• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA PANTI ASUHAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA PANTI ASUHAN SKRIPSI"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA PANTI

ASUHAN

SKRIPSI

Oleh:

Pradnya Paramhita 201410230311002

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2018

(2)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA PANTI

ASUHAN

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi

Oleh:

Pradnya Paramhita 201410230311002

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2018

(3)

i

(4)

ii

(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Hubungan Dukungan Sosial dan Psychological Well-Being Pada Remaja Panti Asuhan”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang sangat bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Muhammad Salis Yuniardi S.Psi., M.Psi., Ph.D selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Ibu Siti Maimunah, S.Psi., M.M., M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu Sofa Amalia, S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan motivasi serta memberikan saran dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

3. Bapak Zakarija Achmad, S.Psi., M.Si selaku dosen wali yang telah mendukung dan memberikan pengarahan dari awal semester hingga selesainnya skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu penulis, Suharto dan Mariati serta kakak laki-laki Kent Hendri Yudhanta, yang selalu memberikan semangat, motivasi doa dan kasih sayang sehingga penulis memiliki motivasi yang tinggi dalam menyelesaikan skripsi.

5. Kepada subjek penelitian, Panti Asuhan Aisyiyah Lowokwaru, Panti Asuhan Aisyiyah Dau, Panti Asuhan Sunan Giri, Panti Asuhan Al-Husna, Panti Asuhan Nurul Abyadh, Panti Asuhan Al-Qolbi, Panti Asuhan Akhlakul Kharimah dan Panti Asuhan Assalam Shobur yang telah bersedia menjadi subjek penelitian

6. Kepada sahabat penulis, Hana Humaira dan Norhafizha Rinanda yang telah memberikan bantuan semangat dan motivasi sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada Mutiah yang telah membantu penulis dalam proses pelaksanaan penelitian.

8. Kepada teman-teman kos, Ajeng Ula, Ira Tya, Icha Marlina, Nadila, Farida, Vicky yang selalu memberikan semangat bantuan dan dukungan dalam proses pengerjaan skripsi.

9. Teman-teman Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2014 khususnya kelas A yang memberikan semangat, doa serta bantuan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian skripsi.

(6)

iv

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan dn bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Malang, 6 April 2018 Penulis

Pradnya Paramhita

(7)

v DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAK ... 1

LATAR BELAKANG ... 2

LANDASAN TEORI ... 6

Psychological Well-Being ... 6

Dukungan Sosial... 8

Dukungan Sosial dan Psychological Well-Being ... 9

Kerangka Berfikir ... 11

Hipotesis ... 12

METODE PENELITIAN ... 12

Rancangan Penelitian ... 12

Subjek Penelitian ... 12

Variabel dan Instrumen Penelitian ... 12

Prosedur dan Analisis Data ... 13

HASIL PENELITIAN ... 14

DISKUSI ... 16

SIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 18

REFRENSI ... 18

LAMPIRAN ... 21

(8)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 14

Tabel 2. Perhitungan T-Score Skala Dukungan Sosial ...14

Tabel 3. Perhitungan T-Score Skala Psychological Well-Being ...14

Tabel 4. Perhitungan T-Score Per-Aspek Dukungan Sosial ...15

Tabel 5. Analisa Data Korelasi Dukungan Sosial dan Psychological Well-Being ...15

(9)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berfikir ... 11

(10)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

BLUE PRINT SKALA DUKUNGAN SOSIAL ... 22 LAMPIRAN 2

BLUE PRINT SKALA PSYCHOLOGICAL WELL-BEING ... 23 LAMPIRAN 3

SKALA TRY OUT DUKUNGAN SOSIAL ... 24 SKALA TRY OUT PSYCHOLOGICAL WELL-BEING ... 28 LAMPIRAN 4

SKALA PENELITIAN ... 33 LAMPIRAN 5

UJI VALIDITAS SKALA DUKUNGAN SOSIAL ... 40 UJI VALIDITAS SKALA PSYCHOLOGICAL WELL-BEING ... 42 LAMPIRAN 6

UJI NORMALITAS ... 47 ANALISIS KORELASI PRODUCT MOMENT ... 47 LAMPIRAN 7

DATA KASAR TRY OUT ... 48 LAMPIRAN 8

DATA KASAR PENELITIAN ... 58 LAMPIRAN 9

SURAT PENELITIAN ... 86

(11)

1

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA PANTI

ASUHAN

Pradnya Paramhita

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang paramhitapradnya@gmail.com

Psychological Well-Being adalah kesejahteraan psikologis dari individu, dimana individu memiliki kepuasan hidup dalam dirinya, memiliki sikap yang positif sehingga ia mampu menjalin hubungan interpersonal yang hangat dengan orang lain yang berada disekitarnya. Faktor yang dapat mempengaruhi individu mencapai psychological well-being salah satunya adalah dukungan sosial.

