• Tidak ada hasil yang ditemukan

plasmodium skenario 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "plasmodium skenario 3"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

LI 1. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PLASMODIUM LO 1.1 DEFINISI

Plasmodium adalah genus dari parasit protozoa yang menginfeksi eritrosit pada vertebrata dan penyebab malaria. siklus hidupnya bergantian antara nyamuk dan vetebrata/manusia. Atau Parasit ini sentiasa mempunyai dua inang dalam siklus hidupnya: vektor nyamuk dan inang vertebra. Sekurang-kurangnya sepuluh spesies menjangkiti manusia. Spesies lain menjangkiti hewan lain, termasuk burung, reptilia dan hewan pengerat.

http://www.roitt.com/elspdf/Plasmodium.pdf

LO 1.2 KLASIFIKASI

Berikut ini merupakan klasifikasi parasit malaria Phylum : Apicocomplexa Kelas : Sporozoa Subkelas : Coccidiida Ordo : Eucoccidies Sub-ordo : Haemosporidiidea Famili : Plasmodiidae Genus : Plasmodium Sub-genus : Laverania Spesies plasmodium  Plasmodium vivax  Plasmodium falciparum  Plasmodium malariae  Plasmodium ovale LO 1.3 MORFOLOGI Plasmodium vivax : Plasmodium vivax :

Pada trofozid muda terdapat bentuk cincin, eritrosit membesar, dan mulai tampak titik schuffner. Pada trofozoid tua sitoplasma berbentuk ameboid, titik

(2)

schuffner jelas. Pada skizon muda, inti membelah 4-8 skizon matang inti membelah 12-24 buah, dan pigmen kuning tengguli. Pada makrogametosit bulat, sitoplasma berwarna biru, initi kecil, padat berwarna merah. Pada mikrogametosit bulat, sitoplasma pucat, biru kelabu inti pucat.

Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana (malaria tertiana begigna).

Gametosit Skizon

Tropozoit Granula Scuffners Plasmodium falciparum :

Plasmodium falciparum :

Trofoid muda (bentuk cincin) eritrosit tidak membesar dan terdapat titik maurer. Hanya ada satu parasit dalam sebuah eritrosit. Pada trofozid (multipel) terdapat lebih dari satu parasit dalam sebuah eritrosit. Skizon muda jumlah inti 2-6, pigmen sudah menggumpal warna hitam. Skizon matang inti membelah 8-24. Makrogametosit bentuk pisang, agak lonjong, plasma biru, inti padat kecil, pigmen di sekitar inti. Mikrogametosit bentuk sosis, plasma pucat, merah muda, inti tidak padat, pigmen tersebar.

Plasmodium falciparum menyebabkan malaria topika (malaria tertiana maligna)

Tropozoit Skizon

(3)

Plasmodium malariae : Plasmodium malariae :

stadium trofozoid muda dalam darah tepi tidak berbeda dengan plasmodium vivax, meskipun sitoplasmanya lebih tebal dan pada pulasan giemza lebih gelap. Trofozoid yang lebih tua bila membulat besarnya setengah eritrosit. Pada sediaan darah tipis, stadium trofozoid dapat melintang di sepanjang sel darah merah dan membentuk seperti pita.

Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana

Tropozoit Merozoit

Bentuk pita Skizon

Plasmodium Ovale : Plasmodium Ovale :

trofozoid muda berukuran kira-kira 2 mikron (1/3 eritrosit). titik schufner terbentuk saat dini dan tampak jelas. stadium trofozoid berbentuk bulat dan kompak dengan granula pigmen yang lebih kasar tetapi tidak sekasar pigmen P.malariae.pada stadium ini eritrosit agak membesar dan sebagian besar berbentuk lonjong. Stadium gamettosit betina bentuk bulat.puna inti kecilkompak dan sitoplasma warna biru.gametosit jantan punya inti difus.sitoplasma warna pucat kemerah-merahan berbentuk bulat.

Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale.

(4)

Tropozoit tua Tropozoit muda LO 1.4 SIKLUS HIDUP

LI 2. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG VEKTOR MALARIA LO 2.1 SPESIES

1)

1) Anopheles sundaicus

 Temapat perindukan larva :

 Muara sungai yang mendangkal pada musim kemarau

 Tambak ikan yang kurang terpelihara

 Parit disepanjang pantai yang berisi air payau

 Tempat penggaraman

 Air tawar

 Sifat :

 Antropofilik > Zoofilik

(5)

 Tempat istirahat di dalam rumah 2)

2) Anopheles aconitus

 Temapat perindukan larva :

 Persawahan dengan saluran irigasi

 Tepi sungai pada musim kemarau

 Kolam ikan dengan tanaman rumput di tepinya

 Sifat :

 Zoofilik > Antropofilik

 Menggigit pada saat senja – dini hari (eksofagik)

 Tempat istirahat diluar rumah 3)

3) Anopheles sub pictus

 Temapat perindukan larva :

 Kumpulan air yang permanen/sementara

 Celah tanah bekas kaki binatang

 Tambak ikan dan bekas galian di pantai

 Sifat :

 Antropofilik > Zoofilik

 Menggigit saat malam

Tempat istirahat di dalam rumah (terkadang di luar rumah)

4)

4) Anopheles berbirostris

 Temapat perindukan larva :

 Sawah dan saluran irigasi

 Kolam, rawa, sumur, dan lain-lain

 Sifat :

 Antropofilik (Sulawesi & NT), Zoofilik (Jawa & Sumatra)

 Menggigit malam hari (Eksofagik > Endofagik)

 Tempat istirahat diluar rumah (pada tanaman) 5)

5) Anopheles Balabacensis

 Temapat perindukan larva :

 Genangan air

 Tepi sungai saat kemarau

 Kolam atau sungai yang berbatu

 Sifat :

(6)

 Menggigit saat malam (Endofilik)

 Temapt istirahat diluar rumah (sekitar kandang)

6)

6) Anopheles Maculatus

 Temapat perindukan larva :

 Aliran air jernih dengan arus lambat (daerah pegunungan)

 Sifat :

 Zoofilik > Antropofilik

 Menggigit saat malam

 Tempat istirahat di luar rumah (sekitar kandang) 7)

7) Anopheles Bancrofti

 Temapat perindukan larva :

 Danau dengan tumbuhan bakung

 Rawa dengan tumbuhan pakis

 Genangan air tawar

 Sifat :

 Zoofilik > antropofilik

Tempat istirahat belum jelas 8)

8) Anopheles Barbumbrosus

 Temapat perindukan larva :

 Tepi sungai dengan aliran lambat (daerah hutan daratan tinggi)

 Sifat :

 Antropofilik

 Bionomiknya masih belum banyak dipeajari LO 2.2 MORFOLOGI

 Telur

Telur diletakan satu per satu diatas permukaan air berbentuk seperti perahu yang bagian bawahnya konveks, da konkaf pada bagian atasnya. Dan mempunyai pelampung yang terletak pada sebelah lateral.

