• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIOMETRIC - uinsby.ac.id

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BIOMETRIC - uinsby.ac.id"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BIOMETRIC: Journal of Biology Science and Biodiversity, vol 2 (no. 1), hal 62-69 (April, 2022)

BIOMETRIC

Journal of Biology Science and Biodiversity

Journal homepage:

http://jurnalsaintek.uinsby.ac.id/mhs/index.php/biometric/index

Uji Skrining Fitokimia Ekstrak metanol Daun Suruhan (Peperomia pellucida L.)

Phytochemical Screening Of Methanol Extract Of Suruhan Leaves (Peperomia pellucida L.)

Lailatul Mufidah*, Irul Hidayati2, Hanik Faizah3

1 Biology, Faculty of Science and Technology, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Indonesia

2 Biology, Faculty of Science and Technology, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Indonesia

3 Biology, Faculty of Science and Technology, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Indonesia

*Corresponding author: lailatulmufidah163@gmail.com*

A R T I C L E I N F O A B S T R A C T Article history

Received:

Revised:

Accepted:

Suruhan plant (Peperomia pellucida L.) is a plant that has many benefits, one of which is the leaves. This study aims to determine the content of secondary metabolite qualititatively in the methanol extract of the leaves. Extraction was carried out using the maceration method with methanol for 3x24 hours.

The content of secondary metabolite test was carried out qualitatively with phytocemical screening method and the data obtained were analyzed descriptively. The result showed that the methanol extract of suruhan leaves contained flavonoid, terpenoid, saponin, and tannin.

Keywords:

Extraction, secondary metabolite, Peperomia pellucida.

© 2021 Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabya.

PENDAHULUAN

Tanaman suruhan atau yang dikenal dengan nama latin Peperomia pellucida L.,

(2)

merupakan tanaman semak kecil yang tumbuh tegak memiliki tinggi 15-30 cm, batang bercabang dengan tekstur lunak berair, mengkilap dan berwarna hijau pucat. daun tanaman suruhan berwarna hijau, berbentuk bangun jantung, permukaan daun licin dan mengkilat (Rosa, 2019). Panjang daun sekitar 1-4 cm dan lebar daun sekitar 1,5 – 2 cm (Karomah, 2019). Bunga berbentuk bulir yang tersusun dalam rangkaian berwarna hijau dengan panjang bulir 2-3 cm (Rosa, 2019).

Tanaman suruhan memiliki kandungan senyawa kimia antara lain poliferol, flavonoid, tanin, saponin, steroid atau triterpenoid (Lestari, 2010; Angelina et al., 2015; Dalimartha, 2006). Tanaman suruhan memiliki aktivitas antiinflamasi, hipoglikemik, analgesik (Shikh et al., 2013) antimikroba, antioksidan dan antikanker (Wei et al., 2011). Secara tradisional tanaman suruhan telah dimanfaatkan dalam mengobati beberapa penyakit seperti nyeri pada rematik, asam urat, luka terbakar, luka bakar ringan (Dandirwalu dan Theopilus, 2015). Selain itu dapat mengobati demam, sakit kepala dan sakit perut (Karomah, 2019). Di maluku, masyarakat memanfaatkan daun suruhan untuk mengobati luka dengan cara daun dicuci, kemudian ditumbuk halus dan ditempelkan pada luka bakar (Fitri, 2015).

Kemampuan tanaman suruhan menjadi tanaman obat tidak terlepas dari kemampuan dalam memproduksi senyawa metabolit sekunder. Metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang terbentuk didalam tanaman. Senyawa kimia ini umumnya memiliki kemampuan bioaktifitas dan sebagai pelindung bagi tanaman (Aksara et al., 2013). Senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam tanaman suruhan dapat diketahui dengan melakukan uji fitokimia. Uji fitokimia merupakan salah satu cara dasar untuk mengetahui suatu kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman sehingga dapat menentukan golongan utama bioaktifnya (Yusro, 2011). Sampel yang dapat digunakan dalam uji fitokimia yaitu batang, daun, bunga, umbi, biji, buah, dan akar (Agustina et al., 2016).

