• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kandungan Fitokimia Biji Lotus (Nelumbo nucifera Gertn.) Dari Perairan Rawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kandungan Fitokimia Biji Lotus (Nelumbo nucifera Gertn.) Dari Perairan Rawa"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

2-1

Kandungan Fitokimia Biji Lotus (Nelumbo nucifera Gertn.)

Dari Perairan Rawa

Ace Baehaki*, Shanti Dwita Lestari, Winda Apriani, Program Studi Teknologi Hasil Perikanan

Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Indralaya 30662 *Korespondensi: ace76_none@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis komponen fotokimia biji lotus dari perairan rawa. Parameter yang digunakan adalah rendemen ekstrak, kadar air, identifikasi senyawa flavonoid, tannin, saponin dan lignin. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, bahwa ekstrak biji lotus menghasilkan rendemen sebesar 13.1%. Pada ekstrak biji lotus menghasilkan kadar air sebesar 10%. Hasil dari identifikasi senyawa flavonioid, tanin dan saponin pada ekstrak menunjukkan hasil positif pada masing-masing ekstrak mengandung senyawa tersebut. Sedangkan untuk identifikasi lignan yaitu salah satu senyawa yang termasuk dalam golongan senyawa fitoestrogen dengan menggunakan metode KLT menunjukkan bahwa ekstrak biji lotus positif mengandung senyawa lignan dengan adanya bercak warna kuning gelap pada ekstrak.

Kata kunci: Biji lotus, flavonoid, tannin, saponin dan lignin

PENDAHULUAN

Lotus (Nelumbo nucifera Gertn.) merupakan tanaman air yang populer, khususnya di kawasan asia Timur. Nelumbo nucifera, diklasifikasikan ke dalam mono-generik keluarga Nymphaeaceae, memiliki banyak nama umum, yaitu misalnya Indian lotus, Chinese water lily dan juga sacred lotus. Nelumbo nucifera juga dinyatakan bersinonim dengan Nelumbium nelumbo, N. speciosa, N. speciosum dan Nymphaea nelumbo (Mukherjee et al., 2009). Semua bagian N. nucifera memiliki banyak kegunaan obat. Daun lotus secara tradisional digunakan untuk meningkatkan energi esensial tubuh. Daun lotus dijadikan bahan minuman kesehatan di Taiwan. Beberapa senyawa fitokimia yang aktif secara farmakologi telah berhasil diisolasi dari daun, rimpang, benih dan bunga. Kelompok senyawa yang penting meliputi alkaloid, steroid, triterpenoid, flavonoid, glikosida dan juga polifenol. Hasil riset menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan ekstrak methanol plumule lotus dan juga bunga lotus sama-sama memiliki daya reduksi dan aktivitas penangkapan radikal bebas yang kuat (Wu et al., 2003). Selain itu, ekstrak dari beberapa bagian tanaman lotus telah menunjukkan potensi sebagai anti-ischaemia, antioksidan, antikanker, antivirus, antiobesitas, bersifat lipolitik, hipokolesterolemik, hipoglikemik, antipiretik, hepatoprotektif, antidiare, antijamur, antibakteri, antiradang dan juga memiliki aktivitas diuretik (Mukherjee et al., 2009).

Meskipun secara historis genus Nelumbo dianggap akan terkait erat dengan

(2)

2-2 rendah, terutama Platanus. Di seluruh dunia, hanya ada dua spesies Nelumbo. Spesies pertama adalah N. lutea Willd (bersinonim dengan N. pentapetala dan Nelumbium luteum Willd ), disebut juga teratai Amerika atau water chinquapin dan tersebar di bagian timur dan selatan Amerika Utara. Spesies kedua adalah N. nucifera (bersinonim dengan N.

speciosa Willd, Nelumbium speciosum Willd, Nelumbium n. Druce dan Nymphaea n. L)

yang ditemukan di seluruh Asia dan Australia (Mukherjee et al., 2009). Berdasarkan hal itulah maka dalam penelitian ini dilakukan analisus kandungan pada tanaman lotus.

