• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN INTEGRASI MODEL PEMBELAJARAN TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN INTEGRASI MODEL PEMBELAJARAN TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN INTEGRASI MODEL PEMBELAJARAN TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION

(TAI) DAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI MATERI DINAMIKA DAN MASALAH KEPENDUDUKKAN DI

KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 ANGGREK TAHUN AJARAN 2014/2015

ABSTRAK

Sarna Pakaya 2015. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Integrasi Model Pembelajaran Teams Asissted Individualization (TAI) dan Numbered Heads Together (NHT) di SMA N 1 Anggrek. Skripsi Program Studi Pendidikan Gegrafi Jurusan Pendidikan Ilmu dan Teknologi Kebumian, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr Nawir Sune, M.Si dan, Pembimbing II Ahmad Zainuri, S.Pd, MT.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi dinamika dan masalah kependudukan melalui integrasi model pembelajaran Teams Asissted Individualization (TAI) dan Numbered Heads Together (NHT) di SMA Negeri 1 Anggrek. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPSCI dengan jumlah siswa yang diberikan tindakan selama penelitian sebanyak 30 siswa, yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang terdiri dari empat komponen, yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan atau observasi, dan pemberian tes pada akhir siklus pembelajaran. Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa terdapat 20 dari 30 siswa dengan persentase 66,67%. dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 33.33%. Persentase keberhasilan pada siklus I belum mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan, sehingga perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Pada siklus II terdapat 29 dari 30 siswa yang dikenai tindakan memperoleh ketuntasan dengan persentase sebesar 96,67% dan siswa yang tidak tuntas 3.33%. Nilai rata-rata kelas pada siklus I adalah 76.97% dan mengalami peningkatan pada siklus II 87.67%. untuk ketuntasan klasikal pada siklus I mencapai 66.67% sedangkan pada siklus II menjadi 96.67%.

Kata kunci : Penelitian Tindakan Kelas, Hasil Belajar Siswa, Model Pembelajaran Kooperatif Teams Asissted Individualization (TAI) dan Numbered Heads Together (NHT).

PENDAHULUAN

Dunia pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam rangka menghasilkan sumberdaya manusia yang

mampu menjadi penerus dan

pelaksanaan pembangunan disegala

bidang. Dalam meningkatkan mutu

pendidikan maka proses belajar

mengajar yang merupakan kegiatan inti harus ditingkatkan kualitasnya sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan optimal.

(4)

Permasalahan yang sering ditemukan dan terjadi dalam dunia pendidikan adalah rendahnya mutu pendidikan. Menurut Ahmadi (2003) rendahnya mutu pendidikan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : (1) faktor dana pendidikan yang relatif masih kecil,

(2) faktor sarana dan prasarana

pendidikan yang belum memadai, (3) faktor kurikulum yang sangat kurang

menunjang peningkatan mutu

pendidikan karena masih terlalu

sentralistik, tidak realistis terhadap kondisi siswa, (4) faktor kesembrautan sistem administrasi dan manajemen pendidikan, termasuk didalamnya faktor

besarnya campur tangan birokrasi

pemerintah dan (5) faktor rendahnya mutu guru. Dari lima faktor penyebab

rendahnya mutu pendidikan yang

dikemukakan oleh Ahmadi di atas, faktor guru merupakan faktor yang sangat menentukan, karena gurulah yang berperan secara langsung dalam proses

penyampaian materi pembelajaran

kepada siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar.

Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari kualitas peserta didik. Jika peserta didik mampu menguasai apa yang mereka pelajari sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan maka dapat dipastikan keberhasilan pembelajaran telah tercapai. Untuk mencapai hal tersebut tidak terlepas dari peran serta guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang tepat. Guru harus mampu menggunakan metode dan media yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Jika guru tidak mampu menciptakan suasana belajar yang efektif maka akan mengakibatkan suasana belajar menjadi sangat pasif, sehingga

motivasi belajar siswa pun akan lemah dan berakibat pada hasil belajar siswa rendah.

Dengan adanya pembelajaran geografi membuktikan bahwa geografi merupakan pelajaran yang penting untuk dipelajari oleh peserta didik. Ruang lingkup pembelajaran geografi sendiri meliputi semua gejala geosfer, baik gejala alam maupun gejala sosial, serta

interaksi antara manusia dengan

lingkungannya.

Berdasarkan hasil pengamatan awal di lapangan, masalah yang timbul

dalam proses belajar mengajar

disebabkan kurangnya hubungan

komununikasi antar guru dan siswa serta siswa dengan siswa yang lainnya, sehingga proses interaksi menjadi vakum bila mendengarkan informasi dari guru.

