• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TEORI PENGEMBANGAN HANDOUT DENGAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TEORI PENGEMBANGAN HANDOUT DENGAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TEORI PENGEMBANGAN HANDOUT DENGAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH

A. Deskripsi Teoritik 1. Bahan ajar

a. Pengertian bahan ajar

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis (Majid, 2006: 173).

Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan (Amri dan Ahmadi, 2010: 162).

Menurut Pannen, Bahan ajar adalah bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sisitematis, yang digunakan guru

dan siswa dalam proses pembelajaran

(http://www.taufiqslow.com).

Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya (Widodo dan Jasmadi, 2008: 40).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan atau materi yang disusun secara sistematis yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar

(2)

sehingga tercipta lingkungan atau suasan yang memungkinkan untuk belajar.

Pengelompokkan bahan ajar menurut Faculte de Psychologie et des Sciences de l’Education Universite de Geneve (dikutip dari http://nuchankimchi.wordpress.com) adalah media tulis, audio visual, elektronik, dan interaktif terintegrasi yang kemudian disebut sebagai medienenverbund (bahasa Jerman yang berarti media terintegrasi) atau mediamix.

Menurut Abdul Majid (2006: 174) sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain:

 Petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru)

 Kompetensi yang akan dicapai

 Informasi pendukung

 Latihan-latihan

 Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)

 Evaluasi

b. Tujuan dan manfaat penyusunan bahan ajar

Menurut Sofwan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi (2010: 159) bahan ajar disusun dengan tujuan:

1) Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteritik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik.

2) Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar disamping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.

3) Mempermudah guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Manfaat bagi guru:

1) Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.

2) Tidak lagi bergantung kepada buku teks yang yang terkadang sulit untuk diperoleh.

3) Memperkaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi.

4) Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar.

(3)

5) Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan peserta didik karena peserta didik akan merasa lebih percaya kepada gurunya.

6) Menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.

Menurut Sofwan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi (2010: 160) bahan ajar sangat banyak manfaatnya bagi peserta didik oleh karena itu harus disusun secara bagus, manfaatnya seperti diabawah ini:

1) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.

2) Kesempatan belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru.

3) Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.

c. Jenis-jenis bahan ajar

Dari berbagai pendapat diatas dapat disarikan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa belajar dengan baik. Dengan demikian, menurut Andi Prastowo (2014: 147) berdasarkan bentuknya bahan ajar dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:

1) Bahan cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket.

Menurut Abdul Majid (2006: 175) bahan cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Steffen Peter Ballstaedt yaitu:

a) Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang dipelajari.

b) Biaya untuk pengadaanya relatif sedikit

(4)

c) Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dengan mudah dipindah-pindahkan.

d) Menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu

e) Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca dimana saja.

f) Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti manandai, mencatat, membuat sketsa.

g) Bahan tertulis dapat dinikmati sebagi sebuah dokumen yang bernilai besar.

h) Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri.

2) Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.

3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film.

4) Bahan ajar interaktif (interactive teaching material) seperti compact disk interaktif.

Multimedia interaktif adalah kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi, dan video) yang oleh penggunaannya dimemanipulasi untuk mengendalikan perintah dan atau perilaku alami dari suatu presentasi. Saat ini sudah mulai banyak orang memanfaatkan bahan ajar ini, karena disamping menarik juga memudahkan bagi penggunanya dalam mempelajari suatu bidang tertentu.

Biasanya bahan ajar multimedia dirancang secara lengkap mulai dari petunjuk penggunaannya hingga penilaian (Majid, 2006: 181).

d. Prinsip-prinsip dan pengembangan bahan ajar

Menurut Sofwan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi (2010: 160) pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsip-

(5)

prinsip pembelajaran. Di antara prinsip-prinsip pembelajaran tersebut adalah:

1) Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak.

2) Pengulangan akan memperkuat pemahaman.

3) Umpan balik yang positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa.

4) Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar.

5) Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu.

6) Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan.

2. Handout

a. Pengertian Handout

Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Menurut kamus Oxford halaman 389, handout is prepared statement given.

Handout adalah pernyataan yang telah disiapkan oleh pembicara.

Handout biasanya diambilkan beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan atau KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik (disampaikan dalam workshop PKG PAI SD dan SMA).

Echols dan Shadily mengartikan bahwa Handout adalah sesuatu yang diberikan secara gratis. Sementara itu, Mohamad memaknai handout sebagai selembar (atau beberapa lembar) kertas yang berisi tugas atau tes yang diberikan pendidik kepada peserta didik (Prastowo, 2011: 78).

Dalam pandangan lainnya, handout diartikan sebagai

“segala sesuatu yang diberikan kepada peserta didik ketika mengikuti kegiatan pembelajaran (Prastowo, 2011: 79). Handout biasanya merupakan bahan ajar tertulis yang diharapkan dapat mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan dari guru (disampaikan dalam workshop PKG PAI SD dan SMA).

(6)

Handout biasanya merupakan bahan tertulis tambahan yang dapat memperkaya siswa dalam belajar untuk mencapai kompetensinya (Prastowo, 2014: 194).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa handout adalah bahan pembelajaran yang sangat ringkas bersumber dari beberapa literatur yang relevan terhadap kompetensi dasar dan materi pokok yang diajarkan kepada peserta didik guna memudahkan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.

b. Fungsi, kegunaan dan tujuan pembuatan handout

Menurut Steffen dan Peter Ballstaedt yang dikutip dalam bukunya Andi Prastowo (2011: 80), fungsi handout antara lain:

1) Membantu peserta didik agar tidak perlu mencatat, 2) Sebagai pendamping penjelas pendidik,

3) Sebagai bahan rujukan peserta didik,

4) Memotivasi peserta didik agar lebih giat belajar, pengingat pokok-pokok materi yang diajarkan,

5) Memberi umpan balik, dan 6) Menilai hasil belajar.

