Pengembangan Persamaan Alometrik Lokal
di Kabupaten Kapuas Hulu
Solichin Manuri
Indra Kumara
Dwi Kusharyono
i
Kata Pengantar
Sebagai salah satu kabupaten percontohan, KPH di Kapuas Hulu dipilih menjadi salah satu lokasi dimana akan dilakukan uji coba sekaligus implementasi kegiatan inventarisasi karbon dan hutan. Kegiatan pelatihan pengukuran dan penghitungan cadangan karbon telah dilakukan sebelumnya sebagai salah satu upaya peningkatan kapasitas bagi stakeholder di Kapuas Hulu. Lebih lanjut, implementasi di lapangan yang dilakukan melalui kolaborasi antara pihak GIZ, DPMU dan Dishut selain bertujuan untuk peningkatan keakurasian pendugaan cadangan karbon juga menjadi salah satu sarana untuk transfer pengetahuan.
Kami bersyukur kegiatan pengembangan persamaan alometrik di Kapuas Hulu telah dilaksanakan dengan sukses dan membuahkan hasil yang bermanfaat. Persamaan alometrik lokal yang dikembangkan akan sangat berguna untuk pendugaan karbon hutan di Kabupaten Kapuas Hulu secara lebih akurat. Hal ini tentunya dapat meningkatkan kredibilitas informasi yang disampaikan kepada pihak publik maupun pihak donor.
Kami memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada seluruh tim lapangan maupun staf administrasi yang telah bekerja secara maksimal demi tercapainya tujuan kegiatan ini. Akhirnya atas nama Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kab. Kapuas Hulu, kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Kepala Biro Perencanaan beserta jajaran, pimpinan GIZ dan para tenaga ahlinya beserta tim, serta pihak-pihak yang telah berpartisipasi dan memberikan kontribusi serta berkarya dalam dinamika pembangunan kehutanan di Kab. Kapuas Hulu.
Putussibau, Agustus 2013
Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kab. Kapuas Hulu
Drs. H. HASAN M, M.Si Pembina Utama Muda NIP. 19571010 198203 1 034
i
Ucapan Terima Kasih
Kegiatan ini terlaksana melalui kerjasama antara Dishut Kapuas Hulu DPMU Kapuas Hulu dan GIZ Forclime. Dukungan finansial dari DPMU-KfW (kegiatan lapangan) dan GIZ Forclime TC2 (laboratorium) memungkinkan kegiatan ini terlaksana dan berbuah hasil. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada staf DPMU dan KPH Kapuas Hulu yang telah membantu kelancaran di lapangan, khususnya terkait dengan administrasi dan logistic di lapangan. Penulis juga berterima kasih kepada manajemen PT SMD karena diijinkannya pengambilan data di lapangan. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Agus dan Bapak Mulyono dari PT KRBB yang telah memberikan izin untuk penelitian di areal PT KRBB serta bantuan akomodasi, logistic dan transportasi selama di lapangan. Ucapkan terima kasih juga ditujukan kepada segenap anggota Saka Wanabhakti yang telah membantu kegiatan pengumpulan data di lapangan.
Keterlambatan penyusunan laporan akhir ini disebabkan karena terjadinya kesalahpahaman dengan pihak LIPI terkait dengan alamat pengiriman hasil. Alhamdulillah hasil identifikasi sampel herbarium dapat diterima walaupun terlambat.
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar ... i
Ucapan Terima Kasih... i
Daftar Gambar ... iii
Daftar Tabel ... iii
1. Pendahuluan ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan ... 2
1.3. Cakupan ... 2
2. Metodologi ... 3
2.1. Penentuan Lokasi Kegiatan ... 3
2.2. Pengumpulan Data ... 4
2.2.1. Bahan dan Alat yang Diperlukan ... 4
2.2.2. Prosedur Pelaksanaan ... 5
2.3. Analisa Data ... 12
2.3.1. Pemilihan persamaan terbaik ... 13
3. Hasil dan Pembahasan ... 14
3.1. Pelaksanaan di Lapangan ... 14 3.1.1. Pengumpulan data di PT SMD ... 14 3.1.2. Pengumpulan data di PT KRBB ... 15 3.2. Pohon Tebang ... 17 3.3. Berat Jenis ... 17 3.4. Persamaan Alometrik ... 18
3.5. Aplikasi di Kapuas Hulu ... 18
Kesimpulan ... 19
iii
Daftar Gambar
Gambar 1. Peta lokasi penelitian alometrik di Kapuas Hulu ... 3
Gambar 2. Kegiatan penebangan dan pembagian fraksi pohon ... 7
Gambar 3. Penimbangan dan pengukuran volume kayu ... 9
Gambar 4. Pengambilan sub-sample kayu... 11
Daftar Tabel
Tabel 1. Daftar jenis pohon sampel yang di tebang di PT SMD ... 14Tabel 2. Daftar jenis pohon yang ditebang di PT KRBB ... 16
Tabel 3. Daftar total pohon tebang berdasarkan suku ... 17
1
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Allometry merupakan evolusi morfologi makhluk hidup yang didasari atas hubungan antara
ukuran dari makhluk hidup tersebut dengan ukuran salah satu bagian makhluk hidup tersebut. Sedangkan persamaan alometrik yang digunakan untuk pendugaan kandungan biomasa atau karbon merupakan hubungan antara salah satu parameter pohon, misalnya diameter atau tinggi, dengan jumlah total biomasa atau karbon yang terkandung dalam pohon tersebut. Untuk menyusun persamaan alometrik lokal merupakan kegiatan yang memakan waktu dan biaya, serta dilakukan dengan metode destruktif atau dengan cara ditebang. Namun penggunaan persamaan alometrik lokal berdasarkan tipe hutan yang sesuai dapat meningkatkan keakurasian pendugaan biomasa.Cara menyusun tabel biomasa dengan metode destruktif, telah dijelaskan di beberapa literatur (Pearson, 2005; dan Ravindranath, 2008).Selain itu prosedur pengembangan allometrik biomasa pohon juga dijelaskan dalam SNI Pengukuran cadangan karbon (BSN, 2011).