Tahap awal dalam uji fitokimia adalah skrining fitokimia. Skrining fitokimia merupakan cara untuk mengidentifikasi bioaktif yang belum diketahui melalui pemerikasaan atau tes yang dengan cepat dapat memisahkan antara bahan alam yang memiliki kandungan fitokimia dan yang tidak memiliki kandungan fitokimia (Kristanti, et al., 2008). Skrining fitokimia dilakukan dengan cara uji tabung dengan melihat perubahan warna pada suatu bahan dengan menggunakan pereaksi-pereaksi yang sesuai dengan senyawa yang akan diuji (Kumalasari dan Nanik, 2011). Hal yang penting dalam skrining fitokimia yaitu pemilihan pelarut dan metode ekstraksi (Kristanti et al., 2008). Skrining fitokimia serbuk simplisia meliputi pemeriksaan kandungan senywa alkaloid, flavonoid, terpenoid, saponin dan tanin.

Putrajaya et al., (2019) menyatakan bahwa ekstrak etanol daun suruhan mengandung senyawa metabolit sekunder fenolik, flavonoid, triterpenoid, steroid, saponin, tanin dan glikosida. Hanani et al., (2017) menunjukkan bahwa ekstrak tanaman suruhan mengandung senyawa metabolit sekunder alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, saponin, tanin, dan glikosida. Sedangkan Asiyah dan Destik (2019) menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun suruhan hanya mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid, saponin dan tanin.

Penelitian yang berkaitan dengan analisis kandungan senyawa metabolit sekunder menggunakan sampel daun suruhan dengan pelarut metanol masih jarang dilakukan. Senyawa metabolit sekunder ini dapat ditemukan pada setiap jenis tanaman, akan tetapi senyawa yang terkandung berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder secara kualitatif dari ekstrak metanol daun suruhan.

METODE

Waktu dan tempat penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2021 di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

(3)

Variable dan jenis sampel penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : variabel bebas berupa sampel daun suruhan, variabel terikat berupa uji skrining fitokimia secara kualitatif, variabel kontrol berupa pelarut maserasi, suhu, dan metode ekstraksi.

Prosedur penelitian Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun suruhan (Peperomia pellucida) yang didapatkan dari pekarangan rumah warga di desa Jangkar, kecamatan Tanahmerah, Bangkalan, Jawa Timur dalam keadaan segar. Kemudian diidentifikasi menggunakan buku Morfologi Tumbuhan (Tjitrosoepomo, 1998) dan buku Identification and Control of Common Weeds (Xu dan Meihua, 2017). Tanaman suruhan diidentifikasi dengan cara mengamati ciri morfologi dan mencocokkan dengan ciri dan gambar yang terdapat dalam buku.

Ekstraksi Sampel

Ekstraksi sampel daun suruhan menggunakan metode maserasi. Proses maserasi pada penelitian ini menggunakan pelarut metanol. Serbuk simplisia daun suruhan sebanyak 200 gr ditambahkan pelarut metanol dengan perbandingan 1:4 lalu didiamkan selama 3x24 jam dalam kondisi ruang atau terlindung dari cahaya dan sesekali dilakukan pengadukan. Setelah itu filtrat dipisahkan dan diuapkan menggunakan rotary evaporator pada suhu 500C sampai diperoleh ekstrak kental.

Uji Skrining Fitokimia Alkaloid

Ekstrak sebanyak 2 ml ditambahkan 3 tetes larutan Mayer. Alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna putih.

Flavonoid

Ekstrak sebanyak 2 ml ditambahkan 3 tetes HCL pekat dan beberapa miligram serbuk Mg. Flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah jingga sampai merah ungu.

Terpenoid

Ekstrak sebanyak 2 ml ditambahkan 3 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes H2SO4

pekat. Terpenoid ditandai dengan terbentuknya warna merah atau ungu kecoklatan, sedangkan steroid ditandai dengan terbentuknya warna hijau kebiruan.

Saponin

Ekstrak sebanyak 2 ml ditambahkan 2 ml air panas lalu dikocok. Saponin ditandai dengan terbentuknya buih yang tidak hilang.

Tanin

Ekstrak sebanyak 2 ml ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 1%. Tanin ditandai dengan terbentuknya warna biru kehitaman atau hijau kehitaman.

Teknik analisis data

Data yang diperoleh pada penelitian ini yaitu berupa kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak daun suruhan. Data disajikan dalam bentuk tabel dan gambar serta dianalisis secara deskriptif.

