• Tidak ada hasil yang ditemukan

Riset Khusus Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin dan Tumbuhan Obat Berbasis Komunitas di Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Riset Khusus Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin dan Tumbuhan Obat Berbasis Komunitas di Indonesia."

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

RISET KHUSUS

EKSPLORASI PENGETAHUAN LOKAL ETNOMEDISIN

DAN TUMBUHAN OBAT BERBASIS KOMUNITAS

DI INDONESIA

ETNIS OSING

PROVINSI JAWA TIMUR

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

(2)

SUSUNAN

 

TIM

 

PENELITI

 

ETNIS : OSING PROVINSI : JAWA TIMUR

TIM PENELITI

1 Dr. Purwadi, M.Hum. Antropologi

2 Dr. Dra. Eniek Kriswiyanti, M.Si Botanis/Taksonom

3 Aliffiati, S.S., M.Si Antropologi

4 Dra. I Gusti Ayu Sugi Wahyuni, M.Si Botanis/Taksonom

(3)

KATA

 

PENGANTAR

 

Assalamu’alaikum wr. wb.

Puji syukur kepada Allah SWT selalu kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat

dan karuniaNya Laporan Riset Khusus Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin dan

Tumbuhan Obat Berbasis Komunitas di Indonesia, yang selanjutnya disebut Riset

Tumbuhan Obat dan Jamu (RISTOJA) 2015 telah dapat diselesaikan. Pelaksanaan

pengumpulan data RISTOJA 2015 dilakukan pada bulan Agustus s.d September 2015 di

Kabupaten Banyuwangi.

Pengumpulan data dilakukan di Wilayah Etnis Osing Ndeles di 5 titik yaitu

Kecamatan Glgah, Giri, Licin, Kalipuro dan Sempu, berhasil dihimpun informasi tentang

penggunaan tumbuhan untuk penanganan masalah kesehatan yang terdiri dari 5 pengobat

tradisional dengan jumlah ramuan 165 dan tumbuhan obat 254.

Kami telah berupaya maksimal, namun pasti masih banyak kekurangan, kelemahan

dan kesalahan. Untuk itu kami mohon kritik, masukan dan saran, demi penyempurnaan

Riskesdas dimasa yang akan datang.

Billahit taufiq walhidayah, wassalamu’alaikum wr. wb.

(4)

KATA

 

SAMBUTAN

 

Assalamu’alaikum wr. wb.

Puji syukur kepada Allah SWT selalu kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat

dan karuniaNya Laporan Riset Khusus Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin dan

Tumbuhan Obat Berbasis Komunitas di Indonesia, yang selanjutnya disebut Riset

Tumbuhan Obat dan Jamu (RISTOJA) 2015 telah dapat diselesaikan. Pelaksanaan

pengumpulan data RISTOJA 2015 dilakukan pada bulan Agustus-September 2015 di 2

provinsi yang meliputi 15 titik pengamatan.

Pengumpulan data dilakukan oleh 15 orang peneliti yang berasal dari Universitas

Udayana. Berhasil dihimpun informasi tentang penggunaan tumbuhan untuk penanganan

masalah kesehatan dari 15 pengobat tradisional atau Battra.

Kami menyampaikan penghargaan yang tinggi serta terima kasih yang tulus atas

semua kerja cerdas dan penuh dedikasi dari seluruh peneliti, pakar dari Perguruan Tinggi,

Penanggung Jawab Operasional dan seluruh tim pengumpul data serta semua pihak yang

telah berpartisipasi mensukseskan RISTOJA 2015.

Secara khusus, perkenankan ucapan terima kasih kami dan para peneliti kepada

Ibu Menteri Kesehatan yang telah memberi kepercayaan kepada kita semua, anak bangsa,

dalam menunjukkan karya baktinya.

Kami telah berupaya maksimal, namun pasti masih banyak kekurangan, kelemahan

dan kesalahan. Untuk itu kami mohon kritik, masukan dan saran, demi penyempurnaan

RISTOJA dimasa yang akan datang.

Billahit taufiq walhidayah, wassalamu’alaikum wr. wb.

Denpasar, 14 September 2015 Ketua Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana

Prof. Dr. I.. I Nyoman Gde Antara, M. Eng

(5)

RINGKASAN

 

EKSEKUTIF

 

Riset Khusus Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin dan Tumbuhan Obat

Berbasis Komunitas di Indonesia, yang selanjutnya disebut Riset Tumbuhan Obat dan

Jamu (RISTOJA), merupakan riset pemetaan pengetahuan tradisional dalam pemanfaatan

tumbuhan obat berbasis komunitas yang dilaksanakan oleh Badan Litbang Kesehatan

pada tahun 2015. Riset ini dilaksanakan untuk menjawab kebutuhan informasi terkait data

tumbuhan obat dan ramuan tradisional yang digunakan oleh setiap etnis di Indonesia.

RISTOJA bertujuan mendapatan data dasarpengetahuan etnofarmakologi, ramuan obat

tradisional (OT) dan tumbuhan obat (TO) di Indonesia. Data yang dikumpulkan meliputi :

karakteristik Informan, gejala dan jenis penyakit, jenis-jenis tumbuhan, kegunaan

tumbuhan dalam pengobatan, bagian tumbuhan yang digunakan, ramuan, cara penyiapan

dan cara pakai untuk pengobatan, kearifan lokal dalam pengelolaan dan pemanfaatan TO

dan data lingkungan

RISTOJA 2015 dilaksanakan di 24 provinsi bekerja sama dengan Perguruan Tinggi

terkemuka di masing-masing wilayah. Provinsi Bali yang pada pelaksanaan Titik

pengamatan meliputi 3 etnis yaitu : Bali Aga, Bali Dataran, dan Osing

Jumlah pengobat tradisional yang tinggal di Etnis Osing relative banyak dan data

resmi dari instansi terkait belum ada, selanjutnya dipilih 5 informan yang diwawancara,

dimana 80% ditinggal di pedesaan; 60% berumur lebih dari 61 tahun; 20% tidak tamat SD,

40% lulus SLTA, dari tingkat pendidikan formal battra maka pengetahuan battra relative

sudah maju.

Terdapat 165 ramuan di etnis Osing untuk 208 gejala/penyakit penyakit yang

bervariasi, bahkan urutan tertinggi yaitu 23,08 % atau 18 penyakit/gejala tidak masuk ke

dalam kelompok 70 penyakit/gejala penyakit sehingga masuk kelompok lain-lain.

Kelompok ini yaitu ginjal, tumor/kanker, gangguan vitalitas perempuan, sakit kulit, bisul,

melancarkan peredaran darah, saraf, meningitis. Tumbuhan yang digunakan dalam

pengobatan mnurut informasi battra berjumlah 254, termasuk dalam 146 jenis spesies 62

familia dan 2 belum teridentifikasi. Dari 146 jenis, 109 spicies yang dapat dibuat menjadi

526 herbarium dan 397 DNA.

TO yang sulit diperoleh berjumlah 20 TO ,  15% diupayakan menanam sendiri, dan 85% diperoleh dengan membeli ataupun mencari di tempat lain.   Usaha konservasi TO yang sulit telah dilakukan baik oleh masyarakat secara mandiri dan

swakelola juga dilakukan oleh pemerintah daerah dan instansi terkait dengan melalui

program TOGA (Tanaman Obat Keluarga), baik di tingkat keluarga maupun masyarakat.

Pembinaan dan arahan pembuatan jamu secara higienis dan sesuai standar, serta gerakan

(6)
(7)

4.  Jumlah pasien ... 19 

5.  Murid ... 20 

C.  Ramuan Pengobatan ... 20 

1.  Jumlah Ramuan ... 20 

2.  Kelompok Penyakit ... 21 

3.  Kelompok Penyakit Spesifik ... 22 

D.  Tumbuhan Obat ... 22 

1.  Jumlah informasi TO ... 22 

2.  Bagian TO yang digunakan ... 23 

3.  Habitat TO ... 23 

4.  Tumbuhan yang teridentifikasi ... 24 

5.  Koleksi Spesimen ... 26 

E. Kearifan Pengelolaan Tumbuhan Obat ... 26 

1.  Jumlah TO Sulit ... 26 

2.  Pengelolaan TO Sulit ... 26 

F. Kendala/Catatan/Hal Khusus ... 27 

  BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 28 

(8)

DAFTAR TABEL  

Tabel 1. Titik pengamatan/pengambilan data, Etnis Osing, Provinsi Jawa Timur RISTOJA 2015 ... 15 Tabel 3. Jumlah murid informan yang telah mandiri di Etnis Osing Provinsi Jawa

Timur , RISTOJA 2015 ... 20 Tabel 4. Jumlah ramuan yang digunakan dalam pengobatan oleh informan di Etnis Osing, Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ... 20 Tabel 5. Gejala/penyakit terbanyak yang dapat ditangani oleh informan, di Etnis

Osing Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ... 21 Tabel 6. Jenis/gejala penyakit spesifik di Etnis Osing Provinsi Jawa Timur,

RISTOJA 2015 ... 22 Tabel 7. Jumlah informasi TO yang digunakan dalam pengobatan tradisional oleh

informan di etnis Osing, Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ... 22 Tabel 8. Jumlah TO yang sulit diperoleh informan di Etnis Osing Provinsi Jawa

Timur RISTOJA 2015 ... 26 

DAFTAR GAMBAR  

Gambar 1. Bagan alir tinjauan konseptual ... 5 Gambar 2. Peta Titik Pengamatan/Pengambilan Data Etnis Osing Provinsi Jawa

Timur, RISTOJA 2015 ... 16 Gambar 3. Proporsi informan berdasar tempat tinggal di Etnis Osing Provinsi Jawa

Timur,RISTOJA 2015 ... 17 Gambar 4. Proporsi informan berdasar umur, Etnis Osing Provinsi Jawa Timur

RISTOJA 2015 ... 18 Gambar 5. Proporsi informan berdasar tingkat pendidikan di Etnis Osing Provinsi

