• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFESIONALITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH: DRA. WIRDA HANIM M.PSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROFESIONALITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH: DRA. WIRDA HANIM M.PSI"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PROFESIONALITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

OLEH: DRA. WIRDA HANIM

M.PSI

(2)

PARADIGMA BIMBINGAN

DAN KONSELING

(3)

Hakikat dan Urgensi

Bimbingan dan Konseling

Layanan bimbingan dan konseling

komprehensif pencapaian tugas

perkembangan, pengembangan potensi, dan pengentasan masalah-masalah peserta didik.

Tugas-tugas perkembangan standar

kompetensi yang harus dicapai peserta didik, pendekatan ini bimbingan dan

konseling berbasis standar (standard based guidance and counseling)

(4)

 Pendekatan ini kolaborasi antara konselor dengan para personal Sekolah/Madrasah lainnya (pimpinan Sekolah/Madrasah, guru-guru, dan staf

administrasi), orang tua peserta didik, dan

pihak-pihak terkait lainnya (seperti instansi

pemerintah/swasta dan para ahli: psikolog

dan dokter).

(5)

 Implementasi bimbingan dan konseling di

Sekolah/Madrasah memfasilitasi potensi peserta didik,

pribadi, sosial, belajar dan karir, atau pengembangan pribadi peserta

didik sebagai makhluk yang berdimensi

biopsikososiospiritual (biologis, psikis,

sosial, dan spiritual).

(6)

Posisi Pengembangan Diri dalam Bimbingan dan Konseling

Pengembangan diri mata pelajaran, mengandung arti bahwa bentuk, rancangan, dan metode

pengembangan diri tidak dilaksanakan adegan mengajar pembelajaran bidang studi.

Dalam pelayanan pengembangan minat dan bakat substansi bidang studi dan/atau bahan ajar

yang relevan dengan bakat dan minat peserta didik terjadi pembelajaran.

Pelayanan pengembangan diri tidak semata-mata:

- tugas konselor,

- wilayah bimbingan dan konseling.

(7)

 Pelayanan PD ekstrakurikuler terjadi diversifikasi program berbasis minat

dan bakat pelayanan pembina khusus tetapi bukan konselor

 PD bukan substitusi atau pengganti pelayanan BK, mengandung sebagian saja dari pelayanan (dasar, responsif, perencanaan individual)

bimbingan dan konseling yang harus

diperankan oleh konselor

(8)

Tujuan Bimbingan dan Konseling

BK bertujuan membantu peserta didik agar dapat mencapai tugas-tugas

perkembangannya yang meliputi aspek

pribadi-sosial, belajar (akademik), dan

karir.

(9)

Fungsi Bimbingan dan Konseling

 Fungsi Pemahaman

 Fungsi Preventif

 Fungsi Pengembangan

 Fungsi Penyembuhan

 Fungsi Penyaluran

 Fungsi Adaptasi

 Fungsi Penyesuaian

(10)

Prinsip-prinsip BK

 Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua (peserta didik)

 Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi

 Bimbingan dan konseling menekankan hal yang positif

 Bimbingan dan konseling merupakan usaha bersama

 Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan dan konseling

 Bimbingan dan konseling berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan

(11)

Asas Bimbingan dan Konseling

Asas Kerahasiaan

Asas Kesukarelaan

Asas keterbukaan

Asas kegiatan

Asas kemadirian

Asas kekinian

Asas kedinamisan

Asas keterpaduan

Asas keharmonisan

Asas keahlian

Asas alih tangan kasus

(12)

KONTEKS TUGAS DAN

EKSPEKTASI KINERJA

KONSELOR

(13)

Penegasan Konteks Tugas Konselor

 Layanan bimbingan dan konseling

Pendidikan formal dipetakan secara tepat dalam kurikulum 1975, dinamakan Layanan Bimbingan dan Penyuluhan,

diposisikan sejajar dengan layanan;

