• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. fungsional Logistic merupakan unit bisnis yang memiliki fungsi sebagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. fungsional Logistic merupakan unit bisnis yang memiliki fungsi sebagai"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Logistic merupakan bagian penting bagi setiap perusahaan, secara fungsional Logistic merupakan unit bisnis yang memiliki fungsi sebagai penghubung secara langsung maupun tidak langsung antara perusahaan dengan pelanggannya (Customer). Logistic dalam menjalankan fungsinya terkait dua hal, yaitu: pengelolaan dan perencanaan persediaan, serta layanan pengiriman terhadap pelanggan perusahaan. Dua hal ini merupakan kunci perusahaan dalam menjaga kepercayaan pelanggan dan merupakan bagian dari upaya perusahaan dalam meningkatkan nilai penjulan. Tanpa memiliki kesiapan dan kompetensi logistik yang memadai, perusahaan tidak akan mampu menghadirkan produk secara efektif dan efisien. Terkait dua hal tersebut pula, secara umum kegiatan logistik adalah melakukan proses perencanaan, pengaturan, penerimaan barang dan pengiriman barang sehingga kegiatan logistik meliputi masalah transportasi, inventarisasi, koordinasi dan komunikasi, penempatan lokasi fasilitas, serta pengaturan penanganan dan penyimpanan barang. Secara umum dapat disimpulkan bahwa tujuan dari fungsi dan proses logistik adalah untuk memenuhi kebutuhan barang yang sesuai ke tempat yang tepat, pada waktu yang tepat dan pada kondisi yang diinginkan, sehingga memberikan manfaat bagi perusahaan.

Industri makanan (FMCG), merupakan industri yang memerlukan

perhatian khusus terhadap manajemen persediaannya, hal tersebut terkait ketatnya

persaingan industri dalam memenuhi kebutuhan pelanggan atau konsumen

(2)

terhadap produk. Perusahaan pada industi ini, hanya akan berhasil dan sukses menjalankan usahanya apabila mampu bersaing dalam hal kemampuannya menyediakan produk atau barang pada jumlah, waktu, dan tempat yang tepat.

Oleh karenanya, logistik pada industri ini merupakan bagian terpenting sebagai unit fungsional operasional bisnis perusahaan.

Logistik dalam industri makanan (FMCG) harus mampu memiliki kompetensi untuk menyediakan atau mensuplai barang pada jumlah permintaan yang tepat sesuai kebutuhan pelanggan atau konsumen. Salah satu upaya untuk menghindari adanya potensi ke-tidaktersediaannya barang karena adanya tingkat jumlah permintaan yang bervariasi membutuhkan dilakukannya perhitungan adanya sejumlah Stock Product yang di pertimbangkan sebagai level stok pengaman. Pertimbangan adanya stok pengaman tersebut haruslah pula memperhatikan tingkat perputaran barang dan tingkat biaya yang timbul dikarenakan adanya persediaan tersebut. Kemampuan kompetensi tersebutlah maka perusahaan akan mampu menghadirkan produk secara efektif dan memiliki kompetensi biaya yang efisien.

PT. Central Proteina Prima,Tbk (CP Prima) merupakan sebuah perusahaan

akuakultur terkemuka di Indonesia yang bergerak dibidang pakan dan makanan

udang dan ikan olahan. Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dibidang

makanan, CP Prima memiliki sistem Logistic yang terintegrasi sebagai salah satu

unit operasional bisnis. Logistic pada CP Prima merupakan unit operasional yang

memiliki fungsi sebagai pendukung terciptanya nilai penjualan pada tingkat yang

(3)

ditargetkan. Fungsi support tersebut mengarahkan kompetensi Logistic dalam beberapa hal, yaitu:

a) Mendukung tercapainya Supplai barang/produk sesuai Demand yang diharapkan.

b) Melakukan efektifitas dan efisiensi proses dalam mencapai Supplai barang/produk sesuai Demand yang diharapkan tersebut.

