• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cisarua, Cibinong dan Darmaga di Bogor (Prajnanta, 2004). II. TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Cisarua, Cibinong dan Darmaga di Bogor (Prajnanta, 2004). II. TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Asal-Usul dan Penyebaran Melon Menurut asal-usulnya, konon tanaman melon berasal dari daerah Mediterania yang merupakan perbatasan Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Secara khusus ada yang menyebutkan bahwa melon berasal dari lembah Persia (Syria). Tanaman ini kemudian menyebar secara luas ke Timur Tengah dan merambah ke Eropa (Denmark, Belanda, Jerman). Dari Eropa, melon dibawa ke Amerika pada abad ke-14 dan ditanam secara luas di daerah Colorado, California dan Texas. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala penjuru dunia, terutama pada daerah tropis dan subtropis mulai dari Jepang, Cina, Taiwan, Korea, Australia, hingga berkembang di Indonesia.

Sebelum tahun 1980, buah melon hadir di Indonesia sebagai buah impor yang dikonsumsi oleh kalangan atas terutama tenaga-tenaga ahli asing yang tinggal di Indonesia. Peraturan pemerintah yang membatasi peredaran buah impor di Indonesia pada saat itu menyebabkan pengusaha agribisnis membudidayakan buah melon di Indonesia. Melon mulai dikembangkan di Indonesia pada tahun 1980-an di daerah Cisarua-Bogor dan Kalianda-Lampung oleh PT Jaka Utama Lampung. Perusahaan agribisnis ini mencoba menanam berbagai varietas melon dari Amerika, Taiwan, Jepang, Cina, Perancis, Denmark, Belanda dan Jerman, bahkan mereka mendatangkan tenaga ahli dari Taiwan untuk membantu teknis budidayanya. Tidak mengherankan bila kemudian varietas melon yang terkenal di Indonesia adalah varietas melon dari Taiwan.

Perkembangan selanjutnya daerah sentra melon saat itu di wilayah Bogor yaitu di daerah Cisarua, Cibinong dan Darmaga. Dari Bogor kemudian petani mengembangkan penanamannya ke wilayah Sukabumi, yaitu di daerah Cicurug dan Jampang. Sejak PT Jaka Utama Lampung bubar maka tenaga kerjanya, yang sebagian besar berasal dari daerah Ngawi-Jawa Timur, berusaha menanam melon sendiri di daerah asalnya. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila melon kemudian berkembang di daerah Ngawi, Madiun, Ponorogo sampai wilayah Surakarta (Sragen, Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar dan Klaten), bahkan untuk saat ini daerah-daerah tersebut merupakan pemasok terbesar buah melon di Indonesia dan mengalahkan daerah asal melon pertama ditanam yaitu daerah

Cisarua, Cibinong dan Darmaga di Bogor (Prajnanta, 2004).

2. 2. Agronomi Tanaman Melon

Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman melon termasuk dalam keluarga labu-labuan (Cucurbitaceae) seperti halnya dengan blewah (Cucumis melo L.), semangka (Citrullus vulgaris Schard.), mentimun (Cucumis sativus L.), pare (Momordica

charantia L. Roxb.) dan waluh (Cucurbita moschata). Kedudukan tanaman melon dalam

sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Divisi : Spermatophyta 2) Sub-divisi : Angiospermae 3) Klas : Dicotyledonae 4) Sub-klas : Sympetalae 5) Ordo : Cucurbitales 6) Famili : Cucurbitaceae 7) Genus : Cucumis 8) Spesies : Cucumis melo L.

Gambar 1. Buah Melon. Sumber : Prajnanta, 2004

Melon termasuk tanaman semusim atau setahun (annual) yang bersifat menjalar atau merambat dengan perantaraan alat pemegang berbentuk pilin. Tanaman melon memiliki akar tunggang yang terdiri atas akar utama (primer) dan akar lateral (sekunder). Dari akar lateral keluar serabut-serabut akar (tersier). Panjang akar primer sampai pangkal batang berkisar 15 - 20 cm, sedangkan akar lateral menyebar sekitar 35 - 45 cm (Prajnanta, 2004)

Batang tanaman bisa mencapai ketinggian (panjang) antara 1,5 - 3,0 m, berbentuk segilima, lunak, berbuku-buku, sebagai tempat melekatnya tangkai daun. Helai daun berbentuk bundar bersudut lima dan berlekuk-lekuk, diameternya antara 8 - 15 cm dan letak antara satu daun dengan daun lainnya berselang-seling (Gillivary, 1961).

