• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU Pandeglang Banten terhadap Pencalonan Ma ruf Amin dalam Pilpres Tahun 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU Pandeglang Banten terhadap Pencalonan Ma ruf Amin dalam Pilpres Tahun 2019"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU Pandeglang Banten terhadap Pencalonan Ma’ruf Amin dalam Pilpres Tahun 2019 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos). Disusun oleh: Neng Sys Mafazah NIM: 11151120000070. PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M/1441 H.

(2) PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME. Skripsi yang berjudul: BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU Pandeglang Banten terhadap Pencalonan Ma’ruf Amin dalam Pilpres Tahun 2019 1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 08 Juni 2020. Neng Sys Mafazah. i.

(3) PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa: Nama. : Neng Sys Mafazah. NIM. : 11151120000070. Program Studi : Ilmu Politik. Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul: BUDAYA POLITIK DAN ELITE (Sikap Politik Pengurus PCNU Pandeglang Banten terhadap Pencalonan Ma’ruf Amin dalam Pilpres Tahun 2019) dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.. Jakarta, 08 Juni 2020 Menyetujui, Ketua Program Studi. Menyetujui, Pembimbing. Dr. Iding Rosyidin, M.Si NIP: 197010132005011003. Dr. A. Bakir Ihsan, M.Si. NIP: 197204122003121002. ii.

(4) LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI SKRIPSI BUDAYA POLITIK DAN ELITE Sikap Politik Pengurus PCNU Pandeglang Banten terhadap Pencalonan Ma’ruf Amin dalam Pilpres Tahun 2019 Oleh Neng Sys Mafazah 11151120000070. Telah dipertahankan dalam sidang ujian sidang skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal April 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik. Ketua,. Sekretaris,. Dr. Iding Rosyidin, M.Si NIP: 197010132005011003 Penguji I,. Suryani, M.Si NIP: 197704242007102003 Penguji II,. Dr. Nawiruddin, M.Ag. Dr. Shobahussurur, M.Ag. NIP. 197201052001121003 NIP. 196411301998031001 Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 01 Juli 2020 Ketua Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN Jakarta. Dr. Iding Rosyidin, M.Si NIP: 197010132005011003 iii.

(5) ABSTRAK Nama: Neng Sys Mafazah Judul: Budaya Politik dan Elite (Sikap Politik Pengurus PCNU Pandeglang Banten terhadap Pencalonan Ma’ruf Amin dalam Pilpres Tahun 2019) Skripsi ini membahas tentang sikap politik pengurus PCNU Pandeglang dalam pilpres tahun 2019. Tujuan penelitian ini untuk melihat bagaimana para elite non politik dalam menentukan pilihan politiknya dan bagaimana pandangan politik pengurus NU terhadap pencalonan Ma’ruf Amin dalam pilpres 2019, karena terpilihnya Ma’ruf Amin sebagai pendamping Joko Widodo menuai pro dan kontra di kalangan warga NU yang berada dalam struktur maupun kultur. Penelitian ini menggunakan pendekatan budaya politik (Almond dan Verba), pendekatan perilaku pemilih, elite (Putnam dan Pareto) dan tindakan sosial (Weber) untuk menganalisis sikap politik pengurus ormas Islam. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data terdiri dari data primer dan sekunder yang diperoleh melalui kajian pustaka serta wawancara dengan beberapa narasumber. Hasil dari penelitian ini terdapat tiga varian sikap pengurus PCNU Pandeglang, yaitu: sikap netral, mendukung dan tidak mendukung. Masing-masing pengurus melakukan beberapa tindakan untuk memenangkan pasangan pilihannya dengan cara berkampanye, sosialisasi di media sosial, membuat posko pemenangan, melakukan deklarasi, memberikan suara di TPS dan ada pula yang tidak memihak terhadap salah satu pasangan calon demi menjaga netralitas organisasi. Pengurus ormas Islam yang seharusnya bergerak dalam bidang keagamaan ini ternyata memiliki kesadaran yang sangat tinggi terhadap politik dan ikut terlibat dalam partai politik, sehingga dalam budaya politik pengurus PCNU Pandeglang masuk dalam tipologi partisipan, tetapi partisipasinya dalam politik terlalu jauh sampai merangkap jabatan yang berafiliasi dengan partai politik sehingga ini melanggar Peraturan Organisasi. Kata kunci: Sikap Politik, Pengurus, Ma’ruf Amin, Pilpres.. iv.

(6) KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membawa kita dari zaman kegelapan hingga ke zaman terang benderang seperti hari ini. Skripsi yang berjudul “BUDAYA POLITIK dan ELITE (Sikap Politik Pengurus PCNU Pandeglang Banten terhadap Pencalonan Ma’ruf Amin dalam Pilpres Tahun 2019)” disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis mendapat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan tugas akhir, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Amany Lubis M.A, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta staff dan jajarannya. 2. Prof. Dr. Ali Munhanif, M.A., Ph.D., selaku Dekan FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh staf dan jajarannya. 3. Dr. Iding Rosyidin, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Suryani, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Dr. Idris Thaha, M.Si, selaku dosen seminar proposal yang telah membimbing tahap awal penulisan skripsi ini serta memberikan masukan dan memotivasi penulis. 6. Dr. Ahmad Bakir Ihsan, M. Si, selaku dosen pembimbing skripsi, selama penyusunan skripsi telah membimbing, memberikan kritik, saran dan. v.

(7) koreksinya sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dengan sebaikbaiknya. 7. Seluruh dosen pengajar di Program Studi Ilmu Politik telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama perkuliahan berlangsung. 8. Seluruh narasumber yang telah bersedia menjadi sumber informasi bagi penelitian ini, sehingga penulis dapat menyusun data-data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi. 9. KH. SM. Fuad Halimi Salim, KH. Budin, KH. Ahmad Kizwini yang telah memberikan motivasi dan nasihat bagi penulis. 10. Orang tua tercinta H. Encep dan Hj. Munjiah beserta kakak dan adik-adik, serta seluruh KBBT yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materil. 11. CB Politik 2015, Azizah Putri, Nahdahtul Hikmah, Febi Dwi, Dyah Safira, Astri Diyawati, Diana Novitasai, Indah Dwi dan Nofika Indah yang selalu memberi masukan dan waklu luangnya untuk berdiskusi. 12. Teman seperjuangan Ilmu Politik B 2015 yang tidak bisa disebutkan satupersatu, atas waktu yang berharga selama beberapa tahun kuliah. 13. Sahabat/i PMII Komfisip, Penggebrak Firjie Asfahany, Edy Saputra, Ade Tamara, Chika Susanti, Adnan Zhaffar, Lutfi Ramadhan, Adelia Rorianti, Aulia Rahman, Daffa Daud, Nida Mardiah dan Ihsan Fikri atas do’a dan dukungan dan sudah bersedia untuk berbagi pengalaman. 14. Sahabat terbaik Syifaa Urrahmah, Anadza Istaftilah, Novia Chikoisah, Dewi Hartati, Absyatul Fauziah, Laely Muflihah yang telah memberikan energi positif dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. 15. Anisa Nur Rohmah,Wawan, Rian, Gigin, Robiansyah, Faisal, Bibah dan Jehan Safira atas dukungannya dalam memberi masukan dan membantu mengumpulkan data yang penulis butuhkan.. vi.

(8) 16. Himapol, Perempuan Bangsa, LPBI, KNPI, IMALA serta Seluruh anggota KKN Doremi 123 telah banyak memberikan inspirasi, semangat dan mendukung penulis. Terima kasih banyak pada semua pihak yang telah membantu baik berupa do’a, moril maupun materil, sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik. Semoga kebaikan mereka di balas oleh Allah SWT. Aamiin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Jakarta, 08 Juni 2020. Neng Sys Mafazah. vii.

(9) DAFTAR ISI PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................................................ i. PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ......................................................... ii. LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .................................... iii ABSTRAK ............................................................................................................... iv KATA PENGANTAR .............................................................................................. v. DAFTAR ISI ............................................................................................................ viii DAFTAR TABEL .................................................................................................... x. DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xi DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN A. Pernyataan Masalah ....................................................................................... 1. B. Pertanyaan Masalah ....................................................................................... 6. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 6. D. Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 8. E. Metode Penelitian.......................................................................................... 11 F. Sistematika Penulisan ................................................................................... 16 BAB II KERANGKA TEORI A. Budaya Politik ............................................................................................... 18 B. Perilaku Pemilih ........................................................................................... 24 C. Elite ............................................................................................................... 26 D. Tindakan Sosial ............................................................................................. 31 BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN PANDEGLANG DAN PCNU PANDEGLANG A. Gambaran Umum Kabupaten Pandeglang .................................................... 33 B. Sejarah dan Kepengurusan PCNU Pandeglang............................................. 35 C. NU dan Pemilu .............................................................................................. 40 BAB IV SIKAP POLITIK PENGURUS PCNU PANDEGLANG TERHADAP PENCALONAN MA’RUF AMIN DALAM PILPRES TAHUN 2019 viii.

(10) A. Mempertahankan Netralitas NU ................................................................... 43 B. Perbedaan Preferensi Politik Pengurus NU................................................... 47 C. Elite PCNU Pandeglang ................................................................................ 51 D. Perilaku Memilih dan Tindakan Pengurus NU dalam Pilpres 2019 ............. 54 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................... 68 B. Saran .............................................................................................................. 70 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 72. ix.

(11) DAFTAR TABEL Tabel III.A.1. Populasi Penduduk Kabupaten Pandeglang Berdasarkan Agama ..... 34 Tabel III.B.1. Struktur PCNU Kabupaten Pandeglang ............................................. 38 Tabel IV.D.1. Hasil Rekapitulasi Suara Pemilihan Presiden 2019 di Kabupaten Pandeglang ................................................................................................................ 62. x.

(12) DAFTAR GAMBAR Gambar III.A.1. Peta Administrasi Kabupaten Pandeglang ..................................... 33 Gambar IV.D.1. Stiker Yoyon Sujana dengan Pasangan Calon Prabowo-Sandi...... 58. xi.