Jawa Timur RISTOJA 2015 ... 19 Gambar 6. Jumlah pasien yang dilayani informan di Etnis Osing Provinsi Jawa Timur

RISTOJA 2015 ... 19 Gambar 7. Proporsi bagian TO yang digunakan dalam pengobatan di Etnis Osing

Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ... 23 Gambar 8. Proporsi TO teridentifikasi berdasar familia, di Etnis Osing Provinsi Jawa

Timur, RISTOJA 2015 ... 25

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jumlah Ramuan yang digunakan pengobat tradisional di Etnis Osing Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ……… ... 26 Lampiran 2. Tumbuhan yang berhasil diidentifikasi hingga tingkat jenis (spesies) Etnis

Osing Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ………. ... 27 Lampiran 3. Tumbuhan yang tidak terdiidentifikasi hingga tingkat jenis (spesies) Etnis

Osing Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ……….. ... 28 Lampiran 4. Tumbuhan yang sulit diperoleh menurut persepsi battra etnis Osing

(9)

Lampiran 5. TO yang sulit diperoleh menurut persepsi informan di etnis Osing,

Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ... 30 Lampiran 6. Photo kegiatan pengumpulan data etnis Osing., Provinsi Jawa Timur,

RISTOJA 2015 ... 31 Lampiran 7. Photo koleksi TO etnis Osing, Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ... 32 Lampiran 8. Photo peracikan ramuan etnis Osing, Provinsi Jawa Timur, RISTOJA

2015 ... 33 Lampiran 9. Photo pengobatan etnis Osing, Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015 ... 34 Lampiran 10 Photo hal menarik lainnya etnis Osing, Provinsi Jawa Timur, RISTOJA

2015 ... 35

(10)

BAB I PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara dengan hutan tropika terbesar kedua di dunia, dan memiliki

keanekaragaman tumbuhan yang tinggi sehingga dikenal sebagai salah satu dari 7

(tujuh) negara “megabio-diversity”. Distribusi tumbuhan berbunga yang terdapat di hutan

tropis Indonesia lebih dari 30.000 jenis dan hampir 12% dari total tumbuhan berbunga

di dunia sebesar 250.000 jenis (Ersam, 2004). Bio-diversitas yang besar tersebut

tersimpan potensi tumbuhan berkhasiat yang dapat digali dan dimanfaatkan lebih lanjut.

World Conservation Monitoring Center telah melaporkan bahwa wilayah Indonesia

merupakan kawasan yang banyak dijumpai beragam jenis tumbuhan obat dengan

jumlah tumbuhan yang telah dimanfaatkan mencapai 2.518 jenis (EISAI,1995).

Selain keanekaragaman tumbuhan tersebut, Indonesia juga kaya dengan

keanekaragaman etnis dan budaya. Hidayah (1997) telah mengkaji 554 kelompok suku

di Indonesia berdasarkan keaslian bahasa dan asal etnis. Sensus Penduduk Badan

Pusat Statistik (BPS) tahun 2000 menyebutkan bahwa jumlah etnis/suku bangsa yang

tinggal di wilayah Indonesia berjumlah 1.086 dengan total populasi lebih dari 200 juta

orang. Dari 1.068 etnis tersebut terdapat 20 etnis besar yang memiliki populasi lebih dari

1 juta orang yaitu : Jawa (84 juta); Sunda (31 juta); Madura (6,8 juta); Minagkabau (5,5

juta); Betawi (5 juta); Bugis (5 juta); Banten (4 juta), Banjar (3,5 juta); Bali (3,3 juta);

Batak (3,2 juta); Sasak (2,7 juta); Cina (2,4 juta); Makasar (2,2 juta); Cirebon (2 juta);

Melayu Riau (1,5 juta); Toba (1,1 juta); Mandailing (1,1 juta); Aceh (1 juta); dan

Hulandalo (1 juta). Selain itu juga terdapat 4 etnis dengan populasi kurang dari 100

orang yaitu : Oloh Kantu’ di Papua (97 orang); Yahray di Papua (71 orang); Waipam di

Maluku Utara (59 orang) dan Wandub Wambon di Papua (40 orang) (BPS, 2000).

Masing-masing etnis memiliki khasanah budaya yang berbeda. Pada setiap etnis,

terdapat beraneka ragaman kearifan lokal masyarakat, termasuk di dalamnya adalah

pemanfaatan tumbuhan untuk pengobatan tradisional. Pengetahuan tentang

penggunaan tumbuhan obat (TO) oleh etnis asli setempat sangat penting untuk

pengembangan pengobatan secara tradisional dan pengembangan obat modern karena

banyak ekstrak tumbuhan untuk obat modern ditemukan melalui pendekatan

pengetahuan lokal (Cox, 1994; Plotkin, 1988)

Modernisasi dapat menyebabkan hilangnya pengetahuan tradisional yang dimiliki oleh

masyarakat (Bodeker, 2000). Hal lain yang juga dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah

kasus pembajakan plasma nutfah dan budaya yang semakin meningkat dari tahun ke

(11)

upaya budidaya TO terutama untuk jenis-jenis yang digunakan dalam jumlah kecil dan

kemampuan regenerasi yang lambat (Widiyastuti, 2013).

Pada tahun 2000-2009 Indonesia telah kehilangan 15,16 Juta Ha, Kalimantan menjadi

penyumbang kehilangan hutan terbesar yaitu 36,32% atau setara 5,5 juta Ha. Laju

penyusutan rata-rata pada periode tahun 2000-2009 sebesar 1,51 juta Ha/tahun.

Kawasan hutan lindung dan konservasi juga mengalami penyusutan berturut-turut

sebesar 2,01 juta Ha dan 1,27 Ha. Jika tidak ada upaya lebih lanjut, diperkirakan pada

tahun 2020 tutupan hutan di Jawa akan habis, sedangkan hutan di Bali-Nusa Tenggara

akan habis pada tahun 2030 (Sumargo, 2011).

Penggunaan data tentang TO yang berasal dari hasil penelitian etnobotani merupakan

salah satu cara yang efektif dalam menemukan bahan-bahan kimia baru dan berguna

bagi pengobatan. Data dasar TO di Indonesia masih sangat minim, terutama informasi

tentang jenis-jenis TO terkait dengan kearifan lokal, penggunaan dalam ramuan, bagian

yang digunakan dan cara penggunaannya. Penelitian untuk mendapatkan data

fitogeografi, pemanfaatan berbasis kearifan lokal, fitokimia dan sosial ekonomi dari TO

akan sangat penting dalam membangun sebuah data dasar. Data dasar tersebut dapat

digunakan sebagai informasi penting dalam proses budidaya TO untuk peningkatan

produktivitas, serta rintisan untuk kemandirian obat berbasis tumbuhan. Data dasar yang

dihasilkan sangat mendukung program Saintifikasi Jamu (SJ) karena program tersebut

berbasis kepada kearifan lokal yang tercermin dari budaya masing-masing etnis

sehingga program SJ ini dapat terus dikembangkan ke seluruh fasilitas pelayanan

kesehatan.

Penelitian mengenai Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin dan Tumbuhan Obat

Berbasis Komunitas di Indonesia perlu dilakukan untuk menggali pengetahuan lokal

etnomedisin sebagai bagian kearifan lokal masing-masing etnis dan keanekaragaman

TO yang menjadi dasar bagi pengembangan riset berkelanjutan dalam bidang

etnomedisin dan tumbuhan obat. Penelitian Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin

dan Tumbuhan Obat Berbasis Komunitas di Indonesia ini juga dikenal dengan istilah

Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (RISTOJA).

RISTOJA 2012 telah dilaksanakan di 26 provinsi seluruh wilayah Indonesia kecuali

provinsi di pulau Jawa dan Bali, bekerja sama dengan 25 Perguruan Tinggi terkemuka

di masing-masing wilayah. Etnis yang diteliti meliputi 209 etnis dengan jumlah titik

pengamatan 254. Terdapat 15.773 informasi ramuan, sebagian besar berkaitan dengan

perilaku hidup sehat, seperti demam, sakit kepala, sakit kulit serta sakit perut, terdapat

juga gejala/penyakit yang berkaitan dengan metabolisme atau penyakit degenerative

seperti kanker/tumor dan darah tinggi. Selain itu terdapat ramuan untuk malaria

(12)

digunakan dalam pengobatan berjumlah 19.738 informasi, 13.576 berhasil diidentifikasi

hingga tingkat spesies yang terdiri 1.740 spesies/jenis dari 211 familia.

Ristoja tahun 2015 direncanakan dilaksanakan pada 95 etnis sebanyak 100 titik

pengamatan di 24 provinsi. Pelaksanaan Ristoja 2015 tetap bekerjasama dengan

Lembaga Penelitian Perguruan Tinggi termasuk wilayah Jawa-Bali yang pada tahun

2012 belum dilaksanakan pengumpulan datanya.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tersedianya data dasar pengetahuan Etnofarmakologi, ramuan obat tradisional

(OT) dan tumbuhan obat(TO) di Indonesia.

2. Tujuan Khusus

a. Menginventarisasi pemanfaatan TO berdasarkan gejala/penyakit di setiap etnis di

Indonesia.

b. Menginventarisasi tumbuhan dan bagian tumbuhan yang digunakan untuk ramuan

OT

c. Mengoleksi spesimen TO untuk pembuatan herbarium

d. Mengelola dan mengidentifikasi spesimen herbarium

e. Mengungkap kearifan local dalam pengelolaan dan pemanfaatan TO

C. Manfaat

Terwujudnya perlindungan, pelestarian, pemanfatan dan pengembangan kearifan lokal

(13)

BAB II METODE PENELITIAN

 

A. Kerangka Teori

 

Biodiversitas adalah kekayaan bangsa dengan nilai yang tidak terhitung besarnya,

karena ancaman terhadap kepunahan biodiversitas akan mengancam kelestarian dan

eksistensi suatu bangsa. Indonesia tidak saja dikenal memiliki kekayaan biodiversitas

tumbuhan dan hewan yang tinggi, namun juga memiliki kekayaan atas keragaman

budaya yang terekspresi dari beragamnya suku bangsa. Kekayaan keaneka ragaman

hayati dan budaya tersebut menjadi aset nasional yang harus dimanfaatkan dan

dikembangkan untuk meningkatkan ketahanan dan kedaulatan bangsa. Demikian juga

terhadap kekayaan tumbuhan obat dan pengetahuan tradisional terkait pemanfaatan

tumbuhan obat untuk pengobatan. Kekayaan sumberdaya tumbuhan obat memiliki

potensi untuk dikembangkan sekaligus potensi ancaman di masa mendatang.

