• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 METODOLOGI LAUT BALI. Pengambengan. 20 m. gs ratu. 200 m SAMUDERA INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3 METODOLOGI LAUT BALI. Pengambengan. 20 m. gs ratu. 200 m SAMUDERA INDONESIA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

3 METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2003 – Agustus 2004 di Laboratorium Akustik Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Bogor dan UPT Baruna Jaya BPPT Jakarta.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Penelitian ini menggunakan data survei akustik kapal Baruna Jaya IV BPPT bulan Mei 1999, Agustus 2000 dan September 1998 di Perairan Selat Bali (Gambar 3.1). Data ini dianggap mewakili kondisi selama musim angin peralihan I (Maret – Mei) sebagai musim paceklik, musim timur (Juni - Agustus) dan musim angin peralihan II (September – November) sebagai musim ikan. Data tersebut meliputi data hidroakustik dan data oseanografi (suhu dan salinitas).

Kapal yang digunakan adalah kapal mid water trawl dengan kecepatan rata-rata 10 knot. Peralatan yang digunakan untuk akuisisi data akustik adalah

20 m 20 m L I N T A N G S E L A T A N SAMUDERA INDONESIA BUJUR TIMUR

LAUT BALI

200 m 114024’ 114036’ 114048’ 1150 114012’ 80 8012’ 8024’ 8036’ 8048’ gs ratu Pengambengan Badung Tabanan Muncar

Gambar 3.1. Perairan Selat Bali Keterangan: lintasan survei akustik Tahun 1999

lintasan survei akustik Tahun 1998 lintasan survei akustik Tahun 2000

(2)

SIMRAD EK 500 split beam echosounder (120 kHz dan panjang pulsa 0.2 ms). Alat ini digunakan untuk pendeteksian target di bawah laut terutama kawanan ikan. Lintasan survei akustik berdasarkan bentuk dan lokasi perairan selat Bali berupa rancangan lintasan paralel sepanjang pantai Bali menuju Samudera Hindia dengan kedalaman 4-150 m. Peralatan yang digunakan untuk pengukuran nilai suhu dan salinitas (data oseanografi) adalah CTD.

3.3 Pengolahan Data

Data akustik yang akan diolah, terlebih dahulu dipastikan komposisi spesiesnya dan didominasi oleh satu spesies. Spesies yang tercampur akan diabaikan. Kawanan ikan pelagis yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan yang dominan tertangkap di suatu perairan. Budihardjo et al. (1990) menyatakan bahwa sekitar 80% produksi total ikan yang didaratkan dari perairan Selat Bali adalah jenis ikan lemuru (Sardinella lemuru). Sehubungan dengan itu dipilih ikan lemuru di perairan Selat Bali sebagai dasar studi. Kawanan ikan pada kedalaman lebih dari 150 m diabaikan dengan asumsi bukan lagi merupakan ikan target yang ingin dideteksi.

Proses pengolahan dan analisis data melalui 2 (dua) tahap yaitu pengolahan data akustik dan pengembangan perangkat lunak. Tahapan alir pemrosesan data tersebut tertera pada Gambar 3.2.

3.3.1 Pengolahan data akustik

Langkah pertama pengolahan data akustik adalah mengubah raw data yang berupa datagram (DG) menjadi data terkompres (data-threshold/DT) menggunakan perangkat lunak EP500. Contoh echogram EP 500 dapat dilihat pada Lampiran 1. Data ini selanjutnya dianalisis menggunakan perangkat lunak EP500 dengan menu analyze pelagic layer, analyze trace tracking pelagic, dan

analyze expended interval. Echogram yang digunakan adalah TVG 40log(r).

Semua data disimpan dalam file ASCII dengan extention *.csv. Data tersebut berupa Matriks Data Akustik (MDA), yakni matriks data akustik ikan pelagis, matriks data Target Strength (TS) dan matriks data back-scattering volume (Sv). Contoh MDA dapat dilihat pada Lampiran 2-4. Langkah berikutnya adalah menyeleksi MDA berdasarkan tipologi akustik (Reid et al., 2000). Pemilihan data berguna untuk menghemat waktu pengolahan citra dan menghindari tidak adanya target pada echogram.

(3)

P engolahan dat a akus t ik

Analys is : pelagic layer

tr ace tr acking pelagic ex pended inter val Data T hr es hold

S of t w ar e E P 5 0 0

Matr iks Data Akus tik

S eleks i Echogr am (T ipologi akus tik Reid et al, 2000)

Pr os es Oper as i Pengolahan Citr a 1. I nterchange

2. Filtering Data (S eleks i War na) 3. Biner is as i

Analis is S tatis tika : 1. Analis is Faktor 2. Analis is Gerombol 3. Analis is Dis kriminan T eknik Var iogram

Des kr iptor Akus tik: 1.Ener getik

2.Mor fometr ik 3.Batimetr ik

1.I dentifikas i kawanan ikan pelagis 2.Klas ifikas i kawanan ikan lemur u 3.S tr uktur kawanan ikan lemur u