BAHAN DAN METODE Preparasi sampel

Biji tanaman lotus diambil dari perairan rawa Kayu Agung, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Sampel kemudian dicuci dan dikeringanginkan di bawah sinar matahari tidak langsung dan diukur kadar airnya.

Pembuatan ekstrak etanol biji lotus (Rikenawaty, 2012)

Biji lotus seberat 2 kg, kemudian diblender kasar dengan penambahan etanol 96% sebanyak 1 liter. Sampel yang telah diblender kemudian ditambahkan etanol sebanyak 1,5 liter dan dimaserasi selama 2 jam dengan kecepatan 230 rpm. Maserat didiamkan selama 24 jam sebelum dilanjutkan dengan filtrasi. Proses maserasi dilakukan kembali terhadap residu filtrasi sebanyak tiga kali pengulangan dengan jumlah etanol yang sama, yaitu 2,5 liter. Seluruh maserat yang terkumpul dievaporasi dengan menggunakan rotavapor pada suhu 40oC dan tekanan 175 mbar. Proses evaporasi dilakukan selama tiga hari hingga didapatkan ekstrak kental dan dihitung rendemennya. Sejumlah kecil ekstrak diambil untuk dilakukan uji kadar air. Ekstrak disimpan dalam botol kaca gelap, tertutup pada suhu ± 4oC.

Pengujian kadar air ekstrak

Kadar air diukur dengan menggunakan metode pengukuran berdasarkan SNI. 012354.2:2006 (Badan Standarisasi Nasional, 2006) dengan cara kerja sebagai berikut : Cawan kosong dikeringkan kedalam oven minimal selama 2 jam dan didinginkan dalam desikator sekitar 30 menit sampai mencapai suhu ruang dan ditimbang sebagai berat cawan kosong (A). Ekstrak biji lotus dan teratai di timbang sebanyak kurang lebih 200 mg, kemudian dimasukkan kedalam cawan dan ditimbang sebagai berat cawan dan sampel (B). Cawan yang telah diisi dengan contoh di masukkan kedalam oven pada suhu 105 0C selama 16 - 24 jam, dan didinginkan kedalam desikator selama kurang lebih 30 menit hingga beratnya stabil kemudian ditimbang sebagai berat cawan dan sampel akhir (C). Perhitungan % kadar air menggunakan dengan rumus sebagai berikut :

% Kadar air = X 100 %

Identifikasi flavanoid (Rikenawaty, 2012)

Sebanyak 0,5 g ekstrak kental diencerkan dengan 15 ml air hingga homogen kemudian dimasukkan ke dalam corong pemisah (separatory funnel), kemudian ditambahkan 10 ml petroleum eter, dikocok secara hati-hati kemuadian didiamkan. Lapisan atas diuapkan pada suhu <40oC hingga campuran mengental dan sisanya dilarutkan kembali dalam 10 ml etil asetat diikuti dengan penyaringan. Larutan ini kemudian disebut sebagai larutan uji.

Untuk mengetahui adanya flavanoid dalam sampel, sebanyak ml larutan uji diuapkan hingga kering dan sisanya dilarutkan dalam 1-2 ml etanol 95%. Sebanyak 1,5g

(3)

2-3 serbuk seng dan 2 ml HCl 2 N ditambahkan ke dalam larutan, didiamkan selama 1 menit dan ditambahkan dengan 5 ml HCl pekat. Terbentuknya warna merah yang jelas menunjukkan adanya flavanoid (glikosida-3-flavanol).

Identifikasi tannin (Rikenawaty, 2012)

Sebanyak 100 mg ekstrak etanol dilarutkan dalam 15ml air panas dan dididihkan selama 5 menit. Setelah dingin, larutan disentrifus dan dipisahkan cairan yang ada di atasnya dengan cara dekantasi. Kemudian ditambahkan 5ml larutan NaCl 10% dan disaring. Pengujian tannin dilakukan dengan menambahkan 10 tetes FeCl3 1% ke dalam filtrate dan diamati pembentukan warna yang terjadi. Warna biru hitam atau hitam kehijauan menunjukkan adanya tannin di dalam sampel.

