1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Pasal modal adalah tempat dimana berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri.
Instrumen-instrumen keuangan yang bisa diperjualbelikan dipasar modal seperti surat utang (obligasi), ekuitas (saham), reksadana, instrument derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal resmi di Indonesia adalah Bursa Efek Indonesia. Pasar modal di Indonesia merupakan pasar yang menyediakan fasilitas sistem untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek antar perusahaan atau perorangan yang disebut Bursa Efek Indonesia.
Ada tiga jenis perusahaan yang dikelompokkan berdasarkan jenis industrinya, yaitu industri utama, industri manufaktur, dan industri jasa. Industri utama terbagi menjadi dua sektor, yaitu sektor pertanian dan sektor pertambangan. Penelitian ini menggunakan sektor pertambangan sebagai objek penelitian. Sektor pertambangan merupakan salah satu penopang pembangunan ekonomi suatu negara, karena perannya sebagai penyedia sumber daya alam yang sangat diperlukan bagi perekonomian suatu negara.
Pengertian menurut UU Minerba No.4 Tahun 2009 pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. Perusahaan pertambangan adalah perusahaan yang lingkup usahanya mengelola sumber daya alam seperti batubara, minyak bumi, nikel timah dan tembaga .
2
Berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) yang ditulis oleh Bank Indonesia dalam laporan perekonomian Indonesia tahun 2015, pertumbuhan sektor pertambangan mengalami perlambatan sejak tahun 2011 hingga tahun 2015.
Pertumbuhan ekonomi global tahun 2015 hanya tumbuh sebesar 3,1% lebih rendah dari tahun 2014 sebesar 3,4%. Salah satu motor ekonomi dunia yang juga mitra dagang utama Indonesia, yaitu Tiongkok juga mengalami perlambatan ekonomi.
Masih melemahnya pertumbuhan ekonomi global mendorong berlanjutnya penurunan harga komoditas.
Melambatnya pertumbuhan ekonomi global dan berlanjutnya penurunan harga komoditas pada tahun 2015 berimbas negatif pada kinerja ekonomi domestik yang tercermin dari penurunan kinerja ekspor Indonesia. Turunnya harga komoditas mendorong kontraksi ekspor terutama yang berbasis komoditas seperti pertambangan, dengan penurunan paling tajam terjadi pada batubara. Meski demikian, kebijakan pemberian perpanjangan ijin ekspor konsentrat mineral (tembaga) sesuai dengan kemajuan pembangunan smelter menahan penurunan ekspor lebih dalam, (Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2015).
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi disuatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB). PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi (www.bps.go.id). Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari Produk Domestik Bruto. Berikut adalah tabel tingkat pertumbuhan PDB Lapangan Usaha.
3 Tabel 1.1
Pertumbuhan PDB Lapangan Usaha
Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014* 2015**
Pertanian, Kehutanan, dan perikanan 3,95% 4,59% 4,20% 4,24% 4,02%
Pertambangan dan penggalian 4,29% 3,02% 2,53% 0,72% -5,08%
Industri pengolahan 6,26% 5,62% 4,37% 4,61% 4,25%
Pengadaan listrik dan Gas 5,69% 10,06% 5,23% 5,57% 1,21%
Pengadaan air 4,73% 3,34% 3,32% 5,87% 7,17%
Konstruksi 9,02% 6,56% 6,11% 6,97% 6,65%
Perdagangan besar serta reparasi kendaraan 9,66% 5,40% 4,81% 5,16% 2,47%
Transportasi dan pergudangan 8,31% 7,11% 6,97% 7,36% 6,68%
Penyediaan akomodasi dan makan minum 6,86% 6,64% 6,80% 5,77% 4,36%
Informasi dan komunikasi 10,02% 12,28% 10,39% 10,10% 10,06%
Jasa keuangan 6,97% 9,54% 8,76% 4,68% 8,53%
Real estate 7,68% 7,41% 6,54% 5,00% 4,82%
Jasa perusahaan 9,24% 7,44% 7,91% 9,81% 7,69%
Administrasi pemerintahan dan jaminan sosial 6,43% 2,13% 2,56% 2,38% 4,75%
Jasa pendidikan 6,68% 8,22% 7,44% 5,55% 7,45%
Jasa kesehatan dan kegiatan lainnya 9,25% 7,97% 7,96% 7,96% 7,10%
Jasa lainnya 8,22% 5,76% 6,40% 8,93% 8,08%
Pajak dikurangi subsidi atas produk -19,65% 15,05% 21,80% 5,13% 31,98%
Produk domestik bruto 6,17% 6,03% 5,56% 5,02% 4,79%
Catatan:
*Angka Sementara
**Angka Sangat Sementara
Sumber: Laporan Perekonomian Indonesia 2015 (www.bi.go.id)
Tabel diatas menunjukkan bahwa pertumbuhan PDB sektor pertambangan dalam kurun waktu 2011 hingga 2015 mengalami penurunan berturut-turut yakni di tahun 2011 sebesar 4,3%, di tahun 2012 3,02%, di tahun 2013 2,53%, ditahun 2014 0,72%, dan ditahun 2015 sebesar -5,08%. Kepala Badan Pusat Statistik menjelaskan bahwa terjadi penurunan harga komoditas pada sektor pertambangan akibat
4
berkurangnya permintaan ekspor yang disebabkan oleh faktor makro ekonomi dan masalah ekonomi global. Contohnya adalah pelarangan ekspor mineral. Pemerintah tengah mengkaji sejumlah ketentuan yang dimasukkan kedalam draft revisi mengenai Rancangan Undang-Undang (RUU) Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Minerba). Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman menjelaskan kajian terhadap ketentuan itu sendiri dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan tata kelola pertambangan nasional dan tidak singkronnya beberapa aturan yang menjadi langkah turunan dari UU Minerba.