(13) DAFTAR SINGKATAN AD: Anggaran Dasar ART: Anggaran Rumah Tangga DPC: Dewan Pimpinan Cabang Gemasaba: Gerakan Mahasiswa Satu Bangsa GP Ansor: Gerakan Pemuda Ansor IPNU: Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama IPPNU: Ikatan Putri Pelajar Nahdlatul Ulama Kesbangpol: Kesatuan Bangsa dan Politik Kogasma: Komandan Satuan Tugas Bersama LAKPESDAM: Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia LAZISNU: Lembaga Zakat, Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama LBM: Lembaga Bantsul Masail LDNU: Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama LP: Lembaga Perekonomian LPBH: Lembaga Penyuluhan Bantuan dan Hukum LPBI: Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim LPP: Lembaga Pengembangan Pertanian MWC: Majelis Wakil Cabang NU: Nahdlatul Ulama PCNU: Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Pemilu: Pemilihan Umum Pilpres: Pemilihan Presiden PKB: Partai Kebangkitan Bangsa PPP: Partai Persatuan Pembangunan RMI: Rabithah Ma’had Islamiyah SKT: Surat Keterangan Terdaftar. xii.

(14) BAB I PENDAHULUAN A. Pernyataan Masalah Penelitian ini membahas tentang sikap politik Pengurus PCNU Kabupaten Pandeglang terhadap pencalonan Ma'ruf Amin (mendampingi Joko Widodo) dalam pemilihan presiden tahun 2019. Sikap politik yang dimaksud adalah munculnya pro dan kontra di kalangan pengurus PCNU Kabupaten Pandeglang terhadap pencalonan Ma'ruf Amin dalam pilpres 2019. Dalam penelitian ini, penulis mencoba mencari faktor apa saja yang melatarbelakangi pengurus dalam memberi dukungan, tidak mendukung atau tidak berpihak ke salah satu pasangan calon serta strategi apa yang dibuat oleh pengurus PCNU Pandeglang untuk memenangkan Ma’ruf Amin dalam kontestasi politik tahun 2019. Dari data yang berhasil dihimpun, sebanyak 82% pengurus PCNU Pandeglang mendukung Ma’ruf Amin sebagai calon wakil presiden, sebanyak 7% pengurus tidak mendukung dan 11% pengurus NU lainnya netral dalam pilpres tahun 2019. Dari total keseluruhan pengurus PCNU Kabupaten Pandeglang sebanyak 55 pengurus yang terdiri dari pengurus Mustasyar, Syuriah, A’wan dan Tanfidziyah.1 Sikap politik yang bermacam-macam tadi menimbulkan perbedaan, tetapi ini menjadi hak setiap warga NU dalam menentukan pilihan politiknya. Memang secara. 1. Wawancara dengan Munirul Ikhwan, sekretaris Tanfidziyah PCNU Pandeglang, di Aula PCNU Pandeglang pada 14 Oktober 2019 Pukul 17.30.. 1.

(15) lembaga, NU tidak terlibat dalam politik praktis. Organisasi seperti NU tidak memihak terhadap salah satu pasangan calon, karena NU sudah kembali ke khittah. Inti dari khittah NU yaitu mempertegas apa yang sudah dibentuk pada 1926, bahwa NU adalah organisasi keagamaan dan sosial kemasyarakatan. Tetapi pada 1952, NU menjadi partai politik, yang kemudian mengikuti pemilu pada 1955 dan mendapatkan suara terbanyak ke 4 setelah PNI dan Masyumi.2 Pada tahun 1973, NU melebur ke dalam PPP (Partai Persatuan Pembangunan) tetapi tidak bertahan lama, karena terdapat perbedaan orientasi serta visi di dalamnya, sehingga gagasan mengembalikan NU ke khittah timbul, kemudian beberapa kali dibahas dalam muktamar dan baru diformulasikan tahun 1980-an. 3 NU ditegaskan secara organisasi tidak terlibat politik praktis, organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut tidak memberikan dukungan formal kepada sebuah kelompok atau perorangan dalam pemilihan politik. Walaupun pengurus NU dalam pemilu terlibat langsung, tetapi keterlibatannya tidak mengatasnamakan organisasi. Dalam hal ini, pengurus NU berhak untuk memilih dan dipilih. Masuknya Ma'ruf Amin dalam politik praktis merupakan tokoh NU kelima dalam pemilihan presiden. Pertama, Abdurrahman Wahid sebagai presiden RI ke-4 yang dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Kemudian pada pemilu 2004, ada tiga tokoh NU yang bersaing memperebutkan kursi presiden dan wakil presiden, yaitu Hamzah Haz adalah mantan wakil presiden 2001-2004 dan 2004 mencalonkan. 2 3. Choirul Anam, Pertumbuhan dan Perkembangan NU (Surabaya: Bina Satu, 1999), h. 251. Terdapat di http://www.nu.or.id diakses pada tanggal 14 September 2012. 2.

(16) sebagai calon presiden bersama Agum Gumelar, kemudian ada KH. Hasyim Muzadi mencalonkan. diri. sebagai. calon. wakil. presiden. mendampingi. Megawati. Soekarnoputri dan KH. Shalahuddin Wahid sebagai calon wakil presiden mendampingi Wiranto.4 Ma’ruf Amin yang kini menjabat sebagai Rais ‘Aam Pengurus Besar NU (PBNU), dalam pemilu 2019 ini mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden mendampingi Joko Widodo. Pencalonannya dalam politik praktis, tidak menekan seluruh pengurus NU untuk mendukungnya. PCNU Pandeglang juga tidak mengeluarkan kebijakan yang mengharuskan kadernya untuk mendukung atau tidak diperkenankan mendukung salah satu tokoh NU yang terlibat sebagai calon wakil presiden, dalam hal ini pengurus NU bebas mendukung siapapun. Adapun. pengurus. PCNU. Pandeglang. yang. mendukung. sekaligus. memenangkan Ma'ruf Amin, dalam pemilu 2019 mereka berkontribusi atau berpartisipasi dengan cara menjadi relawan dan membuat posko pemenangan. Seperti Rumah KMA (Rumah Kiai Ma'ruf Amin) yang diatur dan didanai sepenuhnya oleh salah satu mustasyar PCNU Pandeglang yaitu Ir. H. Thoni Fathoni Mukson. Rumah yang disewa selama 1 tahun penuh tersebut dijadikan posko Rumah KMA yang bertempat di Palurahan, Kecamatan Kaduhejo, Kabupaten Pandeglang. Salah satu mustasyar PCNU Pandeglang berinisiatif untuk mendirikan posko pemenangan tersebut, karena bentuk kecintaannya terhadap ulama asal Banten, Romi Faslah “Nahdlatul Ulama dan Pemilihan Umum Presiden 2004: Studi Konflik Politik Kiai NU dalam Pencalonan KH. Hasyim Muzadi sebagai Calon Presiden pada Pemilu 2004/ Nahdlatul Ulama and 2004 President Election” (Tesis S2 Pascasarjana, Universitas Indonesia, 2015) 4. 3.

(17) dengan adanya posko di Pandeglang berharap akan mendulang suara capres-cawapres nomor urut 01.5 Beberapa pengurus NU Kabupaten Pandeglang juga membuat tim untuk sosialisasi seperti turun langsung ke masyarakat, serta tim khusus sosial media. Tugasnya yaitu mensosialisasikan calon dengan cara door to door atau aktif dalam sosial media dengan cara memposting berita, mengomentari serta menyebarluaskan visi misi nomor urut 01 baik di akun Facebook, Twitter, Whatsapp, serta Instagram. Tim ini disebut dengan tim metal, yaitu singkatan dari menang total untuk pendukung pasangan Jokowi-Amin.6 Sebagian pengurus NU Pandeglang juga melakukan deklarasi secara resmi. Deklarasi dukungan dilakukan di Ponpes Al-Muawanah yang berlokasi di Jalan Raya Labuan, KM. 73. Kabupaten Pandeglang. Yang dihadiri oleh beberapa perwakilan LDNU PBNU Jakarta, PCNU Pandeglang, Gerakan Pemuda Ansor, Ikatan Pelajar NU, perwakilan santri Pandeglang, sejumlah masyarakat serta kader PPP dan PKB yang turut hadir dalam kegiatan tersebut.7 Kader partai politik yang hadir dalam kegiatan deklarasi tersebut juga merupakan pengurus NU Pandeglang. Memang di era reformasi ini banyak warga NU dan pengurus aktif NU yang bergerak di bidang politik, seperti berpartisipasi aktif di. 5. Wawancara dengan Rian Supriatna, Ketua Gemasaba Kabupaten Pandeglang, di Rumah KMA Pandeglang, pada 10 Maret 2019, Pukul 12.30. 6 Wawancara dengan Rian, di Rumah KMA Pandeglang, pada 10 Maret 2019, Pukul 12.30. 7 Engkos Kosasih, “Sejumlah Ormas di Pandeglang Deklarasi Dukung Jokowi-Ma’ruf di Ponpes Al-Muawanah Menes” https://bantenhits.com, 19 September 2018.. 4.

(18) partai yang berbasis Islam (PPP, PKB) dan ada beberapa pengurus yang masuk ke partai nasionalis seperti Demokrat dan partai lainnya. Senada dengan fakta tersebut, sebagian PCNU Pandeglang menjadi kader PPP dan PKB di Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Kabupaten Pandeglang, yang samasama mempunyai afiliasi kultur ke NU, dalam pilpres tahun 2019 mereka memberi dukungannya terhadap Ma'ruf Amin. Tidak hanya itu, sebagian PCNU Kabupaten Pandeglang memilih untuk tidak mendukung Ma’ruf Amin dalam pemilihan presiden tahun 2019. Menurut sebagian pengurus, tidak ada kewajiban bagi pengurus untuk mendukung pengurus NU yang terlibat dalam politik praktis. Dalam hal ini Ma’ruf Amin yang mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden sudah berada dalam ranah politik dan setiap individu atau masing-masing warga NU yang berada dalam struktural baik di tingkat pusat, wilayah dan cabang berhak untuk menentukan pilihan politiknya. Dalam AD/ART NU tahun 2015 pasal 51 ayat 4 dibahas mengenai larangan bagi pengurus untuk merangkap jabatan, yaitu: “Rais ‘Aam tidak diperkenankan mencalonkan diri atau dicalonkan dalam pemilihan jabatan politik”. Dengan melihat aturan tersebut, Ma’ruf Amin mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Rais ‘Aam dan memilih untuk mendampingi Joko Widodo sebagai petahana dalam politik praktis. Karena itu, sebagian PCNU Pandeglang memutuskan untuk tidak mendukung Ma’ruf Amin dan memilih untuk mendukung pasangan Prabowo-Sandi. 8. 8. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama Tahun 2015.. 5.

