• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kreativitas Guru dalam Proses Pembealajaran SBdP Di KelasV SDN 123 Banti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kreativitas Guru dalam Proses Pembealajaran SBdP Di KelasV SDN 123 Banti"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

26

Vol.2 – No.2 , year (2021), page 26 - 37

Kreativitas Guru dalam Proses Pembealajaran SBdP Di KelasV SDN 123 Banti

1

Shinta Sri Eva Handayani,

2

Suherman,

3

Masnur

shintasrievahandayani08@gmail.com, Suhermankasumba@gmail.com, masnur1985@gamil.com Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammdiyah Enrekang

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang kreativitas guru dalam proses pembelajaran SBdP dikelas v SDN 123 Banti, pokok masalah dari penelitian ini adalah bagaimana kreativitas guru dalam proses pembelajaran SBdP, dan apa faktor pengambat dan pendukung kreatifitas guru dalam proses pembelajaran SBdP di kelas V SDN 123 Banti. Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif.

Teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi yang kemudian analisis dengan menggunakan teknik Reduksi Data, Penyajian Data, dan Penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa guru sudah kreatif dalam proses pembelajaran SBdP dikelas V SDN 123 Banti, walaupun bukan dari latar belakang keilmuan pendidikan seni. Faktor penghambat kreativitas guru SBdP dikelas V SDN 123 Banti antara lain: (a) alokasi waktu pembelajaran (b) sumber belajar masih kurang, (c) guru SBdP bukan dari pendidikan kesenian. Faktor Pendukung yaitu: (a) adanya kemampuan guru dalam proses pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada, (b) kemampuan guru dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk pembelajaran SBdP, (c) kerjasama yang baik terjalin pada setiap guru dan kepala sekolah.

Kata Kunci: Kreativitas, Guru Kelas, Pembelajaran SBdP di SD PENDAHULUAN

Kurikulum dalam dunia pendidikan dirancangan untuk membangun pembelajaran yang didesain untuk mengembangkan potensi peserta didik, dengan bertujuan untuk mewujudkan generasi bangsa Indonesia yang bermatabat, beradab, berbudi pekerti luhur, berbudaya dan berkarakter, serta beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Suherman, et.al, 2019:195). Dengan demikian, pendidikan menjadi corong utama dalam mewujudkan hal itu. Senada

yang di kemukakan oleh Hamalik (2010:79) bahwa Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkugan, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan masyarakat.

Dalam dunia pendidikan, guru

sebagai seorang pendidik adalah salah satu

dari faktor penentu keberhasilan dalam

mencapai tujuan pendidikan dan

(2)

27

peningkatan mutu belajar. Guru sebagai profesi dikembangkan melalui (1) system pendidikan, (2) sisyem penjaminan mutu, (3) system manajement, (4) system remunirasi, (5) system pendukung profesi guru. Ramadan (2012: 22), mengemukakan bahwa pendidikan dapat memacu pencapaian pengetahuan dan keterampilan-keterampilan, tetapi ia juga dapat memacu minat belajar untuk menjaga potensi spiritual, intelektual, dan estetika. Pengertian tersebut menunjukkan suatu panduan kompetensi yang saling melengkapi dan memperkukuh satu sama lain dalam diri manusia.

Dalam kaitannya dengan pembelajaran Seni Budaya dan Prakarya (SBdP) di Sekolah Dasar, masih ada asumsi dari peserta didik bahwa pelajaran SBdP itu sangat sulit dan rumit dipahami, sehingga guru yang mengajarkannya harus memiliki kreativitas yang tinggi. Agar asumsi yang mengatakan bahwa pembelajaran SBdP itu sangat sulit dan rumit yang hanya mampu dijawab dengan kreativitas yang dinamis oleh guru pembelajaran SBdP itu sendiri. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar dan strategis.

Guru yang langsung berhadapan dengan siswa untuk mentransfer ilmu pengetahuan melalui bimbingan dan keteladanan.

Kreativitas dalam hal ini merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relative berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

Terkait tentang mata pelajaran SBdP, Tidak terkecuali dalam hal ini pada jenjang atau tingkat pendidikan yang ditempuh oleh peserta didik dari dasar,

yang di Indonesia dikenal dengan nama Sekolah Dasar (SD), di mana mata pelajaran SBdP ini masih kadang bermasalah baik dari segi tujuannya, proses pembelajarannya, sampai pada evaluasinya. Pendapat tersebut diperkuat oleh Pamadhi (2012: 5) yang mengatakan bahwa pendidkan seni sampai saat ini masih memiliki permasalahan yang bersifat subtansial dan instrumental.

Ditambah lagi dengan kurikulum yang dijadikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran, yang selalu mengalami perubahan (Suherman & Shafira, 2019:13), sehingga terkadang membuat para tenaga pengajar atau guru dituntut agar kreatif menyesuaikannya.

