• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI USTADZ DAN SANTRI DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN AN-NUQTHAH TANGERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMUNIKASI ANTARPRIBADI USTADZ DAN SANTRI DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN AN-NUQTHAH TANGERANG"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

TANGERANG SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh : Ahmad Rifqi Arief Maulana

NIM 11170510000239

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021

(2)

DI PONDOK PESANTREN MODERN AN NUQTHAH TANGERANG

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Oleh :

Ahmad Rifqi Arief Maulana NIM : 11170510000239

Dosen Pembimbing

Kalsum Minangsih, M. A.

NIP : 197704242007102002

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H / 2021

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini yang berjudul: “KOMUNIKASI ANTARPRIBADI USTADZ DAN SANTRI DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN AN NUQTHAH TANGERANG” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16 Agustus 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sosial (S.Sos) pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

(4)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ahmad Rifqi Arief Maulana NIM : 11170510000239

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Komunikasi Antarpribadi Ustadz Dan Santri Dalam Pembentukan Karakter Santri Di Pondok Pesantren Modern An Nuqthah Tangerang adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi.

Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, jika ternyata skripsi ini merupakan plagiat dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan seperlunya.

Tangerang, 9 Juli 2021

Ahmad Rifqi Arief Maulana

(5)

i ABSTRAK

Nama : Ahmad Rifqi Arief Maulana NIM : 11170510000239

Komunikasi Antarpribadi Ustadz dan Santri Dalam Pembentukan Karakter Santri Di Pondok Pesantren Modern An Nuqthah Tangerang.

Komunikasi antarpribadi di Pondok Pesantren Modern An Nuqthah merupakan lembaga Islam yang membantu dan membina santri dari segi agama yang mencakup pembentukan karakter yang terjadi di Pondok Pesantren Modern An Nuqthah.

Hal terpenting dari proses pembentukan karakter adalah seorang ustadz dengan santri dilakukan dengan menekankan kedisiplinan santri. Salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan dalam proses pembentukan karakter adalah komunikasi antarpribadi.

Sehingga dibutuhkan sebuah pendekatan dan strategi komunikasi antarpribadi agar pesan yang disampaikan ustadz kepada santri dapat tercapai dengan baik, lancar dan efektif.

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, bagaimana pendekatan dan strategi kendali komunikasi antarpribadi dalam pembentukan karakter santri, apa pendukung dan penghambat dalam pembentukan karakter santri di Pondok Pesantren Modern An Nuqthah.

Metodologi dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif.

Teknik pengumpulan data dengan melakukan observasi langsung, wawancara dan dokumentasi. Teori yang digunakan adalah teori pendekatan komunikasi antarpribadi dan strategi komunikasi antarpribadi oleh Miller dan Steinberg yaitu strategi wortel terurai, strategi pedang tergantung dan strategi katalisator dan pendekatan analisis kultural, analisis sosiologis dan analisis psikologis.

Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa, proses komunikasi antarpribadi yang dilakukan ustadz dan santri dalam pembentukan karakter santri yaitu menggunakan tiga identifikasi analisis, yakni Analisis Kultural dalam penyampaian komunikasi antarpribadi dengan santri menggunakan bahasa indonesia.

Analisis Sosiologis ustadz dan santri saat sedang belajar di luar kelas dengan suasana yang cair berbeda dengan saat belajar di

(6)

ii

dalam kelas. Analsis Psikologis karena saat proses komunikasi ustadz selalu memberikan masukan nilai-nilai akhlak, keteladanan, kedisiplinan dan harus menanamkan rasa cinta dengan santri dan harus selalu berjalan dengan konsisten. Dari pendekatan ini ustadz mempunyai strategi dalam melakukan pendekatan seperti strategi wortel terurai yang menggunakan pujian untuk memotivasi santri, strategi pedang tergantung menggunakan sanksi ini karena melanggar aturan yang ada, yang memberikan sanksi adalah ustadz, strategi katalisator yang melanggar juga akan diberikan nasehat oleh ustadz.

Kata kunci : Komunikasi Antar Pribadi, Ustadz, Karakter, Santri dan Strategi.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil’aalamiin, segala puji serta syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunia yang tidak terhingga kepada saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam tidak lupa senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW besert keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi yang berjudul “Komunikasi Antarpribadi Ustadz dan Santri Dalam Pembentukan Karakter Santri di Pondok Pesantren Modern An Nuqthah Tangerang” merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat meraih gelar Sarjana Sosial Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Saya menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, dengan senang hati saya menerima kritik dan juga saran. Selain itu, saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

1. Suparto, M. Ed., Ph. D sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Siti Napsiyah, MSW., BSW sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Sihabudin Noor, MA sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi dan Umum, dan Drs.

Cecep Castra Wijaya, MA sebagai Wakil Dekan Bidang

(8)

iv

Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

3. Dr. Armawati Arbi, M. Si sebagai Ketua Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam.

4. Dr. Gun Gun Heryanto, M. Si sebagai Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih atas nasihat dan arahannya kepada seluruh mahasiswa KPI E 2017.

5. Kalsum Minangsih, M. A selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penelitian skripsi ini sampai tuntas.

6. Kedua orang tua penulis, H. Sukar, S. Ag dan Hj. Mamay Qomariyah serta keempat adik saya Musyfiq Kamal Muiz, Muhammad Mukhlis Amin, Fadil Muhammad dan Muhammad Aidil Akbar yang telah memberikan support dan doa yang tulus kepada saya. Tidak akan ada saya hari ini jika bukan pendidikan utaman dari rumah.

7. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik FIDIKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Terima kasih atas ilmu, bimbingan dan membantu saya selama proses penyusunan skripsi.

8. Pengasuh, Ustadz dan Santri Pondok Pesantren Modern An Nuqthah Tangerang yang telah menerima saya dengan baik. Khususnya kepada Ust. Syarifuddin, S. Kom. I, Ust.

A. Choiruddin, S. Pd, Zaidan Nabil dan Ikhwan Isnandi.

9. Kepada Restu Dwi Alawiyah, Partner saya. Terima kasih telah membantu, menemani dan memberi warna dalam

(9)

v

perjalanan saya di dunia kuliah ini. Bersedia membagi kisah dan bertukar pikiran.

10. Kepada Tim Kehidupan, teman-teman seperjuangan saya.

Terima kasih telah mensupport dan bertukar pikiran.

11. Terakhir, kepada seluruh teman-teman KPI 2017.

Demikian, ucapan terima kasih yang bisa saya sampaikan, mohon maaf jika terdapat pihak yang terlupa sehingga tidak tertulis dalam kata pengantar ini. Namun, dari lubuk hati yang paling dalam saya ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang tertulis maupun tidak, yang telah memberikan dukungan moril maupun materil. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kelian semua.

Tangerang, 8 Agustus 2021

Ahmad Rifqi Arief Maulana

(10)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI... vi

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 12

E. Manfaat Penelitian ... 12

F. Tinjauan Pustaka ... 13

G. Metodologi Penelitian ... 15

H. Sistematika Penulisan ... 21

BAB II ... 23

KAJIAN PUSTAKA ... 23

A. Kajian Teori ... 23

1. Pengertian Komunikasi ... 23

2. Komunikasi Antarpribadi ... 32

3. Pengertian Karakter dan Unsur-Unsurnya ... 49

4. Tinjauan Tentang Pondok Pesantren ... 52

BAB III ... 58

GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN MODERN AN NUQTHAH ... 58

A. Sejarah Singkat ... 58

B. Profil Pondok Pesantren Modern An Nuqthah ... 65

(11)

vii

C. Visi dan Misi Pondok Pesantren Modern An Nuqthah ... 66

D. Letak Geografis ... 67

E. Motto Pondok Pesantren Modern An Nuqthah ... 67

F. Panca Jiwa Pondok Pesantren Modern An Nuqthah ... 69

G. Struktur Organisasi ... 71

H. Keadaan Guru dan Santri ... 77

I. Tugas dan Fungsi Organisasi... 82

BAB IV ... 92

TEMUAN HASIL PENELITIAN ... 92

A. Pendekatan Komunikasi Antarpribadi Ustadz dan Santri dalam Pembentukan Karakter di Pondok Pesantren Modern An Nuqthah. 92 B. Strategi Komunikasi Antarpribadi Ustadz dan Santri di Pondok Pesantren Modern An Nuqthah ... 100

C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pembentukan Karakter Santri di Pondok Pesantren Modern An Nuqthah ... 102

D. Pembentukan Karakter Santri ... 106

BAB V ... 107

PEMBAHASAN ... 107

A. Pendekatan Komunikasi Antarpribadi Ustadz dan Santri dalam Pembentukan Karakter Santri di Pondok Pesantren Modern An- Nuqthah. ... 107

B. Strategi Komunikasi Antarpribadi Ustadz dan Santri di Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah ... 113

C. Faktor Pendukun dan Penghambat dalam Pembentukan Karakter Santri di Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah ... 121

D. Pembentukan Karakter Santri ... 124

BAB VI ... 127

PENUTUP ... 127

A. Kesimpulan ... 127

(12)

viii

B. Saran ... 131 DAFTAR PUSTAKA ... 132 LAMPIRAN...136

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah proses di mana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah laku orang-orang lain (komunikan).1

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, makin luas pergaulan maka makin besar fungsi, peranan dan tanggung jawab sosial seseorang.

Makin banyak ia terlibat dalam proses komunikasi, maka akan berpengaruh pula terhadap diri dan tingkah lakunya karena komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang (pesan) yang mengandung arti atau makna antara komunikator dan komunikannya dengan tujuan mewujudkan kesamaan makna dan kebersamaan. Dengan komunikasi orang memberi dan menerima informasi, pendapat, ide, mengajar dan diajar, serta menghibur dan dihibur dan sebagainya. Komunikasi juga merupakan tuntutan kodrati

1 Onong U. Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi (Bandung: Alumni, 1981), hlm. 6.

(14)

manusia karena merupakan syarat bagi perkembangan dirinya.1

Komunikasi merupakan kegiatan kehidupan manusia yang dengan cara ini membentuk kegiatan bersama dengan yang lainnya dimana-mana yang mempunyai predikat zoon politicon (makhluk yang selalu hidup bersama).2 Berkaitan dengan komunikasi antar manusia di dalam masyarakat, manusia dalam mengarungi kehidupan didunia bukan hanya sebagai makhluk individu saja, tetapi juga makhluk sosial.

Istilah atau konteks gaya dan cara kamunikasi yang baik dan benar dalam Al-Qur’an antara lain ditemukan lafadz “Qaulan”. Ada enam istilah qaulan yang menjadi panduan Islami dalam berkomunikasi atau menjadi prinsip komunikasi Islam, yaitu :

1. Qaulan Sadida (QS. An-Nisa : 9) Perkataan yang benar.

2. Qaulan Baligha (QS. An-Nisa : 63) Berdampak, Efektif.

3. Qaulan Ma’rufa (QS. Al-Baqarah : 235) Kata- kata yang baik.

1 Dr. Hj. Roudhonah, M. Ag, Ilmu Komunikasi (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2019), hlm. 2.

2 Komaruddin dan Yooke Tjuparmah S, Kamus Istilah Karya Tulis Ismia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 301.