(19) Alasan lainnya yaitu pengurus berpandangan bahwa seorang tokoh NU harusnya fokus dalam masalah keagamaan dan kemasyarakatan saja. Dalam politik praktis seharusnya pengurus PBNU hanya sebagai penasihat, bukan sebagai pemain inti, dalam hal ini mencalonkan diri. Terlebih Ma’ruf Amin sebagai seorang alim yang memiliki tugas sebagai pengawas serta pembawa paham Islam Ahlussunnah Waljama’ah. Dengan demikian, skripsi ini bermaksud untuk menggambarkan berbagai pandangan politik PCNU Kabupaten Pandeglang. Tentunya dengan mencari faktorfaktor penyebab pengurus memberi dukungan atau tidak mendukung Ma’ruf Amin dalam pilpres 2019, mencari tahu bentuk dukungan yang dibuat oleh sebagian pengurus untuk memenangkan pasangan nomor urut 01 yaitu Jokowi-Amin, serta strategi yang dibuat oleh sebagian pengurus PCNU khususnya yang tidak mendukung Ma’ruf Amin dan memutuskan untuk mendukung pasangan nomor urut 02, yaitu Prabowo-Sandi. Permasalahan ini diformulasikan dalam beberapa bentuk pertanyaan masalah. B. Pertanyaan Masalah 1. Mengapa dukungan pengurus PCNU Pandeglang terbelah dalam Pemilihan Presiden tahun 2019? 2. Apa bentuk dukungan pengurus PCNU Pandeglang terhadap masing-masing calon yang bertarung dalam Pemilihan Presiden tahun 2019? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan pokok masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah: 6.

(20) a) Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab pengurus PCNU Pandeglang mendukung Ma’ruf Amin. b) Mengungkap faktor-faktor penyebab pengurus PCNU Pandeglang tidak mendukung Ma'ruf Amin dalam pemilihan umum tahun 2019. c) Menganalisis strategi pemenangan Ma'ruf Amin dalam pemilu 2019 yang dilakukan oleh pengurus PCNU Pandeglang. d) Mencari tahu strategi yang dibentuk oleh sebagian pengurus PCNU Pandeglang dalam mendukung pasangan Prabowo-Sandi. Manfaat penelitian dibagi ke dalam dua bagian: 1) Manfaat Akademis Untuk memperkaya khazanah intelektual politik, penulis berharap agar penelitian ini dapat berguna bagi studi ilmu politik serta menambah literatur untuk penelitian atau kajian selanjutnya tentang sikap politik organisasi masyarakat dalam pemilihan presiden. 2) Manfaat Praktis a) Bagi penulis, penelitian ini bertujuan untuk menambah ilmu yang dimiliki oleh penulis serta dapat mengetahui dan mempelajari berbagai sikap dan pandangan politik. Bagi para pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menjawab bagaimana pilihan politik elite non politik dalam pemilihan presiden.. 7.

(21) b) Diharapkan penelitian ini berguna bagi organisasi masyarakat yang berbasis Islam di seluruh Indonesia khususnya sebagai evaluasi bagi NU dalam mengakomodir pengurusnya dalam berpolitik atau politik praktis. D. Tinjauan Pustaka Sebelum melakukan penelitian, penulis mencari referensi atau merujuk pada studi kepustakaan berupa jurnal, skripsi dan tesis yang memiliki keterkaitan dengan masalah yang diteliti atau disusun. Pembahasan yang sudah diteliti menjadi fokus perbandingan penulis dengan tujuan memberi pengetahuan baru yang belum dibahas oleh penulis lain serta untuk menghindari plagiasi tentunya. Berikut penulis jabarkan beberapa referensi atau penelitian yang menjadi tinjauan pustaka, yaitu: Pertama, penelitian Muhammad Anis Sumaji 9 . Studi ini membahas tentang sikap politik elite Muhammadiyah dan NU di Surakarta tentang pemilihan presiden secara langsung pada tahun 2014. Terdapat tiga varian sikap, yaitu: sikap moderat idealistik, sikap realistik-kritis, dan sikap akomodatif-pragmatis. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad merupakan penelitian kualitatif deskriptif analitik. Penemuannya adalah sikap politik elite NU dan Muhammadiyah ada yg mendukung dan ada yang tidak mendukung dengan pelaksanaan pemilihan presiden secara langsung.. Muhammad Anis Sumaji. “Sikap Politik Elite Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di Surakarta Tentang Pemilihan Presiden Secara Langsung (Sebuah Studi Komparatif)” (Tesis S2 Program Megister Pemikiran Islam, Universitas Muhammadiyah Srakarta, 2016). 9. 8.

(22) Kedua, penelitian Endik Hidayat 10 . Endik mencoba memaparkan bagaimana bentuk-bentuk peran kiai dalam mendukung pasangan Prabowo-Hatta dalam pemilihan presiden tahun 2014 di Pesantren Areng-areng. Secara terang-terangan, pesantren tersebut juga menjadi tempat deklarasi pasangan Prabowo-Hatta. Hasil penelitian Endik, bahwa peran ulama atau Kiai sangat signifikan dalam suara yang diraih terhadap pasangan yang mereka dukung, dalam kasus ini agama menjadi alat untuk kepentingan politik dan ulama sangat berperan dalam mendapatkan suara. Ketiga, penelitian Miski. S.H.i11. Peneliti mencoba melakukan analisa terhadap dinamika politik elite NU dengan studi kasus perbedaan preferensi politik Kiai Jawa Timur pada pemilihan presiden tahun 2014. Penelitian ini membahas mengenai faktor apa saja yang menyebabkan perbedaan pandangan terjadi, dan bagaimana menyelesaikan konflik akibat perbedaan politik tersebut. Peneliti menemukan tiga perbedaan preferensi politik yang terbagi menjadi tiga kubu Kiai, yaitu: kubu JokowiJusuf, kubu Prabowo-Hatta dan kubu netral yang tidak memihak ke salah satu pasangan calon dan penemuan selanjutnya, dalam pemilihan umum tahun 2014 Kiai atau ulama sangat berperan dalam menentukan dan mendapatkan suara. Keempat, penelitian Nur Nuzula. 12 Peneliti membahas keterlibatan para elite NU dalam proses pemilihan umum pada tahun 2014. Elite NU sangat berperan dalam. 10 Endik Hidayat."Hubungan Kiai dan Politik: Peran Politik Kiai pada Pilpres 2014 di Pesantren Areng-areng Pasuruan Jawa Timur" (Tesis S2 Pascasarjana Program Megister Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2016 ). 11 Miski. S.H.i.“Dinamika Politik Elite NU: Studi tentang Perbedaan Preferensi Politik Kiai Jawa Tengah pada Pemilihan Presiden 2014" (Tesis S2 Pascasarjana, UIN Sunan Kalijaga, 2017). 12 Nur Nuzula. “Ulama Dalam Politik Elite Nahdhatul: Pemihakan Pemilihan Presiden Tahun 2014”, (Skripsi S1 Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016).. 9.

(23) mendukung kedua calon pasangan presiden dan wakil presiden tahun 2014. Peneliti menemukan perpecahan antara elite NU yang menjadi dua dukungan, dalam artian elite NU mendukung pasangan capres-cawapresnya masing-masing pada pemilu 2014. Perbedaan terjadi karena semua memiliki kepentingan masing-masing, baik kepentingan pribadi maupun organisasinya, karena ingin mendapatkan posisi di pemerintahan. Kelima, penelitian Ahmad Solikhin.. 13. Penelitian ini membahas tentang. bagaimana sikap politik elite Muhammadiyah Pusat dengan Daerah. Hasil dari penelitiannya yaitu terdapat perbedaan sikap politik antara pimpinan pusat dan pimpinan daerah dengan perbedaan pandangan tentunya, serta dalam menentukan pilihan, membuat kebijakan atau keputusan, ormas Muhammadiyah mengacu pada khittah politik Muhammadiyah. Perbedaan kelima penelitian yang menjadi tinjauan pustaka dengan penelitian yang penulis teliti yaitu terletak pada tempat dan waktu. Penelitian pertama dan kelima membahas sikap politik dua ormas berbasis Islam yaitu Muhammadiyah dan NU serta adanya perbedaan sikap politik ormas antara pimpinan pusat dengan pimpinan daerah. Penelitian kedua membahas peran kiai dalam pemilihan presiden. Penelitian ketiga dan keempat membahas perbedaan preferensi politik elite NU atau pemihakan pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2014. Sedangkan fokus pembahasan Ahmad Sholikin, “Perbedaan Sikap Politik Elektoral Muhammadiyah antara Pusat dan Daerah” Jurnal Polinter Prodi Ilmu Politik FISIP UTA’45 Jakarta, Vol. 3 No. 2 (September-Februari 2018). 13. 10.

(24) penulis mengenai sikap politik pengurus cabang suatu ormas di Kabupaten Pandeglang terhadap pencalonan mantan Rais ‘Aam PBNU dalam pemilihan presiden tahun 2019. E. Metode Penelitian Metodologi merupakan sekumpulan prosedur, peraturan dan kegiatan yang digunakan oleh peneliti atau pelaku ilmu studi mengenai suatu cara yang berkaitan dengan prinsip umum pembentukan pengetahuan. 14 Sedangkan penelitian atau research adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis serta logis untuk menjawab pertanyaan atau masalah yang diselidiki.15 Maka, metodologi penelitian ialah proses atau langkah-langkah untuk mendapatkan data yang akan digunakan untuk keperluan penelitian. Sedangkan, metode berasal dari kata ‘methodos’, ‘meta’ artinya menuju dan ‘hodos’ berarti jalan. Jadi, methodos adalah metode ilmiah untuk melakukan sesuatu menurut cara atau aturan tertentu.16 E.1 Pendekatan Penelitian E.1.2 Pendekatan Penelitian Kualitatif Penelitian kualitatif disebut sebagai sebuah metodologi penelitian dengan menggunakan ketajaman serta kedalaman peneliti atas suatu fenomena objek penelitian, objek penelitian tersebut memiliki makna yang harus dipahami secara 14. Juliansyah Noor, Metode Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah (Jakarta: Penerbit Kencana, 2011), h. 22. 15 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 26. 16 Noor, Metode Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah, h. 22.. 11.