Permaslahan tersebut dalam dunia pendidikan, terutama dalam dunia pendidikan formal, memang masih kerap ditemukan dalam proses pembelajaran, baik pembelajaran mata pelajaran SBdP maupun mata pelajaran lainnya . Oleh karena itu, sangatlah wajar jika guru dalam pengelolaan kelas harus cerdas dan kreatif agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Apalagi untuk saat ini di mana kurikulum yang berlaku adalah kurikulum 2013, yang notabene di dalamnya guru dituntut agar profesional dalam merancang proses pembelajaran yang efektif, bermakna dan

menyenangkan, mengorganisasikan pembelajaran, menentukan pendekatan yang tepat, dan menentukan kriteria keberhasilan (Mulyasa, 2013: 99).

Pada dasarnya, mata pelajaran SBDP

turut diwujudkan dan diinternalisasikan

dalam satuan kurikulum pendidikan

bertujuan sebagai pembelajaran yang

memacu siswa untuk menjadi manusia

yang kreatif dan dapat berekspresi sesuai

perkembangannya. Dalam hal ini

kreatifitas siswa perlu terus dipupuk dan

(3)

28

dikembangkan, agar siswa nantinya menjadi generasi yang mandiri dan tidak selalu bergantung pada orang lain. Akan tetapi terlepas dari hal tersebut, tentunya bukan hanya siswa yang didorong menjadi kreatif, melainkan guru sebagai pendidik juga harus kreatif karena selain memberi toladan kepada siswa, kreatifitas guru juga sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran.

Permen No. 57 Tahun 2014 menerangkan bahwa pembelajaran SBdP pada tingkat pendidikan dasar memiliki tujuan agar dapat mengembangkan kesadaran seni atau keindahan dalam arti umum, baik dalam domain konsepsi, apresiasi, kreasi, penyajian, ataupun tujuan-tujuan psikologis-edukatif agar dapat pengembangan kepribadian siswa secara positif, sehingga individu lebih memahami budaya sebagai salah satu tujuan dari pendidikan. Sekiranya, tujuan pembelajaran SBdP ini dapat tercapai hanya jika guru memiliki persepsi dan kompetensi yang baik dalam proses pelaksanaan pembelajaran, dan oleh karena itu di sini kreativitas guru sangat menentukan. Artinya, tujuan pembelajaran SBdP di sekolah dasar tercapai dengan guru yang kreatif dalam pengelolaan kelas atau proses pembelajaran SBdP itu sendiri.

Berangkat dari asumsi tersebut, maka penelitian ini akan mengkaji tentang kreativitas guru kelas dalam proses pembelajaran SBdP di sekolah SDN 123 Banti, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Dari hasil obsrvasi awal yang dilakukan peneliti, ditemukan bahwa guru kelas dalam proses pembelajaran SBdP khususnya kelas V di SDN 123 Banti ini terkadang mengalami kesulitan. Salah satu diantaranya adalah karena guru kelas harus menyesuaikan

dengan kurikulum yang sedang berjalan sekarang yakni kurikulum 2013. Di samping itu, guru kelas di sekolah dasar tersebut bukan dari lulusan pendidikan seni, dalam hal ini bidang keilmuan atau latar belakang keilmuannya bukan pendidikan seni.

Tujuan dari Pentlitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana kreatifitas guru dalam proses pembelajaran SBdP kelas V di SDN 123 Banti, serta faktor-faktor pendukung dan penghambat kreatifiats guru dalam proses pembelajaran SBdP kelas V di SDN 123 Banti, kecamatan Baraka, kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Secara teoritis penelitian ini dapat menjadi perangkat analisis terkait kreatifitas guru dalam proses pembelajaran SBDP khususnya dalam lingkup Sekolah Dasar (SD), serta persoalan kreatifitas guru dalam proses pembelajaran secara umum.

Kemudian secara praktis, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan atau sumber informasi untuk guru terkait pengebangan kreatifitas dalam proses pembelajaran SBdP khususnya di Sekolah Dasar (SD), dan lebih terkhusus lagi bagi para guru kelas V di SDN 123 Banti. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat menjadi referensi bagi para peneliti lain yang berkaitan dengan kreativitas guru dalam proses pembelajaran, baik dalam proses pembelajaran SBdP maupun mata pelajaran lainnya.