Penyusunan handout dalam kegiatan pembelajaran memiliki beberapa manfaat, di antaranya memudahkan peserta didik saat mengikuti proses pembelajaran, serta melengkapi kekurangan materi, baik materi yang diberikan dalam buku teks maupun materi yang diberikan secara lisan oleh pendidik (Prastowo, 2011: 81).

Menurut Andi Prastowo (2011: 80) dalam fungsi pembelajaran, pembuatan handout memiliki beberapa tujuan, yaitu:

1) Untuk memperlancar dan memberikan bantuan informasi atau materi pembelajaran sebagai pegangan bagi peserta didik;

2) Untuk memperkaya pengetahuan peserta didik; dan

3) Untuk mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan dari pendidik.

(7)

c. Penyusunan handout

Sesuai dengan yang telah di jelaskan di atas bahwa handout disusun atas dasar Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai oleh peserta didik. Dengan demikian, maka handout harus diturunkan dari kurikulum. Handout biasanya merupakan bahan tertulis tambahan yang dapat memperkaya peserta didik dalam belajar untuk mencapai kompetensi.

Sebagaimana telah disampaikan dalam buku workshop PKG PAI SD dan SMA (2013: 35) bahwa langkah-langkah menyusun handout adalah sebagai berikut:

1) Melakukan analisis kurikulum

2) Menentukan judul handout, sesuaikan dengan KD dan materi pokok yang akan dicapai.

3) Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan. Upayakan referensi terkini dan relevan dengan materi pokoknya.

4) Menulis handout, dalam menulis upayakan agar kalimat yang digunakan tidak telalu panjang, untuk SMA diperkirakan jumlah kata perkalimatnya tidak lebih dari 25 kata dalam satu paragraf usahakan jumlah kalimatnya antara 3 – 7 kalimat saja.

5) Mengevaluasi hasil tulisan dengan cara membaca ulang, bila perlu dibaca orang lain terlebih dahulu untuk mendapatkan masukan.

6) Memperbaiki handout sesuai dengan kekurangan-kekurangan yang ditemukan.

7) Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi handout misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.

d. Mengembangkan handout menjadi bahan ajar “luar biasa”

Handout, sebagai bahan ajar dituntut untuk mampu menampilkan sebuah isi dan tampilan yang “luar biasa”. Isi dan tampilan luar biasa tersebut tentunya adalah yang menarik dan

(8)

menyenangkan bagi peserta didik. Atau, dengan kata lain, melalui handout, keingintahuan (curiosity) peserta didik terhadap ilmu pengetahuan meningkat, sehingga mereka selalu terdorong untuk belajar dan terus belajar (Prastowo, 2011: 91).

Menurut Andi Prastowo (2014: 200-201), guna mewujudkan hal tersebut, handout perlu dikembangkan sedemikian rupa agar mampu menjadi bahan ajar yang luar biasa. Beberapa tahapan yang bisa kita ikuti untuk pengembangan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Lakukan evaluasi bahan ajar menggunakan standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai dasarnya,

2) Berdasarkan hasil evaluasi, putuskanlah materi yang harus dikembangkan dengan menggunakan handout, apakah materi baru atau pengayaan,

3) Putuskan isi handout, apakah overview atau ringkasan,

4) Putuskan cara penyajiannya, apakah narasi, tabel, gambar, diagram, atau kombinasi dari ketiganya.

Menurut Andi Prastowo (2011: 92) yang berkaitan dengan isi handout, ada beragam isi yang bisa kita temukan dalam pengembangan handout, yaitu:

1) Peta atau diagram konsep yang menghubungkan antartopik atau bagian dalam topik.

2) Annotated bibliography. Ini merupakan kumpulan abstrak dari sumber yang relevan dengan materi yang sedang dipelajari.

Handout yang memiliki kandungan Annotated bibliography ini akan membantu peserta didik yang membutuhkan informasi lebih lanjut tentang materi ajar yang tertentu.

3) Informasi tambahan untuk meluruskan kesalahan dan bisa yang ada dalam bahan ajar.

4) Memberikan contoh baru dan contoh tambahan untuk konsep yang sulit dipahami oleh peserta didik.

(9)

5) Memberikan kasus untuk dipelajari dan diselesaikan, baik secara individu maupun kelompok.

3. Pendekatan pemecahan masalah a. Pengertian pemecahan masalah

Istilah “problem” terkait erat dengan suatu pendekatan pembelajaran yaitu problem solving (pemecahan masalah) yang digunakan untuk pendekatan dalam proses pembelajaran. Menurut Hunsaker Pemecahan masalah (problem solving) didefinisikan sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidak sesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan (http://rokimgd.wordpress.com).

Sementara menurut Mu’Qodin mengatakan bahwa problem solving adalah merupakan suatu keterampilan yang meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang dicapai dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat (http://rokimgd.wordpress.com).

Berdasarkan dari definisi problem solving yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa problem solving merupakan suatu keterampilan yang meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi dan mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif sehingga dapat mengambil suatu tindakan keputusan untuk mencapai sasaran.