Penting untuk mendapatkan persamaan alometrik lokal yang disusun dengan metode penebangan dan penimbangan langsung di tipe hutan yang sama. Hal ini dapat meningkatkan keakurasian dan mengurangi tingkat uncertainty. Sayangnya, belum banyak penelitian terkait dengan pengembangan persamaan allometrik di Indonesia, mengingat banyaknya tipe ekosistem dan keanekaragaman jenis pohon. Sebagai contoh, belum banyak persamaan alometrik yang disusun berdasarkan penelitian di hutan rawa gambut di Indonesia. Karena itu, penelitian yang dilakukan mengenai persamaan alometrik di hutan rawa gambut akan memberikan kontribusi yang besar di dalam peningkatan keakurasian pendugaan karbon di hutan rawa gambut Indonesia.
Persamaan alometrik yang paling akurat adalah yang berdasarkan spesies pohon.U ntuk di hutan tanaman atau di zona temperate, hal ini masih memungkinkan, mengingat jumlah jenis yang terbatas. Tetapi akan sangat sulit dan memerlukan waktu dan biaya yang besar jika diterapkan di wilayah tropis yang memiliki ribuan jenis pohon. Karena itu, beberapa pemilahan persamaan alometrik didasari atas kelompok jenis (Basuki dkk, 2009), kelompok hutan alam dan pioneer (Manuri dkk, 2011) atau tipe hutan.
2
1.2. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan persamaan alometrik untuk menduga biomassa pohon bagian atas permukaan tanah (above ground biomass-AGB) pada hutan dipterokarp dan hutan rawa gambut di kabupaten Kapuas Hulu. Persamaan yang dikembangkan selanjutnya akan berguna untuk menduga cadangan karbon di tingkat bentang alam secara akurat.
1.3. Cakupan
Kegiatan ini dimulai dari pengumpulan data di lapangan, melalui pemilihan pohon sampel, penebangan dan penimbangan pohon dan pengambilan sampel kayu dan daun. Selanjutnya sampel dibawa untuk uji laboratorium di Universitas Tanjung Pura. Terakhir dilakukan analisa data lapangan dan hasil analisa laboratorium untuk pengembangan persamaan alometrik untuk menduga biomassa.
3
2. Metodologi
2.1. Penentuan Lokasi Kegiatan
Kegiatan pengumpulan data biomassa pohon dilakukan di 2 tipe hutan di Kabupaten Kapuas Hulu, yaitu di areal hutan rawa gambut dan hutan tanah mineral. Kedua tipe hutan ini merupakan salah satu tipe hutan dominan di Kabupaten Kapuas Hulu. Pemilihan lokasi dilakukan berdasarkan tipe hutan dan ketersediaan akses terhadap pohon yang akan ditebang.
Gambar 1. Peta lokasi penelitian alometrik di Kapuas Hulu
Pihak DPMU / Disbunhut mendapatkan izin akses mendapatkan pohon model di wilayah IPK PT Sinar Mentari Dwiguna (PT SMD) yang berada di lahan gambut di kecamatan Putusibau Utara. Manager PT SMD (Bpk Satar) juga hadir dalam rapat persiapan pada tanggal 27 Juli. Lokasi areal PT SMD tidak jauh dari Putussibau, sehingga dapat ditempuh pulang pergi dari Putussibau. Pada awal bulan September 2012, pihak DPMU mendapatkan konfirmasi mengenai akses penelitian di PT KRBB yang merupakan kawasan hutan tanah mineral di kecamatan Silat Hulu.
"
)
"
)
PT. Karya Rekanan Bina Bersama
Kalis Hulu Kapuas Putussibau Utara Embaloh Hulu Bunut Hulu Batang Lupar Bika Silat Hulu Silat Hilir Semitau Badau Bunut Hilir Mentebah Suhaid Jongkong Empanang Embaloh Hilir Selimbau
Seberuang Hulu Gurung
Pengkadan
Boyan Tanjung Danau Sentarum
Puring Kencana
Putussibau Selatan
Copyright:© 2013 ESRI, NAVTEQ, DeLorme, Source: US National Park Service, Sources: Esri, GEBCO, NOAA, National Geographic, DeLorme, NAVTEQ, Geonames.org, and other contributors, Sources: Esri, DeLorme, USGS, NPS
114°0'0"E 114°0'0"E 113°30'0"E 113°30'0"E 113°0'0"E 113°0'0"E 112°30'0"E 112°30'0"E 112°0'0"E 112°0'0"E 111°30'0"E 111°30'0"E 1 °3 0 '0 "N 1 °3 0 '0 "N 1 °0 '0 "N 1 °0 '0 "N 0 °3 0 '0 "N 0 °3 0 '0 "N 0 °0 '0 " 0 °0 '0 "
¯
0 25 50 100KmPeta Lokasi Penelitian Allometrik Kapuas Hulu
Copyright:© 2013 ESRI, NAVTEQ, DeLorme, Source: US National Park Service, Sources: Esri, GEBCO, NOAA, National Geographic, DeLorme, NAVTEQ, Geonames.org, and other contributors, Sources: Esri,
115°0'0"E 115°0'0"E 110°0'0"E 110°0'0"E 105°0'0"E 105°0'0"E 5 °0 '0 "N 5 °0 '0 "N 0 °0 '0 " 0 °0 '0 " 5 °0 '0 "S 5 °0 '0 "S Legend " ) Plot_allometrik_kh Jalan negara krbb LahanGambut_2002_kalbar_FFI BatasKecamatan SungaiBesarDanau
4
2.2. Pengumpulan Data
2.2.1. Bahan dan Alat yang Diperlukan
Secara umum, kegiatan penyusunan alometrik dapat dikelompokkan ke dalam 4 kegiatan utama, yaitu:
1. Pengukuran plot untuk penentuan pohon tebang, 2. Penebangan pohon dan pemilahan bagian pohon 3. Penimbangan dan pengukuran
