah 30-500C, sedangkan menurut kriteria SNI (BSN), suhu ideal proses pengomposan maksimal 500.

2.6.2 Syarat Pengomposan

Selama proses pengomposan juga dilakukan pengadukan dan pembalikan tumpukan kompos bersamaan denagn penambahan air. Pengadukan bertujuan untuk menghomogenkan campuran bahan kompos, pembalikan berfungsi sebagai pasokan oksigen dalam tumpukan kompos. Mikroorganisme yang berperan dalam proses pengomposan memerlukan oksigen. (Djuharni, et al., 2008).

(10)

2.6.3 Kriteria Kompos

Kompos berasal dari sisa bahan organik, baik dari tanaman, hewan, maupun limbah organik yang telah mengalami dekomposisi atau fermentasi. Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos diantaranya adalah jerami, sekam padi, pelepah pisang, gulma, sayuran busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut kelapa. Sementara itu, bahan dari ternak yang sering digunakan untuk kompos diantaranya kotoran ternak, urine, pakan ternak yang terbuang, dan cairan biogas (Hadisuwito, 2008).

2.7 C- Organik

Indikasi bahan organik dalam tanah dapat dilihat dari kandungan C-Organiknya dan N-Total sehingga diperoleh nisbah C/N yang dapat dipakai untuk menduga ketersediaan hara dari mineralisasi bahan organik. Penambahan bahan organik kedalam tanah dapat dilakukan melalui pengembalian sisa panen, pengomposan, pemulsaan, dan pupuk hijau serta pemberian pupuk kandang. Budidaya pertanian yang diusahakan secara intensif akan mengurangi cadangan C dalam tanah. Menurut Young (1989), tanah subur bila mengandung bahan organik tanah dilapisan atas paling sedikit 2%, dimana untuk mempertahankannya diperlukan masukan bahan organik minimal sebanyak 8-9 ton ha1.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui hasil tegangan output dari pengukuran suhu dalam suatu bejana yang telah diisi air dengan suhu yang telah

Kuten edellisessäkin tapauksessa, olen sitä mieltä, että neiti toimii hyvin, mutta panin tytär olisi parempi vaihtoehto.

Berdasarkan hasil uji hipotesis ditemukan bahwa variabel kualitas pelayanan dalam penelitian ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen

Penjelasan ini sangat terkait dengan musik Kendang Kempul Banyuwangi yang menurut sejarahnya merupakan seni musik berakar dari kesenian Gandrung, namun sering berjalannya

Klon kentang mempunyai karakteristik berbeda pada berat jenis, bahan kering, kadar gula reduksi, kadar air, kadar pati, kadar minyak, warna, rasa, kerenyahan dan

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, kartu persediaan digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat berkrangnya harga pokok produk yang dijual.. Kartu

Uji path analysis menunjukkan variabel teistis, etis, realistis, humanistis, yang dipengaruhi kualitas pelayanan ada pengaruh mediasi terhadap kepuasan nasabah di

Seperti halnya yang diungkapkan Novita (2011: 10) seorang pemandu acara adalah orang yang diberi tugas memandu sebuah acara atau kegiatan yang biasanya