Pemecahan masalah dimungkinkan akan terus mendominasi diskusi tentang kurikulum matematika abad ke dua puluh satu (Sobel dan Maletsky, 2005: 78). Oleh karena itu, ada banyak daftar

(10)

strategi pemecahan masalah yang tersedia pada literatur, tetapi tidak ada kesepakatan secara umum pada setiap strateginya.

Menurut Max A. Sobel dan Evan M. Maletsky (2005: 78) diantara banyak strategi yang dapat ditemukan di buku teks, antara lain:

1. Temukan jawaban dengan cara coba-coba 2. Gunakan alat peraga, model, atau sketsa 3. Temukan pola

4. Peragakan soal

5. Buat daftar, tabel, atau bagan 6. Bekerja secara mundur 7. Mulai dengan menduga

8. Selesaikan persoalan serupa yang lebih sederhana

9. Kaitkan persoalan yang baru dengan dengan persoalan yang telah dikenal.

b. Langkah-langkah pendekatan pemecahan masalah

Menurut Rokhim (http://rokimgd.wordpress.com) ada 5 langkah, yakni :

1) Problem Identification

Ketika kita menemukan sebuah masalah. Baik itu masalah teknis atau kehidupan sehari-hari karena pada umunya semua masalah memiliki kronologis jalan keluar yang hamper sama. Sebagai contohnya karena saya akan menghadapi UTS tanggal 28 besok dan belum benar-benar siap, serta diperparah sekarang bulan puasa maka ini bisa dijadikan contoh masalah.

2) Synthesis

Sebuah gagasan awal secara keseluruhan untuk memecahkan masalah. Langkah selanjutnya masalah di atas adalah saya harus berusaha lebih keras untuk mengejar ketertinggalan dan tidak menganut sistem belajar kebut semalam.

3) Analysis

Kalau di buku Holtzapple Reece dijelaskan bahwa pada langkah ini kuncinya adalah mengubah masalah fisika menjadi model matematikanya. Karena saya sudah terlanjur memberi contoh masalah kehidupan nyata maka jika

(11)

ditinjau dari langkah ini maka saya harus menentukan langkah riil step by step, misalnya belajar terorganisasi atau berurutan dan berkelanjutan.

4) Application

Langkah application di sini kita melaksanakan semua gagasan dan langkah-langkah yang kita rencanakan sebelumnya.

5) Comprehension

Di langkah ini kita menggunakan teori yang sudah ada.

Untuk kasus yang telah saya contohkan teori yang ada adalah mitos kalau belajar sebelum tidur itu baik dan jauh lebih baik belajar pada saat shubuh atau fajar. Di jelaskan dalam buku Misteri Shalat Shubuh bahwa banyak keajaiban atau mukjizat yang terjadi kala fajar.

Menurut Hamdani (2011: 85) untuk memecahkan suatu masalah, John Dewey mengemukakan sebagai berikut:

1) Mengemukakan persoalan atau masalah. Guru menghadapkan masalah yang akan dipecahkan kepada siswa.

2) Memperjelas persoalan atau masalah. Masalah tersebut dirumuskan oleh guru bersama siswa.

3) Siswa bersama guru mencari kemungkinan- kemungkinan yang akan dilaksanakan dalam pemecahan persoalan.

4) Mencoba kemungkinan yang diangggap menguntungkan. Guru menetapkan cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat.

Penilaian cara yang ditempuh dinilai, apakah dapat mendatangkan hasil yang diharapkan atau tidak.

Ada perbedaan mendasar antara mengerjakan soal latihan dengan menyelesaikan masalah dalam belajar matematika. Dalam mengerjakan soal-soal latihan, siswa hanya dituntut untuk langsung memperoleh jawabannya, misalkan menghitung seperti operasi penjumlahan dan perkalian, menghitung nilai fungsi trigonometri, dan lain-lain. Sedangkan yang dikatakan masalah dalam matematika adalah ketika seseorang siswa tidak dapat langsung mencari solusinya, tetapi siswa perlu bernalar, menduga atau memprediksikan, mencari rumusan yang sederhana lalu membuktikannya. Ciri bahwa sesuatu dikatakan masalah ialah

(12)

membutuhkan daya pikir/nalar, menantang siswa untuk dapat menduga/memprediksi solusinya, serta cara untuk mendapatkan solusi tersebut tidaklah tunggal, dan harus dapat dibuktikan bahwa solusi yang didapat adalah benar/tepat (Isrok’atun, 2010: 3).

4. Hakekat dan Pembelajaran matematika

Sebelum mempelajari matematika, kita harus mengetahui tentang hakekat matematika itu sendiri. Hakekat matematika adalah menguraikan tentang apa itu matematika sebenarnya, apakah matematika itu ilmu deduktif, ilmu induktif, simbul-simbul, ilmu yang abstrak, dan sebagainya (Ruseffendi, 1991: 260). Tanpa mengetahui hakekat matematika kita tidak dapat menentukan strategi belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran matematika.

Matematika berasal dari kata mathema dalam bahasa Yunani yang diartikan sebagai sains, ilmu pengetahuan atau belajar.

Matematika juga berasal dari kata mathematikos yang diartikan sebagai suka belajar (Manfaat, 2010: 148).