Dua diantaranya adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2014 tentang perubahan kedua atas PP No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara dan Peraturan Menteri ESDM Nomor 1 Tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral Di Dalam Negeri. Dua langkah tadi seluruh perusahaan tambang diberikan batas waktu hingga 2017 sebelum diberlakukannya aturan ekspor mengenai produk mineral dan batubara yang telah diolah dan dimurnikan saja yang bisa diekspor sesuai dengan ketetapan UU Minerba. Direktur Jenderal dan Batu Bara Kementerian ESDM Bambang Gatot mengatakan sehubungan dengan pemberian batas waktu tersebut dilakukan guna menyelaraskan beberapa ketetapan dalam UU Minerba dengan melihat kondisi yang terjadi di industri pertambangan saat ini (www.cnnindonesia.com).
1.2 Latar Belakang Penelitian
Salah satu informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja keuangan adalah laporan keuangan. Menurut Fahmi (2011:20) laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut. Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan dapat menjadi dasar bagi stakeholder dalam mengukur kinerja perusahaan berdasarkan kemampuan
5 manajemen dalam mengelola sumber daya dan menghasilkan keuntungan (laba) yang disajikan dalam laporan laba rugi.
Informasi laba merupakan indikator untuk mengukur kinerja atas pertanggungjawaban manajemen dalam mencapai tujuan operasi yang telah ditetapkan serta membantu pemilik untuk memperkirakan kekuatan laba di perusahaan di masa datang. Untuk memaksimumkan kepuasannya manajemen seringkali merekayasa informasi laba yang didapatkan. Tindakan yang mementingkan diri sendiri (opportunistic) tersebut dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu, sehingga laba dapat diatur, dinaikkan atau diturunkan sesuai keinginannya. Perilaku manajemen untuk mengatur laba sesuai keinginannya dikenal dengan istilah manajemen laba (Pujiati dan Arfan, 2013).
Menurut Gunawan (2015) manajemen laba adalah kondisi dimana manajemen melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat meratakan, menaikkan, dan menurunkan laba. Ada alasan mendasar mengapa manajer melakukan manajemen laba. Harga pasar saham suatu perusahaan secara signifikan dipengaruhi oleh laba, risiko, dan spekulasi. Oleh karena itu, perusahaan yang labanya selalu mengalami kenaikan dari periode secara konsisten akan mengakibatkan risiko perusahaan ini mengalami penurunan besar dibandingkan presentase kenaikan laba. Hal ini mengakibatkan banyak perusahaan yang melakukan pengelolaan dan pengaturan laba sebagai salah satu upaya untuk mengurangi risiko.
Manajemen laba timbul sebagai dampak persoalan keagenan yaitu adanya ketidakselarasan kepentingan antar pemilik dan manajemen. Masalah manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antar pemilik (pemegang saham) dengan pengelola (manajemen) perusahaan. Lebih jauh lagi, manajemen sebagai pengelola perusahaan memiliki informasi tentang perusahaan lebih cepat, lebih banyak, lebih valid daripada
6
pemegang saham sehingga memungkinkan manajemen melakukan praktik akuntansi dengan beririentasi pada angka laba, yang dapat menciptakan kesan (prestasi) tertentu (Tarigan, 2011).
Praktik manajemen laba memunculkan kasus kecurangan akuntansi dengan ditemukannya indikasi manipulasi laporan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan sektor pertambangan di Indonesia. Contoh kasus perusahaan yang melakukan praktik manajemen laba salah satunya adalah PT. Garda Tujuh Buana Tbk. Dalam kasus perusahaan tambang PT. Garda Buana Tbk (GTBO) ditunding melakukan pemalsuan laporan keuangan karena ada indikasi laporan keuangan perseroan periode 2012 yang tidak sesuai. Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Hoesen mengatakan pihak BEI sudah memanggil Direksi GTBO terkait kontrak dengan perusahaan perdagangan asal Timur Tengah , yakni Agrocom Ltd dengan nilai US$ 250 juta dan tindakan pihak BEI terhadap GTBO saat ini dengan melakukan penghentian perdagangan saham GTBO atau suspen hal ini bertujuan sebagai bentuk perlindungan bagi para investor (www.neraca.co.id).