(15)

4. Qaulan Karima (QS. Al-Isra : 23) Ucapan yang mulia.

5. Qaulan Layina (QS. Thaha : 44) Lemah- Lembut.

6. Qaulan Maisura (QS. Al-Isra : 28) Mudah Dipahami.

Keenamnya mendukung ayat yang menjadi prinsip dasar komunikasi dalam Islam dan yang masuk dalam pembahasan terhadap adalah Qaulan Sadida (Perkataan yang benar), Qaulan Baligha (Perkataan yang berdampak dan efektif) dan Qaulan Maisura (Perkataan yang mudah dipahami). Qaulan Sadida, dalam berkomunikasi harus menginformasikan atau menyampaikan kebenaran, faktual, hal yang benar saja, jujur, tidak berbohong dan juga tidak merekayasa atau memanipulasi fakta. Qaulan Baligha, agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kader intelektualitas komunikan dan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh mereka agar berdampak positif dan mengurangi dampak negatif yang sebelumnya ada.

Qaulan Maisura, adalah kata-kata yang disenangi dan mudah dipahami. Karena kata-kata yang halus dan berbudi lagi membuat orang senang dan lega, lebih berharga daripada uang berbilang.

Hardjana mengungkapkan bahwa relasi antar manusia dibangun melalui komunikasi, dengan kata lain

(16)

komunikasi menjadi sarana yang ampuh untuk membangun sebuah relasi antara kita dengan orang lain.3 Salah satu komunikasi yang frekuensi terjadinya cukup tinggi adalah komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi. Oleh karena itu, komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang paling dasar dan sering dilakukan manusia. Lebih lanjut Hardjana mengetakan bahwa komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi ialah proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara dua orang atau lebih di dalam suatu kelompok manusia kecil dengan berbagai efek umpan balik (feed back).4

Dalam dunia pendidikan, pendidikan formal maupun non-formal, tentu tidak lepas pula dari komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi dinilai efektif dalam mengubah perilaku seseorang karena sifatnya menimbulkan umpan balik secara langsung.

Sehingga tujuan dari setiap santri yang mengikuti lembaga pendidikan formal dan non formal bisa tercapai melalui komunikasi antarpribadi dan hubungan yang dibangun oleh ustadz kepada santri.

Menurut Soelaman Joesoef, pendidikan non formal adalah setiap kesempatan di mana terdapat komunikasi yang terarah di luar sekolah dan seseorang

3 Agus M. Hardjana, Komunikasi Interpersonal & Intraprasonal, (Yogyakarta: Kansius, 2003), h. 111.

4 Ibid.

(17)

memperoleh informasi, pengetahuan, latihan maupun bimbingan sesuai dengan tingkat usia dan kebutuhan hidup, dengan tujuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan baginya mejadi peserta-peserta yang efisien dan efektif dalam lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan lingkungan masyarakat dan negaranya.5

Dalam metode pembelajaran akan terdapat komponen-komponen yaitu tujuan, materi atau bahan ajar, metode dan media, evaluasi, anak didik atau santri, dan adanya pendidik (ustadz dsb). 6 Jika komunikasi antarpribadi ustadz dan santri berjalan dengan baik dengan memberikan sikap-sikap positif, maka tujuan komunikasi untuk memngaruhi dan mengubah perilaku dan karakter orang lain akan mudah dicapai.

Peran guru (ustadz), pelatih instruktur adalah membimbing, menunjukkan cara atau jalan demi tercapainya tujuan pembelajaran. 7 Djamarah mengungkapkan bahwa murid atau anak adalah pribadi

5 Soelaman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan Non Formal. (Jakarta:

Bumi Aksara. 1992), hlm. 51.

6 Cepi Riyana, “Komponen-Komponen Belajar”, diakses pada 29 Juni 2021 pukul 23.33 WIB dari http://file.upi.edu.

7 Siswanto, Bimbingan Sosial. (Semarang: Universitas Negri Semarang Press, 2013), hlm. 117.

(18)

yang unik yang mempunyai potensi dan mengalami berkembang.8

Ustadz harus memiliki hubungan yang erat dengan santri sehingga setiap perkataannya bisa membentuk karakter dan sikap santri, melalui perkataan ustadz yang membuat santri nyaman dan memotivasi santri untuk terus berkembang sangat membantu stimulus pada santrinya.

Seandainya meninggalkan setelah mereka anak-anak yang lemah dalam artin tidak memiliki pengetahuan yang cukup, serta tidak terbentuknya sikap dengan baik.

Tentunya berkomunikasi pada anak (santri) hendaknya kita mengucapkan perkataan yang benar. Sebagai mana firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 9 tentang berkomunikasi pada anak dengan perkataan yang benar (Qoulan Sadida), yang berbunyi :

َ َّللَّ ٱ ۟اوُقَّتَي ْلَف ْمِ ْيَْلَع ۟اوُفاَخ اًفَٰ َع ِض ًةَّيِّرُذ ْمِهِفْلَخ ْنِم ۟اوُكَرَت ْوَل َنيِ َّلَّ ٱ َشْخَيْلَو ا ًديِد َس ًلً ْوَق ۟اوُلوُقَيْلَو

Artinya :

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak- anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka

8 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm. 17.