 Larva

Larva anophelini tampak mengapung sejajar dengan permukaan air, mempunyai bagian-bagian badan yang bentuknya khas, yaitu spirakel pada bagian posterior abdomen, tergal plate pada bagian tengah sebelah dorsal abdomen sepasang bulu palma pada bagian lateral abdomen.

(7)

 Pupa

Mempunyai tabung pernapasan (respiratory trumpet ) yang bentuknya lebar dan pendek. Digunakan untuk menganbil O2dari udara.

 Dewasa

Pada nyamuk dewasa palpus nyamuk jantan dan betina mempunyai panjang hampir sama dengan panjang probosisnya. Perbedaannya adalah pada nyamuk jantanjantan ruas palpus bagian apikal berbentuk gada (club form), sedangkan pada betina ruas tersebut mengecil.

Sayap pada bagian pinggir (kosta dan Vena 1) ditumbuhi sisik-sisik sayap yang berkelompok membentuk gambaran belang-belang hitam dan putih. Selain itu, bagian ujung sisik sayap membentuk lengkung (tumpul). Bagian posterior abdomen tidak seruncing nyamuk Aedes dan tidak setumpul nyamuk mansonia, tetapi sedikit lancip.

LO 3.3 PEMBERANTASAN MALARIA

Tujuan kegiatan entomologi untuk menunjang program pemberantasan malaria adalah:

1. Mengetahui Anopheles yang berperan sebagai vektor, atau yang diduga sebagai vektor, disertai dari dasar nyamuk tersebut, misalnya keterangan mengenai musim penularan status kerentanannya terhadap DDT dan beberapa aspek perilakunya. Mengetahui keadaan vektor, kaitannya dengan perubahan lingkungan, baik karena perubahan alamiah maupun karena ulah manusia.

2. Mengetahui hasil upaya pemberantasan vector.

3. Menemukan cara pemberantasan yang berhasil guna dan berdaya guna.

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3760/1/fkm-hiswani11.pdf)

(8)

LO 3.1 DEFINISI

Malaria merupakan penyakit infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh plasmodium, ditandai dengan gejala demam rekuren, anemia dan hepatosplenomegali. (Soedarmo, et al. (2010) Infeksi dan Pediatri Tropis, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta)

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukanya bentuk asexual didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam,menggigil,anemia dan spenomegali. Dapat berlangsung akut maupun kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat. Sejenis infeksi parasit yang menyerupai malaria adalah infeksi babesiosa yang menyebabkan babesiosis.

(Sudoyo AW, et al.(2009) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi V, jilid III, FKUI, Jakarta)

LO 3.2 EPIDEMIOLOGI

Parasit ini ditemukan didaerah tropic, terutama di Afrika dan Asia Tenggara. Di Indonesia parasit ini terbesar di seluruh kepulauan.Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin lebih berkaitan denganperbedaan derajat kekebalan tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwaperempuan mempunyai respon imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki, namun kehamilan dapat maningkatkan resiko malaria. Ada beberapa faktor yang turut mempengaruhi seseorang terinfeksi malaria adalah:

1. Ras atau suku bangsa

Pada penduduk benua Afrika prevalensi Hemoglobin S (HbS) cukup tinggisehingga lebih tahan terhadap infeksi P. falciparum karena HbS dapatmenghambat perkembangbiakan P. falciparum.

2. Kekurangan terhadap enzim Glukosa 6 Phosphat Dehidrogenase (G6PD) memberikan perlindungan terhadap infeksi P. falciparum yang berat. Defisiensi terhadap enzim ini merupakan penyakit genetik dengan manifestasi utama pada wanita.

3. Kekebalan pada malaria terjadi apabila tubuh mampu mengancurkan Plasmodium yang masuk atau mampu menghalangi perkembangannya.

(9)

LO 3.3 ETIOLOGI

Penyebab infeksi malaria adalah plasmodium, yang selain menginfeksi manusia juga menginfeksi binatang seperti golongan burung, reptile dan mamalia. Termasuk genus plasmodium dari famili plasmodidae.

Plasmodium ini pada manusia menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk yaitu anopheles betina. Secara keseluruhan ada lebih dari 100 plasmodium yang menginfeksi binatan (82 pada jenis burung dan reptile dan 22 pada binatang primata). (Sudoyo AW, et al.(2009) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi V, jilid III, FKUI, Jakarta)

Keempat plasmodium yang terdapat di Indonesia yaitu plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropika, plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertian, plasmodium malariae yang menyebabkan malaria kuartana dan plasmodium ovale yang menyebabkan malaria ovale. Pada plasmodium falcifarum merupakan penyebab infeksi berat bahkan dapat menimbulakan kematian.

Seorang dapat terinfeksi lebih dari satu plasmodium, dikenal sebagai infeksi campura/majemuk(mixed infection). Pada umumnya dua jenis plasmodium yang paling banyak dijumpai adalah campuran antara plasmodium falciparum dan plasmodium vivax atau plasmodium malariae.

(Soedarmo, et al. (2010) Infeksi dan Pediatri Tropis, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta)

LO 3.4 PATOGENESIS

Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan lingkungan. Patogenesislebih ditekankan pada terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh darah daripada koagulasiintravaskuler. Oeleh karena skizogoni menyebabkan kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia.

Beratnya anemi tidak sebanding dengan parasitemia menunjukkan adanya kelainan eritrosit selain yangmengandung parasit. Hal ini diduga akibat adanya toksin malaria yang menyebabkan gangguan fungsieritrosit dan sebagian eritrosit pecah melalui limpa sehingga parasit keluar. Faktor lain yangmenyebabkan terjadinya anemia mungkin karena terbentuknya antibodi terhadap eritrosit.(6)Limpa mengalami pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi sehingga mudah pecah. Dalamlimpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering terjadi fagositosis dari eritrosit yang terinfeksimaupun yang tidak