Keter angan : input progr am pros es output

Gambar 3.2 Alur pemrosesan dan analisis data penelitian

P engembangan per angkat lunak

Analis is dat a

H as il

Data Akus tik Data Os eanogr afi P r ogr am ‘Acou s t ic D es cr ipt or An alyz er -2 0 0 4 ’

(4)

3.3.2 Pengembangan perangkat lunak

Program ”Acoustics Descriptor Analyzer (ADA versi 2004)” dikembangkan untuk mengekstraksi deskriptor akustik secara otomatis dari data akustik. Prosedur pembuatan perangkat lunak program secara umum terdiri dari 3 (tiga) tahapan yaitu: 1). identifikasi kebutuhan (needed identification) 2).desain sistem (system design), dan 3) uji coba program (verification)

Pada tahap identifikasi kebutuhan, diidentifikasi kebutuhan perangkat lunak yang hendak dibangun dan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna berupa hasil perhitungan deskriptor akustik dan bentuk kawanan ikan sehingga input yang dibutuhkan untuk membangun perangkat lunak adalah MDA dan variabel-variabel deskriptor akustik. Pada desain sistem, dirancang tampilan program (interface) dan pembuatan programnya (source code). Tampilan program berbasis GUI (Graphical User Interface) untuk memudahkan pengguna (user) dalam mengoperasikannya dan pembuatan program menggunakan Windows 98 atau versi lainnya (Windows 2000, Windows XP) sebagai dasar untuk aplikasi bahasa pemrograman Matlab versi 6.3. Bahasa pemrograman ADA-2004 dapat dilihat pada Lampiran 10. Tahap terakhir adalah tahap uji coba program dengan data. Uji coba ini menggunakan data akustik Tahun 1998-2000 di perairan Selat Bali.

Secara umum, program yang dibangun berisikan A). proses operasi pengolahan citra dan B). deskriptor akustik.

A). Proses operasi pengolahan citra (image processing)

Pada bagian pengolahan citra terdiri atas 3 (tiga) tahap, yakni:

(1). Interchange, yaitu merubah matriks data akustik yang berbentuk angka dengan extention *.csv ke dalam bentuk gambar (*.jpg). Tujuannya adalah memudahkan dalam pengolahan dan perhitungan deskriptor akustik.

(2). Seleksi warna/filtering, tujuan dari seleksi warna adalah memilih warna yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Warna pada display adalah warna yang menunjukkan kisaran nilai Sv. Threshold nilai Sv pada penelitian ini adalah -80dB. Selang Sv yang digunakan untuk mendeteksi kawanan lemuru adalah (–30 dB) – (-80 dB).

Bila kawanan ikan terlihat terlalu ekstrim, tidak berbentuk (amorphous) dan atau densitasnya rendah maka diasumsikan bukan kawanan ikan (kemungkinan besar plankton, lapisan scatter fish atau noise).

(5)

(3). Binerisasi, untuk memisahkan objek dari background-nya sehingga perhitungan deskriptor dapat dilakukan (Gambar 3.3).

B). Deskriptor akustik

A. Echogram asli dari EP 500 Dasar Perairan Schooling ikan

C. Seleksi Warna dengan nilai Sv (-50 dB) – (-70 dB)

B. Interchange

D. Binerisasi Gambar 3.3. Echogram EP 500 dan operasi pengolahan citra Program ADA-2004

(6)

Pada saat kapal melewati jalur transek yang telah ditentukan, kawanan ikan di bawah kapal tersebut akan terdeteksi dan terekam serta terlihat langsung pada gambar echogram di layar (display) yang merupakan kumpulan echogram dari beberapa target (kawanan ikan). Kawanan ikan yang terlihat pada display kemudian diestimasi ukuran panjang, tinggi, area, energi dan posisi kedalamannya, seperti diilustrasikan pada Gambar 3.4.

Perhitungan deskriptor akustik merupakan tahap akhir pada penggunaan program “Acoustics Descriptor Analyzer version 2004’. Deskriptor dihitung berdasarkan matriks data berupa piksel objek yang terdeteksi. Parameter kawanan dihitung berdasarkan deskriptor akustik, meliputi morfometrik, batimetrik dan energetik. Morfometrik kawanan menggambarkan bentuk dan ukuran kawanan ikan dalam kolom perairan. Nilai morfometrik didapatkan dari kumpulan nilai Sv yang membentuk kawanan.

Penentuan panjang kawanan ikan dihitung berdasarkan jumlah ping kawanan ikan dikalikan dengan faktor koreksi (k). Faktor koreksi adalah jumlah

Gambar 3.4. Skema pengukuran deskriptor MinDept h Schoo l Depth Bathymetr ic Off bottom/ min Alt Surface Bottom Length Height Perimeter Morphometric L1 L2 H1 H2 Ping D epth (m ) Energetic

(7)

meter per ping (dihitung menggunakan kecepatan kapal dan laju ping). Panjang kawanan tersebut adalah panjang kawanan yang terlihat. Untuk mendapatkan panjang kawanan sebenarnya dihitung dengan mengkoreksi panjang kawanan yang terlihat dengan sudut yang dibentuknya (efek beam-width) (Diner, 1998 diacu dalam Weill et al, 1993) . Secara lebih jelas tertera pada Gambar 3.5.