Penelitian ini penting karena

memiliki keunikan tersendiri di mana

peneliti mencoba menelaah sejauh mana

kreatifitas guru kelas V di SDN 123 Banti,

kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang,

Sulawesi Selatan dalam proses

pembelajaran SBdP di sekolah yang secara

geografis terletak cukup jauh dari pusat

(4)

29

kota, yang tentunya sangat terbatas dalam hal sarana dan prasarana dan sumber informasi. Kemudian di sisi lain, penelitian ini juga penting karena penelitian tentang kreativitas guru khususnya yang berkaitan dengan proses pembelajaran SBdP dalam konteks penerapan kurikulum 2013 terbilang masih sangat jarang di lakukan oleh peniliti lainnya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, di mana peneltian sejenis ini merupakan penelitian yang natural, alamiah, dengan pertimbangan melakukan kegiatan penelitian dalam latar yang sesungguhnya agar objek tidak berubah, baik sebelum maupun sesudah penelitian (Ratna, 2010:95). Sasarannya adalah guru kelas V di SDN 123 Banti, yang yakni kreativitasnya dalam proses pembelajaran SBdP. Adapun lokasi yang dijadikan tempat penelitian, yakni kelas V di SDN 123 Banti, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.

Data yang digali dalam penelitian ini mengacu pada permasalahan yang akan dikaji, yakni hal-hal yang berkaitan dengan kreativitas guru kelas V di SDN 123 Banti dalam proses pembelajaran SBdP. Adapun sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa informasi-informasi yang digali secara langsung dari narasumber atau informan yang dapat memberikan keterangan tentang kreativitas guru kelas V di SDN 123 Banti. Narasumber dalam hal ini adalah guru kelas itu sendiri, termasuk diantaranya adalah kepala sekolah.

Kemudian data sekunder yakni informasi- informasi yang didapatkan secara tidak langsung, baik berupa dokumen-dokumen

sekolah, foto/video, dan catatan-catatan lainnya yang berkaitan dengan proses pembelajaran SBdP kelas V di SDN 123 Banti. Teknik pengumpulan data atau informasi dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi/studi dokumen.

Teknik pengabsahan data atau reliability yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi (triangulation), dengan fokus pada triangulasi sumber. Teknik ini dilakukan dengan cara membandingkan dan memeriksa data dari berbagai sumber lalu

kemudian mendeskripsikan, mengkategorikan, dan menganalisisnya

untuk mendapatkan kesimpulan (data yang falid). Sementara teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data model interaktif Miles dan Haberman, yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi (Rohidi, 2011: 240).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kreativitas Guru Kelas V dalam Proses Pembelajaran SBdP di SDN 123 Banti

Kreativitas dalam proses

pembelajaran merupakan hal yang sangat

penting untuk mengembangkan potensi

yang dimiliki oleh peserta didik. Pendidik

memang harus kreatif, professional, dan

menyenangkan di dalam proses

pembelajaran. Pendidik harus mampu

memposisikan diri untuk menyayangi,

mendengar, memfasilitasi, dan

menanamkan niali-nilai kepribadian

kepada peserta dididik agar pembelajaran

dapat tersampaikan dengan baik dan

bermakna. Pendidik yang kreatif

diharapkan dapat mengembangkan

(5)

30

kreativitas peserta didik. Pendidik bukan hanya mengajarkan teori namun juga memberi tauladan, menanamkan nilai kepribadian dan membekali pengembangan kreativitas agar peserta didik siap saat masuk ke dalam tengah-tengah masyarakat. Menurut Mulyasa (2013), guru memang harus dituntut agar professional dalam

merancang, mengorganisasikan pembelajaran, menentukan pendekatan

yang tepat, dan menetukan kriteria keberhasilan.

Setiap peserta didik memiliki karakter yang berbeda, bahka memikiki keunikan, kekuatan, kelemahan, minat dan perhatian yang tidak sama dengan apa yang dimiliki dari peserta didik lainnya, peserta didik juga memiliki perbedaan seperti latar belakang keluarga, ekonomi, dan lingkungan membuat mereka berbeda, sehingga dapat menjadikan mereka berbeda ketika berkreativitas. Oleh karena itu, guru harus memiliki kreativitas yang tinggi agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik, serta mencapai hasil yang maksimal.

Agung (2010:4) mengatakan bahwa

“kreativitas bukanlah bakat bawaan seseorang sejak dirinya dilahirkan, namun sebaliknya kreativitas merupakan suatu hal yang dapat dipelajari dan dilakukan oleh siapa saja”. Berdasarkan dari pendapat tersebut, seorang guru dituntut untuk mengasah kreativitasnya setiap hari guna menunjang pembelajaran. Sesorang guru harus mampu menghindarkan perannya yang masih mendominasi proses pembelajaran sehingga kurang kreatif dan perilaku melalui sikap siswa, sebaliknya perlu menimbulkan keterlibatan serta perilaku aktif siswa dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

Untuk menunjang suatu pembelajaran, guru dituntut dapat memiliki kreativitas dengan indikator sebagai berikut: (1) mengembangkan kegiatan yang menarik dan beragam, (2) membuat alat bantu belajar, (3) memanfaatkan lingkungan, (4) mengelola kelas dan sumber belajar, dan (5) melaksanakan proses dan hasil belajar (Asman, 2014:93).