(10)

terinfeksi. Pada malaria kronis terjadi hyperplasia dari retikulosit diserta peningkatanmakrofag.(6)Pada malaria beratm mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi merozoit ke dalam eritrositsehingga menyebabkan eritrosit yang mengandungparasit mengalami perubahan struktur danmbiomolekular sel untuk mempertahankan kehidupan parasit. Perubahan tersebut meliputimekanisme, diantaranya transport membran sel, sitoadherensi, sekuestrasi danrese ttin g(8). Sitoadherensimerupakan peristiwa perlekatan eritrosit yang telah terinfeksi P. falciparum pada reseptor di bagianendotelium venule dan kapiler. Selain itu eritrosit juga dapat melekat pada eritrosit yang tidak terinfeksisehingga terbentuk roset.(4).Resetting adalah suatu fenomena perlekatan antara sebuah eritrosit yangmengandungm ero z o it matang yang diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit non parasit, sehingga berbentu seperti bunga. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinyaresett ing adalah golongan darahdimana terdapatnya antigen golongan darah A dan B yang bertindak sebagai reseptor pada permukaaneritrosit yang tidak terinfeksi.(4,8) Menurut pendapat ahli lain, patogenesis malaria adalah multifaktorial dan berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Penghancuran eritrositFagositosis tidak hanya pada eritrosit yang mengandung parasit tetapi juga terhadap eritrosit yangtidak mengandung parasit sehingga menimbulkan anemia dan hipoksemia jaringan. Pada hemolisisintravascular yang berat dapat terjadi hemoglobinuria (black white fever) dan dapat menyebabkan gagalginjal(9).

2. Mediator endotoksin-makrofag

Pada saat skizogoni, eritrosit yang mengandung parasit memicu makrofag yang sensitive endotoksinuntuk melepaskan berbagai mediator. Endotoksin mungkin berasal dari saluran cerna dan parasit malariasendiri dapat melepaskan faktor nekrosis tumor (TNF) yang merupakan suatu monokin, ditemukan dalam peredaran darah manusia dan hewan yang terinfeksi parasit malaria. TNF dan sitokin dapat menimbulkandemam, hipoglikemia, dan sndrom penyakit pernapasan pada orang dewasa(9).

3. Sekuestrasi eritrosit yang terluka

Eritrosit yang terinfeksi olehPlasmodium dapat membentuk tonjolan-tonjolan (knobs) pada permukaannya. Tonjolan tersebut mengandung antigen dan bereaksi dengan antibodi malaria dan berhubungan dengan afinitas eritrosit yang mengandung parasit terhadap endothelium kapiler alat dalam,sehingga skizogoni berlangsung di sirkulasi alat dalam. Eritrosit yang terinfeksi menempel padaendothelium dan membentuk gumpalan yang mengandung kapiler yang bocor dan menimbulkan anoksiadan edema jaringan(9)

(11)

LO 3.5 MANIFESTASI

Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secara umum menurut Mansjoer (1999) antara lain sebagai berikut :

a) Demam

Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi). Pada Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae) pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai dengan beberapa serangan demam periodik. Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “Trias Malaria” (malaria proxysm) secara berurutan :

1) Periode dingin.

Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.

2) Periode panas.

Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi sampai 40ᴼC atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak). Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.

3) Periode berkeringat

Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur turun, penderita merasa capai dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa. b. Splenomegali

Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas Malaria Kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah (Corwin , 2000, hal. 571).

Pembesaran limpa terjadi pada beberapa infeksi ketika membesar sekitar 3 kali lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus costa kiri, lekukan pada batas anterior. Pada batasan anteriornya merupakan gambaran pada palpasi yang

(12)

membedakan jika lien membesar lebih lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke kanan, mendekat umbilicus dan fossa iliaca dekstra.

c. Anemia

Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time).Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang.

d. Ikterus

Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat kelebihan bilirubin dalam darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel darah merah.Terdapat tiga jenis ikterus antara lain :

1) Ikterus hemolitik

Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang berlebihan.Ikterus ini dapat terjadi pada destruksi sel darah merah yang berlebihan dan hati dapat mengkonjugasikan semua bilirubin yang di hasilkan

2) Ikterus hepatoseluler

Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada disfungsi hepatosit dan di sebut dengan hepatoseluler.

3) Ikterus Obstruktif

Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui duktus

(13)

LO 3.6 PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS

Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti infeksi malaria ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes diagnostic cepat.

1. Gejala Klinis 1. Gejala Klinis

a) Anamnesis a) Anamnesis

Keluhan utama, yaitu demam lebih dari 2 hari, menggigil, berkeringat (sering disebut trias malaria). Demam pada empat jenis malaria berbeda sesuai dengan proses skizogoninya. Demam karena Plasmodium Falcifarum dapat terjadi setiap hari, pada plasmodium vivax atau ovale demamnya berselang satu hari, sedangkan demam pada plasmodium malariae menyerang berselang dua hari.

Sumber penyakit harus ditelusuri, apakah pernah bepergian dan bermalam di daerah endemic malaria dalam satu bulan terakhir, apakah pernah tinggal di daerah endemic, apakah pernah menderita penyakit ini sebelumnya, dan apakah pernah meminumobat malaria.

Kecurigaan adanya tersangka malaria berat dapat dilihat dari adanya satu gejala atau lebih, yaitu gangguan kesadaran, kelemahan atau kelumpuhan otot, kejang-kejang kekuningan pada mata atau kulit, adanya perdarahan hidung atau gusi, muntah darah atau berak darah. Selain itu adalah keadaan panas yang sangat tinggi, muntah yang terjadi secara terus menerus, perubahan warna air kencing menjadi seperti the, dan volume air kencing yang berkurang sampai tidak keluar air kencing sama sekali.

b)

b) Pemeriksaan Pemeriksaan FisikFisik

Pasien mengalami demam 37,5-40ᴼC, serta anemia yang dibuktikan dengan konjugtiva palpebra yang pucat. Penderita sering disertai dengan adanya pembesaran limpa(spenomegali) dan pembesaran hati (hepatomegaly). Bila terjadi serangan malaria berat, gejala dapat disertai dengan syok yang ditandai dengan menurunya tekanan darah, nadi berjalan cepat dan lemah,serta frekuensi napas meningkat.

Pada penderita malaria berat, sering terjadi penurunan kesadaran, dehidrasi, manifestasi perdarahan, ikterik, gangguan fungsi ginjal, pembesaran hati dan limpa, serta bisa diikuti dengan munculnya gejala neurologis (refles patologis dan kakau kuduk).

(14)

2.

2. Pemeriksaan Pemeriksaan laboratoriumlaboratorium b)

b) Pemeriksaan Pemeriksaan mikroskopismikroskopis

Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah yang menurut teknis pembuatanya dibagi menjadi preparat darah (SDR, sediaan darah) tebal dan preparat darah tipis, untuk menentukan ada tidaknya parasite malaria dalam darah. Melalu pemeriksaan ini dapat dilihat jenis plasmodium dan stadiumnya (plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale, trofozoit, skizon, dan gametosit) serta kepadatan parasitnya.