Keterlibatan dalam proses belajar

mengajar boleh dikatakan tidak ada,

walaupun siswa terlibat maka

keterlibatan terlihat sangat minim. Misalnya siswa terlibat hanya sebatas menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Disamping itu, terdapat beberapa indikator yang memberikan gambaran tentang belum optimalnya pembelajaran di kelas antara lain : (1) siswa sering keluar kelas pada saat

proses kegiatan belajar mengajar

berlangsung. (2) siswa nampak malas

dan kurang bersemangat untuk

memahami pelajaran tersebut dan hasil belajar geografi siswa relativ rendah untuk mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimum (KKM) yaitu 75.(3)

pembelajaran pasif terpusat pada guru. Kondisi ini kurang mengembangkan kesadaran berpikir kritis seorang siswa.

bukan memahami tetapi hanya

(5)

hanya menumpuk pengetahuan dalam arti pasif.

Masalah-masalah pendidikan

khusunya yang terjadi pada siswa kelas XI IPSC1 di SMA N 1 Anggrek, proses belajar mengajarnya masih memerlukan pembenahan, terutama dalam pencapaian hasil belajar siswa. fakta dilapangan yang menyebabkan rendahnya hasil

belajar siswa adalah kurangnya

keterlibatan siswa pada saat

pembelajaran berlangsung. Hal ini

nampak pada minimnya perhatian

peserta didik pada saat guru

menjelaskan. Rendahnya hasil belajar yang dicapai peserta didik pada saat

evaluasi serta kurangnya kemauan

peserta didik untuk mengajukan

pertanyaan pada guru sehingga

berdampak pada ketuntasan yang telah ditetapkan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

Dari hasil observasi awal ini dapat diidentifikasi beberapa masalah, diantaranya sebagai berikut :

1. Minat belajar Geografi siswa Masih rendah.

2. Daya serap pemahaman siswa

terhadap pembelajaran geografi

masih rendah dan masih banyak siswa yang mendapat nilai dibawah KKM. .

3. Proses pembelajaran masih

didominasi oleh guru.

4. Sebagaian besar siswa tidak terlalu aktif dalam proses pembelajaran

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah― Apakah dengan Integrasi

Model kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) dan Numbered Heads Together (NHT) hasil belajar pada materi dinamika dan masalah kependudukan dikelas XI IPSC1 SMA N 1 Anggrek akan meningkat?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam

penelian ini yaitu ―Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan integrasi model pembelajaran Teams Asissted Individualization (TAI) dan Numbered Heads Together (NHT) pada

materi dinamika dan masalah

kependudukan dikelas XI IPSC1 SMA N 1 Anggrek ‖.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu : 1. Bagi siswa

2. Bagi Guru 3. Bagi sekolah

BAB II KAJIAN TEORITIS HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 KAJIAN TEORITIS

2.1.1 Hasil Balajar

Benyamin bloom (dalam

Sudajana 2008 : 22-23) secara garis besar mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu :

1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

dari enam aspek yakni (C1),

Pengetahuan, (C2) Pemahaman, (C3) Aplikasi, (C4) Analisis, (C5) Sintesis, dan (C6) Evaluasi.

Adapun ranah kognitif (dalam sudjana 2008 : 23-29) meliputi pengetahuan,

pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi.

a. Pengetahuan : yaitu kemampuan siswa mengingat apa yang telah dipelajari, salah satu untuk memudahkan siswa

(6)

mengingat apa yang telah dipelajari yaitu

dengan cara membuat ringkasan

mengenai materi yang telah dipelajari. b. Pemahaman : yaitu kemampuan

siswa dalam menghubungkan suatu fakta dengan konsep yang ada.

c. Aplikasi : yaitu penggunaan

abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus abstraksi berupa ide-ide atau teori-teori.

d. Analisis : yaitu kemampuan

seseorang dalam menggunakan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu

memahami hubungan diantara

bagian-bagian atau faktor-faktor satu dengan faktor lainnya.

e. Sintesis : yaitu kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis.

f. Evaluasi : yaitu merupakan jenjang berpikir paling tinggi dan ranah kognitif.

2. Ranah efektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan jawaban atau reaksi, penelian , organisasi internalisasi. 3. Ranah psikomotor berknaan dengan

hasil belajar keterangan dan

kemampuan bertindak.

Menurut Killer (dalam Mulyono 2003 : 37:39) hasil adalah prestasi actual yang ditampilkan oleh anak. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan dari luar diri siswa. dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan hasil belajar yang dimilikinya seperti yang dikemukakan olh Clark (dalam Sudjana 2004 : 22) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70%

dipengaruhi oleh hasil belajar siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. 2.2 Pengertian Model Pembelajaran

kooperatif

Slavin(2005:8) mengemukakan

bahwa, dalam model pembelajaran kooperatif siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan 4 orang yang heterogen untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Dengan sturuktur siswa yang heterogen

maka dibutuhkan sikap saling

menghargai dan menghormati antar anggota, untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Sikap tersebut harus dimiliki oleh setiap anggota

kelompok untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditentukan.

2.3 Model Koperatif tipe Teams Asissted Individualization (TAI)

Menurut Suyatno (2007:10).