Banyak pakar yang mendeskripsikan tentang pengertian dari matematika, namun pada dasarnya ungkapan yang tepat untuk matematika itu adalah Mathematics is the Queen of the Sciences (maematika itu adalah ratunya ilmu), maksudnya antara lain ialah bahwa matematika itu tidak bergantung kepada bidang studi lain;

bahasa, dan agar dapat dipahami orang dengan tepat kita harus menggunakan simbul dan istilah yang cermat yang disepakati secara bersama (Ruseffendi, 1991: 260-261).

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang tidak bergantung pada bidang studi yang lain, yang dapat dipahami oleh orang dengan penggunaan simbul dan istilah yang cermat.

Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berfikir.

Oleh karena itu logika merupakan dasar untuk matematika. Logika

(13)

adalah bayi matematika, sebaliknya matematika adalah masa dewasa logika (Saepul. dkk, 2008: 5).

Menurut Budi Manfaat (2010: 150) matematika dapat dikenali beberapa ciri-cirinya adalah sebagai berikut:

a. Memiliki objek abstrak b. Bertumpu pada kesepakatan c. Berpola pikir deduktif

d. Memiliki simbol yang kosong dari arti e. Memperhatikan semesta pembicaraan f. Konsisten dalam sistemnya.

Menurut Ruseffendi (1991: 261) matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasikan. Maksud dari pengertian diatas adalah setiap pembahasan dalam matematika memiliki pengertiannya masing- masing dan untuk membuat suatu definis tentang satu istilah matematika harus mebuat definisi dari istilah matematika yang memiliki keterkaitan dengan istilah tersebut. Misalnya, membuat definisi tentang segitiga kita harus membuat definisi dari ruas garis dan gabungan.

Menghayati hakekat matematika kita harus mengerti apa yang dimaksud dengan abstraksi dan generalisasi. Abstraksi adalah pemahaman melalui pengamatan tentang sifat-sifat bersama yang dimiliki dan sifat-sifat yang tidak dimiliki. Sedangkan generalisasi adalah membuat perkiraan atau terkaan berdasarkan kepada pengetahuan (pengalaman) yang dikembangkan melalui contoh-contoh khusus (Ruseffendi, 1991: 266-267). Kemampuan membuat suatu abstraksi dan generalisasi dalam pembelajaran matematika itu sangat penting.

Matematika sebagai ilmu pengetahuan memiliki suatu objek langsung. Objek langsung dalam matematika ialah fakta, keterampilan, konsep, dan aturan (prinsipal). Untuk mempelajari objek-objek langsung, ataupun untuk mempelajari topik-topik dalam matematika

(14)

tidak dapat sembarang; ada prasyaratnya (Ruseffendi, 1991: 268).

Misalnya, untuk dapat memahami arti perkalian peserta didik harus memahami dulu penjumlahan, karena itu penjumlahan harus dipelajari terlebih dahulu dari perkalian.

Menurut Rusmono (2012: 6-7) pembelajaran merupakan suatu upaya untuk menciptakan suatu kondisi bagi terciptanya suatu kegiatan belajar yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang memadai. Sedangkan, menurut Dewi Salma Prawiradilaga (2008:

19) pembelajaran diartikan sebagai KBM konvensional dimana guru dan peserta didik langsung berinteraksi. Pengertian pembelajaran diungkapkan kembali oleh Trianto (2009: 17) bahwa pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

Berdasarkan pembahasan diatas mengenai matematika dan pembelajaran dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang melibatkan pengembangan pola berfikir dan mengolah kemampuan logika pada suatu lingkungan belajar agar program belajar matematika berkembang secara optimal dan menjadikan proses pembelajaran efektif dan efisien.

Menurut Saepul, dkk (2008:10), dalam peraturan menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 dikemukakan bahwa, mata pelajaran matematika diajarkan di sekolah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akuran, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

(15)

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Matematika yang “diciptakan” oleh manusia terlebih dahulu, memberi ilham bagi paradigma pembelajaran yang bersifat konstruktivistik sebagai bentuk implikasi sejarah matematika dalam pembelajaran. Siswa-siswi diperbolehkan menggunakan usahanya sendiri dalam menyelesaikan masalah matematika. Bahkan, mereka diberi kebebasan untuk menggunakan bahasa dan lambang sendiri (Saepul. dkk, 2008: 5).

5. Segitiga dan Segi Empat

Bangun datar merupakan sebuatan untuk bangun-bangun yang berdimensi dua. Bangun berdimensi dua adalah bangun yang mengandung dua unsur yaitu panjang dan lebar (Negoro dan Harahap, 2010: 18). Bangun yang memiliki panjang dan lebar salah satunya adalah bangun segitiga dan segi empat.

a. Segitiga

Diberikan tiga buah titik A, B dan C yang tidak segaris. Titik A dihubungkan dengan B, titik B dihubungkan dengan C dan titik C dihubungkan dengan titik A. Bangun yang akan terbentuk disebut segitiga.

Gambar. 2.1 Bentuk Bangun Segitiga

Menurut Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni (2008: 234), segitiga adalah bangun datar yang dibatasi oleh tiga buah sisi dan

A B

C

(16)

mempunyai tiga buah titik sudut. Tiga sisi yang dimaksud pada segitiga ABC diatas adalah AB, BC, dan CA. Ketiga sisi segitiga saling berpotongan dan membentuk suatu titik sudut, yaitu titik A, titik B, dan titik C. Sifat utama dari segitiga yang sering dalam pemecahan masalah matematika adalah sifat yang menyatakan bahwa jumlah besar sudut dalam segitiga adalah 180o.

Perhatikan gambar berikut. Apakah termasuk segitiga atau bukan? Jelaskan.