Kasus lainnya yang terjadi terkait manajemen laba adalah PT. Ancora Mining Service (AMS) yaitu salah satu perusahaan yang bergerak di bidang sektor pertambangan yang pada tahun 2011 dilaporkan Forum Masyarakat Peduli Keadilan (FMPK) ke Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan atas dugaan manipulasi laporan keuangan. Ketua Bagian Investigasi FMPK, Mustopo menjelaskan, indikasi manipulasi itu terlihat dari adanya penghasilan sebesar Rp 34,9 miliar namun tidak ada pergerakan investasi. Selain itu, ditemukan bukti pembayaran bunga sebesar Rp 18 miliar padahal AMS mengaku tidak memiliki utang. FMPK juga menemukan bukti piutang senilai Rp 5,3 miliar namun tidak ada kejelasan transaksinya (www.republika.co.id).
Leverage timbul diakibatkan munculnya aktivitas pendanaan yang dilakukan perusahaan untuk menambah kas yang digunakan dalam operasi perusahaan melalui
7 pinjaman ke pihak lain atau kreditur (Upayarto, 2013). Pengukuran leverage dalam penelitian ini menggunakan dihitung menggunakan debt to asset ratio sebagai proksi variabel leverage. Rasio ini menggambarkan besarnya aset yang dimiliki perusahaan yang dibiayai utang.
Perusahaan yang mempunyai leverage tinggi akibat besarnya utang dibandingkan aktiva yang dimiliki perusahaan, diduga melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam default, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban hutang pada waktunya (Putri, 2014). Penelitian mengenai pengaruh leverage terhadap manajemen laba sudah banyak dilakukan oleh para peneliti terdahulu dengan hasil yang berbeda-beda. Jao dan Pagulung (2011) menemukan bahwa leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Namun berbeda dengan Agustia (2015) hasil penelitiannya menyebutkan bahwa leverage berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba.
Ukuran perusahaan merupakan karakteristik perusahaan dalam kaitannya dengan struktur perusahaan. Menurut Azlina (2010) ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar dan kecilnya perusahaan dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan total aset. Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin banyak aset yang dimiliki. Perusahaan besar mempunyai intensif yang cukup besar untuk melakukan manajemen laba, karena salah satu alasan utamanya adalah perusahaan besar harus mampu memenuhi ekspektasi dari investor atau pemegang sahamnya (Gunawan et.al, 2015). Hasil penelitian Sosiawan (2012) menemukan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh dengan tindak manajemen laba. Akan tetapi, hasil penelitian Fitria (2015) mengemukakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Kepemilikan institusional merupakan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi lain atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain. Kepemilikan ini memiliki arti penting dalam
8
memonitor manajemen karena adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui investasi yang cukup besar dalam pasar modal (Bowo et.al, 2014). Hasil penelitian Gumilang (2015) mengemukakan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba.
Namun, pendapat berbeda dikemukakan oleh Irawan (2013) dalam penelitiannya bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Salah satu jenis kepemilikan adalah kepemilikan oleh pihak asing.
kepemilikan asing merupakan bentuk proporsi saham perusahaan pada umumnya yang dimiliki oleh perseorangan, pemerintah, badan hukum, serta instansi atau bagian-bagian lainnya yang berstatus di luar negeri, atau perorangan, badan hukum, pemerintah yang tidak berasal dari Indonesia, Prakarsa dan Ekawati (2014).
Perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh pihak asing mengahadapi tekanan permintaan akan informasi yang lebih banyak dari perusahaan. Hasil penelitian oleh Alves (2012) dan Guo et al (2014) yang menyatakan bahwa kepemilikan asing berpengaruh terhadap manajemen laba, namun berbeda dengan hasil penelitian Santoso dan Pudjolaksono (2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan asing tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Menurut Rizkita (2015) kepemilikan manajerial adalah saham yang dimiliki manajer dan direktur perusahaan. Dengan adanya kepemilikan manajerial, perusahaan diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan sehingga potensi kesulitan keuangan dapat dihindari. Kepemilikan ini akan mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham, sebab dengan besarnya saham yang dimiliki, pihak manajemen diharapkan akan bertindak lebih hati-hati dalam pengambilan keputusan. Hasil penelitian Pujiati dan Arfan (2013) mengungkapkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hal ini ini berarti bahwa jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen perusahaan tidak dapat mempengaruhi besar
9 kecilnya manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. Hasil penelitian yang berbeda diperoleh dari penelitian Dela dan Sunaryo (2010) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Wardani dan Masodah (2011) yang menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadp manajemen laba.
Perbedaan hasil penelitian tersebut membuat penulis tertarik untuk meneliti tentang pengaruh leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, kepemilikan asing dan kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba, namun dengan memberikan diferensiasi pada tahun penelitian dan objek yang diteliti yaitu pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penulis memilih perusahaan pertambangan karena memberi pertimbangan pada jenis usahanya yang memungkinkan banyak terjadi manajemen laba akibat persaingan usaha yang ketat.
Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Asing Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba (Studi Kasus Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015).”
1.3 Perumusan Masalah
Manajemen laba merupakan salah satu masalah keagenan (agency problem) yang terjadi karena adanya pemisahan antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan. Tindakan manajemen laba ini menyebabkan pengungkapan informasi yang menyesatkan, sehingga akan mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan khususnya pihak eksternal. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengawasan dalam pembuatan laporan keuangan.
10
1.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dibahas sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, kepemilikan manajerial, dan manajemen laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2015?
2. Bagaimana pengaruh leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, kepemilikan asing dan kepemilikan manajerial secara simultan terhadap manajemen laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2015?
3. Bagaimana pengaruh leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan institusioanl, kepemilikan asing dan kepemilikan manajerial secara parsial terhadap manajemen laba, yaitu:
a. Bagaimana pengaruh leverage terhadap manajemen laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011- 2015?
b. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2015?
c. Bagaimana pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2015?
d. Bagaimana pengaruh kepemilikan asing terhadap manajemen laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011-2015?
11 e. Bagaimana pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2015?
1.5 Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui bagaimana leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, kepemilikan manajerial, dan manajemen laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2015.
2) Untuk mengetahui pengaruh leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, kepemilikan asing dan kepemilikan manajerial secara simultan terhadap manajemen laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2015.
3) Untuk mengetahui pengaruh secara parsial yaitu:
a. Untuk mengetahui pengaruh leverage terhadap manajemen laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2011-2015.
b. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2011-2015.
c. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2011-2015.
d. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan asing terhadap manajemen laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa efek Indonesia (BEI) 2011-2015.
e. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2011-2015.
12
1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Aspek Teoritis
Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan referensi untuk penelitian berikutnya yang berkenaan dengan manajemen laba dan dapat pula menjadi sumberi informasi untuk memperluas ilmu.
1.6.2 Aspek Praktis 1) Bagi investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pengetahuan kepada investor dan calon investor serta pelaku pasar lainnya dalam memandang laba yang diumumkan perusahaan sehingga mereka dapat mengambil keputusan- keputusan ekonomi secara cepat dan tepat (baik keputusan investasi, kredit, maupun keputusan yang lain).
2) Bagi perusahaan
Diharapkan dapat memberikan masukan pemikiran dalam penyusunan laporan keuangan tanpa melakukan manajemen laba demi kepentingan pribadi sehingga tetap mempertahankan relevansi nilai informasi akuntansi.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini terdiri dari satu variabel terikat (variabel dependen) dan lima variabel bebas (variabel independen). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, kepemilikan asing dan kepemilikan manajerial, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini yaitu manajemen laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015.
Penelitian ini akan membahas pengaruh leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, kepemilikan asing dan kepemilikan manajerial pada
13 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015.
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015.
1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Pembahasan dalam skripsi ini akan dibagi dalam lima bab yang terdiri dari beberapa sub-bab. Sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memberikan penjelasan mengenai gambaran umum onjek penelitian, latar belakang penelitian yang menyangkut fenomena yang menjadi isu penting sehingga layak untuk diteliti disertai dengan argumentasi teoritis yang ada, perumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang penelitian, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian ini secara teoritis dan praktis, serta sistematika penulisan secara umum.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini mengungkapkan dengan jelas, ringkas, dan padat mengenai teori tentang manajemen laba pada perusahaan dan variabel penelitian leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, dan kepemilikan manajerial dalam kaitannya dengan manajemen laba. Bab ini juga menguraikan penelitin terdahulu sebagai acuan penelitian ini, kerangka pemikiran yang membahas rangkaian pola pikir untuk menggambarkan masalah penelitian, hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara atas masalah penelitian dan pedoman untuk pengujian data, serta ruang lingkup penelitian yang menjelaskan dengan rinci batasan dan cakupan penelitian.
14
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitan, pendekatan penelitian yang digunakan, identifikasi variabel dependen dan variabel independen, definisi operasional variabel, tahapan penelitian, jenis dan sumber data (populasi dan sampel), serta teknik analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan deskripsi hasil penelitian yang telah diidentifikasi dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V KESIMPULAN
Bab ini menyajikan beberapa kesimpulan hasil analisis penelitian dan saran dari hasil penelitian ini.