• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan ekonomi kawasan kota atau daerah sangat tergantung pada kelancaran dan keandalan pasokan suatu barang atau komoditas (Herzog, 2010).

Kelancaran pasokan dari suatu daerah ke kota melibatkan aktivitas logistik perkotaan atau biasa disebut dengan city logistic. Penerapan city logistic yang baik akan mengakibatkan pergerakan barang menjadi efektif dan efisien. Menurut Rosita dkk (2011) terjadinya pergerakan barang yang efektif dan efisien harus didukung dengan infrastruktur yang memadai, seperti jaringan jalan umum dan jalan tol, pelabuhan, fasilitas pergudangan, fasilitas pusat distribusi, fasilitas transfer muatan, dan sebagainya.

Fasilitas pusat distribusi memliki peranan penting dalam city logistic maupun rantai pasok secara umum. Salah satu fungsi pusat distribusi yaitu untuk memperlancar proses distribusi produk. Menurut Huang dkk (2011) proses distribusi merupakan kunci utama kesuksesan aktivitas logistik dan rantai pasok.

Sehingga keberadaan suatu distribution center atau pusat distribusi menjadi sangat penting. Pusat distribusi yang berada pada lokasi yang tepat akan mampu mengurangi biaya transportasi dan meningkatkan efisiensi sistem logistik (Cui dan Li, 2004). Dalam rangka untuk menurunkan biaya transportasi, meningkatkan efisiensi distribusi dan meningkatkan kinerja logistik maka evaluasi dan pemilihan lokasi yang tepat untuk distribution center menjadi hal yang sangat penting akhir-akhir ini (Chen, 2001). Oleh karena itu, pada penelitian kali ini, peneliti akan mengevaluasi pusat distribusi dan menganalisis potensi dibukanya pusat distribusi pada lokasi yang tepat dengan mempertimbangkan beberapa faktor. Selain itu, seiring dengan semakin meningkatnya permintaan barang dari tahun ke tahun membuat pusat distribusi semakin sulit untuk memenuhi permintaan karena kapasitasnya yang semakin penuh. Oleh karena itu, diperlukan beberapa tindakan untuk menghadapi kenaikan pemintaan produk. Beberapa

(2)

contoh tindakan yang bisa dilakukan oleh decision maker adalah memperluas DC yang sudah ada (ekspansi) atau membuka DC baru dilokasi lain.

Produk yang akan diteliti pada penelitian ini adalah salah satu komoditas bahan pokok. Komoditas bahan pokok dipilih karena komoditas tersebut memiliki peranan yang sangat penting di masyarakat. Masyarakat umum tidak bisa lepas akan kebutuhan komoditas bahan pokok. Bahan pokok menjadi hal yang wajib dipenuhi oleh pemerintah sebagai penyelenggara negara karena menyangkut hajat orang banyak. Hal ini juga sesuai dengan tujuan dari Cetak Biru SISLOGNAS (Sistem Logistik Nasional) yaitu “Menjamin ketersediaan komoditas bahan pokok di seluruh wilayah Indonesia dengan harga yang terjangkau sehingga mendorong pencapaian masyarakat adil dan makmur, dan memperkokoh kedaulatan dan keutuhan NKRI”. Di Indonesia terdapat beberapa bahan pokok yang harus terjamin dan terdistribusi secara merata yaitu sembilan bahan pokok atau sembako. Menurut keputusan Menteri Industri dan Perdagangan no.

115/mpp/kep/2/1998 tanggal 27 Februari 1998 yang termasuk dalam kategori sembilan bahan pokok adalah beras, gula pasir, minyak goreng dan mentega, daging sapi dan ayam, telur ayam, susu, jagung, minyak tanah, dan yang terakhir adalah garam beryodium. Selain itu, menjaga ketersediaan dan kelancaran komoditas sembako juga merupakan bagian dari Rencana Strategis Pembangunan Perdagangan Kementrian Perdagangan Tahun 2010-2014. Hal ini terlihat pada salah satu misi rencana strategis tersebut yaitu menjaga ketersediaan bahan pokok dan penguatan jaringan distribusi nasional.

Salah satu bahan pokok yang termasuk sembako dan dipilih sebagai objek penelitian adalah minyak goreng. Masuknya minyak goreng sebagai salah satu dari sembilan bahan pokok membuat ketersedian dan kelancaran pasokan minyak goreng perlu dijaga. Minyak goreng adalah bahan makanan pokok yang dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, baik yang berada di pedesaan maupun di perkotaan. Oleh karena itu, menurut Amang dkk (dalam Prianto,2010) menyebutkan bahwa minyak goreng dikategorikan sebagai komoditas yang cukup strategis, karena pengalaman selama ini menunjukkan

(3)

bahwa kelangkaan minyak goreng dapat menimbulkan dampak ekonomis dan politis yang cukup berarti bagi perekonomian nasional.

Faktor lain yang membuat perlunya menjaga ketersediaan dan kelancaran pasokan minyak goreng adalah tingginya permintaan minyak dari tahun ke tahun.

