120
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengembangan Tes Formatif yang Berfungsi sebagai Tes Diagnostik
Tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik adalah tes yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan belajar dan letak kesulitan belajar peserta didik. Kedudukan tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik dalam pembelajaran setara dengan ulangan harian, namun fokus pengukuran pada tes ini lebih dititikberatkan untuk mengetahui letak kesulitan belajar peserta didik.
Tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik disusun kemudian diujikan kepada peserta didik untuk mengetahui keberfungsiannya dalam mengukur letak kesulitan belajar peserta didik. Adapun langkah-langkah pengembangan tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik hingga diketahui keberfungsiannya, mengacu pada prosedur penyusunan instrumen tes secara umum yang meliputi: (1) menentukan standar/ kompetensi, (2) menentukan indikator pencapaian kompetensi, (3) menyusun kisi-kisi tes, (4) menulis item tes berdasarkan kisi-kisi, (5) melakukan telaah item tes, (6) mengujikan soal pada testi, serta (7) analisis dan intepretasi hasil tes (Bambang Subali. 2016: 12).
1. Menentukan standar/ kompetensi
Standar/ kompetensi yang dimaksud adalah pokok bahasan yang akan dijadikan tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik. Peneliti melakukan analisis terhadap pokok bahasan yang akan dijadikan tes
121 formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik. Pada dasarnya, setiap pokok bahasan memiliki karakteristik yang berbeda-beda yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik sehingga perlu dianalisis. Analisis dilakukan dengan melihat keluasan materi yang harus dipelajari peserta didik pada setiap pokok bahasan mata pelajaran Biologi SMA semester 2 serta indikator yang harus dicapai peserta didik pada setiap pokok bahasan. Berikut rincian analisis masing-masing pokok bahasan tersebut:
Tabel 5. Analisis Pokok Bahasan Mata Pelajaran Biologi SMA Semester 2 No Kelas Pokok Bahasan KD Materi Indikator 1. X Plantae Mendeskripsikan ciri-ciri Divisio dalam dunia tumbuhan dan perannya bagi kelangsungan hidup di bumi a. Tumbuhan Lumut b. Tumbuhan Paku c. Tumbuhan Biji a. Menjelaskan ciri umum tumbuhan. b. Menjelaskan tentang tumbuhan lumut (Bryophyta). c. Menjelaskan tumbuhan paku (Pterydophyta). d. Menjelaskan tentang tumbuhan biji (Spermatophyta). e. Menjelaskan peranan tumbuhan bagi kehidupan. f. Menunjukkan sikap kepedulian terhadap dunia tumbuhan Animalia Mendeskripsikan ciri-ciri Filum dalam dunia hewan dan peranannya bagi kehidupan a. Keanekaragama n Hewan b. Kingdom Parazoa c. Kingdom Radiata d. Platyhelminthes e. Nemathelminth es f. Annelida g. Arthropoda h. Mollusca i. Echinodermata a. Menjelaskan ciri umum hewan. b. Menjelaskan pengelompokan hewan. c. Menjelaskan tentang Porifera. d. Menjelaskan tentang Coelenterata. e. Menjelaskan tentang Platyhelminthes.
122 j. Chordata f. Menjelaskan tentang Nemathelminthes. g. Menjelaskan tentang Annelida. h. Menjelaskan tentang Arthropoda. i. Menjelaskan tentang Mollusca. j. Menjelaskan tentang Echinodermata. k. Menjelaskan tentang Chordata l. Menjelaskan peranan hewan bagi kehidupan. Ekosistem Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia serta pemanfaatan komponen ekosistem bagi kehidupan a. Lingkungan makhluk hidup b. Interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya c. Tipr-tipe ekosistem d. Rantai makanan e. Aliran energi f. Daur biogeokimia g. Suksesi a. Menyebutkan macam-macam komponen ekosistem. b. Menjelaskan tentang interaksi dalam ekosistem. c. Menjelaskan tentang daur biogeokimia. d. Menunjukkan perilaku menjaga keberlangsungan ekosistem. Pencemaran Lingkungan Menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah kerusakan/ pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan Mengidentifik asi jenis-jenis limbah dan daur ulang limbah serta membuat produk daur ulang limbah a. Pencemaran b. Parameter kualitas limbah c. Penanganan limbah d. Daur ulang limbah organik e. Kerugian ekonomi akibat pencemaran a. Menyebutkan pengertian lingkungan dan pencemaran lingkungan. b. Menjelaskan macam-macam pencemaran lingkungan. c. Menjelaskan penyebab terjadinya perubahan lingkungan. d. Menjelaskan berbagai upaya untuk melestarikan lingkungan. e. Membedakan jenis-jenis limbah dan cara penanggulanganny
123 a. f. Menunjukkan perilaku ramah lingkungan. 2 XI Sistem Pencernaan Mendeskripsikan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kalainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem pencernaan makanan pada manusia dan membandingkan struktur pencernaan pada hewan ruminansia a. Makanan b. Sistem pencernaan manusia c. Sistem pencernaan hewan a. Menentukan kandungan gizi yang terdapat dalam bahan makanan dengan menggunakan uji makanan sederhana b. Mengidentifikasi zat-zat yang terdapat dalam bahan makanan dan fungsinya bagi tubuh.
c. Menghubungkan struktur dan fungsi organ-organ dalam sistem pencernaan makanan manusia d. Menjelaskan proses pencernaan makanan yang terjadi pada organ-organ sistem pencernaan makanan manusia. e. Menjelaskan proses pencernaan makanan pada hewan Ruminansia dengan menggunakan gambar f. Menjelaskan penyakit yang dapat terjadi pada sistem pencernaan Sistem
Pernapasan
Mengaitkan antara struktur, fungsi, dan proses serta
kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem pernafasan pada manusia dan membandingkan dengan pernapasan pada hewan burung a. Sistem pernapasan manusia b. Sistem pernapasan hewan a. Mengidentifikasi struktur dan fungsi sistem pernapasan manusia b. Menjelaskan proses pernapasan yang terjadi pada manusia c. Membandingkan volume dan kapasitas paru-paru d. Menjelaskan proses pertukaran gas e. Mengumpulkan informasi dari
124 berbagai sumber tentang gangguan/penyakit yang terdapat dalam sistem pernapasan manusia f. Mengamati sistem pernapasan pada hewan Vertebrata g. Menghubungkan
antara struktur dan fungsi sistem pernapasan pada hewan Vertebrata. Sistem Ekskresi Mengaitkan antara struktur, fungsi, dan proses serta
kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem ekskresi pada manusia dan membandingkann ya dengan hewan ikan dan serangga
a. Sistem ekskresi manusia b. Sistem ekskresi hewan a. Membedakan pengertian ekskresi, sekresi, dan defekasi b. Menggambar
struktur ginjal dan menjelaskan proses pembentukan urine c. Mengidentifikasi
penyakit/gangguan pada alat ekskresi manusia
d. Menjelaskan struktur dan fungsi hati sebagai alat ekskresi e. Menjelaskan
struktur dan fungsi paru-paru sebagai alat ekskresi f. Menjelaskan
struktur dan fungsi kulit sebagai alat ekskresi g. Menyimpulkan pengaturan fungsi osmoregulasi dalam tubuh manusia h. Mengidentifikasi alat ekskresi pada hewan Sistem Koordinasi Mendeskripsikan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelaian/penyakit yang dapat terjadi pada sistem regulasi manusia a. Sistem saraf b. Sistem indera c. Sistem hormon a. Mengidentifikasi struktur, fungsi, dan proses pada sistem saraf manusia b. Mengkaitkan
sturktur, fungsi, dan proses sistem
125 (saraf, endokrin,
dan penginderaan)
saraf manusia c. Mengidentifikasi
stuktur, fungsi, dan proses pada sistem indra manusia d. Mengkaitkan
struktur, fungsi, dan proses sistem indera manusia e. Mengidentifikasi
stuktur, fungsi, dan proses sistem hormon manusia f. Mengkaitkan
struktur, fungsi, dan proses sistem hormon manusia g. Menjelaskan mekanisme umpan balik dalam pengaturan homeostasis manusia h. Menyimpulkan gejala, penyebab, dan pencegahan/pengob atan pada kelainan atau penyakit yang terjadi pada sistem koordinasi manusia Sistem Reproduksi Mendeskripsikan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses yang meliputi pembentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi, dan pemberian ASI, serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia a. Sistem reproduksi manusia a. Mengidentifikasi struktur, fungsi, dan proses yang terjadi pada organ reproduksi pria b. Mengidentifikasi