Gambar di samping bukan merupakan segitiga, karena setiap sisi segitiga adalah sebuah ruas garis (lintasan terpendek antara dua titik).

Sementara garis lengkung bukanlah lintasan terpendek antara dua titik (Loedji, 2008: 356).

Jenis-jenis suatu segitiga dapat ditinjau berdasarkan panjang sisi, besar sudut, serta panjang sisi dan besar sudutnya. Pertama, jenis segitiga berdasarkan panjang sisi diantaranya segitiga sembarang, segitiga sama kaki, dan segitiga sama sisi. Kedua, jenis segitiga berdasarkan besar sudut adalah segitiga lancip, segitiga siku-siku, dan segitiga tumpul. Ketiga, jenis segitiga berdasarkan panjang sisi dan besar sudutnya adalah segitiga siku-siku sama kaki dan segitiga tumpul sama kaki (Nuharani dan Wahyuni, 2008: 235- 236).

Keliling suatu bangun datar merupakan jumlah dari panjang sisi-sisi yang membatasinya, sehingga untuk menghitung keliling dari sebuah segitiga dapat ditentukan dengan menjumlahkan panjang dari setiap sisi segitiga tersebut.

Gambar 2.2 Bukan Bangun Segitiga

(17)

A B C

E

Menurut Willa Adrian Soekotjo Loedji (2008: 380), Jika K dan L berturut-turut adalah keliling dan luas segitiga ABC pada gambar di samping, maka

K = AB + BC + CA L = b. Segi empat

Segi empat merupakan bangun datar yang memiliki empat buah sisi. Kalian dapat mengamati benda-benda disekitar, seperti papan tulis, bingkai foto, ubin/lantai di kelasmu, sampai layang-layang yang sering kalian mainkan.

Menurut Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni (2008: 250), secara umum, ada enam macam bangun datar segi empat, yaitu persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium.

Persegi panjang adalah segi empat yang setiap sudutnya siku- siku dan sisi-sisi yang berhadapan sama panjang. Berikut dua sifat dari persegi panjang yang banyak digunakan.

Sifat 1. Diagonal-diagonal pada persegi panjang adalah sama panjang.

Sifat 2. Diagonal-diagonal pada persegi panjang saling membagi dua sama panjang (Nurharini dan Wahyuni, 2008: 252).

Menurut Willa Andrian Soekotjo Loedji (2008: 331) keliling dan luas persegi panjang dengan panjang p dan lebar l adalah

K = 2( ) dan L =

Persegi merupakan segi empat yang tiap sudutnya siku-siku dan tiap sisinya sama panjang. Ada beberapa sifat spesifik dari persegi yaitu sebagai berikut.

Sifat 1. Diagonal-diagonal pada persegi sama panjang Gambar 2.3 Bangun Segitiga ABCD

(18)

Sifat 2. Diagonal-diagonal pada persegi saling membagi sama panjang.

Sifat 3. Diagonal-diagonal pada persegi saling berpotongan tegak lurus.

Sifat 4: Diagonal-diagonal persegi membagi dua sudut-sudut persegi menjadi dua bagian sama besar yaitu 45°

(Nurharini dan Wahyuni, 2008: 256).

Menurut Willa Andrian Soekotjo Loedji (2008: 337) keliling dan luas persegi dengan panjang sisi s adalah

K = 4s dan L = s2

Dari sifat-sifat di atas, sifat 1 dan 2 dimiliki oleh persegi panjang sehingga bisa dikatakan bahwa persegi adalah bentuk khusus dari persegi panjang. Jadi kita bisa membuat definisi baru untuk persegi yaitu persegi panjang yang semua sisinya sama panjang.

Selanjutnya jajargenjang adalah segi empat yang sisi-sisi berhadapannya sejajar. Berikut beberapa sifat penting pada jajargenjang.

Sifat 1. Pada jajargenjang sisi-sisi yang berhadapan sama panjang.

Sifat 2. Pada jajargenjang diagonal-diagonalnya saling berpotongan dan membagi dua sama panjang.

Sifat 3. Sudut-sudut yang berhadapan sama besar.

Sifat 4. Sudut-sudut yang berdekatan berjumlah 180° (Nurharini dan Wahyuni, 2008: 262).

Menurut Willa Andrian Soekotjo Loedji (2008: 326) keliling dan luas jajargenjang dengan panjang sisi alas a dan sisi lainnya b, serta tinggi t dirumuskan dengan

K = 2(a + b) dan L =

Jenis segi empat yang keempat adalah belah ketupat. Belah ketupat adalah segi empat yang semua sisinya sama panjang. Dari definisi ini jelas akan menghasilkan sisi-sisi yang berhadapan akan

(19)

sejajar. Sehingga kita bisa mendefinisikan belah ketupat dengan cara lain yaitu jajargenjang yang semua sisinya sama panjang. Hal ini menghasilkan beberapa sifat dari belah ketupat.

Sifat 1. Diagonal-diagonalnya saling berpotongan tegak lurus.

Sifat 2. Diagonal-diagonal pada belah ketupat saling membagi dua sama panjang.

Sifat 3. Diagonal-diagonal belah ketupat membagi sudut-sudut menjadi dua bagian sama besar (Nurharini dan Wahyuni, 2008: 267).

Belah ketupat sebenarnya merupakan bentuk khusus dari jajargenjang. Dengan demikian semua sifat yang dimiliki jajargenjang akan dimiliki belah ketupat.

