• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. tepatnya sejak Dinasti Han memegang kekuasaan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. tepatnya sejak Dinasti Han memegang kekuasaan."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka I. TAHU

Tahu pertama kali dibuat oleh masyarakat Thionghoa di daratan Cina. Tahu sudah mulai dikenal masyarakat Thionghoa sejak 2200 tahun yang lalu, tepatnya sejak Dinasti Han memegang kekuasaan. Kata ”tahu” sendiri sesungguhnya berasal dari bahasa Cina, yakni : ”tao-hu” atau ”teu-hu”. Suku kata “tao“ atau “teu“ berarti kacang kedelai, sedangkan “hu” berarti hancur menjadi bubur. Dengan demikian secara harafiah, tahu adalah makanan yang bahan bakunya kedelai yang dihancurkan menjadi bubur (Santoso, 1993).

Karena itu, hingga kini tahu selalu identik dengan masyarakat Thionghoa. Di cina, tahu sudah merakyat dan menjadi makanan yang sangat populer. Pembuatan tahu di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh para pedagang dan imigran Cina yang datang dan menetap di Indonesia. Sebelum populer di Asia Tenggara, tahu terlebih dahulu menyebar ke Jepang dan dikenal dengan nama ”tofu” (Agromedia, 2007).

Pembuatan tahu dan tempe membutuhkan bahan baku kedelai. Dalam hal ini, Indonesia merupakan penghasil kedelai yang cukup besar, bahkan terbesar di ASEAN. Meskipun begitu Indonesia masih memerlukan impor kedelai. Diperkirakan separuh lebih produksi kedelai dan kedelai impor diolah menjadi tahu dan tempe (Santoso,1993).

(2)

dengan kedelai lokal yang persediaannya hanya musiman, sehingga menyulitkan para pembuat tahu dan tempe (Agromedia, 2007).

Tahu seringkali disebut daging tidak bertulang karena kandungan gizinya, terutama mutu protein, setara dengan daging hewan. Tahu dapat dimanfaatkan menjadi aneka ragam masakan, mulai dari sekedar digoreng begitu saja sampai dengan dijadikan masakan istimewa bagi kaum elit seperti : tahu burger, lapis tahu gulung, cake pisang tahu dan sebagainya (Santoso, 1993).

Komposisi zat gizi tahu dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Komposisi Zat Gizi dalam 100 gram Tahu

NO. ZAT GIZI JUMLAH

TAHU 1 Energi 63 kalori 2 Air 86,7 gram 3 Protein 7,9 gram 4 Lemak 4,1 gram 5 Karbohidrat 0,4 gram 6 Serat 0,1 gram 7 Abu 0,9 gram 8 Kalsium 150,0 mg 9 Besi 2,2 mg 10 Vitamin B1 0,04 mg 11 Vitamin B2 0,02 mg 12 Niacin 0,4 mg

Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI Tahun 1993

Kadang-kadang ada beberapa perajin tahu yang menggunakan bahan pengawet berbahaya untuk mengawetkan tahu buatannya. Salah satu jenis pengawet yang sering digunakan adalah Formalin. Formalin merupakan merek dagang dari formaldehid yang sudah dilarutkan dalam air. Biasanya, kadar formaldehid adalah 30-40%. Sebenarnya, Formalin lebih banyak digunakan untuk mengawetkan mayat manusia dan untuk industri penyamakan kulit dan offset binatang.

(3)

Jika dikonsumsi, Formalin bisa menyebabkan iritasi pada lambung dan usus, alergi, diare, serta mual. Konsumsi makanan yang mengandung Formalin dalam jumlah banyak juga bisa memicu timbulnya beberapa jenis kanker karena Formalin bersifat karsinogenik. Karena itu, kita harus cermat dalam memilih tahu yang bebas pengawet. Tahu yang tidak berformalin jika ditekan akan hancur dan rasanya agak asam (Agromedia, 2007).

Sebelum usaha tahu dan tempe didirikan, aspek pengetahuan dan keterampilan teknologi tahu dan tempe harus dikuasai dulu. Langkah berikutnya membuat perencanaan yang meliputi perencanaan pemasaran, penentuan dan pemilihan lokasi usaha, perencanaan tata letak, sarana pengolahan, dan penanganan limbahnya. Usaha yang direncanakan itu nantinya harus dianalisis dan kemudian besarnya keuntungan yang akan diperoleh dihitung dengan cermat (Suprapti, 2005).