(25) mendalam, atau lebih jelasnya penelitian kualitatif merupakan suatu strategi untuk mencari makna, konsep, pengertian, deskripsi tentang suatu fenomena.17 Dalam hal ini, penelitian kualitatif menggunakan pendekatan induktif serta deskriptif,18karena itu dalam penelitian yang penulis teliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif untuk melihat data-data yang berasal secara deskriptif dapat menggunakan kata-kata, gambar dan sebagainya. Dalam penelitian ini, data yang diambil adalah data mengenai sikap politik dan pandangan pengurus PCNU Kabupaten Pandeglang terhadap pencalonan Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden (mendampingi Joko Widodo sebagai calon presiden) dalam pemilihan presiden tahun 2019. Data tersebut diperoleh dengan menggunakan metode-metode dalam penelitian kualitatif seperti melakukan wawancara, serta dokumentasi dalam teknik pengumpulan data. E.2 Sumber dan Jenis Data Dalam penelitian ilmiah terdapat data-data yang kemudian terbagi ke dalam dua bagian: E.2.1 Data primer Data primer merupakan data atau keterangan yang diperoleh langsung dari sumbernya, dalam penelitian ini penulis memperoleh data-data yang langsung didapat dari ahlinya sesuai dengan kebutuhan penulis dan dalam menganalisis studi kasus masalah yang diambil penulis, penulis mendapatkan informasi langsung dengan 17. A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan h. 329 Eko Sugiarto, Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif Skripsi dan Tesis (Yogyakarta: Penerbit Suaka Media, 2015), h. 8. 18. 12.

(26) Pengurus Cabang dan tidak lupa melihat dari sisi masyarakat dengan melakukan pengamatan langsung kepada pimpinan pondok pesantren serta masyarakat. E.2.2 Data sekunder Data sekunder diartikan sebagai data atau keterangan yang didapatkan atau diperoleh langsung dari pihak kedua. Data tersebut dapat berupa catatan dalam bentuk buku, jurnal, dapat berupa laporan, bulletin, koran atau juga didapat dari media lainnya seperti televisi, dan radio. Pada penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder berupa data yang didapatkan berasal dari media (koran), buku dan lainnya. Sumber data sekunder berupa data kepengurusan, hasil suara dari penghitungan KPU dan lainnya yang menunjuk kepada data pendukung dalam penelitian sikap politik pengurus PCNU Pandeglang terhadap pencalonan Ma’ruf Amin dalam pemilihan presiden tahun 2019 E.3 Teknik Pengumpulan Data Terdapat berbagai metode dalam teknik pengumpulan data yaitu dengan melakukan wawancara atau data dapat didapatkan dari bentuk dokumentasi. E.3.1 Wawancara (Interview) Wawancara adalah suatu proses interaksi antara pewawancara dengan sumber informasi melalui komunikasi langsung. 19 Pewawancara menanyakan perihal suatu obyek dengan tatap muka, tentunya pewawancara harus sudah menyiapkan apa saja yang menjadi kebutuhan dalam proses wawancara, seperti menyiapkan pertanyaan untuk narasumber serta pewawancara harus memiliki keterampilan dalam proses 19. A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan, h. 372.. 13.

(27) tanya-jawab, sehingga sumber informasi dapat menerima serta memahami informasi apa yang interviewer butuhkan. Dalam melakukan wawancara, dapat diketahui motif dari responden, pemahaman serta pengalaman dan emosi yang dimiliki.20 Penulis mewawancari beberapa narasumber yaitu: Dede Kurniawan sebagai sekretaris ISNU Kabupaten Pandeglang, Epi Hasan Rifai sebagai Pengamat Politik dan Hukum Kabupaten Pandeglang, KH. Munirul Ikhwan sebagai sekretaris Tanfidziyah PCNU Pandeglang yang memberikan banyak informasi mengenai kepengurusan NU dan sikap politik PCNU Pandeglang secara umum, Rian Supriatna sebagai ketua Gemasaba Kabupaten Pandeglang sekaligus sebagai orang yang tinggal di Rumah KMA selama pemilu berlangsung, Thoni Fathoni Mukson sebagai Mustasyar PCNU Pandeglang dan juga sebagai ketua DPC PKB Kabupaten Pandeglang yang dalam penelitian ini narasumber sebagai pengurus NU yang mendirikan posko pemenangan untuk Ma’ruf Amin dan mendukung penuh pasangan nomor urut 01, Utoh Mashuri sebagai wakil sekretaris Tanfidziyah PCNU Pandeglang dan mewakili pengurus PCNU yang netral dalam pilpres 2019, penulis melakukan wawancara dengan Yoyon Sujana sebagai A'wan PCNU Pandeglang juga sebagai ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Pandeglang yang mendukung penuh pasangan Prabowo-Sandi dalam pemilu tahun 2019. Kemudian wawancara dengan Oji warga NU kultural di Kabupaten Pandeglang dan wawancara dengan Ust. Epi Hanapi pimpinan dan pengurus Pondok Pesantren Salafi di Pandeglang.. 20. W.Gulo, Metodologi Penelitian (Jakarta: Grasindo, 2002), h. 119.. 14.

(28) E.3.2 Dokumentasi Dokumen merupakan catatan tertulis tentang sesuatu yang sudah berlalu. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen. Data dokumentasi dapat berupa foto atau teks tertulis. Teks tertulis seperti biografi, cerita atau karya tulis.21 Dalam penelitian ini, data dokumentasi yang penulis dapatkan berupa gambaran umum Kabupaten Pandeglang, gambar peta administrasi Kabupaten Pandeglang, tabel populasi penduduk berdasarkan agama, sejarah dan kepengurusan PCNU Pandeglang, hasil rekapitulasi pemilu tahun 2019, berita maupun lainnya yang berhubungan dengan penelitian mengenai sikap politik PCNU Pandeglang terhadap keterlibatan Ma’ruf Amin dalam pemilu tahun 2019. E.4 Teknik Analisis Data Tahapan analisis data yang penulis lakukan yaitu: pertama, mengumpulkan data dari buku, dokumen, wawancara dan sumber lainnya, kemudian penulis merangkum data yang penting untuk menjawab pertanyaan penelitian. Kedua, penyajian data. Data yang sudah dirangkum oleh penulis dijelaskan secara detail berupa narasi, dalam tahap ini dipaparkan berbagai sikap politik pengurus PCNU Pandeglang serta bentuk dukungan masing-masing dalam pilpres 2019 dan pembahasannya dianalisis dengan menggunakan pendekatan budaya politik, pendekatan perilaku pemilih, elite dan teori tindakan sosial. Ketiga, kesimpulan. Penulis mengambil kesimpulan dari hasil penelitiannya. 21. A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan, h. 391.. 15.

(29) F. Sistematika Penulisan Pembahasan dalam penelitian ini dibagi ke dalam 5 bab, berikut adalah sistematika penulisan dalam penelitian ini: Pada BAB I, penulis membahas seputar pernyataan masalah yang berkaitan dengan sikap politik dan pandangan pengurus PCNU Pandeglang Banten terhadap pencalonan Ma'ruf Amin dalam pilpres tahun 2019, tepatnya sebagai cawapres, kemudian pertanyaan masalah merupakan pertanyaan yang menjawab isi atau pembahasan dalam penelitian ini. Tujuan dan kegunaan penelitian dicantumkan untuk membahas apa yang ini dicapai dan kegunaan dilakukannya penelitian ini untuk apa. Telaah pustaka juga penting, karena menjadi rujukan penulis dalam melakukan penelitian, apa yang sudah dibahas dalam penelitian sebelumnya dan menjadi sebuah perbandingan bagi penulis. BAB II Kerangka Teori dan Konsep. Kerangka teori membantu menjelaskan permasalahan yang diteliti dengan menggunakan pendekatan budaya politik, pendekatan perilaku pemilih, elite serta teori tindakan sosial. Teori membantu penulis dalam menjelaskan sikap politik dan beberapa faktor yang menyebabkan pengurus PCNU Pandeglang mendukung masing-masing pasangan calon dalam pilpres tahun 2019. BAB III Gambaran Umum Kabupaten Pandeglang dan PCNU Pandeglang. Penulis memaparkan tentang sosial-politik Kabupaten Pandeglang dan dinamika politik ormas Islam yaitu NU dan khususnya membahas kepengurusan PCNU Pandeglang serta informasi lainnya yang berkaitan dengan pemilu 2019. 16.

(30) BAB IV Sikap Politik Pengurus PCNU Pandeglang terhadap pencalonan Ma’ruf Amin dalam pemilihan presiden tahun 2019, dalam bab ini penulis memaparkan hasil wawancara dan studi dokumentasi untuk mengkaji sikap politik pengurus PCNU Pandeglang dan pandangan politik para pengurus serta pihak terkait. Hasil penelitiannya adalah sikap politik pengurus PCNU Pandeglang terhadap pencalonan Ma’ruf Amin dalam pilpres 2019 adalah beragam, terdapat sikap yang netral, mendukung dan tidak mendukung. Bentuk dukungan dari pengurus terhadap masing-masing calon pasangan yang bertarung dalam pemilihan presiden adalah dengan menjadi relawan, membuat posko pemenangan, melakukan deklarasi dukungan, kampanye ke berbagai tempat dan datang ke tps untuk memberikan suara. Pada BAB V, penulis memaparkan kesimpulan dan saran dalam penelitiannya. Kesimpulan adalah jawaban pertanyaan masalah yang kemudian menjadi hasil sebuah penelitian. Kemudian penulis memberikan saran bagaimana seharusnya organisasi masyarakat yang berbasis Islam seperti Nahdlatul Ulama berperan dan memberikan kontribusi dalam perpolitikan di Indonesia.. 17.

(31) BAB II KERANGKA TEORI Penelitian ini menggunakan empat teori, yaitu: pendekatan budaya politik, pendekatan perilaku pemilih, elite dan teori tindakan sosial. A. Pendekatan Budaya Politik Konsep budaya politik muncul pada akhir Perang Dunia II dan pada waktu yang bersamaan terjadi revolusi dalam ilmu politik atau Behavioral Revolution di Amerika Serikat. 1 Terdapat lima negara demokrasi yang dijadikan sebagai studi perbandingan tentang kebudayaan politik, yaitu: Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Meksiko dan Italia.2 Lahirnya kebudayaan politik merupakan dampak dari keseluruhan sistem sosial-budaya masyarakat melalui proses sosialisasi politik. Tujuannya agar masyarakat memahami dan mengerti bahwa nilai politik adalah pengaruh dari sikap atau tingkah laku mereka sendiri.3 Budaya politik membahas mengenai sikap warga negara yang akan mempengaruhi dukungan, tanggapan, serta orientasi terhadap sistem politik, dan. 1. Affan Gaffar, Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h. 97. 2 Gabriel A Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan Demokrasi di Lima Negara. (Jakarta: Bina Aksara, 1984), h. 42. 3 Alfian, Masalah dan Prospek Pembangunan Politik Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1986), h. 244-245.. 18.