4. Pengambilan sampel 5. Analisa laboratorium
6. Pengembangan model alometrik.
1. Untuk pengukuran plot, alat yang diperlukan meliputi:
Meteran 50 m 2 unit
Alat ukur diameter pohon (phi band) sebanyak 1-2 unit
Parang untuk merintis dan membuat patok, 2 buah
Kompas 1 unit
GPS dengan error jarak horizontal maksimal 10m, 1 unit
2. Untuk penebangan dan pemilahan bagian pohon, alat dan bahan yang diperlukan
meliputi:
Chain saw, 1 unit
Bahan bakar dan oli untuk chainsaw, disesuaikan dengan volume pekerjaan
Parang, 2 – 4 unit
Gergaji, 2 unit
Terpal ukuran 1,5 m x 1,5 m sebanyak 2 buah;
Gunting stek
3. Untuk penimbangan berat basah dan pengukuran volume kayu, bahan dan alat yang
digunakan meliputi:
Timbangan gantung 25 kg, 50 kg dan 100 kg atau 200 kg
Tali webbing panjang 2 m, 5 m dan 10 m
Carrabiner/ cincin kait 2 buah
Karung
Phi band 2 buah
Meteran 1 buah
5
4. Untuk pengambilan sampel, bahan dan alat yang diperlukan meliputi:
Plastik sampel
Timbangan digital analitik dengan ketelitian 0,01gr atautimbangan digital 2000 gr
Spidol permanen
5. Untuk analisa laboratorium
Oven
Timbangan analitik
Gelas ukur
Wadah (bak) air
Keran air plastik
Amplop kertas A4 untuk tempat sampel serasah
6. Untuk penyusunan model
Komputer
Software Statistik atau Spread Sheet
2.2.2. Prosedur Pelaksanaan
Penentuan pohon dominan
Penentuan jenis pohon dominan dapat dilakukan dengan menganalisa indeks nilai penting dari data hasil inventarisasi keseluruhan.Jika data inventarisasi karbon hutan belum tersedia, penentuan jenis dominan dapat dilakukan melalui survey cepat yang dilakukan di lokasi rencana pengembangan persamaan alometrik.
Desain plot dapat disesuaikan dengan desain inventarisasi karbon hutan atau menggunakan metode analisis vegetasi yang relatif lebih cepat (Indrawan dan Soeryanegara, 2002).
Menurut Soerianegara dan Indrawan (2002), Indeks Nilai Penting (INP) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:
Kerapatan suatu jenis (K)
=
6
Frekuensi suatu jenis (F) =
Frekuensi relatif suatu jenis (FR) =
Dominansi suatu jenis (D) =
Dominansi realtif suatu spesies (DR) =
Indeks Nilai Penting (INP) = KR + FR + DR
Penghitungan INP dapat dilakukan pada tiap-tiap kelas pertumbuhan, sehingga dapat diketahui komposisi vegetasi pada berbagai kelas. Jenis dengan INP paling tinggi menjadi prioritas untuk dipilih sebagai pohon yang akan ditebang.
Selain keterwakilan jenis atau kelompok jenis, keterwakilan kelas diameter juga perlu diperhatikan untuk memilih pohon tebang dalam suatu tegakan. Pembagian kelas diameter dapat dibuat dengan selang diameter tiap 10 cm, atau berdasarkan tingkat pertumbuhannya: pancang (D< 10cm), tiang (10cm <D< 20cm), pohon kecil (20cm <D< 35cm) dan pohon besar (D> 35cm). Dari masing-masing kelas diameter diambil minimal 3 pohon yang akan dijadikan pohon contoh.
Perlu diperhatikan bahwa pohon besar memiliki kandungan karbon yang sangat besar, dan biasanya memiliki variasi yang besar pula antar pohon besar dengan diameter yang sama. Karena itu penting untuk mendapatkan pohon wakil dengan diameter besar, agar persamaan alometrik yang dibuat menjadi lebih akurat dan mewakili.
Pemilihan pohon tebang:
Kelas diameter 10 – 30 cm : 9 pohon Kelas diameter 30 – 50 cm : 10 pohon Kelas diametr 50 - 80 : 10 pohon Kelas diameter 80 – 100: 5 pohon Kelas diameter > 100 : 6 pohon
7
Penebangan pohon contoh dan pembagian fraksi pohon
Penebangan pohon dilakukan dengan memperhatikan keselamatan anggota regu serta dengan cara yang meminimalisir kerusakan yang terjadi. Sebaiknya jika terdapat pohon besar yang akan ditebang, perkirakan arah rebah dan luasan dampaknya. Lakukan penebangan dan pengukuran dari pohon-pohon yang kemungkinan akan tertimpa pohon besar tersebut. Sehingga dengan kerusakan minimal, diperoleh data yang lebih banyak.