(19)

bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

Dalam surat An-Nisa ayat 9 tersebut telah dijelaskan bahwa manusia perlu merasa takut jika generasi muda, baik itu anak kita maupun peserta didik yang diajar menjadi kaum yang lemah, baik pengetahuan maupun mental. Sehingga pendidikan sangat penting sebagai bekal menghadapi tantangan kehidupan, karena bukan hanya menambah pengetahuan saja, namun juga membentuk karakter dan sikap pada anak.

Salah satu sikap yang perlu ditanamkan pada santri ialah rasa percaya diri agar santri dapat membentuk karakter dirinya menjadi lebih baik. Menurut Hasan dalam Ishwidharmanjaya percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuan diri sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki, serta dapat memanfaatkannya secara tepat.9

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan agamis yang tumbuh dan berkembang sejak lama di tengah-tengah masyarakat, sekaligus memadukan unsur- unsur pendidikan yang amat penting. Pertama, Ibadah yaitu untuk menanamkan iman dan taqwa terhadap Allah SWT. Kedua, Tabligh yaitu untuk penyebaran ilmu.

Ketiga, amal perbuatan dan akhlak yaitu untuk

9 Derry Ishwidharmanjaya, Satu Hari Menjadi Lebih Percaya Diri (Jakarta: PT. Elexmedia Komputindo, 2014), hlm. 20.

(20)

mewujudkan kemasyarakatan dalam kehidupan sehari- hari.10

Pondok pesantren adalah pendidikan yang berbasis Islam, Pesantren Modern An Nuqthah ini bertipe Pesantren Modern. Pesantren modern terpadu ini bercirikan nilai-nilai Islam yang masih kental sebab kiai masih dijadikan figur sentral. Norma dan kode etik pesantren masih menjadi standar pola relasi dan etika keseharian santri dalam pesantren. Namun, pesantren ini telah memakai sistem pendidikan modern sebagai bentuk respon atau penyesuaian terhadap perkembangan lembaga-lembaga pendidikan non pesantren.

Pesantren dilihat dari fungsinya sebagai lembaga pendidikan tradisional, tempat pembelajaran, pendalaman penghayatan dan pengalaman pengamalan ajaran agama Islam yang menerapkan pentingnya moral.

Sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia, pesantren tetap akan menarik untuk dikaji kembali.

Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang mempunyai kekhasan tersendiri serta berbeda dengan pendidikan lainnya, juga mengandung makna keaslian kultur Indonesia11.

10 Adi Sasono, Solasi Islam Jakarta, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h. 103.

11 Nurcholis Majid, Bilik-bilik Pesantren, (Jakarta: Paramadina, 1997, h.

3.

(21)

Azyumardi Arya memberikan pertanyaan dan jawaban terkait mengapa pesantren tetap mampu bertahan diantara derasnya arus modernisasi, karena menurutnya pesantren tidak tergesa-gesa mentransformasikan kelembagaan pesantren menjadi lembaga pendidikan Islam modern sepenuhnya, tetapi melakukan penyesuaian sesuai kebutuhan dan mendukung kontiunitas pesantren itu sendiri, seperti sistem perjenjangan, kurikulum yang jelas dan sistem yang baik12.

Yang paling tampak dari peran pesantren di masa lalu adalah dalam hal menggerakkan, memimpin, dan melakukan perjuangan mengusir penjajah. Pada masa mendatang peran pesantren sangat besar. Misalnya arus globalisasi dan industrialisasi telah menimbulkan depresi dan bimbangnya pemikiran serta suramnya perspektif masa depan. Maka, pesantren amat dibutuhkan menyeimbangkan akal dan hati13.

Pesantren sudah ada di Indonesia jauh sebelum Indonesia memploklamirkan kemerdekaannya. Pesantren bertransformasi menjadi lembaga pendidikan non formal yang mengembangkan ilmu Islam. Ini sesuai dengan pasal UU Nomor 20 Tahun 2003. Selain itu pesantren juga

12 Hanum Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu), cet 1, h. 187.

13 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2001), h. 192.

(22)

merupakan lembaga yang berperan aktif memberdayakan masyarakat.

Pondok pesantren modern An Nuqthah memiliki potensi yang bagus, totalitas kehidupan sehari-hari di dalam komplek pondok pesantren mengenai pembentukan karakter santri tidak hanya pendidikan yang diajarkan tetapi diajari arti kehidupan yang berlandaskan moralitas karakter dibangun.

Maka dari itu, pondok pesantren modern An Nuqthah menjadikan tempat untuk menimba ilmu agar anak-anak/remaja menjadi lebih baik dan siap untuk tantangan kedepan. Dikarenakan melihat keadaan sekarang minimnya moral agama dan bangsa. Maka dari itu harus dibentuk karakter santri agar menjadi lebih baik dimasa depannya.

Dari latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti lebih jauh mengangkatnya dengan judul

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI USTADZ DAN SANTRI DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN AN- NUQTHAH TANGERANG”.