Tinggi kawanan ikan ditentukan berdasarkan piksel terakhir kawanan dikurangi dengan piksel pertama kawanan dan dikoreksi dengan kecepatan suara dalam air dan panjang pulsanya (Coetzee, 2000).

Panjang dan tinggi kawanan ikan dibatasi pada bentukan elips untuk memudahkan perhitungan. Panjang dan tinggi kawanan minimum adalah 8 m dan 2 m. Pertimbangan ukuran elips ini berdasarkan hasil penelitian Wudianto (2001).

Gambar 3.5. Perbedaan sudut yang dibentuk dalam deteksi kawanan (ICES, 2000) θ = bukaan beam nominal

B = deteksi sudut pada sisi cone yang mengalokasikan bahwa seluruh ikan mempunyai konribusi pada tingkat gema (echo level) (B = f{d(Rv – Sv)} A = sudut ‘attack’ yang harus digunakan untuk koreksi panjang echo-trace : dL = 2 x P x tan (A/2)

(8)

Batimetrik kawanan menggambarkan posisi kawanan ikan pada kolom perairan. Posisi kawanan ikan pada kolom perairan menentukan jenis kawanan ikan yaitu kawanan ikan pelagis atau kawanan ikan demersal

Posisi kawanan ikan dalam kolom perairan (relative altitude) ditentukan dengan mendapatkan nilai rata-rata kedalaman kawanan ikan (mean depth) dibagi dengan kedalaman perairan (depth) dikalikan 100.

Rata-rata Kedalaman kawanan ikan dalam kolom perairan ditentukan berdasarkan jumlah kedalaman kawanan dibagi dengan jumlah ping dalam kawanan atau dengan mendapatkan kedalaman kawanan ikan minimum ditambahkan dengan setengah dari tinggi kawanan.

Energetik kawanan merupakan energi intensitas suara yang mengenai kawanan ikan (back-scattering strength volume). Perhitungan akustik kawanan ikan ditentukan dengan merata-ratakan nilai Sv yang sudah dibuat ke dalam anti logaritma. Satuan dari energi ini adalah dB (desiBel).

Pada perhitungan deskriptor energetik, membutuhkan matriks data berupa nilai Sv dan nilai TS. Nilai Sv merupakan nilai energi hambur balik dari kawanan ikan dan nilai TS merupakan kekuatan pantul dari kawanan. Nilai TS berkorelasi dengan ukuran ikan. Pada selang nilai Sv yang diseleksi (filter) dibuat juga selang TS terseleksi sehingga pada titik tertentu pada kawanan ikan terdapat nilai Sv dan nilai TS yang dikehendaki.

Nilai TS kawanan lemuru adalah (-47)-(-50) dB untuk kedalaman 4-54 m dan (-43)-(-50) dB untuk kedalaman 79-104 m (Wudianto, 2001). Hal ini berdasarkan perhitungan nilai TS ikan lemuru (Clupea sp) oleh MacLenan dan Simmond (1992) dan TS ikan Anchovy oleh Iida (1999). Ukuran panjang cagak (Fork Length) ikan lemuru di Perairan Selat Bali, berkisar antara 6-23 cm (Merta,1992).

Perhitungan, simbol dan definisi deskriptor akustik yang digunakan pada penelitian ini secara jelas dipaparkan pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2.

Tabel 3.1 Deskriptor akustik dan formula perhitungan

No Deskriptor Formula perhitungan

(9)

1 Rata-rata energi akustik, dB    

n Ei 10 log 10 1) atau 1010 Sv n E = 1) 2 Standar deviasi energi akustik

(

)

= i n i SD n E E E 1 2 1) 2) 3 Skewness

( )

2 3 SD E K 1) 2) dimana

(

)

(

)(

)

[

1. 2

]

. 3 3     =

n n E E n K i i n jika n = 3; 0 jika n<3 4 Kurtosis

(

)(

)(

)

(

(

2)(

)

3) 1 3 3 2 1 ) 1 ( 4 2 − − − −     − − − − + =

n n n E E E n n n n n Kurtosis i SD n i 1) 2) 5 Target Strength T S = 10 l og ó/ 4ð 5)

6 Modus TS Nilai TS yang sering muncul5)

7 Densitas Volume

(

) (

)

*1000 . 1852 . 10 . 4 . 3 0.1 / 2       ∆ = − R S m g Density TS kgA π 2) B Morfometrik 8 Tinggi, m

(

)

awal akhir

terlihat

Vertikal

Vertikal

Tinggi

=

4)       − = 2

γ

C Tinggi

Tingginyata terlihat 2)

9 Panjang, m Panjang =

pingk

terlihat . 2) π ϕ 4 2 tan 2                − = terlihat m nyata Panjang D Panjang 2)