Pengelolaan yang tepat akan berdampak pada kesejahteraan bangsa dan di sisi lain

juga mengancam kedaulatan akibat praktek biopirasi dan kepunahan spesies karena

Indonesia

Kebijakan terkait  Indonesian Bioresources

(14)

rusaknya ekologi. Dengan demikian sangat pentingnya tersusun suatu data basis terkait

kekayaan biodiversitas tumbuhan obat dan pengetahuan tradisional masyarakat dalam

penggunaan tumbuhan sebagai obat. Data basis ini merupakan upaya perlindungan

aset nasional dari berbagai ancaman baik yang datang secara internal maupun

eksternal. Data basis tumbuhan obat, ramuan obat tradisional, dan kearifan lokal dalam

pengelolaan pemanfaatan tumbuhan obat, akan dikembangkan berdasarkan kegiatan

penelitian terstruktur dan berkelanjutan yang disebut Riset Tumbuhan Obat dan Jamu

(Ristoja). Riset ini akan memetakan dan menginventarisasi pengetahuan tradisional

setiap etnis dalam memanfaatkan tumbuhan untuk pengobatan dan kesehatan dari

sumber informasi pengobat tradisional, melakukan koleksi langsung tumbuhan obatnya,

dan mendata kearifan lokal dalam pengelolaan serta pemanfaatan tumbuhan obat. Data

basis ini menjadi aset Nasional dalam upaya perlindungan sekaligus upaya

pengembangan kekayaan nasional demi sebesar besarnya kesejahteraan bangsa,

sekaligus untuk ketahanan dan kedaulatan Indonesia.

B. Tinjauan Konseptual  

3. Inventarisasi ramuan OT, cara penggunaan dan pemanfaatannya berdasarkan gejala penyakit/ penyakit di setiap komunitas lokal di Indonesia (Etnomedisin) 4. Inventarisasi TO dan bagian TO

yang potensial digunakan sebagai obat.

5. Pengumpulan/Koleksi spesimen TO (herbarium)

6. Identifikasi kearifan lokal dalam pengelolaan dan pemanfaatan TO Informan yang meliputi : ramuan dan TO di Indonesia

Gambar 1. Bagan alir tinjauan konseptual

Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (RISTOJA) adalah riset kontinum dalam rangka

menghasilkan data dasar terkait pengetahuan etnomedisin yang dimiliki oleh setiap etnis

di Indonesia, TO yang digunakan dalam ramuan, serta kearifan lokal dalam pengelolaan

pemanfaatan TO. Riset ini dilaksanakan dengan metode survei eksploratif dengan

variabel bebas pengobat tradisional (battra) yang ada di setiap etnis. Data (variabel

tergantung) yang ditetapkan dari survei ini adalah data demografi battra, ramuan obat

tradisional, TO yang digunakan dalam ramuan, serta kearifan lokal dalam pengelolaan

pemanfaatan TO.

C. Tempat dan Waktu

Lokasi penelitian meliputi seluruh wilayah Indonesia. Kriteria Etnis yang menjadi subyek

(15)

1. Semua etnis yang tercatat pada Sensus Penduduk Badan Pusat Statistik (BPS)

tahun 2000

2. Etnis dengan jumlah populasi lebih besar atau sama dengan 1.000 orang yang

tinggal pada lokasi (pulau) asal komunitas lokal (etnis) tersebut.

Waktu pengumpulan data + 21 hari, yaitu pada bulan Juli- Desember 2012.

D. Populasi dan Sampel

Populasi RISTOJA 2015 adalah semua penduduk dari komunitas lokal yang ada di

wilayah Indonesia dan semua tumbuhannya. Sampel RISTOJA 2015 adalah pengobat

tradisional yang memiliki sekaligus mempraktekan penggunaan tumbuhan sebagai obat

serta TO yang digunakan oleh informan.

E. Definisi Operasional

1. Informan atau narasumber ataubattra atau pengobat tradisional adalah orang yang

mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam penyembuhan dan mengobati

penyakit dengan menggunakan tumbuhan obat dalam ramuannya yang diakui oleh

komunitasnya.

2. Biopirasi adalah pencurian sumber daya hayati atau pengetahuan tradisional untuk

kepentingan komersial oleh pihak tertentu dan merugikan pihak lainnya. Komunitas

masyarakat adat adalah kelompok yang paling rentan dengan biopirasi ini, karena

memiliki banyak pengetahuan yang bisa diambil begitu saja tanpa mendapatkan

kompensasi yang layak dari pengetahuan mereka tersebut.

3. Bioprospeksi adalah upaya untuk mencari kandungan kimiawi baru pada makhluk

hidup (baik mikroorganisme, hewan, dan tumbuhan) yang mempunyai potensi

sebagai obat-obatan atau untuk tujuan komersil lainnya.

4. Demografi adalah data identitas narasumber yang terdiri dari data umur,

pendidikan, pekerjaan utama, jenis kelamin, agama/religi, dan status kawin.

5. Eksplorasi adalah penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh

pengetahuan lebih banyak (tentang keadaan), terutama sumber-sumber alam yang

terdapat di tempat itu.

6. Etnis atau suku adalah kelompok masyarakat yang dibedakan atas dasar bahasa,

budaya dan lokasi asal.

7. Etnobotani adalah ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dl

keperluan kehidupan sehari-hari dan adat suku bangsa.

8. Etnofarmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kegunaan tumbuhan yang

memiliki efek farmakologi dalam hubungannya dengan pengobatan dan

(16)

9. Etnomedisin adalah cabang antropologi medis yang membahas tentang asal mula

penyakit, sebab-sebab dan cara pengobatan menurut kelompok masyarakat

tertentu.

10. Fitogeografi adalah ilmu tentang masalah penyebaran tumbuhan.

11. Fitokimia adalah ilmu tentang seluk-beluk senyawa kimia pada tumbuh-tumbuhan,

khususnya gatra taksonominya.

12. Inventarisasi etnomedisin adalah pendataan pengetahuan narasumber mengenai

tumbuhan obat, keterampilan membuat ramuan dan pemanfaatannya dalam

pengobatan berdasarkan gejala atau penyakit.

13. Kearifan lokal merupakan pengetahuan lokal yang sudah demikian menyatu

dengan sistem kepercayaan, norma dan budaya dan diekspresikan di dalam tradisi

dan mitos yang dianut dalam jangka waktu yang cukup lama. Kearifan lokal atau

kearifan tradisional yaitu semua bentuk keyakinan, pemahaman atau wawasan

serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan

di dalam komunitas ekologis. Kearifan lokal/tradisional merupakan bagian dari etika

dan moralitas yang membantu manusia untuk menjawab pertanyaan moral apa

yang harus dilakukan, bagaimana harus bertindak khususnya dibidang pengelolaan

lingkungan dan sumber daya alam.

14. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme

yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu

daerah.

15. Koleksi spesimen TO adalah seluruh bagian tumbuhan obat yang memungkinkan

untuk diambil dan dikeringkan sebagai herbarium.

16. Komunitas lokal adalah suatu kelompok orang (masyarakat) yang hidup dan saling

berinteraksi di dalam daerah tertentu

17. Konservasi adalah pemeliharaan dan perlindungan sumber daya alam secara

teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan melalui pemanfaatan secara

bijaksana dan menjamin kesinambungan ketersediaan dengan tetap memelihara

dan meningkatkan kualitas nilai dan keragamannya.

18. Pendekatan etik dan emik merupakan kajian kebudayaan melalui makna bahasa

yang digunakan oleh suatu masyarakat budaya. Etik merupakan kajian makna yang

diperoleh dari pandangan orang di luar komunitas budaya tersebut. Sebaliknya,

emik merupakan nilai-nilai makna yang diperoleh melalui pandangan orang yang

berada dalam komunitas budaya tersebut

19. Profiling DNA adalah suatu metode untuk mengidentifikasi gambaran genetika

(17)

20. Ramuan adalah beberapa bahan/tumbuhan yang digabung menjadi satu kesatuan

digunakan dalam pengobatan tradisional.

21. Saintifikasi Jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis

pelayanan kesehatan.

22. Spesimen tumbuhan obat adalah bagian tumbuhan obat yang dikoleksi untuk

tujuan pembuatan herbarium.

F. Pengumpulan Data

1. Penentuan Etnis dan Titik Pengamatan

Pelaksanaan RISTOJA diharapkan dapat mencakup seluruh etnis yang ada di

Indonesia, akan tetapi dengan terbatasnya dana penelitian dan sumber daya

manusia (peneliti) maka dilakukan pemilihan etnis-etnis yang menjadi prioritas.

Etnis yang dipilih untuk dilakukan pengamatan terlebih dahulu adalah:

a. Etnis dengan khasanah dan budaya pengobatan tradisional yang kuat

b. Etnis yang tinggal di wilayah dengan keanekaragaman tumbuhan yang besar

c. Etnis dengan jumlah populasi besar

d. Etnis yang tinggal di wilayah dengan akses pelayanan kesehatan kurang

Penentuan etnis dan titik pengamatan melibatkan pakar yang lebih mengetahui

wilayah dan kondisi terkini dari masing-masing etnis yaitu lembaga penelitian

universitas.

