RISET KHUSUS
EKSPLORASI PENGETAHUAN LOKAL ETNOMEDISIN
DAN TUMBUHAN OBAT BERBASIS KOMUNITAS
DI INDONESIA
ETNIS OSING
PROVINSI JAWA TIMUR
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
SUSUNAN
TIM
PENELITI
ETNIS : OSING PROVINSI : JAWA TIMUR
TIM PENELITI
1 Dr. Purwadi, M.Hum. Antropologi
2 Dr. Dra. Eniek Kriswiyanti, M.Si Botanis/Taksonom
3 Aliffiati, S.S., M.Si Antropologi
4 Dra. I Gusti Ayu Sugi Wahyuni, M.Si Botanis/Taksonom
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Puji syukur kepada Allah SWT selalu kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat
dan karuniaNya Laporan Riset Khusus Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin dan
Tumbuhan Obat Berbasis Komunitas di Indonesia, yang selanjutnya disebut Riset
Tumbuhan Obat dan Jamu (RISTOJA) 2015 telah dapat diselesaikan. Pelaksanaan
pengumpulan data RISTOJA 2015 dilakukan pada bulan Agustus s.d September 2015 di
Kabupaten Banyuwangi.
Pengumpulan data dilakukan di Wilayah Etnis Osing Ndeles di 5 titik yaitu
Kecamatan Glgah, Giri, Licin, Kalipuro dan Sempu, berhasil dihimpun informasi tentang
penggunaan tumbuhan untuk penanganan masalah kesehatan yang terdiri dari 5 pengobat
tradisional dengan jumlah ramuan 165 dan tumbuhan obat 254.
Kami telah berupaya maksimal, namun pasti masih banyak kekurangan, kelemahan
dan kesalahan. Untuk itu kami mohon kritik, masukan dan saran, demi penyempurnaan
Riskesdas dimasa yang akan datang.
Billahit taufiq walhidayah, wassalamu’alaikum wr. wb.
KATA
SAMBUTAN
Assalamu’alaikum wr. wb.
Puji syukur kepada Allah SWT selalu kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat
dan karuniaNya Laporan Riset Khusus Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin dan
Tumbuhan Obat Berbasis Komunitas di Indonesia, yang selanjutnya disebut Riset
Tumbuhan Obat dan Jamu (RISTOJA) 2015 telah dapat diselesaikan. Pelaksanaan
pengumpulan data RISTOJA 2015 dilakukan pada bulan Agustus-September 2015 di 2
provinsi yang meliputi 15 titik pengamatan.
Pengumpulan data dilakukan oleh 15 orang peneliti yang berasal dari Universitas
Udayana. Berhasil dihimpun informasi tentang penggunaan tumbuhan untuk penanganan
masalah kesehatan dari 15 pengobat tradisional atau Battra.
Kami menyampaikan penghargaan yang tinggi serta terima kasih yang tulus atas
semua kerja cerdas dan penuh dedikasi dari seluruh peneliti, pakar dari Perguruan Tinggi,
Penanggung Jawab Operasional dan seluruh tim pengumpul data serta semua pihak yang
telah berpartisipasi mensukseskan RISTOJA 2015.
Secara khusus, perkenankan ucapan terima kasih kami dan para peneliti kepada
Ibu Menteri Kesehatan yang telah memberi kepercayaan kepada kita semua, anak bangsa,
dalam menunjukkan karya baktinya.
Kami telah berupaya maksimal, namun pasti masih banyak kekurangan, kelemahan
dan kesalahan. Untuk itu kami mohon kritik, masukan dan saran, demi penyempurnaan
RISTOJA dimasa yang akan datang.
Billahit taufiq walhidayah, wassalamu’alaikum wr. wb.
Denpasar, 14 September 2015 Ketua Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana
Prof. Dr. I.. I Nyoman Gde Antara, M. Eng
RINGKASAN
EKSEKUTIF
Riset Khusus Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin dan Tumbuhan Obat
Berbasis Komunitas di Indonesia, yang selanjutnya disebut Riset Tumbuhan Obat dan
Jamu (RISTOJA), merupakan riset pemetaan pengetahuan tradisional dalam pemanfaatan
tumbuhan obat berbasis komunitas yang dilaksanakan oleh Badan Litbang Kesehatan
pada tahun 2015. Riset ini dilaksanakan untuk menjawab kebutuhan informasi terkait data
tumbuhan obat dan ramuan tradisional yang digunakan oleh setiap etnis di Indonesia.
RISTOJA bertujuan mendapatan data dasarpengetahuan etnofarmakologi, ramuan obat
tradisional (OT) dan tumbuhan obat (TO) di Indonesia. Data yang dikumpulkan meliputi :
karakteristik Informan, gejala dan jenis penyakit, jenis-jenis tumbuhan, kegunaan
tumbuhan dalam pengobatan, bagian tumbuhan yang digunakan, ramuan, cara penyiapan
dan cara pakai untuk pengobatan, kearifan lokal dalam pengelolaan dan pemanfaatan TO
dan data lingkungan
RISTOJA 2015 dilaksanakan di 24 provinsi bekerja sama dengan Perguruan Tinggi
terkemuka di masing-masing wilayah. Provinsi Bali yang pada pelaksanaan Titik
pengamatan meliputi 3 etnis yaitu : Bali Aga, Bali Dataran, dan Osing
Jumlah pengobat tradisional yang tinggal di Etnis Osing relative banyak dan data
resmi dari instansi terkait belum ada, selanjutnya dipilih 5 informan yang diwawancara,
dimana 80% ditinggal di pedesaan; 60% berumur lebih dari 61 tahun; 20% tidak tamat SD,
40% lulus SLTA, dari tingkat pendidikan formal battra maka pengetahuan battra relative
sudah maju.
Terdapat 165 ramuan di etnis Osing untuk 208 gejala/penyakit penyakit yang
bervariasi, bahkan urutan tertinggi yaitu 23,08 % atau 18 penyakit/gejala tidak masuk ke
dalam kelompok 70 penyakit/gejala penyakit sehingga masuk kelompok lain-lain.
Kelompok ini yaitu ginjal, tumor/kanker, gangguan vitalitas perempuan, sakit kulit, bisul,
melancarkan peredaran darah, saraf, meningitis. Tumbuhan yang digunakan dalam
pengobatan mnurut informasi battra berjumlah 254, termasuk dalam 146 jenis spesies 62
familia dan 2 belum teridentifikasi. Dari 146 jenis, 109 spicies yang dapat dibuat menjadi
526 herbarium dan 397 DNA.
TO yang sulit diperoleh berjumlah 20 TO , 15% diupayakan menanam sendiri, dan 85% diperoleh dengan membeli ataupun mencari di tempat lain. Usaha konservasi TO yang sulit telah dilakukan baik oleh masyarakat secara mandiri dan
swakelola juga dilakukan oleh pemerintah daerah dan instansi terkait dengan melalui
program TOGA (Tanaman Obat Keluarga), baik di tingkat keluarga maupun masyarakat.
Pembinaan dan arahan pembuatan jamu secara higienis dan sesuai standar, serta gerakan
4. Jumlah pasien ... 19
5. Murid ... 20
C. Ramuan Pengobatan ... 20
1. Jumlah Ramuan ... 20
2. Kelompok Penyakit ... 21
3. Kelompok Penyakit Spesifik ... 22
D. Tumbuhan Obat ... 22
1. Jumlah informasi TO ... 22
2. Bagian TO yang digunakan ... 23
3. Habitat TO ... 23
4. Tumbuhan yang teridentifikasi ... 24
5. Koleksi Spesimen ... 26
E. Kearifan Pengelolaan Tumbuhan Obat ... 26
1. Jumlah TO Sulit ... 26
2. Pengelolaan TO Sulit ... 26
F. Kendala/Catatan/Hal Khusus ... 27
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 28
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Titik pengamatan/pengambilan data, Etnis Osing, Provinsi Jawa Timur RISTOJA 2015 ... 15 Tabel 3. Jumlah murid informan yang telah mandiri di Etnis Osing Provinsi Jawa
Timur , RISTOJA 2015 ... 20 Tabel 4. Jumlah ramuan yang digunakan dalam pengobatan oleh informan di Etnis Osing, Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ... 20 Tabel 5. Gejala/penyakit terbanyak yang dapat ditangani oleh informan, di Etnis
Osing Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ... 21 Tabel 6. Jenis/gejala penyakit spesifik di Etnis Osing Provinsi Jawa Timur,
RISTOJA 2015 ... 22 Tabel 7. Jumlah informasi TO yang digunakan dalam pengobatan tradisional oleh
informan di etnis Osing, Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ... 22 Tabel 8. Jumlah TO yang sulit diperoleh informan di Etnis Osing Provinsi Jawa
Timur RISTOJA 2015 ... 26
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan alir tinjauan konseptual ... 5 Gambar 2. Peta Titik Pengamatan/Pengambilan Data Etnis Osing Provinsi Jawa
Timur, RISTOJA 2015 ... 16 Gambar 3. Proporsi informan berdasar tempat tinggal di Etnis Osing Provinsi Jawa
Timur,RISTOJA 2015 ... 17 Gambar 4. Proporsi informan berdasar umur, Etnis Osing Provinsi Jawa Timur
RISTOJA 2015 ... 18 Gambar 5. Proporsi informan berdasar tingkat pendidikan di Etnis Osing Provinsi
Jawa Timur RISTOJA 2015 ... 19 Gambar 6. Jumlah pasien yang dilayani informan di Etnis Osing Provinsi Jawa Timur
RISTOJA 2015 ... 19 Gambar 7. Proporsi bagian TO yang digunakan dalam pengobatan di Etnis Osing
Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ... 23 Gambar 8. Proporsi TO teridentifikasi berdasar familia, di Etnis Osing Provinsi Jawa
Timur, RISTOJA 2015 ... 25
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jumlah Ramuan yang digunakan pengobat tradisional di Etnis Osing Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ……… ... 26 Lampiran 2. Tumbuhan yang berhasil diidentifikasi hingga tingkat jenis (spesies) Etnis
Osing Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ………. ... 27 Lampiran 3. Tumbuhan yang tidak terdiidentifikasi hingga tingkat jenis (spesies) Etnis
Osing Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ……….. ... 28 Lampiran 4. Tumbuhan yang sulit diperoleh menurut persepsi battra etnis Osing
Lampiran 5. TO yang sulit diperoleh menurut persepsi informan di etnis Osing,
Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ... 30 Lampiran 6. Photo kegiatan pengumpulan data etnis Osing., Provinsi Jawa Timur,
RISTOJA 2015 ... 31 Lampiran 7. Photo koleksi TO etnis Osing, Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ... 32 Lampiran 8. Photo peracikan ramuan etnis Osing, Provinsi Jawa Timur, RISTOJA
2015 ... 33 Lampiran 9. Photo pengobatan etnis Osing, Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ... 34 Lampiran 10 Photo hal menarik lainnya etnis Osing, Provinsi Jawa Timur, RISTOJA
2015 ... 35
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara dengan hutan tropika terbesar kedua di dunia, dan memiliki
keanekaragaman tumbuhan yang tinggi sehingga dikenal sebagai salah satu dari 7
(tujuh) negara “megabio-diversity”. Distribusi tumbuhan berbunga yang terdapat di hutan
tropis Indonesia lebih dari 30.000 jenis dan hampir 12% dari total tumbuhan berbunga
di dunia sebesar 250.000 jenis (Ersam, 2004). Bio-diversitas yang besar tersebut
tersimpan potensi tumbuhan berkhasiat yang dapat digali dan dimanfaatkan lebih lanjut.