Kepadatan parasite dapat dilihat melalui dua cara yaitu semi-kuantitatif dan semi-kuantitatif. Metode semi-semi-kuantitatif adalah menghitung parasite dalam LPB(lapangan pandang besar) dengan rincian sebagai berikut :

(-): SDr negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB) (+): SDr positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB) (++): SDr poditif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB) (+++): SDr positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB) (++++): SDr positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 1 LPB)

Penghitungan kepadatan parasit secara kuantitatif pada SDr tebal adalah menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Pada SDr tipis, penghitungan jumlah parasite per 1000 eritrosit.

c)

c) Tes diagnostic Tes diagnostic cepat (RDT, cepat (RDT, rapid diagnostic rapid diagnostic test)test)

Sering kali pada KLB, diperlukan tes yang cepat untuk dapat menanggulangi malaria dilapangan dengan cepat. Metode ini mendeteksi adanya antigen malaria dalam darah dengan caraimunokromatografi.imunokromatografi. Dibandingkan dengan uji mikroskopis, tes ini mempunyai kelebihan yaitu hasil pengujian dengan cepat dapat diperoleh, tetapi lemah dalam hal spesifisitas dan sensitivitasnya.

3.

3. Pemeriksaan Pemeriksaan penunjangpenunjang

Pada pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderita, meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematocrit, jumlah leukosit, eritrosit, dan trombosit. Bias juga dilakukan pemeriksaan kimia darah (gula darah,SGOT,SGPT,tes fungsi ginjal), serta pemeriksaan poto toraks, EKG, dan pemeriksaan lainya sesuai indikasi.

(Soedarmo, et al. (2010) Infeksi dan Pediatri Tropis, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta)

(15)

Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesa yang tepat dari penderita tentang asal penderita apakah dari daerah endemic malaria, riwayat bepergian ke daerah malaria, riawayat pengobatan kuratip maupun preventip. a. Pemeriksaan tetes darah untuk malaria

Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negative tidak mengenyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi tiga kali dan hasil negative maka diagnosa malaria dapat dikesampingkan. Adapun pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan melalui :

a)

a) Tetesan preparat darah tebal.Tetesan preparat darah tebal. Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah dibuat khususnya untuk studi di lapangan. Ketebalan dalam membuat sediaan perlu untuk memudahkan identifikasi parasit. Pemeriksaan parasit dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100 lapang pandangan dengan pembesaran kuat). Preparat dinyatakan negative bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan pembesaran 700-1000 kali tidak ditemukan parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal dengan menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Bila leukosit 10.000/ul maka hitung parasitnya ialah jumlah parasit dikalikan 50 merupakan jumlah parasit per mikro-liter darah.

b)

b) Tetesan preparat darah tipis.Tetesan preparat darah tipis. Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila dengan preparat darah tebal sulit ditentukan. Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit(parasite count), dapat dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah merah. Bila jumlah parasit > 100.000/ul darah menandakan infeksi yang berat. Hitung parasit penting untuk menentukan prognosa penderita malaria. Pengecatan dilakukan dengan pewarnaan Giemsa, atau Leishman’s, atau Field’s dan juga Romanowsky. Pengecatan Giemsa yang umum dipakai pada beberapa laboratorium dan merupakan pengecatan yang mudah dengan hasil yang cukup baik

b. Tes Antigen : p-f testTes Antigen : p-f test

Yaitu mendeteksi antigen dariP.falciparum (Histidine Rich Protein II). Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik, tidak memerlukan alat khusus. Deteksi untuk antigen vivaks sudah beredar dipasaran yaitu dengan metode ICT. Tes sejenis dengan mendeteksilaktat dehidrogenase dari plasmodium (pLDH) dengan cara immunochromatographic telah dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL. Optimal dapat mendeteksi dari

(16)

0-200 parasit/ul darah dan dapat membedakan apakah infeksiP.falciparum atau P.vivax. Sensitivitas sampai 95 % dan hasil positif salah lebih rendah dari tes deteksi HRP-2. Tes ini sekarang dikenal sebagai tes cepat (Rapid test).

c. Tes SerologiTes Serologi

Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai tekhnik indirect fluorescent antibody test . Tes ini berguna mendeteksi adanya antibody specific terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antibody baru terjadi setelah beberapa hari parasitemia. Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi baru ; dan test > 1:20 dinyatakan positif . Metode-metode tes serologi antara lain indirect haemagglutination test, immunoprecipitation techniques, ELISA test, radio-immunoassay.

d. Pemeriksaan PCR (Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)

Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan tekhnologi amplifikasi DNA, waktu dipakai cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini baru dipakai sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin.

(Sudoyo AW, et al.(2009) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi V, jilid III, FKUI, Jakarta)

LO 3.7 TATALAKSANA DAN PENCEGAHAN

4.1 Menjelaskan Pengobatan Tanpa Tomplikasi a.

a. Pengobatan malariafalciparum

Lini pertama: Artesunat+Amodiakuin+Primakuin

Kombinasi ini digunakan sebagai pilihan utama untuk pengobatan malariafalciparum. Pemakaian artesunat dan amodiakuin bertujuan untuk membunuh parasit stadium aseksual, sedangkan primakuin bertujuan untuk membunuh gametosit yang berada didalam darah. Dosis artesunat= 4 mg/kgBB (dosis tunggal), amodiakuin basa= 10 mg/kgBB (dosis tunggal), primakuin = 0,75 mg/kgBB (dosis tunggal). Primakuin tidak boleh diberikan kepada :

 Ibu hamil  Bayi < 1 tahun

 Penderita defisiensi G6-PD

Apabila pemberian dosis tidak memungkinkan berdasarkan berat badan penderita, pemberian obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur. Dosis makasimal

(17)

penderita dewasa yan dapat diberikan untuk artesunat dan amodiakuin masing-masing 4 tablet, 3 tablet untuk primakuin. (Depkes RI, 2006)

Pengobatan Lini Pertama MalariaFalciparum Menurut Kelompok Umur. Hari Jenis obat

Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur 0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th ≥15 th I Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4 Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4 Primakuin - - ¾ 1 ½ 2 2-3 II Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4 Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4 III Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4 Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4

Pengobatan efektif bila sampai dengan hari ke-28 setelah pemberian obat ditemukan keadaan sebagai berikut: klinis sembuh (sejak hari ke-4) dan tidak ditemukan parasit stadium aseksual sejak hari ke-7.

Pengobatan tidak efektif bila dalam 28 hari setelah pemberian obat: 1. Gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif atau

2. Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi).

Pengobatan lini kedua malaria falciparum diberikan bila pengobatan lini pertama tidak efektif.