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan penelitian ini dapat diidentifikasikan yaitu Komunikasi Antarpribadi Ustadz dan Santri Dalam

(23)

Pembentukan Karakter Santri di Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah Tangerang. Dengan pembentukkan karakter santri maka santri akan menjadi jauh lebih baik dan lebih disiplin.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

a. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan masalah tetap fokus, maka perlu adanya batasan ruang lingkupnya sehingga permasalahan tidak melebar dan meluas ke dalam hal-hal yang tidak berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Maka penelitian ini hanya akan membatasi masalahnya yaitu komunikasi antarpribadi yang terjadi antara ustadz dan santri dalam menerapkan pembentukan karakter kepada santri di Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah.

b. Perumusan Masalah

1. Bagaimana pendekatan komunikasi antarpribadi ustadz dengan santri dalam pembentukan karakter di Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah ?

2. Bagaimana strategi komunikasi antarpribadi ustadz dengan santri di Pondok Pesantren Modern An- Nuqthah ?

(24)

3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam proses pembentukan karakter santri di Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah :

a. Mengetahui pendekatan komunikasi antarpribadi ustadz dan santri dalam pembentukan karakter di Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah.

b. Mengetahui strategi komunikasi antarpribadi ustadz dengan santri di Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah.

c. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat selama proses pembentukan karakter santri.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut : 1. Secara Akademis

Sebagai tambahan referensi dan menambah jumlah studi Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya

(25)

jurusan Komunikasi Penyairan Islam, tentang komunikasi antar pribadi yang terjadi di Lembaga Pendidikan Islam, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif dalam bidang Komunikasi Penyiaran Islam khususnya pada konsep komunikasi antarpribadi yang terjadi di pondok pesantren.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan memberi masukkan dan menambah khazanah keilmuan tentang membentuk karakter santri melalui komunikasi antarpribadi.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pencaarian tujuan pustaka serta penetapan konteks sebagai langkah untuk proses penyusunan skripsi. Hal ini bertujuan untuk memperkuat konten hasil penelitian dan temuan penelitian di lapangan serta menghindari kesamaan karya milik orang lain. Berikut adalah bahan referensi yang berkaitan dengan permasalahan yang peneliti gunakan :

1. Annisa Turrohmah, NIM 108051000097 Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi 2013. Dengan judul

“Komunikasi Antarpribadi Tutor dan Siswa pada Lembaga Bimbingan Belajar Prestasi Cabang Kalimalang Jakarta Timur”. Persamaan yakni terletak

(26)

pada objeknya yang meneliti tentang komunikasi antarpribadi tutor dan siswa, serta persamaan juga terletak pada pendekatan penelitian yang digunakan, yaitu pendekatan kualitatif. Perbedaan penelitian ini terletak pada subjeknya. Penelitian ini membahas tentang pendekatan ustadz terhadap santri dengan tingkat analisis kultural, sosiologis dan psikologis lewat wawancara mendalam terhadap santri.

Kemudian pendekatan juga menggunakan hadiah sebagai strategi untuk memotivasi siswa, ancaman serta nasehat.

2. Siti Sabili Jahro, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam 2012. Dengan judul “Komunikasi Interpersonal Antara Pengurus di Yayasan Bahrul Hasanah Pabuaran Bojonggede”. Adapun persamaannya adalah sama-sama mengkaji tentang komunikasi antarpribadi yang disampaikan secara formal dan informal. Objeknya yaitu pengurus saja, perbedaannya disini adalah penulis mengkaji komunikasi antarpribadi ustadz dan santri dengan menggunakan pendekatan dan strategi komunikasi antarpribadi.

3. Zaeni Rokhi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi 2010. Dengan judul “Komunikasi Antarpribadi Pengasuh dan Santri Pondok Pesantren Al-Idrus Karanganyar, Lebak,

(27)

Banten”. Persamaan yakni terletak pada objeknya yang meneliti tentang komunikasi antarpribadi pengasuh/ustadz dan santri, serta pendekatan penelitian yang digunakan, yaitu pendekatan kualitatif. Perbedaan penelitian ini terletak pada subjeknya. Penelitian ini membahas tentang bagaimana komunikasi antarpribadi antar pengasuh dengan santri untuk menciptakan lingkungan yang efektif dalam kegiatan pondok, serta masalah yang dialami santri Pondok Pesantren Al-Idrus.

G. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah jenis penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih.14 Seperti halnya yang dikatakan Taylor penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, baik tertulis maupun lisan dari orang dan perilaku

14 Irwan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2004), h. 35.

(28)

yang diamati. 15 Pada penelitian ini penulis memanfaatkan metode deskriptif analisis yaitu kejadian yang menggambarkan kenyataan sebagaimana adanya.

a. Paradigma Penelitian

Paradigma dalam penelitian ini menggunakan paradigma kontruktivis.

Paradigma kontruktivis menempatkan ilmu komunikasi sebagai analisis sistematis terhadap social maeningful action atau pengamatan langsung yang dilakukan secara alamiah, yakni menempatkan penulis pada posisi subjek yang ditelitinya atau dengan kata lain penulis berusaha memahami cara berpikir subjek yang ditelitinya.16

2. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam masalah ini yang menjadi subjek penelitian adalah pondok pesantren modern An-Nuqthah yang meliputi komunikator dan komunikan. Sedangkan objek penelitian adalah komunikasi yang dilakukan

15 Lexy J Moleong, Metode Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. Ke-13, h. 4.

16 Hidayat, Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik, (Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia, 2003), hlm. 3.

(29)

ustadz di pondok pesantren modern An-Nuqthah dengan santri dalam pembentukan karakter.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di pondok pesantren modern An-Nuqthah Rt. 01/05, kampung Cipete, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, Banten.