World Conservation Monitoring Center telah melaporkan bahwa wilayah Indonesia
merupakan kawasan yang banyak dijumpai beragam jenis tumbuhan obat dengan
jumlah tumbuhan yang telah dimanfaatkan mencapai 2.518 jenis (EISAI,1995).
Selain keanekaragaman tumbuhan tersebut, Indonesia juga kaya dengan
keanekaragaman etnis dan budaya. Hidayah (1997) telah mengkaji 554 kelompok suku
di Indonesia berdasarkan keaslian bahasa dan asal etnis. Sensus Penduduk Badan
Pusat Statistik (BPS) tahun 2000 menyebutkan bahwa jumlah etnis/suku bangsa yang
tinggal di wilayah Indonesia berjumlah 1.086 dengan total populasi lebih dari 200 juta
orang. Dari 1.068 etnis tersebut terdapat 20 etnis besar yang memiliki populasi lebih dari
1 juta orang yaitu : Jawa (84 juta); Sunda (31 juta); Madura (6,8 juta); Minagkabau (5,5
juta); Betawi (5 juta); Bugis (5 juta); Banten (4 juta), Banjar (3,5 juta); Bali (3,3 juta);
Batak (3,2 juta); Sasak (2,7 juta); Cina (2,4 juta); Makasar (2,2 juta); Cirebon (2 juta);
Melayu Riau (1,5 juta); Toba (1,1 juta); Mandailing (1,1 juta); Aceh (1 juta); dan
Hulandalo (1 juta). Selain itu juga terdapat 4 etnis dengan populasi kurang dari 100
orang yaitu : Oloh Kantu’ di Papua (97 orang); Yahray di Papua (71 orang); Waipam di
Maluku Utara (59 orang) dan Wandub Wambon di Papua (40 orang) (BPS, 2000).
Masing-masing etnis memiliki khasanah budaya yang berbeda. Pada setiap etnis,
terdapat beraneka ragaman kearifan lokal masyarakat, termasuk di dalamnya adalah
pemanfaatan tumbuhan untuk pengobatan tradisional. Pengetahuan tentang
penggunaan tumbuhan obat (TO) oleh etnis asli setempat sangat penting untuk
pengembangan pengobatan secara tradisional dan pengembangan obat modern karena
banyak ekstrak tumbuhan untuk obat modern ditemukan melalui pendekatan
pengetahuan lokal (Cox, 1994; Plotkin, 1988)
Modernisasi dapat menyebabkan hilangnya pengetahuan tradisional yang dimiliki oleh
masyarakat (Bodeker, 2000). Hal lain yang juga dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah
kasus pembajakan plasma nutfah dan budaya yang semakin meningkat dari tahun ke
upaya budidaya TO terutama untuk jenis-jenis yang digunakan dalam jumlah kecil dan
kemampuan regenerasi yang lambat (Widiyastuti, 2013).
Pada tahun 2000-2009 Indonesia telah kehilangan 15,16 Juta Ha, Kalimantan menjadi
penyumbang kehilangan hutan terbesar yaitu 36,32% atau setara 5,5 juta Ha. Laju
penyusutan rata-rata pada periode tahun 2000-2009 sebesar 1,51 juta Ha/tahun.
Kawasan hutan lindung dan konservasi juga mengalami penyusutan berturut-turut
sebesar 2,01 juta Ha dan 1,27 Ha. Jika tidak ada upaya lebih lanjut, diperkirakan pada
tahun 2020 tutupan hutan di Jawa akan habis, sedangkan hutan di Bali-Nusa Tenggara
akan habis pada tahun 2030 (Sumargo, 2011).
Penggunaan data tentang TO yang berasal dari hasil penelitian etnobotani merupakan
salah satu cara yang efektif dalam menemukan bahan-bahan kimia baru dan berguna
bagi pengobatan. Data dasar TO di Indonesia masih sangat minim, terutama informasi
tentang jenis-jenis TO terkait dengan kearifan lokal, penggunaan dalam ramuan, bagian
yang digunakan dan cara penggunaannya. Penelitian untuk mendapatkan data
fitogeografi, pemanfaatan berbasis kearifan lokal, fitokimia dan sosial ekonomi dari TO
akan sangat penting dalam membangun sebuah data dasar. Data dasar tersebut dapat
digunakan sebagai informasi penting dalam proses budidaya TO untuk peningkatan
produktivitas, serta rintisan untuk kemandirian obat berbasis tumbuhan. Data dasar yang
dihasilkan sangat mendukung program Saintifikasi Jamu (SJ) karena program tersebut
berbasis kepada kearifan lokal yang tercermin dari budaya masing-masing etnis
sehingga program SJ ini dapat terus dikembangkan ke seluruh fasilitas pelayanan
kesehatan.
Penelitian mengenai Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin dan Tumbuhan Obat
Berbasis Komunitas di Indonesia perlu dilakukan untuk menggali pengetahuan lokal
etnomedisin sebagai bagian kearifan lokal masing-masing etnis dan keanekaragaman
TO yang menjadi dasar bagi pengembangan riset berkelanjutan dalam bidang
etnomedisin dan tumbuhan obat. Penelitian Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin
dan Tumbuhan Obat Berbasis Komunitas di Indonesia ini juga dikenal dengan istilah
Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (RISTOJA).
RISTOJA 2012 telah dilaksanakan di 26 provinsi seluruh wilayah Indonesia kecuali
provinsi di pulau Jawa dan Bali, bekerja sama dengan 25 Perguruan Tinggi terkemuka
di masing-masing wilayah. Etnis yang diteliti meliputi 209 etnis dengan jumlah titik
pengamatan 254. Terdapat 15.773 informasi ramuan, sebagian besar berkaitan dengan
perilaku hidup sehat, seperti demam, sakit kepala, sakit kulit serta sakit perut, terdapat
juga gejala/penyakit yang berkaitan dengan metabolisme atau penyakit degenerative
seperti kanker/tumor dan darah tinggi. Selain itu terdapat ramuan untuk malaria
digunakan dalam pengobatan berjumlah 19.738 informasi, 13.576 berhasil diidentifikasi
hingga tingkat spesies yang terdiri 1.740 spesies/jenis dari 211 familia.
Ristoja tahun 2015 direncanakan dilaksanakan pada 95 etnis sebanyak 100 titik
pengamatan di 24 provinsi. Pelaksanaan Ristoja 2015 tetap bekerjasama dengan
Lembaga Penelitian Perguruan Tinggi termasuk wilayah Jawa-Bali yang pada tahun
2012 belum dilaksanakan pengumpulan datanya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tersedianya data dasar pengetahuan Etnofarmakologi, ramuan obat tradisional
(OT) dan tumbuhan obat(TO) di Indonesia.
2. Tujuan Khusus
a. Menginventarisasi pemanfaatan TO berdasarkan gejala/penyakit di setiap etnis di
Indonesia.
b. Menginventarisasi tumbuhan dan bagian tumbuhan yang digunakan untuk ramuan
OT
c. Mengoleksi spesimen TO untuk pembuatan herbarium
d. Mengelola dan mengidentifikasi spesimen herbarium
e. Mengungkap kearifan local dalam pengelolaan dan pemanfaatan TO
C. Manfaat
Terwujudnya perlindungan, pelestarian, pemanfatan dan pengembangan kearifan lokal
BAB II METODE PENELITIAN
A. Kerangka Teori
Biodiversitas adalah kekayaan bangsa dengan nilai yang tidak terhitung besarnya,
karena ancaman terhadap kepunahan biodiversitas akan mengancam kelestarian dan
eksistensi suatu bangsa. Indonesia tidak saja dikenal memiliki kekayaan biodiversitas
tumbuhan dan hewan yang tinggi, namun juga memiliki kekayaan atas keragaman
budaya yang terekspresi dari beragamnya suku bangsa. Kekayaan keaneka ragaman
hayati dan budaya tersebut menjadi aset nasional yang harus dimanfaatkan dan
dikembangkan untuk meningkatkan ketahanan dan kedaulatan bangsa. Demikian juga
terhadap kekayaan tumbuhan obat dan pengetahuan tradisional terkait pemanfaatan
tumbuhan obat untuk pengobatan. Kekayaan sumberdaya tumbuhan obat memiliki
potensi untuk dikembangkan sekaligus potensi ancaman di masa mendatang.