Maka etnis yang dipilih sebagai subjek RISTOJA 2015 adalah 95 etnis dengan 100

titik pengamatan meliputi 24 provinsi dengan rincian sebagai berikut:

No Provinsi Jumlah Titik

(18)

No Provinsi Jumlah Titik Pengamatan

Jumlah 100

2. Pemilihan Informan

Informan dalam penelitian ini adalah orang yang mempunyai pengetahuan dan

keahlian dalam penyembuhan dan mengobati penyakit dengan menggunakan TO

dalam ramuannya yang diakui oleh komunitasnya. Informan ditentukan dengan

metode purposive sampling berdasarkan informasi dari penghubung (tokoh

masyarakat, kepala suku, kepala desa, kepala kampung, tokoh informal, dinas

kesehatan, puskesmas dan sumber terpercaya lainnya). Tim melakukan pemetaan

terhadap semua battra yang tinggal di wilayahnya. Battra yang dipilih sebagi

informan adalah battra yang memenuhi kriteria, jika dalam satu wilayah terdapat

lebih dari 1 orang battra maka battra yang dipilih sebagi informan adalah battra yang

paling terkenal, paling ampuh (pasien banyak yang sembuh), jumlah pasien paling

banyak. Pemilihan pengobat spesialis (hanya mengobati satu atau beberapa jenis

penyakit saja) seperti patah tulang dan pengobat yang bukan merupakan warga asli

namun telah terenkulturasi dapat dipilih sebagai informan sebagai alternatif terakhir.

Yang dimaksud dengan battra terenkulturasi adalah battra yang bukan keturunan

asli, namum telah lama tinggal, menguasai bahasa, adat istiadat dan khasanah

pengobatan etnis tersebut.

Tim peneliti melakukan pengumpulan data pada informan, setelah selesai maka tim

diharuskan pindah ke lokasi berikutnya (kecamatan/kabupaten lain) untuk

melakukan pemetaan battra, pemilihan informan dan pengumpulan data.

3. Pengumpulan data etnomidisin dan kearifan lokal

Pengumpulan data dengan wawancara melalui dua pendekatan yaitu emik dan etik.

Emik dimaksudkan untuk mengumpulkan seluruh informasi yang berasal dari

masyarakat. Sedangkan etik dimaksudkan untuk melakukan analisis berdasarkan

disiplin keilmuan, baik antropologi, biologi dan kesehatan.

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan teknik terstruktur dan bebas.

Wawancara terstruktur menggunakan instrumen berupa kuesioner dengan

pertanyaan semi terbuka, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data demografi

serta untuk menggali keterangan mengenai jenis dan bagian tumbuhan obat yang

digunakan, ramuan dan cara meracik ramuan, serta kearifan lokal dalam

pengelolaan tumbuhan obat.

Instrumen kuesioner RISTOJA digunakan sebagai alat bantu dalam tabulasi, analisis

(19)

Data-data yang dikumpulkan dalam instrumen penelitian adalah Data-data demografi batra,

tumbuhan obat, ramuan serta kegunaan dan cara penyiapannya. Instrumen kuesioner

terdiri dari beberapa bagian, yaitu:

a). BLOK A. Pengenalan Tempat

Blok ini memuat informasi demografi/domisili atau tempat tinggal informan.

Pertanyan secara lengkap alamat informan yang mudah dikenal dan ditelusuri jika

dibutuhkan pada saat yang akan datang. Pengenalan tempat yang ditanyakan

alamat informan mulai dari jalan sampai nama dan kode desa, kecamatan,

kabupaten dan propinsi serta titik koordinat dan elevasi.

b. BLOK B. Keterangan Pengumpul Data

Blok ini memuat keterangan pengumpul data. Selain nama ketua tim dan anggota

tim, blok ini juga memuat nama koordinator teknis yang bertanggungjawab

mengawasi pelaksanaan pengumpulan data, tanggal dimulai pengumpulan data,

tanggal selesai pengumpulan data dan tanggal pengecekan data. Kuesioner yang

telah diisi harus ditanda tangani oleh ketua dan anggota tim. Data di verifikasi oleh

Koordinator Teknis.

c. BLOK C. Karakteristik Informan

Informasi mengenai karakteristik informan merupakan data yang penting

diketahui. Karakteristik yang perlu dicantumkan adalah nama, umur, pendidikan,

pekerjaan dan status informan.

d. BLOK D. Pengobatan

Sesuai dengan tujuan khusus RISTOJA adalah untuk mendapatkan pengetahuan

tentang etnomedisin. Sehubungan dengan tujuan tersebut maka informasi yang

perlu diketahui adalah pengetahuan dan kemampuan serta cara informan

mendapatkan pengetahuan dan kemampuan melakukan pengobatan

mengunakan TO, jumlah pasien yang diobati selama sebulan, serta metode

pengobatan lain yang digunakan informan dalam pengobatan tradisional selain

menggunakan TO, serta keberadaan murid yang diharapkan dapat menjaga

keberlangsungan pengetahuan dan kemampuan pengobatannya.

e. BLOK E. Informasi Ramuan Pengobatan

Informasi yang terkait dengan komposisi ramuan yang diperlukan adalah nama

penyakit serta gejala penyakit yang diketahui oleh informan, jenis ramuan,

komposisi ramuan, asal tumbuhan, dosis, cara pengolahan, cara pemakaian,

(20)

f. BLOK F.Kearifan Lokal Terhadap Pengelolaan TO

Dalam Blok F ini yang ditanyakan kepada informan antara lain apakah ada TO

yang digunakan dalam pengobatan “sulit” diperoleh. Yang dimaksud dengan “TO

sulit diperoleh” adalah TO yang sudah jarang ditemukan menurut persepsi

informan. Jika ada TO yang sulit diperoleh maka bagaimana penanganan dan

upaya upaya pelestariannya serta ada/tidaknya penanganan khusus untuk

pengambilan TO sejak persiapaan sampai siap digunakan dalam pengobatan.

Yang dimaksud dengan penangan khusus adalah :

- adanya ritual-ritual (upacara) tertentu yang harus dilakukan informan untuk

mengambil tumbuhan tersebut.

- adanya syarat–syarat tertentu yang berkaitan dengan tumbuhan (misal:

jumlah tumbuhan,umur, bagian, ukuran)

- adanya cara-cara tertentu (misal: berkaitan dengan waktu, contohnya

tumbuhan harus diambil pada malam hari)

g. BLOK G.Catatan

4. Koleksi spesimen dan pembuatan herbarium

Koleksi spesimen dan dokumentasi dilakukan dengan melibatkan informan untuk

mengantar dan menunjukkan lokasi dimana TO tersebut tumbuh. Koleksi spesimen,

dokumentasi, pembuatan herbarium dan deskripsi morfologi dilakukan oleh masing

masing tim dengan mengikuti petunjuk dalam buku pedoman. Pembuatan

herbarium dilakukan saat dan atau sesudah pengumpulan data oleh masing-masing

tim. Label/etiket herbarium harus memuat kode yang sama dengan buku catatan

lapangan maupun foto.

G. Manajemen Data

Hasil pengumpulan data dituangkan dalam bentuk verbatim, fieldnote dan transkip

dipindahkan ke dalam instrumen kuesioner, data TO dari tiap tim diperiksa oleh ketua

tim masing-masing, selanjutnya diverifikasi oleh Korteks. Data entry dari tiap tim dikirim

ke tim manajemen data pusat di Balai Besar Litbang TO-OT oleh korteks e-mail. Tim

manajemen data pusat bertugas menyatukan data, verifikasi akhir, cleaning,

pembobotan dan analisis data. Lembar kuesioner dikumpulkan provinsi untuk dikirim ke

tim manajemen data pusat di Balai Besar Litbang TO-OT untuk disimpan selama 5

tahun.

Analisis data dilakukan secara deskriptif terhadap data TO yang didapatkan, ramuan

OT, pengetahuan etnomedisin dan kearifan lokal dalam pengelolaan TO. Analisis data

(21)

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

 

Etnis Osing merupakan warga mayoritas di Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur. Masyarakat Osing dikenal sebagai salah satu masyarakat dengan latar belakang budaya yang unik, khususnya dalam system pengobatan yang hingga saat ini masih bertahan. Sehingga hampir di seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi dapat dijumpai pengobat tradisional dengan berbagai karakteristik yang berbeda. Namun demikian data resmi mengenai keberadaan mereka belum terdata secara lengkap. Jasa pengobatan dari pengobat tradisional ini bagi masyarakat sebagai alternative terakhir dalam upaya mencari kesembuhan. Pengobat tradisional Etnis Osing yang ada di wilayah Banyuwangi dalam RISTOJA 2015 dipilih berdasar kepemilikan sejarah pengobatan yang kuat, memiliki sumber daya alam (TO) yang melimpah, serta adanya potensi ancaman erosi genetik yang dibuktikan dengan berkurangnya keanekaragaman jenis tumbuhan yang diakibatkan oleh penggunaan yang tanpa diikuti dengan usaha pelestarian.

Sedangkan pemilihan lokasi pengobat tradisional (titik pengamatan) berdasar motherland yang merupakan daerah yang dikenal oleh masyarakat sebagai Osing Ndeles, lokasi relatif terjangkau dan ketersediaan pelayanan kesehatan formal namun masyarakat masih menggunakan pelayanan dari pengobat tradisional, sehingga diharapkan data yang diperoleh representative.

A. Karakteristik Etnis

Etnis Osing atau Using adalah sub-suku Jawa yang dianggap “penduduk asli” Banyuwangi atau disebut juga sebagai "Wong Blambangan" atau “Wong Osing”. Komunitas ini menyebar di desa-desa pertanian subur di bagian tengah dan timur

Banyuwangi yang secara administratif merupakan kecamatan-kecamatan Giri, Kabat, Glagah, Rogojampi, Sempu, Singojuruh, Songgon, Cluring, Banyuwangi Kota, Genteng, dan Srono.