Lini kedua: Kina+Doksisiklin/Tetrasiklin+Primakuin

Dosis kina = 10 mg/kgBB/kali (3x/hari selama 7 hari), doksisiklin = 4 mg/kgBB/hr (dewasa, 2x/hr selama 7 hari), 2 mg/kgBB/hr (8-14 th, 2x/hr selama 7 hari), tetrasiklin = 4-5 mg/kgBB/kali (4x/hr selama 7 hari).

Apabila pemberian dosis obat tidak memungkinkan berdasarkan berat badan penderita, pemberian obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur.

Pengobatan Lini Kedua Untuk Malaria falciparum

Hari Jenis obat Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur 0-11 bln 1-4 th 5- 9 th 10-14 th ≥ 15 th I Kina 3x½ 3x1 3x½ 3x2-3 Doksisikli n - - - 2x1 2x1 Primakuin - ¾ 1½ 2 2-2 II-VII Kina 3x½ 3x1 3x½ 3x2-3 Doksisikli n - - - 2x1 2x1 * : dosis diberikan per kgBB

** : 2x50 mg doksisiklin *** : 2x100 mg doksisiklin

(18)

b. Pengobatan malaria

b. Pengobatan malaria vivax dan malariadan malaria ovale Lini pertama: Klorokuin+Primakuin

Kombinasi ini digunakan sebagai pilihan utama untuk pengobatan malaria vivax dan ovale. Pemakaian klorokuin bertujuan membunuh parasit stadium aseksual dan seksual. Pemberian primakuin selain bertujuan untuk membunuh hipnozoit di sel hati, juga dapat membunuh parasit aseksual di eritrosit.

Dosis total klorokuin= 25 mg/kgBB (1x/hr selama 3 hari), primakuin= 0,25 mg/kgBB/hr (selama 14 hari).

Apabila pemberian dosis obat tidak memungkinkan berdasarkan berat badan penderita obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur, sesuai dengan tabel.

Pengobatan Malaria vivax dan Malaria ovale Hari Jenis

obat

Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal) 0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th ≥15 th I Klorokui n ¼ ½ 1 2 3 3-4 Primakui n - - ¼ ½ ¾ 1 II Klorokui n ¼ ½ 1 2 3 3-4 Primakui n - - ¼ ½ ¾ 1 III Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1½ 2 Primakui n - - ¼ ½ ¾ 1 IV-XIV Primakui n - - ¼ ½ ¾ 1

Pengobatan efektif apabila sampai dengan hari ke 28 setelah pemberian obat, ditemukan keadaan sebagai berikut:

 Klinis sembuh (sejak hari-4)

 Tidak ditemukan parasit stadium aseksual sejak hari ke-7 .

Pengobatan tidak efektif apabila dalam 28 hari setelah pemberian obat:

 Gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif, atau

Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten)

atau timbul kembali setelah hari ke-14 (kemungkinan resisten).

 Gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul kembali antara hari ke-15

sampai hari ke-28 (kemungkinan resisten, relaps atau infeksi baru).

Pengobatan malaria vivax resisten klorokuin Pengobatan malaria vivax resisten klorokuin Lini kedua: Kina+Primakuin

(19)

Dosis kina= 10 mg/kgBB/kali (3x/hr selama 7 hari), primakuin= 0,25 mg/kgBB (selama 14 hari).

Dosis obat juga dapat ditaksir dengan menggunakan tabel dosis berdasarkan golongan umur sebagai berikut:

Pengobatan Malaria vivax Resisten Klorokuin Hari Jenis

obat

Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur 0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th ≥ 15 th 1-7 Kina 3x½ 3x1 3x2 3x3 1-14 Primakui n - - ¼ ½ ¾ 1 *: dosis diberikan per kgBB

Pengobatan malaria vivax yang relaps Pengobatan malaria vivax yang relaps

Sama dengan regimen sebelumnya hanya dosis primakuin yang ditingkatkan. Dosis klorokuin diberikan 1 kali perhari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg/kgBB dan primakuin diberikan selama 14 hari dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari. Dosis obat juga dapat ditaksir dengan menggunakan tabel dosis berdasarkan golongan umur.

Pengobatan Malaria vivax yang Relaps

Hari Jenis obat

Jumlah tablet menurut kelompok golongan umur

0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th ≥ 15 th 1 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4 Primakuin - - ½ 1 1½ 2 2 Klorokuin ¼ ½ - 2 3 3-4 Primakuin - - ½ 1 1½ 2 3 Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1½ 2 Primakuin - - ½ 1 1½ 2 14-14 Primakuin - - ½ 1 1½ 2

Khusus untuk penderita defisiensi enzim G6PD yang dapat diketahui melalu anamnesis ada keluhan atau riwayat warna urin coklat kehitaman setelah minum obat (golongan sulfat, primakuin, kina, klorokuin, dan lain-lain), maka pengibatan diberikan secara mingguan.

Dosis klorokuin = 10 mg/kgbb/kali (1 kali/minggu selama 8-12 minggu) primakuin = 0,75 mg/kgbb/kali (1 kali/minggu selama 8-12 minggu). Pengobatan juga dapat diberikan berdasarkan umur penderita. (WHO, 2001)

Pengobatan malaria vivax penderita defisiensi G6PD Lama

(minggu) Jenis obat

Jumlah tablet perminggu menurut kelompok umum

(20)

bulan bulan tahun tahun tahun tahun 8- 12 Klorokuin ¼   1 2 3 3-4 8-12 primakuin - -   1   2   3 c. Pengobatan malaria

c. Pengobatan malariamalariae

Klorokuin 1x/hari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg/kgBB. Klorokuin dapat membunuh parasit bentuk aseksual dan seksualP. malariae. Pengobatan dapat juga diberikan berdasarkan golongan umur penderita.

Pengobatan Malaria Malariae Hari Jenis

obat

Jumlah tablet menurut kelompok golongan umur

0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th ≥ 15 th I Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4 II Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4 III Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1½ 2

Fasilitas pelayanan kesehatan dengan sarana diagnistik malaria dan belum tersedia obat kombinasi artesuna+amodiakuin, penderita dengan infeksiPlasmodium falciparum diobati dengan sulfadoksin-pirimetamin (SP) untuk membunuh parasit stadium aseksual.