(4)

Adapun langkah-langkah pembuatan tahu adalah sebagai berikut : 1. Penyortiran

Siapkan biji kedelai yang tua. Biji-biji tersebut perlu disortir agar nantinya memperoleh produk tahu kualitas baik. Caranya, biji-biji kedelai diletakkan pada tampah kemudian ditampi.

2. Pencucian

Biji-biji kedelai dimasukkan ke dalam ember berisi air, lebih baik lagi pada air yang mengalir. Dengan pencucian ini, kotoran-kotoran yang melekat maupun tercampur di antara biji dapat hilang.

3. Perendaman

Setelah dicuci bersih, kedelai direndam dalam bak air selama sekitar 6-12 jam. Dengan perndaman ini, kedelai akan menyerap air sehingga lebih lunak dan kulitnya mudah dikupas.

4. Pengupasan Kulit

Pengupasan kulit ini dilakukan dengan cara : kedelai diremas-remas dalam air, kemudian dikuliti dan terjadilah keping-keping kedelai.

5. Penggilingan

Keping-keping kedelai ditambah dengan air panas, lalu dimasukkan ke dalam alat penggiling. Untuk satu bagian kedelai ditambah dengan delapan bagian air panas. Keping-keping kedelai yang direndam dalam air panas dimasukkan ke dalam alat penggiling sedikit demi sedikit. Alat penggiling diputar, sehingga keping-keping kedelai tergiling sampai halus dan akhirnya menjadi bubur putih. Bubur ini mengalir keluar melalui mulut alat penggiling, kemudian ditampung dalam panci.

(5)

6. Pendidihan

Bubur kedelai dimasukan ke dalam wajan lalu dipanaskan di atas tungku. Namun mengingat bubur kedelai itu masih kental, harus ditambah dengan air panas (satu bagian bubur kedelai ditambah dengan satu bagian air panas). Besarnya api selama pendidihan harus dijaga tetap stabil. Selama pendidihan ini akan mengeluarkan busa, maka agar busa tidak tumpah, bubur diaduk-aduk. Lama pendidihan ini berlangsung sekitar 15-30 menit.

7. Penyaringan

Bubur kedelai diletakkan di atas kain screen atau kain saringan tahu, yang berada di dalam panci. Kemudian disaring dan diperas sehingga menghasilkan sari kedelai. Penyaringan ini dapat dilakukan berulang-ulang hingga diperoleh sari kedelai secara optimal. Sari kedelai inilah yang nantinya akan menjadi tahu.

8. Penggumpalan

Sari kedelai yang masih hangat dan berwarna kekuning-kuningan itu ditambah dengan choko atau asam cuka dan batu tahu lalu diaduk-aduk. Ukuran 1 kg kedelai dicampur dengan 60 gram batu tahu. Dengan penambahan batu tahu tersebut akan terjadi penggumpalan atau timbul jonjot-jonjot putih.

9. Pencetakan

Gumpalan protein dimasukkan ke dalam cetakan yang bagian atasnya dihamparkan kain saringan tahu. Jika cetakan telah berisi penuh, maka kain saringan tahu dilipat ke bagian atasnya. Setelah keras maka tahu dipotong-potong sesuai dengan kebutuhan konsumen (Santoso, 1993).

(6)

Kedelai Penyortiran Pencucian Perendaman Pengupasan Kulit Penggilingan Pendidihan Penyaringan Penggumpalan Pencetakan Perebusan TAHU

Secara Skematis proses pembuatan tahu dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan :

= Bahan baku = Proses

= Hasil olahan sementara/ bahan pembantu = Produk (Santoso, 1993) Bubur Kedelai Sari Kedelai

(7)

II. TEMPE

Tempe adalah bahan makanan hasil fermentasi biji kedelai oleh kapang yang berupa padatan dan berbau khas serta berwarna putih keabu-abuan. Seiring perkembangan pengetahuan dan kemajuan teknologi, maka kini tempe tidak hanya dibuat dari kedelai, tetapi juga dari bahan-bahan lain seperti : kecipir maka dikenal tempe kecipir, kemudian lamtoro (tempe lamtoro), kara bengkuk (tempe kara benguk), ampas kacang tanah (tempe bungkil), ampas tahu (tempe gembus), turi (tempe turi) dan sebagainya (Santoso, 1993).

Sudah sejak lama tempe dan tahu merupakan salah satu makanan favorit rakyat Indonesia. Karena harganya yang relatif murah, kedua makanan berbahan dasar kedelai ini akhirnya menjadi salah satu alternatif makanan untuk memenuhi protein selain daging, ikan, dan telur. Harganya yang murah menjadikan tahu dan tempe melekat dengan julukan makanan rakyat.

Tidak jelas sejak kapan masyarakat Indonesia mulai mengkonsumsi tempe. Namun, banyak literatur sejarah yang menyatakan bahwa masyarakat Pulau Jawa sudah mengenal tempe sejak abad XVI. Dari pulau Jawa, tempe kemudian menyebar ke seluruh penjuru Nusantara hingga ke Eropa. Penyebaran tempe ke Eropa dipelopori oleh warga negara Belanda. Walaupun penyebaran tempe pertama kali berasal dari Indonesia, sayangnya saat ini Jepang sudah mendaftarkan paten untuk tempe di tingkat Internasional. Sehingga jika salah satu produsen tempe Indonesia akan mengekspor tempe keluar negeri harus membayar royalti ke Jepang (Agromedia, 2007).

(8)

Tempe semakin digemari orang bukan hanya rasanya yang gurih dan lezat, juga karena memang sarat gizi. Kadar protein dalam tempe 18,3 gram per 100 gram tempe merupakan alternatif sumber protein nabati, yang kini semakin populer dalam gaya hidup manusia modern (Santoso, 1993).

Proses peragian merupakan kunci keberhasilan dalam pembuatan tempe. Fermentasi ini mengubah biji kedelai menjadi tempe dengan perantaraan jamur jenis Rhizopus oligosprorus yang diperoleh dari laru. Proses peragian dilakukan setelah kedelai dingin dan air rebusan telah tuntas turun ke bawah, Jika kedelai masih dalam kondisi cukup panas dan peragian dipaksakan, niscaya tempe yang dihasilkan tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Bahkan ada kemungkinan peragian gagal total (Haryoto, 1995).

Komposisi zat gizi tempe dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Komposisi Zat Gizi dalam 100 gram Tempe

NO. ZAT GIZI JUMLAH

TEMPE 1 Energi 149,0 kalori 2 Air 64,0 gram 3 Protein 18,3 gram 4 Lemak 4,0 gram 5 Karbohidrat 12,7 gram 6 Serat -7 Abu 1,0 gram 8 Kalsium 129,0 mg 9 Besi 10,0 mg 10 Vitamin B1 0,17 mg 11 Vitamin B2

(9)

Dari kandungan gizi tersebut membuktikan bahwa tempe merupakan makanan yang sarat gizi. Di daerah pertanian di pelosok Jawa, ketika terjadi paceklik, masyarakat biasanya memakan nasi jagung dan tiwul yang lauknya tempe agar kebutuhan gizinya tercukupi. Kandungan gizi yang lengkap pada tempe ini juga sangat mudah dicerna oleh sistem pencernaan anak-anak dan balita, kandungan asam amino esensial yang terdapat pada tempe sangat penting bagi pertumbuhan balita terutama dalam merangsang kerja dan pertumbuhan otaknya.

Adapun langkah-langkah pembuatan tempe adalah sebagai berikut : 1. Penyortiran

Siapkan biji kedelai yang tua. Biji-biji tersebut perlu disortir agar nantinya memperoleh produk tahu kualitas baik. Caranya, biji-biji kedelai diletakkan pada tampah kemudian ditampi.

2. Pencucian I

Biji-biji kedelai dimasukkan ke dalam ember berisi air, lebih baik lagi pada air yang mengalir. Dengan pencucian ini, kotoran-kotoran yang melekat maupun tercampur di antara biji dapat hilang.

3. Perebusan I

Perebusan pertama ini hanya berlangsung sekitar 30 menit. Kemudian biji kedelai dimasukkan ke dalam panci, lalu direbus di atas tungku sampai biji kedelai tersebut mendekati setengah matang.

4. Perendaman

Setelah perebusan dirasakan cukup, kedelai rebusan tersebut dibiarkan terendam semalam hingga menghasilkan kondisi asam. Tujuannya, di samping

(10)

melunakkan kedelai untuk mencegah pertumbuhan bakteri pembusuk selama fermentasi.

5. Pengupasan Kulit

Keesokan harinya dilakukan pengupasan kulit ari, dengan cara kedelai diremas-remas dalam air kemudian dikuliti dan jadilah keping-keping kedelai. 6. Pencucuian II

Sekali lagi keping kedelai dicuci, caranya mirip seperti mencuci beras yang hendak ditanak.

7. Perebusan II

Perebusan tahap kedua ini dilakukan seperti menanak nasi, sampai keping kedelai menjadi matang. Tujuannya adalah untuk membunuh bakteri yang kemungkinan tumbuh selama perendaman.

8. Penirisan dan Pendinginan

Kedelai diambil dari dandang, lalu diletakkan di atas tampah dan diratakan tipis-tipis. Biarkanlah dingin sampai permukaan keping kedelai kering dan airnya menetes habis.

9. Peragian

Laru atau ragi diusap-usapkan atau dicampur dan diaduk bersama kedelai hingga merata benar. Setelah itu, diangin-anginkan sebentar.

10. Pembungkusan

Kedelai yang sudah bercampur merata dengan larutan ragi kemudian dibungkus. Ada yang membungkus dengan daun pisang ataupun dengan plastik.

(11)

11. Pemeraman

Bila pembungkusnya daun pisang, maka pemeraman dilakukan di dalam

tenggok yang ditutup dengan karung goni. Namun, bila pembungkusnya plastik,

maka pemeraman dilakukan di atas kajang-kajang bambu yang diletakkan pada rak-rak. Setelah diperam semalam, biasanya kita lakukan penusukan dengan lidi pada plastik pembungkus. Bertujuan agar udara segar dapat masuk dalam bahan tempe. Setelah itu diperam satu malam lagi, dan esok pagi jadilah tempe yang siap dikonsumsi atau dijual (Santoso, 1993).

(12)

Penyortiran Pencucian I Perebusan I Perendaman Pengupasan Kulit Kedelai Pencucian II Perebusan II Penirisan & Pendinginan Peragian Pembungkusan Pemeraman TEMPE

Secara Skematis proses pembuatan tempe dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan :

= Bahan baku = Proses = Produk (Santoso, 1993)

(13)

Landasan Teori

Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan mana seseorang atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai. Defenisi ini didasarkan pada konsep inti berikut yaitu kebutuhan, keinginan dan permintaan (Kotler, 1993).

Pemasaran merupakan hal yang sangat penting setelah selesainya proses produksi pertanian. Kondisi pemasaran menimbulkan suatu siklus atau lingkaran pasar suatu komoditas. Bila pemasarannya tidak lancar dan tidak memberikan harga yang layak bagi petani maka kondisi ini akan mempengaruhi motivasi petani. Bila pemasaran tidak baik mungkin disebabkan oleh karena daerah produsen terisolasi, tidak ada pasar, rantai pemasaran terlalu panjang, atau hanya ada satu pembeli. Kondisi ini merugikan pihak produsen. Hal ini berarti efisiensi di bidang pemasaran masih rendah.

Sistem pemasaran dikatakan efisien bila :

1. Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya serendah-rendahnya.

2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang (Daniel, 2002).

Fungsi pemasaran merupakan suatu aktivitas yang penting yang dispesialisasi dan dilaksanakan dalam bidang pemasaran. Fungsi tersebut adalah : 1. Fungsi Pertukaran, yaitu pembelian (buying) dan penjualan (selling).

(14)

3. Fungsi Pemberian Jasa-Jasa, yaitu permodalan (financing), resiko, standarisasi dan informasi pasar (market information).

Saluran pemasaran selalu diperlukan karena produsen tidak mampu menjual sendiri produk yang dihasilkan. Produsen memerlukan patner yang lokasinya berbeda dan kapasitasnya yang juga berbeda (Soekartawi, 1993).

Semakin panjang saluran pemasaran maka sistem pemasaran semakin tidak efisien. Masing-masing perantara akan mengambil keuntungan atas jasa yang mereka korbankan atau disebut profit margin, kemudian pada akhirnya akan membuat harga di tingkat konsumen tinggi. Selain itu juga akan memperlambat arus barang ke konsumen. Ketidakefisienan ini juga akan memperlambat arus barang ke konsumen. Ketidakefisienan ini juga akan berdampak buruk kepada petani karena berpengaruh terhadap pendapatan petani dimana harga yang diterima petani akan berbeda jauh dengan harga yang diberikan oleh konsumen semakin rendah dan permintaan semakin menurun, harga dari petani juga menurun sehingga pendapatan petani menurun (Mubyarto, 1994).

Lembaga pemasaran adalah orang atau badan atau perusahaan yang terlibat dalam proses pemasaran hasil pertanian. Lembaga pemasaran bisa merupakan salah satu alternatif untuk memperkecil margin pemasran dan memperkecil harga yang harus dibayarkan konsumen atau memperbesar harga yang diterima produsen. Masing-masing lembaga pemasaran mengeluarkan biaya pemasaran dan akan memperoleh keuntungan yang disebut bagian dari margin pemasaran (Daniel, 2002).

Pemasaran memerlukan biaya, dan biaya ini makin besar dengan berkembangnya pertanian dan dengan makin kompleksnya pemasaran. Konsumen

(15)

yang makin tinggi tingkat pendapatan dan kemakmurannya menginginkan hasil-hasil pertanian yang makin banyak macam ragamnya dan ini berarti proses pengolahan yang makin kompleks dan jasa-jasa sistem pemasaran yang makin banyak. Karena itu, nilai hasil pertanian yang sampai pada konsumen sudah memperoleh nilai tambahan yang relatif besar dan persentase yang diterima petani produsen menjadi semakin kecil (Mubyarto, 1994).

Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lainnya tergantung pada hal berikut :

1. Macam komoditas yang dipasarkan

Ada komoditi yang bobotnya besar tapi nilainya kecil sehingga biaya pemasarannya besar. Sebaliknya untuk komoditi bobotnya ringan dan kecil tetapi nilainya tinggi maka biaya pemasarannya lebih rendah.

2. Lokasi/ daerah produsen

Jika lokasi produsen jauh dari pasar atau lokasi konsumen, maka biaya transportasi menjadi besar. Jika lokasi yang terpencil menjadi salah satu penyebab rendahnya harga di tingkat produsen.

3. Macam dan peranan lembaga pemasaran

Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat semakin panjang rantai pemasaran dan semakin besar biaya pemasarannya.

(16)

Margin pemasaran adalah selisih antara harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen. Margin ini akan diterima oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasarn. Makin panjang pemasaran maka semakin besar margin pemasaran. Secara teoritis, dapat dikatakan bahwa semakin pendek rantai pemasaran hasil pertanian maka :

1. Biaya pemasaran semakin rendah. 2. Margin pemasaran semakin rendah.

3. Harga yang harus dibayarkan konsumen semakin rendah. 4. Harga yang diterima produsen semakin tinggi.

(Daniel, 2002).

Share margin (Sm) adalah persentase price spread terhadap harga beli

konsumen. % 100 x Pk Pp Sm=

Sistem pemasaran dianggap efisien apabila memenuhi dua syarat :

1. Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya.

2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan pemasaran produk tersebut.

(Mubyarto,1991).

Efisiensi pemasaran (Ep) adalah nisbah antara biaya pemasaran dengan nilai produk yang dijual, dinyatakan dengan persen.

(17)

% 100 ProdukYangDipasarkanx Nilai aran BiayaPemas Ep= (Soekartawi, 2002).

Strategi merupakan usaha untuk menumbuh kembangkan kekuatan perusahaan dengan mengeksploitasi peluang bisnis guna untuk mencapai tujuan perusahaan.

Analisis internal dapat mengidentifikasikan kelemahan dan kekuatan dan analisis eksternal mengungkapkan ancaman dan peluang. Profil dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dituangkan dalam suatu matriks SWOT yang dapat digunakan sebagai strategi dalam pengembangan suatu usaha.

Tabel 5. Matriks SWOT

Internal

Ekternal

O (Opportunities) = Peluang S (Strenghts) = Kekuatan T (Threarts) = Ancaman W (Weaknesses) = Kelemahan (Silalahi, 2002).

Suatu usaha perlu melakukan analisi lingkungan (lingkungan luar dan lingkungan dalam) guna meramalkan perubahan lingkungan yang mempengaruhi usaha tersebut. Menurut Silalahi (2002), analisis lingkungan ini dapat dilakukan melalui apa yang dikenal sebagai analisis SWOT (Strenght, Weakness,

Opportunity, dan Threat). Analisis kekuatan (strenght) dan kelemahan (weakness)

ditujukan untuk lingkungan internal organisasi. Analisis ini membantu menetapkan satu dasar realistik untuk informasi strategi untuk semua tingkat organisasi. Sedangkan analisis peluang (opportunity), dan kendala (threat)

(18)

pemahaman tentang peluang serta hambatan dan kendala dalam hubungannya dengan pilihan atau proses produksi nyata menguntungkan organisasi

(Cahyono, 1999).