- Manajemen Pendidikan Kurikulum - Bidang Pembelajaran

(14)

 Permendiknas No. 22/2006 Standar Isi, Layanan BK diletakkan sebagai bagian dari kurikulum yang isinya dipilah menjadi (a)

kelompok mata pelajaran, (b) muatan lokal, dan (c) materi pengembangan diri, yang harus

“disampaikan” oleh konselor kepada peserta didik

 konselor diharapkan juga berperan serta dalam bingkai layanan yang komplementer dengan

layanan guru, bahu membahu termasuk dalam pengelolaan kegiatan ekstra kurikuler

(15)

 Pemenuhan standar kemandirian peserta didik perwujudan diri secara akademik,

vokasional, sosial, dan personal melalui BK yang memandirikan

 Pemenuhan standar kompetensi lulusan;

penumbuhan karakter yang kuat serta

penguasaan hard skills dan soft skills,

melalui pembelajaran yang mendidik

(16)

Ekspektasi Kinerja Konselor dikaitkan dengan Jenjang Pendidikan

 Meskipun sama-sama berada dalam jalur pendidikan formal, namun perbedaan

rentang usia peserta didik pada tiap jenjang memicu tampilnya kebutuhan layanan bimbingan dan konseling yang berbeda-beda pada tiap jenjang

pendidikan.

(17)

 Perbedaan cukup signifikan, pada sisi pengaturan birokratik, seperti di TK.

 Di jenjang SD, ada permasalahan yang memerlukan penanganan oleh

konselor, layanannya belum menjustifikasi untuk ditempatkannya posisi struktural konselor di SD,

sebagaimana diperlukan di Sekolah

Menengah

(18)

Keunikan dan Keterkaitan Tugas Guru dan Konselor

 Tugas-tugas pendidik untuk

mengembangkan peserta didik secara utuh dan optimal sesungguhnya

merupakan tugas bersama yang harus dilaksanakan oleh guru, konselor, dan tenaga pendidik lainnya sebagai mitra

kerja, sementara itu masing-masing pihak tetap memiliki wilayah pelayanan khusus dalam mendukung realisasi diri dan

pencapaian kompetensi peserta didik.

(19)

 Dalam hubungan fungsional kemitraan konselor dengan guru, dilakukan melalui kegiatan rujukan (referal)

 Masalah-masalah perkembangan peserta didik yang dihadapi guru pada saat pembelajaran

dirujuk kepada konselor untuk penanganannya, demikian pula masalah yang ditangani konselor dirujuk kepada guru untuk menindaklanjutinya apabila itu terkait dengan proses pembelajaran

 Dalam pengembangan dan proses

pembelajaran fungsi-fungsi BK perlu mendapat perhatian guru, dan sebaliknya, fungsi-fungsi pembelajaran bidang studi perlu mendapat perhatian konselor.

(20)

CITRA DIRI DAN CITRA

DIRI KONSELOR

(21)

Citra Diri

 Citra diri merupakan mozaik rumit yang terbentuk dari sejarah relasi emosi di

masa lalu. Citra diri dalam proses pengalaman baru, tetapi dasar-

dasar penting diletakkan di awal kehidupan, melalui perkataan dan

perbuatan orangtua atau orang-orang

yang dekat dengan kita.

(22)

Self Esteem

 Self esteem penilaian seseorang

terhadap dirinya sendiri dan bagaimana dia

merespon penilaian orang lain terhadap dirinya

 High self- esteem percaya diri, tidak mudah putus asa, optimis, tidak mudah

mengasihani diri sendiri.