10 Perimeter • s el t er l uar dar i kawanan i kan ( menggunakan 4 neighbourhood)4)

11 Area, m2 • s el * t i nggi 1 s el * panj ang 1 s el 4)

12 Elongasi Elongasi = Panjang/tinggi3)

13 Dimensi fraktal ( )A Ln P Ln fraktal Dimensi          = 2 4 _ 3) C Batimetrik 14 Rata-rata kedalaman kawanan,m

( )

= n D depth Mean _ i 1) 15 Relative Altitude, % *100 2 / . _ Depth MaxH Alt Min Altitude R = + 3) 16 Mininum Altitude

jarak antara dasar perairan dan batas kawanan yang paling rendah (m) 3)

17 Minimum Depth

jarak antara permukaan laut dan batas kawanan yang lebih atas (m) 3)

Keterangan : dirujuk dari 1)Lawson (2001), 2) Coetzee (2000), 3) Bahri & Freon (2000), 4)Fauziyah

(2004) dan 5)variabel pendukung energi akustik

(10)

Simbol Definisi

Rata-rata Energi akustik

Rata-rata nilai Sv adalah intensitas yang direfleksikan oleh suatu kelompok single target, dimana target berada pada volume air tertentu (m3) dengan threshold 80 dB.

TS Target Strength digunakan untuk mengetahui ukuran ikan

(satuan dB) dan modus TS digunakan untuk mengetahui nilai TS yang paling sering muncul

Densitas volume

Kepadatan kawanan ikan, SA adalah scattering area dan R

adalah jarak kawanan dalam hal ini adalah tinggi kawanan (satuan ikan/m3).

(Vertakhir

-Vertawal)

Vertawal adalah nilai piksel (m) pada titik awal kawanan ikan

Vertakhir adalah nilai piksel (m) pada titik akhir kawanan ikan

(Cγ/2) adalah persamaan efek panjang pulsa, dimana C adalah kecepatan sound (m/det) dan γ adalah panjang pulsa (m.det).

k adalah faktor koreksi, yaitu jumlah meter per ping yang dihitung dari kecepatan kapal (knot) dan laju ping (ping/menit)

2Dm tan(ö/2) efek lebar sorot (beam) (Diner,1998 diacu dalam

Lawson,2001) dimana Dm adalah rata-rata kedalaman

kawanan dan ö adalah sudut antar tranduser dan tepi kawanan diukur saat deteksi pertama. ö sebagai fungsi nominal sudut sorot dan perbedaan antar rata-rata densitas energetik gerombolan ikan (Sv) dan processing threshold . 4/π Faktor koreksi untuk memperkirakan panjang kawanan yang

dikehendaki (Coetzee, 2000)

Area Luas kawanan ikan

Elongasi Rasio panjang terhadap tinggi kawanan ikan

Dimensi fraktal Geometri bangun alam, P adalah perimeter dan A adalah

area

Relative altitude posisi kawanan dalam kolom air (%)

Berdasarkan perkembangan deskriptor akustik pada bagian Tinjauan Pustaka (Bab 2) maka, selama kurun waktu 1988 sampai 2001, penggunaan

(11)

deskriptor akustik telah mengalami berbagai revisi. Namun ada beberapa deskriptor akustik yang selalu digunakan untuk mendeteksi kawanan ikan. Deskriptor tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, seperti tertera pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kategori deskriptor akustik

Deskriptor akustik Variabel A Energetik

tampilan internal patch dan struktur internal

Mean Standard Deviation Maximum Kurtosis & Skewness

Minimum Roughness (horizontal, vertical)

B Morfometrik

morfologi, ukuran & bentuk, geometri & struktur eksternal

Length Perimeter Height Area

Elongation Fractal Dimension

C Posisi Batimetrik Mean school depth, minimum depth Off bottom atau minimum altitude

Untuk deskriptor akustik energetik dengan variabel mean, standar deviasi, maksimum dan minimum terdapat berbagai model variabel. Variabel-variabel ini dihitung berdasarkan analisis akustik yang akan digunakan seperti mean energy

acoustic, mean amplitude, mean acoustic intensity, mean packing density dan mean voltage.

Deskriptor akustik yang digunakan pada penelitian identifikasi, klasifikasi dan struktur spesies kawanan ikan ini sebagai berikut:

Deskriptor akustik untuk identifikasi kawanan ikan pelagis

Deskriptor akustik energetik menggunakan formula perhitungan Lawson et

al. (2001)1) karena hasil penelitiannya diperoleh ketepatan identifikasi spesies

76-95%. Deskriptor akustik morfometrik menggunakan formula perhitungan Coetzee (2000)2) untuk panjang dan tinggi dengan mempertimbangkan faktor koreksi Diner

(1998) dan faktor koreksi untuk memperkirakan panjang kawanan. Variabel perimeter dan area dikembangkan oleh Fauziyah (2004) 4). Perimeter dihitung dari

sisi terluar sel kawanan ikan menggunakan 4 neighbour. Area dihitung dari jumlah seluruh sel kawanan ikan dikalikan dengan panjang dan tinggi satu sel. Deskriptor akustik batimetrik menggunakan formula perhitungan Bahri & Freon (2000)3) untuk relative altitude karena menggambarkan posisi kawanan dalam

kolom perairan (berhubungan dengan kedalaman dasar perairan). Secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Deskriptor akustik untuk identifikasi kawanan ikan pelagis

(12)

A. Energetik1) 2) ν Mean acoustic energy1)

ν Standard deviation of acoustic energy1) 2)

ν Skewness1) 2) ν Kurtosis 1) 2) B. Morfometrik2) 4) ν Height 2) ν Length 2) ν Perimeter 4) ν Area4)

C. Batimetrik1) 3) ν Mean school depth 1) ν Relative Altitude3)

Keterangan : dirujuk dari 1)Lawson (2001), 2) Coetzee (2000), 3) Bahri & Freon (2000) dan 4)Fauziyah (2004)

Deskriptor akustik untuk klasifikasi kawanan ikan pelagis

Deskriptor akustik yang digunakan pada klasifikasi kawanan ikan pelagis merupakan penambahan dan pengurangan dari deskriptor akustik identifikasi kawanan ikan pelagis. Deskriptor akustik morfometrik ditambahkan variabel elongasi untuk mengukur rasio tinggi terhadap panjang kawanan ikan sebagai geometri kawanan ikan. Data tambahan berupa suhu dan salinitas merupakan faktor eksternal (lingkungan) di luar faktor internal (data akustik) yang mempengaruhi pembentukan kawanan. Densitas volume berguna untuk mengetahui kepadatan kawanan ikan pada kolom perairan. Data pendukung digunakan untuk menyeleksi kisaran TS yang dikehendaki pada mean acoustic

energy yang telah diseleksi sehingga didapatkan ukuran ikan yang lebih cermat.

Secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Deskriptor akustik untuk klasifikasi kawanan ikan pelagis

Deskriptor Akustik Variabel

A. Energetik1) ν Mean acoustic energy1) B. Morfometrik2) 3) 4) ν Height 2)

ν Length 2)

ν Perimeter 4)

ν Area4)

ν Elongation3)

C. Batimetrik1) 3) ν Mean school depth 1) ν Relative Altitude3)

D. Data tambahan2) ν Temperature ν Salinity

ν Volume Density2)

E. Data pendukung5) ν Target Strength (TS) 5) ν TS Modus 5)

Keterangan : dirujuk dari 1)Lawson (2001), 2) Coetzee (2000), 3) Bahri & Freon (2000), 4)Fauziyah

(2004), dan 5) variabel pendukung

Deskriptor akustik untuk struktur kawanan ikan pelagis

Deskriptor akustik pada struktur kawanan ikan difokuskan pada posisi batimetrik kawanan ikan dalam kolom air. Hal ini dimaksudkan untuk melihat

(13)

pembentukan kawanan ikan dalam kolom air sehingga dapat dilihat struktur kawanan ikannya. Deskriptor akustik batimetrik didominasi formula perhitungan Bahri & Freon (2000) yakni kawanan ikan diukur berdasarkan 3 kedalaman yaitu kedalaman di atas kawanan, kedalaman rata-rata kawanan dan kedalaman dibawah kawanan.

Deskriptor akustik morfometrik ditambahkan variabel dimensi fraktal dimensi fraktal sebagai bangun geometri untuk menjelaskan bangun alam yang bersifat tidak teratur dan terlihat rumit untuk diterangkan melalui geometri

Euclidian. Secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Deskriptor akustik untuk struktur kawanan ikan pelagis

Deskriptor Akustik Variabel

A. Energetik1) 2) ν Mean acoustic energy1) ν Volume Density2) B. Morfometrik2) 3) 4) ν Height 2) ν Length 2) ν Perimeter 4) ν Area4) ν Elongation3) ν Fractal dimension3) C. Batimetrik1) 3) ν Mean school depth 1)

ν Relative Altitude3)

ν Minimum altitude3)

ν Minimum depth3)

Keterangan : dirujuk dari 1)Lawson (2001), 2) Coetzee (2000), 3) Bahri & Freon (2000), 4)Fauziyah

(2004) 3.4 Analisis data

3.4.1 Analisis Statistika

Tujuan penggunaan analisis statistika adalah: 1). Mencari keeratan hubungan antar deskriptor (morfometrik, batimetrik dan energetik); 2). Mengelompokkan kawanan ikan dengan nilai deskriptor akustik berdasarkan ukuran kemiripan (similarity) atau ketakmiripan (dissimilarity); 3). Menentukan deskriptor akustik yang berpengaruh terhadap pemisahan kelompok tersebut. Untuk tujuan tersebut dilakukan Analisis Peubah Ganda (Multivariate Analysis) yang meliputi: analisis faktor (factor analysis), analisis gerombol (cluster analysis) dan analisis diskriminan (discriminant analysis). Program statistik yang digunakan adalah SPSS 11.5 for Windows.

1) Faktor analisis (analysis factor).

Analisis faktor pada penelitian ini digunakan untuk mencari keeratan hubungan/korelasi antar deskriptor akustik sebagai peubah bebas, sehingga ditemukan sesuatu yang alami pada respon variabel atau peubah tak bebas.

(14)

Model analisis faktor adalah sebagai berikut: X = ΛΛf + e

dimana

X = vektor berdimensi-p dari respons teramati yang disebut vektor

acak, X’ = (x1, x2, ...,xp)

f = vektor berdimensi-q dari variabel tak teramati yang disebut

’common factors’ , f’ = (f1,f2,...fq)

e = vektor berdimensi-p dari variabel tak teramati yang disebut ’unique factors’, e’ = (e1,e2,...,ep)

Λ

Λ = matriks koefisien tak diketahui berukuran pxq disebut ’ factor

loadings’

Dengan asumsi bahwa faktor-faktor spesifik tidak berkorelasi antara satu dengan lainnya dan dapat dinyatakan sebagai berikut:

E(ee’) = ψψ dan cov (e,f’) =0

Model dasar analisis faktor dapat dituliskan sebagai berikut:

Xi = j i q i j ij e f +

=

λ

Struktur koragam model analisis faktor dinyatakan dalam persamaan berikut :

Var (Xi) = hi2 + ψψi

Komponen hi2 disebut komunalitas yang menunjukkan proporsi ragam dari

variabel respon Xi yang diterangkan oleh q faktor bersama, ψψi merupakan

ragam dari variabel respons Xi yang disebabkan oleh faktor spesifik atau

ragam spesifik (Rummel, 1970).

2) Analisis gerombol (Clustering Analysis)

Analisis gerombol digunakan untuk mengelompokkan objek-objek menjadi beberapa gerombol berdasar peubah-peubah yang diamati, sehingga diperoleh kemiripan objek dalam gerombol yang sama dibandingkan antar objek dari gerombol yang berbeda (Siswadi & Suharjo, 1999). Analisis gerombol dapat juga dilakukan untuk menggerombolkan peubah-peubah ke dalam suatu gerombol-gerombol peubah berdasarkan koefisien korelasi antar peubah tersebut (Johnson & Wichern, 1998).

Secara umum teknik penggerombolan dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Teknik berhirarki, yang dipilah menjadi teknik penggabungan (agglomerative) dan teknik pembagian (divisive), dan

(15)

2. Teknik tak berhirarki, misalnya teknik penyekatan (partitioning) dan penggunaan grafik (Siswadi & Suharjo, 1999)

Teknik berhierarki disajikan dalam bentuk dendrogram sehingga penggerombolan akan lebih mudah diidentifikasi dan informatif.

Ukuran ketakkemiripan(dissimilarities) antar objek pengamatan adalah jarak antar objek. Jarak antara dua objek harus didefinisikan sedemikian rupa sehingga semakin pendek jarak maka semakin kecil ketakmiripannya begitupun sebaliknya. Nilai ukuran ketakmiripan yang sering digunakan adalah jarak Euclid bila antar peubah saling bebas atau saling orthogonal, sedangkan jarak mahalanobis digunakan bila semua peubah saling berkorelasi atau tidak saling orthogonal (Johnson & Wichern, 1998)

Metode penggabungan yang digunakan antar gerombol berhierarki adalah metode pautan tunggal, pautan lengkap, pautan rataan, terpusat dan ward. Teknik gerombol berhierarki berguna untuk : 1. pemisahan kawanan ikan pelagis ke dalam gerombol kawanan ikan lemuru dan bukan lemuru, 2. pemisahan kawanan ikan lemuru ke dalam gerombol kawanan sempenit, protolan dan lemuru.

3) Analisis diskriminan (Discriminant Function Analysis)

Analisis diskriminan (discriminant analysis) adalah teknik statistika yang dipergunakan untuk mengelompokkan individu atau obyek ke dalam suatu kelas atau kelompok berdasarkan sekumpulan peubah-peubah bebas (Dillon & Goldstein, 1984).

Fungsi diskriminan merupakan fungsi atau kombinasi linear peubah-peubah asal yang akan menghasilkan cara terbaik dalam pemisahan kelompok-kelompok tersebut. Fungsi ini akan memberikan nilai-nilai yang sedekat mungkin dalam kelompok dan sejauh mungkin antar kelompok. Fungsi ini tentunya disamping akan dapat digunakan untuk menerangkan perbedaan antar kelompok juga dapat digunakan dalam masalah klasifikasi (Siswadi & Suharjo, 1998).

Metode diskriminan pertama kali diperkenalkan oleh Fisher (1936) sebagai suatu teknik statistika yang berguna dalam bidang taksonomi, dan setelah itu banyak dikembangkan pada bidang lainnya (Kleinbum, 1987 diacu dalam Siswadi & Suharjo, 1998).

Cara terbaik yang digunakan dalam masalah klasifikasi merupakan cara yang mempunyai peluang terkecil kesalahan klasifikasi atau tingkat kesalahan pengalokasian objek dari kelompok-kelompok tersebut. Jadi adanya dua fungsi

(16)

yang berbeda dapat diperoleh karena tujuan kedua masalah tersebut juga berbeda. Istilah lain bagi analisis ini adalah klasifikasi, alokasi, dan pengenalan pola (Siswadi & Suharjo, 1998).

Pembentukan Fungsi Diskriminan

Salah satu pendekatan yang digunakan dalam analisis diskriminan ialah penggunaan jarak Mahalanobis. Andaikan ada m kelompok contoh acak masing-masing berukuran n1, n2,..., nm dengan p peubah yang diamati, X1,

X2,..., Xp. Vektor rataan dari m contoh tersebut x1, x2,..., xm dapat dianggap

sebagai dugaan vektor rataan populasi. Andaikan pula dugaan matriks koragam kelompok ke-i ialah C1. Jarak Mahalanobis setiap atau suatu objek

dapat dihitung terhadap m vektor rataan tersebut dan akan digolongkan pada suatu kelompok yang terdekat terhadap vektor rataannya. Jarak Mahalanobis antara suatu objek x terhadap vektor rataan kelompok ke-j, xj diduga oleh : (x-xj)’C-1(x-xi); dengan C=Σ(ni-1)Ci/Σ(ni-1) sebagai dugaan koragam gabungan

dari m kelompok contoh. Dalam hal ini anggapannya ialah matriks koragam tiap kelompok sama. jadi, kelompokkan objek x ke kelompok ke-i bila: (x-xi)’C -1(x-x

i) = minimum {(x-xj)’C-1(x-xj);j=1,2,...m}.

Pendekatan lain dalam analisis diskriminan ialah dengan mencari fungsi diskriminan yang merupakan kombinasi linear dari peubah-peubah yang diamati dan akan memberikan nilai sedekat mungkin bagi objek-objek dalam kelompok yang sama dan sebesar mungkin bagi objek-objek antar kelompok. Bila matriks koragam total T = (tij), matriks koragam dalam kelompok W =

(wij), dan matriks koragam antar kelompok B = (bij), maka T = W+B. Bila

fungsi diskriminan Z1 = a11X1+a12X2+..+a1pXp = a1’X yang memaksimumkan

nisbah antara ragam antar kelompok dengan ragam dalam kelompok maka yang ingin dicari ialah a1 sehingga a1’Ba1/a1’Wa1 maksimum. Fungsi

diskriminan lainnya yaitu Z1=a1’X yang memaksimumkan ai’Bai/ai’Wai dengan

kendala tidak berkorelasi dalam kelompok dengan Z1,Z2,..,Zi-1. Vektor-vektor

a1,a2,..,ai dapat diperoleh sebagai vector ciri yang berpadanan dengan akar ciri

η1• η2•..• ηi dari matriks W-1B (Siswadi & Suharjo, 1998).

Adapun pengujian fungsi diskriminan dapat dilakukan dengan menggunakan statistik V-Bartlett melalui pendekatan khi-kuadrat sebagai berikut :

a. Uji Fungsi Diskriminan Pertama Statistik Uji :

(17)

(

)

(

)

= −     + = s 1 m m 1 2 p m ln 1 1 1 N V

λ

Jika V1 <

÷

α2,p( )m-1 artinya persentase relatif yang diterangkan oleh fungsi

diskriminan pertama nyata secara statistik. b. Uji Fungsi Diskriminan ke-r

Statistik uji :

[

]

(

)

= + + − − = s r m m r N p m Ln V 1 21( ) 1

λ

Jika Vr <

÷

α2 ,(p−r +1)(m−r )artinya fungsi diskriminan ke-r masih diperlukan untuk

menerangkan perbedaan p-peubah diantara m-kelompok. Pengamatan xij dikelompokkan ke dalam kelompok ke-i bila :

(

)

[

(

)

]

[

(

)

]

− = − ≤ − = 2 k0 t 2 k0 j t 1 2 im y a x x a x x y m i m r m m

dimana : ym= vektor skor diskriminan ke-m dari obyek

y

im= nilai tengah skor diskriminan ke-m dari kelompok ke-i t

m

a = vektor koefisien fungsi diskriminan

xij = vektor pengamatan dari objek yang akan dikelompokkan

x

k0 = vektor nilai tengah peubah pembeda dari kelompok ke – i

r = banyaknya fungsi diskriminan penggolongan

(Rencher, 1995) Analisis diskiminan akan menyeleksi (1) deskriptor akustik yang berpengaruh terhadap pemisahan kelompok kawanan ikan lemuru dan bukan kawanan ikan lemuru, (2) deskriptor akustik yang berpengaruh terhadap pemisahan kelompok kawanan ikan lemuru (kawanan sempenit, protolan, lemuru dan campur) dan (3) mengalokasikan suatu kawanan ikan (baru) ke dalam salah satu kelompok kawanan tersebut. Penggunaan analisis diskriminan ini berhubungan dengan fungsinya, yaitu memberikan nilai-nilai yang sedekat mungkin dalam kelompok dan sejauh mungkin antar kelompok (Siswadi & Suharjo,1999). Sehingga variabel-variabel pada kelompok yang berbeda dapat ditentukan. Kelompok yang akan digunakan pada identifikasi kawanan ikan pelagis adalah kelompok kawanan ikan lemuru dan bukan lemuru, adapun pada klasifikasi kawanan ikan lemuru adalah kelompok kawanan sempenit, protolan dan lemuru (Gambar 3.6).

(18)

3.4.2 Teknik Variogram

Teknik ini digunakan pada struktur kawanan ikan lemuru. Variogram mengukur variabilitas rata-rata antara 2 point x dan x+h, dimana h adalah jarak (Matheron, 1970 diacu dalam Bahri & Freon, 2000):

γγ

(h) = 0.5E

(

z(x+h) – z(x)

)

2

Pada persamaan diatas, z(x) adalah nilai deskriptor pada titik x; z (x+h) adalah nilai deskriptor pada jarak h dari x; γγ(h) adalah fungsi modulus dan orientasi vektor h yang mengindikasikan perbedaan nilai yang ada karena pertambahan jarak.

Gambar 3.6. Alur pemrosesan analisis diskriminan kawanan ikan pelagis Uji kenormalan ganda

Metode plot khi kuadrat

Data menyebar

normal transformasi

Uji kehomogenan matriks koragam antar dan dalam gerombol

fungsi diskriminan linear Fungsi diskriminan kuadratik Data:

Deskriptor akustik Data oseanografi

Kelompok:

1. kawanan lemuru & Non kawanan lemuru 2. kawanan lemuru, protolan, sempenit & campur

Pembuatan Plot Ya

T idak

Ya

(19)

Klasifikasi variogram berdasarkan strukturnya dibagi menjadi 3 bagian yaitu : (1) Terstruktur: garis bertambah perlahan-lahan secara teratur sampai mendekati nilai asimtotik. Jarak yang pendek atau panjang diketahui berdasarkan survei atau deskriptor. Model yang digunakan adalah bola (spherical) atau eksponensial disesuaikan dengan variogram eksperimental (Gambar 6.2A); (2)

Struktur lemah: model dicocokkan pada aspek variogram secara keseluruhan,

tetapi dengan kualitas yang tidak bagus dan pilihan model tidak nyata. Selanjutnya variogram ini berada pada perbedaan adanya gumpalan (nugget) pada jarak yang kecil, biasanya sekitar 3 mil (Gambar 6.2B) dan; (3) Tanpa

struktur: aspek yang benar-benar tidak menentu, murni acak dan garis osilasi

berada di sekitar tingkat keragaman jarak yang kecil. Dalam kategori ini, klasifikasi variogram menampakkan aspek tanpa tipe (atypical), bentuk kubah/lengkung, bentuk bintang atau gelombang (Gambar 6.2C).

Gambar 3.7 Contoh variogram. γ adalah covariance antar densitas ikan yang diamati di jarak lokasi bagian h. (A) distribusi contagious, γ(0) 0; (B) Efek nugget, γ(0) menjadi batas; (c) distribusi acak, γ adalah bebas terhadap h (Maclennan & Simmonds, 1992).

γ h (A) γ h (C) γ h (B)

Gambar

Gambar 3.1.  Perairan Selat Bali  Keterangan:              lintasan survei akustik Tahun 1999
Gambar 3.2 Alur pemrosesan dan analisis data penelitian
Gambar  3.4.  Skema pengukuran deskriptor   MinDepth School Depth Bathymetric Off bottom/ min Alt Surface Bottom Length  Height  Perimeter  Morphometric L1 L2 H1 H2 Ping D epth (m ) Energetic
Gambar 3.5. Perbedaan sudut yang dibentuk dalam deteksi kawanan   (ICES, 2000)  θ  =  bukaan beam nominal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penge- tahuan tentang kompres hangat untuk mengurangi nyeri haid sebagian besar pengetahuannya cukup sejumlah 62 responden (62%) karena yang

Pembinaan ini akan menentukan cetak biru kemajuan usahanya sebab bisnis tepung terigu yang ditangani Bogasari demikian pula Indofood dengan mie instannyasampai ke tangan konsumen

Pada nyeri kepala klaster terjadi pengaktifan sistem trigeminovaskuler yang ditandai oleh peningkatan CGRP di dalam peredaran pembuluh darah vena kranial

Tahap pra siklus ini peneliti akan melihat pembelajaran Aqidah Akhlak secara langsung di kelas IX MTs Ma’arif NU 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas. Dalam pembelajaran

Hasil uji statistik pada kelompok sesudah intervensi diperoleh p value sebesar 0,633, menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata derajat flebitis diantara kedua

[r]

keseluruhan nilai memperoleh skor rerata sebesar 32 dari skor maksimal 35 dengan persentase keidealan sebesar 91,43% dan memperoleh kategori kualitas Sangat Baik

a) Evaluasi Ahli.. Sebelum dilakukan uji coba kepada subjek tehadap produk permainan pembelajaran, produk yang telah dibuat dievaluasi terlebih dahulu oleh satu ahli