Distribution Center-Jakarta (DC-Jakarta) merupakan salah satu unit operasional bisnis CP Prima yang menjalankan fungsinya sebagai pusat logistik untuk kegiatan distribusi produk guna memenuhi kebutuhan permintaan produk pasar domestik dalam negeri (National Market), dalam menjalankan operasionalnya DC-Jakarta mendukung tercapainya ketersediaan tingkat jumlah produk di DC untuk memenuhi kebutuhan adanya permintaan dari pasar nasional, baik area cabang maupun permintaan dari Market Chanel (seperti DC-Chanel Market MTKA, horeca Chanel Market, institution Chanel Market, dll). Untuk mencapai ketersediaan produk tersebut, dilakukan dengan melakukan proses pengadaan produk melalui proses suplai dari Plant (Manufactur) di Lampung, Surabaya serta Jakarta ke Central Warehouse DC-Jakarta.Secara umum Logistic- CWH Distribution Center-Jakarta (DC-Jakarta) memiliki 3 fungsi operasional, yaitu:

a) Fungsi Supply in (Inbond Delivery), yaitu fungsi operasional dalam

melakukan proses suplai produk jadi (finished goods) dari Processing Plant ke

CWH-DC untuk menjaga ketersediaan jumlah produk dalam upaya memenuhi

permintaan cabang-cabang operasional dan Domestic Market.

(4)

b) Fungsi Supply out (Outbond Delivery), yaitu fungsi operasional dalam melakukan proses suplai produk jadi (finished goods) dari CWH-DC ke gudang cabang dan Domestic Market Customer.

c) Fungsi Warehouse Management, yaitu fungsi operasional terkait pengendalian dan penanganan inventory dan kegiatan lainnya di CWH-DC.

Gambar 1.1.Alur Fungsi Operasional Logistic CWH-DC Sumber : SOP Logistic

Fungsi Supply in merupakan fungsi yang berhubungan dengan support

Logistic terhadap upaya tercapainya Supplai barang/produk pada tingkat yang

direncanakan sesuai tingkat Demand Sales Forecast yang ditargetkan. Upaya

pemenuhan suplai produk jadi (finished good) dari Processing Plant ke DC oleh

Logistic CP Prima dilakukan dengan menerapkan pendekatan dengan perhitungan

menggunakan konsep model Supply Requirement Planning (SR Planning),

sebagai dasar awal dari informasi jumlah Demand dan supplai yang akan terjadi

pada satu periode kedepan (satu bulan). Proses fungsi Supply in merupakan fungsi

terkait strategi perencanan distribusi yang terbentuk dari adanya pengaturan

kebutuhan dan perencanaan awal kebutuhan, hal tersebut dilakukan sebagai

(5)

persiapan terkait keputusan untuk memenuhi tingkat layanan yang diberikan dengan biaya yang minimum (Hubneret.all : 2016). Berikut adalah Review adanya gap antara SR Planning terhadap realisasi aktual suplai yang terjadi selama periode berjalan tahun 2015.

Gambar1.2. Chart of SRPlaning Vs Actual Realisation Supply GAP

Sumber : Data SR Planing Vs Realisasi Review DC-Jakarta 2014-2015

Review gambar 1.2, ditemukan informasi bahwa selama periode tersebut terjadi Gap antara SR Planning dengan Aktual realisasi. Adanya gap tersebut merupakan indikator dari tingkat realisasi antara jumlah Stock yang direncanakan dalam SR Planning dengan jumlah aktual yang tersuplai dari Plant ke DC selama periode tersebut.

Adanya Gap tingkat suplai realisasi terhadap tingkat SR Planning akan menimbulkan dampak pada tingkat efektifitas dan efisiensi operasional Logistic yang terjadi. Apabila jumlah SR Planning lebih besar dari jumlah aktual suplai yang terrealisasi (tingkat pencapaian terhadap SR Planning dibawah nilai 100%), umumnya menimbulkan adanya potensi ketidaktersediaan stok yang terjadi untuk

- 250,000 500,000

Supply Planing Actual Realisation of Supply

(6)

memenuhi Demand (Out of Stock). Adapun Apabila jumlah SR Planning lebih kecil dari jumlah aktual suplai yang terrealisasi (tingkat pencapaian terhadap SR Planning diatas nilai 100%), apabila tidak diimbangi dengan Demand yang tinggi juga, umumnya menimbulkan adanya potensi overload warehouse yang disebabkan oleh overload Stock.