Pengukuran tinggi total pohon dilakukan setelah pohon contoh rebah. Tinggi total merupakan panjang total pohon contoh yang telah rebah hingga ujung tajuk ditambah panjang tunggak yang tersisa di tanah. Pengukuran tinggi bebas cabang juga dilakukan dengan mengukur panjang batang mulai dari tunggak hingga percabangan pertama yang mempengaruhi diameter batang.
8
Pembagian fraksi pohon contoh dilakukan untuk memisahkan bagian-bagian biomasa batang, cabang, ranting, daun dan bagian pohon yang mati.Definisi batang, cabang, ranting dan daun sesuai dengan definisi dalam SNI Pengukuran cadangan karbon.Namun ditambahkan pengkelasan diameter batang, cabang dan ranting agar pengambilan sampel untuk analisa laboratorium lebih terwakili.
a) Batang merupakan bagian utama pohon yang menopang seluruh bagian pohon dan
menghubungkan antara akar dengan tajuk (sesuai SNI Pengukuraan Karbon). Batang termasuk tunggul hingga tinggi bebas cabang.
b) Cabang merupakan bagian dari pohon yang tumbuh dari batang (SNI Pengukuran Karbon).
Agar sampel yang diambil lebih mewakili, Cabang dipilah lagi ke dalam 3 kategori kelas diameter (Kettering dkk, 2001; Basuki dkk, 2009) yaitu:
- Cabang Kecil ( D<3,2 cm )
- Cabang Sedang ( 3,2 cm < D < 6,4 cm) - Cabang Besar (D > 6,4 cm)
c) Ranting merupakan bagian pohon yang tumbuh dari cabang (SNI Pengukuran Karbon).
Sama seperti Cabang, Ranting juga dikelompokkan ke dalam 3 kategori kelas diameter: - Ranting kecil ( D<3,2 cm )
- Ranting sedang ( 3,2 cm < D < 6,4 cm) - Ranting besar (D > 6,4 cm)
d) Daun merupakan bagian dari pohon yang berperan di dalam proses fotosintesis. Bagian
daun yang dipisahkan dari ranting termasuk tangkai daun. Perhatikan apakah jenis daun tunggal atau majemuk, untuk memastikan posisi tangkai daun yang harus dipetik.
e) Bunga dan buah juga dipisahkan jika cukup banyak atau memiliki berat jenis yang berbeda
dengan daun. Jika sedikit, bunga dan buah dapat digabungkan ke dalam daun.
f) Pada pohon besar sering dijumpai bagian pohon yang sudah mati. Biasanya dalam jumlah
yang cukup banyak. Bagian pohon mati ini dipisahkan tersendiri untuk diukur dan diambil sampelnya.
9
Penimbangan berat basah dan pengukuran volume
Semua fraksi sebelumnya telah dipisahkan ke dalam 11 kelompok: 1. Batang, 2. Cabang Kecil, 3. Cabang Besar, 4. Cabang Sedang, 5. Ranting Besar, 6. Ranting Sedang, 7. Ranting Kecil, 8. Daun, 9. Buah, 10. Bunga dan 11. Kayu Mati
10
Semua fraksi masing-masing ditimbang untuk mendapatkan berat basah total atau diukur volumenya. Untuk bagian batang, apabila timbangan tidak cukup untuk menimbang sekaligus, maka batang dibagi menjadi beberapa bagian sehingga cukup untuk ditimbang menggunakan timbangan yang tersedia. Jika pohon yang ditebang berukuran DBH lebih dari 50 cm atau merupakan jenis komersil, dilakukan pengukuran volume batang agar kayu komersi tersebut masih dapat dimanfaatkan.
Pengambilan dan penimbangan berat basah sub-sampel a) Batang
Sub-sampel fraksi batang diambil dengan cara memotong melintang batang sehinggga berbentuk cakram dengan ketebalan sekitar 3-5 cm. Jika terlalu besar, bisa dipotong lebih kecil menjadi ½, ¼, 1/8 dan seterusnya. Pastikan bagian empulur dan kuliat bagian luar terwakili secara proporsional.SNI Pengukuran Cadangan Karbon mensyaratkan minimal 250 gr sub-sampel yang diambil.Timbang sub-sampel dengan timbangan digital, catat lalu simpan sampel dalam plastik sampel untuk dibawa ke laboratorium.
b) Cabang
Lakukan prosedur yang sama dengan fraksi batang dari tiap-tiap kelas ukuran (Cabang Besar, Cabang Sedang dan Cabang Kecil).
c) Ranting
Timbang dan catat semua ranting berdasarkan kelas ukurannya. Sub-sampel ranting dari tiap-tiap kelas ukuran diambil minimal 250 gram, dengan mempertimbangkan keterwakilan ukuran ranting.
d) Daun
Timbang semua daun dan catat berat basahnya.Sub-sampel daun diambil dengan berat minimal 250gram.Jika penimbangan daun dalam satu pohon dilakukan pada tingkat kelembaban yang berbeda, maka sub-sampel perlu diambil pada setiap tingkat kelembaban.Hal ini dapat terjadi jika pengukuran dilanjutkan pada hari berikutnya yang berbeda tingkat kelembabanya (misal terjadi hujan atau panas matahari yang menerpa daun secara langsung).
11
Jika ada, timbang dan catat berat basah bunga dan buah.Jika cukup banyak, pisahkan buah dan bunga.Lalu ambil sampel dengan berat minimal 250 gram (jika memungkinkan).
