• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Academic Entrepreneurship Dalam Menciptakan Inkubator Wirausaha Di Pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Penerapan Academic Entrepreneurship Dalam Menciptakan Inkubator Wirausaha Di Pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ii

(2)

77

Penerapan Academic Entrepreneurship Dalam Menciptakan Inkubator Wirausaha Di Pondok Pesantren Darul Aman

Gombara Makassar

Edi Jusriadi

1

, Syafaruddin

2

, Ahmad

3

, Ahmad Musafir A

4

Magister Manajemen, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia

edi.jusriadi@unismuh.ac.id, mmsyafar@gmail.com, musafir9409@gmail.com

Abstrak

Pesantren sekarang ini mengalami pergeseran nilai yang luar biasa khususnya berkaitan dengan dunia pekerjaan. Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui bagaimana proses penerapan academic entrepreneurship dalam menciptakan inkubator wirausaha di Pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar dan untuk mengetahui serta menganalisis pandangan direktur, tenaga pengajar dan santri/wati di Pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar tentang academic entrepreneurship. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualiatif deskriptif. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa: 1) Academic Entrepreneurship dan Inkubator Wirausaha merupakan salah bentuk usaha Pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar memberi pembekalan life skill bagi para santri/wati sebagai salah satu bentuk implementasi visi dan misi pondok pesantren. Namun Pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar saat ini belum memiliki inkubator wirausaha. 2) Academic Entrepreneurship di Pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar sudah diajarkan di kelas formal, pelatihan, seminar dan pelibatan langsung di dalam unit usaha Pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar setelah diberlakukannya Kurikulum 2013.

Kata Kunci : Academic Entrepreneurship, Inkubator Wirausaha, Pondok Pesantren

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Nama pesantren sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Lembaga pendidikan dan dakwah ini sudah berkontribusi besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Seiring perkembangan zaman, pesantren mulai bertransformasi dan memperluas peranannya ke ranah sosial. Tidak hanya itu saja, di era digital saat ini pesantren tidak hanya berkutat pada kurikulum berbasis keagamaan semata melainkan juga sudah melengkapi diri dengan kurikulum umum layaknya sekolah di luar pesantren. Pondok pesantren memiliki 3 fungsi utama, yaitu: pertama, sebagai pusat pengkaderan pemikir- pemikir agama (center of excellent); kedua, sebagai lembaga yang mencetak sumber daya manusia (human resource); ketiga, sebagai lembaga yang mempunyai kekuatan melakukan pemberdayaan pada masyarakat (agent of development), [1].

Era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini menuntut pesantren mampu beradaptasi dengan segala perubahan yang ada. Para santri harus dibekali dengan berbagai kemampuan yang tentunya sesuai dengan perkembangan zaman tanpa

harus membuang sistem pendidikan klasik yang menjadi ciri khas pesantren. Sistem pendidikan pesantren terbukti ampuh dalam sejarahnya sebagai sistem pendidikan yang mampu memerdekakan santrinya dari ketergantungan pada orang lain.

Ciri khas pesantren adalah pengajaran tentang kemandirian kepada semua santrinya. Kemandirian juga merupakan penanaman awal dari Academic entrepreneurship di pondok pesantren. Kemandirian menjadi modal penting bagi santri untuk membangun ekonomi umat yang masih tertinggal dari umat-umat lain. Selain mendidik santri dengan pengetahuan agama dan umum, pesantren juga perlu membekali para santrinya dengan Academic entrepreneurship sebagai salah satu langkah untuk mencetak santri memiliki mental dan kemandirian secara ekonomi sebagai implementasi Visi dan Misi Pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar.

Pemenuhan akan wirausaha tersebut efektif dicapai, jika mampu merencanakan kegiatan Academic entrepreneurship yang terpola dengan baik dan tersusun dalam suatu pedoman dengan tujuan menghasilkan business entrepreneur yang mandiri dan profesional.

Untuk mendukung hal tersebut, maka diperlukan pula inkubator wirausaha sebagai lembaga dalam pembinaan buat santri/wati dalam meningkatkan skill entrepreneurship.

Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2013, inkubator wirausaha adalah suatu lembaga intermediasi yang melakukan proses inkubasi terhadap peserta inkubator. Pengembangan Inkubator bertujuan untuk menciptakan dan mengembangkan usaha baru yang mempunyai nilai ekonomi dan berdaya saing tinggi serta mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya manusia terdidik dalam menggerakkan perekonomian dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Saat ini, potensi Pondok Pesantren Darul Aman Gombara yang memiliki bidang usaha diantaranya Mini Mart Syirkah dan pengolahan tempat sampah dan beberapa usaha lainnya belum mampu dimaksimalkan Pondok Pesantren Darul Aman Gombara untuk memberikan pendidikan kewirausahaan bagi para santri.

Hal yang menjadi kendala karena belum menjadi perhatian khusus bagi tenaga pendidik dan pengajar di Pondok Pesantren Darul Aman karena pelajaran kewirausahaan hanya dijadikan sebagai mata pelajaran di kelas dan belum di praktekkan secara mendalam.

Academic entrepreneurship dan inkubator wirausaha di pesantren merupakan bentuk ikhtiar untuk

(3)

78

mendorong santri untuk mau berwirausaha. Academic entrepreneurship diharapkan dapat mencetak lulusan santri yang memiliki keahlian, pengetahuan dan kreativitas. Penekanan Academic entrepreneurship dan inkubator wirausaha perlu diarahkan pada praktik di lapangan yang disesuaikan dengan minat dan usaha yang akan mereka geluti nanti setelah lulus dari pesantren.

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana proses penerapan academic entrepreneurship dalam menciptakan inkubator wirausaha di Pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar?

2. Bagaimana pandangan direktur, tenaga pengajar dan santri/wati di Pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar tentang academic entrepreneurship?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui dan menganalisis proses penerapan academic entrepreneurship dalam menciptakan inkubator wirausaha di Pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar, dan 2) untuk mengetahui dan menganalisis pandangan direktur, tenaga pengajar dan santri/wati di Pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar tentang academic entrepreneurship 2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi dalam bidang pengembangan sumber daya manusia melalui academic entrepreneurship dalam menciptakan inkubator wirausaha di Pondok Pesantren Darul Aman Gombara, sehingga santri tidak hanya memiliki pengetahuan agama tetapi juga memiliki life skill.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Human Capital Development

Leonard Nadler dan Zeace Nadler, human resources Development as “Organized learning experinces provided by the employer in a specified period of time for the purpose of increasing the possibility of improving job performance and providing for growth of individuals,”[2].

1994 (Kaswan, 2015:15). Watkins, menyatakan bahwa human resources development (HRD) merupakan bidang kajian dan praktik yang bertanggung jawab terhadap pengembangan kapasistas belajar baik dalam level individu, kelompok, dan organisasi, ,”[3]. Human resources development (HRD) merupakan bagian dari Manajemen Sumber Daya Manusia dan dapat pula menjadi fungsi yang berdiri sendiri. Pengembangan Sumber Daya Manusia memiliki tiga fungsi utama, yaitu:

1) pelatihan dan pengembangan, 2) pengembangan organisasi, dan 3) pengembangan karier.

Human resources development (HRD) dalam era ekonomi berbasis pengetahuan dan teknologi informasi menjadi tuntutan karena peningkatan kualitas, efektifitas dan efesiensi tidak hanya tergantung pada ketersedian physical capitaland financial capital tetapi sangat tergantung pada peran human capital,[4].

B. Academic Entrepreneurship

Konsep Academic entrepreneurship mulai dikembangkan di negara-negara maju dan negara berkembang seperti di AS, Eropa, Asia, Australia, Kanada dan Israel [5]. Sedangkan di Indonesia sendiri Academic entrepreneurship baru dimulai tahun 2008 melalui penguatan kurikulum kewirausahaan. Sehingga di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2015 target ratio pertumbuhan wirausaha lima tahun yang akan datang mencapai 1 juta wirausahawan baru. Oleh karena itu, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan wirausaha baru mulai dari penguatan UU Kewirausahaan, Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 33/Kep/M.KUKM/XII/2016 Tentang Penetapan Program Bantuan Dana Bagi Koperasi Pemula dan Perogram Bantuan Dana Bagi Wirausaha Pemula baik dalam bentuk KUR dan hibah- hibah lainnya. Upaya ini menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam tiga tahun terakhir dimana pada tahun 2014 ratio wirausaha mencapai 1,55% dari penduduk Indonesia atau tumbuh sekitar 2,5 juta orang dari tahun 2013 yang hanya mencapai 1 Juta wirausaha dan pada tahun 2016 rasio wirausaha baru meningkat menjadi 3,01 persen atau di kisaran 7,5 juta orang.