Pengobatan malaria falciparum disarana kesehatan tanpa tersedia obat artesunat-amodiakuin

Hari Jenis obat Jumlah tabletmenurut kelompok umur (dosis tunggal) < 1 tahun 1-4 tahun 5-9 tahun 10-14 tahun ≥ 15 tahun H1 SP - ¾ 1 ½ 2 3 Primakuin - 3/4 1 ½ 2 2-3 Pengobatan tidak efektif bila dalam 28 hari setelah pemberian obat:

1. Gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif atau

2. Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten)atau timbul kembali (rekrudesensi). Pengobatan malariia

Pengobatan malariia falciparumgagal atau alergi SPgagal atau alergi SP

Pengobatan alternatif : kina + dokdidiklin / tetrasiklin + primakuin

Dosis kina= 10mg/kgbb/kali selama 7 hari (3 kali sehari) doksisiiklin untuk orang dewasa= 4mg/kgbb/hari untuk usia 8-14 tahun= 2mg/kgbb/hari(2 kali perhari selama 7

(21)

hari) tetrasiklin= 4-5 mg/kgbb/kali(4 kali perhari selama 7 hari) primakuin primakuin= 0,75 mg/kgBB (dosis tunggal). (Depkes RI, 2006)

Pengobatan Lini Kedua Untuk Malaria falciparum

Hari Jenis obat Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur 0-11 bln 1-4 th 5- 9 th 10-14 th ≥ 15 th I Kina 3x½ 3x1 3x½ 3x2-3 Doksisikli n - - - 2x1 2x1 Primakuin - ¾ 1½ 2 2-2 II-VII Kina * 3x½ 3x1 3x½ 3x2-3 Doksisikli n - - - 2x1 2x1 * : dosis diberikan per kgBB

** : 2x50 mg doksisiklin ***

: 2x100 mg doksisiklin

Hari Jenis obat Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur 0-11 bln 1-4 th 5- 9 th 10-14 th ≥ 15 th I Kina 3x½ 3x1 3x1½ 3x2-3 tetrasiklin - - - *) 4x1 Primakuin - ¾ 1½ 2 2-3 II-VII Kina 3x½ 3x1 3x1½ 3x2-3 Doksisikli n - - - *) 4x1 *) dosis diberikan kg/bb **) 4 ×250 mg tetrasiklin

Pengobatan terhadap suspek malaria Pengobatan terhadap suspek malaria

Penderita dengan gejala klinis malaria dapat diobati sementara dengan klorokuin dan primakuin. Dosis klorokuin 25 mg basa/kgbb (1 kali perhari selama 3 hari) primakuin 0,75 mg/kgbb (1 kali perhari selama 3 hari).

Hari Jenis obat

Jumlah tablet menurut kelompok golongan umur

0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th ≥ 15 th I Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4

primakuin - - ¾ 1 ½ 2 2-3 II Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4 III Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1½ 2

Apabila pengobatan tidak efektif (klinis tidak membaik bahkan memburuk) penderita harus segera dirujuk untuk kepastian diagnosis dan mendapatkan pengobatan yang adekuat.

(22)

4.2 Menjelaskan Pengobatan dengan Komplikasi

Manifestasi/komplikasi Penatalaksanaan

Koma (malaria serebral) Pertahankan jalan nafas ; singkirkan penyebab koma yang dapat diobati (misalnya hipoglikemia, meningoen sefalitis bakteri). Berikan antikonvusan profiklasis (10 mg natrium fenobarbital/kgBB secara IM). Hindari pengobatan tambahan yang berbahaya seperti kortikosteroid, heparin, dan epinefrin (adrenalin). Kejang ( Cegah dengan Na fenobarbital IM),

atasi dengan diazepam yang diberikan secara intravena atau per rectal (0.15 mg/kg – max 10 mg) atau suntikan paraldehida IM.

Anemia berat Transfusikan darah segar lengkap atau packed cell.

Gagal ginjal akut Singkirkan keadaan dehidrasi ; pertahankan keseimbangan cairan; lakukan dialysis peritoneal.

Hipoglikemia Hitung glukosa darah, berikan suntikan glukosa 50% sebanyak 50 ml (1 ml/kg untuk anak-anak) lanjutkan dengan infuse glukosa 5% atau 10%.

Asidosis metabolik Singkirkan atau atasi hipoglikemia, hipovolemia, dan septisemia Gram-negatif. Berikan oksigen. Koreksi pH darah sampai 7.2 atau lebih.

Edema paru akut Cegah dengan menghindari pemberian cairan yang berlebihan. Posisi pasien ditegakkan ; berikan oksigen. Jika edema paru adalah akibat kelebihan cairan, hentikan cairan intravena, berikan diuretic (furosemid 40 mg secara intravena).

Syok, malaria algid Bila dicurigai septicemia Gram-negatif berikan antimokroba parenteral; koreksi gangguan hemodinamik. Pendarahan spontan dan koagulopati Transfusikan darah segar lengkap atau

faktor-faktor pembekuan ; berikan suntikan vitamin K.

(23)

hangat atau penganginan; berikan antipiretik (parasetamol 15 mg/kgBB) . Hiperparasitemia Berikan dosis permulaan terapi

antimalaria parenteral. Jika parasitemia pada pasien yang sakit berat melebihi 10% lakukan transfusi tukar seluruhnya atau sebagian. . Hemogloburia malaria Teruskan pengobatan antimalaria;

transfusikan darah segar sampai nilai hematokrit di atas 20% ; berikan furosemid 20 mg secara intravena. . Pneumonia aspirasi Berikan antimikroba parenteral; rubah

posisi pasien; lakukan fisioterapi; beri oksigen. ( WHO, 2001) Farmakologi Obat Farmakologi Obat 1. Golongan 4-aminokuinolin 1.1. Klorokuin

1.1. Asal dan Kimia Merupakan turunan 4-aminokuinolin 1.2. Farmakodinamik

Efek antimalaria  Sangat efektif terhadap skizon darahparasit malaria melawan spesies

 Bersifat gametosidal immature (muda) P.vivax, P.

Ovale, P.malariae, P.falciparum (stadium 1-3)

 Tidak efektif bentuk intra hepatik pengobatan radikal

P.vivax, dan P.ovale

Resistensi Penelitian verapamil, desipramin dan klorfeniramin

memulihkan sensitivitas plasmodium yang resisten terhadap klorokuin.

1.3. Farmakokinetik

Secara oral absorbsi lengkap dan cepat makanan mempercepat absorbsi klorokuin.

Obat mengandung kalsium atau magnesium (Ex: kolin dan antasid)tidak diberikan bersamaandapat mengganggu absobsi klorokuin.

1.4. Farmakoterapi

Dosis  Dosis harian 300 mgkadar mantap kira-kira 125µg/l

 dosis oral 0,5 gr tiap minggukadar plasma antara 150-250µg/l dngan kadar lembah antara 20-40 µg/l.

 Jumlah ini berada dalam batas kadar terapi untuk P.Falciparum yang sensitif dan P. Vivax 30 dan 15 µg/l.