.

Gambar1.3. Tingkat pencapaian Realisasi Supplai terhadap SR Planning

Sumber : Data SR Planing Vs Realisasi Review DC-Jakarta 2014-2015

Gambar 1.3 menggambarkan historikal dari tingkat prosentase pencapaian

realisasi terhadap SR Planning. Ditemukan informasi pada beberapa periode

tingkat realisasi kurang dari 100%, yang berarti pada periode tersebut jumlah

produk yang di supplai ke DC-Jakarta masih kurang dari tingkat jumlah SR

Planning atau jumlah yang direncanakan, demikian sebaliknya didapatkan pula

informasi pada beberapa periode tingkat realisasi lebih dari 100%, yang berarti

pada periode tersebut jumlah produk yang di supplai ke DC-Jakarta masih

melebihi dari dari tingkat jumlah SR Planning atau jumlah yang direncanakan.

(7)

Jumlah ke-tidaktersediaan stok dalam jumlah yang relatif besar akan berpotensi menurunkan tingkat Service Level ketersedian stok yang diberikan logistik dalam menjalankan fungsinya mendukung tercapainya pemenuhan terhadap jumlah yang terjadi. Sementara itu, Apabila jumlah SR Planning lebih kecil dari jumlah aktual realisasi yang terjadi (tingkat pencapaian terhadap SR Planning lebih dari 100%), umumnya menimbulkan adanya potensi kelebihan jumlah stok di gudang (over Stock on warehouse), hal tersebut tejadi apabila tingkat terpenuhinya SR Planning tidak di imbangi dengan jumlah Demand yang terjadi. Terjadinya Over Stock yang tidak diimbangi dengan jumlah Demand yang terjadi akan berdampak pada timbulnya overload warehouse capacity yaitu kondisi dimana kapasitas gudang sudah melebihi batas kapasitas yang wajar, hal tersebut akan berdampak pada adanya kenaikan tingkat inventory dan handling cost, serta bisa berpotensi terhadap terjadinya kerusakan barang.

Gambar1.4. Chart of SR Realisation Volume Vs Unfullfill Realisations Volume

Sumber : Data SR Planing Vs Realisasi Review DC-Jakarta 2015

(8)

Gambar 1.4 menunjukan bahwa adanya gap antara SR Planning dengan aktual realisasi, meskipun dari Grafik realisasi pencapaian banyak mendekati point 100%, namun jika dilihat dengan pendekatan tonase maka dapat ditemukan nilai yang cukup besar yang tentu kecendrungannya akan menujukan indikasi adanya potensi Service Level ketersediaan jumlah produk (availability of Stock) yang berkurang.

Fungsi kedua dari operasional Logistic CWH-DC adalah fungsi Supply out, yaitu proses yang terkait dengan kegiatan dan upaya Logistic CWH-DC untuk melakukan supplai produk jadi (finished goods) dari CWH-DC ke warehouse cabang dan Customer-Customer lainnya dalam lingkup Chanel Market domestic Market berdasarkan tingkat Demand yang diberikan. Ukuran keberhasilan dari proses tersebut ditunjukan dengan indikator Service Level Logistic, yang merupakan ukuran prosentase perbandingan antara tingkat jumlah yang terpenuhi untuk disuplai dengan Demand supplai yang terjadi.

Berikut adalah Grafik Service Level Logistic-CWH DC selama periode 2015, seperti berikut;

Gambar1.5. Service Level 2014-2015

Sumber : Data KPI-Service Level DC-Jakarta 2015

(9)

Grafik Service Level selama periode 2015 menunjukan pada beberapa periode didapatkan pencapaian Service Level terhadap Customer tidak mencapai target yang diharapkan yaitu pada point 95% baik dari sisi ketersediaan produk maupun terkait support proses Logistic yang juga merupakan implikasi dari pencapaian realisasi rencana suplai produk dari Plant yang sudah direncanakan (SR Planning). Service Level yang rendah tentu merupakan indikator dari tidak tercapainya pemenuhan terhadap tingkat permintaan produk yang ada, semakin rendah realisasi pemenuhan tingkat permintaan yang ada yang ditunjukan dengan penurunan Service Level merupakan indikasi dari tidak tercapainya nilai penjualan dari adanya potensi penjualan yang ada, hal tersebut merupakan kerugian dari sisi kehilangan kesempatan penjualan.