Teams Asissted Individualization (TAI) memiliki dasar pemikiran yaitu untuk mengadaptasi pembelajaran terhadap perbedaan individual berkaitan dengan kemampuan siswa maupun pencapain

prestasi siswa. Teams Asissted

Individualization (TAI) termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran TAI, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen dan selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya.

2.4 Model Pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT)

Model pembelajaran NHT

merupakan teknik yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

saling membagikan ide-ide dan

mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini mendorong

(7)

peserta didik untuk meningkatkan kerjasama mereka.

2.5 Integrasi Model Pembelajaran Teams Assisted Individualization (TAI) dan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

Integrasi berasal dari bahasa Latin yaitu integer, yang berarti keseluruhan atau seluruh dan bersifat utuh. Integer adalah menggabungkan beberapa bagian sehingga dapat bekerja sama atau

membentuk keseluruhan. Secara

etimologi integrasi merupakan

pembauran yang menjadi kesatuan yang utuh dan bulat.

Berikut ini adalah langkah-langkah

pelaksanaan pembelajaran integrasi

model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) dengan model Numbered Head Together (NHT).

1) Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS)/ bahan ajar yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT). 2) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru. 3) Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor

dasar atau skor awal. 4) Guru

membentuk beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang, rendah) jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda-beda serta kesetaraan gender. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama

kelompok yang berbeda. 5) Guru membagikan bahan ajar kepada setiap

siswa sebagai bahan yang akan

dipelajari. 6) Hasil belajar siswa secara individual yang telah diberikan oleh guru didiskusikan dalam kelompok. Dalam

diskusi kelompok, setiap anggota

kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok. 7) Setelah siswa mendiskusikan hasil belajar mereka, guru kemudian menyebut satu nomor, dan bagi siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama yang disebut oleh guru tersebut mengangkat tangan

dan menyiapkan jawaban kepada

temannya yang lain yang ada dalam kelas tersebut. Demikian seterusnya sampai semua nomor dari masing-masing siswa tersebut disebut. 8) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat

rangkuman, mengarahkan, dan

memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari, dan menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang telah disajikan. 9) Setelah membuat rangkuman, guru memberikan kuis berikutnya kepada siswa secara individual untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa atas materi-materi yang telah dibahas. 10) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis.

2.6 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan judul penelitian, rumusan masalah serta kajian teoritis yang telah diuraikan diatas maka peneliti merumuskan hipotesis tindakan terdapat peningkatan hasil belajar siswa dengan

(8)

menggunakan integrasi model

pembalajaran Teams Asissted

Individualization (TAI) dan Number Heads Together (NHT) dalam mata pelajaran geografi materi Dinamika dan Masalah Kependudukan‖.

2.7 Indikator Keberhasilan

Untuk mengukur keberhasilan pada pelaksanaan tindakan ini peneliti menggunakan indikator keberhasilan dan ditetapkan sebagai berikut :

1. Kegiatan guru dalam pembelajaran dikatakan terlaksana dengan baik, jika jumlah persentase aspek berkategori baik (B) dan sangat (SB) mencapai 85.

2. Kegiatan siswa dikatakan terlaksana dengan baik jika jumlah persentase aspek yang berkategori baik dan sangat baik mencapai 85

3. Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal berhasil jika sebanyak 85% siswa yang memperoleh nilai atau skor minimal 75.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Penelitian

Penelitian ini merupakan

Penelitian Tindakan Kelas yang

dilaksanakan di SMA Negeri 1 Anggrek, Desa Tolango, Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, pada kelas XI IPS C1.

3.2 Variabel Penelitian

Dalam melakukan penelitian

PTK ada beberapa variabel yang perlu diperhatikan yaitu :

3.2.1 Variabel Input 3.2.2 Variabel Proses 3.2.3 Variabel Output

3.3 Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah : a. Tahap Persiapan (Perencanaan) b. Tahap pelaksanaan Tindakan c. Tahap Observasi Dan Evaluasi d. Tahap Analisis dan Refleksi Data dan Sumber Data

1) Data kuantitatif : nilai tes siswa berupa tes essay, data ini menjadi data

utama dalam penelitian. 2) Data

kualitatif : data aktivitas Guru,aktivitas siswa, serta hasil dokumentasi (berupa foto kegiatan pembelajaran).

3.4 Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tiga cara yaitu :

3.4.1 Lembar Pengamatan aktivitas guru

Dalam pengamatan ini dilakukan oleh guru geografi SMA N 1 Anggrek selaku pengamat atau observer. Dalam kegiatan ini pengamat mencatat dan menilai aktivitas yang dilakukan oleh peneliti, dalam kegiatan pembelajaran

instrument yang digunakan adalah

lembar pengamatan aktivitas guru ini digunakan untuk menilai aktivitas guru dalam proses pembelajaran didalam kelas, yang dimulai dari membuka

pelajaran sampai mengakhiri

pembelajaran di kelas.

3.4.2 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa

Lembar ini dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana aktivitas siswa didalam kelas pada saat proses belajar mengajar instrument yang digunakan adalah lembar pengamatan aktivitas siswa. setiap 10 siswa diamati oleh satu

(9)

pengamat dan disesuaikan dengan jumlah kelompok.