Identifikasi saponin

Sebanyak 0,5 g ekstrak ditambahkan 50ml akuabides dan dipanaskan selama 10 menit lalu didinginkan. Setelah dingin, dilakukan pengocokan kuat selama 10 detik. Jika terbentuk buih setinggi 1-10 cm yang dengan penambahan 1 tetes HCl 2 N buih tidak hilang, maka sampel dikatakan positif mengandung saponin.

HASIL DAN PEMBAHASAN Rendemen Ekstraksi dan kadar Air

Rendemen adalah perbandingan antara berat awal bahan dan berat ekstrak yang dihasilkan dari proses ekstraksi. Perhitungan rendemen dilakukan guna mengukur efektifitas pelarut untuk mengekstrak komponen bioaktif. Hasil ekstraksi dari biji lotus kering memiliki berat sebanyak 100 g dengan menggunakan pelarut etanol 96% menghasilkan ekstrak kental biji lotus 13,1 g. Ekstrak tersebut bersifat kental, menghasilkan warna coklat tua. Ada beberapa jenis ekstrak yaitu ekstrak cair, eksrak kental dan ekstrak kering. Ekstrak cair jika hasil ekstrak masih bisa dituang, biasanya kadar air lebih dari 30%. Ekstrak kental jika memiliki kadar air antara 5-30%. Ekstrak kering jika mengandung kadar air kurang dari 5% (Voigt, 1994). Rendemen dan kadar air ekstrak biji lotus terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil rendemen dan kadar air ekstrak biji lotus

No Komponen Jumlah (%)

1 Rendemen Ekstraksi 13,1

2 Kadar Air 10

Tabel 1 memperlihatkan nilai rendemen dari ekstrak yang diperoleh dengan menggunakan pelarut etanol. Pada tabel menunjukkan rendemen ekstrak biji lotus 13,1%. Pemilihan etanol sebagai pelarut dikarenakan etanol dapat melarutkan semua jenis senyawa aktif terekstraksi, yaitu senyawa yang bersifat polar, semi polar, hingga non polar. Menurut Ahmad et al. (1998), etanol merupakan pelarut yang lebih baik dibandingkan air dan heksana jika akan mengekstrak komponen antimikroba. Menurut Houghton dan Raman (1998), komponen yang larut dalam etanol adalah glikosida. Aktivitas antibakteri ekstrak etanol diduga disebabkan oleh adanya senyawa glikosida, yaitu saponin. Selain glikosida, senyawa tanin juga larut dalam etanol dan memiliki aktivitas antimikroba.

Pengujian kadar air dilakukan untuk mengetahui konsentrasi air yang ada di dalam ekstrak untuk menghindari pertumbuhan mikroba. Dari hasil pengujian kadar air pada Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa ekstrak kental biji lotus mengandung air sebanyak

(4)

2-4 10%. Meskipun demikian untuk menghindari tumbuhnya mikroba dalam ekstrak kental tersebut, ekstrak harus di simpan dalam lemari pendingin agar terhindar dari pertumbuhan mikroba dalam ekstrak.

Identifikasi Komponen Fitokimia

Identifikasi senyawa fitokimia pada biji lotus meliputi flavonoid, tannin, saponin dan lignin. Hasil identifiasi senyawa fitokimia ekstrak biji lotus terdapat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil identifikasi senyawa fitokimia ekstrak biji lotus

No Komponen Indikator Hasil

1 Flavonoid Warna merah Positif

2 Tanin Warna Kehijauan Positif

3 Saponin Buih ≥ 1 cm, tidak hilang dengan penambahan HCl 2N

Positif

4 Lignan Kuning kehitaman Positif

Hasil identifikasi flavonoid pada Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa pada larutan ekstrak biji lotus dengan penambahan serbuk seng dan HCl 2 N menghasilkan warna merah yang menunjukkan bahwa pada ekstrak biji lotus positif mengandung senyawa flavonoid. Menurut Rajalakshmi dan Narasimhan (1985), flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder yang paling banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman dan termasuk dalam golongan senyawa fenolik. Flavonoid memegang peranan penting dalam biokimia dan fisiologi tanaman, diantaranya berfungsi sebagai antioksidan, penghambat enzim dan prekursor bagi komponen toksik. Flavonoid pada tumbuhan berfungsi untuk mengatur pertumbuhan, mengatur fotosintesis, mengatur kerja antimikroba dan mengatur kerja anti-serangga (Robinson, 1995)