(24)

Dosis yang dianjurkan untuk dewasa dan anak 25 mg klorokuin (untuk 3 hari)

 Hari 1-210 mg basa/kg

 Hari 35 mg/kg 1.5. Efek samping

 sakit keparingan, gangguan pencernaan, gangguan

penglihatan dan gatal-gatal.

pengobatan supresi sakit kepala, penglihatan kabur, diplopia, erupsi kulit likenoid, rambut putih dan perubakan gambaran EKG.

1.6. Kontraindikasi

 Pasien defisiensi G6PDmenyebabkan hemolisis.

 Pada pasien dengan penyakit hati atau pada pasien dengan gangguan cerna neurologik dan darah yang berat klorokuin harus digunakan secara hati-hati.

(Inge, 2009) dan ( Sulistya, 2009) 1.2. Amodiakuin

1.1. Asal dan Kimia Merupakan obat yang mempunyai struktur dan aktivitas yang menyerupai klorokuin, termasuk efek antipretik dan antiinflamasi.

1.2. Farmakodinamik

Efek antimalaria Dapat menimbulkan reaksi fatal  pengunaan sebagai profilaksis

1.3. Farmakokinetik

Secara per oral amodiakuin dimetabolisir  metabolit dicemetilamodiakuin ( terdeteksi < 8 jam )terkonsentrasi dalam sel darah merahwaktu paruh sampai 18 hari. 1.4. Farmakoterapi

Dosis Amodiakuin basa : 10mg/kgbb/hari selama 3 hari. (Total dosis tunggal 30 mg/kg bb)

1.5. Efek samping

 mual, muntah nyeri perut,diare dan gatal-gatal

Pada profilaksis hepatitis toksik dan agranulositosis yang fatal.

 Keracunan akut amodiakuin  pingsan, kaku otot, kejang dan gerakan yang tidak terkontrol.

1.6. Kontraindikasi

 pada penderita kelainan hati

 Pasien dengan hipersensitif terhadap amodiakuin  tidak boleh digunakan untuk profilaksis.

(25)

2. Golongan obat antifolat 2.1. Sulfadoksin-pirimetamin

1.1. Asal dan Kimia Turunan pirimidin berbentuk bubuk putih, tidak berasa, tidak larut air dan hanya sedikit larut dalam asam klorida

1.2. Farmakodinamik

 Merupakan skizontosid darahkerjanya lambat

 Untuk profilaksis dan supresi malaria P.falciparum

yang resisten klorokuindiberikan seminggu sekali Mekanisme Kerja  Mencegah tetrahidrofolat) dari PABA pada plasmodia.pembentukan asam folinat (asam

 Pirimetamin  menghambat enzim dehidrofolat reduktase sehingga tidak terjadi asam folat.

 Sulfadoksin memiliki sifat kompetitif inhibition, akan menghalangi asam folat.

1.3. Farmakokinetik

Secara oral disaluran cernaberlangsung lambatkadar puncak plasma (4-6jam)obat ditimbun terutama di ginjal, paru, hati, dan limfa waktu paruh (4hari) diekskresi melalui urin

1.4. Farmakoterapi

Dosis Sulfadoksin pirimetaminbentuk tablet : 25 mg sulfadoksin dan 1.25 mg pirimetamin

1.5. Efek samping

 Hipersensitifitas sulfat kelainan kulit (contoh: eritema multiforme, sindroma Steven Johnson / nekrolisis epidermal toksik) dan mukosa,

 trobositopenia anemia megaloblastik dan leukopenia.

 Mual, muntah, nyeri kepala, insomnia, 1.6. Kontraindikasi

 Ibu menyusui,

 Anak berusia anak < 2 bulan  Pasien hipersensitif sulfanamid,  Penderita disfungsi hepar dan renal

( Rianto, 2008) dan (Inge, 2009)

3. Golongan 4 quinoline-methanol 3.1 Kina

1.7. Asal dan Kimia Mengandung gugus kuinolin yang terikat pada cincin kuinuklidin melalui ikatan alkohol sekunder  rantai samping –metoksi dan -vinil

1.8. Farmakodinamik

Efek anti malaria  Kina berefek skizontosid darah dan gametositosid

(26)

P. Falciparum

 Kina tidak digunakan untuk profilaksis malaria  Obat ini bekerja dalam organel penghambatan

aktivitas heme polimerase penumpukan substrat yang bersifat toksik yaitu heme

1.9. Farmakokinetik

 Penyerapan melalui usus cepat dan sempurna 70 % beredar dalam bentuk basa terikat protein plasma ( cepat melewati barrier plasenta dan ditemukan dalam cairan serebrospinal )

dimetabolisir hati (10-12jam) diekskresi melalui urin (bentuk hidrosilated)

 Konsentrasi puncak dalam plasma 1-3 jam

 Konsentrasi dalam eritrosit 1/5 konsentrasi plasma.

1.10. Farmakoterapi

Kina diberikan per oral/perdripsecara i.v diberikan dalam infus larutan isotonik dalam 5 % dextrose

Jika tidak i.v digunakan i.m (obat dilarutkan konsentrasi 60 mg/l

Dosis 1. Tablet (lapis gula) : 200 mg basa /tablet setara 20 mg bentuk garam

2. Injeksi : 1 ampul 2 cc Kina HCL 25 %500 mg basa ( per 1 cc berisi 250 mg basa ).

1.11. Efek samping

Sindrom Cinchonism Tinitus/telinga berdenging, gangguan pendengaran, vertogo

gejala timbul bila konsentrasi plasma 5 mg/l Cardiovascular Hipotensi beratinjeksi terlalu cepat

Hipoglikemia Pada ibu hamil (infus kina)  obat menstimuli sekresi insulin dari -pankreas

1.12. Kontraindikasi

Ibu hamil (Inge, 2009) dan (WHO, 2001)

4. Artemisin dan derivatnya 4.1 Artemeter

1.1. Asal dan Kimia Merupakan metil eter aritmisin yang larut dalam lemak 1.2. Farmakodinamik

Efek anti malaria  Merupakan golongan sesquiterpene lactone ikatan

peroksida

 Mempunyai efek skizontisida darah dapat digunakan

(27)

Tidak mempunyai efek hipnozoitisidaefek gametositosida

 Digunakan untuk pasien P.falciparum dengan komplikasi

yang resisten dengan berbagai obat malaria 1.3. Farmakokinetik

Sama dengan Artemisin (farmakokinetik oral) puncak konsentrasi plasma (1-2jam) dan waktu paruh (2-3jam) Aktifitas antimalaria dalam plasma lebih besar melalui injeksi

daripada oral 1.4. Farmakoterapi

Dosis 1. Ampul/ Injeksi i.m mengandung 80 mg dalam 1 ml 2. 40 mgdalam 1 mluntuk anak