3.4.3 Tes Hasil Belajar

Lembar tes ini dimaksudkan untuk mengukur taraf penguasaan materi

pembelajaran setelah siswa diberi

tindakan. Dimana tes yang digunakan berupa bentuk tes uraian yang tidak terbatas.

3.5 Teknik analisis data

Setelah menggunakan beberapa instrument penelitian tentunya peneliti mendapatkan informasi dari data hasil tindakan. Langkah selanjuttnya adalah data yang sudah terkumpul tadi diolah dan dianalisis pada saat berlangsungnya penelitian, mulai dari awal pelaksanaan sampai akhir tindakan.

a. Kegiatan guru dan kegiatan siswa

Untuk mengetahui hasil

keterlaksanaan pembelajaran kegiatan guru dan kegiatan siswa selama proses belajar mengajar, maka akan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Presentase setiap Aspek =

jumlah aspek yang dicapai

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑋 100%

1. Hasil Belajar siswa

Untuk mengetahui hasil belajar siswa, guru melihat ketuntasan belajar yang terdiri dari ketuntasan individual, ketuntasan klasikal, dan nilai rata-rata, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Ketuntasan Perorangan = jumlah skor yang dipe roleh siswa

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ𝑎𝑛 𝑋 100 %

Ketuntasan Klasikal

=

jumlah siswa yang memperolah nilai ≥85%

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑋 100%

( Arikunto, 2013:44) Nilai rata-rata = jumlah nilai seluruh siswa

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑋 100%

Data yang dianalisis meliputi data hasil pengamatan kegiatan guru, hasil pengamatan aktivitas siswa dan tes hasil belajar dengan penafsiran acuan patokan (PAP) sebagai berikut :

Dasar penilaian hasil belajar

siswa dalam mempelajari materi

Dinamika dan Masalah Kependudukan melalui integrasi model kooperartif tipe TAI dan NHT dengan skala sebagai berikut :

85 – 100 =Sangat Baik

75 – 84 = Baik

65 – 74= Cukup)

55 ˗˗ 64 = Kurang Kurang dari 54 = kurang sekali

( Arikunto, 2013:44)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Anggrek pada materi Dinamika Dan Masalah Kependudukan dengan menggunakan Integrasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams Asisted Individualization (TAI) dan Numbered Head Together

(NHT) di kelas XI IPS C1 yang

berjumlah 30 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus mempunyai alokasi waktu dua kali pertemuan. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya peningkatan mutu dan kualitas hasil belajar siswa.

(10)

4.1 Tindakan yang dilakukan 4.1.1 Siklus I

1. Hasil pengamatan Guru

Lembar pengamatan kegiatan guru terdiri dari 14 aspek pembelajaran yang telah direncanakan dan setiap aspeknya diamati oleh guru pengamat dan hasil analisis datanya disajikan dalam tabel 5. berikut ini.

Tabel.5 Hasil Pengamatan kegiatan Guru Siklus I

Pertemuan Kriteria Aspek yang

diamati Keterangan F % I SB 3 21.43% B 7 50% C 3 21.43% K 1 7.14% II SB 5 35.71% B 6 42.86% C 3 21.43% K 0 0% Jumlah 14 100%

Data olahan Pengamatan Kegiatan Guru 2015

Dari tabel 5 diatas , diperoleh gambaran bahwa dari 14 penglolaan aktivitas guru pada kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan integrasi model pembelajaran TAI dan NHT, maka didapatkan hasil dengan kriteria sangat baik memperoleh 3 aspek (21.43%) untuk pertemuan pertama, pada pertemuan kedua memperoleh 5

aspek (35.71%). Presentase kriteria baik pada pertemuan pertama memperoleh 7 aspek (50%) sedangkan pada pertemuan kedua memperoleh 6 aspek (42.86%) untuk kriteria cukup pada pertemuan pertama memperoleh 3 aspek (21.43%) dan pertemuan kedua juga memperoleh 3 aspek (21.43%) adapun untuk kriteria

kurang pada pertemuan pertama

memperoleh 1 aspek (7.14%) dan untuk perrtemuan kedua tidak memperoleh satu aspek pun.

Sementara rekapitulasi dari

pengamatan pengelolaan kegiatan belajar mengajar dapat dilihat pada tabel 6 :

Pertemuan SB B C K I 21.43% 50% 21.43% 7.14% II 35.71% 42.86% 21.43% 0% Persentase % (SB+ B) 71.43% 78.57% Persentase rata-rata : 75%

Pada tabel 6 ini menunjukkan bahwa dari 14 aspek dalam proses belajar mengajar dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan integrasi model pembelajaran TAI dan NHT terdapat rata-rata persentase sangat baik adalah 71.43% dan baik 78.57%. jadi rata-rata hanya mencapai 75%. Persentase ini belum dikatakan berhasil sehingga aspek pengelolaan proses aktivitas guru dalam kegiatan belajar

mengajar yang belum memenuhi

dioptimalkan pada siklus II.