Fungsi selanjutnya dari operasional Logistic-CWH-DC yaitu fungsi warehouse management fungsi operasional terkait pengendalian dan penanganan inventory dan kegiatan lainnya di CWH-DC. Fungsi ini adalah fungsi yang berorientasi pada kompetensi untuk melakukan efektifitas dan efisiensi proses dalam operasionalisasi warehouse dan kegiatan pendistribusian produk. Indikator dari fungsi ini adalah pengendalian tingkat perputaran produk jadi atau persedian yang berada pada tingkat yang optimal dari sisi penjualan dan penanganan persediaan, dengan tetap menjaga efisiensi biaya selama operasionalisasi Logistic berjalan.

Salah satu indikator keberhasilan dari operasional Logistic dalam proses

warehouse management adalah pengendalian Logistic Cost yang terjadi. Logistic

Cost merupakan indikator dari tingkat efekktifitas dan efisiensi operasional

(10)

logistik dalam satu periode. Logistic Cost meliputi keseluruhan biaya yang terjadi dari adanya supply in, handling and carring process, serta supply out process.

Besarnya rasio Logistic Cost ditentukan dengan besarnya Logistic Cost dibandingkan dengan jumlah Demand yang terjadi.

Gambar 1.6.Logistic Cost2014- 2015 Sumber : Data KPI- Logistic Cost DC-Jakarta 2015

Total minimum biaya pada alur distribusi memiliki hubungan terkait dengan sistem suplai serta ukuran lotsize pengiriman. Jika tingkat permintaan meningkat dengan diikuti oleh meningkatnya biaya logistik yang terjadi maka biaya pada proses suplai akan meningkat (Biswajit Sarkar: 2012). Secara umum pengelolaan sistem Logistic yang terintegrasi bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara tingkat layanan yang diberikan dengan biaya yang terjadi sebagai elemen inti dari manajemen logistik (Fernie and Spark; 2009).

Adanya permasalahan dan potensi permasalahan yang terjadi dari adanya GAP antara SR Planning terhadap realisasi aktual yang terjadi maka perlu diperhitungkan tingkat SR Planning yang optimal untuk meyeimbangkan antara

0%

8%

16%

Logistic Cost Ratios (%)

Target Cost Ratio to Sales Logistic Cost Ratio (% of Sales)

(11)

tingkat support logistik terhadap suplai yang direncanakan dengan tingkat Demand yang akan terjadi sehingga menjadi salah satu faktor penentau terkait Logistic Service Level yang diberikan selain itu, perlu juga dikaji dan diketahui juga mengenai metode yang dapat diterapkan sebagai salah satu bentuk improvisasi sehingga selanjutnya didapatkan model SR Planning yang terintegrasi terhadap upaya untuk meningkatkan Logistic Service Level dengan tetap mempertimbangkan efisiensi Logistic Cost, dalam memenuhi tingkat kompetensi pangsa pasar yang tinggi, rantai pasok harus di rancang untuk dapat menemukan pertemuan antara karakteristik dengan kebutuhan pelanggan, dengan perubahan karakteristik produk melalui proses Product life cycle yang cepat berubah-ubah maka konsekuensinya strategi rantai pasok harus berada pada pola yang dinamis untuk meningkatkan kompetensi (Aitken at all:2003). Sebagai salah satu upaya untuk memperoleh solusi dari adanya permasalahan tersebut, maka dilakukanlah penelitian ini dengan judul :“Analisis Perancangan Strategi Improvement SR Planning untuk meningkatkan Logistic Support Performance pada Logistic DM Dept. PT. Central Proteina Prima, Tbk”.