Menurut Willa Andrian Soekotjo Loedji (2008: 340) keliling dan luas belah ketupat dengan panjang sisi s serta diagonal d1 dan d2 dirumuskan dengan

K = 4s dan L =

Selanjutnya trapesium adalah segi empat yang memiliki sepasang sisi sejajar.

Menurut Willa Andrian Soekotjo Loedji (2008: 343) Keliling dan luas trapesium dengan panjang sisi sejajar a dan b, panjang sisi tidak sejajar c dan d, serta tinggi t adalah

K = a + b + c dan L =

Jenis bangun datar yang lain adalah layang-layang. Layang- layang adalah segi empat yang sepasang sisi berdekatannya sama panjang. Sifat-sifat yang dimiliki layang-layang antara lain sebagai berikut.

Sifat 1. Diagonal terpanjang membagi dua sudutnya menjadi dua bagian sama besar.

Sifat 2. Sudut-sudut yang berhadapan yang dilalui diagonal terpendek sama besar.

(20)

Sifat 3. Diagonal-diagonal pada layang-layang saling berpotongan tegak lurus (Nurharini dan Wahyuni, 2008: 271).

Menurut Willa Andrian Soekotjo Loedji (2008: 341) keliling dan luas layang-layang dengan sisi pendek a dan sisi panjang b serta diagonal d1 dan d2 adalah

K = 2(a + b) dan L =

Kalau dicermati masing-masing segi empat, maka terdapat kesamaan atau kemiripan sifat antara segi empat satu dengan yang lain. Secara ringkas akan ditunjukkan sebagai berikut:

Bagan 2.1 Kesamaan antar Segi Empat

Kasus

Pada gambar dibawah, ABCD adalah sebuah persegi, P dan Q adalah titik tengah dari sisi-sisinya. Berapakah perbandingan dari luas segitiga DPQ terhadap luas persegi (Hartono, 2014:16).

SEGI EMPAT

TRAPESIUM LAYANG-LAYANG

JAJARGENJANG

PERSEGI PANJANG BELAH KETUPAT

PERSEGI

(21)

Pembahasan

Penyelesaian umum terhadap permasalahan ini yaitu dengan meninjau sebuah persegi dengan sisi x, kemudian mencari luas daerah 3 segitiga siku-siku dan menjumlahkannya serta mengurangkannya dengan luas persegi untuk memperoleh luas segitiga DPQ.

Namun, jika kita lihat dari sudut pandang yang lain, soal ini akan lebih mudah dikerjakan.

Pilih E dan F sebagai titik tengah dari CD dan AD,

Luas segitiga APD = Luas ABCD Luas segitiga QCD = Luas ABCD Luas segitiga PBQ = Luas ABCD Jumlah luas ketiga segitiga tersebut

adalah .

Sehingga, luas DPQ adalah dari luas persegi.

A P B

Q

D D

A P B

Q

D C

Gambar 2.4

Bangun Segitiga dalam Bangun Segi Empat

Gambar 2.5

Perbandingan Luas Segitiga Terhadap Luas Persegi

(22)

6. Efektivitas dan Hasil belajar

Menurut Handayaningrat, efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Sedangkan menurut Mulyasa, efektivitas adalah bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya alam sebagai usaha untuk mewujudkan tujuan operasionalnya (Fatimatun, 2012: 20).

Efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju dan bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional (http://eprints.uny.ac.id).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu kondisi yang menunjukkan tingkat tercapainya suatu tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.

Kriteria efektivitas yang diharapkan adalah suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Dibawah ini merupakan kriteria keefektivan sebagai berikut (http://eprints.uny.ac.id):

a. Ketuntasan belajar sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai 60 dalam peningkatan hasil belajar.

b. Hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara nilai pretest dan posttes.

c. Metode pembelajaran yang efektiv jika ada peningkatan prestasi belajar siswa dan hasil belajar siswa

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keefektivan suatu pembelajaran dilihat dari berbagai kriteria termasuk penggunaan metode pembelajaran yang melibatkan penggunaan bahan ajar.

Menurut Nana Sujana dalam bukunya Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar yang dikutip oleh Sopi Sopianti, dkk (2011: 63-64) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

(23)

Hasil belajar adalah perubahan perilaku individu yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Perubahan perilaku tersbut diperoleh setelah siswa menyelesaikan program pembelajarannya melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan belajar (Rasmono, 2012: 10).

Berdasarkan dua paragraf di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan belajar.

B. Tinjauan Hasil Penelitian yang Relevan

Untuk menghindari duplikasi dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan terdahulu yang ada kaitannya dengan masalah penelitian yang akan dilakukan, maka peneliti mencoba menelusuri beberapa penelitian yang sudah dilaksanakan oleh mahasiswa di beberapa perguruan tinggi. Dari hasil penelusuran tersebut ditemukan lima buah hasil penelitian yang ada kemiripan dengan masalah penelitian yang akan diteliti, yakni:

1. “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Siswa Menggunakan Pendekatan Problem Solving Dan Yang Menggunakan Pendekatan Deduktif Dalam Penyelesaian Soal Cerita (Studi Pada Pokok Bahasan Aritmatika Sosial Di MTsn Maleber Kabupaten Kuningan)”. Diteliti oleh Mohamad Ali, mahasiswa Program Studi Tadris Matematika Jurusan Tarbiyah STAIN Cirebon Tahun 2004, Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai Derajat Sarjana S-1. Dari hasil penelitian yang diperoleh perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan pendekatan problem solving dan yang menggunakan pendekatan deduktif dalam penyelesaian soal cerita di MTsN Maleber. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari selisih nilai rata-ratanya yaitu 121,55 – 111,13 = 10,42 dan berdasarkan analisis data menggunakan uji t diperoleh thitung sebesar 3,51 dan ttabel

(24)

dengan dk (NX+NY-2)= 74 dan taraf signifikan 0,01 didapat ttabel sebesar 2,31, sehingga thitung > ttabel.