(22)

kerja ini kemudian disusul oleh gelombang migrasi dari Jawa Kulon untuk berbagai pekerjaan, khususnya di bidang perkebunan dan pertanian. Migrasi serupa berdatangan pula dari Madura, Bali, Bugis, dan Mandar, sehingga sejak awal abad ke-19 Banyuwangi tidak lagi dihuni oleh komunitas Osing saja, namun bercampur dengan berbagai pendatang.

Latar belakang kesejarahan itu menegaskan identitas diri ke-Osing-an mereka yang

enggan bahkan tidak mau untuk mengidentifikasikan diri sebagai orang Jawa. Hal tersebut

terwujud dalam penggunaan bahasa Osing dan menutup diri dari pengaruh Jawa serta

membentuk sikap antipati terhadap segala yang identik dengan Jawa. Ada keinginan dari

diri mereka untuk mengembangkan bahasa dan budaya sendiri yang berbeda dari tetangga

mereka di sebelah barat walaupun sama-sama berakar dari bahasa Jawa Kuno. Kata

"Osing" dalam bahasa Osing sendiri bisa diartikan "tidak", sehingga ada anekdot yang

mengkisahkan tentang keberadaan orang Osing itu sendiri, ketika orang luar bertanya

kepada orang Banyuwangi apakah kalian orang Bali atau orang Jawa? Mereka menjawab

dengan kata "sing" yang artinya tidak.

Pada akhir masa kekuasaan Majapahit, banyak orang-orang Majapahit mengungsi

ke beberapa tempat, yaitu ke lereng Gunung Bromo (Tengger), Blambangan dan Bali.

Kedekatan sejarah ini terlihat dari corak kehidupan etnis Osing yang masih menyiratkan

budaya Majapahit yang bercorak Hindu-Budha dan mempunyai kedekatan yang cukup

besar dengan masyarakat Bali. Walaupun demikian, masyarakat Osing tidak mengenal

sistem kasta seperti halnya orang Bali.

Pada awal terbentuknya masyarakat Osing, agama utama etnis Osing adalah

Hindu-Budha seperti halnya di Majapahit. Namun dengan berkembangnya kerajaan Islam

di wilayah pantai utara pulau Jawa menyebabkan agama Islam menyebar dengan cepat di

kalangan etnis Osing. Selanjutnya tradisi etnis Osing merupakan akulturasi budaya

Majapahit-Hindu-Budha dan Islam. Misalnya tradisi Tumpeng Sewu (tumpeng seribu).

Pada tradisi ini setiap keluarga mengeluarkan satu buah tumpeng yang dilaksanakan

sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas semua rezeki yang telah mereka

terima selama satu tahun. Selain itu Tumpeng Sewu diyakini sebagai selamatan tolak bala

yang akan menghindarkan warga masyarakat dari segala bencana dan penyakit serta

mengajak orang untuk berhemat bersyukur.

Sistem kemasyarakatan dan kekerabatan orang Osing didasarkan pada hubungan

satu ke-buyut-an, yaitu hubungan kekerabatan yang berasal dari satu buyut (nenek

moyang) tertentu. Setiap warga masyarakat Osing tahu dari buyut mana mereka berasal.

Misalnya warga desa Kemiren yang menganggap Buyut Cili sebagai cikal bakal mereka

(23)

Para tetua adat Osing biasa disebut dukun, dan pada saat-saat tertentu mereka

mengadakan musyawarah adat untuk bermusyawarah. Kini istilah dukun ini mulai

ditinggalkan karena sering dianggap berkonotasi negatif sebagai dukun santet. Padahal

masalah santet ini bagi masyarakat Osing tidak selalu bersifat negatif. Orang selalu salah

kaprah dalam memahami santet ini dengan hanya mengaitkan dengan ilmu hitam. Namun,

menurut salah seorang tokoh masyarakat Osing mengakui bahwa santet di Banyuwangi

memang ada yang menyerupai ilmu hitam (sihir) seperti yang juga ditemukan di

daerah-daerah lainnya. Akan tetapi, yang lebih banyak berkembang adalah santet yang berkaitan

dengan pengasihan, yaitu cara bagaimana menimbulkan rasa cinta atau simpati orang lain

kepada yang menggunakan jasa ilmu tersebut, misalnya ilmu jaran goyang atau sabuk

mangir.

Kehidupan sosial orang Osing, dalam berinteraksi dengan warga non-Osing,

mereka walau agak tertutup namun cukup ramah dan bisa menerima adanya perbedaan di

sekitar mereka. Justru pada pendatang itulah yang sering memandang mereka seperti

“orang malas” dan merasa lebih tinggi dibanding orang asli Banyuwangi. Para pendatang

mengusai sektor-sektor formal, misalnya menjadi pegawai negeri di tingkat Kabupaten

hingga Kecamatan. Mereka kadang memandang orang asli Banyuwangi sebelah mata.

Padangan orang terbelakang dan tidak mau diajak maju.

Akibat pada masa silam tidak mau bekerja sama dengan Belanda, praktis orang

Osing mengkonsentrasikan hidupnya di sektor pertanian. Sementara sentra-sentra

perekonomian lain di Banyuwangi, justru banyak ditempati oleh orang dari luar

Banyuwangi. Sektor perkebunan banyak dikerjakan orang Madura. Demikian pula pada

sektor kelautan yang dilakukan orang-orang dari Madura. Di sektor pemerintahan nyaris

tidak ada orang Osing yang mau bekerja di sektor ini. Walau diantara mereka banyak yang

sekolah hingga perguruan tinggi, namun tidak begitu saja orang Osing mengijinkan

anaknya untuk menjadi pegawai negeri.

Kebudayaan Osing bersifat dinamis, berkat upaya keras dari para budayawan

Osing yang tergabung dalam Dewan Kesenian Blambangan (DKB) dan budayawan Hasan

Ali yang menyusun Kamus Bahasa Osing, berangasur-angsur orang Osing mulai

menunjukkan eksistensi dalam berbagai aspek kehidupan. Festival budaya dan acara

kesenian tahunan lainnya sering diadakan di desa-desa Osing. Misalnya di desa Kemiren,

Barong Ider Bumi merupakan salah satu upacara adat tahunan yang dilakukan masyarakat

Osing yang biasanya dilaksanakan dua hari setelah Hari Raya Idul Fitri. Asal muasal ritual

Barong Ider Bumi berawal dari adanya wabah dan bencana yang melanda Kemiren. Untuk

menghindari bencana itu harus dilaksanakan Barong Ider Bumi. Dalam iring-iringan Barong

Ider Bumi diharuskan ada ”barong” sebagai lambang persatuan. Bentuk kesenian khas

(24)

dalam melawan penjajah Belanda, sehingga sebagian besar gending-gending gandrung

mempunyai makna perjuangan melawan para penjajah.

B. Demografi Battra

1. Tempat tinggal

Kabupaten Banyuwangi yang secara administrative terdiri dari 24 kecamatan dan

217 desa atau kelurahan, hampir di setiap wilayahnya terdapat battra, terlebih di

wilayah pedesaan. Penelitian difokuskan pada battra yang berada di wilayah Osing

Ndeles, dari 12 wilayah kecamatan yang tergolong wilayah Osing Ndeles, berhasil

diwawancari 5 battra sebagai informan yang berada di 5 desa di 5 kecamatan. Lima

orang battra sebagai informan merupakan battra yang tinggal di Osing Ndeles dan

asli Orang Osing, banyak pasien, menggunakan ramuan herbal/jamu dalam

pengobatan, pengetahuan tentang tanaman obat, sebaran wilayah “kerja” dari

masing masing informan adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Titik pengamatan/pengambilan data, Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015

No Nama Battra Cakupan Wilayah Kecamatan/Dusun

1 H. Djohadi Timbul Desa Kemiren, Kecamatan Glagah 2 H. Slamet Utomo Desa Penataban, Kecamatan Giri 3 H. Hanik Jaelani Desa Licin, Kecamatan Licin

4 Abdul Hadi Desa Pesucen, Kecamatan Kalipuro

(25)

Sumber : Pemerintah Daerah Kab. Banyuwangi

(26)

Gambar 3. Proporsi informan berdasar tempat tinggal di Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015

2. Umur

Umur para battra pada umumnya tergolong usia mapan artinya usia dimana

seseorang oleh masyarakat dianggap sudah dewasa, demikian juga dengan

informan 5 battra. Usia mereka rata-rata ˃ 40 tahun, hal ini sangat beralasan karena

bagi masyarakat semakin tua usia battra maka pengalaman dalam mengobati

semakin banyak sehingga semakin manjur, selain itu dari sisi battra pada usia

tersebut mereka lebih percaya diri dalam mengobati. Umur para battra sebagai

berikut.

Tabel 2. Proporsi Informan berdasarkan Umur, Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015

No Nama Battra Umur

1 H. Djohadi Timbul 68 tahun

2 H. Slamet Utomo 67 tahun

3 H. Hanik Jaelani 63 tahun

4 Abdul Hadi 54 tahun

5 Anang Mahmud 39 tahun

Desa 80% Kota

(27)

Gambar 4. Proporsi informan berdasar umur, Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015

3. Pendidikan

Pendidikan dalam hal ini adalah latar belakang pendidikan formal yang dimiliki oleh

5 battra. Secara umum tingkat pendidikan formal para battra tergolong cukup

memadai artinya sampai tingkat sekolah lanjutan pertama dan atas (SLTP dan

SLTA). Tingkat pendidikan para battra sebagai berikut.

Tabel 3. Proporsi Informan berdasarkan Pendidikan , Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015

No Nama Battra Tingkat Pendidikan

1 H. Djohadi Timbul Lulus SLTP

2 H. Slamet Utomo Lulus SMEA

3 H. Hanik Jaelani Lulus D2

4 Abdul Hadi Tidak Tamat SD

5 Anang Mahmud Lulus SMA

 

< 40 tahun 20%

41 s.d 60 tahun 20% > 61 tahun

(28)

Gambar 5. Proporsi informan berdasar tingkat pendidikan di Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015

4. Jumlah pasien

Jumlah pasien battra memberikan gambaran secara umum rata-rata pasien yang

datang berobat dalam kurun waktu satu bulan. Secara khusus jumlah pasien dari 5

battra setiap harinya tidak dapat ditentukan secara pasti, terlebih mereka tidak

memiliki data tertulis dari pasien yang datang berobat. Jumlah pasien dihitung

secara rata-rata dari informasi dari battra berdasarkan perkiraannya dan

pengamatan langsung selama penelitian, sehingga didapat data sebagai berikut.