 Low self-esteem rendah diri, sensitif, pesimis, mengasihani diri sendiri, berpikir negatif

(23)

Dua jenis pola pikir:

1. Pola pikir yang salah

Rasa berharga yang palsu

HARGA DIRI

=

PERBUATAN SAYA + APA KATA ORANG 2. Pola pikir yang benar

Rasa berharga yang seharusnya

HARGA DIRI SAYA

=

PRIBADI SAYA + APA KATA TUHAN

(24)

Cara meningkatkan self- esteem:

menghargai diri sendiri

mengenali diri sendiri

menyusun tujuan

berpikiran positif

lakukan yang terbaik

hadapi ketakutan

memandang kritik sebagai hal yang membangun

be your self

enjoy your self

membuka hati kepada Tuhan

(25)

Beberapa cara

membangun citra diri:

 Memahami orang lain

 Mengekspresikan diri dengan jelas

 Menegaskan kebutuhan anda

 Memberi dan menerima masukan

 Mempengaruhi orang lain

 Menyelesaikan konflik

 Menjadi pemain tim

 Menyesuaikan diri

(26)

Citra diri konselor tergambar dalam

karakteristik Konselor yang diharapkan:

Motivasi diri dan potensi yang menunjang

Kesadaran terhadap diri sendiri dan nilai-nilai yang dianut

Kesadaran akan kebudayaan

Penuh pengertian, bertanggung jawab

Belajar menerima diri apa adanya

Mengetahui dan dapat mengatasi kendala-kendala dalam diri

Memiliki sikap dasar sebagai konselor (rapport,

empathy, congruence, unconditional positif regard, love, and warmth)

Memahami sikapnya sebagai manusia yang tidak

luput dari masalah dalam menghadapi suatu masalah

(27)

Selain hal tersebut, seorang

konselor diharapkan pula dapat memiliki:

empathy, kehangatan, sikap terbuka, respek

rasa humor (sense of humor)

disiplin diri (self dicipline)

kemampuan memberi jaminan

konsep diri yang positif (positive self concept)

pengetahuan dan pemahaman tentang karakteristik manusia

berpikir dan bersikap kreatif

bersikap aktif dalam mengembangkan komunikasi yang sifatnya verbal maupun nonverbal

(28)

Hal-hal yang harus dihindari oleh seorang konselor adalah:

memberikan nasehat

banyak bicara

terlalu membuka diri

memandang terlalu rendah klien

bersikap defensif

rendah diri (usia, pengalaman, dan pengetahuan)

memperioritaskan kebutuhan, nilai-nilai dan pandangan hidup

harapan yang berlebihan terhadap klien

bersikap inkonsisten

bersikap subyektif

memiliki perasaan tertentu terhadap klien

(29)

PROFESIONALISASI BIMBINGAN DAN

KONSELING

(30)

Pengertian Profesi

 Istilah “profesi” menyangkut

pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan dapat disebut profesi.

 Ada beberapa yang berkaitan dengan

“profesi” yang hendaknya tidak dicampuradukkan yaitu profesi, profesional, profesionalisme,

profesionalitas, dan profesionalisasi.

(31)

 “Profesional” menunjuk pada dua hal.

1. Orang yang menyandang suatu profesi

2. Penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.

 “Profesionalisme” komitmen para

anggota suatu profesi meningkatkan kemampuan profesionalitasnya dan terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan

pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.

(32)

 “Profesionalitas” sikap para

anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian

yang mereka miliki dalam rangka

melakukan pekerjaannya.

(33)

 “Profesionalisasi” proses peningkatan kualifikasi maupun kemampuan para anggota suatu profesi dalam mencapai kriteria yang standard dalam penampilannya sebagai

anggota suatu profesi.

 Profesionalisai serangkaian proses

pengembangan keprofesionalan, baik dilakukan melalui pendidikan/latihan pra-jabatan (pre-

service training) maupun pendidikan/latihan

dalam jabatan (in-service training). Oleh karena itu profesionalisasi merupakan proses yang

berlangsung sepanjang hayat, dan tanpa henti

(34)

Pentingnya Profesionalisasi Bimbingan dan Konseling

 BK profesi menuntut keahlian dari para petugasnya.

 Pekerjaan BK tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus terlebih dahulu karena pekerjaan BK dituntut keahlian khusus/ kompetensi sebagai konselor/ ahli dalam bidang BK.

(35)

 Konselor orang yang profesional secara formal disiapkan oleh lembaga

atau institusi pendidikan yang berwenang.

 Mereka didik secara khusus untuk memperoleh kompetensi sebagai

konselor, yaitu meliputi pengetahuan,

keterampilan, dan sikap, atau kepribadian, serta pengalaman dalam bidang

bimbingan dan konseling

(36)

 Konselor individu istimewa dalam kehidupan konseli.

 Konselor mengarahkan segala

kemampuannya, tenaga dan pikirannya untuk membantu mengusahakan

pengubahan tingkah laku pada diri konseli suatu kegiatan profesional yang

resikonya cukup berat yaitu kegagalan

kehidupan seseorang.

(37)

Konselor jabatan profesional, yang menjabat konselor pengetahuan,

keterampilan dan sikap khusus tertentu dimana pekerjaan itu diakui masyarakat sebagai suatu keahlian.

Keahlian konselor

Menuntut standard persiapan profesi melalui

pendidikan khusus di PT dan pengalaman kerja dalam bidang BK.

Orang yang menjabat konselor menjaga standard mutu dan status profesi dalam batas- batas yang jelas dengan profesi lain

menghindari kemungkinan penyimpangan tugas oleh mereka yang tidak langsung berkecimpung dalam bidang BK.

(38)

Profesi konselor

- Pelayanan sosial yang unik berdasarkan teknik-teknik intelektual, diakui

masyarakat dan diselenggarakan dengan memperhatikan kode etik tertentu.

- Profesi konselor jabatan/ pekerjaan yang

menuntut keahlian khusus dalam bidang BK.

-Tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang

yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan BK.

- Profesi konselor spesifik, unik, dan esensial/urgen/penting.

(39)

Ciri-ciri Profesi

Suatu profesi merupakan suatu jabatan pekerjaan yang memiliki fungsi dan kebermaknaan sosial yang sangat menentukan

Untuk mewujudkan fungsi tersebut para anggotanya harus menampilkan pelayanan khusus yang

didasarkan atas teknik-teknik intelektual, dan keterampilan-keterampilan tertentu yang unik.

Penampilan pelayanan tersebut bukan hanya dilakukan secara rutin saja, melainkan bersifat

pemecahan masalah atau penanganan situasi kritis yang menuntut pemecahan dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.

(40)

Para anggotanya memiliki kerangka ilmu yang sama yaitu yang didasarkan atas ilmu yang jelas, sistematis, dan eksplisit, bukan hanya didasarkan atas akal sehat (common sense) belaka.

Untuk dapat menguasai kerangka ilmu itu diperlukan

pendidikan dan latihan dalam jangka waktu cukup lama.

Para anggota secara tegas dituntut memiliki kompetensi minimum melalui prosedur seleksi, pendidikan dan

latihan serta lisensi atau sertifikasi

Dalam menyelenggarakan pelayanan kepada pihak yang dilayani, para anggota memiliki kebebasan dan bertanggung jawab pribadi memberikan pendapat dan pertimbangan serta membuat keputusan tentang apa yang akan dilakukan berkenaan dengan

penyelenggaraan profesional yang dimaksud.

(41)

Para anggotanya, baik perorangan maupun kelompok, lebih mementingkan pelayanan bersifat sosial dari pada pelayanan yang bersifat mengejar keuntungan yang

bersifat ekonomi.

Standard tingkah laku bagi anggotanya dirumuskan

secara tersurat (eksplisit) melalui kode etik yang benar- benar diterapkan, setiap pelanggaran atas kode etik dapat dikenakan sanksi tertentu.