struktur, fungsi, dan proses yang terjadi pada organ reproduksi wanita c. Menjelaskan proses
fertilisasi dan kehamilan d. Menghubungkan
alat kontrasepsi dan proses pencegahan kehamilan pada keluarga berencana e. Mengidentifikasi
kelainan yang terjadi pada sistem reproduksi manusia Sistem Imun Mendeskripsikan mekanisme a. Fungsi sistem imun a. Menjelaskan fungsi sistem imun tubuh
126 pertahanan tubuh
terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit b. Respon imun c. Pencegahan penyakit d. Kekebalan tubuh e. Vaksinasi b. Mengidentifikasi sistem pertahanan tubuh secara alami c. Membedakan
respon imun non spesifik dan spesifik pada sistem imun tubuh. d. Menjelaskan
berbagai upaya untuk pencegahan penyakit
3 XII Evolusi Mendeskripsikan teori, prinsip, dan mekanisme evolusi biologi dari studi pustaka baik teori lama maupun kecenderungan baru tentang teori evolusi a. Asal-usul kehidupan b. Teori-teori evolusi c. Fakta evolusi d. Spesiasi e. Mekanisme evolusi f. Kecenderunga n baru teori evolusi a. Menjelaskan pengertian evolusi (asal-usul kehidupan). b. Menjelaskan teori evolusi menurut para ahli. c. Mengetahui faktor-faktor pendukung evolusi. d. Menjelaskan meka nisme evolusi menurut para ahli. e. Menjelaskan
fakta-fakta baru tentang teori evolusi Bioteknologi Mendeskripsikan
arti, prinsip dasar, dan jenis-jenis bioteknologi serta implikasi bioteknologi pada sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat a. Pengertian bioteknologi b. Ilmu-ilmu yang digunakan dalam bioteknologi c. Perkembanga n bioteknologi d. Penanggulang an dampak negatif bioteknologi a. Menjelaskan pengertian bioteknologi b. Menjelaskan prinsip-prinsip dasar bioteknologi c. Membedakan bioteknologi tradisional dan modern d. Menjelaskan prinsip rekayasa genetika dan hasilnya e. Menjelaskan dampak pemanfaatan produk bioteknologi di berbagai bidang (Sumber: RPP Guru Biologi SMA N 1 Banguntapan)
127 Pokok bahasan yang akan dijadikan tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik adalah pokok bahasan yang dinilai memberikan kesulitan paling tinggi kepada peserta didik.
Dari hasil analisis, peneliti menilai pokok bahasan yang mempunyai tingkat kesulitan paling tinggi adalah pokok bahasan Animalia yang merupakan pokok bahasan mata pelajaran Biologi SMA kelas X. Materi pokok bahasan Animalia sangatlah luas, secara keseluruhan terdapat 9 Filum yang harus dipelajari peserta didik. Peserta didik diharuskan untuk bisa menjelaskan keseluruhan filum-filum tersebut, mulai dari klasifikasi, karakteristik, dan peranan hewan yang menjadi anggota filum. Selain itu, pokok bahasan Animalia banyak menggunakan bahasa latin sehingga akan semakin mempersulit peserta didik dalam belajar.
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap guru Biologi SMA N 1 Banguntapan untuk memastikan bahwa pokok bahasan Animalia memang menimbulkan kesulitan belajar bagi peserta didik. Dari wawancara tersebut didapatkan informasi bahwa ketika belajar Animalia masih ada saja peserta didik yang belum mencapai nilai KKM. Ketidaktuntasan peserta didik pada pokok bahasan Animalia merupakan indikasi peserta didik memang berkesulitan belajar. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Sugihartono (2012: 149) peserta didik yang berkesulitan belajar, prestasi belajarnya lebih rendah bila dibandingkan dengan prestasi teman-temannya atau prestasi belajar mereka lebih rendah dibandingkan dengan prestasi belajar sebelumnya. Peserta didik yang mendapat nilai di bawah Kriteria
128 Ketuntasan Minimal (KKM) dapat disebut juga mengalami kesulitan belajar.
2. Menentukan indikator pencapaian kompetensi
Indikator pencapaian kompetensi dikembangkan dari kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik pada pokok bahasan Animalia. Tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik akan diujicobakan kepada peserta didik untuk mengetahui letak kesulitan belajarnya. Agar kesulitan belajar yang terukur benar-benar menunjukkan kendala belajar yang dihadapi peserta didik, maka isi tes harus memuat keseluruhan materi yang disampaikan guru pada pokok bahasan Animalia. Karena itu, peneliti menggunakan indikator pencapaian kompetensi yang tercantum dalam RPP guru Biologi SMA N 1 Banguntapan (sekolah di mana peneliti melakukan uji coba tes). Selengkapnya, indikator pencapaian kompetensi pokok bahasan Animalia berdasarkan RPP guru Biologi SMA N 1 Banguntapan dapat dilihat pada tabel 5.
3. Menyusun kisi-kisi tes
Kisi-kisi tes merupakan panduan peneliti dalam mengembangkan tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik. Desain kisi-kisi tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik terdiri atas kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tingkatan kognitif, bentuk soal, dan nomor soal. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi disesuaikan dengan RPP guru Biologi SMA N 1 Banguntapan.
129 Dari dua belas indikator pencapaian kompetensi, peneliti mengembangkannya menjadi 40 item tes berbentuk pilihan ganda. Proporsi item tes pada masing-masing indikator pencapaian kompetensi adalah:
Tabel 6. Proporsi Item Tes pada Masing-Masing Indikator Pencapaian Kompetensi Pokok Bahasan Animalia
No. Indikator Pencapaian Kompetensi Jumlah Item Tes
1. Menjelaskan ciri umum hewan. 1
2. Menjelaskan pengelompokan hewan. 2
3. Menjelaskan tentang porifera. 4
4. Menjelaskan tentang coelenterata. 4
5. Menjelaskan tentang platyhelminthes. 2 6. Menjelaskan tentang nemathelminthes. 1
7. Menjelaskan tentang annelida. 3
8. Menjelaskan tentang mollusca. 4
9. Menjelaskan tentang arthropoda. 6
10. Menjelaskan tentang echinodermata. 3
11. Menjelaskan tentang chordata 7
12. Menjelaskan peranan hewan bagi kehidupan. 3
Proporsi item tes dibuat berdasarkan pertimbangan dari guru Biologi SMA N 1 Banguntapan. Beliau menyarankan agar proporsi item tes pada indikator Arthropoda dan Chordata diperbanyak, karena kedua indikator ini sering muncul pada soal-soal UN Biologi SMA.
Tingkatan kognitif tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik terdiri dari C1 (pengetahuan) dan C2 (pemahaman). Tingkatan kognitif tes disesuaikan dengan tuntutan Kompetensi Dasar pokok bahasan Animalia yang hanya menuntut peserta didik untuk mendeskripsikan. Berikut kisi-kisi tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik:
130 Tabel 7. Kisi-kisi Soal Tes Formatif yang Berfungsi sebagai Tes Diagnostik Kompetensi
Dasar
Indikator Pencapaian Kompetensi Tingkatan Kognitif Bentuk Soal No. Soal Mendeskripsikan ciri-ciri Filum dalam dunia hewan dan peranannya bagi kehidupan.
Siswa dapat menunjukkan ciri-ciri kingdom Animalia secara umum di antara ciri-ciri makhluk hidup yang disajikan
C 1 PG 1
Siswa dapat mengkategorikan filum yang termasuk ke dalam sub kingdom Parazoa
C 2 PG 2
Siswa dapat mencirikan hewan yang termasuk triploblastik pseudoselomata
C 2 PG 3 Siswa dapat mengidentifikasi penyusun
kerangka tubuh spesies Porifera berdasarkan kelasnya
C 1 PG 4
Siswa dapat menjelaskan fungsi bagian tubuh tertentu dari Porifera
C 2 PG 5 Siswa dapat menerangkan bagian tubuh
tertentu dari Porifera
C 2 PG 6 Siswa dapat membedakan tipe-tipe
sistem aliran air pada Porifera
C 2 PG 7 Siswa dapat menerangkan alasan dari
penamaan filum Coelenterata
C 2 PG 8 Siswa dapat mengkategorisasikan
gambar hewan Coelenterata yang disajikan ke dalam kelasnya sesuai ciri-ciri yang tampak
C 2 PG 9
Siswa dapat menjelaskan fungsi bagian tubuh tertentu dari Coelenterata
C 2 PG 10 Siswa dapat mengidentifikasi fase
reproduksi generatif dari Aurelia sp.