Pengelolaan yang tepat akan berdampak pada kesejahteraan bangsa dan di sisi lain
juga mengancam kedaulatan akibat praktek biopirasi dan kepunahan spesies karena
Indonesia
Kebijakan terkait Indonesian Bioresources
rusaknya ekologi. Dengan demikian sangat pentingnya tersusun suatu data basis terkait
kekayaan biodiversitas tumbuhan obat dan pengetahuan tradisional masyarakat dalam
penggunaan tumbuhan sebagai obat. Data basis ini merupakan upaya perlindungan
aset nasional dari berbagai ancaman baik yang datang secara internal maupun
eksternal. Data basis tumbuhan obat, ramuan obat tradisional, dan kearifan lokal dalam
pengelolaan pemanfaatan tumbuhan obat, akan dikembangkan berdasarkan kegiatan
penelitian terstruktur dan berkelanjutan yang disebut Riset Tumbuhan Obat dan Jamu
(Ristoja). Riset ini akan memetakan dan menginventarisasi pengetahuan tradisional
setiap etnis dalam memanfaatkan tumbuhan untuk pengobatan dan kesehatan dari
sumber informasi pengobat tradisional, melakukan koleksi langsung tumbuhan obatnya,
dan mendata kearifan lokal dalam pengelolaan serta pemanfaatan tumbuhan obat. Data
basis ini menjadi aset Nasional dalam upaya perlindungan sekaligus upaya
pengembangan kekayaan nasional demi sebesar besarnya kesejahteraan bangsa,
sekaligus untuk ketahanan dan kedaulatan Indonesia.
B. Tinjauan Konseptual
3. Inventarisasi ramuan OT, cara penggunaan dan pemanfaatannya berdasarkan gejala penyakit/ penyakit di setiap komunitas lokal di Indonesia (Etnomedisin) 4. Inventarisasi TO dan bagian TO
yang potensial digunakan sebagai obat.
5. Pengumpulan/Koleksi spesimen TO (herbarium)
6. Identifikasi kearifan lokal dalam pengelolaan dan pemanfaatan TO Informan yang meliputi : ramuan dan TO di Indonesia
Gambar 1. Bagan alir tinjauan konseptual
Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (RISTOJA) adalah riset kontinum dalam rangka
menghasilkan data dasar terkait pengetahuan etnomedisin yang dimiliki oleh setiap etnis
di Indonesia, TO yang digunakan dalam ramuan, serta kearifan lokal dalam pengelolaan
pemanfaatan TO. Riset ini dilaksanakan dengan metode survei eksploratif dengan
variabel bebas pengobat tradisional (battra) yang ada di setiap etnis. Data (variabel
tergantung) yang ditetapkan dari survei ini adalah data demografi battra, ramuan obat
tradisional, TO yang digunakan dalam ramuan, serta kearifan lokal dalam pengelolaan
pemanfaatan TO.
C. Tempat dan Waktu
Lokasi penelitian meliputi seluruh wilayah Indonesia. Kriteria Etnis yang menjadi subyek
1. Semua etnis yang tercatat pada Sensus Penduduk Badan Pusat Statistik (BPS)
tahun 2000
2. Etnis dengan jumlah populasi lebih besar atau sama dengan 1.000 orang yang
tinggal pada lokasi (pulau) asal komunitas lokal (etnis) tersebut.
Waktu pengumpulan data + 21 hari, yaitu pada bulan Juli- Desember 2012.
D. Populasi dan Sampel
Populasi RISTOJA 2015 adalah semua penduduk dari komunitas lokal yang ada di
wilayah Indonesia dan semua tumbuhannya. Sampel RISTOJA 2015 adalah pengobat
tradisional yang memiliki sekaligus mempraktekan penggunaan tumbuhan sebagai obat
serta TO yang digunakan oleh informan.
E. Definisi Operasional
1. Informan atau narasumber ataubattra atau pengobat tradisional adalah orang yang
mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam penyembuhan dan mengobati
penyakit dengan menggunakan tumbuhan obat dalam ramuannya yang diakui oleh
komunitasnya.
2. Biopirasi adalah pencurian sumber daya hayati atau pengetahuan tradisional untuk
kepentingan komersial oleh pihak tertentu dan merugikan pihak lainnya. Komunitas
masyarakat adat adalah kelompok yang paling rentan dengan biopirasi ini, karena
memiliki banyak pengetahuan yang bisa diambil begitu saja tanpa mendapatkan
kompensasi yang layak dari pengetahuan mereka tersebut.
3. Bioprospeksi adalah upaya untuk mencari kandungan kimiawi baru pada makhluk
hidup (baik mikroorganisme, hewan, dan tumbuhan) yang mempunyai potensi
sebagai obat-obatan atau untuk tujuan komersil lainnya.
4. Demografi adalah data identitas narasumber yang terdiri dari data umur,
pendidikan, pekerjaan utama, jenis kelamin, agama/religi, dan status kawin.
5. Eksplorasi adalah penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh
pengetahuan lebih banyak (tentang keadaan), terutama sumber-sumber alam yang
terdapat di tempat itu.
6. Etnis atau suku adalah kelompok masyarakat yang dibedakan atas dasar bahasa,
budaya dan lokasi asal.
7. Etnobotani adalah ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dl
keperluan kehidupan sehari-hari dan adat suku bangsa.
8. Etnofarmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kegunaan tumbuhan yang
memiliki efek farmakologi dalam hubungannya dengan pengobatan dan
9. Etnomedisin adalah cabang antropologi medis yang membahas tentang asal mula
penyakit, sebab-sebab dan cara pengobatan menurut kelompok masyarakat
tertentu.
10. Fitogeografi adalah ilmu tentang masalah penyebaran tumbuhan.
11. Fitokimia adalah ilmu tentang seluk-beluk senyawa kimia pada tumbuh-tumbuhan,
khususnya gatra taksonominya.
12. Inventarisasi etnomedisin adalah pendataan pengetahuan narasumber mengenai
tumbuhan obat, keterampilan membuat ramuan dan pemanfaatannya dalam
pengobatan berdasarkan gejala atau penyakit.
13. Kearifan lokal merupakan pengetahuan lokal yang sudah demikian menyatu
dengan sistem kepercayaan, norma dan budaya dan diekspresikan di dalam tradisi
dan mitos yang dianut dalam jangka waktu yang cukup lama. Kearifan lokal atau
kearifan tradisional yaitu semua bentuk keyakinan, pemahaman atau wawasan
serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan
di dalam komunitas ekologis. Kearifan lokal/tradisional merupakan bagian dari etika
dan moralitas yang membantu manusia untuk menjawab pertanyaan moral apa
yang harus dilakukan, bagaimana harus bertindak khususnya dibidang pengelolaan
lingkungan dan sumber daya alam.
14. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme
yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu
daerah.
15. Koleksi spesimen TO adalah seluruh bagian tumbuhan obat yang memungkinkan
untuk diambil dan dikeringkan sebagai herbarium.
16. Komunitas lokal adalah suatu kelompok orang (masyarakat) yang hidup dan saling
berinteraksi di dalam daerah tertentu
17. Konservasi adalah pemeliharaan dan perlindungan sumber daya alam secara
teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan melalui pemanfaatan secara
bijaksana dan menjamin kesinambungan ketersediaan dengan tetap memelihara
dan meningkatkan kualitas nilai dan keragamannya.
18. Pendekatan etik dan emik merupakan kajian kebudayaan melalui makna bahasa
yang digunakan oleh suatu masyarakat budaya. Etik merupakan kajian makna yang
diperoleh dari pandangan orang di luar komunitas budaya tersebut. Sebaliknya,
emik merupakan nilai-nilai makna yang diperoleh melalui pandangan orang yang
berada dalam komunitas budaya tersebut
19. Profiling DNA adalah suatu metode untuk mengidentifikasi gambaran genetika
20. Ramuan adalah beberapa bahan/tumbuhan yang digabung menjadi satu kesatuan
digunakan dalam pengobatan tradisional.
21. Saintifikasi Jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis
pelayanan kesehatan.
22. Spesimen tumbuhan obat adalah bagian tumbuhan obat yang dikoleksi untuk
tujuan pembuatan herbarium.
F. Pengumpulan Data
1. Penentuan Etnis dan Titik Pengamatan
Pelaksanaan RISTOJA diharapkan dapat mencakup seluruh etnis yang ada di
Indonesia, akan tetapi dengan terbatasnya dana penelitian dan sumber daya
manusia (peneliti) maka dilakukan pemilihan etnis-etnis yang menjadi prioritas.
Etnis yang dipilih untuk dilakukan pengamatan terlebih dahulu adalah:
a. Etnis dengan khasanah dan budaya pengobatan tradisional yang kuat
b. Etnis yang tinggal di wilayah dengan keanekaragaman tumbuhan yang besar
c. Etnis dengan jumlah populasi besar
d. Etnis yang tinggal di wilayah dengan akses pelayanan kesehatan kurang
Penentuan etnis dan titik pengamatan melibatkan pakar yang lebih mengetahui
wilayah dan kondisi terkini dari masing-masing etnis yaitu lembaga penelitian
universitas.