Hasil identifikasi senyawa tanin secara kualitatif yaitu dengan penambahan FeCl3 pada larutan ekstrak biji lotus tercantum pada Tabel 2. Hasil pengujian dengan penambahan FeCl3 pada ekstrak membuktikan bahwa terdapat senyawa tanin di dalam ekstrak biji lotus dengan menghasilkan warna hitam kehijauan. Tanin dapat diekstraksi dari seluruh bagian tumbuhan, meliputi daun, cabang, batang, akar dan buah. Bagian yang kaya akan tanin berbeda-beda tergantung jenis tumbuhannya (Scalbert, 1991).

Pada Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa hasil identifikasi pada ekstrak biji lotus positif mengandung senyawa saponin. Hasil positif ditandai dengan ekstrak biji lotus menghasilkan buih setinggi 1 cm pada saat pengocokan berlangsung dan buih tidak hilang dengan penambahan larutan HCl 2 N. Saponin adalah senyawa polar yang keberadaanya dalam tumbuhan dapat diekstraksi dengan pelarut semi polar dan polar. Saponin adalah senyawa aktif yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan. Tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan selama beratus-ratus tahun. Saponin juga bekerja sebagai antimikroba dengan merusak membran sel. (Robinson, 1995).

Hasil identifikasi senyawa lignan pada ekstrak biji lotus secara kuantitatif dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) menunjukkan adanya senyawa lignan pada ekstrak. Sebelum dilakukan pengujian dengan metode kromatografi lapis tipis, ekstrak biji lotus terlebih dahulu dipisahkan dari komponen-komponen yang ada didalam ekstrak dengan menggunakan kromatografi kolom. Pada kolom ekstrak biji lotus menghasilkan 2 warna yaitu warna coklat kekuningan dan kuning kehitaman.

(5)

2-5

Gambar 1. Hasil fraksinasi ekstrak pada plat KLT ekstrak biji lotus.

Gambar 1 memperlihatkan hasil uji lignan ekstrak biji lotus pada plat KLT menghasilkan fraksinasi (pemisahan) senyawa aktif. Fraksinasi senyawa aktif bertujuan untuk melihat perbedaan gerak senyawa dengan laju tertentu sehingga fraksinasi tersebut dapat digunakan untuk menghitung nilai Roterdation factor (Rf). Ekstrak biji lotus teratai pada KLT menghasilkan warna spot kuning kehitaman sehingga jika dilihat secara kasat mata menimbulkan warna gelap pada KLT. Menurut Al-jumaily et al (2012), pada penelitian sebelumnya pada biji rami memberitahukan bahwa warna gelap kekuning-kuningan menandakan adanya senyawa lignin.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Jumaily, E. F., Al-Shimary, A. A., and Shubbr, E. 2012. Extraction and Purification of lignan compound from flax seed Linum usitatissimum. Baghdad University, Iraq. Hougton, P. J. dan A. Raman. 1998. Laboratory Handbook for The Fractination of Natural

Extracts. Thomson Science, London.

Rikenawaty, I.R. 2012. Efek Antiosteoklastogenesis Ekstrak Etanol 96% Leunca (Solanum nigrum) Terhadap Sel Raw 264 Secara In Vitro. Universitas Indonesia, Jakarta.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. ITB, Bandung.

Scalbert, A. 1991. Anti-microbial properties of tannins. Phytochemistry 30: 3875–3883. Viogt, T. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V. Ahli Bahasa Neorono, S.

Gambar

Tabel 1.  Hasil rendemen dan kadar air ekstrak biji lotus
Tabel 2. Hasil identifikasi senyawa fitokimia ekstrak biji lotus
Gambar 1. Hasil fraksinasi ekstrak pada plat KLT ekstrak biji lotus.

Referensi

Dokumen terkait