2.Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa

Hasil pengamatan aktivitas siswa terhadap 30 siswa yang dikenai tindakan selama dua kali pertemuan pada siklus I dengan pertemuan 1 dan 2 belum dikatakan berhasil karena kriteria sangat baik (SB) ditamba baik (B) masih

(11)

dibawah indikator kinerja yaitu 85% yaitu dimana dari 30 siswa terdapat 16 siswa atau 53,33% yang mencapai kriteria sangat baik (SB) dan baik (B),dan 14 siswa atau 46,67% belum mencapai kriteria indikator kinerja. Jadi sebagian siswa belum mencapai hasil yang diharapkan sesuai indikator kinerja.

3. Hasil belajar

Berdasrkan hasil evaluasi belajar siswa pada siklus I diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel.8 Hasil evaluasi belajar siswa siklus 1

No Nilai Frekuensi Presenta se Kriteria 1 90 -˗ 100% 8 26,67% SB 2 75 ˗˗ 89% 12 40% B 3 60 -˗ 74% 7 23,33% C 4 40-˗ 59% 3 10% K 5 0—39% 0 0% KS Jumlah 30 100%

Data olahan hasil belajar tahun 2015

Berdasakan tabel 8. diatas dapat diketahui bahwa rata-rata hasil evaluasi siklus I terhadap 30 siswa adalah 76,97% dengan nilai tertinggi 96 dan nilai terendah 46. Sedangkan yang memenuhi

nilai KKM (Kriteria Ketuntasan

minimum) yang ditentukan 75 yaitu 20 siswa atau 66.67%. dari data yang diperoleh pada siklus I maka dilakukan refleksi yang mendorong perbaikan pembelajaran ke siklus II.

Tingkat kognitif hasil belajar siswa siklus I menunjukkan bahwa untuk C1, yakni 65%, C2, yakni 50%, C3, yakni 80%, dan C4, yakni 10%. Perbedaan presentase dari setiap tingkat

kognitif (C1,C2,C3,C4) ini dikarenakan oleh pola atau cara berpikir siswa yang berbeda dan juga kesulitan soal.

4.Tahap Refleksi

Dari refleksi yang dilakukan

melalui diskusi tersebut serta

memperhatikan data hasil pengamatan dan hasil belajar siswa. hasil belajar siswa yang memperoleh nilai 75 keatas hanya berjumlah 66.67% dapat diketahui bahwa pembelajaran siklus I belum terlaksana secara optimal, sehingga belum mencapai indikator kinerja yang diharapkan.

Siklus II

1) Hasil Pengamatan Kegiatan Guru

Lembar pengamatan kegiatan guru terdiri dari 14 aspek pembelajaran yang telah direncanakan dan setiap aspeknya diamati oleh guru pengamat. Data hasil pengamatan kegiatan guru pada pertemuan pertama dan kedua siklus II dapat dilihat hasil analisis datanya disajikan dalam tabel 11.

Tabel.11 Pengamatan Guru Siklus II

Pertemuan Kriteria Aspek yang

diamati Keterangan F % I SB 4 28.57% B 8 57.14% C 2 14.29% K 0 0% II SB 6 42.86% B 7 50% C 1 7.14%

(12)

K 0 0%

Jumlah 14 100%

Dari tabel 11 diatas , diperoleh gambaran bahwa dari 14 penglolaan aktivitas guru pada kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan integrasi model pembelajaran TAI dan NHT, pada siklus II maka didapatkan

hasil dengan kriteria sangat baik

memperoleh 4 aspek (28.57%) untuk pertemuan pertama, pada pertemuan kedua memperoleh 6 aspek (42.86%). Persentase kriteria baik pada pertemuan pertama memperoleh 8 aspek (57.14%)

sedangkan pada pertemuan kedua

memperoleh 7 aspek (50%) untuk kriteria cukup pada pertemuan pertama memperoleh 2 aspek (14.29%) dan pertemuan kedua juga memperoleh 1 aspek (7.14%) adapun untuk kriteria kurang pada pertemuan pertama dan kedua tidak memperoleh aspek.

Sementara rekapitulasi dari

pengamatan pengelolaan kegiatan belajar mengajar dapat dilihat pada tabel 12 :

Pertemuan SB B C K I 28.57% 57.14% 14.29% 0% II 42.86% 50% 7.14% 0% Persentase % (SB+ B) 85.71% 92.86% Persentase rata-rata : 89.28%

Pada tabel 12 ini menunjukkan bahwa dari 14 aspek dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan integrasi model pembelajaran TAI dan NHT terdapat rata-rata persentase sangat baik adalah 85.71% dan baik 92.86%.

jadi rata-rata mencapai 89.28%.

Persentase ini sudah dikatakan berhasil sehingga aspek pengelolaan proses aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar tidak dilanjutkan lagi ke siklus III.