(32) budaya politik sendiri berkaitan erat dengan sistem politik, maksudnya adalah bagaimana individu melakukan kegiatan dalam sistem politik.4 Para ahli memberikan definisi budaya politik yang berbeda-beda (beragam), seperti menurut Miriam Budiardjo, budaya politik adalah keseluruhan dari pandangan-pandangan politik, seperti norma-norma, pola-pola orientasi terhadap politik dan pandangan hidup pada umumnya.5 Budaya politik juga merepresentasikan sikap politik kolektif yang dianut oleh sekelompok orang bukan hanya satu individu. Selain itu, budaya politik juga bermakna kesadaran warga tentang perpolitikan suatu negara atau pemerintahannya. Budaya politik menurut Mochtar Massoed adalah suatu sikap dan orientasi warga suatu negara terhadap kehidupan pemerintahan negara dan politiknya.6 Senada dengan Rusadi Kantaprawira mengemukakan bahwa budaya politik merupakan persepsi manusia dan pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik. Perilaku politik masyarakat dapat berupa tindakan dan sikap berbentuk dukungan atau ketidakpedulian terhadap pemerintah.7 Almond dan Verba mendefinisikan budaya politik sebagai: “Suatu sikap orientasi yang khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya,. 4. Lihat Gabriel A. Almond and Bingham Powell, Comprative Politic A Developmental Approach dikutip Rusadi Kantraprawira, Budaya Politik, h. 42. 5 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 49. 6 Mochtar Mass’oed & Colin Andrews, Perbandingan Sistem Politik (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1986), h. 41 7 Rusadi Kantraprawira, Sistem Politik Indonesia, Suatu Model Pengantar (Bandung: CV. Sinar Baru, 1988), h. 25.. 19.

(33) dan sikap terhadap peranan warga negara yang ada di dalam sistem tersebut”. 8 Budaya politik berkaitan erat dengan sistem politik dan lebih mengutamakan dimensi psikologis, seperti sistem kepercayaan, simbol yang dimiliki dan diterapkan, serta sikap. Menurut Mar’at sikap adalah prilaku yang berasal dari proses sosialisasi yang ditentukan oleh faktor budaya. Sikap dapat dikatakan sebagai sebuah respon atau bentuk dari perasaan, perasaan mendukung, tidak mendukung atau memihak pada suatu obyek politik.9 Eagly dan Chaiken berpendapat, bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap obyek politik.10 Kemudian diekspresikan ke dalam bentuk respon kognitif, afektif dan perilaku, yang selanjutnya Almond dan Verba menyebutnya sebagai komponen orientasi politik. Jadi, dalam budaya politik terdapat tiga komponen orientasi politik,11 yaitu: 1) Orientasi Kognitif Orientasi kognitif meliputi berbagai pengetahuan dan keyakinan pada politik atau terhadap jalannya sistem politik pada umumnya, peranan, serta input dan output nya. Seperti tingkat pengetahuan seseorang terhadap tokoh-tokoh pemerintahan, kekuasaan atau pengetahuan apa yang dimiliki seseorang mengenai simbol yang. 8. Gabriel A Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan Demokrasi di Lima Negara, h. 14. 9 Mar’at, Sikap Manusia: Perubahan serta Pengukurannya (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), h. 25-26. 10 Alice H. Eagly and Shelly Chaiken, The Psychology of Attitudes (New York: Harcourt Brace Janovich College Publisher,1993), h.10. 11 Gabriel A Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan Demokrasi di Lima Negara, h. 16.. 20.

(34) berkaitan dengan sistem politik yaitu lambang negara, mata uang suatu negara dan yang lainnya. 2) Orientasi Afektif Orientasi afektif menyangkut perasaan seseorang terhadap sistem politik, peranan, tokoh politik dan penampilannya. 12 Seperti seseorang yang memiliki perasaan dan membuatnya bersikap untuk menerima atau menolak sistem politik di suatu negara. 3) Orientasi Evaluatif Orientasi evaluatif berkaitan dengan praduga, penilaian atau pendapat seseorang terhadap sistem politik. Orientasi ini juga melibatkan kombinasi informasi, standar nilai dan perasaan.. 13. Selain orientasi politik, Almond dan Verba. mengklasifikasikan tipe-tipe budaya politik yang berkembang dalam masyarakat atau bangsa menjadi tiga jenis, yaitu: 1) Budaya Politik Parokial Budaya politik parokial ditandai dengan wilayah yang sempit, juga dikenal dengan masyarakat tradisonal dan sederhana. Tipe masyarakat seperti ini tingkat partisipasi politiknya sangat rendah, atau bisa dikatakan apatis tidak terdapat peranan. 12. Gabriel A Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan Demokrasi di Lima Negara, h. 16. 13 Gabriel A Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan Demokrasi di Lima Negara, 16-17.. 21.

(35) politik yang bersifat khas dan berdiri sendiri. Pada kebudayaan seperti ini, anggota masyarakat cenderung tidak berminat terhadap politik.14 2) Budaya Politik Subyek (Kaula) Budaya politik kaula yaitu di mana anggota masyarakat mempunyai minat serta kesadaran terhadap sistem politik terutama terhadap aspek outputnya. Masyarakat menyadari bahwa elite politik atau pembuat kebijakan tidak dapat diganggu gugat dan tidak dapat dipengaruhi oleh masyarakat sendiri, sehingga masyarakat menerima keputusan apa saja yang berasal dari pemerintah.15 Tipe kebudayaan subyek atau kaula di mana anggota masyarakat mengakui akan adanya institusi demokrasi dan otoritas pemerintah tetapi hal ini tidak memberi keabsahan pada mereka.16 Masyarakat seperti ini sudah relatif maju secara ekonomi dan politik, serta memahami kondisi politik di negaranya patuh terhadap undangundang dan pejabat pemerinatahan, tetapi masyarakat cenderung pasif, tidak ada gerakan atau tidak ikut berpartisipasi dalam politik. 3) Budaya Politik Partisipan Masyarakat memiliki kesadaran politik yang tinggi dan berperan aktif dalam kegiatan politik di negaranya, masyarakat menyadari akan haknya sebagai warga. 14. Rusadi Kantraprawira, Sistem Politik Indonesia, Suatu Model Pengantar, h. 33-34. Rusadi Kantraprawira, Sistem Politik Indonesia, Suatu Model Pengantar, h. 33. 16 Gabriel A Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan Demokrasi di Lima Negara, h. 21. 15. 22.

(36) negara sehingga menggunakan hak tersebut untuk mendukung atau menolak sistem politik, seperti memberi suara dalam pemilihan umum.17 Dari ketiga tipe budaya politik, menurut Almond tidak ada satu negara yang memiliki budaya murni parokial, subyek atau partisipan.18 Maka Almond dan Verba membedakan tiga bentuk budaya politik variasi campuran: 1) Budaya Politik subyek-parokial 2) Budaya politik subyek-partisipan 3) Budaya politik parokial-partisipan Berdasarkan penggolongan tersebut, dapat dibagi dalam tiga model kebudayaan politik, yaitu: pertama, masyarakat demokratis industrial. Model budaya politik industrial ini ditandai dengan banyaknya aktivis politik, masyarakat cenderung aktif dalam membicarakan atau mendiskusikan perihal politik, dan berkontribusi dalam mengusulkan sebuah kebijakan dengan cara berdemonstrasi atau menyampaikan aspirasi mereka secara langsung. Kedua, masyarakat dengan sistem politik otoriter, masyarakat menengah ke atas seperti tokoh agama, pengusaha, pemilik tanah dan sebagainya terlibat aktif dalam permasalahan politik, sedangkan masyarakat biasa cenderung apatis, tidak berminat terhadap politik dan pasif. Ketiga, masyarakat demokratis preindustrial. Sistem ini. 17. Budi Winarno, Sistem Politik Indonesia Era Reformasi (Yogyakarta: Media Pressindo, 2007),. 18. Uddin B. Sore dan Sobirin, Kebijakan Publik (Makassar: CV. Sah Media, 2017), h. 150.. h. 18.. 23.

(37) ditandai dengan rendahnya minat masyarakat terhadap politik dan sebagian besar masyarakatnya buta huruf dan tinggal di pedesaan.19 Dalam penelitian ini, pendekatan budaya politik menjelaskan mengenai sikap politik PCNU Pandeglang dan bagaimana pandangannya terkait pemilihan presiden dan wakil presiden, khususnya sikap politik pengurus PCNU Pandeglang terhadap Ma’ruf Amin yang merupakan Rais ‘Aam PBNU dan dalam pemilu tahun 2019 menjadi pendamping Joko Widodo. B. Pendekatan Perilaku Pemilih Perilaku memilih merupakan faktor yang menyebabkan seseorang dalam memilih kandidat politik yang berkaitan dengan partisipasi seseorang dalam pemilu atau pilpres. Secara garis besar, perilaku pemilih dapat diurai dalam tiga model pendekatan, yaitu model sosiologis, model psikologis dan model pilihan rasional.20 Model sosiologis adalah model perilaku memilih yang terawal yang dikembangkan oleh sejumlah ilmuwan sosial politik dari Columbia University Bureau of Applied School Science, atau dikenal dengan mazhab Columbia (The Columbia School of Electoral Behavior). Ciri khas dari model ini ditentukan oleh karakteristik sosiologis para pemilih, terutama kelas sosial, agama, dan kelompok etnik. Jadi pilhan seseorang dalam pemilu atau pilpres dipengaruhi oleh latar 19. Uddin B. Sore dan Sobirin, Kebijakan Publik, h. 151. Saiful Mujani, R. William Liddle dan Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis terhadap Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca Orde Baru, (Jakarta: Mizan Publika, 2012), h. 3-4. 20. 24.