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini ekstraksi simplisia daun suruhan dengan metode maserasi. Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi yaitu metanol dikarenakan metanol merupakan pelarut yang bersifat polar dan memiliki indek polaritas sebesar 5,1 (Windarini, 2013) sehingga efektif dalam menarik senyawa aktif nonpolar sampai polar yang terkandung didalam serbuk daun (Abdillah et al., 2017).

Ekstrak metanol daun suruhan kemudian dilakukan uji skrining fitokimia yang bertujuan untuk mengetahui berbagai senyawa aktif yang terkandung didalam ekstrak daun suruhan. Uji skrining fitokimia ini meliputi alkaloid, flavonoid, terpenoid/steroid, saponin dan tanin. Adapun hasil uji fitokimia pada ekstrak metanol daun suruhan dapat dilihat pada Gambar 1 dan Tabel 1.

Gambar 1. Hasil skrining fitokimia (Sumber: Dokumen Pribadi, 2021)

Tabel 1. Hasil uji skrining fitokimia

Senyawa Pereaksi Perubahan Dengan Pereaksi Hasil Uji Flavonoid 3 tetes HCL + serbuk Mg Terbentuk warna merah jingga

+

Alkaloid 3 tetes larutan meyer Terbentuk endapan putih -

Terpenoid 3 tetes asam asetat anhidrat + 1 tetes H2SO4

Terbentuk warna hijau

kebiruan +

Tanin 3 tetes FeCl3 1% Terbentuk warna hijau

kehitaman +

Saponin 2 ml air panas Terbentuk buih +

(Sumber; Dokumen Pribadi, 2021)

Pada penelitian ini, hasil uji fitokimia yang didapatkan ditandai dengan adanya perubahan warna pada ekstrak metanol daun suruhan setelah diberi pereaksi warna. Adanya senyawa alkaloid ditandai dengan adanya endapan berwarna putih setelah direaksikan dengan larutan mayer (Riski dan suyanto, 2014) akan tetapi pada penelitian ini tidak didapatkan endapan berwarna putih yang menunjukkan ekstrak metanol daun suruhan tidak mengandung senyawa alkaloid.

Pada uji flavonoid ditandai dengan perubahan warna ekstrak menjadi merah jingga setelah penambahan serbuk Mg dan HCl pekat (Rijayanti, 2014). Dalam metode identifikasi senyawa flavonoid dengan penambahan serbuk Mg dan HCl pekat bertujuan untuk mereduksi inti benzopiron yang terdapat pada struktur flavonoid, sehingga terjadi perubahan warna merah jingga akibat pembentukan garam flavilium yang merupakan ciri adanya senyawa flavonoid (Adjeng et al., 2019).

(5)

Gambar 4.3 Reaksi Flavonoid Dengan Mg dan HCl Sumber : (Adjeng et al., 2019).

Pada uji terpenoid terjadi perubahan warna ekstrak menjadi ungu kecoklatan atau hijau kebiruan setelah penambahan asam asetat anhidrat dan H2SO4 (Syafitri et al., 2014). Hal ini dikarenakan terjadi oksidasi pada golongan senyawa terpenoid dengan cara pembentukan ikatan rangkap tekonjugasi. Adapun prinsip mekanisme pada uji terpenoid adalah kondensasi atau pelepasan H2O dan penggabungan karbotion (Jafar et al., 2020).

Pada uji tanin terjadi perubahan warna ekstrak menjadi biru kehitaman setelah penambahan FeCl3 1% (Rijayanti, 2014). Perubahan warna biru kehitaman terjadi pada saat penambahan FeCl3 1% dikarenakan adanya gugus hidroksil yang terdapat pada senyawa tanin sehingga tanin akan bereaksi dengan ion Fe3+ membentuk senyawa kompleks (Sangi et al., 2012).

Gambar 4.4 Reaksi Tanin Dengan FeCl3 Sumber : (Sangi et al., 2012).

Pada uji saponin dapat dilihat dengan terbentuknya busa pada bagian atasn permukaan setelah penambahan air panas dan dilakukan pengocokan (Rijayanti, 2014). Timbulnya busa pada permukaan atas menunjukkan adanya glikosida yang memiliki kemampuan membentuk busa dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya (Marliana et al., 2005).