Sehingga target pemerintah pada tahun 2019 pertumbuhan wirausaha baru mencapai 5%.

Academic entrepreneurship merupakan metode dalam menumbuhkan virus kewirausahan di lingkungan lembaga pendidikan, akan tetapi, dari sisi implementasi lebih banyak dilakukan di dunia kampus dan sekolah- sekolah kejuruan dan sangat jarang dilakukan di pondok pesantren. Academic entrepreneurship dapat menjadi sumber motivasi berwirausaha dikalangan santri.

Sehingga academic entrepreneurship sangat memungkinkan untuk diterapkan di lingkungan pondok pesantren yang mengedepankan nilai-nilai kejujuran, kerja keras, disiplin dan kemandirian yang selaras dengan jiwa entrepreneurship, [6].

Seiring pergeseran tipe masyarakat dan lahirnya era revolusi industri 4.0 maka konsep academic entrepreneurship telah mengalami transformasi ke digital academic entrepreneurship sebagai sumber inovasi dalam melahirkan model wirausaha baru [7]; [8]. Hasil riset menemukan bahwa hanya sedikit studi tentang digital Academic entrepreneurship yang fokus pada analisis teknologi digital di Indonesia dalam spektrum kewirausahaan akademis dalam menciptakan wirausaha baru.

Digital academic entrepreneurship dikalangan santri menjadi salah satu model pendidikan yang diharapkan mampu menumbuhkan jiwa entrepreneur, sehingga santri memiliki life skill. Akan tetapi faktanya masih banyak pihak tabu dan kurang yakin bahwa kewirausahaan dapat diajarkan di lingkungan pondok pesantren, karena kewirausahaan dianggap sebagai property budaya dan sikap mental yang bersifat attitudinal and behavioral, artinya bahwa seseorang menjadi wirausahan karena faktor genetis dan terjadi secara alami, [9]. Pemahaman seperti ini perlu diubah oleh pengurus, pengelola, dan kyai karena tingkat

(4)

79

pengangguran terdidik mengalami kenaikan setiap tahun, sehingga pondok pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan harus menanamkan sedini mungkin nilai-nilai kewirausahaan untuk menciptakan peluang kerja baik bagi santri maupun bagi masyarakat sekitar.

Pondok pesantren sebagai basis penciptaam generasi muda dengan pola pengajaran yang khas merupakan salah satu sistem pendidikan yang memiliki potensi yang cukup besar untuk menghasilkan sumber daya manusia (santri) yang kompeten dalam bidang: 1) pengetahuan agama, yang diharapkan sebagai landasan mental spiritual yang akan mampu menjadi fliter terhadap budaya-budaya yang tidak produktif dan justru menjerumuskan generasi muda, 2) pengetahuan umum, yang berfungsi sebagai upaya untuk membaca fenomena alam dan sekaligus dapat berkreasi sesuai dengan bekal pengetahuan yang dimiliki untuk selanjutnya memanfaatkan, mengolah alam atau hasil alam menjadi sesuatu yang produktif dalam konteks kemakmuran, 3) keterampilan, meskipun santri sudah memiliki pengetahuan agama dan pengetahuan umum namun tidak memiliki ketampilan maka sangat besar kemungkinkan tidak dapat berkreasi. Dengan adanya bekal keterampilan santri dapat berkarya, menciptakan segala sesuatu, atau memanfaatkan segala sesuatu sesuai dengan minatnya. Keterampilan yang dikembangkan dengan baik menjadi sarana mereka untuk lebih mandiri dan mampu menciptakan pekerjaan, dan 4) santri juga harus dibekali kemampuan manajerial, e-marketing, bisnis digital, dan kepemimpinan.