2. Hasil pengamatan Aktivitas siswa

Hasil pengamatan aktivitas siswa yang terdapat pada siklus II dalam proses pembelajaran yang terdapat 12 aspek yang harus diamati dan sesuai dengan integrasi model pembelajaran Team Asisted Individualization (TAI) dan Numbered Heads Together (NHT) pengamatan terhadap aktivitas siswa dibantu oleh guru mitra dan salah satu teman sejawat.

Hasil pengamatan aktivitas siswa terhadap 30 siswa yang dikenakan tindakan selama dua kali pertemuan pada siklus II dengan pertemuan 1 dan 2

sudah dikatakan berhasil karena

persentase kriteria sangat baik (SB) ditamba baik (B) yaitu dimana dari 30 siswa terdapat 27 siswa atau 90% yang mencapai kriteria sangat baik (SB) dan baik (B) dan 3 siswa atau 10% belum mencapai indikator kinerja. Sehingga

pada aktivitas siswa mengalami

peningkatan dengan persentase 36.67%.

3. Hasil belajar siswa

Berdasarkan hasil evaluasi tes hasil belajar siswa pada siklus II diperoleh sebagai berikut :

Tabel.14 Perolehan nilai siklus II

No Nilai Frekuensi Presentase Kriteria 1 90 -˗ 100 12 40% SB 2 75 ˗˗ 89 17 56,67% B 3 60 -˗ 74 1 3.33% C 4 40 -˗ 59 0 0% K 5 0 -˗ 30 0 0% KS Jumlah 30 100%

(13)

Berdasakan tabel 14. dapat diketahui bahwa rata-rata hasil evaluasi siklus II terhadap 30 siswa adalah 87.67% dengan nilai tertinggi 97 dan nilai terendah 73. Sedangkan yang

memenuhi nilai KKM (Kriteria

Ketuntasan minimum) yang ditentukan 75. ini menunjukan bahwa kemampuan siswa sudah mengalami peningkatan setiap siklusnya

Tingkat kognitif hasil belajar siswa siklus I menunjukkan bahwa untuk C1, yakni 55,89%, C2, yakni 86.67%, C3, yakni 36.67%, dan C4, yakni 40%. Perbedaan presentase dari setiap tingkat kognitif (C1,C2,C3,C4) ini dikarenakan oleh pola atau cara berpikir siswa yang berbeda dan juga kesulitan soal.

4. Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan pada akhir siklus dengan tujuan untuk mendapatkan

gambaran tentang tindakan yang

dilaksanakan dalam meningkatkan

aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.

a. Aktivitas guru pada siklus II meningkat sehingga telah mencapai

standar ketuntasan yang telah

ditentukan yaitu 85% untuk aspek sangat baik dan baik.

b. Aktivitas siswa pada siklus II meningkat sehingga telah mencapai

standar ketuntasan yang telah

ditentukan yaitu 85% untuk aspek sangat baik dan baik.

c. Tes hasil belajar pada silkus II meningkat sehingga telah mencapai standar ketuntasan lebih 85%.

Sebagai bahan perbandingan,

berikut disajikan tabel perbandingan hasil belajar siswa pada siklus I dan

siklus II.Tabel. 15 Perbandingan Hasil belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

Aspek Siklus I Siklus II Nilai Rata-rata kelas 76,97% 87,67% Ketuntasan Klasikal 66,67% 96,67% Tuntas 20 29 Tidak Tuntas 10 1

Data olahan hasil belajar tahun 2015

PEMBAHASAN

Belajar merupakan kegiatan

terencana yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Hal itu pula yang menjadi landasan objektif dalam pelaksanaan pembelajaran materi dinamika dan masalah kependudukan melalui integrasi model pembelajaran TAI dan NHT. Hasil yang dicapai akan terlihat dari perubahan kemampuan dalam menguasai materi tersebut.

Pada siklus 1 hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tes uraian dengan butir soal yang berbeda tingkat ranah kognitifnya. Pada siklus I ranah kognitif aspek CI,C2,C3,C4, sama dengan ranah kognitif disiklus II pada siklus I hasil

belajar siswa masih rendah ini

dikarenakan ada beberapa aspek dalam kegiatan yang belum berhasil. Aspek itu meliputi, keterlaksanaan pembelajaran, aktivitas guru dan aktivitas siswa yang belum tercapai pada siklus I yang diberikan oleh guru belum mencapai kriteria keberhasilan yang diharapkan, dari 30 siswa yang dikenai tindakan dengan menggunakan integrasi model pembelajaran TAI dan NHT pada materi dinamika dan masalah kependudukan dengan KKM 75. Hanya sebanyak 20

(14)

siswa atau 66.67% yang dinyatakan tuntas dan 10 siswa lainnya atau sebesar

33.33% dinyatakan tidak tuntas.

Sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas menjadi 29 orang atau sebesar 96.67% dan yang tidak tuntas 1 orang atau sebesar 3.33% hal ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan sebesar 30%.