C 1 PG 11 Siswa dapat menyimpulkan jenis cacing
tertentu yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia
C 2 PG 12, 14, 16 Siswa dapat mengidentifikasi fase
tertentu dari siklus hidup cacing pita
C 1 PG 13 Siswa dapat mengidentifikasi stadium
tertentu dari siklus hidup Fasciola hepatica
C 1 PG 15
Siswa dapat mengenali marga dari hospes perantara penyebab penyakit Filariasis
C 1 PG 17
Siswa dapat menyimpulkan jenis Annelida yang tepat berdasarkan ciri-ciri yang disajikan
C 2 PG 18
Siswa dapat menjelaskan fungsi bagian tubuh tertentu dari Annelida (cacing tanah)
C 2 PG 19
Siswa dapat mengenali spesies Annelida yang berguna dalam bidang pertanian
C 1 PG 20 Siswa dapat menerangkan alasan
pemberian nama yang berbeda-beda pada Kerang
131 Siswa dapat menunjukkan lapisan dari
kerang mutiara yang dapat menghasilkan mutiara berdasarkan gambar yang disajikan
C 1 PG 22
Siswa dapat mengkategorisasikan gambar hewan Mollusca yang disajikan ke dalam kelasnya sesuai ciri-ciri yang tampak
C 2 PG 23
Siswa dapat menjelaskan fungsi bagian tubuh tertentu dari Mollusca (bekicot)
C 2 PG 24 Siswa dapat mencirikan kelas-kelas dari
filum Arthropoda dengan benar
C 2 PG 25 Siswa dapat menerangkan bagian tubuh
tertentu dari Arthropoda (laba-laba)
C 2 PG 26
Siswa dapat mengkategorisasikan serangga ke dalam ordo tertentu sesuai dengan ciri-ciri yang disajikan
C 2 PG 27
Siswa dapat mengenali serangga yang mengalami metamorfosis sempurna
C 1 PG 28 Siswa dapat mengenali serangga yang
mempunyai tipe mulut tertentu dari gambar yang disajikan
C 1 PG 29
Siswa dapat menjelaskan fungsi bagian tubuh tertentu dari Arthropoda (laba-laba)
C 2 PG 30
Siswa dapat mengenali bagian tertentu dari sistem ambulakral Echinodermata
C 1 PG 31 Siswa dapat mengenali spesies
Echinodermata yang termasuk ke dalam kelas Ophiuroidea dari gambar yang disajikan
C 1 PG 32
Siswa dapat mengkategorisasikan hewan Echinodermata ke dalam kelasnya sesuai dengan ciri-ciri yang disajikan
C 2 PG 33
Siswa dapat mengidentifikasi ciri umum dari hewan Chordata yang paling tepat
C 1 PG 34 Siswa dapat mencirikan kelas-kelas dari
sub filum Vertebrata dengan benar
C 2 PG 35 Siswa dapat mengenali hewan yang
mempunyai fertilisasi internal dan perkembangan embrionya terjadi di dalam tubuhnya berdasarkan gambar yang disajikan
C 1 PG 36
Siswa dapat mengenali hewan yang termasuk poikiloterm
C 1 PG 37 Siswa dapat mengenali hewan-hewan
yang termasuk ke dalam kelas
Osteichthyes berdasarkan gambar yang disajikan
C 1 PG 38
Siswa dapat mengkategorisasikan hewan tertentu (trenggiling) berdasarkan ciri-cirinya
132 Siswa dapat menyimpulkan cara
perkembangbiakan hewan tertentu berdasarkan ciri khas dari kelas hewan tersebut
C 2 PG 40
4. Menulis item tes berdasarkan kisi-kisi
Kisi-kisi tes yang sudah jadi kemudian dikembangkan menjadi perangkat tes. Penulisan tes disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi yang ada pada kisi-kisi tes. Secara keseluruhan, terdapat 40 item tes pilihan ganda beralasan terbuka dengan empat alternatif pilihan jawaban pada perangkat tes yang dikembangkan.
Tes pilihan ganda dipilih karena jumlah materi yang dapat ditanyakan pada bentuk tes ini relatif lebih luas, dibandingkan dengan yang dapat dicakup oleh bentuk tes lainnya. Sebagaimana yang diketahui bahwa tes yang dikembangkan merupakan tes formatif sehingga tes harus mencangkup semua materi yang sudah diajarkan pada peserta didik dalam satu kompetensi dasar atau pokok bahasan, sedangkan pokok bahasan
Animalia sendiri materinya sangatlah luas.
Alasan pada tiap item tes digunakan untuk memastikan pemahaman konsep dari peserta didik, apakah peserta didik benar-benar memahami tes atau hanya menebak jawaban. Peserta didik yang paham akan menjawab benar disertai alasan yang benar sedangkan peserta didik yang tidak paham dapat menjawab dengan benar namun alasannya salah atau menjawab salah dengan alasan benar. Alasan terbuka pada item tes dimaksudkan agar peserta didik dapat dengan bebas mengungkapkan pendapatnya mengenai jawaban yang ia pilih sesuai dengan alur berpikirnya. Berikut ini disajikan
133 contoh spesifikasi tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik pokok bahasan Animalia:
Gambar 11. Contoh Spesifikasi Tes Formatif yang Berfungsi sebagai Tes Diagnostik pada Pokok Bahasan Animalia
Tiap butir item tes yang dikembangkan selanjutnya ditentukan atribut-atribut yang mendasari penyelesaian tes yang dimaksud. Atribut ini merupakan patokan peneliti dalam menilai benar tidaknya alasan dari jawaban peserta didik. Berikut contoh atribut penyelesaian dari salah satu item tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik:
1) Perhatikan ciri-ciri makluk hidup berikut! 1. Eukariotik
2. Tidak mempunyai membran inti 3. Prokariotik
4. Motil 5. Autotrof 6. Heterotrof
Ciri-ciri kingdom Animalia secara umum adalah .... A. 1 dan 5 B. 2 C. 3 D. 4 dan 6 Alasan: ... ... ...
134 Gambar 12. Contoh Atribut dari Penyelesaian Salah Satu Item Tes Formatif yang
Berfungsi sebagai Tes Diagnostik 5. Melakukan telaah item tes
Instrumen tes yang telah disusun (kisi-kisi tes, perangkat tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik, dan atribut tes) selanjutnya ditelaah terlebih dahulu dari segi kurikulum dan segi konten sebelum diujicobakan kepada peserta didik. Dari segi kurikulum, instrumen tes ditelaah oleh dosen ahli bidang evaluasi pendidikan Prof. Dr. Bambang Subali, M. S. Beliau memeriksa kebenaran komponen-komponen yang ada pada kisi-kisi tes dan kesesuaian kisi-kisi tes dengan perangkat tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik.
2) Perhatikan ciri-ciri makluk hidup berikut! 1. Eukariotik
2. Tidak mempunyai membran inti 3. Prokariotik
4. Motil 5. Autotrof 6. Heterotrof
Ciri-ciri kingdom Animalia secara umum adalah .... A. 1 dan 5
B. 2 C. 3
D. 4 dan 6
Alasan:
Eukariotik mempunyai membran inti Prokariotik tidak mempunyai membran inti Motil bergerak aktif
Autotrof mampu mengolah bahan organik dari bahan anorganik
Heterotrof tidak mampu mengolah bahan organik dari bahan anorganik Yang merupakan ciri-ciri dari Animalia atau hewan adalah eukariotik, heterotrof, dan motil. Prokariotik adalah ciri-ciri yang hanya dimiliki kingdom Monera sedangkan Autotrof adalah ciri-ciri dari kingdom Plantae.