Gambar 4.5 Reaksi Hidrolisis Saponin Dalam Air Sumber : (Marliana et al., 2005).

Pada tabel 1 menunjukkan bahwa hasil uji skrining fitokimia ekkstrak metanol daun suruhan positif mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu flavonoid, terpenoid, tanin, dan saponin. Akan tetapi tidak mengandung senyawa alkaloid. Hal ini sesuai dengan penelitian Angelina et al., (2015) menyatakan bahwa ekstrak etanol daun suruhan memiliki kandungan metabolit sekunder yaitu flavonoid, terpenoid, tanin dan saponin. Pada tabel 1.

Juga diketahui bahwa ekstrak metanol daun suruhan tidak mengandung metabolit sekunder

(6)

Adanya perbedaan hasil penelitian mengenai kandungan senyawa pada suatu simplisia disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu tempat pengambilan sampel yang berbeda dan faktor lingkungan yang terdiri dari tanah, cahaya, iklim dan suhu. Senyawa metabolit sekunder akan terbentuk secara optimal pada lingkungan yang memiliki nutrisi yang tercukupi dan sesuai syarat-syarat tumbuh tumbuhan (Fatmawati, 2019).

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sampel daun suruhan mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid, terpenoid, saponin dan tanin, serta tidak mengandung senyawa metabolit sekunder alkaloid.

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, M., N.R.K Nazilah., & E. Agustina. (2017). Identifikasi Senyawa Aktif Dalam Ekstraksi Metanol Daging Buah Kurma Jenis Najwa (Pheonix dactylvera L.). Prosiding Seminar Nasional Biologi, Pembelajaran, Dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Adjeng, A.N.T., Sania, H., Syahlan, H., Ruslin., Fitrawan, L.O.M., Ari, S., Nur, F.M.A., &

Sabarudin. (2019). Skrinining Fitokimia dan Evaluasi Sediaan Sabun Cair Ekstrak Etanol 96% Kulit Buah Salak Pondoh (Salacca zalacca (Geaertn.) Voss.) Sebagai Antioksidan.

Jurnal Farmasi, Sains dan Kesehatan, 5(2), 21-24.

Agustina, S., Ruslan., & Agrippina, W. (2016). Skrining Fitokimia Tanaman Obat Di Kabupaten Bima. Jurnal Cakra Kimia, 4(1), 71-76.

Aksara, R., Weny, J.A., & Musa, L.A. (2013). Identifikasi Senyawa Alkaloid dari Ekstrak Metanol Kulit Batang Mangga (Mangifera indica L.). Jurnal Entropi, 8(1), 514-519.

Angelina, M., Amelia, P., Irsyad, M., Meilawati, L., & Hanafi, M. (2015). Karakterisasi Ekstrak Etanol Herba Ketumpang Air (Peperomia pellucida L. Kunth). Biopropal Industri, 6(2), 53-61.

Asiyah, I.J., & Destik, W. (2019). Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus. Jurnal Farmasi Indonesia, 16(2), 98-105.

Daimartha, S. (2006). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Edisi IV. Puspa Swara, Jakarta.

Dandirwalu, E., & Theopilus, W.W. (2015). Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Suruhan (Peperomia pellucida L.H.B Kunth) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Jurnal Biologi Pendidikan dan Terapan, 2(1), 08-14.

Fatmawati, L.R. (2019). Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Nanas (Ananas comosus [L]

Merr.) Dan Kulit Pisang (Musa paradisiaca L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. Skripsi. UIN Sunan Ampel, Surabaya.

Fitri, N. (2015). Penggunaan Krim Ekstrak Batang dan Daun Suruhan (Peperomia pellucida L.H.B.K) Dalam Proses Penyembuhan Luka Bakar Pada Tikus Putih (Rattus novergicus).

Jurnal Biopendix, 1(2), 193-203.

Hanani, E., V. Ladeska., & A.C. Astuti. (2017). Pharmacognostical and Phytochemical Evaluation of Indonesian Peperomia pellucida (Piperaceae). International Journal Of

(7)

Biological & Pharmaceutical Research, 8(1), 10-17.

Jafar, W., Masriany., & Eka, S. (2020). Uji Fitokimia Ekstrak Etanol Bunga Pohon Hujan (Spathodea campanulata) Secara In Vitro. Prosiding Seminar Biotik, 328-334.