Terkait kreativitas guru dalam proses pembelajaran SBdP di kelas V SDN 123 Banti, sebagaimana Ia juga memiliki kreativitas tersendiri dengan kemampuan yang dapat memproduksi gagasan-gagasan baru atau ide-ide baru, sehingga mereka dapat membangkitkan aktivitas imajinatif atau sintetis sehingga dapat menemukan pola-pola baru yang dapat memanfaatkan faktor-faktor pendukung secara optimal, sehingga tercipta suasana belajar yang menarik dan juga menyenangkan.

Adapun kreativitas guru kelas V dalam proses pembelajaran SBdP di SDN 123 Banti, dapat diterangkan sebagai berikut.

1. Kreativitas dalam Mengelola Kelas Untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola kelas, Kepala Sekolah dan beberapa guru termasuk dari guru SBdP dikelas V SDN 123 Banti selalu mengikuti berbagai perkembangan pendidikan terkhusus pada model-model pembelajaran yang lebih kreatif dan modern sehingga dapat mengarahkan peserta didik untuk selalu aktif dalam proses pembelajaran. Hal tersebut ditunjukkan sesuai dengan hasil wawancara oleh Bahar (Kepala Sekolah) bahwa:

“kami senantiasa mengikuti berbagai

perkembangan pendidikan terutama dalam

(6)

31

model pembelajaran yang kreatif dan modern, meskipun tingkat kreativitas guru tersebut sangat sederhana akan tetapi model baru yang diterapkan di sekolah oleh guru itu sangat menarik bagi siswa.

Setelah itu guru kemudian menerapkan kembali kepada peserta didik”.

Adapun kreativitas dalam mengelola kelas guru kelas V di SDN 123 Banti pada proses pembelajaran SBdP dapat dilihat dari hasil pengamatan peneliti saat proses belajar berlangsung, di mana guru menciptakan lingkungan yang optimal baik secara fisik maupun mental, dengan cara menciptakan suasana kelas yang nyaman, susasana hati yang gembira tanpa tekanan, memudahkan peserta didik dalam memahami materi pembeljaran yang akan di bawakan oleh guru dengan baik dan memiliki keinginan besar untuk selalu memperhatikan setiap materi yang disampaikan oleh guru.

Selain itu, dalam proses pembelajaran SBdP, guru kelas V di SDN 123 Banti juga membentuk kelompok- kelompok belajar, diskusi atau mengabungkan peserta didik antara satu dengan yang lainnya dalam bentuk kelompok kecil untuk saling bekerja sama dengan teman-temannya. Kemudian, dalam diskusi tersebut peserta didik diberi kebebasan untuk mengungkapkan ide atau gagasannya terkait materi yang diajarkan, sehingga pemahaman atau pengetahuan didapatkan siswa tidak semata-mata dari gurunya akan tetapi mereka juga bisa mendapatkan pengetahuan dari teman- teman mereka yang memiliki pengetahuan yang lebih baik terkait materi pembelajaran.

Hal tersebut menunjukkan bahwa guru kelas V di SDN 123 Banti

menggunakan model Integratif dalam proses pembelajaran SBdP, sebagaimana dalam model Integratif siswa diminta untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, serta aktif menggunakan pikiran dan perasaan serta mengeluarkan ide-ide yang kreatif dalam mengerjakan sesuatu. Karena pada dasarnya kegiatan berseni membutuhkan kerja otak (kanan dan kiri), kerja rasa (emosional artistic), serta psiomotor yang tinggi dengan pelatihan keterampilan yang mahir pula (Pamadhi, 2012: 11.49).

2. Kreativitas dalam Menyampaikan Materi Pelajaran

Seperti fakta yang peneliti temukan saat melakukan pengamatan secara langsung bahwa, ternyata guru kelas menyampaikan materi pembelajaran SBdP dengan baik walaupun bukan dari bidang pendidikan kesenian. Hal ini dilihat dari tingkat kejenuhan siswa kurang, dan justru siswa sangat antusias dan bersemangat dalam mengikuti dan menerima pelajaran yang diberikan oleh guru kelas.

Adapun kreativitas guru kelas V di SDN 123 Banti dapat dilihat dari cara menyampaikan materi pelajaran yakni menggunakan metode yang bervariasi dengan memanfaatkan berbagai benda yang ada di sekitarnya sebagai media yang sesuai dengan materi pelajaran. Selain itu, guru juga menyampaikan materi dengan cara yang tidak kaku serta sering diselingi dengan permainan. Adapun tujuan dari penggunaan metode tersebut tidak lain adalah untuk menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan, seperti dikemukakan oleh Irwan (guru kelas) Bahwa:

“saya menggunakan metode seperti

itu karena saya bukan dari jurusan

(7)

32

pendidikan kesenian, jadi saya harus memanfaatkan berbagai macam cara agar siswa lebih tertarik dan tidak bosan mengikuti pelajaran”

Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa guru kelas V di SDN 123 Banti kreatif dalam menyampaikan materi karena mampu memanfaatkan berbagai macam cara dalam menyampaikan materi sehingga siswa tetap aktif mengikuti pelajaran. Hal tersebut diperkuat oleh oleh Brown dalam Guntur (2012: 33) bahwa guru yang kreatif yaitu guru yang melaksanakan pembelajaran dengan mengoptimalkan ilmu dan keahliannya, atau disebut juga dengan teacher scholar, yang kaya akan ide dan mampu menerapkannya dalam bentuk nyata.

3. Kreativitas dalam Menggunakan Pendekatan Pembelajaran

Kemudian dalam penggunaan pendekatan pembelajaran, sebagaimana hasil pengamatan secara langsung menunjukkan bahwa guru juga kreatif dalam proses pembelajaran SBdP di Kelas V SDN 123 Banti. Hal tersebut dapat dilihat dari pendekatan yang digunakan, yakni pendekatan partisipatif, eksploratif, dan deskriptif.

Pendekatan partisipatif digunakan dengan cara guru menyiapkan gambar berwarna lalu kemudian peserta didik yang mewarnai gambar tersebut sesuai keinginannya. Pendekatan eksploratif digunakan dengan cara guru membagi kelompok dan memberikan tugas kepada masing-masing kelompok seperti mencari nama alat musik beserta asal daerah alat musik tersebut. Pendekatan deskriptif digunakan dengan cara guru menjelaskan kepada peserta didik materi pelajaran yang langsung disertai dengan contohnya,

seperti menjelaskan tentang kerajinan tangan dan langsung memperlihatkan contoh dari kerajinan tangan tersebut.

Gambar 1. Tugas Mewarnai 4. Kreativitas dalam Menggunakan Media

Pembelajaran

Menurut Rifa’I dan Anni (2012:161), mengatakan bahwa media pembelajaran adalah alat yang digunakan pendidik dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran. Adapun penggunaan media dalam proses pembelajaran SBdP dikelas V SDN 123 Banti, yakni guru kelas memanfaatkan benda-benda yang ada disekitar sebagai media untuk mengajar yang disesuaikan dengan materi pelajaran SBdP, sehingga dapat memberikan inspirasi kepada peserta didik untuk mengarahkan perhatiannya terhadap materi yang diajarkan. Hal tersebut disampaikan oleh Irwan (guru kelas), yang mengatakan bahwa:

“Dalam proses pembelajaran dikelas kami

berupaya untuk selalu memakai media

yang ada di sekitar yang relevan dengan

materi yang sedang diajarkan. Dalam

materi musik misalnya, media yang saya

gunakan antara lain yaitu gambar-gambar

dari alat musik dan kadang saya

memainkan beberapa alat musik yang saya

tahu cara memainkannya”.

(8)

33

Gambar 2. Media Pembelajaran

Dari hasil wawancara dan dokumentasi tersebut, dapat diketahui bahwa guru kreatif menggunakan media dalam proses pembelajaran SBdP dikelas V SDN 123 Banti, karena guru tersebut tidak bingung dan kehabisan ide dalam menggunakan media pembelajaran. Justru guru kelas V SDN 123 Banti mampu memanfaatkan benda-benda yang ada di sekitar sebagai media dalam proses pembelajaran.

B. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Kreativitas Guru SBdP dikelas V SDN 123 Banti

Seorang guru tidak akan mampu mengembangkan kemampuan, potensi, bakat, dan minat peserta didiknya secara optimal, apabila tidak memiliki kreativitas yang tinggi saat melakukan proses pembelajaran. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Roger (Khoirunnisa 2014:13) bahwa faktor pribadi yang kreatif merujuk beberapa hal, diantaranya keterbukaan dengan pengalaman, kemampuan dalam memberikan penilaian secara internal yang sesuai dengan focus pribadinya, dan kemampuan dalam

berekplorasi bermain bersama elemen- elemen atau konsep-konsep.

Mengenai faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kreativitas guru dalam proses pembelajaran terdiri dari berbagai macam. Selain kemampuan yang dimiliki oleh para guru itu sendiri, juga dapat berupa factor dari luar. Adapun faktor pendukung dan penghambat yang kreativitas guru kelas V di SDN 123 Banti adalah sebagai berikut:

1. Faktor Pendukung

Faktor pendukung adalah hal yang tidak bisa dilupakan dalam sebuah kreativitas, karena pada dasarnya faktor pendukung mampu menjadikan sebuah kreativitas berjalan sesuai dengan fungsi sesungguhnya, walaupun tidak seratus persen. Adapun faktor-faktor pendukung yang dapat menunjang kreativitas guru SBdP dikelas V SDN 123 Banti adalah sebagai berikut;

a. Dorongan Eksternal

Upaya yang dapat dilakukan guru SBdP dan keseluruhan dari pihak pendidik pada umumnya, yaitu memikirkan, merencanakan, dan mengambil langkah- langkah secara bersama untuk mengembangkan kreativitas guru.