(38) belakang demografi dan sosial ekonomi seperti, agama, tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan, kelas dan usia.21 Selanjutnya, model psikologis adalah model pendekatan untuk menjelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan yang diambil dalam waktu yang sangat singkat, dalam model ini rasa memiliki atau kedekatan secara emosional terhadap suatu partai atau tokoh lebih dominan dibanding dengan faktor ekonomi atau sosial lainnya. Jadi, seseorang berpartisipasi dalam pemilu atau pilpres bukan karena kondisi sosial-ekonominya lebih baik, atau karena berada dalam jaringan sosial. Tetapi karena tertarik dengan politik, merasa suaranya berarti, merasa dekat dengan partai tertentu (identitas partai), serta percaya bahwa pilihannya dapat ikut memperbaiki keadaan (political efficacy).22 Terakhir model pilihan rasional, model pemilih ini menentukan pilihannya berdasarkan pertimbangan rasional atau dalam model ini pemilih cenderung memikirkan hal apa yang akan didapatkan dari memilih seorang kandidat. Yakni, menghitung bagaimana caranya mendapatkan hasil maksimal dengan ongkos minimal atau bisa disebut dengan pemilih menentukan pilihan dengan pertimbangan untung. 21. Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Grasindo, 2010), h. 186. Saiful Mujani, R. William Liddle dan Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis terhadap Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca Orde Baru, h. 22. 22. 25.

(39) rugi. Suara mereka akan diberikan pada kandidat atau calon yang bisa mendatangkan keuntungan kepada mereka.23 C. Elite Istilah elite berasal dari bahasa Latin eligere, artinya memilih.24 Elite memiliki arti golongan orang terpandang atau terpelajar atau orang yang terpilih dalam masyarakat.. 25. Menurut Aristoteles, elite adalah sejumlah kecil individu yang. memikul semua atau hampir semua tanggung jawab kemasyarakatan. Sebelumnya, Plato membahas tentang elite, karena menurutnya setiap masyarakat dalam suatu minoritas membuat keputusan-keputusan besar.26 Mills juga memiliki pandangan mengenai elite, menurutnya elite adalah mereka yang menduduki posisi utama di dalam masyarakat, bisa dikatakan di puncak struktur-struktur sosial yang terpenting yaitu posisi yang tinggi di dalam ekonomi, pemerintahan, aparat kemiliteran, politik, agama, pengajaran dan lain sebagainya. Dengan kedudukan tersebut para elite tugasnya mengambil keputusan yang akibatnya dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.27 Sebelum membahas teori elite, Vilpredo Pareto mengklasifikasikan masyarakat ke dalam dua kelas yaitu, lapisan atas (elite) dan lapisan yang rendah (non elite).. 23. Saiful Mujani, R. William Liddle dan Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis terhadap Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca Orde Baru, h. 29. 24 Suzanne Keller, Penguasa dan Kelompok Elit (Jakarta: Rajawali, 1995), h.3. 25 Tim Prima Pena,”Kamus Ilmiyah Populer”, (Jakarta: Gita Media Press, 2006), h. 111. 26 Jayadi Nas, Konflik Elite di Sulawesi Selatan: Analisis Pemerintahan dan Politik Lokal (Makassar: Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin, 2007), h. 33. 27 C Wright Mills, The Power Elite (New York: Oxford, 1956), h. 269.. 26.

(40) Menurut Pareto elite adalah orang yang berhasil dalam artian elite adalah orang yang menduduki jabatan tertinggi dalam lapisan masyarakat.28 Menurut Pareto, elite dibagi menjadi dua bagian, yaitu: elite politik dan elite non politik. Pertama, elite politik merupakan seseorang yang menduduki jabatanjabatan politik atau bisa disebut orang yang memiliki kekuasaan di eksekutif atau legislatif yang dipilih melalui pemilihan umum dan dipilih dalam proses politik yang demokratis. Jadi, individu atau kelompok yang memiliki pengaruh dalam proses pengambilan keputusan politik disebut sebagai elite yang memerintah (governing elite), seperti presiden, gubenur, bupati atau walikota, DPR dan institusi lainnya yang memiliki kekuasaan baik di eksekutif maupun legislatif. Kedua, elite non politik adalah seseorang yang menduduki jabatan-jabatan strategis dan mempunyai pengaruh untuk memerintah orang lain dalam lingkup masyarakat atau bisa disebut sebagai elite yang tidak memerintah (non-governing elite). 29 Elite non politik ini seperti: elite keagamaan, organisasi kemasyarakatan, kepemudaan, dan lain sebagainya. Pareto juga mengembangkan konsep sirkulasi elite, sirkulasi elite merupakan perputaran elite dari satu kelompok kelas ke kelompok kelas lainnya. Menurut Pareto supaya tidak terjadi pergolakan didalam pergantian elite, maka diperlukan sirkulasi. 28 29. S.P. Varma,Teori Politik Modern, (Jakarta: Rajawali Pres, 1987), h. 202. S.P. Varma,Teori Politik Modern, h. 202.. 27.

(41) elite yaitu dengan cara menarik kelompok orang di bawah elite untuk masuk ke dalam elite, sehingga dapat menghambat perebutan kekuasaan. Selain itu, individu lapisan bawah dapat membuat kelompok elite tandingan (elite baru) dan ikut dalam perebutan kekuasaan dengan elite yang sudah ditentukan tersebut. Karena seorang atau sekelompok elite memiliki sifat yang khas yaitu residu atau sifat yang menonjolkan diri dalam bentuk kegiatan. Seperti residu kombinasi dan residu agregasi. Residu kombinasi adalah ketika para elite politik merasionalkan kekuasaan elite politik dengan cara derivasi atau penyerapan.30 Sedangkan residu agregasi adalah memerintah dengan cara paksa atau dengan kekerasan, sehingga masyarakat tidak memiliki kebebasan karena dikuasai oleh elite politik tersebut. Seperti halnya Pareto, seorang ilmuwan politik Gaetano Mosca juga mengembangkan teori elite dan percaya dengan teori pergantian elite. Mosca berpendapat bahwa dalam setiap masyarakat terdapat dua kelas,31 yaitu: kelas yang berkuasa atau memerintah (the rulling class) dan kelas yang diperintah atau dikuasai (the rulled class), yang termasuk ke dalam elite politik yaitu kelas penguasa yang memonopoli kekuasaan dan memiliki kewenangan untuk mengatur struktur dalam sistem politik. Sedangkan kelas yang diperintah yaitu dikendalikan oleh kelas penguasa walaupun jumlahnya lebih besar.. 30. Derivasi (penyerapan) adalah usaha untuk mempertahankan elite dengan menggunakan akal rasional yang dengan sengaja membenarkan segala kegiatan atau untuk mengelabui massa guna memperalatnya. 31 S.P. Varma,Teori Politik Modern, h. 204.. 28.

(42) Kelas yang memerintah menurut Mosca terdiri dari minoritas terorganisir di mana mereka dapat melakukan apa saja dengan memaksakan kehendaknya seperti memanipulasi dan melakukan kekerasan.32 Kelompok ini memiliki karakteristik yang membedakan bahwa mereka adalah elite, yaitu kecakapan untuk memimpin dan menjalankan kontrol politik. Orang yang berkuasa atau memerintah akan kehilangan jabatan dan dijatuhkan oleh penguasa baru ketika mereka tidak memperlihatkan kecakapan yang lebih baik.33 Sehingga akan terjadi perubahan dan semakin mempercepat pergantian elite. Jadi, sirkulasi elite terjadi apabila ada pergeseran dalam perimbangan kekuatan politik. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Robert Michels, 34 menurutnya tidak akan ada masyarakat tanpa suatu kelas dominan, karena pemerintah merupakan suatu organisasi atau sekelompok orang yang dominan, yang mengekploitasi massa atau golongan mayoritas. Jadi, masyakarat akan didominasi kehidupannya oleh kelompok elite yang menjalankan pemerintahan atau elite yang berpengaruh besar untuk masyarakat. Terkait dengan hal itu, Putnam membagi elite dalam tiga model analisis. 35 Pertama, analisis posisional menempatkan elite sebagai kelompok yang membuat atau mengambil keputusan untuk masyarakat dan posisinya berada dalam struktur. 32. Damsar, Pengantar Sosiologis Politik (Jakarta: Prenadamedia Group, 2010), h. 41. S.P. Varma,Teori Politik Modern, h. 205. 34 Robert Michels, “Hukum Besi Oligarkhi” dalam Ichlasul Amal, Teori-teori Mutakhir Partai Politik (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1986), h. 63. 35 Robert D. Putnam, “Studi Perbandingan Elit Politik” dalam Mohtar Mas’oed dan Colin Mac Andrew, Perbandingan Sistem Politik, h. 30. 33. 29.

(43) organisasi atau institusi formal, kaum elite ini berpengaruh dalam membuat keputusan untuk masyarakat. Kedua, analisis reputasional menempatkan elite sebagai orang yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan tetapi tidak berada dalam struktur organisasi. Ketiga, analisis keputusan menempatkan elite sebagai kelompok yang mempelajari proses pembuat keputusan, dalam hal ini siapa yang memiliki inisiatif dan siapa yang menentang. Tidak hanya itu, Putnam juga mengelompokkan individu-individu ke dalam enam lapisan,36 yaitu: 1) Kelompok pembuat keputusan (lapisan paling atas adalah kelompok elite) 2) Kaum berpengaruh 3) Aktivis 4) Publik peminat politik 5) Kaum pemilih 6) Non partisipan (lapisan paling bawah adalah massa) Dalam konteks penelitian ini, pengurus PCNU Pandeglang termasuk elite non politik dan penulis menganalisis kedudukan pengurus NU menggunakan teori elite Robert Putnam, karena NU merupakan organisasi kemasyarakatan sehingga orangorang yang berada dalam kepengurusan NU merupakan elite NU dan bisa disebut sebagai elite non politik dan memiliki pengaruh di dalam kehidupan masyarakat. Teori elite adalah teori yang menjelaskan orang-orang yang berada dalam 36. Mohtar Mas’oed dan Colin Mac Andrew, Perbandingan Sistem Politik, h. 80.. 30.