2. “Pengembangan Modul Matematika Dengan Pendekatan Pemecahan Masalah Sebagai Sumber Belajar Siswa Kelas VII SMP”. Diteliti oleh Latifah Nuraini, mahasiswi Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2012, Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai Derajat Sarjana S-1. Dari hasil penelitian yang diperoleh adalah modul matematika dengan pendekatan pemecahan masalah sebagai sumber belajar SMP materi keliling dan luas persegi panjang dan persegi yang dikembangkan, berdasarkan tiga kriteria modul yaitu kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan telah memenuhi standar minimal kualitas modul. Kevalidan ditunjukkan dalam dua aspek yaitu aspek materi yang diperoleh persentase penilain 75% menunjukkan kategori kualitatif baik (B) dan aspek tampilan memperoleh persentase penilaian 79%

menunjukkan kategori kualitatif baik (B), maka kualitas kevalidan modul adalah valid. Kepraktisan ditentukan oleh penilaian guru terhadap kepraktisan modul memperoleh persentase 72% menunjukkan kategori kualitatif baik (B) dan modul memperoleh respon positif siswa, maka kualitas kepraktisan modul adalah praktis. Kefektifan dinilai berdasarkan banyak siswa yang lulus KKM sekolah yaitu 78,125% siswa yang menunjukkan keefektifan tinggi.

3. “Pengembangan Bahan Ajar Handout System Penerimaan Televise Di SMK PIRI 1 Yogyakarta”. Diteliti oleh Sidik Tri Raharjo dan Drs.

Abdul Halimi Sunawi, mahasiswa dan Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT UNY pada tahun 2011, Jurnal untuk memenuhi tugas akhir. Dari hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa Handout pembelajaran sistem penerima televisi yang dikembangkan layak digunakan untuk mendukung pembelajaran tersebut. Hal tersebut didasarkan atas penilaian yang diberikan oleh dosen ahli materi satu memperoleh rata-rata skor keseluruhan sebesar 4, guru Program Studi

(25)

Teknik Audio Video sebagai ahli materi dua memperoleh rata-rata skor keseluruhan sebesar 3,58, ahli media 1 memperoleh rata-rata nilai sebesar 4,05, ahli media 2 memperoleh rata-rata nilai sebesar 4,05 dan hasil yang didapat dari uji coba I, II, dan III diperoleh rata-rata nilai sebesar 4,10. Rata-rata keseluruhan nilai yang didapat dari ahli materi, ahli media dan siswa tersebut jika disesuaikan dengan tabel 5 yang berada di BAB III mengindikasikan bahwa handout sistem penerima televisi ini “layak” untuk dijadikan media pembelajaran karena standar kelayakan apabila rata-rata keseluruhan tidak kurang dari batas minimal yaitu “baik”.

4. “Pengembangan Handout Berbasis Pendidikan Karakter Pada Materi Pencemaran Lingkungan Untuk Siswa SMA/MA Kelas X Berdasarkan Standar Isi”. Diteliti oleh Turnasih, mahasiswi Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2013, Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai Derajat Sarjana S-1. Dari hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa handout berbasis pendidikan karakter telah memenuhi kriteria kualitas handout yang baik, hasil penelitian oleh ahli materi memperoleh nilai 89,01% dengan kategori sangat baik (SB), penilaian ahli media memperoleh nilai 89,72% dengan kategori sangat baik (SB), penilaian peer reviewer memperoleh nilai 85,46% dengan kategori sangat baik (SB), penilaian guru biologi memperoleh nilai 74,45% dengan kategori baik (B), dan penilaian siswa MAN Maguwoharjo Yogyakarta memperoleh nilai 96,79% dengan kategori sangat baik (SB).

5. “Pengembangan Student Worksheet Berbasis Inggris Berbasis Konstruktivisme dengan Pendekatan Pemecahan Masalah Pada Pembelajaran Matematika Materi Aritmatika sosial Sederhana Untuk SMP VII Kelas Bilingual”. Diteliti oleh Sanni Merdekawati, mahasiswi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2011,

(26)

Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Dari hasil penelitian yang diperoleh, dapat dikatakan student worksheet bermanfaat diterapkan di kelas, serta penggunaannya dalam pembelajaran. Kualitas kevalidan student worksheet meunjukkan rata-rata skor setiap validator adalah 4,01 yang berarti sangat valid, dan student worksheet didasarkan pada landasan teoritik yang kuat. Kualitas kepraktisan menggunakan angket respons siswa menunjukkan rata-rata skor aktual siswa adalah 3,03 yang berarti praktis, sedangkan menggunakan perhitungan observasi pembelajaran mengungkapkan proses pembelajaran dengan student worksheet mencapai 81,6% yang berarti sangat praktis, jadi dapat dikatakan student worksheet bermanfaat diterapkan di kelas, serta penggunaannya dalam pembelajaran termasuk tinggi. Kualitas keefektifan menggunakan tes hasil belajar siswa menunjukan bahwa persentase ketuntasan adalah 80,56% yang berarti sangat efektif dan pembelajaran dengan student worksheet berlangsung efektif, serta sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Dari kelima hasil penelitian diatas, terdapat kesamaan dengan penelitian yang dilakukan penulis yaitu, “Pengembangan Handout dengan pendekatan pemecahan masalah”, namun kelima hasil penelitian tersebut tidak ada yang persis sama dengan masalah yang akan diteliti.