Waktu penelitian Insya Allah akan dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2021.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan usaha atau cara mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Pengumpulan data kualitatif yaitu kegiatan pengumpulan data yang harus dilakukan oleh penelitian sendiri dan tidak boleh diwakili. Adapun peneliti dalam penulisan ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Teknik Pengamatan (Observasi)

Observasi adalah suatu cara untuk memperoleh data dalam bentuk pengamatan dan pencatatan dengan sistematis tentang

(30)

fenomena yang diselidiki.17 Menurut Pauline V. Yong, observasi diartikan: “suatu penyelidikan yang dijalankan secara sistematis dan dengan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indera (terutama mata) terhadap kejadian-kejadian yang langsung ditangkap pada waktu kejadian itu terjadi.18 Ini berarti bahwa observasi tidak dapat digunakan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat.

Oleh karena itu dalam observasi menggunakan indera, maka agar hasil observasi menjadi baik, salah satu hal yang dituntut adalah menggunakan alat indera dengan sebaik- baiknya. Dalam penelitian ini, penulis memperoleh keterangan dengan mengamati secara langsung mengenai aktifitas dakwah pondok pesantren tersebut.

b. Wawancara Mendalam

Penulis melakukan wawancara mendalam.

Wawancara mendalam adalah cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan

17 Muhammad Natsir, Metode Penelitian, (jakarta: Ghalia Indonesia, 1988),h. 234.

18 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: PT RINERKA CIPTA, 2002), Cet. Ke-2, h. 21.

(31)

agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. 19 Dalam hubungan ini, untuk terarahnya wawancara sesuai dengan data yang diperlukan, maka perlu disusun suatu pedoman yang disebut “pedoman wawancara” atau

“panduan wawancara”.20 Pada pedoman atau panduan tersebut, berisi sejumlah pertanyaan yang hendak ditanyakan kepada responden.

Disini, yang menuliskan atau mengisikan jawaban responden adalah pihak pewawancara, tentu saja berdasarkan jawaban lisan responden.

Responden yang dapat dijadikan informan yaitu dari dua orang Ustadz dan dua orang santri pondok pesantren modern An-Nuqthah.

Dalam hal ini peneliti mewawancarai kedua Ustadz seperti apa pendekatan dan strategi komunikasi antarpribadi yang diterapkan dalam melakukan pembentukan karakter santri di pondok pesantren modern An-Nuqthah.

c. Dokumentasi

19 Rachmat Kriyantoro, Teknis Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta:

Kencana,2009), h. 100.

20 Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2001), Cet. K3-5, h. 132.

(32)

Dokumentasi dibutuhkan sebagai data-data pendukung penelitian. Dokumentasi tersebut bisa berupa teks, foto atau rekaman.

Dokumentasi juga bisa menjadi bukti penelitian. Dokumen ini digunakan untuk melengkapi data-data hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu melalui wawancara dan observasi.

d. Teknik Analisis Data

Teknis analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan analisis kualitatif deskriptif, yaitu upaya menganalisis dengan mengumpulkan data dengan melakukan tahap wawancara dan studi dokumentasi. Melalui teknik pengumpulan data seperti observasi, wawancara dan dokumentasi tadi diklasifikasikan dan dianalisa sesuai aspek kemudian diinterpretasikan secara logis.

Teknik analisis data dilakukan sepanjang proses penelitian sejak peneliti memasuki lapangan untuk mengumpulkan data. Peneliti mendapatkan data-data dari wawancara Ustadz maupun santri di pondok pesantren tersebut serta dan berbagai referensi yang sangat membantu peneliti dalam menyelesaikan

(33)

penelitian ini, baik diperoleh dari sumber buku maupun sumber internet. Dalam penelitian ini, penulis menganalisis komunikasi antarpribadi ustadz dan santri dalam pembentukan karakter santri di pondok pesantren modern An- Nuqthah. Setelah data-data yang diperlukan telah terkumpul, lalu dianalisis dengan teori yang digunakan.

H. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini meliputi Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodelogi Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II Landasan Teori

Menjelaskan tentang pengertian komunikasi antarpribadi, jenis dan bentuk komunikasi antarpribadi, pendekatan dan strategi komunikasi, pengertian karakter, unsur-unsur karakter dan pengertian pondok pesantren.

BAB III Gambaran Umum

Gambaran Umum tentang pondok pesantren modern An- Nuqthah, latar belakang berdirinya, tujuan didirikan, visi dan misi pondok pesantren modern An-Nuqthah, program- program pondok pesantren dan struktur organisasinya.

(34)

BAB IV Temuan dan Analisis Data

Berisi hasil temuan komunikasi antarpribadi di pondok pesantren modern An-Nuqthah. Penerapan komunikasi antarpribadi pondok pesantren modern An-Nuqthah serta faktor pendukung dan penghambat dalam pembentukan karakter santri di pondok pesantren modern An-Nuqthah.

BAB V Pembahasan

Dalam bab ini penulis akan membahas karya Ilmiah dari temuan dan analisis data Komunikasi Antarpribadi antara Ustad dan santri dalam pembentukan karakter santri (Studi pada Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah).

BAB VI Penutup

Merupakan bab penutup yang diakhiri dengan kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang dibahas.

Selain itu juga penulis memberikan saran-saran dari permasalahan yang dibahas. Selain itu, penulis memberikan kritik dan saran secara akademisi dan praktisi.

(35)

23 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Pengertian Komunikasi

Secara etimologi, istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata lain communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama, yang berarti sama makna. Jadi komunikasi berlangsung apabila diantara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.1 Pengertian bersama dengan maksud untuk mengubah pikiran, sikap, perilaku penerima dan melaksanakan apa yang diinginkan oleh komunikator.