Gambar 6. Jumlah pasien yang dilayani informan di Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015

(29)

5. Murid

Rata-rata informan ditanya tentang murid yang dimiliki, mereka menjawab tidak

memiliki murid. Namun demikian, diantara mereka anak mereka mulai berprofesi

seperti ayahnya, artinya ada yang mewarisi keterampilan dan ilmu mengobati

bahkan ada yang sudah praktek seperti ayahnya. Data mengenai murid informan

sebagai berikut.

Tabel 4. Jumlah murid informan yang telah mandiri di Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 201

   

C. Ramuan Pengobatan

Dalam riset ini dikumpulkan semua informasi yang berkaitan penggunaan tumbuhan

dalam pengobatan, yang meliputi ramuan/komposisi, informasi tumbuhan dan

kegunaannya, dan dilanjutkan dengan identifikasi dan pembuatan herbarium.

1. Jumlah Ramuan

Informan memiliki kemampuan untuk mengobati berbagai macam penyakit dengan

jumlah ramuan sebagai berikut:

Tabel 2. Jumlah ramuan yang digunakan dalam pengobatan oleh informan di Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015

No Nama Informan Jumlah Ramuan

1 H. Djohadi Timbul 32

Jumlah rata-rata ramuan yang dimiliki adalah 30 ramuan/informan, dimana pada

informan nomer 3 yaitu Bapak H. Hanik Jaelani memiliki jumlah ramuan yang sangat

banyak (42), beliau merupakan battra yang dalam mengobati memadukan teknik

pijat refleksi dengan minum ramuan/jamu, ramuan yang dimiliki sangat bervariasi

Sedangkan Bapak Abdul Hadi memiliki 27 ramuan, meskipun demikian jumlah

pasiennya jauh lebih banyak dari informan yang lain (600 pasien/bulan). Bapak

Abdul Hadi oleh masyarakat sekitar dikenal sebagai dukun pijat dan suwuk yaitu

metode pengobatan dengan supranatural, teknik pengobatan Pak Abdul Hadi

memadukan teknik pijat, minum ramuan/jamu, dan suwuk, penggunaan 3 teknik

No Nama Battra Jumlah Murid yang mandiri

1 H. Djohadi Timbul 1

2 H. Slamet Utomo 6

3 H. Hanik Jaelani 0

4 Abdul Hadi 0

(30)

tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan pasien. Pasien dari bayi

hingga orang dewasa.

2. Kelompok Penyakit

Terdapat puluhan jenis dan istilah gejala/penyakit yang dapat ditangani oleh

informan, beberapa diantaranya merupakan penyakit modern yang sebenarnya

membutuhkan penegakan diagnosa melalui pemeriksaan laboratorium, seperti

malaria, TBC, HIV/AIDS dll. Gejala/penyakit tersebut dikelompokkan menjadi 70

jenis menurut gejala dan kegunaannya, dengan 10 jenis terbanyak adalah sebagai

berikut:

Tabel 3. Gejala/penyakit terbanyak yang dapat ditangani oleh informan, di etnis Osing Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015

No Penyakit/Gejala Jumlah

1 Lain-lain 18

Gejala/penyakit lain-lain ini merupakan gejala/penyakit yang tidak masuk dalam 70

kelompok penyakit. Gejala/penyakit lain-lain yang dapat ditangani oleh battra

adalah ginjal, vitalitas wanita, tekanan darah rendah, melancarkan peredaran

darah, bisul, meningitis, saraf, muntah darah. Hampir semua battra memiliki

ramuaun untuk gejala/penyakit ginjal bahkan mereka mengklasifikasikan penyakit

ginjal menjadi dua yaitu radang ginjal dan batu ginjal. Ramuan untuk gejala/penyakit

batuk menempati urutan kedua dan disusul dengan penyakit tumor/kanker yang

semua battra memiliki ramuannya bahkan ada yang lebih dari satu ramuan untuk

jenis penyakit tersebut. Pada umumnya ramuan untuk gejala/penyakit gangguan

vitalitas merupakan paduan antara TO dengan hewan seperti kalajengking, belut,

(31)

3. Kelompok Penyakit Spesifik

Selain ke 10 jenis/gejala penyakit tersebut terdapat juga jenis/gejala penyakit

spesifik yang dapat ditangani oleh battra di etnis Osing provinsi Jawa Timur. yaitu :

Tabel 4. Jenis/gejala penyakit spesifik di etnis Osing Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015

No Jenis Penyakit/Gejala Jumlah

1 Kanker/tumor 9

Penyakit spesifik ini merupakan jenis/gejala penyakit yang menurut battra

merupakan penyakit yang “parah” atau serius sehingga memerlukan penanganan

khusus. Battra berhasil menangani penyakit spesifik ini dengan cara merefleksi dan

memberi ramuan kepada pasien, seperti yang dialami oleh salah satu pasien battra

1 (Pak Timbul) yang menderita kanker rahim dan kencing manis yang sembuh dari

penyakitnya setelah direfleksi dan minum ramuan secara rutin lebih kurang selama

1 bulan. Sedangkan untuk pasien jantung seperti yang dialami oleh pasien battra

3 (Pak Hanik) refleksi dan ramuan menurut battra merupakan alternatif penanganan

awal terhadap penyakit.

D. Tumbuhan Obat

1. Jumlah informasi TO

Jumlah informasi TO yang digunakan dalam ramuan adalah 254 dengan rincian

sebagai berikut:

Tabel 5. Jumlah informasi TO yang digunakan dalam pengobatan tradisional oleh informan di etnis Osing Provinsi Jawa Timur RISTOJA 2015

No Nama Informan Jumlah Informasi TO

(32)

Dari 254 informasi TO tersebut terdapat banyak TO yang digunakan dalam

beberapa ramuan oleh beberapa informan, sehingga sebenarnya hanya terdapat

148 nama lokal TO. Selain TO para informan juga menggunakan bahan lainnya

yaitu mineral (garam dan kapur); binatang (kalajengking, belut, telur ayam).

2. Bagian TO yang digunakan

Dari 254 informasi TO yang digunakan dalam pengobatan, bagian tumbuhan yang

banyak digunakan adalah : daun (29,6%); rimpang (19,4%); dan buah (13,1%),

sebagaimana disajikan dalam gambar 7.

Gambar 7. Proporsi bagian TO yang digunakan dalam pengobatan di etnis Osing Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015

Cukup banyak ramuan yang mengunakan daun dan rimpang TO, karena daun

merupakan organ untuk menghasilkan metabolic sekunder yang umumnya

mengandung bahan aktif yang digunakan sebagai bahan obat. Rimpang

merupakan bagian tumbuhan yang berasal dari metamorphosis akar atau batang

atau daun yang berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan termasuk hasil

metabolic sekunder. Daun dan rimpang banyak digunakan oleh battra karena

bagian ini menuurt mereka bagian dari tumbuhan yang berkasiat serta mereka

menggunakannya karena kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun.

3. Habitat TO

Ladang/kebun merupakan tempat pengambilan bagi 50,83% TO, disusul

pekarangan 33,61%% dan 14,52% yang dibeli, pembelian bahan ini disebabkan

bahan yang dimaksud tidak tumbuh dengan baik di wilayah ini.

(33)

4. Tumbuhan yang teridentifikasi

Terdapat 146 jenis tumbuhan yang berhasil diidentifikasi hingga tingkat

jenis/spesies yang terdiri dari 62 familia (lampiran 1). Urutan tiga prosentase

tertinggi dari familia tumbuhan yang berhasil diidentifikasi adalah :

a. Zingiberaceae (11,49%);

b. Asteraceae (4,73%) dan Fabaceae (4,73%)

c. Piperaceae (4,05%)

Tumbuhan yang belum teridentifikasi ada 2 jenis tumbuhan yaitu pakis sarab dan

ketadah yang disebabkan karakter bagian tumbuhan yang diperlukan untuk

(34)

2

teridentifikasi berdasar familia,

(35)

5. Koleksi Spesimen

Spesimen TO yang berhasil dikoleksi berjumlah 923 (109 spesies), yang akan

dipergunakan dalam pembuatan herbarium ( 526) dan DNA (397).

E. Kearifan Pengelolaan Tumbuhan Obat

1. Jumlah TO Sulit

TO yang digunakan oleh informan dalam ramuan pada umumnya tersedia di sekitar

lingkungan tempat tinggal mereka. Namun demikian menurut informasi Battra ada

sejumlah jenis TO yang sulit mereka peroleh, seperti lampiran 5. Jumlah TO yang

sulit diperoleh informan sebagai berikut.

Tabel 6. Jumlah TO yang sulit diperoleh informan di etnis Osing Provinsi Jawa Timur RISTOJA 2015

No Informan Jumlah Tumbuhan yang sulit diperoleh

1 H. Djohadi Timbul 3

TO yang sulit diperoleh ini disebabkan oleh:

a. semakin langkanya TO yang dimaksud seperti Pohon Pule yang secara nasional

merupakan salah satu tanaman langka

b. pengaruh musim atau iklim seperti TO familia Zingiberaceae

c. terserang hama/penyakit seperti tanaman Dadap di wilayah Kemiren, dan tidak

sesuai dengan kondisi geografis, misalnya tanaman Masoyi yang harus tumbuh

di daerah pegunungan.