Kegiatan keterlaksanaan

pembelajaran yang diamati pertemuan I dan II pada siklus 1 belum mencapai

ketuntasan yakni hanya mencapai

53.33% dari 12 aspek yang diamati. Aspek yang belum tercapai yaitu

menyiapkan diri untuk belajar,

menjawab apersepsi, memperhatikan tujuan pembelajaran, berdiskusi dalam kelompok, mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan teman. Aspek-aspek yang belum optimal ini diadakan perbaikan pada pembelajaran pada siklus II. Pada siklus II dapat dikatakan

berhasil karena telah mengalami

peningkatan yaitu aspek-aspek yang tercapai menyiapkan diri untuk belajar, menjawab apersepsi, memperhatikan tujuan pembelajaran,berdiskusi dalam kelompok, mengangkat tangan dan

menjawab pertanyaan teman,

mempelajari bahan ajar, mengerjakan

kuis secara individual, melakukan

refleksi dan menerima penghargaan berdasarkan kelompok. dimana dari 30 siswa ada 27 siswa atau 90% yang mencapai kriteria sangat baik (SB) dan baik (B). dan ada 3 siswa atau 10%.

sehingga hasil yang diperoleh

mengalami peningkatan mencapai

36.67% pada aktivitas siswa. Dengan demikian untuk pengamatan aktivitas siswa sudah berhasil sebab telah

mencapai indikator kinerja yang

ditetapkan.

Pengamatan aktivitas guru pada siklus 1 dari 14 aspek. Aspek yang

diamati belum mencapai kriteria

ketuntasan yang diharapkan. Dari

pertemuan 1 dan 2, dimana hanya mencapai 75% hal ini disebabkan kurangnya persiapan guru dalam proses

pembelajaran dikelas, sehingga

pengelolaan pembelajaran belum

optimal. Aspek-aspek yang belum

mencapai kriteria ketuntasan yaitu

mengingatkan materi sebelumnya

dengan materi yang akan diajarkan,

memberikan apersepsi, memotivasi

siswa dengan mengajukan pertanyaan, melakukan refleksi. Aspek-aspek yang belum optimal ini diadakan perbaikan pada pembelajaran pada siklus II. Pada siklus II yang tuntas mencapai 89.28%. karena aspek-aspek yang tidak berhasil pada siklus I sudah optimal dan maksimal dalam mengajar sehingga hasil yang diperoleh mengalami peningkatan mencapai 14.28% pada aktivitas guru. Dengan demikian untuk pengamatan aktivitas guru sudah berhasil sebab telah

mencapai indikator kinerja yang

ditetapkan.

Peningkatan hasil belajar yang terjadi dari siklus I ke siklus II disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : Pertama, faktor siswa yang sudah mulai terbiasa dengan menggunakan integrasi

model pembelajaran yaitu Teams

Asissted Individualization (TAI) dan Numbered Heads Together (NHT), hal ini disebabkan karena integrasi model

pembelajaran Teams Asissted

Individualization (TAI) dan Numbered Heads Together (NHT) dilakukan secara berulang dengan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II sehingga siswa mulai terbiasa dengan menggunakan integrasi

(15)

model pembelajaran Teams Asissted Individualization (TAI) dan Numbered Heads Together (NHT). Kedua, dengan integrasi model pembelajaran Teams Asissted Individualization (TAI) dan Numbered Heads Together (NHT) pada siklus II lebih bersemangat dan lebih mengaktifkan siswa. pada siklus I dengan menggunakan metode diskusi pada sub materinya adalah ―Sumber data kependudukan dan kuantitas dan analisis demografi‖ akan tetapi pada saat diskusi masih banyak siswa yang belum aktif dalam berdiskusi. Pada siklus ke II

masih sama dengan menggunakan

metode diskusi dengan sub materi tentang ―mobilitas penduduk dan

pengendaliaannya dan―permasalahan

kependudukan dan solusinya‖ mereka

lebih aktif dalam berdiskusi

dibandingkan dengan pada saat proses pembelajaran pada siklus I. Dan yang Ketiga, siswa sudah familiar dengan soal yang diberikan pada waktu diberikan kuis dan tes hasil belajar menggunakan soal yang sama sehingga siswa mampu dan mudah memahami serta menjawab soal-soal yang telah diberikan oleh guru. Ketiga faktor inilah yang membuat hasil belajar siswa meningkat pada siklus II.

Proses pembelajaran yang

digunakan pada siswa kelas XI IPSC1

SMA Negeri 1 Anggrek adalah

pembelajaran dengan menggunakan

integrasi model pembelajaran Team Asisted Individualization (TAI) dan Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran yang merupakan bagian dari model kooperatif

learning yang bertujuan untuk

meningkatkan daya paham dan daya

ingat siswa tentang materi yang

dijelaskan. Hal tersebut dapat dilihat dari

aktivitas dan hasil belajar siswa yang semakin meningkat antara siklus I dan Siklus II.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitiaan

yang dilakukan terkait dengan

―Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Integrasi Model

Pembelajaran Teams Asissted

Individualization (TAI) dan Numbered Heads Together (NHT) dalam Materi

Dinamika dan Masalah

Kependudukkan‖, maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah dilakukannya

pembelajaran dengan menggunakan

integrasi model pembelajaran Teams Asissted Individualization (TAI) dan Numbered Heads Together (NHT).