Maka etnis yang dipilih sebagai subjek RISTOJA 2015 adalah 95 etnis dengan 100
titik pengamatan meliputi 24 provinsi dengan rincian sebagai berikut:
No Provinsi Jumlah Titik
No Provinsi Jumlah Titik Pengamatan
Jumlah 100
2. Pemilihan Informan
Informan dalam penelitian ini adalah orang yang mempunyai pengetahuan dan
keahlian dalam penyembuhan dan mengobati penyakit dengan menggunakan TO
dalam ramuannya yang diakui oleh komunitasnya. Informan ditentukan dengan
metode purposive sampling berdasarkan informasi dari penghubung (tokoh
masyarakat, kepala suku, kepala desa, kepala kampung, tokoh informal, dinas
kesehatan, puskesmas dan sumber terpercaya lainnya). Tim melakukan pemetaan
terhadap semua battra yang tinggal di wilayahnya. Battra yang dipilih sebagi
informan adalah battra yang memenuhi kriteria, jika dalam satu wilayah terdapat
lebih dari 1 orang battra maka battra yang dipilih sebagi informan adalah battra yang
paling terkenal, paling ampuh (pasien banyak yang sembuh), jumlah pasien paling
banyak. Pemilihan pengobat spesialis (hanya mengobati satu atau beberapa jenis
penyakit saja) seperti patah tulang dan pengobat yang bukan merupakan warga asli
namun telah terenkulturasi dapat dipilih sebagai informan sebagai alternatif terakhir.
Yang dimaksud dengan battra terenkulturasi adalah battra yang bukan keturunan
asli, namum telah lama tinggal, menguasai bahasa, adat istiadat dan khasanah
pengobatan etnis tersebut.
Tim peneliti melakukan pengumpulan data pada informan, setelah selesai maka tim
diharuskan pindah ke lokasi berikutnya (kecamatan/kabupaten lain) untuk
melakukan pemetaan battra, pemilihan informan dan pengumpulan data.
3. Pengumpulan data etnomidisin dan kearifan lokal
Pengumpulan data dengan wawancara melalui dua pendekatan yaitu emik dan etik.
Emik dimaksudkan untuk mengumpulkan seluruh informasi yang berasal dari
masyarakat. Sedangkan etik dimaksudkan untuk melakukan analisis berdasarkan
disiplin keilmuan, baik antropologi, biologi dan kesehatan.
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan teknik terstruktur dan bebas.
Wawancara terstruktur menggunakan instrumen berupa kuesioner dengan
pertanyaan semi terbuka, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data demografi
serta untuk menggali keterangan mengenai jenis dan bagian tumbuhan obat yang
digunakan, ramuan dan cara meracik ramuan, serta kearifan lokal dalam
pengelolaan tumbuhan obat.
Instrumen kuesioner RISTOJA digunakan sebagai alat bantu dalam tabulasi, analisis
Data-data yang dikumpulkan dalam instrumen penelitian adalah Data-data demografi batra,
tumbuhan obat, ramuan serta kegunaan dan cara penyiapannya. Instrumen kuesioner
terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
a). BLOK A. Pengenalan Tempat
Blok ini memuat informasi demografi/domisili atau tempat tinggal informan.
Pertanyan secara lengkap alamat informan yang mudah dikenal dan ditelusuri jika
dibutuhkan pada saat yang akan datang. Pengenalan tempat yang ditanyakan
alamat informan mulai dari jalan sampai nama dan kode desa, kecamatan,
kabupaten dan propinsi serta titik koordinat dan elevasi.
b. BLOK B. Keterangan Pengumpul Data
Blok ini memuat keterangan pengumpul data. Selain nama ketua tim dan anggota
tim, blok ini juga memuat nama koordinator teknis yang bertanggungjawab
mengawasi pelaksanaan pengumpulan data, tanggal dimulai pengumpulan data,
tanggal selesai pengumpulan data dan tanggal pengecekan data. Kuesioner yang
telah diisi harus ditanda tangani oleh ketua dan anggota tim. Data di verifikasi oleh
Koordinator Teknis.
c. BLOK C. Karakteristik Informan
Informasi mengenai karakteristik informan merupakan data yang penting
diketahui. Karakteristik yang perlu dicantumkan adalah nama, umur, pendidikan,
pekerjaan dan status informan.
d. BLOK D. Pengobatan
Sesuai dengan tujuan khusus RISTOJA adalah untuk mendapatkan pengetahuan
tentang etnomedisin. Sehubungan dengan tujuan tersebut maka informasi yang
perlu diketahui adalah pengetahuan dan kemampuan serta cara informan
mendapatkan pengetahuan dan kemampuan melakukan pengobatan
mengunakan TO, jumlah pasien yang diobati selama sebulan, serta metode
pengobatan lain yang digunakan informan dalam pengobatan tradisional selain
menggunakan TO, serta keberadaan murid yang diharapkan dapat menjaga
keberlangsungan pengetahuan dan kemampuan pengobatannya.
e. BLOK E. Informasi Ramuan Pengobatan
Informasi yang terkait dengan komposisi ramuan yang diperlukan adalah nama
penyakit serta gejala penyakit yang diketahui oleh informan, jenis ramuan,
komposisi ramuan, asal tumbuhan, dosis, cara pengolahan, cara pemakaian,
f. BLOK F.Kearifan Lokal Terhadap Pengelolaan TO
Dalam Blok F ini yang ditanyakan kepada informan antara lain apakah ada TO
yang digunakan dalam pengobatan “sulit” diperoleh. Yang dimaksud dengan “TO
sulit diperoleh” adalah TO yang sudah jarang ditemukan menurut persepsi
informan. Jika ada TO yang sulit diperoleh maka bagaimana penanganan dan
upaya upaya pelestariannya serta ada/tidaknya penanganan khusus untuk
pengambilan TO sejak persiapaan sampai siap digunakan dalam pengobatan.
Yang dimaksud dengan penangan khusus adalah :
- adanya ritual-ritual (upacara) tertentu yang harus dilakukan informan untuk
mengambil tumbuhan tersebut.
- adanya syarat–syarat tertentu yang berkaitan dengan tumbuhan (misal:
jumlah tumbuhan,umur, bagian, ukuran)
- adanya cara-cara tertentu (misal: berkaitan dengan waktu, contohnya
tumbuhan harus diambil pada malam hari)
g. BLOK G.Catatan
4. Koleksi spesimen dan pembuatan herbarium
Koleksi spesimen dan dokumentasi dilakukan dengan melibatkan informan untuk
mengantar dan menunjukkan lokasi dimana TO tersebut tumbuh. Koleksi spesimen,
dokumentasi, pembuatan herbarium dan deskripsi morfologi dilakukan oleh masing
masing tim dengan mengikuti petunjuk dalam buku pedoman. Pembuatan
herbarium dilakukan saat dan atau sesudah pengumpulan data oleh masing-masing
tim. Label/etiket herbarium harus memuat kode yang sama dengan buku catatan
lapangan maupun foto.
G. Manajemen Data
Hasil pengumpulan data dituangkan dalam bentuk verbatim, fieldnote dan transkip
dipindahkan ke dalam instrumen kuesioner, data TO dari tiap tim diperiksa oleh ketua
tim masing-masing, selanjutnya diverifikasi oleh Korteks. Data entry dari tiap tim dikirim
ke tim manajemen data pusat di Balai Besar Litbang TO-OT oleh korteks e-mail. Tim
manajemen data pusat bertugas menyatukan data, verifikasi akhir, cleaning,
pembobotan dan analisis data. Lembar kuesioner dikumpulkan provinsi untuk dikirim ke
tim manajemen data pusat di Balai Besar Litbang TO-OT untuk disimpan selama 5
tahun.
Analisis data dilakukan secara deskriptif terhadap data TO yang didapatkan, ramuan
OT, pengetahuan etnomedisin dan kearifan lokal dalam pengelolaan TO. Analisis data
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Etnis Osing merupakan warga mayoritas di Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur. Masyarakat Osing dikenal sebagai salah satu masyarakat dengan latar belakang budaya yang unik, khususnya dalam system pengobatan yang hingga saat ini masih bertahan. Sehingga hampir di seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi dapat dijumpai pengobat tradisional dengan berbagai karakteristik yang berbeda. Namun demikian data resmi mengenai keberadaan mereka belum terdata secara lengkap. Jasa pengobatan dari pengobat tradisional ini bagi masyarakat sebagai alternative terakhir dalam upaya mencari kesembuhan. Pengobat tradisional Etnis Osing yang ada di wilayah Banyuwangi dalam RISTOJA 2015 dipilih berdasar kepemilikan sejarah pengobatan yang kuat, memiliki sumber daya alam (TO) yang melimpah, serta adanya potensi ancaman erosi genetik yang dibuktikan dengan berkurangnya keanekaragaman jenis tumbuhan yang diakibatkan oleh penggunaan yang tanpa diikuti dengan usaha pelestarian.
Sedangkan pemilihan lokasi pengobat tradisional (titik pengamatan) berdasar motherland yang merupakan daerah yang dikenal oleh masyarakat sebagai Osing Ndeles, lokasi relatif terjangkau dan ketersediaan pelayanan kesehatan formal namun masyarakat masih menggunakan pelayanan dari pengobat tradisional, sehingga diharapkan data yang diperoleh representative.