Berdasarkan penelitian Wirastuti dan Resnia (2008) diketahui bahwa tingkat konsumsi minyak goreng dari tahun 1999-2005 meningkat rata-rata sebesar 8,8%

pertahun dan peningkatan ini terjadi karena adanya pertumbuhan penduduk dan kenaikan pendapatan. Di Daerah Istimewa Yogyakarta, menurut data BPS tahun 2013, terjadi kenaikan pertumbuhan penduduk dari tahun 2007 sebanyak 3.359.404 dan menjadi sebanyak 3.487.325 pada tahun 2011. Kenaikan jumlah penduduk ini dapat meningkatkan jumlah penggunaan dan permintaan minyak goreng di masyarakat. Ketergantungan masyarakat terhadap minyak goreng juga sangat tinggi. Berbagai produk makanan dimasak dan digoreng menggunakan minyak goreng. Oleh karena itu, distribusi bahan pangan seperti minyak goreng sangat penting untuk menjaga agar kebutuhan masyarakat sebagai konsumen terpenuhi.

Distribusi bahan pangan merupakan salah satu subsistem ketahanan pangan yang peranannya sangat strategis. Apabila distribusi bahan pangan tidak dapat terselenggara secara baik dan lancar, bahan pangan yang dibutuhkan masyarakat tidak akan terpenuhi. Distribusi pangan ini diharapkan dapat terlaksana secara efektif, efisien dan merata di setiap lokasi berlangsungnya transaksi bahan pangan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, penelitian ini akan menganalisis pusat distribusi yang sudah ada apakah sudah berjalan dengan optimal dengan membandingkan jika lokasi pusat distribusi berada dilokasi lain.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan mengenai pentingnya pusat distribusi dalam rangka menjaga ketersediaan komoditas minyak goreng maka perlu dilakukan evaluasi terhadap pusat distribusi dan analisis potensi pusat distribusi komoditas minyak goreng di Kota Yogyakarta. Penelitian ini akan

(4)

dikhususkan untuk mengetahui apakah pusat distribusi yang ada sudah optimal jika dievaluasi dari segi biaya total. Selain itu, juga akan diteliti jika terjadi kenaikan permintaan di waktu yang akan datang apakah perlu dilakukan perluasan pusat distribusi atau akan membangun pusat distribusi di tempat lain untuk memenuhi permintaan yang semakin meningkat.

1.3 Asumsi dan Batasan Masalah

Asumsi dan batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Daerah yang dijadikan objek penelitian adalah Kota Yogyakarta.

2. Produk yang akan diteliti adalah komoditas minyak goreng.

3. Penelitian ini difokuskan untuk meneliti satu ritel modern yang memiliki beberapa gerai yang berada di Kota Yogyakarta khususnya didalam ringroad dan sekitarnya.

4. Perubahan tata kota pada masa yang akan datang dianggap tidak berpengaruh terhadap hasil akhir dari penelitian ini.

5. Jumlah armada/kendaraan distribusi dari Distribution Center tidak terbatas.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut.

1. Memetakan lokasi eselon yang terdiri dari supplier, DC dan gerai Ritel X.

2. Mengetahui kinerja pusat distribusi komoditas minyak goreng di Kota Yogyakarta yang sudah ada.

3. Mengetahui keputusan terbaik jika terjadi kenaikan permintaan dengan cara perluasan pusat distribusi atau pembangunan pusat distrisbusi di lokasi lain untuk memenuhi permintaan pasar.

(5)

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, maka diharapkan diperoleh manfaat bagi:

1. Seluruh pelaku industri komoditas minyak goreng dalam hal peningkatan sistem manajemen rantai pasok yang lebih baik.

2. Pemerintah DIY dalam hal pertumbuhan ekonomi daerah dan infrastuktur penunjang sistem distribusi.

3. Decision maker dalam mengambil keputusan berkaitan dengan pemilihan lokasi distribution center.

4. Seluruh pembaca untuk menambah ilmu dan pengetahuan mengenai sistem pendistribusian yang berkaitan dengan penentuan pusat distribusi suatu produk.

Referensi

Dokumen terkait

Variabel adversity quotient, lingkungan keluarga, dan minat berwirausaha diukur dengan skala Likert, yaitu skala dipergunakan untuk mengetahui setuju atau tidak

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja

Hasil penelitian membuktikan bahwa (1) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi di Perkumpulan Strada telah efektif pada saat dilaksanakan oleh Tim Monev; (2) Alat monitoring dan

riwayat sianosis dan sesak nafas sangat spesifik namun tidak begitu sensitif untuk keberadaan benda asing di jalan nafas. Kecurigaan aspirasi benda asing biasanya di

Pada saat biji gandum melewati alat ini, biji gandum dipisahkan antara separation round grain (biji bulat) dan separation long grain (biji panjang). Hal ini dilakukan

Pada umumnya alat ukur yang digunakan un- tuk menentukan kelayakan suatu usaha dari aspek keuangan/finansial atau berdasarkan kriteria inves tasi dapat dilakukan melalui pendekatan

Asumsi ini didukung oleh pengamat strategis, Riri Satria (2007) yang menyatakan bahwa ketidakmungkinan taksi tarif bawah untuk meremajakan armada disangkal oleh Express yang

postpartum < 20 tahun seluruhnya mengalami proses involusi uteri yang cepat, ibu postpartum yang dalam usia reproduksi sehat (20-35 tahun) involusinya sebagian besar