(44) kepengurusan di tingkat pusat (PBNU), wilayah (PWNU) atau cabang (PCNU), baik kedudukannya sebagai Musytasyar, Syuriah dan Tanfidziyyah. D. Teori Tindakan Menurut Talcott Parson, tindakan sosial merupakan subyek yang bertindak secara konkrit dan dinamis. Tindakan sosial menekankan pada orientasi subjektif yang mengendalikan pilihan-pilihan individu. Pilihan-pilihan ini secara normatif diatur atau dikendalikan oleh nilai atau standar normatif bersama.37 Seseorang akan bertindak sesuai dengan motif dan tujuannya. Tentunya dengan karakter yang berbeda. Karakter yang berbeda itu selanjutnya dibawa dalam penerapan tindakan untuk menentukan, memilih, menyikapi persoalan-persoalan pribadi dan sosial yang ada. Manusia secara individu, dapat memilih salah satu dari pilihan dalam menentukan alternatif pilihannya. Orientasi filosofi teori tindakan sosial Parson adalah positivisme, di mana tindakan sosial seseorang atau individu ditentukan oleh struktur sosial.38 Max Weber mengemukakan pendapatnya tentang teori tindakan, menurutnya, suatu tindakan akan disebut sebagai tindakan sosial, apabila tindakan tersebut ditujukan pada orang lain bukan pada benda mati lebih jelasnya, tindakan individu yang mempunyai makna bagi dirinya dan diarahkan kepada orang lain. Orientasi. 37. Yesmil Anwar dan Adang, Pengantar Sosiologi Hukum, (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 73. Yayuk Yuliati, Perubahan Ekologis dan Strategi Adaptasi Masyarakat di Wilayah Pegunungan Tengger (Suatu Kajian Gender dan Lingkungan) (Malang: UB Press, 2011), h. 62. 38. 31.

(45) filosofi teori tindakan sosial rasional Weber adalah idealisme-historisme.39 Di mana tindakan sosial individu ditentukan oleh jiwa dan pikiran manusia bukan pengaruh dari lingkungan. Jadi, dalam hal ini individu bebas memilih dan bertindak. Weber membedakan empat tipe tindakan sosial, sebagai berikut:40 1) Tindakan rasionalitas instrumental (berorientasi tujuaan): tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan dengan pertimbangan rasional 2) Tindakan rasional nilai (berorientasi nilai): tindakan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan nilai agama, etis dan estetis 3) Tindakan afektif: tindakan yang dilakukan berdasarkan faktor emosional atau perasaan 4) Tindakan tradisional: tindakan yang dilakukan sudah menjadi kebiasaan atau lazim Teori tindakan sosial ini menjelaskan bagaimana pengurus PCNU dalam menentukan pilihan, dalam hal ini pilihan politik dalam pemilihan umum tahun 2019. Teori ini membantu menggambarkan bagaimana perbedaan sikap dalam merespon politik di sebuah organisasi kemasyarakatan.. 39. Yayuk Yuliati, Perubahan Ekologis dan Strategi Adaptasi Masyarakat di Wilayah Pegunungan Tengger (Suatu Kajian Gender dan Lingkungan), h. 63. 40 Yayuk Yuliati, Perubahan Ekologis dan Strategi Adaptasi Masyarakat di Wilayah Pegunungan Tengger (Suatu Kajian Gender dan Lingkungan), h. 64.. 32.

(46) BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN PANDEGLANG DAN PCNU PANDEGLANG A. Gambaran Umum Kabupaten Pandeglang Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu daerah yang berada di Provinsi Banten, secara geografis Kabupaten Pandeglang terletak pada 6o21’-7o10’ Lintang Selatan dan 104o48’-106o11’ Bujur Timur. Posisi tersebut menempatkan Kabupaten Pandeglang berada di Ujung Barat dari Provinsi Banten.1 Gambar III.A.1. Peta Administrasi Kabupaten Pandeglang. Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang Dari gambar tersebut, kita bisa lihat secara jelas bagaimana jarak dari kota ke kota yang ada di wilayah Kabupaten Pandeglang. Wilayah Kabupaten Pandeglang memiliki luas 2.747 kilometer persegi (km2) atau sebesar 29, 98 persen dari luas wilayah Provinsi Banten, meliputi 35 kecamatan dan 339 desa/kelurahan.. 1. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Pandeglang dalam Angka Tahun 2018 (BPS Kabupaten Pandeglang: Kabupaten Pandeglang, 2018), h. 2. 33.

(47) Secara geografis, Kabupaten Pandeglang mempunyai batas administrasi atau wilayah sebagai berikut, sebelah utara Kabupaten Pandeglang berbatasan dengan Kabupaten Serang, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lebak. 2 Dari 35 kecamatan, penduduk Kabupaten Pandeglang yang disensus pada tahun 2017 sebanyak 1.205.203 jiwa. Jumlah penduduk per jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan penduduk perempuan, yaitu laki-laki sebanyak 615.297 jiwa, sedangkan perempuan 589.906 jiwa dengan kepadatan penduduk yaitu 431 jiwa/km2. Tabel III.A.1. Populasi Penduduk Kabupaten Pandeglang Berdasarkan Agama No 1 2 3 4. Agama Jumlah Penduduk Presentase Islam 1.203.274 99,84 % Kristen Protestan 1.205 0,10 % Katolik 362 0,03 % Buddha 362 0,03 % JUMLAH 1.205.203 100 % Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang Dilihat dari tabel di atas mayoritas penduduk Kabupaten Pandeglang beragama Islam, data tersebut juga dibuktikan dengan jumlah tempat peribadatan, daerah Pandeglang yang hanya memiliki tempat peribadatan untuk umat Islam, tiap tahun jumlahnya naik sebesar 27,7 persen. Pandeglang memang memiliki julukan sebagai. 2. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Pandeglang Dalam Angka Tahun 2018, h. 2.. 34.

(48) kota Badak dan dalam lambang Kabupaten Pandeglang terdapat simbol Badak bercula satu, tetapi Pandeglang lebih sering disebut dengan kota seribu ulama sejuta santri serta dikenal dengan kota yang agamis karena memang mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Selain hanya ada tempat peribadatan untuk kaum muslim, banyak pesantrenpesantren yang tersebar di Kabupaten Pandeglang, pada tahun 2019 jumlahnya mencapai 890 Pesantren, baik Pesantren Modern maupun Pesantren Salafi yang hanya mempelajari ilmu agama dan kitab kuning. Kemudian, di Pandeglang juga diramaikan dengan banyaknya ormas atau bisa disebut dengan organisasi kemasyarakatan yang beraktivitas, semua ormas yang sudah berbadan hukum dan memiliki SKT (Surat Keterangan Terdaftar) di Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) terdapat 231 ormas. Menurut hasil laporan survey Indopolling Network Research and Consulting, Nahdlatul Ulama menjadi salah satu ormas keagamaan terbesar di Kabupaten Pandeglang, dibuktikan dengan jumlah responden yang menyatakan berafiliasi dengan ormas NU yaitu sebanyak 69.5% responden.3 B. Sejarah dan Kepengurusan PCNU Kabupaten Pandeglang Berdirinya NU di tanah Banten khususnya di Kabupaten Pandeglang tak lepas dari perjuangan seorang ulama yang bernama KH. Mas Abdurrahman Bin Jamal Al-. 3. Indopolling Network Research and Consulting, Laporan Survey Kab. Pandeglang Prov. Banten (Desember 2019), Jakarta, 2019, h. 60.. 35.

(49) Janakawi. Ia memiliki inisiatif untuk membentuk kepengurusan NU di Banten sepulangnya dari kediaman Hadratussyekh Hasyim Asy’ari.4 Bermula pada tahun 1926 KH. Mas Abdurrahman mendapat undangan secara khusus dari sahabat dekatnya ketika tinggal di Mekkah, yaitu KH. Hasyim Asy’ari untuk ikut serta mendeklarasikan berdirinya NU di Surabaya sebagai organisasi masyarakat yang bergerak dalam bidang keagamaan, pendidikan, ekonomi dan sosial. Pada saat menghadiri deklarasi tersebut, KH. Mas Abdurrahman berangkat dari Pandeglang dengan KH. Entol Muhammad Yasin. Setelah deklarasi selesai dan setibanya di Pandeglang, KH. Mas mengadakan musyawarah yang dihadiri oleh para ulama dari berbagai daerah, seperti Menes, Cimanuk, Labuan dan sekitarnya untuk membentuk kepengurusan NU Cabang Menes di Kabupaten Pandeglang, kemudian akhirnya menyebar dan mendirikan NU ke seluruh wilayah Banten. Pada tanggal 10 Rajab tahun 1347 H, tepatnya 23 Desember tahun 1928 M, musyawarah berlangsung di kediaman KH. Entol Muhammad Yasin dengan membahas tujuan dari berdirinya NU, serta kesepakatan yang dibuat oleh para ulama dan tokoh masyarakat yang hadir pada saat itu yaitu membentuk susunan pengurus NU Cabang Menes pertama, dengan susunan sebagai berikut: Mustasyar, A’wan dan Katib.. 4. Wawancara dengan Munirul Ikhwan, sekretaris Tanfidziyah PCNU Pandeglang, di Aula PCNU Pandeglang pada 14 Oktober 2019 Pukul 17.30.. 36.

(50) Jajaran Mustasyar terdiri dari KH. Irsyad, KH. Sulaiman, KH. Abdul Mu’thi, KH. Siraj, KH. Daud, KH. Subari dan KH. Syamil. Adapun pengurus Tanfidziyah yaitu KH. Mas Abdurrahman yang ditunjuk sebagai Rais, KH. E. M. Yasin sebagai Naib Rais, KH. M. Rois dipilih menjadi Katib dan KH. Entol Danawi menjadi Wakil Katib.5 Pada tahun 1935, pendiri NU Cabang Menes yaitu KH. Mas Abdurrahman dan KH. Entol Muhammad Yasin diangkat menjadi Pengurus Pusat/PBNU, dalam artian merangkap jabatan NU. Kemudian pada tahun 1937, 2 tokoh pendiri NU di Pandeglang tersebut memberi usulan pada pengurus pusat lainnya terkait Muktamar 1938 untuk diadakan di Menes dan pengurus menyetujuinya. Pada akhirnya, Menes menjadi tuan rumah atas terselenggaranya Muktamar NU ke 13. Tujuan pengurus pusat NU yaitu untuk menghargai atas berdirinya NU Cabang Menes, serta untuk menunjukan pada masyarakat bahwa NU peduli terhadap rakyat yang ada di pedesaan, bukan hanya peduli terhadap masyarakat yang ada di kota. Adapun struktur kepengurusan PCNU Pandeglang terdiri dari pengurus Mustasyar, Syuriah, A’wan dan Tanfidziyah dengan jumlah pengurus yang berbedabeda. Mustasyar terdiri dari 9 pengurus, Syuriah terdiri dari 18 pengurus, A’wan 8 pengurus dan Tanfidziyah sebanyak 20 pengurus. Total keseluruhan pengurus PCNU Pandeglang periode 2017-2022 adalah sebanyak 55 orang, sebagaimana dalam tabel berikut:. 5. Wawancara dengan Munir, di Aula PCNU Pandeglang pada 14 Oktober 2019 Pukul 17.30.. 37.