Gambar 4. Pengambilan sub-sample kayu
Analisis berat kering di laboratorium a) Batang dan cabang
Contoh uji dari fraksi batang dan cabang atau diameter lebih dari 6,4 cm dikeringkan
dengan menggunakan oven pada suhu 70-80 0C selama 4 hari atau hingga mencapai berat
konstan.
b) Ranting, daun, bunga dan buah
Sampel dari fraksi ranting, daun, bunga dan buah atau sampel ddengan diameter kurang
dari 6,4 cm dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 70-80 0C selama 2 hari atau
12
Setelah sampel dikeringkan dalam oven, contoh uji didinginkan dulu dalam desikator atau didiamkan dalam oven selama beberapa jam.Kemudian sampel ditimbang dengan timbangan digital analitik dengan ketelitian minimal 2 desimal.
Analisa berat jenis kayu
Untuk fraksi-fraksi berukuran besar yang tidak dapat ditimbang langsung di lapangan, biasanya dilakukan pengukuran volume.Karena itu diperlukan analisa berat jenis kayu untuk mendapatkan berat kering total.Pengukuran berat jenis kayu dapat mengikuti metode yang sudah ada (Chave, 2005; Basuki dkk, 2009).Berat jenis diperoleh dari nilai berat kering sampel dibagi volume sampel tersaturasi.
- Rendam sampel kayu dalam air selama 48 jam. Untuk sampel kayu yang kecil, bisa dilakukan selama 24 jam. Bahkan sampel hasil dari bor kayu, perendaman cukup dilakukan selama ½ jam (Chave, 2005).
- Ukur volume sampel kayu dengan metode “water displacement” atau mengukur volume sampel dengan perpindahan masa air. Siapkan sebuah gelas ukur berisi air yang cukup untuk memasukkan sampel kayu ke dalamnya.Perubahan volume air merupakan volume sampel kayu. - Lakukan pengeringan dengan oven untuk mendapatkan berat kering,
Berat jenis dapat dihitung dengan menggunakan rumus: BJ = BK / V tersaturasi
Dimana BK adalah berat kering sampel setelah dioven (gr) dan V tersaturasi adalah volume sampel yang sudah direndam dalam air hingga tersaturasi.
Semua analisa sub-sampel dilakukan di laboratorium yang ada di Universitas Tanjung Pura Pontianak, yaitu di Laboratorium Fakultas Kehutanan dan Jurusan Tanah.
2.3. Analisa Data
Model atau persamaan alometrik biomasa yang biasa digunakan adalah dengan menerapkan diameter, tinggi dan berat jenis sebagai nilai penduga.Namun menggunakan diameter sebagai penduga tunggal, biasa digunakan karena relatif lebih mudah dikembangkan dan diterapkan.Di banyak kasus, sangat sulit melakukan pengukuran tinggi pohon pada hutan alam tropis secara akurat. Jika data input yang digunakan memiliki keakurasian yang rendah, maka pendugaan biomasa atau karbon secara total akan mengalami akumulasi bias yang besar. Karena itu, penentuan parameter atau penduga yang akan digunakan perlu disesuaikan dengan situasi yang ada.
13
Persamaan alometrik biomasa diperoleh dengan menghubungkan antara diameter pohon (DBH), Tinggi pohon (T) dan berat jenis pohon (BJ) sebagai penduga dengan total biomasa atas permukaan (AGB) seluruh bagian pohon contoh. Dalam laporan ini dikembangkan 2 jenis persamaan allometrik, yaitu:
Ln (AGB) = a + b*Ln(DBH) (Persamaan 1)
Ln (AGB) = a + b*Ln(DBH) + c*Ln(T) + d*Ln (BJ) (Persamaan 2)
Beberapa model matematika yang banyak digunakan untuk membuat persamaan alometrik biomasa antara lain: model linear, exponential, power function dan polinomial. SNI Pengukuran Cadangan Karbon menetapkan penggunaan DBH sebagai penduga dan memberikan ruang untuk memilih model matematika terbaik yang akan digunakan.
2.3.1. Pemilihan persamaan terbaik
Dengan menggunakan software spreadsheet (MS Excel) atau statistik lainnya.Model persamaan
terbaik biasanya dilihat dari nilai R2 dan R2 adjusted yang tinggi. Selain itu nilai RMSE dan
Akaike Information Criterion (AIC) yang rendah juga digunakan sebagai dasar pemilihan persamaan terbaik.
14
3. Hasil dan Pembahasan
3.1. Pelaksanaan di Lapangan
3.1.1. Pengumpulan data di PT SMD
Pelaksanaan pengumpulan data di PT SMD dilakukan pada tanggal 28 Juli – 8 Agustus 2012. Selama kegiatan pengumpulan data lapangan, pencarian tenaga kerja merupakan hal yang sangat penting dipersiapkan secara matang. Keterbatasan tenaga kerja di lokasi areal PT SMD mendorong pihak Disbunhut untuk mencari tenaga bantuan dari luar yaitu dari Saka Wanabhakti (6 orang) dan pemukiman transmigrasi di sekitar lokasi (4 orang).
Tenaga penebang sebanyak 1 orang dan chainsaw juga didatangkan dari luar areal PT SMD, sehingga bisa lebih fokus terhadap kegiatan pengumpulan data. Pada awalnya direncanakan untuk menyewa 2 tenaga penebang, namun karena kendala teknis, sebagian besar pekerjaan hanya dilakukan oleh 1 orang penebang.