A. Karakteristik Etnis
Etnis Osing atau Using adalah sub-suku Jawa yang dianggap “penduduk asli” Banyuwangi atau disebut juga sebagai "Wong Blambangan" atau “Wong Osing”. Komunitas ini menyebar di desa-desa pertanian subur di bagian tengah dan timur
Banyuwangi yang secara administratif merupakan kecamatan-kecamatan Giri, Kabat, Glagah, Rogojampi, Sempu, Singojuruh, Songgon, Cluring, Banyuwangi Kota, Genteng, dan Srono.
kerja ini kemudian disusul oleh gelombang migrasi dari Jawa Kulon untuk berbagai pekerjaan, khususnya di bidang perkebunan dan pertanian. Migrasi serupa berdatangan pula dari Madura, Bali, Bugis, dan Mandar, sehingga sejak awal abad ke-19 Banyuwangi tidak lagi dihuni oleh komunitas Osing saja, namun bercampur dengan berbagai pendatang.
Latar belakang kesejarahan itu menegaskan identitas diri ke-Osing-an mereka yang
enggan bahkan tidak mau untuk mengidentifikasikan diri sebagai orang Jawa. Hal tersebut
terwujud dalam penggunaan bahasa Osing dan menutup diri dari pengaruh Jawa serta
membentuk sikap antipati terhadap segala yang identik dengan Jawa. Ada keinginan dari
diri mereka untuk mengembangkan bahasa dan budaya sendiri yang berbeda dari tetangga
mereka di sebelah barat walaupun sama-sama berakar dari bahasa Jawa Kuno. Kata
"Osing" dalam bahasa Osing sendiri bisa diartikan "tidak", sehingga ada anekdot yang
mengkisahkan tentang keberadaan orang Osing itu sendiri, ketika orang luar bertanya
kepada orang Banyuwangi apakah kalian orang Bali atau orang Jawa? Mereka menjawab
dengan kata "sing" yang artinya tidak.
Pada akhir masa kekuasaan Majapahit, banyak orang-orang Majapahit mengungsi
ke beberapa tempat, yaitu ke lereng Gunung Bromo (Tengger), Blambangan dan Bali.
Kedekatan sejarah ini terlihat dari corak kehidupan etnis Osing yang masih menyiratkan
budaya Majapahit yang bercorak Hindu-Budha dan mempunyai kedekatan yang cukup
besar dengan masyarakat Bali. Walaupun demikian, masyarakat Osing tidak mengenal
sistem kasta seperti halnya orang Bali.
Pada awal terbentuknya masyarakat Osing, agama utama etnis Osing adalah
Hindu-Budha seperti halnya di Majapahit. Namun dengan berkembangnya kerajaan Islam
di wilayah pantai utara pulau Jawa menyebabkan agama Islam menyebar dengan cepat di
kalangan etnis Osing. Selanjutnya tradisi etnis Osing merupakan akulturasi budaya
Majapahit-Hindu-Budha dan Islam. Misalnya tradisi Tumpeng Sewu (tumpeng seribu).
Pada tradisi ini setiap keluarga mengeluarkan satu buah tumpeng yang dilaksanakan
sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas semua rezeki yang telah mereka
terima selama satu tahun. Selain itu Tumpeng Sewu diyakini sebagai selamatan tolak bala
yang akan menghindarkan warga masyarakat dari segala bencana dan penyakit serta
mengajak orang untuk berhemat bersyukur.
Sistem kemasyarakatan dan kekerabatan orang Osing didasarkan pada hubungan
satu ke-buyut-an, yaitu hubungan kekerabatan yang berasal dari satu buyut (nenek
moyang) tertentu. Setiap warga masyarakat Osing tahu dari buyut mana mereka berasal.
Misalnya warga desa Kemiren yang menganggap Buyut Cili sebagai cikal bakal mereka
Para tetua adat Osing biasa disebut dukun, dan pada saat-saat tertentu mereka
mengadakan musyawarah adat untuk bermusyawarah. Kini istilah dukun ini mulai
ditinggalkan karena sering dianggap berkonotasi negatif sebagai dukun santet. Padahal
masalah santet ini bagi masyarakat Osing tidak selalu bersifat negatif. Orang selalu salah
kaprah dalam memahami santet ini dengan hanya mengaitkan dengan ilmu hitam. Namun,
menurut salah seorang tokoh masyarakat Osing mengakui bahwa santet di Banyuwangi
memang ada yang menyerupai ilmu hitam (sihir) seperti yang juga ditemukan di
daerah-daerah lainnya. Akan tetapi, yang lebih banyak berkembang adalah santet yang berkaitan
dengan pengasihan, yaitu cara bagaimana menimbulkan rasa cinta atau simpati orang lain
kepada yang menggunakan jasa ilmu tersebut, misalnya ilmu jaran goyang atau sabuk
mangir.
Kehidupan sosial orang Osing, dalam berinteraksi dengan warga non-Osing,
mereka walau agak tertutup namun cukup ramah dan bisa menerima adanya perbedaan di
sekitar mereka. Justru pada pendatang itulah yang sering memandang mereka seperti
“orang malas” dan merasa lebih tinggi dibanding orang asli Banyuwangi. Para pendatang
mengusai sektor-sektor formal, misalnya menjadi pegawai negeri di tingkat Kabupaten
hingga Kecamatan. Mereka kadang memandang orang asli Banyuwangi sebelah mata.
Padangan orang terbelakang dan tidak mau diajak maju.
Akibat pada masa silam tidak mau bekerja sama dengan Belanda, praktis orang
Osing mengkonsentrasikan hidupnya di sektor pertanian. Sementara sentra-sentra
perekonomian lain di Banyuwangi, justru banyak ditempati oleh orang dari luar
Banyuwangi. Sektor perkebunan banyak dikerjakan orang Madura. Demikian pula pada
sektor kelautan yang dilakukan orang-orang dari Madura. Di sektor pemerintahan nyaris
tidak ada orang Osing yang mau bekerja di sektor ini. Walau diantara mereka banyak yang
sekolah hingga perguruan tinggi, namun tidak begitu saja orang Osing mengijinkan
anaknya untuk menjadi pegawai negeri.
Kebudayaan Osing bersifat dinamis, berkat upaya keras dari para budayawan
Osing yang tergabung dalam Dewan Kesenian Blambangan (DKB) dan budayawan Hasan
Ali yang menyusun Kamus Bahasa Osing, berangasur-angsur orang Osing mulai
menunjukkan eksistensi dalam berbagai aspek kehidupan. Festival budaya dan acara
kesenian tahunan lainnya sering diadakan di desa-desa Osing. Misalnya di desa Kemiren,
Barong Ider Bumi merupakan salah satu upacara adat tahunan yang dilakukan masyarakat
Osing yang biasanya dilaksanakan dua hari setelah Hari Raya Idul Fitri. Asal muasal ritual
Barong Ider Bumi berawal dari adanya wabah dan bencana yang melanda Kemiren. Untuk
menghindari bencana itu harus dilaksanakan Barong Ider Bumi. Dalam iring-iringan Barong
Ider Bumi diharuskan ada ”barong” sebagai lambang persatuan. Bentuk kesenian khas
dalam melawan penjajah Belanda, sehingga sebagian besar gending-gending gandrung
mempunyai makna perjuangan melawan para penjajah.
B. Demografi Battra
1. Tempat tinggal
Kabupaten Banyuwangi yang secara administrative terdiri dari 24 kecamatan dan
217 desa atau kelurahan, hampir di setiap wilayahnya terdapat battra, terlebih di
wilayah pedesaan. Penelitian difokuskan pada battra yang berada di wilayah Osing
Ndeles, dari 12 wilayah kecamatan yang tergolong wilayah Osing Ndeles, berhasil
diwawancari 5 battra sebagai informan yang berada di 5 desa di 5 kecamatan. Lima
orang battra sebagai informan merupakan battra yang tinggal di Osing Ndeles dan
asli Orang Osing, banyak pasien, menggunakan ramuan herbal/jamu dalam
pengobatan, pengetahuan tentang tanaman obat, sebaran wilayah “kerja” dari
masing masing informan adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Titik pengamatan/pengambilan data, Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015
No Nama Battra Cakupan Wilayah Kecamatan/Dusun
1 H. Djohadi Timbul Desa Kemiren, Kecamatan Glagah 2 H. Slamet Utomo Desa Penataban, Kecamatan Giri 3 H. Hanik Jaelani Desa Licin, Kecamatan Licin
4 Abdul Hadi Desa Pesucen, Kecamatan Kalipuro
Sumber : Pemerintah Daerah Kab. Banyuwangi
Gambar 3. Proporsi informan berdasar tempat tinggal di Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015
2. Umur
Umur para battra pada umumnya tergolong usia mapan artinya usia dimana
seseorang oleh masyarakat dianggap sudah dewasa, demikian juga dengan
informan 5 battra. Usia mereka rata-rata ˃ 40 tahun, hal ini sangat beralasan karena
bagi masyarakat semakin tua usia battra maka pengalaman dalam mengobati
semakin banyak sehingga semakin manjur, selain itu dari sisi battra pada usia
tersebut mereka lebih percaya diri dalam mengobati. Umur para battra sebagai
berikut.
Tabel 2. Proporsi Informan berdasarkan Umur, Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015
No Nama Battra Umur
1 H. Djohadi Timbul 68 tahun
2 H. Slamet Utomo 67 tahun
3 H. Hanik Jaelani 63 tahun
4 Abdul Hadi 54 tahun
5 Anang Mahmud 39 tahun
Desa 80% Kota
Gambar 4. Proporsi informan berdasar umur, Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015
3. Pendidikan
Pendidikan dalam hal ini adalah latar belakang pendidikan formal yang dimiliki oleh
5 battra. Secara umum tingkat pendidikan formal para battra tergolong cukup
memadai artinya sampai tingkat sekolah lanjutan pertama dan atas (SLTP dan
SLTA). Tingkat pendidikan para battra sebagai berikut.