Karomah, S. (2019). Uji Ekstrak Tumbuhan Sirih Cina (Peperomia pellucida L.) Sebagai Antibakteri Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis.

Skripsi. Fakultas Biologi Universitas Medan Area, Medan.

Kristianti, A.N., Aminah, N.S., Tanjung, M., & B. Kurniadi. (2008). Buku Ajar Fitokimia.

Jurusan Kimia Laboratorium Organik FMIPA Universitas Airlangga, Surabaya.

Kumalasari, E., & Nanik, S. (2011). Aktivitas Antifungi Ekstrak Etanol Batang Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen Terhadap C. albicans Serta Skrining Fitokimia. Jurnal Ilmiah Kefarmasian, 1(2), 51-62.

Lestari, P. (2010). Karakterisasi Simplisia dan Isolasi Senyawa Triterpenoida/Steroida Dari Herba Suruhan (Peperomia pellucidae Herba). Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.

Mandasari, R.A. (2019). Efek Antihiperglikemik Ekstrak Etanol Suruhan (Peperomia pellucida (L.) Kunth) Terhadap Kualitas dan Kuantitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) yang Diinduksi Aloksan. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung, Lampung.

Marliana, S.D., Suryanti, V., & Suyono. (2005). Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) Dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi, 3(1),26-31.

Putrajaya, F., Nur, H., & Anis, K. (2019). Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun Suruhan (Peperomia pellucida L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Penyebab Jerawat (Propionobacterium acnes) Dengan Metode Sumur Agar. EDU MASDA Journal, 3(2), 123- 140.

Rijayanti, R.P. (2014). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Mangga Bacang (Mangifera foetida L.) Terhadap Staphyococcus aureus Secara In Vitro. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, Kalimantan Barat.

Risky, T.A., & Suyanto. (2014). Aktivitas Antioksidan dan Antikanker Ekstrak Metanol Tumbuhan Paku (Adiantum Phillippensis L.). UNESA Journal Of Chemistry. 3(1).

Rosa, L.P. (2019). Isolasi dan Identifikasi Fungi Endofit Tanaman Suruhan (Peperomia pellucida (L.) Kunth) Serta Pemanfaatannya Sebagai Buku Ilmiah Populer. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember, Jember.

Sangi, M.S., Momuat, L.I., & Kumaunang, M. (2012). Uji Toksisitas dan Skrining Fitokimia Tepung Gabah Pelepah Aren (Arenga pinnata). Jurnal Ilmiah Sains, 12(2), 127.

Sheikh, H., Shotabdi, S., Sagar, K.P., Rashedul, H.A.M., Mofizur, R.M., & Sangita, P.K.

(8)

Syafitri, N.E., Maria, B., & Syamsul, F. (2014). Kandungan Fitokimia, Total Fenol, dan Total Flavonoid Ekstrak Buah Harendong (Melastoma affine D. Don). Current Biochemistry, 1(3), 105-115.

Tjitrosoepomo, G. (1998). Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Wei, L.S., Wendy, W., Julius, Y.F.S., & Desy, F.S. (2011). Characterization Of Anticancer, Antimicrobial, Antioxidant Properties and Chemical Compositions Of Peperomia pellucida Leaf Extract. Acta Medica Irania, 49(10), 670-674.

Windarini, L.G.E., K.W Astuti., & N.K Warditiani. (2013). Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Retieved from http://ojs.unud.ac.id/index.php/jfu/article/ download/7398/5648.

Xu, Z., & Meihua, D. (2017). Identification and Control of Common Weeds: Volume 2.

Zhejiang University Press and Springer, Hangzhou.

Yusro, F. (2011). Rendemen Ekstrak Etanol Dan Uji Fitokimia Tiga Jenis Tumbuhan Obat Kalimantan Barat. Jurnal Tengkawang, 1(1), 29-36.

Referensi

Dokumen terkait

Uji fitokimia alkaloid dengan pereaksi dragendorff pada ke enam ekstrak menunjukkan perbedaan intensitas hasil yang diperoleh, yaitu intensitas kuat pada ekstrak dengan metode digesti,

Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa daun kemangi positif mengandung senyawa golongan flavonoid ditandai dengan timbulnya warna hitam, alkaloid ditandai dengan timbulnya warna kuning