• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI KECAMATAN MERBAU KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI KECAMATAN MERBAU KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI KECAMATAN

MERBAU KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI Dewi Maharani1, Haris Gunawan2, Titrawani 2

1

Mahasiswa Program S1 Biologi, FMIPA-UR 2

Dosen Jurusan Biologi FMIPA-UR

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia

dhewy_maharani@yahoo.co.id

ABSTRACT

Mangrove is a habitat for many species of flora and fauna one of them, is the gastropods. Changes in ecosystem condition is thought to affect the existence of species of gastropods. This study aims to determine the distribution and abundance of gastropod communities and analyze the effect of different mangrove zonation on the distribution and abundance of Gastropods communities in two different locations. This study was conducted from November to December 2014 in two different mangrove areas, ie. natural mangrove and rehabilitation-mangrove area, of Merbau District, Meranti Islands Regency. The method used in this research was survey method. Sampling was conducted only one period, during low tide, using 10m x 10m plot which includes five 1m x 1m subplot. There were 6 and 5 families of Gastropod species found in the natural mangrove and rehabilitation-mangrove area of Merbau District. Analysis data showed that the distribution of gastropods for both observation stations was spreading evenly. Gastropod species richness was highest on the first zonation (Avicennia spp.) with the abundance of Cerithidea obtusa 74 ind. / m2 and the lowest in the second zonation (Rhizophora spp.) with the abundance of Nerita furniculata 0.6 ind / m2. The test of 2 x 3 contingency showed the presence of a significant effect on the distribution and abundance of gastropods.

Keywords : Abundance, distribution, Gastropods, Mangrove ABSTRAK

Mangrove merupakan salah satu habitat berbagai jenis flora dan fauna salah satunya adalah Gastropoda. Perubahan kondisi ekosistem ini diduga mempengaruhi keberadaan spesies Gastropoda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan kelimpahan komunitas Gastropoda serta Menganalisis pengaruh perbedaan zonasi mangrove terhadap distribusi dan kelimpahan komunitas Gastropoda pada dua lokasi yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2014 di kawasan mangrove Kecamatan Merbau Kabupaten Kepulauan Meranti, di dua kawasan mangrove yang berbeda yaitu kawasan mangrove Alami dan kawasan mangrove rehabilitasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, pengambilan sampel dilakukan hanya satu periode, pada waktu surut. Pengambilan sampel menggunakan plot berukuran 10 x 10 m yang didalamnya dibuat 5 subplot

(2)

Repository FMIPA 2 berukuran 1 x 1. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 6 spesies dan 5 family Gastropoda di mangrove Kecamatan Merbau. Hasil dari analisis data menunjukkan bahwa distribusi Gastropoda untuk kedua stasiun pengamatan yaitu sebarannya merata. Kelimpahan spesies Gastropoda tertinggi terdapat pada zonasi satu (zonasi Avicennia sp.) yaitu spesies Cerithidea obtusa dengan kelimpahan 74 Ind/m2 dan terendah pada zonasi dua (zonasi Rhizophora sp.) yaitu pada spesies

Nerita furniculata dengan kelimpahan 0,6 Ind/m2. Hasil uji kontengensi 2 x 3 menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan terhadap distribusi dan kelimpahan Gastropoda.

Kata kunci : Distribusi, Gastropoda, Kelimpahan, Mangrove. PENDAHULUAN

Mangrove didefinisikan sebagai tipe vegetasi yang terdapat di perairan laut dan payau. Secara umum mangrove dibatasi zona pasang-surut, mulai dari batas air surut terendah hingga pasang tertinggi. Mangrove disebut juga sebagai hutan pantai, hutan payau atau hutan bakau. Kecamatan Merbau merupakan daerah pesisir atau pantai timur yang dikelilingi oleh hutan mangrove yang sangat luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi untuk fauna maupun

floranya. Salah satu faunanya yaitu

kelompok dari kelas Gastropoda yang

hidup diperakaran dan

dilumpur/substrat mangrove yang memliki peran dalam menjaga keseimbangan ekologi di hutan mangrove dalam bentuk siklus rantai makanan.

Gastropoda termasuk filum Moluska merupakan jenis

decomposer dan mineralisasi materi

organic terutama yang bersifat

herbivore dan detrivor yaitu dengan

memakan serasah - serasah mangrove, sehingga menjadi lebih kecil dan dapat dimakan oleh organisme lain seperti larva ikan dan udang. Selain itu kelompok dari kelas Gastropoda juga dijadikan bioindikator

pencemaran lingkungan dan pulihnya fungsi vegetasi mangrove dilihat dari

kepadatannya pada suatu ekosistem mangrove. Kelimpahan dan distribusi Gastropoda dipengaruhi oleh lingkungan habitatnya, ketersediaan makanan, pemangsaan, dan juga kompetisi. Selain itu, tekanan ekologis dan perubahan lingkungan seperti perbedaan zonasi mangrove dapat mempengaruhi distribusi dan kelimpahan organisme tersebut (Arief 2003).

Untuk pengelolaan kawasan hutan mangrove secara terpadu, perlu diketahui bagaimanakah distribusi dan kelimpahan komunitas Gastropoda di hutan mangrove alami dan yang direhabilitasi pada setiap zonasi mangrove, sehingga bisa diketahui pengaruh perbedaan zonasi mangrove

terhadap distribusi dan kelimpahan komunitas Gasropoda di dua lokasi yang berbeda yaitu di hutan mangrove alami dan direhabilitasi dengan demikian keberhasilan rehabilitasi vegetasi mangrove bisa diketahui

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2014 di kawasan rehabilitasi mangrove dan hutan mangrove alami yang terdapat

(3)

di Kecamatan Merbau Kabupaten Kepulauan Meranti. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : tali raffia, gunting, kantong asoy, meteran, kamera, buku identifikasi Gastropoda, dan alat tulis. Bahan penelitian yang digunakan adalah alkohol untuk mengawetkan dan semua jenis kelas Gastropoda yang terdapat dikawasan penelitian. Prosedur Kerja Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, yaitu data yang diperoleh merupakan data primer yang langsung didapatkan dari lapangan. Adapun penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara purpose sampling, setelah dilakukan survey terlebih dahulu, dimana lokasinya dianggap dapat mewakili hutan mangrove secara keseluruhan di area penelitian. Analisa data mengikuti beberapa formula berikut ini yaitu :

- Sebaran spesies (Indeks Morisita)

- Kelimpahan, Odum (1993) A=Xi / ni

Keterangan:

A = Kelimpahan (individu/m2) Xi = Jumlah individu dari jenis ke-i

(individu) (perplot).

ni = Luasan plot jenis ke-i ditemukan (m2)

- Hubungan antara distribusi dan kelimpahan Gastropoda terhadap perbedaan zonasimangrove di uji dengan

menggunakan Tabel

Kontengensi 2 x 3. Rumus Che square: X2 = [∑ ] Keterangan:

χ2 = Nilai chi-kuadrat

fe = Frekuensi yang diharapkan fo = Frekuensi yang diperoleh/diamati HASIL DAN PEMBAHASAN

Komposisi Gastropoda

Berdasarkan Zonasi Mangrove Total luasan mangrove di Kabupaten Kepulauan Meranti adalah seluas 22.464,36 Ha sebesar 47,7 % dari tutupan mangrove keseluruhan atau seluas 10.710,54 Ha. Luas mangrove di kecamatan Merbau sebesar 436.00 Km2 atau sebesar 165.36 Ha dengan total luasan penutupan mangrove sebesar 1.74 %. (Dinas Kehutanan dan Perkebunan 2014).

Gambar 1. Jumlah Gastropoda yang ditemukan pada Kawasan Mangrove Alami dan Rehabilitasi

(4)

Repository FMIPA 4 Pada penelitian ini ditemukan

enam jenis Gastropoda yang terdiri dari Cerithidea obtusa, Telescopium

telescopium, Cassidula aurisfelis, Littoraria melostoma, Chicoreus capucinus dan Nerita furniculata

yang termasuk kedalam lima famili yaitu Pottamididae, Ellobiidae, Liitorinoidae, Muricidae, dan Nerritidae (Gambar 1) Menurut Aksornkoae (1993) beberapa jenis spesies Gastropoda seperti Cerithidea sp. Telescopium sp. Cassidula sp.

Littorina sp. dan Nerita sp.

merupakan jenis yang sering ditemukan pada hutan mangrove.

Jumlah total individu Gastropoda yang ditemukan pada mangrove alami total 1870 individu, jika dibandingkan dengan mangrove rehabilitasi dengan jumlah total 1075 individu. Mangrove alami memiliki umur vegetasi diatas 10 tahun, sedangkan mangrove rehabilitasi umurnya 5 – 6 tahun.

Pada stasiun satu (mangrove alami), di zonasi satu (zonasi

Avicennia sp.) spesies Gastropoda

yang paling banyak ditemukan adalah

Cerithidea obtusa dengan jumlah 370

individu dan Telescopium telescopium dengan jumlah 274 individu. Sedangkan spesies Gastropoda yang paling sedikit ditemukan yaitu spesies dari Cassidula aurisfelis dengan jumlah 38 individu.

Spesies Gastropoda yang paling banyak ditemukan di zonasi dua (zonasi Rhizophora sp.) pada kawasan mangrove alami yaitu

Cerithidea obtusa dengan jumlah 342

individu dan Telescopium telescopium dengan jumlah 246 individu. Spesies Gastropoda yang paling sedikit ditemukan yaitu spesies dari

Chicoreus capucinus yaitu 32

individu.

Spesies Gastropoda yang paling banyak ditemukan di daerah zonasi tiga (zonasi Bruguiera sp.) yaitu Telescopium telescopium

dengan jumlah 301 individu dan

Cerithidea obtusa dengan jumlah 271

individu. Menurut (Wahono 1991) Kedua spesies tersebut merupakan spesies asli di hutan mangrove yang tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan dan tahan hidup 5 hari di daratan.

Spesies yang paling sedikit dijumpai yaitu spesies dari Nerita

furniculata dengan jumlah 7 individu.

Spesies Nerita furniculata menyukai habitat yang dekat dengan laut, yaitu di kayu untuk tambatan sampan nelayan. Spesies Nerita furniculata yang ditemukan di lokasi ini di duga tidak menetap di daerah zonasi tiga, hanya saja tersesat karena terbawa oleh air pasang.

Pada lokasi zonasi satu (zonasi Avicennia sp.) di kawasan mangrove rehabilitasi spesies Gastropoda yang paling banyak ditemukan yaitu spesies dari

Cerithidea obtusa dengan jumlah 163

individu dan Telescopium telescopium dengan jumlah 128 individu. Spesies yang paling sedikit ditemukan yaitu

Cassidula aurisfelis dengan jumlah

29 individu, hal ini disebabkan pada kawasan rehabilitasi ini memiliki perakaran vegetasi yang kecil yang sangat rendah dan substratnya terlalu lembek sehingga tidak disukai oleh

Cassidula aurisfelis yang suka hidup

di perakaran Rhizophora sp.

Spesies Gastropoda tertinggi yang ditemukan yaitu Cerithidea

obtusa dengan jumlah 370 individu

dan Telescopium telescopium dengan jumlah 284 individu. Spesies Gastropoda yang paling sedikit ditemukan yaitu spesies dari Nerita

(5)
(6)

Repository FMIPA 6 stasiun dua (mangrove rehabilitasi) di

ekosistem mangrove Kecamatan Merbau Kabupaten Kepulauan Meranti disajikan pada Gambar 4.3.

Gambar 3. Kelimpahan Gastropoda yang ditemukan pada Kawasan Mangrove Alami dan Rehabilitasi Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa Kelimpahan spesies di zonasi satu (zonasi Avicennia sp.) pada mangrove alami yang memiliki nilai kelimpahan spesies tertingi yaitu terdapat pada spesies Cerithidea

obtusa dengan nilai kelimpahan 74

ind/m2. Sedangkan kelimpahan spesies yang paling sedikit terdapat pada spesies Ellobium aurijudae dengan nilai kelimpahan 6,8 ind/m2.

Pada zonasi dua (zonasi

Rhizophora sp.) di mangrove alami

spesies yang memiliki nilai kelimpahan tertinggi terdapat pada spesies Telescopium telescopium

dengan nilai kelimpahan 68,4 ind/m2. Spesies Telescopium telescopium

memiliki nilai kelimpahan tertinggi di zonasi dua disebabkan karena pada lokasi dua terdapat sungai sehingga spesies ini menyukai kawasan zonasi dua (zonasi Rhizophora sp.). Sedangkan Gastropoda yang sangat sedikit kelimpahannya terdapat pada spesies Nerita furniculata. Pada zonasi tiga spesies yang memiliki

nilai kelimpahan tertinggi terdapat pada

spesies Telescopium telescopium dengan nilai kelimpahan

60,2 ind/m2. Sedangkan kelimpahan yang terendah terdapat pada Nerita

furniculata dengan nilai kelimpahan

1,4 ind/m2.

Pada stasiun pengamatan yang kedua (mangrove rehabilitasi) di zonasi satu (zonasi Avicennia sp.) kelimpahan tertinggi ditemukan pada spesies Cerithidea obtuse dengan nilai kelimpahan 32,6 ind/m2, sedangkan yang terendah pada spesies

Nerita furniculata 6,6 ind/m2. Pada

zonasi dua (zonasi Rhizophora sp.) spesies yang memiliki nilai kelimpahan tertinggi terdapat pada spesies Cerithidea obtusa dengan nilai kelimpahan 35,6 ind/m2 dan yang terendah pada Nerita furniculata dengan nilai kelimpahan 0,6 ind/m2 dan pada zonasi tiga (zonasi

Bruguiera sp.) spesies yang memiliki

nilai kelimpahan tertinggi terdapat pada spesies Cerithidea obtusa 25,6 ind/m2 dan yang terendah Nerita

furniculata dengan nilai kelimpahan

1,2 ind/m2.

Cerithidea obtusa merupakan

jenis Gastropoda dari famili Potamididae yang paling melimpah di lokasi penelitian. Hal ini disebabkan karena kondisi substrat yang ada di lokasi penelitian banyak mengandung lumpur yang sangat cocok untuk kehidupan Cerithidea obtusa.

Kondisi ini juga terjadi pada penelitian Rudy (2009), di Segera anakan Cilacap, dimana kelimpahan Gastropoda yang tertinggi juga terdapat pada spesies Cerithidea

obtusa. Hal ini sesuai pendapat

Kusrini (1998) bahwa Cerithidea

obtusa merupakan penghuni asli

ekosistem mangrove dan merajai komunitas tersebut.

(7)

Uji Kontengensi untuk melihat Pengaruh Perbedaan Zonasi Mangrove Terhadap Distribusi dan kelimpahan Gastropoda

Hasil analisis uji kontengensi pada distribusi Gastropoda menunjukkan nilai T hitung (0,72) lebih kecil dari pada nilai T tabel (5,99) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh perbedaan zonasi terhadap distribusi/sebaran Gastropoda, jadi perbedaan zonasi mempengaruhi pola penyebaran komunitas Gastropoda di kawasan mangrove alami dan rehabilitasi di Kecamatan Merbau Kabupaten Kepulauan Meranti.

Hasil analisis uji kontengensi pada Kelimpahan Gatropoda menunjukkan nilai X hitung (1,505) lebih kecil dari pada X Tabel (5,991) yang berarti bahwa perbedaan zonasi mangrove mempengaruhi kelimpahan Gastropoda di kedua stasiun pengamatan, karena masing – masing stasiun pengamatan memiliki nilai kelimpahan Gastropoda yang berbeda – beda. Hal ini disebabkan oleh kelimpahan di setiap zonasi pada kedua stasiun yaitu kawasan mangrove alami dan kawasan mangrove rehabilitasi terdapat perbedaan.

KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan Gastropoda yang ditemukan di area mangrove Kecamatan Merbau Kabupaten Kepulauan Meranti untuk kedua kawasan sampling terdiri dari 6 spesies dan 5 famili. Distribusi Gastropoda untuk setiap stasiun penelitian dikategorikan merata, dengan nilai distribusi < 1. Nilai kelimpahan yang tertinggi terdapat di

mangrove alami di zonasi satu dengan nilai 74 ind/m2 yaitu pada spesies

Cerithidea obtusa. Hasil analisis uji

kontengensi, terdapat pengaruh yang signifikan antara perbedaan zonasi terhadap distribusi dan kelimpahan Gastropoda. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait pengaruh perubahan parameter fisik lingkungan terhadap disrtibusi dan kelimpahan Gastropoda.

DAFTAR PUSTAKA

Aksornkoe. 1993. Ecology and

Management of

Mangrove. IUCN.

Bangkok.Thailand.

Arief, A. M. P. 2003. Hutan

Mangrove Fungsi dan

Manfaatnya. Penerbit

Kanisius. Yogyakarta. Arifin, 2002. Struktur Komunitas

Pasca Larva Udang

Hubungannya dengan

Karakteristik Habitat

pada Ekosistem

Mangrove danEstuaria

Teluk Cempi NTB. Tesis.

Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Barnes, R.S.K dan K.H. Mann. 2000.

Fundamentals of Aquatic

Ecosystems. Blackwell

Scientific Publications. London.

Beagen, D.G. 2000. Pedoman Teknis

Pengenalan dan

Pengelolaan Ekosistem

Mangrove. Pusat Kajian

Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia Beagen, D.G. 2002. Pedoman Teknis

(8)

Repository FMIPA 8

Pengelolaan Ekosistem

Mangrove. Pusat Kajian

Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia. Beagen, D.G. 2004. Pedoman Teknis

Pengelolaan Ekosistem

Mangrove. Pusat Kajian

Pesisir dan Lautan. IPB. Bogor.

Chaudhuri, 1994. Mangrove of the

Sundarbands. Bangkok: IUCN-The World Conservation Union. Kennish, M.J. 1990. Ecology of Estuaries :2, Biological Aspects.

Clark, RB. 2004. Marine Pollution.

Claredon Press. Oxford.

Dahuri, R. J.2002. Pengelolaan

Sumberdaya Wilayah

Pesisir dan Lautan Secara

Terpadu. PT.Pradnya

Paramita. Jakarta.

Dewiyanti. 2004. Struktur Komunitas

Moluska (Gastropoda dan Bivalvia) serta Asosiasinya pada Ekosistem Mangrove Di Kawasan Pantai Ulee-Lheue, Banda Aceh, NAD.

Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan. FPIK - IPB. Bogor.

Dharma, B. 2005. Siput dan Kerang

Indonesia (Indonesia

Shells). Sarana Graha.

Jakarta. hal 111.

Dobson. 1988. Jenis Kekayaan

Gastropoda di Lantai

Hutan Mangrove. Hal

245-251.

Ginting. 2010. Indeks

Keanekaragaman

Moluska dan Gastropoda pada Kawasan Ekosistem Mangrove. ITB.Bandung.

Handayani, E.A. 2006.

Keanekaragaman Jenis

Gastropoda di Pantai

Radusanga Kabupaten

Brebes Jawa Tengah.

Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi Universitas Negeri Semarang: Semarang. Harminto. 2003. Penilaian Ekonomi

Ekosistem Hutan

Mangrove dan

Aplikasinya dalam

Perencanaan Wilayah

Pesisir. Yogyakarta:

Graha Ilmu. Hal 46. Haryanto,1993. Studi Rehabilitasi

Hutan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Irawan. 2005. Keanekaragaman

Moluska di Ekosistem

Mangrove. Institut Teknik

Bandung. Bandung. Irwanto. 2006. Keanekaragaman

Fauna Pada Habitat

Mangrove.

Kramadibrata, H. I. 1999. Ekologi

Hewan. Jurusan Biologi

FMIPA Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Kusnoto. 1956. A Journal of Zoology,

Hydrobiology and

Oceanography of the

Indo-Australian Archipelago.

Museum Zoologicum Bogoriense. Bogor.

(9)

Kusrini, D. M. 1998. Komposisi dan

Struktur Komunitas Keong.

Kusumah, R. 1994. Pengelolaan

Hutan Mangrove Jawa Barat dan Beberapa Pemikiran untuk Tindak Lanjut. Dalam

Prosiding Seminar V Ekosistem Mangrove di Jember, 3-6 Agustus 1994. Laimeheriwa, M.B. 1993. Teknik KulturFitoplankton dan Kemungkinan Pengembangannya. (Suatu

Alternatif Bagi Penyediaan Pakan Alami Untuk Kelangsungan Hidup Benih Budidaya), Fakultas Perikanan, Universitas Patimura. Ambon.

Magurran, 1988. Ecology Diversity

and ItsMeasurement.

Princeton University Press.179. Princeton.

Naamin. N. 1991. Penggunaan Lahan

Mangrove untuk Budidaya Tambak, Keuntungan dan

Kerugiannya. Dalam

Subagjo Soemodihardjo. Prosiding Seminar 4 Ekosistem Mangrove. Panitia Nasional Pangan MAB Indonesia-LIPI. Jakarta.

Nontji, A. 2007. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta.

Noor, Y.R., M. Khazali, I.N.N. Suryadiputra. 2006. Panduan

Pengenalan Mangrove di

Indonesia. PHKA/WI-IP,

Bogor. Hal 187.

Nuddin. 2010. Penilaian Ekonomi

Ekosistem Hutan Mangrove

dan Aplikasinya dalam

Perencanaan Wilayah

Pesisir. Graha Ilmu.

Yogyakarta.

Pakpahan, A.M. 1993. Kerusakan dan

Upaya Rehabilitasi Hutan Mangrove di Cagar Alam

Pulau Rambut, Teluk

Jakarta. Dalam Simposium

Nasional Rehabilitasi dan Konservasi Kawasan Mangrove

STIPER.Yogyakarta.

Perhutani. 1994. Pengelolaan Hutan

Mangrove dengan

Pendekatan Sosial Ekonomi pada Masyarakat Desa di Pesisir Pulau Jawa. Dalam

Prosiding Seminar V Ekosistem Mangrove di Jember, 3-6 Agustus 1994. Saenger et al. 2002.Global Status

Mangrove. Ecosystem,

IUCN Commossion on Ecology papers : 3.

Siranto. 2011. Keragaman dan Kelimpahan Gastropoda di

Hutan Mangrove Pasca

Rehabilitasi. Hal 234-246.

Soegianto,A. 1994. Ekologi Kunatitatif: Metode Analisis Populasi dan Komunitas.

Penerbit Usaha Nasional. Jakarta.

Sosro Marsono, S. 1989. Zoologi

Avertebrata II. Institut Pertanian Bogor: Bogor. Suhardjono, R. Adisoemarto, S.

1999.Pengembangan

Rancangan

PendayagunaanFauna

Mangrove Indonesia:

Kendala dan Peluang yang tersedia. Proseding Seminar

(10)

Repository FMIPA 10 VI Ekosistem Mangrove,

Pekanbaru. Hal 114-126. Susiana. 2011. Struktur Komunitas

Gastropoda di Ekosistem Hutan Mangrove. Hal

234-245.

Suwondo, Elya, E. Fitri. S. 2006.

Struktur Komunitas

Gastropoda pada Hutan

Mangrove di Pulau Sipura

Kabupaten Kepulauan

Mentawai Sumatra Barat.

Toro 1991. Pengelolaan dan Eksploitasi Udang Windu

(Penaeus monodon

Fabricius Di Perairan

Mangrove Segara Anakan, Cilacap. Balitbang Biologi,

Puslitbang Oseanologi LIPI. Jakarta.

Wahono, M. 1991. Aktivitas Harian

Dua Jenis Keong

Potamididae di Hutan

Mangrove Teluk Hurun.

Gambar

Gambar 3. Kelimpahan Gastropoda  yang ditemukan pada  Kawasan Mangrove  Alami    dan Rehabilitasi   Berdasarkan  Gambar  3  dapat  dilihat  bahwa  Kelimpahan  spesies  di  zonasi  satu  (zonasi  Avicennia  sp.)  pada  mangrove  alami  yang  memiliki  nilai

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai salah satu wilayah yang ada di Provinsi Jawa Tengah, Kendal adalah salah satu Kabupaten yang juga dikenal dengan kota santri, Kabupaten Kendal memiliki

Pasal 39 ini mencerminkan sebuah upaya preventif (pencegahan) dari aparat penegak hukum untuk dapat mencegah pencurian terhadap kekayaan sumber daya genetika berupa

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan fotokatalis lapisan tipis adalah absorbansi, energi gap, ukuran bulir, dan ketebalan.. Hal ini dipengaruhi

Parameter pengamatan yang dilakukan pada subtitusi tepung tapioka pada petis limbah udang berupa parameter kimia (kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak)

Proses registrasi siswa agar dapat mengikuti ujian try out Halaman Sign Up sudah terbuka  Menguji tombol sign up  Menginput Nomor Induk Siswa  Menginput nama 

Dokumen ini menjelaskan mengenai pembentukan Panel Pakar yang ditujukan untuk membantu tugas Komisi Laboratorium Pengujian Pangan Indonesia (KLPPI) dalam mengevaluasi

Puryanti, D1510067, PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KOTA SURAKARTA, Program Studi Manajemen Administrasi, Program Diploma III, Fakultas

Pengendali kecepatan motor DC Berbasis phase locked loop, ini terdiri dari perancangan rangkaian frekuensi referensi menggunakan IC 4060, rangkain fasa detektor,low pass