Tabel 1. Daftar jenis pohon sampel yang di tebang di PT SMD
No Nama Lokal Nama Ilmiah Suku DBH
1 Resak Cotylelobium lanceolatum Craib Dipterocarpaceae 27
2 Resak Cotylelobium lanceolatum Craib Dipterocarpaceae 34
3 Medang Polyalthia sumatrana (Miq.) Kurz Annonaceae 13
4 Meranti Shorea balangeran Burck Dipterocarpaceae 117
5 Species 1 Palaquium dasyphyllum Pierre ex Dubard Sapotaceae 6.5
6 Species 2 Payena cf. Obscura Burck Sapotaceae 38
7 Species 3 Baccaurea bracteata Mull.Arg Phyllanthaceae 11.7
8 Species 4 Litsea resinosa Blume Lauraceae 15.4
9 Species 5 Dipterocarpus borneensis Slooten Dipterocarpaceae 20 10 Bintangur kunyit Mesua calophylloides (Ridl.) Kostern Clusiaceae 11.4 11 Species 7 Lithocarpus caudatifolius (Merr.) Kurz Fagaceae 9.5 12 Species 8 Lithocarpus caudatifolius (Merr.) Kurz Fagaceae 20.7
13 Sepetir Dialium patens Baker Fabaceae 46.5
14 Kelansau Dryobalanops rappa Becc. Dipterocarpaceae 57.4
15 Meranti sarang elang Shorea sp. Dipterocarpaceae 92
16 Kelansau Dryobalanops rappa Becc. Dipterocarpaceae 72
17 Sepetir Dialium patens Baker Fabaceae 31
18 Kelansau Dryobalanops rappa Becc. Dipterocarpaceae 72.5
19 Bintangur kunyit Mesua calophylloides (Ridl.) Kostern Clusiaceae 23.4
15
Pemilihan pohon tebang dilakukan secara langsung di lapangan dengan berdasarkan keterwakilan diameter setinggi dada, dominansinya serta kenormalan batang dan tajuk pohon. Pohon dengan batang normal dan tajuk yang sehat merupakan pohon contoh yang sangat baik untuk mewakili populasi pohon yang ada. Pohon dengan tajuk yang cacat akibat penebangan sebelumnya, tidak dapat digunakan sebagai pohon contoh, karena total biomasanya telah berkurang.
Penebangan pohon besar dilakukan dengan menerapkan kaidah keselamatan yang berlaku. Arah tebang sebaiknya diarahkan ke tempat yang lebih kering, untuk menghindari sebagian cabang atau tajuk pohon besar terbenam ke tanah gambut. Pohon ditebang satu per satu untuk dipilah-pilah serta diukur atau ditimbang berat basahnya. Pohon yang ditebang, selanjutnya dipilah-pilah ke dalam bagian batang, cabang, ranting dan daun. Semua pohon dengan DBH lebih dari 15 cm, batang utama tidak ditimbang tetapi cukup diukur volume totalnya. Semua bagian pohon lainnya selanjutnya ditimbang. Sampel tiap bagian dikumpulkan dan diberi label. Jenis-jenis pohon yang tidak diketahui namanya, diambil sampel herbarium untuk dikirim ke LIPI Bogor untuk diidentifikasi nama ilmiahnya.
3.1.2. Pengumpulan data di PT KRBB
Pengukuran dilakukan pada blok tebangan PT. KRBB dengan melakukan penebangan pada 30 pohon pada kelas diameter dan jenis yang berbeda. Pengukuran dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2012-04 November 2012.
Adapun pembagian tugas pada pelaksanaan pengukuran sebagai berikut :
a. 2 orang chainsaw man
b. 2 orang pengukur diameter pada fraksi batang
c. 2 orang pemotong cabang dan ranting kecil
d. 5 orang penimbang ranting dan daun
e. 2 orang penimbang seksi batang dan cabang
f. 2 orang pencatat dan pengambilan sub sampel
Pengambilan sub sampel biomassa dilakukan pada setiap fraksi pohon dan selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk dilakukan uji laboratorium. Laboratorium yang digunakan adalah
16
laboratorium Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak dan untuk Herbarium dilakukan pengujian di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesi (LIPI).
