DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI KECAMATAN
MERBAU KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI Dewi Maharani1, Haris Gunawan2, Titrawani 2
1
Mahasiswa Program S1 Biologi, FMIPA-UR 2
Dosen Jurusan Biologi FMIPA-UR
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia
dhewy_maharani@yahoo.co.id
ABSTRACT
Mangrove is a habitat for many species of flora and fauna one of them, is the gastropods. Changes in ecosystem condition is thought to affect the existence of species of gastropods. This study aims to determine the distribution and abundance of gastropod communities and analyze the effect of different mangrove zonation on the distribution and abundance of Gastropods communities in two different locations. This study was conducted from November to December 2014 in two different mangrove areas, ie. natural mangrove and rehabilitation-mangrove area, of Merbau District, Meranti Islands Regency. The method used in this research was survey method. Sampling was conducted only one period, during low tide, using 10m x 10m plot which includes five 1m x 1m subplot. There were 6 and 5 families of Gastropod species found in the natural mangrove and rehabilitation-mangrove area of Merbau District. Analysis data showed that the distribution of gastropods for both observation stations was spreading evenly. Gastropod species richness was highest on the first zonation (Avicennia spp.) with the abundance of Cerithidea obtusa 74 ind. / m2 and the lowest in the second zonation (Rhizophora spp.) with the abundance of Nerita furniculata 0.6 ind / m2. The test of 2 x 3 contingency showed the presence of a significant effect on the distribution and abundance of gastropods.
Keywords : Abundance, distribution, Gastropods, Mangrove ABSTRAK
Mangrove merupakan salah satu habitat berbagai jenis flora dan fauna salah satunya adalah Gastropoda. Perubahan kondisi ekosistem ini diduga mempengaruhi keberadaan spesies Gastropoda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan kelimpahan komunitas Gastropoda serta Menganalisis pengaruh perbedaan zonasi mangrove terhadap distribusi dan kelimpahan komunitas Gastropoda pada dua lokasi yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2014 di kawasan mangrove Kecamatan Merbau Kabupaten Kepulauan Meranti, di dua kawasan mangrove yang berbeda yaitu kawasan mangrove Alami dan kawasan mangrove rehabilitasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, pengambilan sampel dilakukan hanya satu periode, pada waktu surut. Pengambilan sampel menggunakan plot berukuran 10 x 10 m yang didalamnya dibuat 5 subplot
Repository FMIPA 2 berukuran 1 x 1. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 6 spesies dan 5 family Gastropoda di mangrove Kecamatan Merbau. Hasil dari analisis data menunjukkan bahwa distribusi Gastropoda untuk kedua stasiun pengamatan yaitu sebarannya merata. Kelimpahan spesies Gastropoda tertinggi terdapat pada zonasi satu (zonasi Avicennia sp.) yaitu spesies Cerithidea obtusa dengan kelimpahan 74 Ind/m2 dan terendah pada zonasi dua (zonasi Rhizophora sp.) yaitu pada spesies
Nerita furniculata dengan kelimpahan 0,6 Ind/m2. Hasil uji kontengensi 2 x 3 menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan terhadap distribusi dan kelimpahan Gastropoda.
Kata kunci : Distribusi, Gastropoda, Kelimpahan, Mangrove. PENDAHULUAN
Mangrove didefinisikan sebagai tipe vegetasi yang terdapat di perairan laut dan payau. Secara umum mangrove dibatasi zona pasang-surut, mulai dari batas air surut terendah hingga pasang tertinggi. Mangrove disebut juga sebagai hutan pantai, hutan payau atau hutan bakau. Kecamatan Merbau merupakan daerah pesisir atau pantai timur yang dikelilingi oleh hutan mangrove yang sangat luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi untuk fauna maupun
floranya. Salah satu faunanya yaitu
kelompok dari kelas Gastropoda yang
hidup diperakaran dan
dilumpur/substrat mangrove yang memliki peran dalam menjaga keseimbangan ekologi di hutan mangrove dalam bentuk siklus rantai makanan.
Gastropoda termasuk filum Moluska merupakan jenis
decomposer dan mineralisasi materi
organic terutama yang bersifat
herbivore dan detrivor yaitu dengan
memakan serasah - serasah mangrove, sehingga menjadi lebih kecil dan dapat dimakan oleh organisme lain seperti larva ikan dan udang. Selain itu kelompok dari kelas Gastropoda juga dijadikan bioindikator
pencemaran lingkungan dan pulihnya fungsi vegetasi mangrove dilihat dari
kepadatannya pada suatu ekosistem mangrove. Kelimpahan dan distribusi Gastropoda dipengaruhi oleh lingkungan habitatnya, ketersediaan makanan, pemangsaan, dan juga kompetisi. Selain itu, tekanan ekologis dan perubahan lingkungan seperti perbedaan zonasi mangrove dapat mempengaruhi distribusi dan kelimpahan organisme tersebut (Arief 2003).
Untuk pengelolaan kawasan hutan mangrove secara terpadu, perlu diketahui bagaimanakah distribusi dan kelimpahan komunitas Gastropoda di hutan mangrove alami dan yang direhabilitasi pada setiap zonasi mangrove, sehingga bisa diketahui pengaruh perbedaan zonasi mangrove
terhadap distribusi dan kelimpahan komunitas Gasropoda di dua lokasi yang berbeda yaitu di hutan mangrove alami dan direhabilitasi dengan demikian keberhasilan rehabilitasi vegetasi mangrove bisa diketahui
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2014 di kawasan rehabilitasi mangrove dan hutan mangrove alami yang terdapat
di Kecamatan Merbau Kabupaten Kepulauan Meranti. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : tali raffia, gunting, kantong asoy, meteran, kamera, buku identifikasi Gastropoda, dan alat tulis. Bahan penelitian yang digunakan adalah alkohol untuk mengawetkan dan semua jenis kelas Gastropoda yang terdapat dikawasan penelitian. Prosedur Kerja Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, yaitu data yang diperoleh merupakan data primer yang langsung didapatkan dari lapangan. Adapun penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara purpose sampling, setelah dilakukan survey terlebih dahulu, dimana lokasinya dianggap dapat mewakili hutan mangrove secara keseluruhan di area penelitian. Analisa data mengikuti beberapa formula berikut ini yaitu :
- Sebaran spesies (Indeks Morisita)
- Kelimpahan, Odum (1993) A=Xi / ni
Keterangan:
A = Kelimpahan (individu/m2) Xi = Jumlah individu dari jenis ke-i
(individu) (perplot).
ni = Luasan plot jenis ke-i ditemukan (m2)
- Hubungan antara distribusi dan kelimpahan Gastropoda terhadap perbedaan zonasimangrove di uji dengan
menggunakan Tabel
Kontengensi 2 x 3. Rumus Che square: X2 = [∑ ] Keterangan:
χ2 = Nilai chi-kuadrat
fe = Frekuensi yang diharapkan fo = Frekuensi yang diperoleh/diamati HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi Gastropoda
Berdasarkan Zonasi Mangrove Total luasan mangrove di Kabupaten Kepulauan Meranti adalah seluas 22.464,36 Ha sebesar 47,7 % dari tutupan mangrove keseluruhan atau seluas 10.710,54 Ha. Luas mangrove di kecamatan Merbau sebesar 436.00 Km2 atau sebesar 165.36 Ha dengan total luasan penutupan mangrove sebesar 1.74 %. (Dinas Kehutanan dan Perkebunan 2014).
Gambar 1. Jumlah Gastropoda yang ditemukan pada Kawasan Mangrove Alami dan Rehabilitasi
Repository FMIPA 4 Pada penelitian ini ditemukan
enam jenis Gastropoda yang terdiri dari Cerithidea obtusa, Telescopium
telescopium, Cassidula aurisfelis, Littoraria melostoma, Chicoreus capucinus dan Nerita furniculata
yang termasuk kedalam lima famili yaitu Pottamididae, Ellobiidae, Liitorinoidae, Muricidae, dan Nerritidae (Gambar 1) Menurut Aksornkoae (1993) beberapa jenis spesies Gastropoda seperti Cerithidea sp. Telescopium sp. Cassidula sp.
Littorina sp. dan Nerita sp.
merupakan jenis yang sering ditemukan pada hutan mangrove.
Jumlah total individu Gastropoda yang ditemukan pada mangrove alami total 1870 individu, jika dibandingkan dengan mangrove rehabilitasi dengan jumlah total 1075 individu. Mangrove alami memiliki umur vegetasi diatas 10 tahun, sedangkan mangrove rehabilitasi umurnya 5 – 6 tahun.
Pada stasiun satu (mangrove alami), di zonasi satu (zonasi
Avicennia sp.) spesies Gastropoda
yang paling banyak ditemukan adalah
Cerithidea obtusa dengan jumlah 370
individu dan Telescopium telescopium dengan jumlah 274 individu. Sedangkan spesies Gastropoda yang paling sedikit ditemukan yaitu spesies dari Cassidula aurisfelis dengan jumlah 38 individu.
Spesies Gastropoda yang paling banyak ditemukan di zonasi dua (zonasi Rhizophora sp.) pada kawasan mangrove alami yaitu
Cerithidea obtusa dengan jumlah 342
individu dan Telescopium telescopium dengan jumlah 246 individu. Spesies Gastropoda yang paling sedikit ditemukan yaitu spesies dari
Chicoreus capucinus yaitu 32
individu.
Spesies Gastropoda yang paling banyak ditemukan di daerah zonasi tiga (zonasi Bruguiera sp.) yaitu Telescopium telescopium
dengan jumlah 301 individu dan
Cerithidea obtusa dengan jumlah 271
individu. Menurut (Wahono 1991) Kedua spesies tersebut merupakan spesies asli di hutan mangrove yang tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan dan tahan hidup 5 hari di daratan.
Spesies yang paling sedikit dijumpai yaitu spesies dari Nerita
furniculata dengan jumlah 7 individu.
Spesies Nerita furniculata menyukai habitat yang dekat dengan laut, yaitu di kayu untuk tambatan sampan nelayan. Spesies Nerita furniculata yang ditemukan di lokasi ini di duga tidak menetap di daerah zonasi tiga, hanya saja tersesat karena terbawa oleh air pasang.
Pada lokasi zonasi satu (zonasi Avicennia sp.) di kawasan mangrove rehabilitasi spesies Gastropoda yang paling banyak ditemukan yaitu spesies dari
Cerithidea obtusa dengan jumlah 163
individu dan Telescopium telescopium dengan jumlah 128 individu. Spesies yang paling sedikit ditemukan yaitu
Cassidula aurisfelis dengan jumlah
29 individu, hal ini disebabkan pada kawasan rehabilitasi ini memiliki perakaran vegetasi yang kecil yang sangat rendah dan substratnya terlalu lembek sehingga tidak disukai oleh
Cassidula aurisfelis yang suka hidup
di perakaran Rhizophora sp.
Spesies Gastropoda tertinggi yang ditemukan yaitu Cerithidea
obtusa dengan jumlah 370 individu
dan Telescopium telescopium dengan jumlah 284 individu. Spesies Gastropoda yang paling sedikit ditemukan yaitu spesies dari Nerita
Repository FMIPA 6 stasiun dua (mangrove rehabilitasi) di
ekosistem mangrove Kecamatan Merbau Kabupaten Kepulauan Meranti disajikan pada Gambar 4.3.
Gambar 3. Kelimpahan Gastropoda yang ditemukan pada Kawasan Mangrove Alami dan Rehabilitasi Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa Kelimpahan spesies di zonasi satu (zonasi Avicennia sp.) pada mangrove alami yang memiliki nilai kelimpahan spesies tertingi yaitu terdapat pada spesies Cerithidea
obtusa dengan nilai kelimpahan 74
ind/m2. Sedangkan kelimpahan spesies yang paling sedikit terdapat pada spesies Ellobium aurijudae dengan nilai kelimpahan 6,8 ind/m2.
Pada zonasi dua (zonasi
Rhizophora sp.) di mangrove alami
spesies yang memiliki nilai kelimpahan tertinggi terdapat pada spesies Telescopium telescopium
dengan nilai kelimpahan 68,4 ind/m2. Spesies Telescopium telescopium
memiliki nilai kelimpahan tertinggi di zonasi dua disebabkan karena pada lokasi dua terdapat sungai sehingga spesies ini menyukai kawasan zonasi dua (zonasi Rhizophora sp.). Sedangkan Gastropoda yang sangat sedikit kelimpahannya terdapat pada spesies Nerita furniculata. Pada zonasi tiga spesies yang memiliki
nilai kelimpahan tertinggi terdapat pada
spesies Telescopium telescopium dengan nilai kelimpahan
60,2 ind/m2. Sedangkan kelimpahan yang terendah terdapat pada Nerita
furniculata dengan nilai kelimpahan
1,4 ind/m2.
Pada stasiun pengamatan yang kedua (mangrove rehabilitasi) di zonasi satu (zonasi Avicennia sp.) kelimpahan tertinggi ditemukan pada spesies Cerithidea obtuse dengan nilai kelimpahan 32,6 ind/m2, sedangkan yang terendah pada spesies
Nerita furniculata 6,6 ind/m2. Pada
zonasi dua (zonasi Rhizophora sp.) spesies yang memiliki nilai kelimpahan tertinggi terdapat pada spesies Cerithidea obtusa dengan nilai kelimpahan 35,6 ind/m2 dan yang terendah pada Nerita furniculata dengan nilai kelimpahan 0,6 ind/m2 dan pada zonasi tiga (zonasi
Bruguiera sp.) spesies yang memiliki
nilai kelimpahan tertinggi terdapat pada spesies Cerithidea obtusa 25,6 ind/m2 dan yang terendah Nerita
furniculata dengan nilai kelimpahan
1,2 ind/m2.
Cerithidea obtusa merupakan
jenis Gastropoda dari famili Potamididae yang paling melimpah di lokasi penelitian. Hal ini disebabkan karena kondisi substrat yang ada di lokasi penelitian banyak mengandung lumpur yang sangat cocok untuk kehidupan Cerithidea obtusa.
Kondisi ini juga terjadi pada penelitian Rudy (2009), di Segera anakan Cilacap, dimana kelimpahan Gastropoda yang tertinggi juga terdapat pada spesies Cerithidea
obtusa. Hal ini sesuai pendapat
Kusrini (1998) bahwa Cerithidea
obtusa merupakan penghuni asli
ekosistem mangrove dan merajai komunitas tersebut.
Uji Kontengensi untuk melihat Pengaruh Perbedaan Zonasi Mangrove Terhadap Distribusi dan kelimpahan Gastropoda
Hasil analisis uji kontengensi pada distribusi Gastropoda menunjukkan nilai T hitung (0,72) lebih kecil dari pada nilai T tabel (5,99) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh perbedaan zonasi terhadap distribusi/sebaran Gastropoda, jadi perbedaan zonasi mempengaruhi pola penyebaran komunitas Gastropoda di kawasan mangrove alami dan rehabilitasi di Kecamatan Merbau Kabupaten Kepulauan Meranti.
Hasil analisis uji kontengensi pada Kelimpahan Gatropoda menunjukkan nilai X hitung (1,505) lebih kecil dari pada X Tabel (5,991) yang berarti bahwa perbedaan zonasi mangrove mempengaruhi kelimpahan Gastropoda di kedua stasiun pengamatan, karena masing – masing stasiun pengamatan memiliki nilai kelimpahan Gastropoda yang berbeda – beda. Hal ini disebabkan oleh kelimpahan di setiap zonasi pada kedua stasiun yaitu kawasan mangrove alami dan kawasan mangrove rehabilitasi terdapat perbedaan.
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan Gastropoda yang ditemukan di area mangrove Kecamatan Merbau Kabupaten Kepulauan Meranti untuk kedua kawasan sampling terdiri dari 6 spesies dan 5 famili. Distribusi Gastropoda untuk setiap stasiun penelitian dikategorikan merata, dengan nilai distribusi < 1. Nilai kelimpahan yang tertinggi terdapat di
mangrove alami di zonasi satu dengan nilai 74 ind/m2 yaitu pada spesies
Cerithidea obtusa. Hasil analisis uji
kontengensi, terdapat pengaruh yang signifikan antara perbedaan zonasi terhadap distribusi dan kelimpahan Gastropoda. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait pengaruh perubahan parameter fisik lingkungan terhadap disrtibusi dan kelimpahan Gastropoda.
DAFTAR PUSTAKA
Aksornkoe. 1993. Ecology and
Management of
Mangrove. IUCN.
Bangkok.Thailand.
Arief, A. M. P. 2003. Hutan
Mangrove Fungsi dan
Manfaatnya. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta. Arifin, 2002. Struktur Komunitas
Pasca Larva Udang
Hubungannya dengan
Karakteristik Habitat
pada Ekosistem
Mangrove danEstuaria
Teluk Cempi NTB. Tesis.
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Barnes, R.S.K dan K.H. Mann. 2000.
Fundamentals of Aquatic
Ecosystems. Blackwell
Scientific Publications. London.
Beagen, D.G. 2000. Pedoman Teknis
Pengenalan dan
Pengelolaan Ekosistem
Mangrove. Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia Beagen, D.G. 2002. Pedoman Teknis
Repository FMIPA 8
Pengelolaan Ekosistem
Mangrove. Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia. Beagen, D.G. 2004. Pedoman Teknis
Pengelolaan Ekosistem
Mangrove. Pusat Kajian
Pesisir dan Lautan. IPB. Bogor.
Chaudhuri, 1994. Mangrove of the
Sundarbands. Bangkok: IUCN-The World Conservation Union. Kennish, M.J. 1990. Ecology of Estuaries :2, Biological Aspects.
Clark, RB. 2004. Marine Pollution.
Claredon Press. Oxford.
Dahuri, R. J.2002. Pengelolaan
Sumberdaya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu. PT.Pradnya
Paramita. Jakarta.
Dewiyanti. 2004. Struktur Komunitas
Moluska (Gastropoda dan Bivalvia) serta Asosiasinya pada Ekosistem Mangrove Di Kawasan Pantai Ulee-Lheue, Banda Aceh, NAD.
Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan. FPIK - IPB. Bogor.
Dharma, B. 2005. Siput dan Kerang
Indonesia (Indonesia
Shells). Sarana Graha.
Jakarta. hal 111.
Dobson. 1988. Jenis Kekayaan
Gastropoda di Lantai
Hutan Mangrove. Hal
245-251.
Ginting. 2010. Indeks
Keanekaragaman
Moluska dan Gastropoda pada Kawasan Ekosistem Mangrove. ITB.Bandung.
Handayani, E.A. 2006.
Keanekaragaman Jenis
Gastropoda di Pantai
Radusanga Kabupaten
Brebes Jawa Tengah.
Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi Universitas Negeri Semarang: Semarang. Harminto. 2003. Penilaian Ekonomi
Ekosistem Hutan
Mangrove dan
Aplikasinya dalam
Perencanaan Wilayah
Pesisir. Yogyakarta:
Graha Ilmu. Hal 46. Haryanto,1993. Studi Rehabilitasi
Hutan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Irawan. 2005. Keanekaragaman
Moluska di Ekosistem
Mangrove. Institut Teknik
Bandung. Bandung. Irwanto. 2006. Keanekaragaman
Fauna Pada Habitat
Mangrove.
Kramadibrata, H. I. 1999. Ekologi
Hewan. Jurusan Biologi
FMIPA Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Kusnoto. 1956. A Journal of Zoology,
Hydrobiology and
Oceanography of the
Indo-Australian Archipelago.
Museum Zoologicum Bogoriense. Bogor.
Kusrini, D. M. 1998. Komposisi dan
Struktur Komunitas Keong.
Kusumah, R. 1994. Pengelolaan
Hutan Mangrove Jawa Barat dan Beberapa Pemikiran untuk Tindak Lanjut. Dalam
Prosiding Seminar V Ekosistem Mangrove di Jember, 3-6 Agustus 1994. Laimeheriwa, M.B. 1993. Teknik KulturFitoplankton dan Kemungkinan Pengembangannya. (Suatu
Alternatif Bagi Penyediaan Pakan Alami Untuk Kelangsungan Hidup Benih Budidaya), Fakultas Perikanan, Universitas Patimura. Ambon.
Magurran, 1988. Ecology Diversity
and ItsMeasurement.
Princeton University Press.179. Princeton.
Naamin. N. 1991. Penggunaan Lahan
Mangrove untuk Budidaya Tambak, Keuntungan dan
Kerugiannya. Dalam
Subagjo Soemodihardjo. Prosiding Seminar 4 Ekosistem Mangrove. Panitia Nasional Pangan MAB Indonesia-LIPI. Jakarta.
Nontji, A. 2007. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta.
Noor, Y.R., M. Khazali, I.N.N. Suryadiputra. 2006. Panduan
Pengenalan Mangrove di
Indonesia. PHKA/WI-IP,
Bogor. Hal 187.
Nuddin. 2010. Penilaian Ekonomi
Ekosistem Hutan Mangrove
dan Aplikasinya dalam
Perencanaan Wilayah
Pesisir. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Pakpahan, A.M. 1993. Kerusakan dan
Upaya Rehabilitasi Hutan Mangrove di Cagar Alam
Pulau Rambut, Teluk
Jakarta. Dalam Simposium
Nasional Rehabilitasi dan Konservasi Kawasan Mangrove
STIPER.Yogyakarta.
Perhutani. 1994. Pengelolaan Hutan
Mangrove dengan
Pendekatan Sosial Ekonomi pada Masyarakat Desa di Pesisir Pulau Jawa. Dalam
Prosiding Seminar V Ekosistem Mangrove di Jember, 3-6 Agustus 1994. Saenger et al. 2002.Global Status
Mangrove. Ecosystem,
IUCN Commossion on Ecology papers : 3.
Siranto. 2011. Keragaman dan Kelimpahan Gastropoda di
Hutan Mangrove Pasca
Rehabilitasi. Hal 234-246.
Soegianto,A. 1994. Ekologi Kunatitatif: Metode Analisis Populasi dan Komunitas.
Penerbit Usaha Nasional. Jakarta.
Sosro Marsono, S. 1989. Zoologi
Avertebrata II. Institut Pertanian Bogor: Bogor. Suhardjono, R. Adisoemarto, S.
1999.Pengembangan
Rancangan
PendayagunaanFauna
Mangrove Indonesia:
Kendala dan Peluang yang tersedia. Proseding Seminar
Repository FMIPA 10 VI Ekosistem Mangrove,
Pekanbaru. Hal 114-126. Susiana. 2011. Struktur Komunitas
Gastropoda di Ekosistem Hutan Mangrove. Hal
234-245.
Suwondo, Elya, E. Fitri. S. 2006.
Struktur Komunitas
Gastropoda pada Hutan
Mangrove di Pulau Sipura
Kabupaten Kepulauan
Mentawai Sumatra Barat.
Toro 1991. Pengelolaan dan Eksploitasi Udang Windu
(Penaeus monodon
Fabricius Di Perairan
Mangrove Segara Anakan, Cilacap. Balitbang Biologi,
Puslitbang Oseanologi LIPI. Jakarta.
Wahono, M. 1991. Aktivitas Harian
Dua Jenis Keong
Potamididae di Hutan
Mangrove Teluk Hurun.