Kompetensi pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang meliputi tiga aspek yaitu agama, pengetahuan umum, ketrampilan wirausaha dan kemampuan menyeluruh atas ketiga hal tersebut menjadi motor penggerak bagi masyarakat sekitarnya.

Sehingga diharapakan dengan adanya upaya penguatan kelembagaan, keterlibatan aktor dan pengembangan model wirausaha kreatif yang partisipatif menjadi solusi yang perlu dikembangkan dalam menciptakan usaha sektor riil di lingkungan pondok pesantren. Academic Entrepreneurship merupakan upaya menginternalisasikan jiwa dan mental kewirausahaan baik melalui institusi pendidikan maupun institusi lain seperti lembaga pelatihan untuk meningkatkan life skill, [10].

C. Inkubator Wirausaha

Menurut aturan dari Menteri Negara Koperasi dan UKM No. 81.3/Kep/M.KUKM/VIII/2002, pengertian inkubasi adalah proses pembinaan bagi usaha kecil dan atau pengembangan produk baru yang dilakukan oleh inkubator bisnis dalam hal penyediaan sarana dan prasarana usaha, pengembangan usaha dan dukungan manajemen serta teknologi. Sedangkan pengertian dari inkubator adalah lembaga yang bergerak dalam bidang penyediaan fasilitas dan pengembangan usaha, baik manajemen maupun teknologi bagi usaha kecil dan menengah untuk meningkatkan dan mengembangkan kegiatan usahanya dan atau pengembangan produk baru agar dapat berkembang menjadi wirausaha yang tangguh dan atau produk baru yang berdaya saing dalam jangka waktu tertentu.

KERANGKA PIKIR

Kerangka pikir ini berisi gambaran mengenai penelitian yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk dapat mengetahui bagaimana proses penerapan academic entrepreneurship dalam menciptakan inkubator wirausaha di Pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar. Adapun kerangka penelitian ini digambarkan sebagai mana berikut:

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualiatif deskriptif untuk menjelaskan penerapan academic entrepreneurship di lingkungan Pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar. Metode pengumpulan data menggunakan Observasi, Dokumentasi, dan Wawancara dengan informan penelitian, yaitu: 1) Direktur Pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar, 2) Ketua Koperasi Pondok Pesantren (KOPONTREN) Al-Mu’awanah, 3) Tenaga Pengajar Putra dan Putri Pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar, dan 4) Perwakilan Santri/wati Pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar.

Data yang diperoleh dari hasil wawancara selanjutnya diolah dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu berusaha menggambarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan cara analisis deduktif melalui teknik reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Pesantren

Pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar didirikan 17 Juli 1991 dengan Visi sebagai pembaharuan, pemberdayaan dan kemandirian menuju pencerahan sehingga unggul dalam prestasi dan berakar pada nilai-nilai Alqur’an dan Sunnah serta budaya bangsa, menuju masyarakat madani.

(5)

80

Tabel 1: Jumlah Santri/wati No Tingkat

Pendidikan Jumlah Jumlah

Santri Santriwati

TK 37 26 63

SD 188 128 316

SMP 334 237 556

SMA 222 196 418

Total 781 587 1363

Sumber: Pondok Pesantren, 2019

Jumlah santri/wati sebanyak 1363, dari jumlah tersebut 556 santri/wati SMP wajib tinggal di dalam asrama pondok pesantren yang telah disediakan. Untuk menunjang proses pembelajaran dan pelayanan terdapat 131 tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan karyawan. Aktivitas santri/wati selain belajar dikelas juga mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti: Takhassus Tahfizul Qur’an, bahasa arab dan inggris, Hizbul Wathan, Tapak Suci, Seni dan dakwah.