135 Dari segi konten, instrumen tes ditelaah oleh dosen ahli Avertebrata dan Vertebrata (Animalia), ibu Rizka Apriani Putri, M. Sc. Beliau memeriksa kebenaran konsep pada setiap item tes dan atribut tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik. Para ahli memberikan beberapa masukan tentang instrumen tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik. Masukan dari para ahli tersebut antara lain:
a. Kata kerja operasional pada indikator soal perlu diperbaiki
b. Tingkatan kognitif pada item tes belum sesuai dengan tingkatan kognitif pada kisi-kisi soal.
c. Pilihan alternatif jawaban sebaiknya tidak mengarahkan siswa untuk memilih jawaban yang benar
d. Atribut penyelesaian item tes perlu diperluas pembahasannya sehingga dapat menambah wawasan peserta didik
e. Gambar pada item tes kurang jelas f. Sumber gambar harus disertakan
Masukan dari para ahli ditindaklanjuti peneliti dengan melakukan perbaikan. Perbaikan disampaikan kepada para ahli untuk ditelaah kembali. Setelah tidak ada lagi masukan dari para ahli, maka tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik yang dikembangkan sudah dinyatakan layak dan disetujui untuk diujicobakan kepada peserta didik.
6. Mengujikan soal pada testee
Uji coba tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik dibatasi pada uji coba terbatas yaitu uji coba yang dilakukan pada kelompok kecil.
136 Tujuan dari uji coba ini adalah untuk mengetahui kualitas tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik serta untuk menyelidiki kesulitan belajar yang dialami peserta didik pada pokok bahasan Animalia. Uji coba dilakukan pada 34 orang peserta didik kelas XI MIPA 3 SMA N 1 Banguntapan dengan asumsi bahwa kelas XI sudah pernah mempelajari pokok bahasan Animalia.
7. Analisis dan intepretasi hasil tes
Jawaban peserta didik dari uji coba terbatas kemudian dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif jawaban peserta didik dianalisis dengan bantuan program Quest, dan secara kualitatif jawaban peserta didik per item dianalisis kebenarannya berdasarkan pilihan jawaban dan alasan pilihan jawaban. Hasil dari analisis ini adalah kualitas item tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik dan kesulitan belajar peserta didik pada pokok bahasan Animalia.
B. Kualitas Tes Formatif Yang Berfungsi Sebagai Tes Diagnostik
Kualitas tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kualitas setiap item tesnya dan kualitas perangkat tes secara keseluruhan.
1. Kualitas item tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik
Kualitas item tes ditentukan oleh kesesuaian item tes dengan model
Rasch. Item tes dinyatakan sesuai atau tidak tergantung dari nilai infit meansquare item tersebut berdasarkan hasil analisis Quest. Item yang sesuai
137 dengan model Rasch memiliki nilai infit meansquare antara 0,77 – 1,30 (La Ode. 2006: 82). Di bawah ini adalah kesesuaian item tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik dengan model Rasch berdasarkan data
Quest:
Tabel 8. Kesesuaian Item Tes Formatif yang Berfungsi sebagai Tes Diagnostik dengan Model Rasch
Item Nilai Infit Meansquare Kesesuaian dengan model Rasch
1 1, 05 Fit (sesuai) 2 1, 09 Fit (sesuai) 3 1, 05 Fit (sesuai) 4 0, 81 Fit (sesuai) 5 1, 07 Fit (sesuai) 6 1, 15 Fit (sesuai) 7 1, 02 Fit (sesuai) 8 1, 06 Fit (sesuai) 9 0, 88 Fit (sesuai) 10 0, 87 Fit (sesuai) 11 1, 08 Fit (sesuai) 12 0, 78 Fit (sesuai) 13 1, 06 Fit (sesuai) 14 0, 91 Fit (sesuai) 15 0, 82 Fit (sesuai) 16 0, 97 Fit (sesuai) 17 1, 16 Fit (sesuai) 18 0, 88 Fit (sesuai)
19 0, 72 Unfit (tidak sesuai)
20 0, 92 Fit (sesuai) 21 1, 09 Fit (sesuai) 22 0, 90 Fit (sesuai) 23 1, 01 Fit (sesuai) 24 1, 09 Fit (sesuai) 25 1, 22 Fit (sesuai) 26 0, 97 Fit (sesuai) 27 0, 97 Fit (sesuai) 28 0, 98 Fit (sesuai) 29 1, 14 Fit (sesuai) 30 0, 88 Fit (sesuai) 31 1, 00 Fit (sesuai) 32 1, 01 Fit (sesuai) 33 0, 97 Fit (sesuai) 34 1, 12 Fit (sesuai)
138 35 0, 94 Fit (sesuai) 36 1, 05 Fit (sesuai) 37 1, 27 Fit (sesuai) 38 1, 04 Fit (sesuai) 39 1, 03 Fit (sesuai) 40 0, 98 Fit (sesuai)
Dari 40 item tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik, hanya 1 item tes yang tidak sesuai dengan model Rasch, yaitu item nomor 19.
Kesesuaian item tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik dengan model Rasch, juga dapat dipetakan sebagai berikut:
Gambar 13. Pemetaan Kecocokan Item Tes dengan Model Rasch
Pemetaan item tes di atas menunjukkan bahwa, 39 item tes sesuai dengan model Rasch dengan kriteria batas penerimaan ≥0,77 sampai ≤1,30. Terdapat 1 item tes yang keluar dari garis vertikal yaitu item nomor 19 karena berada pada Infit Meansquare 0,72 (tidak memenuhi batas penerimaan).
139 Item tes yang valid adalah item tes yang sesuai dengan model Rasch karena dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Item ini kemudian dianalisis kebenaran jawabannya untuk menyelidiki kesulitan belajar peserta didik. Item tes yang tidak sesuai dengan model Rasch berarti item tes tersebut tergolong ke dalam item tes yang jelek dan tidak dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, sehingga akan langsung dibuang dan tidak dianalisis. Dari 40 item tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik hanya item tes nomor 19 yang kualitasnya jelek dan tidak dianalisis.
2. Kualitas perangkat tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik secara keseluruhan
Kualitas perangkat tes secara keseluruhan ditentukan oleh nilai reliabilitas atau keandalan berdasarkan indeks persetujuan dan indeks Kappa. Indeks persetujuan dan indeks Kappa biasa digunakan untuk mengukur keandalan tes jenis prestasi. Tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik difokuskan untuk mengukur kesulitan belajar peserta didik yang merupakan ukuran dari kemampuan belajar peserta didik itu sendiri. Karena itu, tes ini dapat digolongkan ke dalam tes jenis prestasi.
Koefisien atau indeks persetujuan adalah proporsi penempuh tes yang secara konsisten tergolongkan ke dalam kelompok yang menguasai dan yang tidak menguasai dari pengujian tes, sedangkan koefisien Kappa mencerminkan proporsi klasifikasi-klasifikasi yang konsisten yang sesuai dengan harapan dan yang secara kebetulan. Dalam terminologi yang sederhana, koefisien persetujuan mengukur konsistensi secara keseluruhan,
140 sedangkan koefisien Kappa mengukur keuntungan di dalam konsistensi yang direalisir dengan menggunakan tes yang bersangkutan (Bambang Subali dan Pujiyati Suyata. 2011: 38-39).
Nilai reliabilitas atau keandalan tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik berdasarkan indeks persetujuan dan indeks Kappa adalah: Tabel 9. Nilai Reliabilitas Tes Formatif yang Berfungsi sebagai Tes Diagnostik
Informasi Indeks Persetujuan (po) Indeks Kappa (K)
Reliabilitas 0,92 0,67
Reliabilitas berdasarkan indeks persetujuan sebesar 0,92. Hal ini menunjukkan bahwa 92% dari kelompok yang melakukan tes secara konsisten dapat digolongkan sebagai kelompok master (menguasai) dan nonmaster (tidak menguasai).
Menurut Bambang Subali dan Pujiyati Suyata (2011: 45), suatu tes memiliki keandalan atau reliabilitas yang baik apabila memiliki koefisien persetujuan ≥ 0,86. Karena nilai keandalan atau reliabilitas tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik sebesar 0,92, maka tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik berdasarkan indeks persetujuannya memiliki reliabilitas yang baik.
Reliabilitas berdasarkan indeks Kappa sebesar 0,67. Bhisma Murti (2011 : 17) mengkategorikan tingkatan reliabilitas berdasarkan indeks Kappa sebagai berikut:
141 Tabel 10. Kategori reliabilitas berdasarkan Indeks Kappa
Nilai Kappa Kategori
≤ 0,20 Buruk
0,20 – 0,40 Kurang dari sedang
0,41 – 0,60 Sedang
0,61 – 0,80 Baik
0,81 – 1,00 Sangat baik
Dari tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa, reliabilitas tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik berdasarkan indeks Kappa adalah baik, yang artinya keuntungan yang diperoleh dari konsistensi tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik adalah baik yaitu sebesar 67%.