Definisi komunikasi menurut para ahli sebagai berikut :

Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D.

Lasswell bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawan pertanyaan “Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya (who?

1 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 9.

(36)

says what? In which channel? To whom? With what effect?)”.1

Everett M. Rogers seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika yang telah banyak member perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran inovasi membuat definisi bahwa:

“Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”.2

Rogers mencoba menspesifikasikan hakikat suatu hubungan dengan adanya suatu pertukaran informasi (pesan), dimana ia menginginkan adanya perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari orang-orang yang ikut serta dalam proses komunikasi.

Wilbur Schramm mendefinisikan komunikasi sebagai tindakan melaksanakan kontak antara pengirim dan penerima, dengan bantuan pesan pengirim dan penerima memiliki beberapa pengalaman Bersama yang memberi arti pada pesan dan simbol yang dikirim oleh pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.3 Hovland, Janis, dan Kelly merumuskan komunikasi

1 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 18.

2 Ibid.

3 Suranto Aw, Komunikasi Sosial dan Badaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hal. 2.

(37)

adalah proses dimana seseorang individu mentransmisikan stimulus untuk mempengaruhi orang lain.4 Edward Depari mendefinisikan komunikasi sebagai proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disanpaikan melalui lambing tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Dari pengertian komunikasi tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses pertukaran pesan dari satu individu kepada individu lain dan bisa menghasilkan umpan balik atau respon.

Karena itu, jika berada dalam suatu situasi berkomunikasi, maka sudah pasti memiliki beberapa kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan Bahasa atau kesamaan arti dari simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi arti dan makna simbol disini tentu saja tergantung pada pemahaman dan persepsi komunikan. Oleh karena itu, komunikasi akan berjalan efektif bila komunikator dan komunikan mempunyai persepsi dan pemahanan yang sama terhadap simbol.

Apabila terdapat perbedaan persepsi dan pemahaman, tujuan komunikasi dapat gagal.

a. Unsur-Unsur Komunikasi

4 Edi Santoso dan Mite Setiansah, Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hal. 5.

(38)

Adapun unsur-unsur komunikasi dalam ruang lingkup komunikasi adalah sebagai berikut :

1. Komunikator

Komunikator adalah seseorang atau sekelompok orang yang merupakantempat asal pesan, sumber berita, informasi, atau pengertian yang disampaikan atau biasanya kita sebut sebagai orang atau pihak yang mengirim atau menyampaikan berita.5 Dalam perannya sebagai komunikator tentunya seorang komunikator harus memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik agar pesan atau informasi yang disampaikan kepada komunikan dapat efektif.

2. Pesan atau berita

Pesan adalah informasi atau pengertian dari komunikator yang penyampaiannya disampaikan kepada komunikan melalui penggunaan Bahasa atau lambang-lambang.

Lambang atau simbol tersebut dapat berupa tulisan, gambar, Gerakan tubuh, lambaian tangan dan lain-lain.

3. Media Komunikasi

5 H. A. W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: PT Ineka Cipta, 2000), cet. Ke 2, h. 93-94.

(39)

Saluran atau media komunikasi adalah sarana tempat berlalunya simbol-simbol yang mengandung makna berupa pesan. Saluran atau media komunikasi tersebur berupa alat atau sarana yang menyalurkan suara untuk pendengaran, tulisan dan gambar untuk penglihatan, wujud fisik untuk perabaan dan sebagainya.

4. Komunikan atau penerima pesan

Komunikan adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai subjek yang dituju oleh komunikator yang menerima pesan-pesan berupa lambang-lambang yang mengandung arti dan makna.

5. Efek atau umpan balik

Efek adalah hasil penerimaan pesan atau informasi oleh komunikan, pengaruh atau kesan yang timbul setelah komunikan menerima pesan. Efek dapat berlanjut dengan memberikan respon, tanggapan atau jawaban yang disebut umpan balik. Hal yang terpenting dalam komunikasi adalah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan

(40)

komunikator itu menimbulkan efek atau dampak tertentu pada komunikan.6

b. Bentuk-Bentuk Komunikasi

Bentuk-bentuk komunikasi dapat diklasifikasikan menurut jumlah pihak yang terlibat dalam proses komunikasi. Dimulai dari komunikasi yang melibatkan jumlah peserta komunikasi paling sedikit hingga komunikasi yang melibatkan jumlah peserta paling banyak, yakni meliputi :

1. Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi yang terjadi dalam diri sendiri.

Misalnya proses berfikir untuk memecahkan masalah pribadi. Dalam hal ini ada proses tanya jawab dalam diri sendiri sehingga dapat diperoleh keputusan tertentu.7

2. Komunikasi Interpersonal

Wayne Pace mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi atau komunikasi interpersonal merupakan proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka dimana pengirim dapat

6 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), cet. Ke 4, hal. 7.

7 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Posdakarya, 2010), cet. Ke 14, hal. 81.

(41)

menyampaikan pesan secara langsung.

Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk verbal atau nonverbal, seperti komunikasi pada umumnya komunikasi interpersonal selalu mencakup dua unsur pokok yaitu isi pesan dan bagaimana isi pesan dikatakan atau dilakukan secara verbal atau nonverbal. Dua unsur tersebut sebaiknya diperhatikan dan dilakukan berdasarkan pertimbangan situasi, kondisi dan keadaan penerima pesan.

Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan aktif bukan pasif. Komunikasi interpersonal bukan hanya komunikasi dari pengirim dan penerima pesan atau sebaliknya, melainkan komunikasi timbal balik antara pengirim dan penerima pesan. Komunikasi interpersonal bukan sekedar serangkaian rangsangan-tanggapan, stimulus-respon, akan tetapi serangkaian proses saling menerima, penyeraan dan penyampaian tanggapan yang telah diolah oleh masing-masing pihak.

Agar komunikasi interpersonal yang dilakukan menghasilkan hubungan

(42)

interpersonal yang efektif dan kerjasama bisa ditingkatkan maka kita perlu bersikap terbuka, sikap percaya, sikap mendukung dan terbuka yang mendorong timbulnya sikap yang paling memahami, menghargai dan saling mengembangkan kualitas. Hubungan interpersonal perlu ditumbuhkan dan ditingkatkan dengan memperbaiki hubungan dan kerjasama antara berbagai pihak.

3. Komunikasi Kelompok

Komunikasi yang berlangsung antara sekelompok orang yang mempunyai tujuan bersama. Contohnya seperti diskusi kelompok, aksi massa, siding kelompok dan sebagainya.

4. Komunikasi Publik

Komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah orang, yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi ini sering disebut pidato, ceramah atau kuliah umum.

5. Komunikasi Organisasi

Komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal dan berlangsung dalam jaringan yang lebih besar dari pada komunikasi kelompok.

(43)

6. Komunikasi Massa

Komunikasi yang melibatkan banyak orang. Ada Sebagian ahli mengatakan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa namun Sebagian ahli lain berpendapat bahwa komunikasi massa tidak harus menggunakan media massa. Contohnya seperti kampanye politik.8

c. Sifat Komunikasi

Dilihat dari sifatnya, proses komunikasi dapat dibedakan menjadi :9

1. Komunikasi tatap muka adalah dalam hal ini pihak-pihak yang terkait dalam proses komunikasi saling bertemu dan bertatap muka dalam suatu tempat tertentu.

2. Komunikasi bermedia adalah proses komunikasi dengan menggunakan media, seperti telepon, surat, radio, televisi dan sebagainya.

3. Komunikasi Verbal adalah komunikasi dengan ciri bahwa pesan yang dikirimkan berupa pesan verbal atau dalam bentuk ungkapan kata-kata, baik secara lisan maupun tulisan.

8 Suranto AW, Komunikasi Sosial dan Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 13.

9 Ibid

(44)

4. Komunikasi Non Verbal adalah komunikasi dengan ciri bahwa pesan yang disampaikan berupa pesan non verbal atau bahasa isyarat, baik isyarat tubuh (gestural) maupun isyarat gambar (pictoral).

d. Fungsi Komunikasi

Menurut Agus M. Hardjana, fungsi komunikasi dapat dilihat dalam hidup pribadi, hubungan dengan orang lain, ditempat kerja dan dalam masyarakat.

Kaittannya dengan komunikasi antarpribadi, maka dalam hidup pribadi melalui komunikasi kita dapat : 1. Menjelaskan perasaan, isi pikiran dan perilaku kita

sendiri.

2. Semakin mengenal diri, dengan komunikasi kita dapat mengenal isi hati, pikiran dan perilaku kita dan mendapat umpan balik dari rekan komunikasi kita tentang emosi, pikiran, kehendak, cita-cita dan perilaku kita.

3. Mengungkapkan perasaan dan gagasan kita, komunikasi ini bisa menjadi alat untuk melepaskan beban mental dan psikologis sehingga kita mendapatkan keseimbangan hidup Kembali.

2. Komunikasi Antarpribadi

a. Pengertian Komunikasi Antarpribadi

(45)

Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (face to face), bisa juga melalui media telepon. Komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.10

Menurut Devito, komunikasi antarpribadi adalah pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.11

b. Jenis-jenis Komunikasi Antarpribadi

Berdasarkan sifatnya komunikasi antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Komunikasi Diadik

Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang berlangsung antara dua orang yakni seorang berlaku komunikator yang

10 Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 85.

11 Riyono Pratiko, Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi (Bandung: Remadja Karya, 1987), hlm. 42.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian terdahulu, yang dilakukan oleh Hidayat dkk (2016) menunjukan hasil bahwa CSR berpengaruh positif signifikan terhadap ETR sebagai proxy tax avoidance

The more prominent the measure of tapioca as the binder material, the less is the briquette calorific value and the greater the production cost of biomass briquette derived from waste

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, laminasi menjadi salah satu usaha perbaikan naskah yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional. Perpustakaan Nasional melakukan

Metode iterative incremental bermula dari suatu proses perencanaan dan berakhir pada proses penempatan (deployment) yang di dalamnya terdapat interaksi. Metode ini dapat

Setelah diperoleh bentuk yang kompak maka dilakukan tahapan berikutnya dengan menyusun beberapa patch antena mikrostrip dengan metode array untuk mendapatkan nilai

Tidak ada hubungan yang signifikan antara ka - dar timbal (Pb) di udara ambien pada lingkungan kerja dengan anemia (kadar Hb darah) pada Pegawai UPTD Dinas Perhubungan Kota

GAMBAR A-11 : Lampu Halogen (1000 W) pada Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi.. GAMBAR A-12 : Memasukan Metanol kedalam

Melihat dari upaya meningkatkan pelayanan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung tersebut, maka perlu adanya Sistem Informasi Geografis (SIG) pemetaan jaringan pipa PDAM Tirta