B. Proses penerapan academic entrepreneurship dalam menciptakan inkubator wirausaha.

Academic Entrepreneurship dan Inkubator Wirausaha merupakan salah bentuk usaha Pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar memberi pembekalan life skill bagi para santri/wati sebagai salah satu bentuk implementasi visi dan misi Pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar. Namun Pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar belum memiliki inkubator wirausaha karena sarana dan prasarana belum memadai, sehingga upaya yang dilakukan Pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar dalam meningkatkan life skill santri/wati melalui pembelajaran dikelas atau pelatihan-pelatihan yang diadakan dipesantren dan diluar pesantren. Untuk dapat menjadikan Pondok Pesantren sebagai Inkubator kewirausahaan prosesnya perlu waktu dan tidak serta- merta, perlu juga perencanaan dengan melihat kondisi pesantren dari segi ekonomi dan segi sarana-prasarana.

Inkubator wirausaha diperlukan sebagai media khusus bagi para santri/wati yang memiliki minat untuk diberi fasilitas sarana dan prasarana untuk mengembangkan bisnis usaha yang akan santri/wati coba geluti. Pentingnya inkubator juga dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan oleh Kenechukwu Ikebuaku and Mulugeta Dinbabo (2018) dengan judul “Beyond entrepreneurship education: business incubation and entrepreneurial Capabilities”. Hasilnya menunjukkan bahwa melalui inkubasi bisnis, pengusaha pemula telah peningkatan akses ke infrastruktur dan sumber daya yang diperlukan untuk keberhasilan kewirausahaan, dengan demikian meningkatkan peluang nyata mereka (kemampuan) untuk sukses. [11]

C. Pandangan dan respon direktur, tenaga pengajar, dan santri/wati tentang Academic Entrepreneurship.

Academic Entrepreneurship yang diajarkan di kelas formal adalah Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan setelah berlakunya Kurikulum 2013.

Mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan

mengajarkan para santri/wati tentang bagaimana cara memulai usaha bisnis, bagaimana karakteristik wirausaha, tentang administrasi dan perencanaan didalam organisasi. Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan juga memberikan pengajaran kepada santri/wati tentang pembuatan produk-produk kerajinan tangan serta bagaimana cara memasarkannya.

Academic Entrepreneurship juga diajarkan melalui pelatihan, seminar dan pelibatan langsung di dalam unit usaha Pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar. Hal ini menjadi penting bagi para santri/wati mendapat pengajaran tentang Academic Entrepreneurship sebagai modal bagi para santri/wati untuk menunjang kehidupan mereka setelah mereka lulus dari pondok pesantren dan juga untuk melatih kemandirian para santri/wati.

Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Saeful Anam (2016) yang berjudul “Pesantren Entrepreneur dan Analisis Kurikulum Pesantren Mukmin Mandiri Siduarjo dalam Pengembangan Dunia Usaha”

bahwa hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Implimentasi kurikulum Pesantren Mukmin Mandiri secara data lapangan menunjukkan bahwa proses pengembangan kurikulum entrepreneur berjalan dengan baik, karena dilandasi oleh beberapa hal penting dalam bangun kurikulumnya. Adapun olahan dari hasil penerapan kurikulum pesantren entrepreneur ialah kemampuan santri dalam mengolah dan memproduksi kopi berupa torabika kopi dan kopi goreng. [12]

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil olah data penelitian maka dapat ditarik kesimpulan atas penelitian ini sebagai berikut:

1. Academic Entrepreneurship dan Inkubator Wirausaha merupakan salah bentuk usaha Pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar memberi pembekalan life skill bagi para santri/wati sebagai salah satu bentuk implementasi visi dan misi pondok pesantren. Pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar belum memiliki inkubator wirausaha sehingga Pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar hanya fokus mengajarkan secara akademik saja entah melalui pembelajaran dikelas atau pelatihan-pelatihan yang diadakan di pesantren dan di luar pesantren.

2. Academic Entrepreneurship di Pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar sudah diajarkan di kelas formal, pelatihan, seminar dan pelibatan langsung di dalam unit usaha Pondok Pesantren Darul Aman Gombara Makassar setelah diberlakukannya Kurikulum 2013. Hal ini menjadi modal bagi para santri/wati untuk menunjang kehidupan mereka setelah lulus dari pondok pesantren yang disesuaikan dengan minat santri/wati.