C. Kesulitan Belajar Peserta Didik Pada Pokok Bahasan Animalia
1. Sumber Kesulitan Belajar
Identifikasi kesulitan belajar peserta didik dapat dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu berdasarkan jumlah peserta didik yang memilih pilihan jawaban benar pada setiap item tes, nilai Mean Ability (MA) dan
Difficulty (Dt) setiap item tes, serta jumlah peserta didik yang memilih
pilihan jawaban benar disertai alasan yang benar pada setiap item tes. Berikut informasi dari ketiga pendekatan tersebut pada setiap item tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik:
142 Tabel 11. Informasi Item Tes Formatif yang Berfungsi sebagai Tes Diagnostik Item Pilihan Jawaban Benar Jumlah Peserta Didik yang Memilih Pilihan Jawaban Benar MA Dt Selisih MA dan Dt Jumlah Peserta Didik yang Memilih Pilihan Jawaban Benar dengan Alasan yang Benar 1 D 31 0,35 -2,06 2,41 1 2 C 31 0,33 -2,06 2,39 10 3 D 12 0,44 0,97 -0,53 3 4 D 20 0,61 -0,09 0,7 2 5 D 11 0,43 1,06 -0,63 - 6 D 14 0,32 0,71 -0,39 4 7 A 23 0,42 -0,43 0,85 5 8 C 31 0,34 -2,06 2,4 21 9 B 26 0,48 -0,88 1,36 2 10 A 22 0,52 -0,29 0,81 6 11 B 4 0,28 2,37 -2,09 3 12 A 21 0,61 -0,16 0,77 3 13 C 17 0,42 0,28 0,14 2 14 A 17 0,56 0,34 0,22 5 15 D 12 0,75 0,97 -0,22 - 16 B 33 0,36 -3,21 3,57 14 17 D 26 0,3 -0,88 1,18 4 18 C 7 0,79 1,81 -1,02 1 19 - - - - - - 20 D 11 0,62 1,05 -0,43 2 21 A 6 0,36 1,92 -1,56 1 22 B 16 0,58 0,46 0,12 2 23 C 13 0,47 0,84 -0,37 3 24 C 14 0,39 0,66 -0,27 1 25 B 16 0,26 0,41 -0,15 - 26 C 6 0,57 1,92 -1,35 2 27 D 18 0,49 0,22 0,27 6 28 A 31 0,38 -2,06 2,44 7 29 B 27 0,31 -1,06 1,37 7 30 C 18 0,57 0,15 0,42 - 31 B 13 0,5 0,79 -0,29 - 32 D 33 0,35 -3,21 3,56 13 33 D 16 0,52 0,41 0,11 3 34 C 9 0,26 1,23 -0,97 4 35 A 21 0,47 -0,16 0,63 1 36 B 33 0,32 -3,21 3,53 14 37 B 22 0,23 -0,29 0,52 7 38 D 18 0,43 0,22 0,21 3 39 C 6 0,5 1,9 -1,4 2 40 D 9 0,53 1,4 -0,87 2
143 a. Kesulitan belajar peserta didik berdasarkan jumlah peserta didik yang
memilih pilihan jawaban benar pada setiap item tes
Item tes dikatakan sulit dikerjakan peserta didik apabila jumlah peserta didik yang memilih pilihan jawaban benar pada item tes sedikit (kurang dari setengah jumlah peserta tes). Indikator dari item tes yang sulit dikerjakan peserta didik, merupakan aspek dari kompetensi
Animalia yang belum dikuasai peserta didik dan menjadi sumber dari
kesulitan belajar peserta didik.
Pada item tes nomor 1, pilihan jawaban benar adalah D dan peserta didik yang memilih pilihan jawaban D sebanyak 31 anak. Dari 34 peserta didik, jika terdapat 31 anak yang dapat mengerjakan item tes dengan benar maka tentunya item tes tersebut termasuk ke dalam item tes yang mudah dikerjakan.
Informasi yang diperoleh dari keseluruhan item menunjukkan bahwa terdapat 16 item tes yang sulit dikerjakan peserta didik yaitu item tes nomor 3, 5, 6, 11, 15, 18, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 31, 34, 39, dan 40, sehingga aspek kompetensi yang belum dikuasai dan menjadi sumber kesulitan belajar peserta didik adalah:
144 Tabel 12. Aspek Kompetensi Pokok Bahasan Animalia yang Belum Dikuasai Peserta Didik Berdasarkan Jumlah Peserta Didik yang Memilih Pilihan Jawaban
Benar
No. Aspek yang belum dikuasai Jumlah Peserta
Didik yang Belum Menguasai
Tingkat Kesulitan
1 Mencirikan hewan yang termasuk
triploblastik pseudoselomata 64,7% Sukar
2 Menjelaskan fungsi bagian tubuh
tertentu dari Porifera 67,6% Sukar
3 Menerangkan bagian tubuh tertentu dari
Porifera 58,8% Sukar
4 Mengidentifikasi fase reproduksi
generatif dari Aurelia sp. 88,2%
Sukar Sekali 5 Mengidentifikasi stadium tertentu dari
siklus hidup Fasciola hepatica 64,7% Sukar
6 Menyimpulkan jenis Annelida yang tepat berdasarkan ciri-ciri yang disajikan
79,4% Sukar
Sekali 7 Mengenali spesies Annelida yang
berguna dalam bidang pertanian 67,6% Sukar
8 Menerangkan alasan pemberian nama
yang berbeda-beda pada Kerang 82,4%
Sukar Sekali 9 Mengkategorisasikan gambar hewan
Mollusca yang disajikan ke dalam kelasnya sesuai ciri-ciri yang tampak
61,8% Sukar
10 Menjelaskan fungsi bagian tubuh
tertentu dari Mollusca (bekicot) 58,8% Sukar 11 Mencirikan kelas-kelas dari filum
Arthropoda dengan benar 52,9% Sukar
12 Menerangkan bagian tubuh tertentu dari
Arthropoda (laba-laba) 82,4%
Sukar Sekali 13 Mengenali bagian tertentu dari sistem
ambulakral Echinodermata 61,8% Sukar
14 Mengidentifikasi ciri umum dari hewan
Chordata yang paling tepat 73,5% Sukar
15 Mengkategorisasikan hewan tertentu
(trenggiling) berdasarkan ciri-cirinya 82,4%
Sukar Sekali 16 Menyimpulkan cara perkembangbiakan
hewan tertentu berdasarkan ciri khas dari kelas hewan tersebut
145 b. Kesulitan belajar peserta didik berdasarkan nilai Mean Ability dan
Difficulty item tes
Mean Ability merupakan kemampuan rata-rata testi dalam
menjawab benar item tes, sedangkan Difficulty merupakan indeks kesukaran item tes. Item tes dikatakan sulit dikerjakan peserta didik apabila nilai Mean Ability peserta didik lebih rendah dibandingkan
Difficulty item tesnya atau selisih Mean Ability dengan Difficultynya
bernilai – (negatif) yang artinya peserta didik tidak berkemampuan mengerjakan item tes.
Pada item tes nomor 1, nilai Mean Ability peserta didik adalah 0,35 sedangkan Difficulty item tesnya -2,06. Karena Mean Ability peserta didik lebih tinggi daripada Difficulty item tes maka peserta didik dapat dengan mudah mengerjakan item tes nomor 1. Jika dilihat dari selisih
Mean Ability dengan Difficulty, selisihnya bernilai +2,41 yang berarti
peserta didik juga dikatakan berkemampuan mengerjakan item tes nomor 1.