Dari ketiak-ketiak di antara batang dan tangkai daun muncul tunas atau cabang dalam jumlah cukup banyak, hingga mencapai 20 tunas cabang. Bunga melon terdiri atas tiga

(2)

macam, yaitu bunga betina, jantan dan bunga sempurna. Penyerbukan bunga dilakukan dengan bantuan serangga lebah, dapat juga dibantu oleh tangan manusia (Rukmana, 1994).

Buah melon sangat bervariasi, baik bentuk, warna kulit, warna daging buah maupun berat atau bobotnya. Bentuk buah melon antara bulat, bulat oval sampai lonjong atau silindris. Warna kulit buah antara putih susu, putih-krem, hijau-krem, hijau kekuning-kuningan, hijau muda, kuning, kuning-muda, kuning jingga sampai kombinasi dari warna-warni tersebut, bahkan ada yang bergaris-garis, totol-totol, dan juga struktur kulit antara berjala (berjaring), semi berjala hingga tipis dan halus.

Daging buah melon berwarna jingga-tua hingga muda, kuning-jingga, hijau-muda, putih, putih-susu sampai putih kehijau-hijauan. Ketebalan daging buah antara agak tebal (sedang) sampai tebal dengan cita rasa manis beraroma harum yang khas. Kandungan kadar gulanya pada kisaran 10 - 16% dan berat buah antara 0,4 - 2,0 kg/butir. Umur buah dipanen antara 60 - 100 hari setelah pindah tanam, tergantung varietasnya (Rukmana, 1994).

2. 3. Tipe dan Varietas Melon

Varietas melon yang beredar di pasaran saat ini sangat beragam yang pada dasarnya merupakan varietas melon hibrida introduksi dari Taiwan, Thailand, Korea, Jerman, Denmark dan Belanda (Prajnanta, 2004).

Berdasarkan penampilan kulit buahnya, melon digolongkan menjadi melon tipe berjaring (netted melon) dan tipe tanpa jaring (winter melon). Dari kedua tipe tersebut,

netted melon bernilai ekonomi lebih tinggi

(Edmond, et al, 1957)

Tipe melon berjaring (netted melon) mempunyai ciri-ciri kulit buahnya tebal, keras dan kasar, berjaring dan tahan lama. Tipe

netted melon terdiri dari dua tipe yaitu musk

melon (Cucumis melo var. reticulatus) dan canteloupe (Cucumis melo var. cantelupensis). Tipe musk melon ini paling banyak ditanam di Indonesia, contohnya varietas Sky Rocket, Action, Aroma, Sweet Star, Select Rocket dan Emerald Sweet. Sedangkan tipe cantaloupe kurang digemari konsumen, sehingga telah hilang dari pasaran. Varietas yang masih bertahan saat ini adalah varietas New Century yang berbentuk lonjong.

Tipe melon tanpa jaring (winter melon) berkulit buah halus dan mengkilap. Contoh tipe winter melon adalah casaba melon

(Cucumis melo var. inodorous). Contoh melon dalam tipe ini adalah varietas Honey Dew, Honey World, Sun dan Super Salmon.

Selain tipe netted dan winter melon, terdapat pula tipe yang kulitnya semi berjaring (semi-netted melon). Varietas Jade Dew dan Ten-Me merupakan contoh melon tipe semi berjaring, tetapi mempunyai penampilan agak mirip winter melon (Prajnanta, 2004).