Kerangka Pemikiran

Produsen memerlukan bahan baku kedelai yang akan dioleh menjadi tahu dan tempe yang diperoleh dari dari petani kedelai atau kedelai impor. Kebutuhan kedelai di dalam negeri sangat besar, bahkan untuk memenuhi permintaan ini dari tahun ke tahun impor kedelai cenderung meningkat. Selain impor meningkat karena meningkatnya permintaan di dalam negeri, ternyata produksi kedelai Indonesia juga masih relatif sangat rendah.

Hasil produksi disalurkan kepada konsumen melalui lembaga perantara. Beberapa produsen tahu dan tempe menjual produknya kepada pedagang besar. Pedagang besar kemudian menjualnya kepada konsumen. Untuk sampai ke tangan konsumen, produsen juga menjual tahu dan tempe ke pedagang pengecer.

Tiap lembaga pemasaran akan melakukan fungsi pemasaran yang berbeda satu sama lain yang dicirikan oleh aktivitas yang dilakukan. Dengan adanya pelaksanaan fungsi pemasaran, maka akan terbentuk biaya pemasran. Besarnya biaya pemasaran menentukan tingkat harga yang diterima produsen dan lembaga pemasaran. Atas jasa lembaga-lembaga pemasaran maka tiap lembaga akan mengambil keuntungan (profit). Dari biaya pemasaran dan harga jual akan didapatkan margin keuntungan yang merupakan pengukuran untuk efisiensi pemasaran. Berarti semakin banyak lembaga pemasaran yang berperan dalam

(19)

pemasaran tahu dan tempe, maka sistem pemasaran tahu dan tempe semakin tidak efisien.

Biaya pemasaran suatu produk biasanya diukur secara kasar dengan share

margin. Margin pemasaran adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan

perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir. (Hanafiah dan Saefuddin, 1986).

Dalam arti sempit, biaya pemasaran seringkali dibatasi artinya sebagai biaya penjualan yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjual barang ke pasar. Biaya pemasaran yang tinggi dapat membuat sistem pemasaran kurang efisien. Dalam arti yang lebih luas, biaya pemasaran tidak hanya biaya penjualan tetapi biaya penyimpanan, pengemasan, transportasi dan pengolahan.

(20)

Produsen Pedagang Besar Pedagang Pengecer Konsumen Marketing Margin Price Spread Share Margin Tingkat Efisiensi Pemasaran

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dilihat dalam skema kerangka pemikran sebagai berikut :

Keterangan :

= Menyatakan Hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Pemasaran Tahu dan Tempe

Fungsi-Fungsi Pemasaran : 1. Pembelian 2. Penjualan 3. Transportasi 4. Packing 5. Penyimpanan 6. Pembiayaan 7. Pengolahan 8. Rist Taking Biaya Pemasaran Strategi Pemasaran

(21)

Hipotesis Penelitian

1. Biaya pemasaran, Margin Pemasaran dan Share Margin berbeda di setiap saluran pemasaran.

Gambar

Tabel 3. Komposisi Zat Gizi dalam 100 gram Tahu
Tabel 4. Komposisi Zat Gizi dalam 100 gram Tempe
Tabel 5. Matriks SWOT
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Pemasaran  Tahu dan Tempe

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi kognitif lansia di Desa Rapa Laok Kecamatan Omben Kabupaten Sampang sebagian besar (63.3%) dengan kategori

NoPol untuk menyimpan nomor polisi yang telah diterima server lalu dikirim ke firebase. Get NoPol sebagaimana gambar 16. Gambar 16 Get NoPol.. Set String arduino IDE

“ penghasilan yayasan dan badan hukum nirlaba lainnya yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di wilayah hukum Republik Indonesia dan mempunyai

Pada tahun 1991 Hafiz sahib mengirimkan laporan kepada Hadhrat Khalifatul Masih IV (semoga Allah merahmatinya), beliau mengatakan bahwa beliau telah kembali ke Kepulauan

Komposisi yang dianggap baik dalam pembuatan Gorong-gorong pada umumnya adalah 1 bagian semen dicampur dengan 4 bahan pembuat (1:4:1) sehingga dalam aktifitas ini saya coba

Stilbestrol yang diberikan setelah senggama untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, dikenal dengan instilah ”morning-after pill.” Kuchara (1971) melaporkan tidak

Mengingat hingga saat ini belum ada pihak yang membahas pengelolaan Candi Wasan pascapemugaran untuk meningkatkan pariwisata budaya berbasis masyarakat, maka peneliti

Pada penelitian Rinaldi (2015) telah ditemu- kan, dibakukan dan diterapkan sejumlah daftar tutur kata bahasa Indonesia sebagai uji kejelasan pengucapan pada oklusi klas I