Tabel 3. Proporsi Informan berdasarkan Pendidikan , Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015
No Nama Battra Tingkat Pendidikan
1 H. Djohadi Timbul Lulus SLTP
2 H. Slamet Utomo Lulus SMEA
3 H. Hanik Jaelani Lulus D2
4 Abdul Hadi Tidak Tamat SD
5 Anang Mahmud Lulus SMA
< 40 tahun 20%
41 s.d 60 tahun 20% > 61 tahun
Gambar 5. Proporsi informan berdasar tingkat pendidikan di Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015
4. Jumlah pasien
Jumlah pasien battra memberikan gambaran secara umum rata-rata pasien yang
datang berobat dalam kurun waktu satu bulan. Secara khusus jumlah pasien dari 5
battra setiap harinya tidak dapat ditentukan secara pasti, terlebih mereka tidak
memiliki data tertulis dari pasien yang datang berobat. Jumlah pasien dihitung
secara rata-rata dari informasi dari battra berdasarkan perkiraannya dan
pengamatan langsung selama penelitian, sehingga didapat data sebagai berikut.
Gambar 6. Jumlah pasien yang dilayani informan di Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015
5. Murid
Rata-rata informan ditanya tentang murid yang dimiliki, mereka menjawab tidak
memiliki murid. Namun demikian, diantara mereka anak mereka mulai berprofesi
seperti ayahnya, artinya ada yang mewarisi keterampilan dan ilmu mengobati
bahkan ada yang sudah praktek seperti ayahnya. Data mengenai murid informan
sebagai berikut.
Tabel 4. Jumlah murid informan yang telah mandiri di Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 201
C. Ramuan Pengobatan
Dalam riset ini dikumpulkan semua informasi yang berkaitan penggunaan tumbuhan
dalam pengobatan, yang meliputi ramuan/komposisi, informasi tumbuhan dan
kegunaannya, dan dilanjutkan dengan identifikasi dan pembuatan herbarium.
1. Jumlah Ramuan
Informan memiliki kemampuan untuk mengobati berbagai macam penyakit dengan
jumlah ramuan sebagai berikut:
Tabel 2. Jumlah ramuan yang digunakan dalam pengobatan oleh informan di Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015
No Nama Informan Jumlah Ramuan
1 H. Djohadi Timbul 32
Jumlah rata-rata ramuan yang dimiliki adalah 30 ramuan/informan, dimana pada
informan nomer 3 yaitu Bapak H. Hanik Jaelani memiliki jumlah ramuan yang sangat
banyak (42), beliau merupakan battra yang dalam mengobati memadukan teknik
pijat refleksi dengan minum ramuan/jamu, ramuan yang dimiliki sangat bervariasi
Sedangkan Bapak Abdul Hadi memiliki 27 ramuan, meskipun demikian jumlah
pasiennya jauh lebih banyak dari informan yang lain (600 pasien/bulan). Bapak
Abdul Hadi oleh masyarakat sekitar dikenal sebagai dukun pijat dan suwuk yaitu
metode pengobatan dengan supranatural, teknik pengobatan Pak Abdul Hadi
memadukan teknik pijat, minum ramuan/jamu, dan suwuk, penggunaan 3 teknik
No Nama Battra Jumlah Murid yang mandiri
1 H. Djohadi Timbul 1
2 H. Slamet Utomo 6
3 H. Hanik Jaelani 0
4 Abdul Hadi 0
tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan pasien. Pasien dari bayi
hingga orang dewasa.
2. Kelompok Penyakit
Terdapat puluhan jenis dan istilah gejala/penyakit yang dapat ditangani oleh
informan, beberapa diantaranya merupakan penyakit modern yang sebenarnya
membutuhkan penegakan diagnosa melalui pemeriksaan laboratorium, seperti
malaria, TBC, HIV/AIDS dll. Gejala/penyakit tersebut dikelompokkan menjadi 70
jenis menurut gejala dan kegunaannya, dengan 10 jenis terbanyak adalah sebagai
berikut:
Tabel 3. Gejala/penyakit terbanyak yang dapat ditangani oleh informan, di etnis Osing Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015
No Penyakit/Gejala Jumlah
1 Lain-lain 18
Gejala/penyakit lain-lain ini merupakan gejala/penyakit yang tidak masuk dalam 70
kelompok penyakit. Gejala/penyakit lain-lain yang dapat ditangani oleh battra
adalah ginjal, vitalitas wanita, tekanan darah rendah, melancarkan peredaran
darah, bisul, meningitis, saraf, muntah darah. Hampir semua battra memiliki
ramuaun untuk gejala/penyakit ginjal bahkan mereka mengklasifikasikan penyakit
ginjal menjadi dua yaitu radang ginjal dan batu ginjal. Ramuan untuk gejala/penyakit
batuk menempati urutan kedua dan disusul dengan penyakit tumor/kanker yang
semua battra memiliki ramuannya bahkan ada yang lebih dari satu ramuan untuk
jenis penyakit tersebut. Pada umumnya ramuan untuk gejala/penyakit gangguan
vitalitas merupakan paduan antara TO dengan hewan seperti kalajengking, belut,
3. Kelompok Penyakit Spesifik
Selain ke 10 jenis/gejala penyakit tersebut terdapat juga jenis/gejala penyakit
spesifik yang dapat ditangani oleh battra di etnis Osing provinsi Jawa Timur. yaitu :
Tabel 4. Jenis/gejala penyakit spesifik di etnis Osing Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015
No Jenis Penyakit/Gejala Jumlah
1 Kanker/tumor 9
Penyakit spesifik ini merupakan jenis/gejala penyakit yang menurut battra
merupakan penyakit yang “parah” atau serius sehingga memerlukan penanganan
khusus. Battra berhasil menangani penyakit spesifik ini dengan cara merefleksi dan
memberi ramuan kepada pasien, seperti yang dialami oleh salah satu pasien battra
1 (Pak Timbul) yang menderita kanker rahim dan kencing manis yang sembuh dari
penyakitnya setelah direfleksi dan minum ramuan secara rutin lebih kurang selama
1 bulan. Sedangkan untuk pasien jantung seperti yang dialami oleh pasien battra
3 (Pak Hanik) refleksi dan ramuan menurut battra merupakan alternatif penanganan
awal terhadap penyakit.
D. Tumbuhan Obat
1. Jumlah informasi TO
Jumlah informasi TO yang digunakan dalam ramuan adalah 254 dengan rincian
sebagai berikut:
Tabel 5. Jumlah informasi TO yang digunakan dalam pengobatan tradisional oleh informan di etnis Osing Provinsi Jawa Timur RISTOJA 2015
No Nama Informan Jumlah Informasi TO
Dari 254 informasi TO tersebut terdapat banyak TO yang digunakan dalam
beberapa ramuan oleh beberapa informan, sehingga sebenarnya hanya terdapat
148 nama lokal TO. Selain TO para informan juga menggunakan bahan lainnya
yaitu mineral (garam dan kapur); binatang (kalajengking, belut, telur ayam).
2. Bagian TO yang digunakan
Dari 254 informasi TO yang digunakan dalam pengobatan, bagian tumbuhan yang
banyak digunakan adalah : daun (29,6%); rimpang (19,4%); dan buah (13,1%),
sebagaimana disajikan dalam gambar 7.
Gambar 7. Proporsi bagian TO yang digunakan dalam pengobatan di etnis Osing Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015
Cukup banyak ramuan yang mengunakan daun dan rimpang TO, karena daun
merupakan organ untuk menghasilkan metabolic sekunder yang umumnya
mengandung bahan aktif yang digunakan sebagai bahan obat. Rimpang
merupakan bagian tumbuhan yang berasal dari metamorphosis akar atau batang
atau daun yang berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan termasuk hasil
metabolic sekunder. Daun dan rimpang banyak digunakan oleh battra karena
bagian ini menuurt mereka bagian dari tumbuhan yang berkasiat serta mereka
menggunakannya karena kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun.
3. Habitat TO
Ladang/kebun merupakan tempat pengambilan bagi 50,83% TO, disusul
pekarangan 33,61%% dan 14,52% yang dibeli, pembelian bahan ini disebabkan
bahan yang dimaksud tidak tumbuh dengan baik di wilayah ini.
4. Tumbuhan yang teridentifikasi
Terdapat 146 jenis tumbuhan yang berhasil diidentifikasi hingga tingkat
jenis/spesies yang terdiri dari 62 familia (lampiran 1). Urutan tiga prosentase
tertinggi dari familia tumbuhan yang berhasil diidentifikasi adalah :
a. Zingiberaceae (11,49%);
b. Asteraceae (4,73%) dan Fabaceae (4,73%)
c. Piperaceae (4,05%)
Tumbuhan yang belum teridentifikasi ada 2 jenis tumbuhan yaitu pakis sarab dan
ketadah yang disebabkan karakter bagian tumbuhan yang diperlukan untuk
2
teridentifikasi berdasar familia,
5. Koleksi Spesimen
Spesimen TO yang berhasil dikoleksi berjumlah 923 (109 spesies), yang akan
dipergunakan dalam pembuatan herbarium ( 526) dan DNA (397).