Selama berada dalam pekerjaan itu, para anggotanya terus menerus berusaha menyegarkan dan

meningkatkan kompetensinya dengan jalan mengikuti secara cermat literatur dalam bidang pekerjaan itu, menyelanggarakan dan memahami hasil riset, serta berperan serta aktif dalam pertemuan-pertemuan sesama anggota

(42)

Unjuk Kerja Konselor

Proses prilaku kerja konselor sehingga menghasilkan sesuatu menjadi tujuan pekerjaan profesinya.

Unjuk kerja profesional merupakan tuntutan bagi Konselor atau Guru

pembimbing apabila ia ingin disebut

sebagai tenaga profesional.

(43)

Unjuk kerja profesional Konselor atau Guru Pembimbing perwujudan

profesional yang secara sadar dan terarah untuk melaksanakan layanan bimbingan dan konseling.

Unjuk kerja profesional mencakup dimensi filosofis, konseptual, operasional, dan

personal.

(44)

- Secara filosofis layanan bimbingan konseling

mempunyai landasan filsafat yang jelas yaitu Pancasila sebagai landasan berfikir dan landasan kerja.

- Secara konseptual, layanan bimbingan dan konseling berlandaskan konsep-konsep keilmuan yang jelas.

- Secara operasional, landasan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan atas dasar pola-pola kerja

operasional yang dipertanggungjawabkan.

- Dari dimensi personal, layanan bimbingan dan konseling didukung pelaksanaannya oleh personil-personil yang memiliki kualifikasi profesional sesuai dengan peranan dan tanggungjawabnya.

(45)

KODE ETIK GURU

PEMBIMBING/ KONSELOR

(46)

Pengertian dan

Pentingnya Kode Etik

 Kode etik jabatan ialah pola ketentuan/ aturan/

tata cara yang menjadi pedoman.

 Kode etik diperlukan bagi yang menjabat

konselor agar tetap menjaga standard mutu dan status profesinya dalam batas-batas yang jelas dengan profesi lain, sehingga dapat

dihindarkan kemungkinan penyimpangan tugas oleh mereka yang langsung berkecimpung

dalam bidang tersebut.

(47)

 Kode etik para pembimbing atau konselor yang memberikan layanan bimbingan dan

konseling, dengan pengertian bahwa layanan konseling dapat dibedakan dari bentuk-bentuk layanan bimbingan lain, karena sifat khas dari layanan bimbingan yang disebut konseling.

 Landasan kode etik jabatan konselor

Pancasila, profesi konseling merupakan usaha layanan terhadap sesama manusia:

bersifat ilmiah, esensial tujuan ikut membina warga negara yang efektif dan bertanggungjawab.

Referensi

Dokumen terkait

DARI STASIUN BOGOR/ URANG REK MENUJU KA TEMPAT MAKANAN KHAS BOGOR NU PALING TERKENAL BGT/ NYAETA ASINAN BOGOR GEDUNG DALAM / TEMPATNA NYAETA AYA DI JALAN.

menyatu membentuk kiasma optikum... %i kiasma optikus lebih dari separuh serabut yang berasal dari separuh retina bagian nasal mengalami dekusasi dan menyatu dengan serabut

Menyusun aturan Pengendalian pemanfaatan ruang dan ketentuan zonasi untuk penataan areal-areal yang dilewati jalur rel yang akan dikembangkan Meningkatkan regulasi untuk

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan penelitian di atas dapat dijabarkan implikasi penelitian ini yakni: a) Implikasi teoritis, Pelaksanaan unit produksi seharusnya dapat

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Utara merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada di bawah Balai Besar Pengkajian dan

Akhlak berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat, dari pengertian ini akhlak bukan saja norma yang mengatur hubungan antara sesama manusia, tetapi juga norma

Untuk memberi kesempatan kepada kendaraan atau pejalan kaki dari jalan simpang (kecil) untuk memotong jalan utama. Untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas akibat

Dengan demikian, maka konsep diri sebagai suatu proses yang berasal dari interaksi sosial individu dengan orang lain dapat diterapkan dalam proses komunikasi politik