Hal tersebut dapat dilihat dari hasil yang diperoleh berdasarkan tindakan yang telah diberikan kepada siswa kelas

XI IPSC1 SMA N 1 Anggrek.

Kec.Anggrek Kab. Gorontalo Utara.

Dapat disimpulkan bahwa untuk

kegiatan guru dalam pembelajaran yaitu pada siklus I yang mendapat kriteria sangat baik adalah 71.43% dan yang mendapat kriteria baik adalah 78.57%. Sedangkan pada siklus II yang mendapat kriteria sangat baik 85,71% dan yang mendapat kriteria baik 92,86% .Untuk hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus I yang memperoleh kriteria sangat baik (SB) yaitu dimana dari 30 siswa terdapat 16 siswa atau 53,33% yang mencapai kriteria sangat baik (SB) dan baik (B) mengalami peningkatan pada siklus II yaitu dimana dari 30 siswa ada

(16)

27 siswa atau 90% yang mencapai kriteria sangat baik (SB) dan baik (B).

Sehingga pada aktivitas siswa

mengalami peningkatan dengan

persentase 36.67%.Peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I yaitu dari 30 siswa yang tuntas hanya 20 siswa yaitu mencapai 66,67% dan tidak tuntas mencapai 33,33% sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar siswa yakni sebanyak 96,67% yang dinyatakan tuntas dan siswa yang tidak tuntas hanya 3,33% jadi terlihat adanya peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dan II sebanyak 30%.

Saran

1. Guru diharapkan dapat menerapkan dan menggabungkan dua model pembelajaran seperti Integrasi model

pembelajaran Teams Asissted

Individualization (TAI) dan

Numbered Heads Together (NHT)

dengan baik pada kegiatan

pembelajaran di kelas. Hal ini dapat

dilakukan apabila konsep

pembelajaran dan situasi belajar

mendukung untuk menggunakan

model atau metode pembelajaran tersebut.

2. Penelitian ini diharapkan dapat mendorong para pembaca khususnya pendidik untuk melakukan penilitian sejenis pada mata pelajaran atau konsep pelajaran yang lain.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi refleksi bagi para pendidik untuk dapat menemukan metode atau model pembelajaran yang tepat untuk dapat diterapkan dalam proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. 2003. PsikologiPendidikan. Edisi Revisi, PT. Jakarta: Rineka Ciptadiruang. Arikunto, Suharsimi 2013. Manajemen

Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Mulyono Abdurrahman. 2003.

Pendidikan Bagi Anak

Berkesulitan Belajar : Jakarta : Rineka Cipta.

Sudjana. Nana. 2004. Dasar-dasar Belajar Mengajar. Bandung Sinar Baru Agresindo

Sudjana.Nana.2008.Penilaian Hasil

Proses Belajar Mengajar

Bandung:Remaja Rosdakarya.

Slavin, Robert.2005. Cooperatif

Learning, Bandung, Nusa Media.

Suyatno. 2007. Menjelajah

Pembelajaran Aktif.

Surabaya: Musmedia Buana Pustaka

Referensi

Dokumen terkait

(disesuaikan dengan judul dan masalah yang dihadapi perusahaan/lembaga, serta alternatif yang diusulkan serta bagaimana seharusnya yang ideal berdasarkan kajian teori dan

Kesehatan Lingkungan Indonesia, Volume 14 Nomor 2, Oktober 2015. Devi Yanuar Permatsari, “Hubungan Status Gizi, Umur dan Jenis

Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen       atas tepat dibawah diafragma... Sebelah atas lambung terdapat cekungan kurvatura       minor, dan bagian kiri

maka Pokja Pengadaan Barang, Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya Pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun Anggaran 2014 mengumumkan Paket tersebut di

Skenario penetapan biaya-plus menunjukkan bahwa para pelanggan percaya bahwa adil bagi para penjual untuk meneruskan kenaikan biaya. Tapi apakah hal ini selaras,

(6) Hasil model akhir dari regresi linear tersebut dapat menunjukkan hubungan yang dimiliki tiap karakte- ristik dengan operating voltage.. Karakteristik flat- ness dan length

Apakah Anda setuju bahwa prestasi yang dicapai Valentino Rossi mampu menarik perhatin khalayak dengan menjadikan dia ikon iklan sepeda motor Yamaha Jupiter MX Yamaha

ناك نم ةيحان ةيرظّلا ةيمداكآا ّنأ دئاوف نم اذ ثحبلا فوس لّهسي سّرد ا وأ ذيتاسأا ي ّرري ذيماّتلا ىلع ةردق ةءارق صوصّلا ةيبرعلل فوسو نوكي ةناعإ كفّتلا ىلع