Informasi keseluruhan item tes menunjukkan bahwa item tes yang sulit dikerjakan peserta didik adalah item tes nomor 3, 5, 6, 11, 15, 18, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 31, 34, 39, dan 40. Sehingga aspek kompetensi
Animalia yang belum dikuasai dan menjadi sumber kesulitan belajar
146 Tabel 13. Aspek Kompetensi Pokok Bahasan Animalia yang Belum Dikuasai
Peserta Didik Berdasarkan Nilai Mean Ability dan Difficulty Item Tes
No. Aspek yang belum dikuasai Selisih
MA dan Dt
Tingkat Kesulitan
1 Mencirikan hewan yang termasuk triploblastik
pseudoselomata -0,53 Sukar
2 Menjelaskan fungsi bagian tubuh tertentu dari
Porifera -0,63 Sukar
3 Menerangkan bagian tubuh tertentu dari Porifera -0,39 Sukar 4 Mengidentifikasi fase reproduksi generatif dari
Aurelia sp. -2,09
Sukar Sekali 5 Mengidentifikasi stadium tertentu dari siklus
hidup Fasciola hepatica -0,22 Sukar
6 Menyimpulkan jenis Annelida yang tepat
berdasarkan ciri-ciri yang disajikan -1,02
Sukar Sekali 7 Mengenali spesies Annelida yang berguna dalam
bidang pertanian -0,43 Sukar
8 Menerangkan alasan pemberian nama yang
berbeda-beda pada Kerang -1,56
Sukar Sekali 9 Mengkategorisasikan gambar hewan Mollusca
yang disajikan ke dalam kelasnya sesuai ciri-ciri yang tampak
-0,37 Sukar 10 Menjelaskan fungsi bagian tubuh tertentu dari
Mollusca (bekicot) -0,27 Sukar
11 Mencirikan kelas-kelas dari filum Arthropoda
dengan benar -0,15 Sukar
12 Menerangkan bagian tubuh tertentu dari
Arthropoda (laba-laba) -1,35
Sukar Sekali 13 Mengenali bagian tertentu dari sistem
ambulakral Echinodermata -0,29 Sukar
14 Mengidentifikasi ciri umum dari hewan
Chordata yang paling tepat -0,97 Sukar
15 Mengkategorisasikan hewan tertentu
(trenggiling) berdasarkan ciri-cirinya -1,4
Sukar Sekali 16 Menyimpulkan cara perkembangbiakan hewan
tertentu berdasarkan ciri khas dari kelas hewan tersebut
147 c. Kesulitan belajar peserta didik berdasarkan jumlah peserta didik yang
memilih pilihan jawaban benar disertai alasan yang benar
Sulit tidaknya item tes dikerjakan peserta didik ditentukan dari alasan peserta didik yang memilih pilihan jawaban benar. Item tes dikatakan sulit dikerjakan apabila jumlah peserta didik yang memilih pilihan jawaban benar disertai alasan yang benar sedikit (kurang dari setengah jumlah peserta tes). Karena itu, walaupun pada suatu item tes banyak peserta didik yang memilih pilihan jawaban benar namun apabila alasannya banyak yang salah maka item tes tersebut digolongkan ke dalam item tes yang sulit.
Pada item tes nomor 1, 31 peserta didik memilih pilihan jawaban benar. Namun, hanya 1 peserta didik yang memilih pilihan jawaban benar dengan disertai alasan yang benar, sehingga dapat dikatakan bahwa item tes nomor 1 adalah item tes yang sulit dikerjakan peserta didik.
Informasi dari 39 item tes menunjukkan, 38 item tes sulit dikerjakan peserta didik yaitu item tes nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40. Hanya 1 item tes yang mudah dikerjakan peserta didik yaitu item tes nomor 8. Berdasarkan informasi ini maka dapat dikatakan bahwa hampir semua peserta didik belum menguasai keseluruhan aspek kompetensi Animalia dalam tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik yang diujikan. Berikut aspek
148 kompetensi yang belum dikuasai dan menjadi sumber kesulitan belajar peserta didik:
Tabel 14. Aspek Kompetensi Pokok Bahasan Animalia yang Belum Dikuasai Peserta Didik Berdasarkan Jumlah Peserta Didik yang Memilih Pilihan Jawaban
Benar Disertai Alasan yang Benar
No. Aspek yang belum dikuasai Jumlah Peserta
Didik yang Belum Menguasai
Tingkat Kesulitan
1 Menunjukkan ciri-ciri kingdom Animalia secara umum di antara ciri-ciri makhluk hidup yang disajikan
97,1% Sukar
Sekali 2 Mengkategorikan filum yang termasuk
ke dalam sub kingdom Parazoa 70,6% Sukar
3 Mencirikan hewan yang termasuk
triploblastik pseudoselomata 91,2%
Sukar Sekali 4 Mengidentifikasi penyusun kerangka
tubuh spesies Porifera berdasarkan kelasnya
94,1% Sukar
Sekali 5 Menjelaskan fungsi bagian tubuh
tertentu dari Porifera 100,0%
Sukar Sekali 6 Menerangkan bagian tubuh tertentu dari
Porifera 88,2%
Sukar Sekali 7 Membedakan tipe-tipe sistem aliran air
pada Porifera 85,3%
Sukar Sekali 8 Mengkategorisasikan gambar hewan
Coelenterata yang disajikan ke dalam kelasnya sesuai ciri-ciri yang tampak
94,1% Sukar
Sekali 9 Menjelaskan fungsi bagian tubuh
tertentu dari Coelenterata 82,4%
Sukar Sekali 10 Mengidentifikasi fase reproduksi
generatif dari Aurelia sp. 91,2%
Sukar Sekali 11 Menyimpulkan jenis cacing tertentu
yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia
91,2% Sukar
Sekali 12 Mengidentifikasi fase tertentu dari
siklus hidup cacing pita 94,1%
Sukar Sekali 13 Menyimpulkan jenis cacing tertentu
yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia
85,3% Sukar
Sekali 14 Mengidentifikasi stadium tertentu dari
siklus hidup Fasciola hepatica 100,0%
Sukar Sekali 15 Menyimpulkan jenis cacing tertentu
149 manusia
16 Mengenali marga dari hospes perantara
penyebab penyakit Filariasis 88,2%
Sukar Sekali 17 Menyimpulkan jenis Annelida yang
tepat berdasarkan ciri-ciri yang disajikan
97,1% Sukar
Sekali 18 Mengenali spesies Annelida yang
berguna dalam bidang pertanian 94,1%
Sukar Sekali 19 Menerangkan alasan pemberian nama
yang berbeda-beda pada Kerang 97,1%
Sukar Sekali 20 Menunjukkan lapisan dari kerang
mutiara yang dapat menghasilkan mutiara berdasarkan gambar yang disajikan
94,1% Sukar
Sekali 21 Mengkategorisasikan gambar hewan
Mollusca yang disajikan ke dalam kelasnya sesuai ciri-ciri yang tampak
91,2% Sukar
Sekali 22 Menjelaskan fungsi bagian tubuh
tertentu dari Mollusca (bekicot) 97,1%
Sukar Sekali 23 Mencirikan kelas-kelas dari filum
Arthropoda dengan benar 100,0%
Sukar Sekali 24 Menerangkan bagian tubuh tertentu dari
Arthropoda (laba-laba) 94,1%
Sukar Sekali 25 Mengkategorisasikan serangga ke
dalam ordo tertentu sesuai dengan ciri-ciri yang disajikan
82,4% Sukar
Sekali 26 Mengenali serangga yang mengalami
metamorfosis sempurna 79,4%
Sukar Sekali 27 Mengenali serangga yang mempunyai
tipe mulut tertentu dari gambar yang disajikan
79,4% Sukar
Sekali 28 Menjelaskan fungsi bagian tubuh
tertentu dari Arthropoda (laba-laba) 100,0%
Sukar Sekali 29 Mengenali bagian tertentu dari sistem
ambulakral Echinodermata 100,0%
Sukar Sekali 30 Mengenali spesies Echinodermata yang
termasuk ke dalam kelas Ophiuroidea dari gambar yang disajikan
61,8% Sukar
31 Mengkategorisasikan hewan Echinodermata ke dalam kelasnya sesuai dengan ciri-ciri yang disajikan
91,2% Sukar
Sekali 32 Mengidentifikasi ciri umum dari hewan
Chordata yang paling tepat 88,2%
Sukar Sekali 33 Mencirikan kelas-kelas dari sub filum
Vertebrata dengan benar 97,1%
Sukar Sekali
150 34 Mengenali hewan yang mempunyai
fertilisasi internal dan perkembangan embrionya terjadi di dalam tubuhnya berdasarkan gambar yang disajikan
58,8% Sukar
35 Mengenali hewan yang termasuk
poikiloterm 79,4%
Sukar Sekali 36 Mengenali hewan-hewan yang termasuk
ke dalam kelas Osteichthyes berdasarkan gambar yang disajikan
91,2% Sukar
Sekali 37 Mengkategorisasikan hewan tertentu
(trenggiling) berdasarkan ciri-cirinya 94,1%
Sukar Sekali 38 Menyimpulkan cara perkembangbiakan
hewan tertentu berdasarkan ciri khas dari kelas hewan tersebut
94,1% Sukar
Sekali
Kesulitan belajar peserta didik yang teridentifikasi berdasarkan jumlah peserta did1ik yang memilih pilihan jawaban benar dan berdasarkan nilai Mean Ability dan Difficulty item tes menunjukkan hasil yang sama, baik dari segi aspek kompetensi yang belum dikuasai peserta didik maupun tingkat kesulitan dari aspek kompetensi. Peserta didik sama-sama belum menguasai 16 aspek kompetensi Animalia, dengan 11 aspek kompetensi berkesulitan sukar dan 5 aspek kompetensi berkesulitan sukar sekali. Hal ini dikarenakan, nilai Mean Ability dan Difficulty item tes yang diperoleh berasal dari hasil olahan data pilihan jawaban peserta didik pada setiap item tes, sehingga sudah seharusnya jika sumber kesulitan belajar peserta didik yang teridentifikasi pada kedua pendekatan ini adalah sama.