2. Pengelolaan TO Sulit

Dari 20 TO yang sulit diperoleh, hanya 15% saja yang diupayakan menanam

sendiri, sedangkan 85% nya diperoleh dengan membeli ataupun mencari di tempat

lain. Jika hal ini di biarkan maka dalam waktu dekat tumbuhan sulit tersebut akan

menjadi semakin langka dan punah. Upaya pemerintah daerah dan instansi terkait

sangat menentukan untuk memberikan arahan dan pembinaan akan arti penting

dan bahaya jika tumbuahn tersebut punah. Sedangkan upaya pemerintah daerah

dan instansi terkait yang telah dilakukan yaitu melalui program TOGA (Tanaman

(36)

F. Kendala/Catatan/Hal Khusus

Pemetaan pengobat tradisional Etnis Osing sampai saat ini belum ada. Data yang

terkait dengan sistem pengobatan tradisional/alternative khususnya herbal yang ada

dimiliki oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyuwangi terkait

dengan perusahaan jamu di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Sedangkan data yang

diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi berupa data pengobat

tradisional yang telah dibina, mendapatkaan pendidikan informal serta ijin praktek.

Karakteristik sistem pengobatan dari para pengobat tradisional di Kabupaten

Banyuwangi dapat diklasifikasikan menjadi 6 yaitu:

1. Supranatural atau biasa disebut dengan suwuk yaitu dengan menggunakan

mantra-mantra

2. Spiritual yaitu dengan menggunakan doa-doa, pada umumnya dengan doa dari

agama Islam yang merupakan agama mayoritas masyarakat Osing

3. Pijat atau refleksi yaitu dengan cara memijat atau merefleksi pasien

4. Ramuan yaitu dengan memberikan sejumlah ramuan yang harus

diminum/dikonsumsi atau dibalurkan ke tubuh pasian dalam proses pengobatan

5. Tenaga dalam atau prana yaitu menyalurkan energi battra ke pasien

6. Paduan/memadukan beberapa teknik pengobatan.

Karakteristik system atau cara pengobatan dari para battra menjadi indikator

(37)

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Riset Khusus Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin Dan Tumbuhan Obat

Berbasis Komunitas Di Indonesia yang dilaksanakan di Etnis Osing Provinsi Jawa

Timur diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Pengamatan ristoja di Etnis Osing Provinsi Jawa Timur dilakukan di wilayah Osing

Ndeles yaitu Desa Kemiren Kecamatan Glagah, Desa Penataban Kecamatan Giri,

Desa Licin Kecamatan Licin, Desa Pesucen Kecamatan Kalipuro dan Desa Temu

Asri Kecamatan Sempu dengan 5 pengobat tradisional H. Djohadi Timbul, H.

Slamet Utomo, H. Hanik Jaelani, Abdul Hadi, Anang Mahmud.

2. Ramuan yang berhasil didata dari 5 orang battra berjumlah 165 ramuan yang

digunakan untuk pengobatan 211 penyakit, dengan gejala/penyakit dari penyakit

yang diderita oleh bayi, anak-anak dan orang dewasa. Teknik yang digunakan

oleh battra dalam mengobati pasien, memadukan beberapa teknik yaitu pijat,

ramuan jamu, spiritual dan supranatural.

3. Dari battra diperoleh 254 informasi TO yang digunakan dalam beberapa ramuan,

sehingga sebenarnya hanya terdapat 148 nama lokal TO teridentifikasi 146

spesies dari 62 familia. Dari 148 TO tersebut yang berhasil dikoleksi 109 specis

yang digunakan untuk 526 herbarium dan 397 DNA. Bagian tanaman yang banyak

digunakan Antara lain : daun (29,7%), rimpang (19,5%) dan buah (13,2%).

4. TO yang sulit diperoleh berjumlah 20 TO ,  15% diupayakan menanam sendiri, dan 85% diperoleh dengan membeli ataupun mencari di tempat lain.  Dari  148 spisies yang teridentifikasi terdapat 6 jenis tanaman langka di Indonesia yaitu Pasak Bumi, Purwaceng, Keningar, Pule, Masoyi, Kemenyan. Usaha

konservasi TO yang sulit telah dilakukan baik oleh masyarakat secara mandiri dan

swakelola juga dilakukan oleh pemerintah daerah dan instansi terkait melalui

program TOGA (Tanaman Obat Keluarga), baik di tingkat keluarga maupun

masyarakat. Pembinaan dan arahan pembuatan jamu secara higienis dan sesuai

standar, serta gerakan minum jamu menjadi program resmi daerah.

B. Saran:

1 Survei awal atau pendahuluan ke lokasi penelitian perlu dilakukan terlebih dahulu

(38)

Daftar Pustaka

Backer, CA and RCB Van Den Brink, 1963, For a of Java (Spermatophyta Only) Vol I, NVP Noorfdhoff Groningen The Netherlands

Haris, R. 1987. Tanaman Minyak Atsiri. Cetakan I, PT Penebar Swadaya, Jakarta Hasnan, dkk. 2014. Enam Mata tentang Banyuwangi. Pustaka Larasan, Denpasar. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid IV. Diterjemahankan oleh

Badan Litbang Kehutanan Jakarta, Cetakan Pertama. Penerbit Yayasan Sarana Wana Jaya Jakarta.

Hidayah, Zulyani. 2015. Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. Edisi II. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta.

Mogea, J.P., D. Gandawidjaja, H. Widiadinata, R.E Nasution dan Irawati. 2001. Tumbuhan Langka Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi – LIPI Balai Penelitian Botani, Herbarium Bogoriensis, Bogor Indonesia

Ochse, J.J. 1931. Indische Groenten. Uitgave: Departement Landbouw, Nijverheid en Handel, Buitenzorg, Volkslectuur, Batavia Centrum.

Pitojo, S. 1996. Benalu Hortikultura, Pngendalian dan Pemanfaatan. Cetakan Pertama. PT Trubus Agriwidya, Anggota Muda IKAPI, Ungaran 50517.

Putra,W.S. Kitab Herbal Nusantara. 2015. Kitab Herbal Nusaantara. Cetakan Pertama Penerbit Kata Hati Depok Sleman Yogyakarta

Sastrapradja, D. S, S Nagai dan Y Naito. Index Tumbuh Tumbuhan Obat Indonesia. PT Eisai Indonesia

Soeryani, M, A.J.G.H., Kostermans and G. Tjitrosoepomo. Weeds of Rice Indonesia First Publishet Balai Pustaka Jakarta.

Tim Penulia Penebar Swadaya. 1990. Mengenal Tanaman Langka Indonesia. Cetakan Ketiga PT Penebar Swadaya Anggota IKAPI, Tromol Pos 1456, Jakarta 1001

Tjitrosoepomo, G. 2005. Morfologi Tumbuhan. Cetakan Kelimabelas Gadjah mada University Press, Yogyakarta

Tjitrosoepomo, G. 2010. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan. Edisi Ketiga, Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Van Steenis, C.G.G.J, S. Bloembergen and P.J Eyma. Flora. Diterjemahkan oleh Moeso Suryowinoto, dkk. Cetakan Kesepuluh. PT Pradnya Paramita Jakarta WijayaKusuma, H.2002 Rempah-Rempah dan Umbi. Cetakan Pertaama Penerbit

PT Dyatama Milenia Jakarta

 

(39)

         

(40)

Lampiran 1. Karakteristik informan Etnis Osing , Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015

No Informasi Informan

I II III IV V

1 Nama H. Djohadi H. Slamet H. Hanik Abdul Hadi Anang Mahmud

2 Jenis Kelamin

Timbul Laki Laki

Utomo Laki Laki

Jaelani

Laki Laki Laki Laki Laki Laki

3 Umur 68 tahun 67 tahun 63 tahun 54 tahun 39 tahun

4 Pendidikan SMP SMA D1 Tidak Tamat SD SMA

5 Tempat Tinggal Desa Desa Desa Desa Desa

6 Jumlah Pasien/bulan 120 orang 150 orang 120 orang 600 orang 60 orang

7 Jumlah Murid yang praktek mandiri

1 orang 6 orang 0 orang 0 orang 0 orang

(41)

Lampiran 2. Jumlah ramuan yang digunakan informan di etnis Osing Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015

(42)

No Kelompok Penyakit

48 Perawatan Pra dan Pasca

(43)

1   

7. Lampiran 3. TO yang berhasil diidentifikasi hingga tingkat jenis (spesies) di etnis Osing, Provinsi Jawa Timur, RISTOJA 2015

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang

digunakan Habitus Kegunaan

1 Adas Foenoculum vulgare Apiaceae Biji Pekarangan,

ladang/kebun

TBC, jantung, sembelit, gangguan BAK, batuk, vitalitas pria

2 Alang-alang Imperata cylindrical Poaceae Akar, daun Ladang/kebun Gangguan BAK, meningkatkan

vitalitas, liver, ginjal, sariawan

3 Alpukat Persea Americana Lauraceae Daun, buah ladang/kebun Pekarangan,

Asam urat, darah tinggi, migrein, kanker, susu keras, perlancar ASI

4 Andong Cordyline fructicosa Liliaceae Daun Pekarangan Ambeian

5 Aren Arenga pinnata Arecaceae Buah, eksudat Pekarangan,

ladang/kebun

Asam urat, kencing manis, panu

6 Asem Tamarindus indica Fabaceae Daun, buah Ladang/kebun

Jantung koroner, batuk, gondok, kanker, alergi, panu kadas, meningkatkan stamina, susu keras, perlancar ASI, gangguan kesuburan, sariawan