Daftar Pustaka

[1] Suryana. 2013. Kewirausahaan: Kiat dan Proses Menuju Sukses Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat

(6)

81

[2] Kaswan dan Ade Sadikin, Akhyadi. 2015.

Pengembangan Sumber Daya Manusia: Dari Konsepsi, Paradigma, dan Fungsi Sampai Aplikasi, Cet-1, Bandung: Alfabeta.

[3] Swanson, Richard A and Elwood F. Holton III.

2001. Foundations of Human Resource Development. San Francisco: Berrett- Koehler Publisher, Inc (BK).

[4] Edi, Jusriadi; Rahman Rahim, 2019. Human Capital Development, Pekalongan:NEM

[5]. Grimaldi, R., Kenney, M., Siegel, D.S., Wright, M., 2011. 30 years after Bayh–Dole: reassessing academic entrepreneurship. Res. Policy 40, 1045–1057.

[6]. Mery Citra Sondari., 2014. Is Entrepreneurship Education Really Needed ? : Examining the Antecedent of Entrepreneurial Career Intention, Procedia - Social and Behavioral Sciences 115, pp 44-53.

[7]. Nambisan, S., Lyytinen, K., Majchrzak, A., Song, M., 2017. Digital innovation management:

reinventing innovation management research in a digital world. MIS Q. 41 (1), pp 223–238.

[8]. Yoo, Y., Boland Jr., R.J., Lyytinen, K., Majchrzak, A., 2012. Organizing for innovation in the digitized world. Organ. Sci. 23 (5), 1398–1408.

[9]. Pierluigi Rippa; Giustina Secundo., 2018. Digital academic entrepreneurship: The potential of digital technologies on academic entrepreneurship, Technological Forecasting &

Social Change xxx (xxxx) xxx–xxx .

[10] Wibowo, Agus. 2011. Pendidikan Kewirausahaan (Konsep Dan Teori). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

[11] Ikebuaku. Kenechukwu dkk. 2018. Beyond entrepreneurship education: business incubation and entrepreneurial Capabilities. Journal of Entrepreneurship in Emerging Economies. Vol. 10 Issue: 1. pp.154-174,

[12] Anam. Saeful. 2016. Pesantren Entrepreneur dan Analisis Kurikulum Pesantren Mukmin Mandiri Siduarjo dalam Pengembangan Dunia Usaha.

Jurnal Studi Keislaman. Vol. 2. No. 2.

Gambar

Tabel 1: Jumlah Santri/wati  No  Tingkat

Referensi

Dokumen terkait

Dhofier (1994: 44) mengungkapkan bahwa lembaga pendidikan pesantren memiliki beberapa elemen dasar yang merupakan ciri khas dari pesantren itu sendiri, elemen itu antara lain:

Keberhasilan dari konsep ini dilandasi oleh beberapa bentuk komunikasi interpersonal serta pendekatan yang dicanangkan oleh pimpinan pondok pesantren, selain itu

Sebagai lembaga pendidikan Islam yang tertua di Indonesia, pesantren memiliki ciri khas dalam menjalankan sistem pendidikannya. Sistem Pendidikan Islam yang dilaksanakan

Pondok pesantren Manbail Futuh sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional dengan berbagai ciri khas dan keunikannya, memiliki materi pendidikan akhlak yang sangat utuh dan

Pendidikan kitab klasik merupakan jenis pendidikan yang biasa digunakan oleh sistem pendidikan pondok pesantren pada umumnya. Pelaksanaan pendidikan dengan sistem

Sesuai dengan status pendiriannya bahwa pesantren ini adalah Pondok Pesantren Salafiyah kombinasi dengan Modren, maka sistem pembelajaran selalu menekankan ciri khas Salafiyah,

Ny.Hj.Masriyah Amva memiliki pandangan bahwa pendidikan Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan salaf yang mengajarkan kitab-kitab klasik (kitab kuning) sebagai ciri

Sedangkan pesantren Khalafiyah adalah pesantren yang mengadopsi sistem pendidikan klasikal dengan kurukulum tertata, mengintegrasikan pengetahuan umum.37 Assegaf berpendapat bahwa ciri