E. Kearifan Pengelolaan Tumbuhan Obat
1. Jumlah TO Sulit
TO yang digunakan oleh informan dalam ramuan pada umumnya tersedia di sekitar
lingkungan tempat tinggal mereka. Namun demikian menurut informasi Battra ada
sejumlah jenis TO yang sulit mereka peroleh, seperti lampiran 5. Jumlah TO yang
sulit diperoleh informan sebagai berikut.
Tabel 6. Jumlah TO yang sulit diperoleh informan di etnis Osing Provinsi Jawa Timur RISTOJA 2015
No Informan Jumlah Tumbuhan yang sulit diperoleh
1 H. Djohadi Timbul 3
TO yang sulit diperoleh ini disebabkan oleh:
a. semakin langkanya TO yang dimaksud seperti Pohon Pule yang secara nasional
merupakan salah satu tanaman langka
b. pengaruh musim atau iklim seperti TO familia Zingiberaceae
c. terserang hama/penyakit seperti tanaman Dadap di wilayah Kemiren, dan tidak
sesuai dengan kondisi geografis, misalnya tanaman Masoyi yang harus tumbuh
di daerah pegunungan.
2. Pengelolaan TO Sulit
Dari 20 TO yang sulit diperoleh, hanya 15% saja yang diupayakan menanam
sendiri, sedangkan 85% nya diperoleh dengan membeli ataupun mencari di tempat
lain. Jika hal ini di biarkan maka dalam waktu dekat tumbuhan sulit tersebut akan
menjadi semakin langka dan punah. Upaya pemerintah daerah dan instansi terkait
sangat menentukan untuk memberikan arahan dan pembinaan akan arti penting
dan bahaya jika tumbuahn tersebut punah. Sedangkan upaya pemerintah daerah
dan instansi terkait yang telah dilakukan yaitu melalui program TOGA (Tanaman
F. Kendala/Catatan/Hal Khusus
Pemetaan pengobat tradisional Etnis Osing sampai saat ini belum ada. Data yang
terkait dengan sistem pengobatan tradisional/alternative khususnya herbal yang ada
dimiliki oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyuwangi terkait
dengan perusahaan jamu di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Sedangkan data yang
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi berupa data pengobat
tradisional yang telah dibina, mendapatkaan pendidikan informal serta ijin praktek.
Karakteristik sistem pengobatan dari para pengobat tradisional di Kabupaten
Banyuwangi dapat diklasifikasikan menjadi 6 yaitu:
1. Supranatural atau biasa disebut dengan suwuk yaitu dengan menggunakan
mantra-mantra
2. Spiritual yaitu dengan menggunakan doa-doa, pada umumnya dengan doa dari
agama Islam yang merupakan agama mayoritas masyarakat Osing
3. Pijat atau refleksi yaitu dengan cara memijat atau merefleksi pasien
4. Ramuan yaitu dengan memberikan sejumlah ramuan yang harus
diminum/dikonsumsi atau dibalurkan ke tubuh pasian dalam proses pengobatan
5. Tenaga dalam atau prana yaitu menyalurkan energi battra ke pasien
6. Paduan/memadukan beberapa teknik pengobatan.
Karakteristik system atau cara pengobatan dari para battra menjadi indikator
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Riset Khusus Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin Dan Tumbuhan Obat
Berbasis Komunitas Di Indonesia yang dilaksanakan di Etnis Osing Provinsi Jawa
Timur diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Pengamatan ristoja di Etnis Osing Provinsi Jawa Timur dilakukan di wilayah Osing
Ndeles yaitu Desa Kemiren Kecamatan Glagah, Desa Penataban Kecamatan Giri,
Desa Licin Kecamatan Licin, Desa Pesucen Kecamatan Kalipuro dan Desa Temu
Asri Kecamatan Sempu dengan 5 pengobat tradisional H. Djohadi Timbul, H.
Slamet Utomo, H. Hanik Jaelani, Abdul Hadi, Anang Mahmud.
2. Ramuan yang berhasil didata dari 5 orang battra berjumlah 165 ramuan yang
digunakan untuk pengobatan 211 penyakit, dengan gejala/penyakit dari penyakit
yang diderita oleh bayi, anak-anak dan orang dewasa. Teknik yang digunakan
oleh battra dalam mengobati pasien, memadukan beberapa teknik yaitu pijat,
ramuan jamu, spiritual dan supranatural.
3. Dari battra diperoleh 254 informasi TO yang digunakan dalam beberapa ramuan,
sehingga sebenarnya hanya terdapat 148 nama lokal TO teridentifikasi 146
spesies dari 62 familia. Dari 148 TO tersebut yang berhasil dikoleksi 109 specis
yang digunakan untuk 526 herbarium dan 397 DNA. Bagian tanaman yang banyak
digunakan Antara lain : daun (29,7%), rimpang (19,5%) dan buah (13,2%).
4. TO yang sulit diperoleh berjumlah 20 TO , 15% diupayakan menanam sendiri, dan 85% diperoleh dengan membeli ataupun mencari di tempat lain. Dari 148 spisies yang teridentifikasi terdapat 6 jenis tanaman langka di Indonesia yaitu Pasak Bumi, Purwaceng, Keningar, Pule, Masoyi, Kemenyan. Usaha
konservasi TO yang sulit telah dilakukan baik oleh masyarakat secara mandiri dan
swakelola juga dilakukan oleh pemerintah daerah dan instansi terkait melalui
program TOGA (Tanaman Obat Keluarga), baik di tingkat keluarga maupun
masyarakat. Pembinaan dan arahan pembuatan jamu secara higienis dan sesuai
standar, serta gerakan minum jamu menjadi program resmi daerah.
B. Saran:
1 Survei awal atau pendahuluan ke lokasi penelitian perlu dilakukan terlebih dahulu
Daftar Pustaka
Backer, CA and RCB Van Den Brink, 1963, For a of Java (Spermatophyta Only) Vol I, NVP Noorfdhoff Groningen The Netherlands
Haris, R. 1987. Tanaman Minyak Atsiri. Cetakan I, PT Penebar Swadaya, Jakarta Hasnan, dkk. 2014. Enam Mata tentang Banyuwangi. Pustaka Larasan, Denpasar. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid IV. Diterjemahankan oleh
Badan Litbang Kehutanan Jakarta, Cetakan Pertama. Penerbit Yayasan Sarana Wana Jaya Jakarta.
Hidayah, Zulyani. 2015. Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. Edisi II. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta.
Mogea, J.P., D. Gandawidjaja, H. Widiadinata, R.E Nasution dan Irawati. 2001. Tumbuhan Langka Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi – LIPI Balai Penelitian Botani, Herbarium Bogoriensis, Bogor Indonesia
Ochse, J.J. 1931. Indische Groenten. Uitgave: Departement Landbouw, Nijverheid en Handel, Buitenzorg, Volkslectuur, Batavia Centrum.
Pitojo, S. 1996. Benalu Hortikultura, Pngendalian dan Pemanfaatan. Cetakan Pertama. PT Trubus Agriwidya, Anggota Muda IKAPI, Ungaran 50517.
Putra,W.S. Kitab Herbal Nusantara. 2015. Kitab Herbal Nusaantara. Cetakan Pertama Penerbit Kata Hati Depok Sleman Yogyakarta
Sastrapradja, D. S, S Nagai dan Y Naito. Index Tumbuh Tumbuhan Obat Indonesia. PT Eisai Indonesia
Soeryani, M, A.J.G.H., Kostermans and G. Tjitrosoepomo. Weeds of Rice Indonesia First Publishet Balai Pustaka Jakarta.