Kesulitan belajar peserta didik berdasarkan jumlah peserta didik yang memilih pilihan jawaban benar disertai alasan yang benar menunjukkan hasil yang berbeda, baik dari segi aspek kompetensi yang belum dikuasai maupun tingkat kesulitan dari aspek kompetensi itu sendiri. Peserta didik belum menguasai hampir keseluruhan aspek kompetensi
151
Animalia dengan rata-rata tingkat kesulitan aspek kompetensi tersebut
adalah sukar sekali. Aspek kompetensi yang pada pendekatan pilihan jawaban benar dan nilai Mean Ability dan Difficulty item tes memiliki tingkat kesulitan sukar, pada pendekatan ini tingkat kesulitannya meningkat menjadi sukar sekali.
Pada pendekatan jumlah peserta didik yang memilih pilihan jawaban benar disertai alasan yang benar, alasan dari pilihan jawaban benarlah yang menentukan peserta didik menguasai suatu aspek kompetensi atau tidak. Alasan ini dapat menunjukkan pemahaman peserta didik terhadap suatu aspek kompetensi. Peserta didik yang paham dapat menjelaskan pilihan jawaban benarnya secara tepat (alasan benar), sedangkan peserta didik yang tidak paham adalah peserta didik yang tidak dapat menjelaskan pilihan jawaban benarnya secara tepat (alasan salah) atau tidak dapat menjelaskannya sama sekali (tanpa alasan).
Peserta didik yang alasannya salah, tidak semua alasannya benar-benar salah. Ada peserta didik yang alasannya salah karena hanya dapat menjelaskan sebagian alasan sehingga alasannya tidak sepenuhnya benar atau hanya dapat menjelaskan alasan dari pilihan-pilihan jawaban yang salah sehingga yang tersisa adalah pilihan jawaban yang benar, kemudian ia memilih pilihan jawaban yang benar namun tidak mengetahui alasan dari pilihan jawaban benarnya. Peserta didik yang memilih pilihan jawaban benar tanpa adanya alasan merupakan peserta didik yang hanya secara kebetulan menebak jawaban.
152 Kesulitan belajar peserta didik berdasarkan jumlah peserta didik yang memilih pilihan jawaban benar disertai alasan yang benar merupakan kesulitan belajar peserta didik yang sesungguhnya. Setiap aspek yang menjadi sumber kesulitan belajar pada pendekatan ini memanglah aspek yang benar-benar tidak dipahami peserta didik. Pada pendekatan pilihan jawaban benar serta nilai Mean Ability dan Difficulty item tes, aspek yang menjadi sumber kesulitan belajar peserta didik belum semuanya teridentifikasi. Kedua pendekatan ini hanya mengacu pada pilihan jawaban benar, sehingga bisa saja peserta didik yang kelihatannya bisa menjawab suatu aspek kompetensi ternyata sesungguhnya peserta didik tidak memahami aspek kompetensi.
2. Jenis Kesulitan Belajar
Selain aspek yang menjadi sumber kesulitan belajar peserta didik, peneliti juga mengidentifikasi jenis kesulitan belajar yang dialami peserta didik, apakah peserta didik memang tidak tahu konsep atau mengalami miskonsepsi. Hal ini penting dilakukan untuk menentukan cara penanganan yang tepat terhadap kesulitan belajar peserta didik. Penanganan peserta didik yang mengalami miskonsepsi dan tidak tahu konsep tentunya akan berbeda.
Identifikasi dilakukan dengan melihat alasan dari jawaban peserta didik pada setiap item tes yang menjadi sumber kesulitan belajar. Jenis kesulitan belajar peserta didik pada masing-masing item tes tersebut adalah:
153 Tabel 15. Jenis Kesulitan Belajar Peserta Didik pada Item Tes yang menjadi
Sumber Kesulitan Belajar
Item Indikator Jenis Kesulitan Keterangan
1 Menunjukkan ciri-ciri kingdom Animalia secara umum di antara ciri-ciri makhluk hidup yang disajikan
Tidak tahu konsep
Miskonsepsi
Hanya paham tentang konsep heterotrof sebagai ciri umum kingdom Animalia dan tidak tahu istilah motil sehingga hanya paham sebagian konsep
2 Mengkategorikan filum yang termasuk ke dalam sub kingdom Parazoa
Tidak tahu konsep
Miskonsepsi
Beranggapan bahwa ciri khas dari anggota sub kingdom Parazoa adalah yang memiliki jaringan sejati 3 Mencirikan hewan yang
termasuk triploblastik pseudoselomata
Tidak tahu konsep
Miskonsepsi
Beranggapan bahwa hewan triploblastik pseudoselomata bersimetri radial.
4 Mengidentifikasi penyusun kerangka tubuh spesies Porifera berdasarkan kelasnya
Tidak Tahu
Konsep -
5 Menjelaskan fungsi bagian
tubuh tertentu dari Porifera Tidak tahu konsep
Miskonsepsi
Beranggapan bahwa fungsi sel amoebosit pada Porifera layaknya kaki semu pada amoeba yaitu untuk menangkap makanan
6 Menerangkan bagian tubuh tertentu dari Porifera
Tidak Tahu
Konsep -
7 Membedakan tipe-tipe sistem aliran air pada Porifera
Tidak tahu konsep
Miskonsepsi
Hanya mengetahui ciri dari salah satu tipe sistem aliran air Porifera
sehingga hanya paham sebagian konsep
9 Mengkategorisasikan gambar hewan Coelenterata yang disajikan ke dalam kelasnya sesuai ciri-ciri yang tampak
Tidak tahu konsep
Miskonsepsi
Anak mengkategorikan gambar hewan Coelenterata dari nama spesiesnya, bukan dari ciri khas hewan Coelenterata tersebut