Demikian halnya semua pihak di SDN 123

Banti, yang berpartisispasi serta berperan

aktif dalam melakukan hal-hal yang dapat

membantu guru kelas V dalam proses

pembelajaran SBdP. Dalam hal ini

memberikan dorongan, motivasi, dan cara-

cara agar dapat memiliki tingkat

kreativitas tinggi dalam melaksanakan

proses pembelajaran yang pada akhirnya

mendukung tercapainya tujuan

pemebelajaran.

(9)

34

“saya selaku kepala sekolah SDN 123 Banti selalu memberikan dorongan kepada para guru untuk selalu ikut dalam partisipasi sekolah, seperti mengikuti pelatihan-pelatihan guru yang diadakan disetiap sekolah bahkan disetiap daerah”

b. Kerja Sama

Langkah nyata yang dilakukan dalam rangka mengatasi hambatan dalam mengembangkan kreativitas guru di kelas V SDN 123 Banti dalam proses pembelajaran SBdP, sebagimana yang dituturkan oleh Irwan (guru kelas) adalah sebagai berikut:

“keberhasilan dalam poses pembelajaran di sekolah kami tentu tidak terlepas dari adanya kerja sama yang baik antara seluruh komponen atau para guru, staf dan yang memiliki kepentingan dalam sekolah itu sendiri.

Dari penyampaian tersebut dapat dikemukakan bahwa kerja sama yang baik antara seluruh pihak di SDN 123 Banti juga menjadi salah satu factor pendukung kreativitas guru kelas V dalam proses pembelajaran SBdP. Dengan adanya kerjasama yang baik tersebut, maka hambatan-hambatan yang ada dapat diminimalisir.

c. Kompetensi

Seorang guru harus memiliki kompetensi yang profesional untuk dapat mengatasi hambatan yang merupakan suatu upaya dalam mengembangkan kreativitasnya. Suprihatiningrum (2013:90) menyatakan bahwa kompetensi profesionalisme guru meliputi menguasai bahan ajar, mengelola program pembelajaran, mengelola kelas, menggunakan media atau sumber belajar, dan menilai prestasi belajar. Karena tanpa

kompetensi atau kemampuan yang dimiliki setiap guru, maka tentu upaya pengembangan materi dalam rangka pencapaian tujuan pembelajara yang ditujukan kepada peserta akan mengalami suatu kegagalan.

Upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kompetensi dan kreativitasnya, antara lain dengan: (1)

memperluas wawasan, (2) mengembangkan lingkungan fisik pembelajaran, (3) mengembangkan keterbukaan, (4) optimalisasi pemanfaatan teknologi pembelajaran (Oktavia, 2014:809-831).

Adapun upaya yang dilakukan guru SBdP kelas V di SDN 123 Banti untuk meningkatkan kompetensi dan kreativitasnya, antara lain: 1) mengikuti seminar dan pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi dan kreativitas guru, dan 2) belajar secara otodidak. Hal tersebut diterangkan oleh Irwan (guru kelas) bahwa:

“kami sebagai guru di SDN 123 Banti selalu mengikuti seminar dan kegiatan pelatihan untuk menambah pengetahuan dan wawasan kami terkait proses pembelajaran. Selain itu, kami juga selalu belajar secara mandiri seperti membaca buku, menonton youtube, dan sebagainya”.

d. Sarana Belajar

Ketersediaan sarana belajar pada

sekolah sangatlah menunjang pendidikan

dalam mencari beberapa model atau

metode pembelajaran yang kreatif. Sarana

dalam hal tersediannya ruangan misalnya,

yang dapat digunakan untuk menerapkan

sebuah kreativitas dalam berbagai bentuk

sehingga tidak membosankan bagi siswa.

(10)

35

Adapun sarana belajar yang kemudian menjadi salah satu factor pendukung kreativitas guru kelas V dalam proses pembelajaran SBdP di SDN 123 Banti, sebagaimana hasil wawancara oleh Irwan (guru kelas) bahwa:

“Adanya ketersediaan sarana, media pembelajaran, perangkat kurikulum dan alat perangkat lainnya yang diperlukan pada saat proses pembelajaran membuat kami tidak terlalu kesulitan saat mengajar”.

Gambar 3. Sarana belajar

Selain itu, dari hasil pengamatan oleh peneliti, ditemukan juga bahwa di SDN 123 Banti setiap ruangan cukup memadai untuk diterapkan sebuah model pembelajaran yang kreatif dikarenakan kondisi ruangan yang cukup luas untuk

menata ruangan sesuai dengan kondisi siswa.

e. Lingkungan yang Kondusif

Lingkungan yang kondusif pada umumnya memberikan kenyamanan pada siswa dalam melaksanakan pembelajaran.

Di SDN 123 Banti juga memilki taman yang biasa digunakan guru dalam proses pembelajaran terkhusus pembelajaran SBdP, yang dapat membuat siswa tidak merasa bosan berada didalam ruangan terus menerus saat proses pembelajaran.

Terkait bagaiamana menciptakan lingkungan yang kondusif dalam proses pembelajaran di SDN 123 Banti, sebagaimana hasil wawancara dengan Bahar (kepala sekolah) bahwa:

“guru kelas V biasa melakukan proses pembelajaran SBdP di taman sekolah sehingga membuat siswa senang dan gembira, siswa juga tidak merasa bosan selalu berada didalam kelas”.

Dari beberapa faktor pendukung tersebut dapat disimpulkan bahwa lima faktor pendukung itu memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain sehingga dapat menunjang kreativitas guru kelas V di SDN 123 Banti dalam proses pembelajaran SBdP.

2. Faktor penghambat

Adapun faktor penghambat guru

kelas V SDN 123 Banti dalam proses

pembelajaran SBdP, yakni keterbatasan

waktu jam belajar karena waktu dalam

proses pembelajaran hanya 1 stengah jam

saja sehingga guru SBdP di kelas V SDN

123 Banti harus memaksimalkan proses

belajar agar tujuan yang ingin dicapai

dapat terlaksana. Selain itu, sumber belajar

juga masih kurang seperti pengadaan

buku-buku sehingga para siswa atau

(11)

36

peserta didik harus saling berbagi satu sama lainnya.

Faktor penghambat lainnya yang dialamai oleh guru kelas V SDN 123 Banti dalam proses pembelajaran SBdP adalah keterbatasan pengetahuan dan wawasan terkait bidang ilmu yang diajarkan. Hal tersebut demikian, karena guru kelas V di SDN 123 Banti bukan dari pendidikan kesenian. Hal tersebut juga dkemukakan oleh Irwan (guru kelas) bahwa:

“Cuma yang menjadi kendala saya dalam mengajar SBdP itu karena latar belakang keilmuan saya bukan dari pendidikan kesenian, melainkan dari guru PGSD”

Kemudian disisi lain, di SDN 123 Banti tidak ada ruangan khusus yang digunakan saat memberikan materi praktek dalam proses pembelajaran SBdP.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Irwan (guru kelas) sebagai berikut:

“di SDN 123 Banti masalah sarana memang yang cukup memadai dengan ruangan belajar dengan kondisi ruangan yang cukup luas sehingga guru lebih leluasa mengatur ruangan sesuai dengan kondisi siswa dan materi yang akan dibawakan. Tetapi kekurangannya adalah ruangan yang akan digunakan secara khusus pada saat melakukan praktek dalam proses pembelajaran seperti menari, musik, dan praktek-praktek membuat prakarya belum ada”.

Dari beberapa pernyataan ini peneliti dapat menguraikan beberapa faktor pengambat yang serius dialami SDN 123 Banti antara lain: waktu jam belajar yang terlalu sedikit untuk setiap pekannya, sumber belajar yang masih kurang memadai, guru yang mengajarkan mata pelajaran SBdP bukan dari latar belakang pendidikan kesenian, serta tidak adanya

ruangan khusus untuk praktek dalam proses pembelajaran SBdP. Oleh karena itu, seharusnya semua pihak dalam artian para guru dan kepala sekolah di SDN 123 Banti turut ikut serta melibatkan diri dalam memikirkan solusi atas hambatan- hambatan tersebut. Terkhusus lagi, yakni pemecahan hambatan atau masalah yang dialami dalam rangka mengembangkan kreativitas guru kelas V dalam proses pembelajaran SBdP.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas, dapat

ditarik beberapa kesimpulan bahwa guru

dalam proses pembelajaran SBdP dikelas

V SDN 123 Banti sudah kreatif, walaupun

bukan dari latar belakang keilmuan

pendidikan seni. Guru kelas V di SDN 123

Banti dapat membuat perencanaan

pembelajaran yang meliputi, perumusan

tujuan pembelajaran, penetapan kegiatan

belajar, penetapan metode atau medel dan

alat pembelajaran, serta mampu mengelola

pembelajaran dengan baik, yang di

dalamnya terdapat hal-hal berupa

penyampaian materi pembelajaran,

penggunaan metode mengajar, serta

penciptaan interaksi proses belajar

mengajar yang baik. Kemudian, faktor

penghambat yang dialami guru dalam

proses pembelajaran SBdP di kelas V SDN

123 Banti antara lain: keterbatasan waktu

pembelajaran, sumber belajar yang masih

kurang, termasuk diantaranya yakni guru

tersebut SBdP bukan dari pendidikan

kesenian. Adapun faktor pendukungnya

yaitu, adanya kemampuan guru dalam

proses pemanfaatan saran dan prasana

yang ada, kemampuan guru untuk

memberikan motivasi kepada peserta didik

untuk pembelajaran SBdP, serta kerja

sama yang baik terjalin pada setiap guru,

(12)

37

termasuk kepala sekolah, dan penggunaan media pembelajaran yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Guntur, T. (2012). Menumbuhkan Kreativitas dan Prestasi Guru.