Gambar 2. Berbagai tipe Buah Melon. Sumber : Rukmana, 1994

Variasi dalam bentuk, ukuran, rasa dan aroma buah melon tergantung dari varietasnya (Tjahjadi, 1994). Meskipun varietas melon hibrida jumlahnya banyak dan dari waktu ke waktu bertambah terus, tetapi jenis atau varietas yang berkembang di lapangan masih relatif sedikit. Tanaman melon yang banyak diusahakan sebagai penghasil buah komersial di Indonesia adalah varietas Sky Rocket yang termasuk tipe netted melon. Ciri-cirinya mempunyai kulit buah keras, kasar, berurat, bergambar seperti jala (net) dan tahan lama dengan umur panen antara 60 – 80 hari sejak berbunga (Sarwono, 1990). Varietas lain yang mulai banyak ditanam para petani di berbagai daerah adalah : Jade Dew, Ten-Me, Sun, Honey World dan New Century.

2. 4. Teknik Budidaya Tanaman Melon 2. 4. 1. Penyiapan Lahan

Penyiapan lahan untuk tanaman melon disesuaikan dengan sistem tanam yang dipilih, yaitu sistem lanjaran dan dijalarkan di permukaan tanah. Pada sistem tanam lanjaran, lahan untuk kebun melon tanahnya diolah (dibajak) sampai berstruktur remah, kemudian dibuatkan bedengan-bedengan selebar 110 - 120 cm, tinggi 40 - 50 cm, selokan atau jarak antar bedengan 60 - 70 cm dan panjang bedengan sebaiknya tidak lebih dari 12 m untuk mempermudah pengelolaan (pemeliharaan) tanaman melon.

Penyiapan lahan untuk bertanam melon selain dengan cara biasa (konvensional) berupa bedengan-bedengan terbuka, juga dapat menerapkan sistem mulsa plastik. Jenis

(3)

mulsa plastik ini berwarna hitam perak, sehingga popular disebut Mulsa Plastik Hitam Perak (Rukmana, 1994).

2. 4. 2. Penyiapan Benih dan Pembibitan Bersamaan dengan kegiatan penyiapan lahan, dilakukan penyiapan benih melon dan pembibitannya. Untuk lahan seluas satu hektar diperlukan benih melon sekitar 200 - 500 gram bila populasinya kurang lebih 12.000 tanaman atau tergantung jenis melonnya. Benih ini disemaikan dulu dalam polybag kecil ukuran 8 x 10 cm hingga bibitnya berdaun 2 - 3 helai (Rukmana, 1994).

2. 4. 3. Penanaman

Bibit melon dapat dipindah tanamkan dari persemaian ke kebun pada umur 12 - 14 hari setelah semai benih, yakni telah berdaun 2 - 3 helai. Waktu tanam yang paling ideal adalah pagi atau sore hari, agar bibit tidak layu akibat pengaruh terik matahari dan suhu udara tinggi.

Gambar 3. Bibit Melon Siap Tanam. Sumber : Prajnanta, 2004. 2. 4. 4. Pemeliharaan Tanaman

Khusus pada sistem tanam yang dirambatkan, seawal mungkin dilakukan pemasangan lanjaran (turus) dari bilah bambu. Ukuran panjang lanjaran 175 - 200 cm dan lebar 3 - 4 cm, dipasang berjajar dekat batang tanaman melon, sehingga membentuk segitiga. Antara satu turus dengan turus yang lainnya dihubungkan dengan gelagar arah mendatar dan diikatkan tali rafia cukup kuat.

Pengairan dilakukan secara rutin pagi atau sore hari, terutama pada fase awal pertumbuhan, baik dengan cara dileb (digenangi) maupun disiram. Menjelang pembentukan jaring pada kulit buah melon tipe berjala, penyiraman dihentikan selama 1 minggu. Setelah jaringan jala mencapai sekitar 60% terbentuk, tanaman disiram lagi secukupnya. Hal ini bertujuan agar pembentukan jaring buah dapat sempurna dan merata.

Tanaman melon yang ditanam dengan sistem dijalarkan di permukaan tanah, setelah

tumbuh memanjang sebaiknya diatur merambat membentuk siku-siku dengan barisan tanaman. Khusus pada pertanaman melon yang ditanam dengan sistem dijalarkan di permukaan tanah, perlu penutupan serasah atau jerami seawal mungkin, terutama untuk melindungi buah agar tidak terkena tanah.