Tabel 2. Daftar jenis pohon yang ditebang di PT KRBB
No Nama Lokal Nma Ilmiah Suku DBH
1 Meranti Merah Shorea scabrida Symington Dipterocarpaceae 33
2 Nyatoh Palaquium ridleyi King & Gamble Sapotaceae 14
3 Medang Lauraceae 18.3
4 Meranti Merah Shorea scabrida Symington Dipterocarpaceae 68.8
5 Nyatoh Asam Palaquium sumatranum Burck Sapotaceae 37
6 Ketugan Kokoona ochracea Merr. Celastraceae 77
7 Durian Burung Durio lanceolatus Mast. Bombaceae 97
8 Resak Anisoptera sp. ? Dipterocarpaceae 110
9 Keruing Dipterocarpus stellatus Vesque Dipterocarpaceae 45
10 Medang Mussaendopsis beccariana Baill. Rubiaceae 43
11 Jambu utan Syzygium sp. Myrtaceae 23
12 Tuba Barringtonia lanceolata (Ridl.) Payens Lecythidacae 29
13 Kapur Dryobalanops beccarii Dyer Dipterocarpaceae 126
14 Melapi Shorea virescens Parijs Dipterocarpaceae 172
15 Mersawa Anisoptera laevis Ridl. Dipterocarpaceae 76
16 Asam Anacardiaceae 40.6
17 Jambu-jambu Blumeodendron tokbrai (Blume) Kurz Euphorbiaceae 59.7 18 Meranti Merah Shorea scabrida Symington Dipterocarpaceae 55.7 19 Jengkelu rambin Shorea quadrinervis Slooten Dipterocarpaceae 83.3 20 Gerunggang Cratoxylum arborescens (Vahl.) Blume Clusiaceae 67
21 Kempas Kokoona ochracea Merr. Celastraceae 52
22 Mengerawan Shorea pauciflora King Dipterocarpaceae 91
23 Benuang laki Duabanga moluccana Blume Lythraceae 21.2
24 Kumpang Diospyros pyrrhocarpa Miq. Ebenaceae 19.2
25 Medang Stemonurus scorpioides Becc. Icacinaceae 26
26 Lenai Mallotus paniculatus Muell.Arg. Euphorbiaceae 24
27 Meranti Merah Shorea johorensis Foxw. Dipterocarpaceae 22
28 Tuba buah Diospyros sp. Ebenaceae 31.5
29 Medang putih Xanthophyllum affine Miq. Polygalaceae 17.2
17
3.2. Pohon Tebang
Total jumlah pohon yang ditebang adalah 50 pohon dengan kisaran DBH antara 6.5 cm hingga 172 cm. Sebanyak 20 pohon berasal dari PT SMD dan 30 pohon dari PT KRBB. Pohon tebang terdiri dari 38 jenis dari 19 suku. Sebagian besar pohon tebang merupakan suku dipterokarp (40%) yang mendominasi areal hutan penelitian. Suku lainnya yang paling banyak adalah suku Clusiaceae dan Sapotaceae (masing masing sebesar 8%). Pohn tebang dari suku dipterokarp juga memiliki diameter terbesar yaitu 172 cm. Suku lainnya yang memiliki diameter di atas 60 cm adalah Bombaceae, Celastecea dan Clusiaceae. Kisaran tinggi pohon yang ditebang antara 12 meter hingga 75 meter.
Tabel 3. Daftar total pohon tebang berdasarkan suku
Suku Jumlah
Pohon
DBH min (cm) DBH Max (cm) Tinggi Min (m) Tinggi Max (m)
Anacardiaceae 1 40.6 40.6 26.2 26.2 Annonaceae 1 13 13 18.5 18.5 Bombaceae 1 97 97 47.1 47.1 Celastraceae 2 52 77 37.8 38.2 Clusiaceae 4 11.4 67 14.45 30.2 Dipterocarpaceae 20 20 172 16.4 75 Ebenaceae 2 19.2 31.5 16.8 19.8 Euphorbiaceae 2 24 59.7 19.9 33.4 Fabaceae 2 31 46.5 27.1 31.14 Fagaceae 2 9.5 20.7 13.7 22.58 Icacinaceae 1 26 26 15.6 15.6 Lauraceae 2 15.4 18.3 12.96 22.05 Lecythidacae 1 29 29 21.8 21.8 Lythraceae 1 21.2 21.2 17.5 17.5 Myrtaceae 1 23 23 22.4 22.4 Phyllanthaceae 1 11.7 11.7 22.44 22.44 Polygalaceae 1 17.2 17.2 14.3 14.3 Rubiaceae 1 43 43 32.1 32.1 Sapotaceae 4 6.5 38 12.04 33.21 Grand Total 50 6.5 172 12.04 75
3.3. Berat Jenis
Berdasarkan hasil analisa laboratorium, berat jenis rata-rata pohon tebang adalah 0,64 gr/cm3 dengan kisaran antara 0,32 – 1,37 gr/cm3. Sedangkan berdasarkan data base berat jenis global, rata-rata berat jenis pohon tebang adalah 0,58 dengan kisaran antara 0,29 hingga 1,15 gr/cm3.
18
3.4. Persamaan Alometrik
Dari data yang dikumpulkan di 2 tipe hutan, dikembangkan 4 persamaan alometrik biomassa pohon (AGB). Persamaan 1 dikembangkan untuk mengakomodir perhitungan biomassa pohon dengan menggunakan DBH saja sebagai predictor. Sedangkan persamaan 2 digunakan jika data survey hutan yang dilakukan cukup lengkap mencakup data DBH, nama ilmiah jenis pohon dan tinggi total pohon.
Tabel 4. Persamaan alometrik yang dikembangkan
Persamaan 1 : Ln (AGB) = a + b*Ln(DBH)
Tipe Hutan a b R2 R2 adj RMSE AIC CF
1 Hutan Tanah Mineral -1,9812 2,4773 0,953 0,952 0,371 30,536 1,0713 2 Hutan Rawa Gambut -1,7767 2,4551 0,985 0,984 0,249 6,636 1,0316
Persamaan 2 : Ln (AGB) = a + b*Ln(DBH) + c*Ln(T) + d*Ln (BJ)
Tipe Hutan a b c d R2 R2 adj RMSE AIC CF
3 Hutan Tanah Mineral -1,4292 2,0979 0,4064 1,0182 0,987 0,987 0,191 -8,813 1,0184 4 Hutan Rawa Gambut -3,0254 1,7961 1,2292 0,9170 0,991 0,991 0,186 -5,014 1.0175
Semua persamaan yang dikembangkan memiliki R square lebih besar dari 0.95. Yang artinya lebih dari 95% data biomassa pohon memiliki keterkaitan dengan variable penduga. Persamaan yang dikembangkan dari data pohon hutan rawa gambut memiliki korelasi yang lebih baik dibandingkan dengan yang di hutan tanah mineral. Selain itu, persamaan yang menggunakan DBH, tinggi dan berat jenis pohon memiliki tingkat keakurasian yang lebih baik dibandingkan persamaan yang hanya menggunakan DBH sebagai variable penduga.