10 Menjelaskan fungsi bagian tubuh tertentu dari
Coelenterata
Tidak Tahu
Konsep -
11 Mengidentifikasi fase reproduksi generatif dari Aurelia sp.
Tidak tahu konsep
Miskonsepsi
Anak mengerti bahwa reproduksi generatif terjadi pada saat reproduksi seksual namun salah
menunjukkannya pada gambar 12 Menyimpulkan jenis
cacing tertentu yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia
Tidak tahu konsep
Miskonsepsi
Anak mengetahui jenis cacing pipih penyebab penyakit adalah cacing pita namun tidak mengetahui nama latinnya
13 Mengidentifikasi fase tertentu dari siklus hidup cacing pita
Tidak Tahu
Konsep -
14 Menyimpulkan jenis cacing tertentu yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia
Tidak Tahu
Konsep -
154 tertentu dari siklus hidup
Fasciola hepatica
Konsep 16 Menyimpulkan jenis
cacing tertentu yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia
Tidak Tahu
Konsep -
17 Mengenali marga dari hospes perantara penyebab penyakit Filariasis
Tidak Tahu
Konsep -
18 Menyimpulkan jenis Annelida yang tepat berdasarkan ciri-ciri yang disajikan
Tidak Tahu
Konsep -
19 Menjelaskan fungsi bagian tubuh tertentu dari
Annelida (cacing tanah)
- -
20 Mengenali spesies Annelida yang berguna dalam bidang pertanian
Tidak Tahu
Konsep -
21 Menerangkan alasan pemberian nama yang berbeda-beda pada Kerang
Tidak Tahu
Konsep -
22 Menunjukkan lapisan dari kerang mutiara yang dapat menghasilkan mutiara berdasarkan gambar yang disajikan
Tidak tahu konsep
Miskonsepsi
Anak mengerti bahwa untuk menghasilkan mutiara diperlukan bahan CaCO3, namun tidak mengetaui nama lapisan pembentuknya. 23 Mengkategorisasikan
gambar hewan Mollusca yang disajikan ke dalam kelasnya sesuai ciri-ciri yang tampak
Tidak Tahu Konsep
-
24 Menjelaskan fungsi bagian tubuh tertentu dari
Mollusca (bekicot)
Tidak Tahu
Konsep -
25 Mencirikan kelas-kelas dari filum Arthropoda dengan benar
Tidak Tahu
Konsep -
26 Menerangkan bagian tubuh tertentu dari Arthropoda (laba-laba)
Tidak tahu konsep
Miskonsepsi
Anak mengira bahwa tubuh laba-laba hanya terdiri atas kepala (cephal) dan abdomen saja
27 Mengkategorisasikan serangga ke dalam ordo tertentu sesuai dengan ciri-ciri yang disajikan
Tidak Tahu
Konsep -
28 Mengenali serangga yang mengalami metamorfosis sempurna
Tidak Tahu
Konsep -
29 Mengenali serangga yang mempunyai tipe mulut tertentu dari gambar yang disajikan
Tidak tahu konsep
Miskonsepsi
Anak hanya mengenali beberapa tipe mulut serangga sehingga hanya mengetahui sebagian konsep 30 Menjelaskan fungsi bagian
tubuh tertentu dari Arthropoda (laba-laba)
Tidak Tahu
155 31 Mengenali bagian tertentu
dari sistem ambulakral Echinodermata
Tidak Tahu
Konsep -
32 Mengenali spesies Echinodermata yang termasuk ke dalam kelas Ophiuroidea dari gambar yang disajikan
Tidak Tahu
Konsep -
33 Mengkategorisasikan hewan Echinodermata ke dalam kelasnya sesuai dengan ciri-ciri yang disajikan
Tidak Tahu
Konsep -
34 Mengidentifikasi ciri umum dari hewan
Chordata yang paling tepat
Tidak tahu konsep
Miskonsepsi
Beranggapan bahwa endoskeleton hewan Chordata hanya tersusun dari tulang keras padahal juga terdiri dari tulang rawan
35 Mencirikan kelas-kelas dari sub filum Vertebrata dengan benar
Tidak tahu konsep
Miskonsepsi
Anak hanya mengetahui sebagian ciri-ciri kelas sub filum Vertebrata sehingga hanya paham sebagian konsep
36 Mengenali hewan yang mempunyai fertilisasi internal dan perkembangan embrionya terjadi di dalam tubuhnya berdasarkan gambar yang disajikan
Tidak Tahu
Konsep -
37 Mengenali hewan yang termasuk poikiloterm
Tidak tahu konsep
Miskonsepsi
Anak mengetahui maksud dari hewan poikiloterm tetapi salah beranggapan bahwa ikan hiu yang sebenarnya pisces adalah mamalia sehingga mereka menggolongkannya ke dalam hewan homoioterm
38 Mengenali hewan-hewan yang termasuk ke dalam kelas Osteichthyes berdasarkan gambar yang disajikan
Tidak tahu konsep
Miskonsepsi
Beranggapan bahwa Osteichthyes adalah kelompok ikan yang hidup di air tawar 39 Mengkategorisasikan hewan tertentu (trenggiling) berdasarkan ciri-cirinya Tidak tahu konsep Miskonsepsi Mengkategorikan trenggiling ke dalam subkelas Squamata karena hewan tersebut bersisik dan memakan serangga padahal Squamata
merupakan ordo dari kelas reptilia 40 Menyimpulkan cara
perkembangbiakan hewan tertentu berdasarkan ciri khas dari kelas hewan tersebut
Tidak tahu konsep
Miskonsepsi
Anak mengetahui Monotremata adalah golongan mamalia namun beranggapan bahwa cara
perkembangbiakan mamalia selalu melahirkan (vivipar), padahal penyebutan mamalia adalah karena hewan tersebut mempunyai kelenjar susu
156 Peserta didik yang mengalami miskonsepsi adalah peserta didik yang hanya paham sebagian konsep atau yang mempunyai pengertian konsep yang salah. Dalam penanganannya, guru harus menyempurnakan konsep yang dipahami peserta didik dan memperbaiki konsep yang salah. Peserta didik yang tidak tahu konsep adalah peserta didik yang tidak dapat memberikan alasan pada jawaban yang ia pilih. Dalam penanganannya, guru harus menerangkan kembali konsep yang tidak diketahui peserta didik dari awal hingga akhir sampai peserta didik tersebut benar-benar memahami konsep.
3. Penyebab Kesulitan Belajar
Tes formatif yang berfungsi sebagai tes diagnostik yang dikembangkan terdiri dari tingkatan kognitif C1 (pengetahuan) dan C2 (pemahaman). Dalam taksonomi Bloom, tingkatan kognitif ini termasuk ke dalam taraf berpikir tingkat rendah (low order thinking). Namun, walaupun seperti itu, peserta didik yang diuji masih belum mampu untuk menguasai keseluruhan aspek kompetensi Animalia.
Kesulitan belajar peserta didik pada kompetensi Animalia tentunya disebabkan oleh banyak faktor. Faktor tersebut dapat berasal dari dalam maupun luar diri peserta didik. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Abu Ahmadi (2007: 78-93) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik adalah faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal berkaitan dengan fisik (sakit atau sebab cacat tubuh) dan psikologis (intelegensi, bakat, sikap, motivasi, minat) peserta didik, sedangkan faktor
157 eksternal meliputi faktor nonsosial (sarana prasarana) dan faktor sosial (keluarga, sekolah, masyarakat).
Peneliti mengkonfirmasi kedua faktor tersebut kepada guru Biologi SMA N 1 Banguntapan. Menurut beliau, di antara faktor-faktor intern yang paling berpengaruh terhadap kesulitan belajar peserta didik ketika mempelajari pokok bahasan Animalia adalah minat dan motivasi belajar.
“Pada awalnya peserta didik sangat tertarik mempelajari pokok bahasan Animalia karena membahas mengenai dunia hewan, dunia yang sangat dekat dengan peserta didik. Namun, mengetahui materi dunia hewan sangatlah luas, banyak menggunakan bahasa latin, dan menuntut peserta didik untuk menghafalkannya, peserta didik menjadi kesulitan dan merasa malas untuk mempelajarinya. Saya mencoba menerapkan metode Gallery
Learning dalam pembelajaran, yaitu semacam tugas proyek yang dikerjakan
secara berkelompok dengan masing-masing kelompok membuat proyek untuk satu sub konsep. Metode ini cukup efektif dalam meningkatkan antusiasme peserta didik dalam mempelajari pokok bahasan Animalia.”
Faktor minat dan motivasi belajar dalam mempelajari pokok bahasan
Animalia terutama dalam hal menghafalkan, akan sangat berpengaruh pada
pengerjaan soal tipe C1. Soal tipe C1 sendiri adalah soal yang mengharuskan peserta didik untuk menjawab pertanyaan berdasarkan hafalan. Jika peserta didik enggan untuk menghafalkan pokok bahasan
Animalia bagaimana mungkin peserta didik dapat menjawab soal tipe C1.
Apalagi soal tipe C2 yang syarat penguasaannya harus menguasai kemampuan C1 terlebih dahulu.
Metode Gallery Learning yang diterapkan guru dalam pembelajaran sangatlah bagus, metode ini dapat memaksa peserta didik untuk mempelajari pokok bahasan Animalia demi tugas proyek yang menjadi tanggungjawabnya. Namun peneliti menilai, kelemahan dari metode ini
158 adalah fokus belajar peserta didik yang hanya tertuju pada satu materi/ sub konsep Animalia saja yaitu sub konsep yang menjadi tanggungjawabnya, sehingga penguasaan materi/ sub konsep yang lain sangatlah kurang. Akibatnya peserta didik tidak dapat menguasai keseluruhan aspek kompetensi Animalia.
Untuk faktor ekstern, guru Biologi SMA N 1 Banguntapan menyebutkan, faktor ini sangat kecil pengaruhnya terhadap kesulitan belajar peserta didik pada pokok bahasan Animalia. Sarana dan prasarana sekolah seperti buku-buku Biologi dan media pembelajaran lengkap tersedia di perpustakaan dan laboratorium SMA N 1 Banguntapan. Sarana dan prasarana khususnya spesimen awetan, sering beliau gunakan dalam pembelajaran Animalia untuk menerangkan karakteristik hewan-hewan yang menjadi anggota kingdom tersebut.