Penyerbukan bunga dilakukan bila tidak ada serangga lebah ataupun keadaan cuaca kurang baik (suhu udara terlalu rendah). Tata cara penyerbukannya adalah dengan mengoleskan serbuk sari dari bunga jantan kepada kepala putik dengan alat bantu kuas gambar (Rukmana, 1994).

2. 4. 5. Panen dan Pascapanen

Kematangan buah melon siap dipanen sangat tergantung pada varietasnya dan juga dipengaruhi keadaan iklim setempat. Beberapa varietas melon hibrida yang sudah banyak ditanam petani di berbagai daerah, umumnya dapat dipanen pada umur 75 - 100 hari setelah pindah tanam (hspt), atau kisaran 30 - 50 hari setelah berbunga (hsb).

Ciri-ciri umum buah melon siap panen antara lain beraroma harum, warna kulit kekuning-kuningan, tangkai buahnya retak dan garis pemisah antara tangkai dan buahnya tampak jelas. Pada jenis melon yang buahnya berjaring, struktur jaringnya harus sudah penuh dan sempurna. Pemanenan yang terlalu dini akan menyebabkan kualitas buah yang rendah, yakni kadar gulanya belum maksimum sehingga rasanya kurang manis.

Panen melon dapat dilakukan sekaligus total, tetapi dapat pula secara bertahap, tergantung kematangan buah. Pada sistem pemeliharaan yang intensif, produksi melon hibrida berkisar antara 25 - 30 ton/hektar (sistem tanam lanjaran) atau 15 - 20 ton/hektar untuk sitem tanam dijalarkan di permukaan tanah.

Di pasar-pasar swalayan, kualitas atau mutu buah melon diklasifikasikan dalam tiga kelas mutu berdasarkan bobot (berat); yaitu M1 beratnya diatas 1,5 kg/buah, M2 antara 1,0 - 1,5 kg/buah dan M3 dibawah 1,0 kg/buah. Khusus pada jenis melon berjaring, klasifikasi tadi dilengkapi dengan kiteria struktur jaringnya merata, juga diisyaratkan dengan keseragaman buah, kemulusan, aromanya tajam dan tahan simpan (Prajnanta, 2004). 2. 5. Hama dan Penyakit

Umumnya, benih melon yang beredar bukanlah asli dari Indonesia sehingga belum beradaptasi secara luas dengan iklim Indonesia. Oleh sebab itu, melon sangat peka terhadap serangan hama dan penyakit.

(4)

Tanaman melon juga dikenal peka terhadap kekurangan unsur hara tertentu.

Jenis-jenis hama dan penyakit serta gejala kekurangan unsur hara yang biasa menyerang tanaman melon diuraikan pada tabel-tabel dibawah ini.

Tabel 2. Jenis hama yang menyerang tanaman melon.

Hama

Lalat Buah (Bactrocera cucurbitae Coquilett)

Thrips (Thrips parvispinus Karny) Kutu Aphids (Aphis gossypii Glover) Kumbang Daun (Aulacophora femoralis Motschulsky)

Ulat perusak daun Hama pemotong bibit Tungau

Nematoda

Sumber : Prajnanta, 2004

Tabel 3. Jenis penyakit yang menyerang tanaman melon

Penyakit Layu bakteri (bacterial wilt) Embun bulu (downy mildew)

Busuk pangkal batang (gummy stem blight) Busuk leher batang

Layu fusarium Kudis Antraknosa

Busuk cabang/tangkai Busuk buah

Bercak bakteri (angular leaf spot) Powdery mildew

Penyakit virus

Sumber : Prajnanta, 2004

Tabel 4. Defisiensi unsur hara pada tanaman melon

Defisiensi Unsur Hara Defisiensi unsur boron

Defisiensi unsur kalium Defisiensi unsur magnesium

Sumber : Prajnanta, 2004

2. 6. Manfaat dan Kandungan Gizi Buah Melon

Melon saat ini tidak hanya dikonsumsi sebagai buah segar saja. Selain sebagai buah meja, melon juga dihidangkan dalam bentuk jus. Berbagai produk makanan maupun minuman seperti sirup, permen dan susu menyajikan melon sebagai pilihan rasa.