3.5. Aplikasi di Kapuas Hulu
Persamaan yang dikembangkan dapat digunakan untuk penghitungan biomassa di hutan lahan gambut dan tanah mineral. Khususnya di wilayah KPH Kapuas Hulu, persamaan ini dapat digunakan sebagai salah satu persamaan alometrik local yang dikembangkan di Kapuas Hulu. Namun untuk hutan pegunungan yang cukup banyak di bagian Utara dan Timur kabupaten Kapuas Hulu, perlu digunakan secara berhati-hati. Mengingat persamaan hutan tanah mineral dikembangkan berdasarkan data-data dari hutan dipterokarp dataran rendah hingga ketinggian 700 mdpl.
19
Ke 4 persamaan yang telah dikembangkan dapat digunakan sesuai dengan kondisi ketersediaan data inventarisasi. Untuk data IHMB, persamaan no 1 dan 2 dapat digunakan, karena hanya menggunakan DBH sebagai predictor.
Kesimpulan
Persamaan alometrik untuk pendugaan biomassa pohon telah dikembangkan secara lokal di Kabupaten Kapuas Hulu, khususnya untuk hutan rawa gambut dan hutan tanah mineral. Persamaan ini dapat berkontribusi terhadap keakurasian pendugaan cadangan karbon dan emisi dari sektor lahan dan kehutanan, khususnya di kawasan KPH dimana kegiatan
Demonstration Activity (DA) dilaksanakan. Melalui pengintegrasian antara persamaan alometrik
local dan data inventarisasi hutan dan karbon yang diukur langsung di lapangan, Kabupaten Kapuas Hulu dapat mengklaim bahwa pengukuran cadangan karbon yang dilakukan didasari pada metode Tier 3 yang memiliki tingkat keakurasian yang tinggi.
20
Referensi
Badan Standarisasi Nasional. 2011.Metodologi Pendugaan Cadangan Karbon Pengukuran dan penghitungan cadangankarbon –Pengukuran lapangan untuk penaksirancadangan karbon hutan(ground based forest carbon accounting). Standard National Indonesia No SNI 7724:2011.
Badan Standarisasi Nasional. 2011.Metodologi Pendugaan Cadangan Karbon Pengukuran dan penghitungan cadangankarbon –Pengembangan persamaan alometrik. Standard National Indonesia No SNI 7725:2011.
Basuki, T.M., van Laake, P.E., Skidmore, A.K. and Hussin, Y.A. (2009). Allometric equations for estimating the above-ground biomass in tropical lowland Dipterocarp forests. Journal of Forest Management and Ecology.
Manuri.S., C.A.S.Putra dan A.D. Saputra. 2011. Tehnik Pendugaan Cadangan Karbon Hutan. Merang REDD Pilot Project.German International Cooperation – GIZ. Palembang Ravindranath N. H.and M. Ostwald. 2008. Carbon Inventory Methods: handbook for
21
Lampiran 1. Hasil identifikasi jenis pohon
Cibinong, Desember 2012 Nomor : /IPH.1.02/If.8/XII/2012
Lampiran : -
Perihal : Hasil identifikasi/determinasi Tumbuhan
Kepada Yth.
Bpk./Ibu/Sdr(i). Erik Somala
Dengan hormat,
Bersama ini kami sampaikan hasil identifikasi/determinasi tumbuhan yang Saudara kirimkan ke “Herbarium Bogoriense”, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor, adalah sebagai berikut :
No. No. Kol. Jenis Suku
1 K 33 Duabanga moluccana Blume Lythraceae
2 K 9 Dipterocarpus stellatus Vesque Dipterocarpaceae
3 K 13 Dryobalanops beccarii Dyer Dipterocarpaceae
4 K 15 Anisoptera laevis Ridl. Dipterocarpaceae
5 K 8 Anisoptera sp. Dipterocarpaceae
6 K 19 Shorea quadrinervis Slooten Dipterocarpaceae
7 K 27 Shorea johorensis Foxw. Dipterocarpaceae
8 K 22 Shorea pauciflora King Dipterocarpaceae
9 K 14 Shorea virescens Parijs Dipterocarpaceae
10 K 1 Shorea scabrida Symington Dipterocarpaceae
11 K 4 Shorea scabrida Symington Dipterocarpaceae
12 K 26 Mallotus paniculatus Muell.Arg. Euphorbiaceae
13 K 7 Durio lanceolatus Mast. Bombacaceae
14 K 21 Kokoona ochracea Merr. Celastraceae
15 K 6 Kokoona ochracea Merr. Celastraceae
16 K Cratoxylum arborescens (Vahl.) Blume Clusiaceae
17 K 30 Prunus arborea (Blume) Kalkman Rosaceae
18 K 11 Syzygium sp. Myrtaceae
22
20 K 17 Blumeodendron tokbrai (Blume) Kurz Euphorbiaceae
21 K 13 Stemonurus scorpioides Becc. Icacinaceae
22 K 12 Barringtonia lanceolata (Ridl.) Payens Lecythidaceae
23 K 28 Diospyros sp. Ebenaceae
24 K 29 Diospyros pyrrhocarpa Miq. Ebenaceae
25 K 5 Palaquium sumatranum Burck Sapotaceae
26 K 2 Palaquium ridleyi King & Gamble Sapotaceae
27 K 10 Mussaendopsis beccariana Baill. Rubiaceae
Demikian, semoga berguna bagi Saudara.
Kepala Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI,
Dr. Joeni Setijo Rahajoe