Hasil penulusuran pertama, hampir sama variabelnya yaitu menggunakan pendekatan pemecahan masalah namun yang akan peneliti lakukan bukan mencari perbandingan kedua pendekatan tetapi pengembangan bahan ajar yaitu handout.

Hasil penelusuran kedua, variabel terikatnya hampir sama namun yang akan peneliti kembangkan adalah bahan ajar berbentuk handout.

Hasil penelusuran ketiga, variabel terikatnya hampir sama yaitu pengembangan handout. Pengembangan handout tersebut digunakan bukan pada pembelajaran matematika. Yang akan peneliti lakukan adalah pengembangan handout pada materi matematika yaitu segitiga dan segi empat.

(27)

Hasil penelitian keempat, variabel terikatnya hampir sama yaitu pengembangan handout namun yang akan peneliti lakukan adalah pengembangan handout dengan pendekatan pemecahan masalah pada materi segitiga dan segi empat.

Hasil penelusuran kelima, pengembangan yang dilakukan menggunakan pendekatan yang sama tetapi yang akan dikembangkannya berbeda. Yang telah dilakukan adalah pengembangan Student Worksheet, sedangkan yang akan dilakukan peneliti yaitu pengembangan handout.

Oleh karena itu, penelitian dengan judul “Pengembangan Handout dengan Pendekatan Pemecahan Masalah Pada Pokok Bahasan Segitiga dan Segi Empat Di Kelas VII MTs Negeri Kandanghaur” layak dilakukan karena masalah yang akan diteliti bukan duplikasi dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

C. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran merupakan proses interaksi antara pendidik dan peserta didik pada suatu lingkungan belajar dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pembelajaran matematika salah satunya adalah memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

Keberhasilan proses pembelajaran dapat ditentukan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor keberhasilan proses pembelajaran matematika adalah pemilihan bahan ajar yang baik. Bahan ajar yang baik merupakan bahan ajar yang dapat memenuhi tujuan dari pembelajaran yang dalam hal ini adalah tujuan dari pembelajaran matematika yaitu memecahkan suatu masalah. Kemampuan memecahkan masalah tentu saja membutuhkan suatu bahan ajar yang tepat untuk dapat menunjang suatu proses pembelajaran.

Ketersediaan handout sebagai bahan ajar yang ada menjadi media yang tepat untuk dapat memenuhi tujuan dari pembelajaran matematika.

(28)

Handout yang materinya disusun dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah disebut handout dengan pendekatan pemecahan masalah. Materi segitiga dan segi empat merupakan materi yang ada pada matematika. Materi ini diajarkan mulai dari tingkat sekolah dasar. Konsep pembelajaran materi segitiga dan segi empat dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika adalah pembelajaran yang sekiranya dapat melatih strategi-strategi penyelesaian masalah.

Pengembangan handout dengan pendekatan pemecahan masalah sebagai bahan ajar harus memperhatikan beberapa kriteria penilaian sebagai dasar penentuan karakteristik handout tersebut. Kriteria kualitas handout dilihat dari tiga aspek yaitu aspek kualitas isi, aspek kebahasaan dan sistematika, dan aspek kualitas tampilan. Kualitas handout dengan pendekatan pemecahan masalah dalam penelitian ini akan dinilai oleh ahli materi dan ahli media dengan menggunakan lembar validasi. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dibuat suatu bahan ajar yaitu handout yang akan dinilai oleh ahli dengan kriteria penilaian tertentu, sehingga dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui kualitas handout tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Jika Peserta Pameran tidak melaporkan disain konstruksi Ruang Pamer-nya yang akan dibangun kepada Penyelenggara sebelum masa pembangunan dimulai, maka Peserta Pameran dimungkinkan

Manfaat dari pengabdian ini adalah untuk membantu komunitas Yope Belawan dalam meningkatkan penjualan melalui pemasaran dan promosi yang dilakukan dengan menggunakan

245 TK MARDIRINI 1 WONOSALAM KECAMATAN WONOSALAM 246 TK MARDIRINI 2 WONOSALAM KECAMATAN WONOSALAM 247 TK MARDISIWI MRANGGEN KECAMATAN MRANGGEN 248 TK MARGO UTOMO

Dewa Made Mayun (Ketua Pura Dadia Dalem Paruman, Banjar Adat Wangbung, Desa Pakraman Guwang, Kecamatan

menunjukkan aktivitas insektisida bagus, hampir semua turunan yang diuji memiliki efektifitas inhibitor asetilklorinesterase lebih rendah daripada karbofuran, tetapi masih

PLTM (Pembangkit Mini Hidro) termasuk ke dalam jenis pembangkit run off river karena memanfaatkan aliran Sungai Damar untuk membangkitkan tenaga listrik dan

Judul Skripsi : Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Audit Laporan Keuangan Pada KAP di Surabaya.. Menyatakan bahwa

ROAt-1 dan ROEt-1 Terhadap Profitabilitas Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa variabel kontrol profitabilitas tahun lalu memiliki nilai p-value sebesar 0,000 baik pada