Tim Penulia Penebar Swadaya. 1990. Mengenal Tanaman Langka Indonesia. Cetakan Ketiga PT Penebar Swadaya Anggota IKAPI, Tromol Pos 1456, Jakarta 1001
Tjitrosoepomo, G. 2005. Morfologi Tumbuhan. Cetakan Kelimabelas Gadjah mada University Press, Yogyakarta
Tjitrosoepomo, G. 2010. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan. Edisi Ketiga, Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Van Steenis, C.G.G.J, S. Bloembergen and P.J Eyma. Flora. Diterjemahkan oleh Moeso Suryowinoto, dkk. Cetakan Kesepuluh. PT Pradnya Paramita Jakarta WijayaKusuma, H.2002 Rempah-Rempah dan Umbi. Cetakan Pertaama Penerbit
PT Dyatama Milenia Jakarta
Lampiran 1. Karakteristik informan Etnis Osing , Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015
No Informasi Informan
I II III IV V
1 Nama H. Djohadi H. Slamet H. Hanik Abdul Hadi Anang Mahmud
2 Jenis Kelamin
Timbul Laki Laki
Utomo Laki Laki
Jaelani
Laki Laki Laki Laki Laki Laki
3 Umur 68 tahun 67 tahun 63 tahun 54 tahun 39 tahun
4 Pendidikan SMP SMA D1 Tidak Tamat SD SMA
5 Tempat Tinggal Desa Desa Desa Desa Desa
6 Jumlah Pasien/bulan 120 orang 150 orang 120 orang 600 orang 60 orang
7 Jumlah Murid yang praktek mandiri
1 orang 6 orang 0 orang 0 orang 0 orang
Lampiran 2. Jumlah ramuan yang digunakan informan di etnis Osing Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015
No Kelompok Penyakit
48 Perawatan Pra dan Pasca
1
7. Lampiran 3. TO yang berhasil diidentifikasi hingga tingkat jenis (spesies) di etnis Osing, Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang
digunakan Habitus Kegunaan
1 Adas Foenoculum vulgare Apiaceae Biji Pekarangan,
ladang/kebun
TBC, jantung, sembelit, gangguan BAK, batuk, vitalitas pria
2 Alang-alang Imperata cylindrical Poaceae Akar, daun Ladang/kebun Gangguan BAK, meningkatkan
vitalitas, liver, ginjal, sariawan
3 Alpukat Persea Americana Lauraceae Daun, buah ladang/kebun Pekarangan,
Asam urat, darah tinggi, migrein, kanker, susu keras, perlancar ASI
4 Andong Cordyline fructicosa Liliaceae Daun Pekarangan Ambeian
5 Aren Arenga pinnata Arecaceae Buah, eksudat Pekarangan,
ladang/kebun
Asam urat, kencing manis, panu
6 Asem Tamarindus indica Fabaceae Daun, buah Ladang/kebun
Jantung koroner, batuk, gondok, kanker, alergi, panu kadas, meningkatkan stamina, susu keras, perlancar ASI, gangguan kesuburan, sariawan
7 Bambu Gigantochloa apus Bambusaceae Kulit batang Ladang/kebun Kanker payudara, sakit kuning,
santet
8 Bangle Zingiber cassumunar Roxb Zingiberaceae Rimpang Ladang/kebun Penghalus kulit, perawatan
pasca melahirkan
9 Bawang merah Allium cepa Liliaceae Umbi Pekarangan,
ladang/kebun Borok, liver, sakit mata
10 Bawang putih Allium sativum Liliaceae Umbi Pekarangan,
beli
2
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang
digunakan Habitus Kegunaan
11 Bayam duri Amaranthus spinosus Amaranthaceae Daun, batang Pekarangan Pembengkakan getah bening,
GO
12 Bayam merah Amaranthus hybridus Amaranthaceae Daun Ladang/kebun Kanker, keputihan
13 Beluntas Pluchea indica Asteraceae Daun Ladang/kebun Gondok, keputihan
14 Benalu kelor Dendrophthoe pentandra Loranthaceae Daun, batang Ladang/kebun Pembengkakan getah bening,
GO
15 Benalu cemara Dendrophthoe pentandra Loranthaceae Daun, batang Ladang/kebun Memperbesar alat vital
16 Bentul Colocosia esculenta Araceae Umbi Ladang/kebun Asam urat
17 Binahong Anredera cordifolia Basellaceae Daun Ladang/kebun Luka, perawatan setelah
melahirkan, batuk, TBC
18 Blencong Commersonia bartramia Sterculiaceae Daun Ladang/kebun Gondok
19 Blimbing buah Averrhoa carambola Oxallidaceae Buah Pekarangan Kolesterol, darah tinggi
20 Blimbing wuluh Averrhoa bilimbi Oxallidaceae Daun, buah Pekarangan,
ladang/kebun
Jantung koroner, kanker, keputihan, kolesterol, darah tinggi, keracunan, sariawan
21 Brotowali Tinospora tuberculata (Beumee) Manispermaceae Daun, batang Pekarangan, ladang/kebun
Sakit kulit, lambung, liver, TBC, kolesterol, DM, asam urat, hepatitis, tipes
22 Bunga Matahari Helianthus annuus Asteraceae Akar Ladang/kebun Hernia
23 Cabe
jawa/kemukus Piper cubeba Piperaceae Buah
Pekarangan, ladang/kebun
Jantung, rematik, tekanan darah rendah, melancarkan peredaran darah
24 Ceplokan
Rambat Passiflora foetida Passifloraceae Herba Ladang/kebun TBC
25 Cerme Phyllanthus acidus Oxallidaceae Daun Pekarangan Kanker, keputihan
26 Ciplukan Physalis maxima Solanaceae Daun, herba Ladang/kebun Darah tinggi, pembengkakan
getah bening, GO
3
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang
digunakan Habitus Kegunaan
28 Dadap Erythrina subumbrans (Hassk.)
Merr. Fabaceae Daun Ladang/kebun Lancar ASI
29 Dadap wadon Erythrina lithosperma Miq. Fabaceae Daun Ladang/kebun Perlancar ASI
30 Daun dewa Gynura pseudochina Asteraceae Daun, umbi, biji,
herba
Pekarangan, ladang/kebun
Meningitis, hernia, ambeian, kanker serviks, miom, kista
31 Daun mint Plectranthus amboinicus Lamiaceae Daun Pekarangan,
ladang/kebun Sariawan, vitalitas pria
32 Daun sendok Plantago mayor Plantaginaceae Daun, herba ladang/kebun Pekarangan,
Kolesterol, kencing manis, asam urat, hepatitis, anyang-anyang, tipes, batuk, TBC, fertilitas, vitalitas pria
33 Daun temen Graptophyllum pictum (L.) Griff Acanthaceae Daun Pekarangan Ambeian
34 Delima Punica granatum Punicaceae Kulit buah, buah Pekarangan Magic banyuwangi, vitalitas
wanita, keputihan
35 Dewandaru Eugenia uniflora Myrtaceae Daun Pekarangan Kencing manis
36 Dringo Acorus calmus Arecaceae Daun, rimpang Pekarangan,
beli
Batuk anak, demam anak, tipes anak, step, panas, sarab
37 Duwet Eugenia cumini Myrtaceae Akar, kulit
batang Ladang/kebun Kencing manis, bengkak
38 Gagan-gagan Plantago mayor Euphorbiaceae Herba Ladang/kebun Bisul
39 Gandarusa Justicia gandarusa Acanthaceae Daun Pekarangan,
ladang/kebun Ginjal, penguat otot anak
40 Gempur batu Borreria hispida Scum. Rubiaceae Herba Pekarangan Ginjal, trakoma
41 Ginseng Talinum paniculatum Purtulacaceae Daun, umbi,
rimpang
Pekarangan, ladang/kebun
Kebugaran, sakit perut, vitalitas pria
42 Jagung Zea mays L. Poaceae Buah, bulu
4
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang
digunakan Habitus Kegunaan
43 Jahe Zingiber officinale Zingiberaceae Rimpang Pekarangan,
ladang/kebun
Kencing manis, masuk angin, vitalitas pria
44 Jahe emprit Zingiber officinale var Zingiberaceae Rimpang Ladang/kebun Migrein
45 Jahe merah Zingiber officinale var rubrum Zingiberaceae Rimpang Pekarangan,
ladang/kebun
Nanahan, ambeian, KB tradisional, migrein, batuk, TBC, vitalitas pria
46 Jajang kuning Bambusa variegate Bambusaceae Kulit batang Ladang/kebun Sakit kuning
47 Jambu biji Psidium guajava Myrtaceae Daun, buah Ladang/kebun Mencret, ambeian
48 Jambu biji merah Psidium guajava var rubra Myrtaceae Buah Pekarangan,
ladang/kebun DBD
49 Jarak pagar Jatropha curcas Euphorbiaceae Daun, eksudat Ladang/kebun Batuk, demam anak, berak
darah, muntah darah, mencret
50 Jati belanda Guazuma ulmifolia Sterculiacaea Daun Ladang/kebun Pelangsing
51 Jeruk nipis Citrus aurantifolia Rutaceae Buah, Pekarangan,
ladang/kebun
Amandel, panas, sariawan, pembengkakan getah bening, GO
52 Jinten Nigella sativa L Ranunculaceae Buah Beli Vitalitas pria
53 Jipan Sechium eduleSw. Cucurbitaceae Buah Pekarangan Batuk anak, demam anak,
tipes anak, asam urat
54 Kacang hijau Phaseolus radiates Fabaceae Umbi, herba Beli Gangguan kesuburan, fertilitas
55 Kacang tanah Arachis hypogaea Fabaceae Umbi Ladang/kebun Jantung
56 Kapulaga Amomum cardamomum Zingiberaceae Buah Ladang/kebun
Jantung, sariawan, kolesterol, kencing manis, asam urat, hepatitis, sembelit, gangguan BAK, tipes
57 Kates Carica papaya Caricaceae Daun Pekarangan Sakit kulit
58 Kates gantung Carica papaya (Jantan) Caricaceae Daun Ladang/kebun Kanker, keputihan,
5
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang
digunakan Habitus Kegunaan
59 Katuk Sauropus androgynous Euphorbiaceae Daun Ladang/kebun Susu keras, perlancar ASI
60 Kayu santen Lannea coramandelica Anacardiaceae Daun Ladang/kebun Borok
61 Kejibling Strobilanthes crispus Acanthaceae Daun Pekarangan,
ladang/kebun Batu ginjal, ambien
62 Kedelai Glycine maxx Fabaceae Biji Ladang/kebun Ginjal
63 Kelapa Cocos nucifera Arecaceae Buah, Hutan,
laang/kebun
Kanker payudara, gabagen, panas dalam, gangguan kesuburan, diare, panas, alergi, panu kadas, kopoken, telinga ndeler
64 Kelor Moringa oleifera Moringaceae Daun, akar Ladang/kebun
Sakit mata, trakoma, mata minus/plus, gabagen, alergi, panu kadas, santet,
epilepsi/ayan
65 Kemangi Ocimum xcitriodorum Lamiaceae Daun Ladang/kebun Keputihan
66 Kembang
bugang/kecibling Clerodendrum calamitosum Verbenaceae Daun,
Pekarangan, ladang/kebun
Ginjal, pembengkakan getah bening, GO
67 Kemendilan Emilia sonchifolia Asteraceae Herba Ladang/kebun Perawatan kecantikan,
kopoken, telinga ndeler
68 Kenanga Cananga odorata Magnoliaceae Bunga Pekarangan
Cangkrang, penghalus kulit, perawatan pasca melahirkan, vitalitas wanita, keputihan
69 Kencur Kaemferia galangal Zingiberaceae Rimpang Pekarangan,
ladang/kebun