7 Bambu Gigantochloa apus Bambusaceae Kulit batang Ladang/kebun Kanker payudara, sakit kuning,

santet

8 Bangle Zingiber cassumunar Roxb Zingiberaceae Rimpang Ladang/kebun Penghalus kulit, perawatan

pasca melahirkan

9 Bawang merah Allium cepa Liliaceae Umbi Pekarangan,

ladang/kebun Borok, liver, sakit mata

10 Bawang putih Allium sativum Liliaceae Umbi Pekarangan,

beli

(44)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang

digunakan Habitus Kegunaan

11 Bayam duri Amaranthus spinosus Amaranthaceae Daun, batang Pekarangan Pembengkakan getah bening,

GO

12 Bayam merah Amaranthus hybridus Amaranthaceae Daun Ladang/kebun Kanker, keputihan

13 Beluntas Pluchea indica Asteraceae Daun Ladang/kebun Gondok, keputihan

14 Benalu kelor Dendrophthoe pentandra Loranthaceae Daun, batang Ladang/kebun Pembengkakan getah bening,

GO

15 Benalu cemara Dendrophthoe pentandra Loranthaceae Daun, batang Ladang/kebun Memperbesar alat vital

16 Bentul Colocosia esculenta Araceae Umbi Ladang/kebun Asam urat

17 Binahong Anredera cordifolia Basellaceae Daun Ladang/kebun Luka, perawatan setelah

melahirkan, batuk, TBC

18 Blencong Commersonia bartramia Sterculiaceae Daun Ladang/kebun Gondok

19 Blimbing buah Averrhoa carambola Oxallidaceae Buah Pekarangan Kolesterol, darah tinggi

20 Blimbing wuluh Averrhoa bilimbi Oxallidaceae Daun, buah Pekarangan,

ladang/kebun

Jantung koroner, kanker, keputihan, kolesterol, darah tinggi, keracunan, sariawan

21 Brotowali Tinospora tuberculata (Beumee) Manispermaceae Daun, batang Pekarangan, ladang/kebun

Sakit kulit, lambung, liver, TBC, kolesterol, DM, asam urat, hepatitis, tipes

22 Bunga Matahari Helianthus annuus Asteraceae Akar Ladang/kebun Hernia

23 Cabe

jawa/kemukus Piper cubeba Piperaceae Buah

Pekarangan, ladang/kebun

Jantung, rematik, tekanan darah rendah, melancarkan peredaran darah

24 Ceplokan

Rambat Passiflora foetida Passifloraceae Herba Ladang/kebun TBC

25 Cerme Phyllanthus acidus Oxallidaceae Daun Pekarangan Kanker, keputihan

26 Ciplukan Physalis maxima Solanaceae Daun, herba Ladang/kebun Darah tinggi, pembengkakan

getah bening, GO

(45)

3   

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang

digunakan Habitus Kegunaan

28 Dadap Erythrina subumbrans (Hassk.)

Merr. Fabaceae Daun Ladang/kebun Lancar ASI

29 Dadap wadon Erythrina lithosperma Miq. Fabaceae Daun Ladang/kebun Perlancar ASI

30 Daun dewa Gynura pseudochina Asteraceae Daun, umbi, biji,

herba

Pekarangan, ladang/kebun

Meningitis, hernia, ambeian, kanker serviks, miom, kista

31 Daun mint Plectranthus amboinicus Lamiaceae Daun Pekarangan,

ladang/kebun Sariawan, vitalitas pria

32 Daun sendok Plantago mayor Plantaginaceae Daun, herba ladang/kebun Pekarangan,

Kolesterol, kencing manis, asam urat, hepatitis, anyang-anyang, tipes, batuk, TBC, fertilitas, vitalitas pria

33 Daun temen Graptophyllum pictum (L.) Griff Acanthaceae Daun Pekarangan Ambeian

34 Delima Punica granatum Punicaceae Kulit buah, buah Pekarangan Magic banyuwangi, vitalitas

wanita, keputihan

35 Dewandaru Eugenia uniflora Myrtaceae Daun Pekarangan Kencing manis

36 Dringo Acorus calmus Arecaceae Daun, rimpang Pekarangan,

beli

Batuk anak, demam anak, tipes anak, step, panas, sarab

37 Duwet Eugenia cumini Myrtaceae Akar, kulit

batang Ladang/kebun Kencing manis, bengkak

38 Gagan-gagan Plantago mayor Euphorbiaceae Herba Ladang/kebun Bisul

39 Gandarusa Justicia gandarusa Acanthaceae Daun Pekarangan,

ladang/kebun Ginjal, penguat otot anak

40 Gempur batu Borreria hispida Scum. Rubiaceae Herba Pekarangan Ginjal, trakoma

41 Ginseng Talinum paniculatum Purtulacaceae Daun, umbi,

rimpang

Pekarangan, ladang/kebun

Kebugaran, sakit perut, vitalitas pria

42 Jagung Zea mays L. Poaceae Buah, bulu

(46)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang

digunakan Habitus Kegunaan

43 Jahe Zingiber officinale Zingiberaceae Rimpang Pekarangan,

ladang/kebun

Kencing manis, masuk angin, vitalitas pria

44 Jahe emprit Zingiber officinale var Zingiberaceae Rimpang Ladang/kebun Migrein

45 Jahe merah Zingiber officinale var rubrum Zingiberaceae Rimpang Pekarangan,

ladang/kebun

Nanahan, ambeian, KB tradisional, migrein, batuk, TBC, vitalitas pria

46 Jajang kuning Bambusa variegate Bambusaceae Kulit batang Ladang/kebun Sakit kuning

47 Jambu biji Psidium guajava Myrtaceae Daun, buah Ladang/kebun Mencret, ambeian

48 Jambu biji merah Psidium guajava var rubra Myrtaceae Buah Pekarangan,

ladang/kebun DBD

49 Jarak pagar Jatropha curcas Euphorbiaceae Daun, eksudat Ladang/kebun Batuk, demam anak, berak

darah, muntah darah, mencret

50 Jati belanda Guazuma ulmifolia Sterculiacaea Daun Ladang/kebun Pelangsing

51 Jeruk nipis Citrus aurantifolia Rutaceae Buah, Pekarangan,

ladang/kebun

Amandel, panas, sariawan, pembengkakan getah bening, GO

52 Jinten Nigella sativa L Ranunculaceae Buah Beli Vitalitas pria

53 Jipan Sechium eduleSw. Cucurbitaceae Buah Pekarangan Batuk anak, demam anak,

tipes anak, asam urat

54 Kacang hijau Phaseolus radiates Fabaceae Umbi, herba Beli Gangguan kesuburan, fertilitas

55 Kacang tanah Arachis hypogaea Fabaceae Umbi Ladang/kebun Jantung

56 Kapulaga Amomum cardamomum Zingiberaceae Buah Ladang/kebun

Jantung, sariawan, kolesterol, kencing manis, asam urat, hepatitis, sembelit, gangguan BAK, tipes

57 Kates Carica papaya Caricaceae Daun Pekarangan Sakit kulit

58 Kates gantung Carica papaya (Jantan) Caricaceae Daun Ladang/kebun Kanker, keputihan,

(47)

5   

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang

digunakan Habitus Kegunaan

59 Katuk Sauropus androgynous Euphorbiaceae Daun Ladang/kebun Susu keras, perlancar ASI

60 Kayu santen Lannea coramandelica Anacardiaceae Daun Ladang/kebun Borok

61 Kejibling Strobilanthes crispus Acanthaceae Daun Pekarangan,

ladang/kebun Batu ginjal, ambien

62 Kedelai Glycine maxx Fabaceae Biji Ladang/kebun Ginjal

63 Kelapa Cocos nucifera Arecaceae Buah, Hutan,

laang/kebun

Kanker payudara, gabagen, panas dalam, gangguan kesuburan, diare, panas, alergi, panu kadas, kopoken, telinga ndeler

64 Kelor Moringa oleifera Moringaceae Daun, akar Ladang/kebun

Sakit mata, trakoma, mata minus/plus, gabagen, alergi, panu kadas, santet,

epilepsi/ayan

65 Kemangi Ocimum xcitriodorum Lamiaceae Daun Ladang/kebun Keputihan

66 Kembang

bugang/kecibling Clerodendrum calamitosum Verbenaceae Daun,

Pekarangan, ladang/kebun

Ginjal, pembengkakan getah bening, GO

67 Kemendilan Emilia sonchifolia Asteraceae Herba Ladang/kebun Perawatan kecantikan,

kopoken, telinga ndeler

68 Kenanga Cananga odorata Magnoliaceae Bunga Pekarangan

Cangkrang, penghalus kulit, perawatan pasca melahirkan, vitalitas wanita, keputihan

69 Kencur Kaemferia galangal Zingiberaceae Rimpang Pekarangan,

ladang/kebun

Gambar

Gambar 1. Bagan alir tinjauan konseptual
Tabel 1. Titik pengamatan/pengambilan data, Etnis Osing Kabupaten  Banyuwangi  Provinsi Jawa Timur,  RISTOJA 2015
Gambar 2. Peta titik pengamatan/pengambilan data Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi  Provinsi Jawa Timur,  RISTOJA 2015
Gambar 3. Proporsi informan berdasar tempat tinggal di Etnis Osing Kabupaten Banyuwangi  Provinsi Jawa Timur,  RISTOJA 2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

Status mineral kalium dan silikon berkaitan dengan peningkatan toleransi terhadap penyakit gugur pada tanaman karet belum diteliti.. Saat ini serangan penyakit gugur

Perubahan akibat hukum dari suatu perjanjian yang dibuat dalam bahasa bahasa asing dan/atau pembatalan suatu perjanjian dengan alasan tidak terpenuhinya syarat

Berkembangnya suatu pariwisata di suatu daerah akan mendatangkan banyak menfaat bagi warga masyarakat, yaitu secara ekonomis, sosial dan budaya. Namun jika

Berdasarkan tabel 4.2 dapat ditentukan bahwa respon teknis yang paling berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan kepuasan konsumen secara berturut-turut

Hal ini berarti bahwa pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Perputaran Total Aset dan Rasio Kelipatan Bunga yang Dihasilkan terhadap Rentabilitas pada perusahaan

Telah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tujuan Meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Seladang pada mata pelajaran IPS materi

Masui., 1993, Purification and Properties of The Highly Thermostable Alkaline Protease from an Alkaliphilic and Thermophilic Bacillus Sp., Journal of Biotechnology, 30,

Penelitian tentang pengaruh pasta gigi yang mengandung ekstrak daun sirih hijau dalam mengurangi plak dan gingivitis pada penderita gingivitis marginalis kronis