Yogyakarta: LaksBang PRESSindo.

Haerullah, H., & Elihami, E. (2020).

Dimensi Perkembangan Pendidikan Formal dan Non Formal. Jurnal edukasi nonformal, 1(1), 199-207.

Hasnidar, H., & Elihami, E. (2019). The management Model of National Character Education for Early Childhood Education through based on Democracy. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 3(1), 15-19.

Khoirunnisa, N. (2014). “Tugas Strategi Belajar Mengajar Bidang Studi:

Pengembangan Kreativitas Peserta Didik Dalam Pembelajaran Sejarah”.

dalam

http://nuzululkhoirun.blogspot.co.id.

diaskes tahun 2017.

Mulyasa, H.E. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Oktavia, Y. 2014. “Jurnal Pendidikan”,

Vol. 5 No. 2.

http://jurnalkependidikan.iainpurwok erto.ac.id.

Pamadhi, H, dkk. (2012). Pendidikan Seni di SD. Yogyakarta: Universitas Terbuka.

Pamadhi, H. (2012). Pendidikan Seni:

Hakikat, Kurikulum Pendidikan Seni, Habitus Seni, dan Pengajaran Seni Untuk Anak. Yogyakarta: UNY Press.

Ratna, N.K. 2010. Metodologi Penelitian:

Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rifa’I dan Anni, A. & Anni, C. T. (2016).

Psikologi Pendidikan. Semarang:

Unnes Press.

Rohidi, T.R. (2011). Metodologi Penelitian Seni. Semarang: Cipta Prima Nusantara.

Suherman, S., & Shafira, R. N. (2019).

Filsafat Pendidikan Alfred North

Whitehead: Membangun Pengetahuan yang Menyeluruh

Mengenai Realitas. Edumaspul:

Jurnal Pendidikan, 3(2), 11-21.

Suherman, S., Giyanti, S., & Anggraeni, S.

P. K. (2019). Mural Di Lingkungan Sekolah Dalam Konteks Pendidikan Konservasi. Refleksi Edukatika:

Jurnal Ilmiah Kependidikan, 9(2).

Sunarto, & Suherman. (2017). Apresiasi seni rupa. Thafa Media.

Suprihatiningrum, J. (2013).

“Meningkatkan Kreativitas Seni Rupa Anak melalui Kegiatan Mencetak dengan Bahan Alam di Paud Aisyiyah Lansano Pesisir Selatan”. Jurnal Pendidikan, 2(1).

Syaparuddin, S., & Elihami, E. (2020).

Peningkatan Kecerdasan Emosional (EQ) Dan Kecerdasan Spiritual (SQ) Siswa Sekolah Dasar SD Negeri 4 Bilokka Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Diri Dalam

Proses Pembelajaran PKn. Mahaguru: Jurnal Pendidikan

Guru Sekolah Dasar, 1(1), 11-29.

Syarif, I., Elihami, E., & Buhari, G.

(2021). Mengembangkan Rasa Percaya Diri Melalui Strategi Peer

Tutoring Di Sekolah

Dasar. EduPsyCouns: Journal of

Education, Psychology and

Counseling, 3(1), 69-77.

Gambar

Gambar 3. Sarana belajar

Referensi

Dokumen terkait

Objek yang diteliti adalah jenis Amfibi dari ordo Anura yang teramati di Blok Perlindungan dan Blok Pemanfaatan Tahura Wan Abdul Rachman.. Pengamatan ini dilakukan 3 kali ulangan

Ruang lingkup materi dalam penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor yang memengaruhi tumbuh kembang balita yang tinggal di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

dari kemampuan kepala sekolah dalam memanfaatkan segala sumber daya yang tersedia di sekolah dengan optimal untuk meningkatkan mutu sekolah melalui kegiatan perencanaan,

Pada fase akut, obat segera diberikan segera setelah diagnosis ditegakkan dan dosis dimulai dari dosis anjuran dinaikkan perlahan- lahan secara bertahap dalam waktu 1-3 minggu,

Tahap pengembangan (develop) ini bertujuan untuk menghasilkan media pembelajaran soal cerita (cerpen matematika) yang layak sesuai dengan kriteria yang

Kandungan air paling tinggi terdapat pada hijauan yang tumbuh paddock 6, Hal ini diduga karena rumput gajah yang tumbuh di paddock 6 masih muda.Sedangkan kandungan air

Dari hasil hutang tersebut digunakan para petani tambak untuk membeli benih dan juga pakan ikan, karena para petani harus memberi makan ikan dengan pakan ikan buatan

Nirmala Dewi dkk (2012) Pengendalian dalam proyek konstruksi pada umumnya menyangkut tiga aspek utama, yaitu, biaya, waktu dan SDM.Didalam pelaksanaan suatu proyek