 Malaria berat/dengan komplikasi :

Hari 1dosis awal 3,2 mg/Kg BB secara i.m

Diikuti 1,6 mg/KgBB sehari (min 3hr)sampai pasien biasa minu per oral (pengobatan hingga 7 hr)

1.5. Efek samping

 Fatal neurotoksikinjeksi artemeter dosis tinggi

 Mual, muntah, nyeri perut, gatal, demam, pendarahan

abnormal, warna urin menjadi gelap 1.6. Kontraindikasi

Ibu hamil trimester 1 ( Inge, 2009)

4.2 Artesunat

1.1. Asal dan Kimia Merupakan garam suksinil natrium artemisin yang larut dalam air, tidak stabil dalam larutan

1.2. Farmakodinamik

Efek anti malaria  Merupakan golongan sesquiterpene lactone ikatan

peroksida

 Mempunyai efek skizontisida darah dapat digunakan

pada malaria berat maupun malaria tanpa komplikasi Tidak mempunyai efek hipnozoitisidaefek gametositosida

 Digunakan untuk pasien P.falciparum dengan komplikasi

yang resisten dengan berbagai obat malaria

 Obat dikombinasikan dengan amodiakuin atau

sulfadoksin-pirimetamin atau meflokuin 1.3. Farmakokinetik

(28)

puncak konsentrasi (1-2jam) dan waktu paruh (2-5jam) 1.4. Farmakoterapi

1. Tablet mengandung 50 mg sodium artesunat

2. Ampul i.m / i.v injeksi mengandung 60 mg sodium artesunat dalam 1 ml lautan injeksi

Injeksi sebagai asam artesunik ( tidak stabil dalam larutan netral )

Dosis  Malaria tanpa komplikasi :

Kombinasi : 4 mg/KgBB/hr + amodiakuin 10 mg/KgBB/hr (selama 3 hari)

 Malaria berat :

1. 12 jam pertama2.4 mg/kg BB secara i.vdosis selanjutnya sama untuk 12 jam berikutnya.

2. Hari 2-5  2.4 mg/kgBB/hr ( sampai penderita mampu minum obat )

1.5. Efek samping

 Mual, muntah, nyeri perut, gatal, demam, pendarahan

abnormal, warna urin menjadi gelap, kurang pendegaran, perubahansyaraf/ neurologikal

1.6. Kontraindikasi

Ibu hamil trimester 1 (Sumarmo, 2010)

5. Primakuin

1.7. Asal dan Kimia Turunan 8-aminokuinolin dengan 1.8. Farmakodinamik

Efek anti malaria  Penyembuhan radikal malaria P.vivax dan P.ovale  Memperlihatkan efek gametosidal terhadap ke-4 jenis

plasmodiumterutama P.falciparum Mekanisme

Antimalaria

 Obat aktif terhadap skizon darah P.falciparum, P. Vivax

-hati-hati dalam dosis tinggi 1.9. Farmakokinetik

pemberian secra orak  puncak konsentrasi (1-3jam), waktu paruh (5jam) metabilisme di hati  diekskresi melalui urin.

Metabolisme mayor : 5 hidroksiprimakuin dan 5 hidroksi demetilprimakuinmenyebabkan formasi methemoglobin 1.10. Farmakoterapi

(29)

 Dosis tunggal  efek gametosidal (P.falciparum) :

0.75 mg basa/kg 1.11. Efek samping

 Anoreksia, mual, muntah, sakit perut an kram  Kejang-kejang/gangguan kesadaran

 Gangguan sistem hemopoitik

 Penderita defisiensi G6PDhemolisis

1.12. Kontraindikasi

Wanita hamil dan anak < 1 tahun

Penderita defisiensi G6PD

Penderita dengan aktif reumatoid atritis dan lupus eritematosus

( Rianto, 2008), WHO, 2001), (Inge, 2009) LO 3.8 KOMPLIKASI

Pada malaria vivax bisa terjadi malaria serebral walaupun jarang (pada P. vivax multinucleatum). Edema tungkaidisebabkan oleh hipoalbuminemia mortalitas malaria vivax rendah tapi morbiditas tinggi karenaseringnya terjadi relaps. Pada semua definisi masih dinyatakan bahwa malaria berat, yaituditemukannya plasmodium falcifarum bentuk aseksual sedangkan sekarang telah dilaporkan bahwa malaria berat juga dapat disebabkan oleh P. vivax. Komplikasi pada malaria berat dapat berupa malaria serebral, gagal ginjal akut, kelainan hati (malaria biliosa), hipoglikemia,hemoglobinuria malaria, edema paru, ARDS, trombositopeni, asidosis metabolik, anemia,hiperpireksia, ruptur limpa,

dan kelainan neuropsikiatri.1,2 Pada pasien ini tidak ditemukankomplikasi-komplikasi tersebut.(http://www.scribd.com/doc/75566320/Malaria-Vivax)

LO 3.9 PROGNOSIS

Prognosis malaria vivax biasanya baik, tidak menyebabkan kematian. Bila tidak diberi pengobatan, serangan pertama dapat berlangsung 2 bulan atau lebih. Rata-rata infeksi malaria vivaks tanpa pengobatan berlangsung 3 tahun, tetapi padaa beberapa kasus dapat berlangsung lebih lama, terutama karena relapsnya.

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan perceived value memberikan implikasi kepada pengusaha warung “Ronde Chichi” Solo bahwa kepuasan pelanggan dapat semakin mudah diwujudkan, jika pengusaha

Setiap jenis spons yang digunakan dalam penelitian mempunyai rendemen ekstrak yang berbeda-beda berkisar antara 0.04% sampai dengan 7.34% dari berat basahnya. Semua

Untuk mengetahui penurunan kualitas beton seperti tersebut di atas, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu antara saat pengadukan sampai

Penelitian artistik yang mengambil judul Cetak Telapak Tangan Sebagai Strategi Kreatif Penciptaan Karya Seni Rupa Potret Tokoh Wayang, tahun 2019 oleh Much. Sofwan

Sebagai salah satu alternatif supaya proses pembelajaran dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa, melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi dan dapat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa beras ultra berkalsium tinggi yang dibuat dengan binder tapioka memiliki warna, tekstur dan sifat inderawi seperti beras biasa.. Secara

Dengan mengendalikan distribusi dan sumber inputs, perusahaan dapat menjamin kemampuan menjual produk dan memperoleh inputs secara tepat waktu, meningkatkan mutu dan dan

Nilai koefisien korelasi sebesar 0,208 yang menunjukkan tingkat keeratan sikap termasuk kategori rendah.Hal ini karena sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi