• Tidak ada hasil yang ditemukan

REAKTUALISASI KONSEP SAPRAH AMAL SEBAGAI SUMBER KEUANGAN PUBLIK ISLAM STUDI: SAPRAH AMAL DI MENDAWAI KOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REAKTUALISASI KONSEP SAPRAH AMAL SEBAGAI SUMBER KEUANGAN PUBLIK ISLAM STUDI: SAPRAH AMAL DI MENDAWAI KOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Syarifuddin., Sadikin, Ali., dan Nordin / Jurnal Al-Qardh, Vol. 1, No. 6, Juli (2016) “REAKTUALISASI KONSEP SAPRAH AMAL SEBAGAI SUMBER KEUANGAN

PUBLIK ISLAM” STUDI: SAPRAH AMAL DI MENDAWAI KOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Syarifuddin1, Ali Sadikin2 dan Muhammad Nordin3 Abstract

One of tradition effort in a Muslim community, especially in Mendawai area is to innovate in economic activities which is mutual cooperation to increase mutual prosperity by establishing SaprahAmal (Charity) as innovation or alternative in to build Muslim facilities. This alternative is often performed by the community, not only on buying or selling activity but SaprahAmal also teaches to share with others to achieve a goal that the community expects in order to achieve falah (success, happiness and well-being).

Keywords: Reactualization, Implementation, and Saprah of charity Concept. PENDAHULUAN

Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh sendi kehidupan manusia dan alam semesta. Kegiatan perekonomian manusia juga diatur dalam Islam dengan prinsip-prinsip illahiyah. Harta yang ada pada kita, sesungguhnya bukan milik manusia, melainkan hanya anugerah dari Allah SWT agar dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kepentingan umat manusia yang pada akhirnya semua akan kembali kepada Allah SWT untuk dipertanggungjawabkan.

Agama Islam tidak hanya mengatur persoalan ubudiyah4, hubungan antara manusia

dengan Tuhannya secara vertikal, tetapi juga secara horizontal. Islam mengatur hubungan dengan kehidupan manusia dalam wilayah muamalah, termasuk transaksi (niaga), dan kegiatan lain yang menyokong keberlanjutan (continuity) dan kebermaknaan (meaning), kehidupan manusia untuk kedamaian (silm) dan kebahagiaan manusia bersama. Muamalah dalam Islami diatur oleh seperangkat ethical norms of Islam (norma-norma etika Islam) berdasarkan tujuannya ekonomi Islam berupaya mencapai falah, kesejahteraan manusia dengan cara menghindari terjadinya penyimpangan dalam muamalah yang dapat mengorbankan hak-hak Individu lain.5Demikian pula dalam hal ekonomi, tujuannya adalah membantu manusia mencapai ketenangan di dunia dan di akhirat. Akhlak manusia yang dapat dilakukan melalui akhlak mulia diantaranya adalah pengasih dan penyayang, penolong, pemurah, pemaaf, penegak keadilan serta kebenaran. Sedapat mungkin dalam semua aktivitas

1

Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Fakultas Syariah IAIN Palangka Raya, syarif.adi@gmail.com

2

Kepala Prodi Magister Ekonomi Syariah, Pasca Sarjana IAIN Palangka Raya, alisadikinmesy@gmail.com

3

Alumni Mahasiswa Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Palangka Raya Tahun 2016, nordinmuhammad18@yahoo.com

4

Ubudiyah berasal dari kata “abada” yang memiliki arti sederhana mengabdikan atau beribadah.

Sedangkan menurut istilah ialah ibadah seorang hamba yang murni dan tulus dari hati hanya kepada Allah SWT. 5

Muhammad dan Rahmad Kurniawan, Visi dan Aksi Ekonomi Islam, Cet. 1, Malang: Intimedia, 2014, hlm. 1-2.

(2)

Syarifuddin., Sadikin, Ali., dan Nordin / Jurnal Al-Qardh, Vol. 1, No. 6, Juli (2016) manusia menggambarkan akhlak-akhlak mulia sehingga bumi yang dipimpinnya menjadi makmur aman dan tentram di bawah naungan Allah.6 Sebagaimana dalam Kaidah Fiqh:7

ْﯿِﻟ َد ﱠل ُﺪَﺗ ْن َأ ﱠﻻ ِإ ُﺔَﺣ ﺎَﺑ ِﻹا ِت َﻼَﻣ ﺎَﻌُﻤَﻟ ا ﻲِﻓ ُﻞْﺻَﻷ ا ﺎَﮭِﻤْﯾ ِﺮْﺤَﺗ ﻰَﻟَء ٌﻞ

Artinya: “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya”.

Firman Allah SWT Qs. Al-Maidah [5] : 28

...

Artinya: “...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah [5] : 2)

Keselamatan, kebahagiaan, dan keamanan manusia dalam hidup didunia dan diakhirat ditentukan oleh manusia sendiri. Keselamatan dan kebahagiaan, manusia ditentukan tidak saja oleh sejauh mana ia memahami ajaran-ajaran agama yang telah ditetapkan Tuhan melalui Kitab sucinya dan mengamalkan ajaran Tuhan yang dihayati dan dipahami dalam perilaku bisnis mereka sebagaimana dikehendaki Tuhan. Kontribusi pemikiran dalam pengembangan pengamalan bisnis sesuai etika dan norma yang diperintahkan Tuhan.9

Sesungguhnya keberuntungan untuk masa yang kekal tentu lebih penting dari pada masa sementara maka di akhirat lebih penting dari di dunia dengan firman-Nya:10

 

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Qs. Al-Qashash: 77)

Ayat di atas telah menjelaskan bahwa carilah harta dan hiasan secara bersungguh-sungguh yakni melalui apa yang telah di anugerahkan Allah kepadamu dari hasil usaha untuk kebahagiaan di akhirat dengan menginfakkan dan menggunakan sesuai petunjuk Allah SWT11

6

Hasan Aedy, Indahnya Ekonomi Islam, Bandung: Alfabeta, 2007, hlm. 1. 7

Muhammad dan Rahmad Kurniawan, Visi dan Aksi Ekonomi Islam..., hlm. 67. 8

Departemen Agama, al-Qur’an dan Terjemah, Surabaya: Karya Agung Surabaya, 2006, hlm. 141-142. 9

Muhammad dan Rahmad Kurniawan, Visi dan Aksi Ekonomi Islam..., hlm. 6-7. 10

Ibid., hlm. 556.

11

(3)

Syarifuddin., Sadikin, Ali., dan Nordin / Jurnal Al-Qardh, Vol. 1, No. 6, Juli (2016) Salah satu upaya tradisi masyarakat sekitar terutama di Jalan mendawai induk Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah melakukan inovasi, dalam kegiatan ekonomi yaitu bergotong royong dalam meningkatkan kesejahteraan bersama dengan cara mendirikan

saprah Amal sebagai inovasi atau alternatif dalam membangun sarana umat Islam. Alternatif

ini sering dilakukan masyarakat sekitar, tidak hanya melakukan transaksi jual beli seperti biasanya tetapi dalam saprah Amal ini mengajarkan agar lebih berbagi kepada sesama untuk mencapai suatu tujuan yang ingin diharapkan, demi mencapai falah12. Praktek kegiatan saprah Amal di Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah telah dilaksanakan

sebelumnya bermula pada tahun 1960, praktek saprah Amal ini dilaksanakan sebagai instrumen pengumpulan dana pembangunan Masjid Raya Nurul Islam yang beralamatkan di Jln. A. Yani Kota Palangka Raya. Praktek kegiatan saprah Amal di Kota Palangka Raya pada tahun 1960 tersebut, di hadiri oleh pelelang handal dari Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan dengan nama Rusmini Hanil dan Qoriah bernama Wahidah Arsyad. Pada tahun 1960 sering bermunculan istiah “malilil” ketika Rusmini Hanil sedang melelangkan harga dengan maksud membawakan lagu penawaran atau lagu permintaan dari pembeli dengan upaya meningkatkan harga lelang pada praktek saprah Amal berlangsung. 13 Alternatif ini sudah dilaksanakan sejak zaman bahari kala ketika nenek moyang dahulu kala, ucap salah satu penduduk masyarakat suku Banjar di Jalan mendawai induk Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah.14

Seni tradisional Banjar adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suku Banjar. Tradisional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karena kebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu. Tradisi adalah bagian dari tradisional namun bisa musnah karena ketidakmauan masyarakat untuk mengikuti tradisi tersebut. Kebutuhan hidup mereka yang mendiami wilayah ini dengan memanfaatkan alam lingkungan dengan hasil benda-benda budaya yang disesuaikan.15

Alternatif ini terus dilaksanakan oleh sebagian masyarakat banjar terutama membangun kesejahteraan di Jalan Mendawai Induk sehingga penulis melakukan observasi awal dan menemukan AR mengatakan:

“Saprah Amal ini rancak dilakukan masyarakat Banjar dalam mambangun sabuah kemaslahatan barataan, dengan adanya saprah Amal ini maka mampermudah kami selaku panitia pembangunan sarana umat Islam hagan sabarataan. Hasil dari saprah

12

Falahberasal dari bahasa arab dari arti kata Afalaha-yufilhu yang berarti kesuksesan, kemuliaan, atau

kemenangan, yaitu kemenangan dan kemuliaan dalam hidup. Istilah falah menurut Islam diambil dari kata-kata alqur’an, yang sering dimaknai sebagai keberuntungan jangka panjang, dunia dan akhirat, akhirat merupakan kehidupan yang diyakini nyata-nyata ada dan akan terjadi, memiliki nilai kuantitas dan kualitas yang lebih berharga dibandingkan dunia. Kehidupan dunia akan berakhir dengan kematian atau kemusnahan, sedangkan kehidupan akhirat bersifat abadi atau kekal. Kehidupan dunia merupakan ladang bagi pencapaian tujuan akhirat dan kebahagiaan dunia, meskipun demikian, falah mengandung makna kondisi maksimum dalam kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

13

Pemaparan dari Dra. Hj. Rahmaniar, M. SI selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Palangkaraya, pada tanggal 01 Oktober 2016.

14

Wawancara dengan salah satu warga banjar yang bertempat tinggal di mendawai induk pada tanggal 19 Oktober 2015.

15

Seni Tradisional Banjar, http://pesta-kesenian-bali.minggu.biz/id1/ilmu-690/Seni-Tradisional-Banjar_25978_pesta-kesenian-minggu.html, diunduh pada tanggal 20 Oktober 2015.

(4)

Syarifuddin., Sadikin, Ali., dan Nordin / Jurnal Al-Qardh, Vol. 1, No. 6, Juli (2016) Amal ni satiap kami lakukan banyak haja tuh mandapatakan duitnya hagan mambangun biasanya” 16

Terjemahan pada observasi awal penulis kepada AR. AR mengatakan:

(Saprah Amal ini sering dilaksanakan masyarakat Banjar dalam membangun sebuah kesejahteraan semua, dengan saprah Amal ini, maka mempermudah panitia dalam membangun sebuah sarana umat Islam. Hasil dari saprah Amal ini setiap kami laksanakan banyak mendapatkan keuntungan untuk membangun).

Selain itu penulis juga melakukan wawancara kepada masyarakat sekitar yaitu IH, KS, dan HM. IH, KS, dan HM Mengatakan:

“Saprah Amal nginih rancak sudah buhannya mandiriakan di daerah Banjarmasin, lamun daerah kami hanyar pertama kali bahanu saminggu dua kali dan bila dihitung sabulan tuh delapan kali hitungannya dalam harian, dilaksanakan amun perlu bantuan dana.”17

Terjemahan observasi penulis kepada masyarakat sekitar yaitu IH, KS, dan HM. IH, KS, dan HM Mengatakan:

(Saprah Amal sudah terbiasa dilaksanakan di daerah Banjarmasin, tetapi untuk daerah kami baru pertama kali biasanya satu minggu dilaksanakan dua malam dan apabila dihitung satu bulan dilaksanakan sebanyak delapan hari, dilaksanakan apabila perlu bantuan dana).

Pemikiran penulis jika membicarakan budaya Banjar melirik ke masa lalu dan memperhatikan manfaatnya untuk masa depan, mungkin sungguh berorientasi yang baik untuk mencapai kesejahteraan bersama. Karena itu, perlulah penulis meneliti nilai-nilai budaya apa yang perlu digali, dikembangkan untuk menopang kemajuan menuju kesejahteraan bersama.

Landasan Teori

 Pengertian Reaktualisasi

Reaktualisasi berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah bermula dari kata aktualisasi adalah perihal mengaktualkan atau pengaktualan suatu kegiatan yang pernah dilaksanakan.18 sedangkan reaktualisasi merupakan proses, cara, perbuatan mengaktualisasikan kembali, penyegaran dan pembaruan nilai-nilai kehidupan masyarakat.19 Menurut penulis reaktualisasi adalah suatu proses mengaktualkan suatu kegiatan yang pernah dilaksanakan untuk mendapatkan suatu kesimpulan, berdasarkan

16

Wawancara observasi awal dengan panitia saprah Amal Langgar Darul Iman Mendawai Induk Kota Palangkaraya, hari jum’at 22 Mei 2015 pukul 15.10 WIB

17

Wawancara observasi awal dengan masyarakat Mendawai Induk Kota Palangkaraya, hari jum’at 22 Mei pukul 14.30 WIB.

18

Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, cet. 3, 2005, hlm. 23. 19

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Reaktualisasi,Http://kbbi.web.id/reaktualisasi, diunduh pada tanggal 04 Oktober 2016.

(5)

Syarifuddin., Sadikin, Ali., dan Nordin / Jurnal Al-Qardh, Vol. 1, No. 6, Juli (2016) kesimpulan tersebut akan memberikan suatu hasil mengenai kegiatan yang telah di aktualkan sebagai pembaharuan nilai-nilai kehidupan masyarakat.

 Konsep Saprah Amal

Saprah Amal berasal dari kata bahasa Arab yaitu Safāratul Amal yang berarti

merupakan suatu kegiatan perjalanan amal dengan konsep kegiatan yang berisikan musik orkes Islami, lelang komoditas produk ekonomi, pencerahan melalui ustad Kyai, dengan berjualan barang produk dengan harga dilebihkan dari harga normal yang bertujuan untuk mengumpulkan dana sosial berupa bangunan sekolah, masjid dan sebagainya yang didalam kegiatannya berimplementasikan nilai-nilai sedekah.20 Sedangkan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tempat berjual beli yang diadakan oleh perkumpulan masyarakat dan sebagainya dengan maksud mencari dana untuk keperluan tertentu yang bersifat membangun untuk kesejahteraan bersama.21Saprah Amal/bazar

sendiri merupakan sebuah saprah yang menjual makanan, minuman, dan lainnya. Biasanya saprahseperti ini dibuka dalam waktu tertentu dan jangka waktu terbatas, hasil penjualannya disalurkan masyarakat untuk kegiatan Amal.22

Saprah Amal adalah sebuah tradisi yang sering kali dilaksanakan oleh sebagian

masyakat Banjar dalam mengumpulkan dana dan merupakan suatu kebudayaan yang sering dilaksanakan.23Kebudayaan itu sendiri berasal dari (bahasa Sansekerta)

buddhayah yang merupakan bentuk jamak kata “buddhi” yang berarti budi atau akal.

Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal”.24 Seorang antropolog lain, yaitu E.B Tylor (1871), pernah mencoba memberikan definisi mengenai kebudayaan;

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.25 Kebudayaan mencakup semuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif.26

Walaupun setiap masyarakat mempunyai kebudayaan yang saling berbeda satu dengan lainnya, setiap kebudayaan memiliki masing hakikat yang berlaku umum bagi semua kebudayaan di mana pun juga. Diantaranya;

20

Pemaparan dari Bapak Dr. Ahmad Dakhoir, MHI selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Palangka Raya , pada tanggal 01 Oktober 2016.

21

Ibid.,hlm. 833.

22

Ant, Pemkab Bengkalis Bakal Buka Pasar Amal Ramadan,

http://news.okezone.com/read/2015/06/12/340/1164224/pemkab-bengkalis-bakal-buka-pasar-amal-ramadan, diunduh pada tanggal 20 Oktober 2015.

23

Berdasarkan observasi awal dengan masyarakat sekitar dilapangan, ditemukan bahwa kebanyakan pelaksanaan tersebut sering di lakukan oleh masyarakat Banjar.

24

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, Cet. 47, 2015, hlm. 148. 25

Ibid.

26

(6)

Syarifuddin., Sadikin, Ali., dan Nordin / Jurnal Al-Qardh, Vol. 1, No. 6, Juli (2016) a. Kebudayaan bersifat universal artinya perwujudan kebudayaan mempunyai ciri-ciri

khusus yang sesuai dengan situasi maupun lokasinya,

b. Kebudayaan bersifat stabil dan setiap kebudayaan mengalami perubahan-perubahan yang kontinu artinya setiap kebudayaan pasti mengalami perubahan atau perkembangan-perkembangan. Hanya kebudayaan mati saja yang bersifat statis, c. Kebudayaan mengisi serta menentukan jalannya kehidupan manusia, walaupun hal

itu jarang disadari oleh manusia sendiri.27  Konsep Keuangan Publik Islam

Sejarah pada masa Rasulullah SAW menunjukkan bahwa keuangan publik bertumpu untuk mempertahankan eksistensi ajaran dan umat Islam dalam masyarakat. Keuangan publik meliputi setiap sumber keuangan yang dikelola untuk kepentingan masyarakat, baik yang dikelola secara individual, kolektif ataupun pemerintahan. Sumber-sumber keuangan publik dalam sejarah Islam selain zakat, mayoritas adalah bersifat sukarela yaitu dalam bentuk infaq, waqaf, dan sedekah.28 Sejarah keuangan publik pada masa Rasulullah SAW dan Khulafaurrasyidin dapat dilihat dari praktik dan kebijakan yang diterapkan oleh beliau dan para sahabat. Rasulullah SAW dan Khulafaurrasyidin memfokuskan seperti pembangunan masjid sebagai tempat utama dalam mengadakan forum bagi para pengikutnya, merehabilitasi muhajirin Makkah di Madinah, menciptakan kedamaian dalam negara, mengelurkan kewajiban bagi warga negaranya, membuat konstitusi negara, menyusun sistem pertahanan madinah, dan meletakkan dasar-dasar sistem keuangan negara.29

Sumber pendanaan publik, secara garis besar telah ditentukan dalam al-Qur’an, namun karena sesuai perkembangan zaman sumber pendanaan publik tidak hanya pada zakat dan ghanimah, namun diantaranyazakat30, ushr31, kharaj32, jizya33(pajak

dzimmi), ghanimah34, fai’35, amwal fadhila36, nawaib37, wakaf38, dan sedekah39.

27

Ibid., hlm. 158-159.

28

Pusat Pengajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam , Jakarta: Rajawali Pers, 2014, hlm. 515-516.

29Ibid., hlm. 486. 30

Merupakan kewajiban langsung dari Allah Swt pada kitab suci al-Qur’an. 31

Merupakan kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah kepada pedagang, yang ditujukan untuk meningkatkan perdagangan.

32

Kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah kepada pengguna lahan negara atau tanah. 33

Kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah sebagai konpensasi atas perlindungan jiwa, property, ibadah dan tanggung jawab militer.

34

Harta yang diperoleh secara paksa melalui perang, ditujukan untuk pembiayaan perang dan kesejahteraan tentara (80%) sebagian (20%) dialokasikan untuk sabilillah, sebagaimana tarif zakat yang dikenakan atas harta temuan (rikaz).

35

Harta yang diperoleh dari non-muslim secara damai atau non-perang, prinsipnya pemanfaatan harta yang menganggur yang dimiliki oleh pemilik asal jika ia masih hidup atau masuk Islam, dan menjadi milik negara jika pemilik asal meninggal atau tetap non-muslim.

36

Merupakan harta yang diperoleh karena tidak ada yang memiliki baik karena ditinggal pemiliknya ataupun tanpa ahli waris.

37

Pungutan yang dibebankan oleh pemerintah kepada orang tertentu untuk tujuan negara tertentu, misalnya untuk pertahanan negara.

(7)

Syarifuddin., Sadikin, Ali., dan Nordin / Jurnal Al-Qardh, Vol. 1, No. 6, Juli (2016) PEMBAHASAN

Keuangan publik Islam telah dipraktikkan pada masa Rasulullah SAW dan Khulafaurrasyidin, dapat dilihat dari praktik dan kebijakan yang diterapkan oleh beliau dan para sahabat. Keuangan publik pada masa Rasulullah SAW adalah berangkat dari kedudukan beliau sebagai kepala Negara, demikian halnya pada masa para sahabat Khulafaurrasyidin juga ditempatkan sebagai kepala Negara. Sebab, kedudukan kepala Negara adalah identik dengan kedudukan melayani publik.40

Keuangan publik merupakan sebuah konsep keuangan yang dipergunakan dalam lingkup makro keuangan publik Islam memiliki instrumen-instrumen tertentu yang menjadi sebuah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Instrumen-instrumen tersebut merupakan alat yang dipergunakan untuk memperoleh pendapatan negara guna dialokasikan sesuai kebutuhan masyarakat, bangunan yang ada dalam keuangan publik Islam kontemporer tentu mengalami perubahan seiring dengan kondisi yang ada, instrumen yang dipergunakan sebagai sumber keuangan publik Islam dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu sedekah wajib dan sedekah sunnah.41 Instrumen yang termasuk dalam kategori sedekah wajib yaitu berupa zakat dan pajak sedangkan instrumen yang termasuk dalam kategori sedekah sunnah adalah wakaf, infaq dan sedekah. Pada zaman kontemporer ini ada terdapat sumber keuangan publik dalam Islam kontemporer sedikit unik yang seringkali dilaksanakan pada suatu organisasi yang muncul dari kulturasi budaya Banjar setara sebagai penggerak dan pembangun perekonomian yang merupakan dari bagian sedekah sunnah yaitu saprah Amal.

Saprah Amal adalah sebuah tradisi yang sering kali dilaksanakan oleh sebagian masyakat

Banjar dalam mengumpulkan dana dan merupakan suatu kebudayaan yang sering dilaksanakan.42

Saprah Amal berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tempat

berjual beli yang diadakan oleh perkumpulan masyarakat dan sebagainya dengan maksud mencari dana untuk keperluan tertentu yang bersifat membangun untuk kesejahteraan bersama.43

Praktek kegiatan saprah Amal di Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah telah dilaksanakan sebelumnya bermula pada tahun 1960.44 Praktek saprah Amal dilaksanakan kembali pada tahun 2015 yang berlokasi di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW. VI Kecamatan Jekan Raya Provinsi Kalimantan Tengah. Praktek saprah Amal di lokasi tersebut telah mengikuti tahapan konsep manajemen praktek pada umumnya, dimana

38

Harta yang secara sukarela diserahkan kepemilikannya oleh seorang muslim untuk digunakan kemaslahatan umat Islam.

39

Harta yang secara sukarela diserahkan kepemilikannya oleh seorang muslim kepada orang lain atau umat Islam atau negara.

40

Pusat Pengajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam..., hlm. 486. 41

Tim Penyusun, Jurnal al-Qardh..., hlm. 26. 42

Berdasarkan observasi awal dengan masyarakat sekitar dilapangan, ditemukan bahwa kebanyakan pelaksanaan tersebut sering di lakukan oleh masyarakat Banjar.

43

Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia..., hlm. 833. 44

Pemaparan dari Dra. Hj. Rahmaniar, M. SI selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Palangkaraya, pada tanggal 01 Oktober 2016.

(8)

Syarifuddin., Sadikin, Ali., dan Nordin / Jurnal Al-Qardh, Vol. 1, No. 6, Juli (2016) manajemen itu sendiri berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen. Manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.45

Suatu praktek agar tercapai secara maksimal sudah tentu adanya manajemen untuk mengatur langkah perjalanan kegiatan tersebut agar mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai. praktek kegiatan tersebut diawali dengan proses perencanaan, perencanaan (planning) adalah fungsi dasar atau fungsi fundamental manajemen, karena organizing,

actuating, dan controlling harus terlebih dahulu direncanakan.46 Sebagaimana praktek kegiatan saprah Amal ini sebelum praktek dimulai mereka melakukan rapat koordinasi secara terbuka terlebih dahulu dari pihak yang bersangkutan untuk membicarakan perihal tujuan dilaksanakannya praktek kegiatan saprah Amal.

Setelah melakukan perencanaan (planning) tahap selanjutnya yaitu tahap organisasi (organizing), organisasi atau pembentukan kepanitiaan praktek saprah Amal di Kota Palangkaraya dibentuk dari masyarakat sekitar serta dibantu oleh seluruh jamaah Langgar Darul Iman. Adapun tujuan dibentuknya kepanitiaan atau organisasi (organizing) adalah mengatasi terbatasnya kemampuan, kemauan, dan sumber daya yang dimilikinya dalam mencapai tujuannya, mencapai secara lebih efektif dan efisien karena dikerjakannya bersama-sama, wadah memanfaatkan sumber daya dan teknologi bersama-bersama-sama, serta sebagai wadah memenuhi kebutuhan manusia yang semakin banyak dan kompleks.47

Praktek kegiatan saprah Amal di Kota Palangka Raya selanjutnya melakukan langkah praktek atau penggerakan (actuating). Praktek atau penggerakan (actuating) menurut George R. Terry, penggerakan adalah membuat semua anggota kelompok atau organisasi agar mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta bersemangat untuk mencapai sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian.48 Praktek atau penggerakan (actuating) kegiatan saprah Amal dilaksanakan sejak tanggal 27 Februari 2015, praktek tersebut dilaksanakan selama dua kali dalam satu minggu dan sebanyak delapan kali praktek dalam satu bulan. Praktek tersebut dilaksanakan setelah sholat Isya. Sebelum praktek berlangsung tahap praktek awal kegiatan saprah Amal diawali dengan pengumpulan modal untuk pengadaan acara kegiatan saprah Amal, dimana pengumpulan dana tersebut dikumpulkan dari warga atau masyarakat sekitar baik berupa uang maupun berupa bahan untuk keberlangsungan acara kegiatan saprah Amal, setelah pengumpulan dana terkumpul dari warga atau masyarakat sekitar prakteknya pun dilaksanakan sebagaimana jadwal praktek yang telah ditentukan. Adapun barang yang diperjual belikan dalam kegiatan saprah Amal tersebut bervariasi, sesuai kesepakatan para pedagang dalam praktek kegiatan saprah Amal. Mengenai harga penjualan terdapat adanya perbedaan antara praktek kegiatan saprah Amal dengan warung biasanya yaitu terdapat adanya kenaikan harga penjualan dibandingkan harga pada warung biasanya yaitu dapat di lihat dari perbedaan harga nasi sop pada warung biasa kisaran harga mencapai Rp. 10.000,- sedangkan pada saat praktek saprah Amal berlangsung

45

Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, Jakarta:Bumi Aksara, 2014, hlm. 1.

46

Brantas, Dasar-dasar Manajemen..., hlm. 55. 47

Ibid., hlm. 73-74.

48

(9)

Syarifuddin., Sadikin, Ali., dan Nordin / Jurnal Al-Qardh, Vol. 1, No. 6, Juli (2016) harga berkisar menjadi Rp. 15.000,- , diiringi dengan harga nasi rawon pada warung biasa harga berkisar Rp. 10.000,- saat praktek kegiatan saprah Amal berlangsung harga berkisar Rp. 15.000,- , selanjutnya harga telur itik pada warung biasa kisaran Rp. 3.000,- saat praktek

saprah Amal berlangsung harga telur itik berkisar Rp. 5.000,- karena telur tersebut telah

dibacakan doa penerang hati oleh tokoh Agama, adanya perbedaan harga dari penjualan saat kegiatan saprah Amal berlangsung dengan warung biasanya karena akan dipergunakan untuk Amal dalam membantu meringankan dana pembangunan sarana sosial yang belum tercapai.

Saprah Amal/bazar sendiri merupakan sebuah saprah yang menjual makanan,

minuman, dan lainnya. Biasanya saprah seperti ini dibuka pada waktu tertentu dan jangka waktu terbatas adapun keunikan praktek saprah Amal yaitu untuk pembeli yang membeli makanan dalam kegiatan tersebut telah memiliki adanya nilai ibadah karena sebagian dari penjualannya disumbangkan untuk Amal, selain itu juga terdapat telur penerang hati yang tidak ada di jual di warung biasa, serta dengan adanya kegiatan saprah Amal dapat menjaga silaturahmi antar sesama untuk mencapai kesejahteraan bersama.

Panitia saprah menyatakan bahwa pembeli pada kegiatannya tidak hanya berasal dari masyarakat mendawai melainkan masyarakat dari luar mendawai dikarenakan kegiatan

saprah Amal ini bersifat umum namun prakteknya dilaksanakan secara tradisional terdapat

penjual dan pembeli. Melihat dari pengaruh praktek saprah Amal sebagai sumber keuangan publik Islam, perlu praktek tersebut direaktualisasikan kembali bahwa praktek kegiatan

saprah Amal akan berorientasi lebih baik lagi kedepan jika praktek tersebut dilaksanakan

menggunakan konsep pasar modern, pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransaksi atau bertemu secara langsung. Melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Berikut ini ciri dari pasar modern diantaranya seperti:

1. Tidak bisa tawar-menawar harga.

2. Harga sudah tertera di barang yang dijual dan umumnya diberi barcode. 3. Barang yang dijual beranekaragam dan biasanya memiliki kualitas yang baik. 4. Layanan yang baik dan biasanya memuaskan.

5. Tata tempat yang rapih supaya konsumen atau pembeli dapat dengan mudah menemukan barang yang akan di belinya.

6. Pembayarannya dilakukan dengan membawa barang ke Kasir dan tentunya tidak ada tawar-menawar lagi.49

Setelah tahap perencanaan (planning), pembentukan kepanitiaan atau organisasi (organizing), praktek atau penggerakan (actuating), selanjutnya yaitu tahap pengawasan (controlling), dalam praktek kegiatan saprah Amal juga terdapat tahap pengawasan (controlling) dimana pengawasan (controlling) adalah fungsi terakhir dari proses manajemen, dalam tahap ini sangat menentukan praktek proses manajemen. Pengawasan adalah proses

49

Sora, Pengertian Pasar Modern Dan Ciri-Cirinya Terlengkap,

Http://www.pengertianku.net/2015/04/pengertian-pasar-modern-dan-ciri-cirinya.html, diunduh pada tanggal 18 Mei 2016.

(10)

Syarifuddin., Sadikin, Ali., dan Nordin / Jurnal Al-Qardh, Vol. 1, No. 6, Juli (2016) pemantauan, penilaian, dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut.50

Saprah Amal merupakan salah satu indikator atau instrumen untuk keberhasilan

praktek ekonomi Islam yang telah dilihat dari tujuan serta hasil praktek kegiatannya, praktek kegiatan saprah Amal merupakan langkah sebagai proses memperoleh berkah. Sebagaimana di dalam prakteknya, adanya terdapat keutamaan sedekah. Ar-Raghib mengatakan:

“Sedekah adalah harta yang dikeluarkan seseorang dengan tujuan ibadah”.51 Ali bin Abi Thalib menuturkan:

“Barang siapa diberi harta oleh Allah, hendaknya ia menyambung hubungan dengan kerabatnya dengan harta itu, memperindah jamuan untuk tamunya, menolong orang yang membutuhkannya, dan sebagainya dengan hal itu orang-orang tersebut akan mendapat kemuliaan dunia dan akhirat”.52

Sebagaimana karakteristik dasar dari ekonomi Islam sendiri diantaranya:

a) Saling menjaga kemaslahatan bersama dan saling mengasihi satu sama lain.

b) Mengajak untuk menggunakan uang sebagai medium of exchange (alat tukar), bukan sebagai komoditas yang dapat menggiring seseorang terjerumus dalam transaksi ribawi.53 c) Mengajak untuk bersama-sama meningkatkan pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi. d) Memprioritaskan kemaslahatan bersama.54

Kekayaan tidak boleh dinikmati dan hanya berputar di antara orang-orang kaya saja, dengan demikian Islam telah mengajarkan nilai-nilai kebersamaan dalam hak dan kewajiban, baik individu maupun masyarakat secara seimbang dan adil. Sebab, maqās}hid syari’ah sendiri telah menjamin bagi manusia atas hak agama, keamanan, kehormatan, penghidupan, dan sosial. Meningkatkan kesejahteraan manusia yang terletak pada perlindungan iman, hidup, akal, keturunan dan harta.55

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas oleh penulis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

 Praktek kegiatan saprah Amal di Mendawai Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah telah mengikuti tahapan konsep manajemen pada umumnya, dalam praktek kegiatan saprah Amal diawali dengan proses perencanaan (planning) dan di akhiri dengan proses pengawasan (controlling), praktek kegiatan saprah Amal di Mendawai Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah, panitia terbentuk dari anggota masyarakat sekitar dan modalpun diperoleh dari masyarakat sekitar. Praktek tersebut dilaksanakan secara tradisional dimana praktek dilaksanakan dengan adanya pedagang yang menjual dan menawarkan barangnya kepada pembeli sebagaimana penjualan pada umumnya. Kegiatan saprah Amal barang yang diperjualbelikan cukup bervariasi dan harga yang diperjualbelikan ada sedikit kenaikan dibandingkan penjualan pada warung

50

Brantas, Dasar-dasar Manajemen..., hlm. 188. 51

Hasan bin Ahmad Hammam, Obati Sakitmu dengan Sedekah, Solo: Zamzam, 2011, hlm. 15. 52

Ibid., hlm. 17.

53

Veithzal Rivai dan Andi Buchari, Islamic Economics, Jakarta: Bumi Aksara, 2013, hlm. 179. 54

Ibid.

55

(11)

Syarifuddin., Sadikin, Ali., dan Nordin / Jurnal Al-Qardh, Vol. 1, No. 6, Juli (2016) umumnya, adapun kelebihan dari keuntungan akan dipergunakan untuk Amal. Tujuan praktek kegiatan saprah Amal di Mendawai Kota Palangka Raya untuk memajukan dan membangun sarana peribadatan umat Islam.

 Praktek kegiatan saprah Amal di Mendawai Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah perlu direaktualisasikan kembali, melihat dari peran dan tujuan praktek kegiatan

saprah Amal tersebut sebagai sumber keuangan publik Islam yang sangat berperan dan

merupakan salah satu indikator atau instrumen untuk keberhasilan praktek ekonomi Islam yang telah dilihat dari tujuan serta hasil praktek kegiatannya, praktek kegiatan

saprah Amal merupakan langkah sebagai proses memperoleh berkah. Karena, praktek

tersebut merupakan instrumen yang dipergunakan sebagai sumber keuangan publik Islam dapat dikategorikan menjadi sedekah sunnah, namun dalam praktek kegiatannya perlu dikembangkan kembali sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin berkembang. Perlulah praktek tersebut ditata ulang sebagai sebuah saprah dengan konsep modern dengan memodernkan yang awalnya tradisional menjadi sebuah saprah yang semi modern tersebut melalui cara merubah perilaku penjual maupun pembeli, mengelompokan lokasi penjual (zoning), supaya lebih tertata dengan penataan yang rapi demi mempermudah transaksi penjualan pada kegiatan saprah Amal pada umumnya, yaitu dengan menerapkan sebuah konsep ciri-ciri pasar modern, diantaranya: Tidak bisa tawar-menawar harga, harga sudah tertera pada barang yang dijual dan umumnya diberi barcode, barang yang dijual beranekaragam dan biasanya memiliki kualitas yang baik, layanan yang baik dan memuaskan, tata tempat yang rapih supaya konsumen atau pembeli dapat dengan mudah menemukan barang yang akan di belinya, dan pembayarannya dilakukan dengan membawa barang ke Kasir dan tidak tawar-menawar. DAFTAR PUSTAKA

Aedy, Hasan, Indahnya Ekonomi Islam, Bandung: Alfabeta, 2007.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993.

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Aziz, Abdul, dan Mariyah Ulfah, Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer, Bandung: Alfabeta, 2010.

Azizy, A.Qodri, Ph.D, Membangun Fondasi Ekonomi Umat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Azmi, Sabahuddin, Menimbang Ekonomi Islam, Bandung: Nuansa, 2005. Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2007.

Bakhri, Asafri Jaya, Konsep Maqashid al-Syari’ah Menurut al-Syatibi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996.

Brantas, Dasar-dasar Manajemen, Bandung: Alfabeta, 2009.

Bungin, Burhan, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.

________, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003.

________, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial

Lainnya, cet. IV, Jakarta: Kencana, 2010.

(12)

Syarifuddin., Sadikin, Ali., dan Nordin / Jurnal Al-Qardh, Vol. 1, No. 6, Juli (2016) ________, Islam dan Pembangunan Ekonomi, Jakarta: Gema Insani Press, 2000.

Chaudhry, Muhammad Sharif, Sistem Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana, 2012. Dahlan, Abd. Rahman, Ushul Fiqh, Jakarta: AMZAH, 2011.

Dawson, Catherine, Metode Penelitian Praktis: Sebuah Panduan, (Terj.) M. Widiono, Yogyakarta: Pustaka Poelajar, 2010.

Departemen Agama, al-Qur’an dan Terjemah, Surabaya: Karya Agung Surabaya, 2006. Fathoni, Abdurrahmat, Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2006.

Fauzia, Ika Yunia, dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Persfektif

Maqashid al-Syari’ah, Jakarta: Kencana, 2014.

Fazlurrahman, Islam, Bandung: Penerbit Pustaka, 1984.

Ghony, M. Djunaidi, dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.

Hafidhuddin, Didin, Tentang Zakat Infak Sedekah, Jakarta: Gema Insani Press, 2002.

Hamid, Arifin, Membumikan Ekonomi Syariah di Indonesia, Jakarta: Paramuda Book Store, 2008.

Handrianto, Budi, Sedekah: Hidup Menjadi Berkah dan Bahagia, Jakarta: Gema Insani Press, 2010.

Hasan bin Ahmad Hammam, Obati Sakitmu dengan Sedekah, Solo: Zamzam, 2011.

Hasibuan, Malayu S.P., Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, Jakarta:Bumi Aksara, 2014.

Izzan, Ahmad, dan Syahri Tanjung, Referensi Ekonomi Syariah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.

Karim, Adiwarman Azwar, Ekonomi Makro Islami, Cet. 1, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007.

________, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012. Khadijah dan M. Tufiqurrahman, Palangka Raya dalam Angka 2015, t.tp: Badan Pusat

Statistik Kota Palangka Raya, 2015.

Mahfud, Rois, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, t.t: Erlangga, 2011.

Manullang, Muhammad, Dasar-dasar Manajemen, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006.

Moleong, Lexi J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdaskarya, 1990. Muhammad dan Rahmad Kurniawan, Visi dan Aksi Ekonomi Islam, Cet. 1, Malang:

Intimedia, 2014.

Muhammad, Aspek Hukum dalam Muamalat, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007. ________, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam, Cet. 1, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007. Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jakarta:Bumi Aksara, 2000.

Nasution, Mustafa Edwin, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana, 2007. Prastowo, Andi, Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Kualitatif, Yogyakarta: Diva Press,

2010.

Pusat Pengajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam , Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Rivai, Veithzal, dan Andi Buchari, Islamic Economics, Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

Sarwono, Jonathan, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006.

(13)

Syarifuddin., Sadikin, Ali., dan Nordin / Jurnal Al-Qardh, Vol. 1, No. 6, Juli (2016) Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah Volume 10, Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Siswanto, H.B., Pengantar Manajemen, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, Cet. 47, 2015. Subagyo, Joko, Metode Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2010.

Thobroni, Muhammad, Mukjizat Sedekah, Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2007. Tim Penyusun, Jurnal al-Qardh, Palangka Raya: STAIN Palangka Raya, 2013. ________, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, cet. 3, 2005.

________, Pedoman Penulisan Skripsi, Palangka Raya: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Palangka Raya, 2013.

Unal, Ali, Makna Hidup Sesudah Mati, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002.

Andini Elizabeth’s Castle, Pasar Tradisional dan Pasar Modern,

Http://dokumen.tips/documents/konsep-an-pasar-modern.html, diunduh pada tanggal 18 Mei 2016.

Ant, Pemkab Bengkalis Bakal Buka Pasar Amal Ramadan,

http://news.okezone.com/read/2015/06/12/340/1164224/pemkab-bengkalis-bakal-buka-pasar-amal-ramadan, diunduh pada tanggal 20 Oktober 2015.

Jurnal Eis Al Masitoh, upaya menjaga eksistensi pasar tradisional: studi revitalisasi pasar

piyungan bantul,

http://www.aifis-digilib.org/uploads/1/3/4/6/13465004/jurnal_pmi_63_78.pdf, diunduh pada tanggal 18 Mei 2016.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Reaktualisasi,Http://kbbi.web.id/reaktualisasi, diunduh pada tanggal 04 Oktober 2016.

Matthoriq, Aktualisasi Nilai Islam dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir,

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&ved=0CE AQFjAFahUKEwirttfIw9LIAhXCc44KHRmvAiA&url=http%3A%2F%2Fadministra sipublik.studentjournal.ub.ac.id%2Findex.php%2Fjap%2Farticle%2Fview%2F405%2 F278&usg=AFQjCNE1TIjHjry1YfsItipLL7aepORTnw&bvm=bv.105454873,d.c2E, diunduh pada tanggal 20 Oktober 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul ”Rancang Bangun Pembuat Makanan Otomatis Berbasis PLC ( Programmable Logic Controller ) Toshiba Prosec

Perilaku agresif dan kecemasan merupakan masalah psikologis yang normal terjadi pada anak-anak, keduanya memiliki kaitan yang sangat erat, begitupula empati.. Ketika

Cooperative Professional Development Dalam Meningkatkan Kinerja Guru di Mi Ma’arif Nu Porodeso Sekaran Lamongan. Imam Bawani, MA. dan Dosen pembimbing II Dr. Penerapan model

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembuatan gambir dapat dilakukan dengan cara sederhana dan menggunakan peralatan tradisional serta Gambir yang dihasilkan dari pengolahan

Pola penyebaran MPT dari Muara sungai yang tinggi dan terlihat relatif sama menuju perairan Bengkulu, karena arus yang terjadi mempunyai gerakan yang sama sehingga sebaran MPT

Dengan demikian, lembaga masjid memerlukan akuntansi sebagai alat bantu dalam pengelolaan, perencanaan dan pengawasan keuangan dengan berpedoman pada PSAK 45 tahun 2011

Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap Kepatuhan Pengungkapan Wajib dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Jawa Timur (Studi Empiris pada Kabupaten/Kota di Jawa

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Media Kusumawardani (2012) terletak pada objek data.Pada penelitan Media Kusumawardani (2012) pemerintah daerah se-Indonesia,