Melon menjadi salah satu sumber energi karena mengandung kalori, lemak dan

karbohidrat yang cukup tinggi. Kandungan vitamin C pada melon akan mencegah terjadinya sariawan dan meningkatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit. Saat ini melon sering digunakan sebagai buah untuk terapi kesehatan. Melon mengandung zat adenosine, yaitu suatu zat antikoagulan yang berfungsi menghentikan penggumpalan keping sel darah. Apabila penggumpalan sel darah ini berlanjut dan tidak dihentikan akan menyebabkan timbulnya stroke/sakit jantung. Penelitian lain menyebutkan bahwa zat karotenoid pada melon cukup tinggi sehingga dapat mencegah penyakit kanker, terutama kanker paru-paru (Wirakusumah, 1995). Tabel 5. Kandungan gizi melon per 100 gram berat yang dapat dimakan

Kandungan Gizi Nilai Satuan Kalori (Energi) Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Fosfor Besi Vitamin A Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin C Niasin Serat Air 21,0 kal 0,6 g 0,1 g 5,1 g 15,0 mg 25,0 mg 0,5 mg 640,0 Sl 0,03 mg 0,02 mg 34,0 mg 0,8 g 0,3 g 93,5 g Sumber : Wirakusumah (1995)

2. 7. Produksi Melon di Indonesia

Konsumsi buah melon semakin meningkat seiring dengan pola makan penduduk Indonesia yang membutuhkan buah segar sebagai salah satu menu gizi sehari-hari. Melon yang awalnya hanya dikenal sebagai buah untuk konsumsi masyarakat golongan atas, sekarang sudah mulai dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat meskipun belum mampu menjangkau seluruh pelosok Indonesia.

Volume permintaan buah melon cukup tinggi, tetapi sering kali permintaan pasar domestik tidak terpenuhi karena keterbatasan produksi melon. Hal ini diakibatkan oleh masih sedikitnya daerah sentra-sentra penanaman melon di Indonesia. Daerah sentra penanaman melon saat ini hanya terdapat di daerah Jawa Timur (Ngawi, Madiun, Ponorogo, Gresik, Lamongan, Bojonegoro, Jember dan Banyuwangi selatan) seluas 1.500 hektar; Jawa Tengah (Semarang, Salatiga, Sragen, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar,

(5)

Klaten dan Magelang) seluas 500 hektar; Jawa Barat (Sukabumi dan Cisarua, Bogor) seluas 400 hektar, serta sisanya seluas 50 hektar tersebar di beberapa daerah seperti DIY, Lampung, Aceh, Medan dan Riau (Prajnanta, 2004).

2. 8. Kesesuaian Agroklimat Tanaman Melon

2. 8. 1. Suhu Udara

Melon dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah sub tropis dan tropis. Di daerah tropis secara umum berlaku bahwa suhu udara menurun 0.6 0C tiap kenaikan 100 mdpl.

Ketinggian tempat yang optimal untuk budidaya melon adalah 200 - 1000 mdpl. Pada ketinggian tempat tersebut semua tipe melon dapat ditanam. Namun, tanaman melon masih dapat berproduksi dengan baik pada ketinggian 0 - 200 mdpl untuk melon tipe musk melon dan pada ketinggian lebih dari 1000 mdpl untuk tipe cantaloupe dan casaba melon. Sedangkan pada ketinggian lebih dari 1500 mdpl tanaman melon tidak dapat berproduksi optimal.

Persyaratan kebutuhan iklim tanaman melon adalah sebagai berikut: suhu rata-rata berkisar antara 18 - 35 0C dan suhu yang optimum sekitar 22 - 30 0C (Djaenudin, et al, 2000)

Tabel 6. Tipe/varietas melon berdasarkan ketinggian tempat dan suhu.

Ketinggian Tempat (mdpl) Suhu Udara (0C) Tipe/Varietas Melon 0 – 200 200 – 600 650 – 1000 1000 – 2000 3000 ke atas 27.5 – 25.0 25.0 – 23.5 26.0 – 24.0 23.5 – 18.7 24.0 – 19.0 18.7 – 12.0 < 10 Musk Melon Musk Melon Oriental Sweet Melon Cantaloupe Melon Casaba Melon (Winter Melon) Cantaloupe, Casaba melon --- Sumber : Setiadi (1987)

Suhu udara yang sangat rendah menyebabkan : (a) pertumbuhan daun dan buah menurun; (b) pertambahan cabang tersier dan sekunder berkurang; (c) distribusi hasil fotosintesis dari tajuk akan terganggu; (d) respirasi menurun, dan (e) pembungaan dan terjadinya buah meningkat terutama oleh suhu

udara pada malam hari yang rendah (William dan Joseph, 1973).

Sementara itu keadaan suhu udara yang terlalu tinggi dapat menyebabkan tanaman layu, pada keadaan ekstrim dapat mati, karena laju kehilangan air (transpirasi) melebihi absorbsi air oleh akar. Juga akan mempengaruhi pembungaan dan pembuahan yaitu gagalnya penyerbukan bunga karena mengeringnya tepung sari (Thompson dan Kelly, 1957).

Tanaman melon memerlukan penyinaran matahari penuh selama pertumbuhannya. Lama penyinaran matahari yang diperlukan tanaman melon berkisar 10 - 12 jam sehari. Sinar matahari membantu proses pembentukan zat gula (pati) yang menyebabkan ukuran buah melon menjadi besar dan manis (Prajnanta, 2004)

2. 8. 2. Curah Hujan dan Kelembaban Udara

Tanaman melon memerlukan curah hujan antara 2000 - 3000 mm/tahun. Tanaman melon kurang bagus bila diusahakan di musim hujan. Hujan yang terus menerus akan menggugurkan calon buah yang sudah terbentuk. Curah hujan yang terlalu tinggi akan menyebabkan kelembaban tinggi di sekitar pertanaman dan akan merangsang perkembangbiakkan hama lalat buah dan berbagai penyakit terutama downy mildew dan kresek daun. Kelembaban udara ideal yang dibutuhkan tanaman melon sekitar 24 - 80%, namun pada kelembaban 90% melon masih dapat tumbuh baik dan sehat asalkan sirkulasi udara lancar (Tjahjadi, 1994).

2. 8. 3. Tanah

Pertumbuhan tanaman melon akan optimal apabila dibudidayakan pada tanah dengan kisaran pH 5.8 - 7.6, namun demikian tanaman melon masih dapat tumbuh dan berproduksi pada pH 5.0 - 8.2.

Sistem perakaran tanaman melon agak dangkal. Untuk menunjang pertumbuhan dan produksi tanaman melon, tanaman ini memerlukan tanah yang gembur, mempunyai lapisan olah yang tebal, geluh berpasir (porus/sarang) dan kaya bahan organik. Tanah yang gembur dan berpasir akan memudahkan akar tanaman melon berkembang dan sistem drainase menjadi lebih baik karena tanaman melon tidak menyukai tanah yang terlalu basah.

Berdasarkan fakta di lapangan, tanaman melon dapat ditanam pada berbagai jenis tanah terutama tanah andosol, latosol,

(6)

regosol dan grumosol, asalkan kekurangan dari sifat-sifat jenis tanah tersebut dapat dimanipulasi dengan pengapuran, penambahan bahan organik maupun pemupukan (Setiadi, 1987).

2. 9. Pewilayahan Tanaman dan Evaluasi Lahan

Pewilayahan tanaman merupakan salah satu metode evaluasi lahan yang mengidentifikasi lahan yang dapat digunakan untuk tanaman tertentu, sehingga dapat ditentukan kelas-kelas kesesuaian lahan terhadap tanaman dan diperoleh lahan yang potensial untuk pengembangan tanaman.