1.2. Identifikasi, Perumusan, dan Batasan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diketahui latar belakang penelitian sebagai identifikasi permasalahan yang ada adalah sebagai berikut:

a) DC-Jakarta sebagai unit operasional logistik CP Prima memiliki tujuan dan

fungsi operasional untuk mendukung tercapainya Supplai barang/produk

(12)

sesuai Demand yang diharapkan serta melakukan efektifitas dan efisiensi proses dalam mencapai Supplai barang/produk sesuai Demand yang diharapkan tersebut sesuai fungsi operasional logistik pada Gambar 1.1.

b) Adanya Gap tingkat suplai realisasi terhadap tingkat SR Planning akan menimbulkan dampak pada tingkat efektifitas dan efisiensi operasional Logistic yang terjadi. Gap tersebut dapat ditunjukan pada Gambar 1.2 dan Gambar 1.4.

c) Adanya beberapa periode dimana Service Level tidak tercapai sesuai target yang diharapkan (ditunjukan pada Gambar 1.5) dan ditemukan adanya trend kenaikan pada Logistic Cost seperti ditunjukan pada Gambar 1.6.

1.2.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka didapatkan pokok permasalahan yang diteliti, adapun rumusan pemasalahan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Bagaimana Implementasi Supply Requirement Planning (SR Planning) dan Logistic Support Performance pada logistic-DM Dept. CP Prima ?.

b) Bagaimana formulasi prediksi (persamaan matematis) pada model SR Planning untuk menentukan tingkat realisasi suplai optimum (Optimum Realisations of Supply) sehingga dapat meningkatkan Logistic Support Performace menjadi lebih efektif dan efisien ?

c) Bagaimana Perancangan implementasi Strategi Improvemet SR Planning

untuk meningkatkan Logistic Support Performance?

(13)

1.3.BatasanMasalah

Terkait perumusan masalah dari penelitian ini, guna memfokuskan orientasi dari analisa dan pembahasan maka pada penelitian ini dibatasi oleh beberapa hal sebagai berikut :

a) Permasalahan terkait proses dan pencapaian realisasi dari SR Planning hanya dibahas pada alur yang terkait dengan proses dan permasalahan Supply in Logistic, dan tidak mendalami permasalahan proses dan pencapaian realisasi dari SR Planning yang terkait proses produksi dll.

b) Permasalahan terkait proses dan pencapaian Service Level ke Customer hanya dibahas pada alur yang terkait dengan proses dan permasalahan Supply Out Logistic, dan tidak mendalami permasalahan proses dan pencapaian Service Level ke Customer yang terkait proses dan pencapaian dari Sales Achievment.

1.4.Maksud dan Tujuan Penelitian 1.4.1. Maksud Penelitian

Konsekuensi dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui

dan menganalisa sehingga dapat diketahui dan ditemukan Bagaimana Strategi

Manajemen Logistic CP Prima meningkatkan pencapaian SR Planning dengan

Realisasi Suplai yang terjadi (Actual Realisation Supply) secara optimal sehingga

mampu menjaga dan meningkatkan Logistic Service Level dengan tetap

mempertimbangkan efisiensi Logistic Cost.

(14)

1.4.2. Tujuan Penelitian

Tujuan daripada dilakukannya penelitian ini adalah untuk menjawab apa yang menjadi rumusan masalah yang dibuat, sehingga dari rumusan masalah yang ada maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui Bagaimana Implementasi SR Planning dan Logistic Support Performance pada Logistic DM Dept-CP Prima.

b. Untuk mengetahui bagaimana formulasi prediksi (persamaan matematis) pada model SR Planning untuk menentukan tingkat realisasi suplai optimum (Optimum Realisations of Supply) sehingga dapat meningkatkan Logistic Support Performace menjadi lebih efektif dan efisien.

c. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana Perancangan implementasi Strategi Improvemet SR Planning untuk meningkatkan Logistic Support Performance.

1.5.Manfaat dan Kegunaan Penelitiaan 1.5.1. Manfaat Penelitian

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terkait proses pengkajian dan analisis di bidang manajemen operasional dan sekaligus menjadi salah satu acuan terkait proses pengambilan keputusan dalam menentukan kebijakan operasional, khususnya pada bidang manajemen logistik.