(51) Tabel III.B.1 Struktur PCNU Kabupaten Pandeglang Periode 2017-2022 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 NO. NAMA PENGURUS MUSTASYAR KH. Zamzami Yusuf KH. Encep Farochi, Lc Drs. H. Aah Wahid Maulany, M.Pd KH. A. Komari Ir. H. Thoni Fathoni Mukson KH. Muhammad Dr. H. Enci Zarkasi, M.Pd KH. Warim KH. Romli NAMA PENGURUS SYURIAH KH. Uhi Solahi (Rais) Drs. KH. Uki Baihaki (Wakil Rais) KH. Uwet Dimyati, S.Ag (Wakil Rais) KH. Mujani (Wakil Rais) KH. Asmin (Wakil Rais) KH. Samsul Hadi (Wakil Rais) KH. Neni Sanja (Wakil Rais) KH. A. Hidir Ma'ani (Wakil Rais) KH. Mukhiddin Abdillah, S.Pd.I (Wakil Rais) KH. Ece Jaenudin (Wakil Rais) KH. Sulaiman Patra Atmaja (Wakil Rais) H. Edi Wijaya, S.Ag, M.Sy (Katib) KH. A. Khudori BA (Wakil Katib) KH. Junaidi (Wakil Katib) Drs. H. E. Muflih (Wakil Katib) E. Sunandar S.Ag, M.M.Pd (Wakil Katib) AM. Suherman (Wakil Katib) Eman Suherman (Wakil Katib) NAMA PENGURUS A’WAN Drs. H. TB. Dadang Dahlani Drs. KH. Ulung Hardilani Drs. H. Mamad Bastari KH. Anim KH. A. Fathoni Muslim KH. Imi Akrimi H. Didi Mulyadi, SKM, M.Kes Yoyon Sujana SE NAMA PENGURUS TANFIDZIYAH. 38.

(52) 1 KH. Aman Syairi AS, MM, M.Si (Ketua) 2 H. Edi Sukardi, MM. M.Pd (Wakil Ketua) 3 Drs. H. E. Kosasih, M.Pd (Wakil Ketua) 4 KH. Nasrudin Ruslan (Wakil Ketua) 5 Nandang Kosim S.Ag, M.Pd (Wakil Ketua) 6 Dr. Rifyal Ahmad Lugowi M.Pd (Wakil Ketua) 7 Drs. H. Saefudin M.Pd (Wakil Ketua) 8 H. E. Sudrajat S.Sos (Wakil Ketua) 9 H. Munirul Ikhwan (Sekretaris) 10 Tubagus Nuruzzaman (Wakil Sekretaris) 11 Dr. H. Ari Hasan A M.Pd.I, M.Pd (Wakil Sekretaris) 12 Lukmanul Hakim, S.Pd.I (Wakil Sekretaris) 13 Utoh Mashuri, S.Pd.I (Wakil Sekretaris) 14 Aminudin, SH, MM (Wakil Sekretaris) 15 H. Amin Hidayat M.Ag (Wakil Sekretaris) 16 Anas Nasrudin S.Sos, M.Si (Wakil Sekretaris) 17 H. Edi Haidir Rahman (Bendahara) 18 Eman Ahmad Fathurrohman, M.Pd.I (Wakil Bendahara) 19 KH. Samsudin (Wakil Bendahara) 20 Andri Yoga Permana B. Scf. SE (Wakil Bendahara) Sumber: Arsip PCNU Kabupaten Pandeglang Selanjutnya untuk Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama atau MWCNU di Kabupaten Pandeglang berjumlah 35 MWCNU sesuai dengan jumlah Kecamatan yang ada di Kabupaten Pandeglang saat ini. Selain itu, PCNU Pandeglang memiliki lembaga dan badan otonom (Banom) dibawah naungannya sesuai dengan aturan yang ada dalam Anggaran Rumah Tangga NU tahun 2015 Pasal 16 dan pasal 17 yang berbunyi: “Pasal 16 yaitu perangkat organisasi NU terdiri dari Lembaga, Badan Otonom dan Badan Khusus. Serta pasal 17 ayat 5 berbunyi pembentukan lembaga di tingkat Wilayah, Cabang, dan Cabang Istimewa, disesuaikan dengan kebutuhan penanganan program”.6. 6. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama Tahun 2015.. 39.

(53) Banom dan lembaga yang ada di PCNU Kabupaten Pandeglang sebagai berikut: GP. Ansor, Muslimat, Fatayat, ISNU, IPNU dan IPPNU, LDNU, LAZISNU, LAKPESDAM, LPPNU, LBM, LPBH, LPBI, LP. Maarif NU serta RMI NU. 7 Kemudian, NU di Kabupaten Pandeglang terbagi ke dalam dua elemen yaitu warga NU atau biasa disebut dengan Nahdliyin dalam bentuk struktural atau berada dalam kepengurusan seperti PCNU tingkat Kabupaten serta di tingkat Kecamatan disebut MWCNU, dan elemen kedua disebut kultural yaitu warga NU yang berada di luar kepengurusan. C. NU dan Pemilu Dalam pemilu tahun 2019, salah satu ulama sepuh atau bisa disebut sebagai pengurus NU sejak muda, dari tahun 1964 hingga 2019 yaitu KH. Ma’ruf Amin. Karirnya dalam NU dimulai dengan mendirikan ranting Anshor (organisasi di bawah naungan NU), kemudian menjadi ketua NU Cabang Tanjung Priok, wakil ketua NU Jakarta, Katib ‘Aam Syuriah PBNU, Rais Syuriah PBNU, Mustasyar PBNU dan jabatan terakhirnya di NU adalah sebagai Rais ‘Aam PBNU periode 2015-2020.8 Pada pertengahan tahun 2019, Ma’ruf Amin mengundurkan diri dari Rais ‘Aam PBNU dan memilih untuk ikut terlibat dalam pemilihan presiden sebagai pendamping Joko Widodo. Ma’ruf Amin merupakan pengurus aktif NU kelima yang menjadi peserta pemilu.. 7. Kepanjangan Banom dan Lembaga NU yang ada di Kabupaten Pandeglang atau singkatan dari masing-masing kata terdapat dalam Daftar Singkatan. Lihat lampiran halaman xii. 8 Anif Punto Utomo, KH. Ma’ruf Amin Penggerak Umat Pengayom Bangsa (Jakarta: Sinergi Aksara, 2018) h. 200-210.. 40.

(54) KH. Abdurrahman Wahid adalah pengurus NU pertama yang memperebutkan kursi istana dan berhasil mendapatkan suara terbanyak yaitu 373 suara. Lawan dari Abdurrahman Wahid atau Gusdur adalah Megawati Soekarno putri, dan Megawati hanya mendapat 313 suara, 9 suara abstain dan 4 suara lainnya tidak sah. Jadi, pada masa itu pemilihan presiden dipilih oleh 700 anggota MPR, dan pada tanggal 20 oktober 1999 KH. Abdurrahman Wahid langsung ditetapkan sebagai presiden Republik Indonesia dalam sidang MPR.9 Selanjutnya, pada tahun 2001-2004 mantan wakil ketua DPW NU Kalimantan Barat, Hamzah Haz terpilih sebagai wakil presiden Indonesia yang dipilih oleh 700 anggota MPR menggantikan Megawati Soekarno Putri yang naik jabatan menjadi Presiden Republik Indonesia. Kemudian pada pemilu 2004, KH. Salahuddin Wahid yang dikenal sebagai tokoh NU, ia mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden mendampingi Wiranto, tetapi langkahnya terhenti pada babak pertama dengan menempati urutan ketiga, karena pada pemilu tahun 2004, peserta pemilu terdapat 5 pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang diselenggarakan selama 2 putaran atau dua babak. Pada waktu yang bersamaan, mantan ketua umum Tanfidziyah PBNU KH. Hasyim Muzadi juga ikut terlibat sebagai kandidat calon wakil presiden mendampingi Megawati Soekarno Putri sebagai calon presiden pada pemilu tahun 2004, tetapi kalah suara dengan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan. 9. Arif Mudafsir Mandan, Memilih Gusdur Menjadi Presiden (Jakarta: Georai Pratama Press dan Forum Indonesia Satu, 2000), h. 159.. 41.

(55) Muhammad Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Pada dasarnya, setiap tokoh NU terjun dalam politik praktis atau menjadi peserta pemilu selalu menimbulkan pro dan kontra bagi warga NU baik yang berada dalam struktur maupun kultur.. 42.

(56) BAB IV SIKAP POLITIK PENGURUS PCNU PANDEGLANG TERHADAP PENCALONAN MA’RUF AMIN DALAM PILPRES TAHUN 2019 A. Mempertahankan Netralitas Organisasi Nahdlatul Ulama yang dikenal sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia, dalam pilpres tahun 2019 ormas tersebut tidak mengeluarkan kebijakan atau keputusan atas nama lembaga, baik di tingkat Pusat, Wilayah dan Cabang dalam hal dukung-mendukung pasangan presiden dan wakil presiden. seperti pernyataan Ketua Pengurus PBNU Robikin pada media, sebagai berikut: “Secara organisasi NU netral dalam pilpres tahun 2019, soalnya NU bukanlah kekuatan politik, tapi NU itu kekuatan sosial keagamaan, dan warga NU memiliki hak konstitusional dalam politik”.1 Walaupun secara organisasi NU netral dalam pilpres 2019, tetapi masingmasing pengurus PBNU berasal dari latar belakang kehidupan yang berbeda, seperti aktif di partai politik yang berbeda dan pekerjaan yang berbeda, sehingga secara perseorangan masing-masing pengurus PBNU memiliki sikap politik yang berbeda. Adanya perbedaan preferensi politik di kepengurusan NU secara nasional memang tidak menyalahi aturan organisasi, karena NU membebaskan kader atau pengurusya dalam menentukan pilihan di politik praktis.. Muhammad Ridwan, “Pilpres 2019, PBNU https://kabar24.bisnis.com, pada tanggal 16 Agustus 2019. 1. 43. Pastikan. Bersikap. Netral”,.

Referensi

Dokumen terkait