Evaluasi lahan merupakan bagian dari proses perencanaan tataguna tanah dan juga suatu proses dalam menduga potensi lahan tertentu baik untuk pertanian maupun non pertanian. Potensi suatu wilayah untuk suatu pengembangan pertanian pada dasarnya ditentukan oleh kecocokan antara sifat fisik lingkungan yang mencakup iklim, tanah, lereng, topografi dan persyaratan penggunaan lahan atau syarat tumbuh tanaman. Inti dari evaluasi kesesuaian lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh lahan yang digunakan. Dengan cara ini maka akan diketahui potensi lahan atau kelas kesesuaian untuk jenis penggunaan lahan tersebut (Khomarudin, 1998).

Kesesuaian lahan adalah kecocokan (adaptability) suatu lahan untuk tipe penggunaan lahan (jenis tanaman dan tingkat pengelolaan) tertentu. Penilaian kesesuian lahan dibedakan menurut tingkatannya yaitu, pada tingkat orde dan kelas. Pada tingkat orde kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S) dan yang tergolong tidak sesuai (N), sedangkan pada tingkat kelas, lahan yang tergolong sesuai (S) dibedakan menjadi tiga kelas. Pertama adalah lahan sangat sesuai (S1), merupakan kelas kesesuaian dimana lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti dan nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan dan tidak akan mereduksi produktivitas secara nyata. Kedua yaitu lahan sesuai (S2), merupakan kelas kesesuaian dimana lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini berpengaruh terhadap produktivitasnya, tetapi biasanya faktor pembatas tersebut mampu diatasi oleh petani itu sendiri. Ketiga adalah lahan sesuai marjinal (S3) merupakan kelas kesesuaian lahan dimana lahan mempunyai faktor

pembatas yang berat, memerlukan tambahan input yang lebih banyak daripada kelas S2. Untuk mengatasi faktor pembatasnya diperlukan modal yang tinggi. Ketiga kelas ini didasarkan pada faktor pembatas yang mempengaruhi kelanjutan penggunaan lahan (Irawan, 2007).

2. 10. Sistem Informasi Geografis

Ilmu geografi pada dasarnya mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan alam, yaitu mempelajari bumi yang mencakup bentuk dan pengembangannya, gejala-gejala yang terjadi di atasnya, tampakan vegetasi, hidrologi, lahan dan penggunaannya yang berkaitan dengan kehadiran dan kegiatan manusia dalam konteks keruangan, lingkungan dan wilayah. Oleh karena itu ilmu geografi erat sekali hubungannya dengan disiplin ilmu lain, baik sosial maupun ilmu pengetahuan alam (Purwadhi, 1999).

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografi., dengan konsep dasarnya yang merupakan suatu sistem terpadu yang mengorganisir perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan data, yang selanjutnya dapat mendayagunakan sistem penyimpanan, pengolahan maupun analisis data secara simultan, sehingga dapat diperoleh informasi yang berkaitan dengan aspek keruangan atau spasial (Widiyawati, 2005).

Gambar

Tabel 2. Jenis hama yang menyerang tanaman  melon.

Referensi

Dokumen terkait

Pasal 59 ayat (2) Jo Pasal 60 ayat (2) Undang-undang No.30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi yang menentukan bahwa jumlah hakim ad hoc melebihi jumlah

digunakan sebagai zat warna pada bahan pangan sedangkan sitrinin merupakan senyawa toksik yang tidak diharapkan keberadaannya sehingga proses degradasi yang terjadi pada

[r]

Namun apabila variabel self assessment system, sistem administrasi perpajakan modern, penagihan pajak, tarif pajak UMKM PP No 23 Tahun 2018 dan Account Representative diuji

Manometer adalah suatu alat pengukur tekanan yang menggunakan kolom cairanuntuk mengukur perbedaan tekanan antara suatu titik tertentu dengan tekanan

Hasil penelitian yang telah dilakukan di perairan Desa Berakit ditemukan dua jenis lamun yaitu lamun jenis Enhalus acoroides dan lamun jenis Holodule

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menghasilkan soal soal untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi yang valid dan praktis pada pokok bahasan barisan dan deret

Kunjungan pastoral TTSS ke jemaat-jemaat GMIT terdampak Siklon Seroja di Desa Pukuafu (Pulau Rote) dan di Pulau Ndao (sebelah barat dari Pulau Rote) pada 3–6 Juni