1.5.2. Kegunaan Penelitian

Aspek kegunaan daripada penulisan ini memiliki dua aspek kegunaan,

yaitu aspek kegunaan teoritis serta aspek kegunaan secara praktis sebagai berikut :

(15)

1) Kegunaan secara teoritis (keilmuan)

Bagi Insan akademisi diharapkan penulisan ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi bahan perkuliahan, serta referensi dan tinjauan empiris bagi penelitian-penelitian selanjutnya, sehingga dengan penulisan ini juga akan memiliki kegunaan dalam hal memperkaya khazanah keilmuan.

2) Kegunaan secara praktis (guna laksana)

Penerapan dari adanya hasil kajian dan pengetahuan penulisan ini akan memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang terkait, yaitu:

a) Bagi CP Prima

Penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi perusahaan untuk dapat menggunakan hasil analisa sebagai bahan masukan guna pertimbangan dalam menentukan pengambilan keputusan terkait upaya perbaikan di bidang manajemen operasional khususnya pada fungsional logistik.

b) Bagi Pembaca

Sebagai bahan referensi oleh pembaca untuk menambah pengetahuan dan

juga untuk dapat mengembangkan penelitian selanjutnya, sehinga

bermanfaat guna meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam membuat

karya tulis ilmiah berikutnya. Penulisan ini bagi pembaca diharapkan juga

dapat menjadi sarana untuk menerapkan pengetahuan teoritis manajemen

operasional dan logistik, serta ilmu pengetahuan lainnya sehingga juga

menambah wawasan khazanah keilmuan.

Gambar

Gambar 1.1.Alur Fungsi Operasional Logistic CWH-DC Sumber : SOP Logistic
Gambar 1.3 menggambarkan historikal dari tingkat prosentase pencapaian realisasi terhadap SR Planning
Gambar 1.4 menunjukan bahwa adanya gap antara SR Planning dengan aktual realisasi, meskipun dari Grafik realisasi pencapaian banyak mendekati point 100%, namun jika dilihat dengan pendekatan tonase maka dapat ditemukan nilai yang cukup besar yang tentu kec
Grafik Service Level selama periode 2015 menunjukan pada beberapa periode didapatkan pencapaian Service Level terhadap Customer tidak mencapai target yang diharapkan yaitu pada point 95% baik dari sisi ketersediaan produk maupun terkait support proses Logi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Guru dan siswa berdiskusi tentang cara menentukan turunan fungsi aljabar dengan menggunakan rumus turunan fungsi aljabar.. Guru dan siswa mendiskusikan soal-soal turunan

Berdasarkan spektrum FT-IR pada Gambar 4, terlihat produk korosi pada permukaan baja yang direndam dalam air gambut selama 3 hari tanpa inhibitor memperlihatkan produk

Konfrontasi Indonesia­ Malaysia Pencerobohan Lahad Datu 2013 Komander Panglima Angkatan Tentera Jeneral Tan Sri Dato' Sri Zulkefli Mohd. Zin [1] Ketua Staf Markas

Misi penting dari inisiatif Nabi membuat Piagam Madinah adalah satu sisi Nabi berhasil menyatukan penduduk Madinah dalam perjanjian damai, sedang sisi lain menguntungkan Nabi

62 SAHAT SAURTUA BERNART H PEMBORAN JB III PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY 63 BAMBANG HERMANTO PEMBORAN JB III PT.. TRITAMA MEGA PERSADA 64 CAHYADI PEMBORAN JB III

Menendang bola merupakan suatu usaha untuk memindahkan bola dari seuatu tempat ke tempat lain menggunakan kaki atau menggunakan bagian kaki. Menendang bola

Ibu Misra Hartati, M.T., selaku Koordinator Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau.. Ibu Nofirza ST, M.sc., selaku

Adaptasi penglihatan pada hewan nokturnal khususnya terjadi di retina matanya, karena retina merupakan bagian dari mata yang berperan dalam melihat warna.. Dari