Dukungan sosial dibutuhkan oleh remaja yang berada di panti asuhan dimana peran orang tua dalam memberikan dukungan sosial pada remaja panti asuhan digantikan oleh pengasuh dari panti asuhan. Hal tersebut yang membuat remaja panti asuhan tidak dapat memperoleh psychological well-being. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dan pschological well-being pada remaja yang tinggal di panti asuhan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala dukungan sosial dan psychological well-being dengan model skala likert. Subjek dalam penelitian ini sejumlah 157 responden dengan rentang usia 12-20ntahun. Hasil penelitian menggunakan analisis product moment menunjukkan adanya korelasi antara dukungan sosial dengan psychological well-being dengan kontribusi sebesar 58,5% dan koefisien kolerasi dalam penelitian ini sebesar 0,765 dengan signifikasi 0,000 < 0,05.

Katakunci : Dukungan sosial, psychological well-being, remaja panti

Psychological well-being is the psychological health of the individual, where the individual has a life satisfaction in itself, having a positive attitude so that he was able to establish a warm interpersonal relationships with other people who are around them. One of the factors of psychological well-being is social support.

Social support needed by adolescent who are in orphanages where the roles parents should they get replaced by the caretakers of the orphanage. The purpose of this research is to know the relationship between social support and pschological well-being in teens who live at the orphanage. Data collection is done using a scale of social support and psychological well-being with likert scale model. Research subject with 157 adolescent orphanage age 12-20 years old. The results of this research show there is a positive relationship between social support and psychological well-being with contributions of 58.5% and the coefficient kolerasi in the study of 0.765 with significance of 0.000 < 0.05.

Keywords: Social support, psychological well-being, adolescents orphanages

(12)

2

Di Indonesia jumlah anak-anak yang menjadi yatim piatu mengalami peningkatan.

Dimana jumlah angka anak yatim piatu yang ada di Indonesia mencapai 3.176.642 anak. Jumlah anak yatim piatu di Jawa Timur 157.621 anak, hal tersebut disampaikan oleh pembina “Yatim Mandiri” H Nur Hidayat. Dimana fenomena banyaknya anak yatim piatu di Indonesia, membuat mereka harus tinggal di lembaga sosial (panti asuhan). Budiharjo (2015) menyatakan Panti asuhan sebagai lembaga pengasuhan anak memiliki peran yang strategis dalam mewujudkan keseimbangan antara asah, asih dan asuh dalam proses pengasuhan anak.

Menurut Budiharjo (2015) pada dasarnya konsep dasar pengasuhan anak menitik beratkan pada kemampuan lingkungan untuk menjaga tumbuh kembang anak secara optimal dengan menggunakan pendekatan asah, asih dan asuh. Anak membutuhkan stimulus mental (asah) yang menjadi cikal bakal dalam proses belajar. Kebutuhan akan kasih sayang (asih) dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar antara anak dan orang tua. Kebutuhan fisik (asuh) meliputi pangan, gizi dan pemenuhan kebutuhan dasar. Namun di dalam panti asuhan anak asuh kurang mendapatkan kebutuhan akan kasih sayang (asih) yang seharusnya mereka dapatkan dari pengasuh yang berperan sebagai pengganti orang tua.

Pada prateknya Panti Asuhan hanya dominan dalam pemenuhan kebutuhan asuh dan asah. Pemenuhan kebutuhan asuh terlihat dari ketersediaan makan, minum dan tempat tinggal anak yang disediakan oleh panti asuhan terhadap anak asuh.

Pemenuhan akan kebutuhan asah tercermin dari pendidikan yang disediakan oleh panti asuhan untuk anak, baik pendidikan umum maupun pendidikan agama melalui sekolah yang disediakan oleh panti asuhan.

Anak-anak yang tinggal di panti asuhan dituntut untuk tumbuh dan berkembang secara mandiri. Mereka akan tumbuh dari masa kanak-kanak menuju masa remaja tanpa adanya pendampingan dari orang tua mereka. Dimana dalam proses perkembangan masa remaja merupakan hal yang sangat penting dan berpengaruh kepada pertumbuhan remaja selanjutnya. Halfon dkk (dalam Ningrum, 2012) berpendapat bahwa terdapat beberapa persoalan anak dan remaja yang berada di panti asuhan seperti, masalah kesehatan mental dan fisik, permasalahan dalam perilaku seperti kenalakan, masalah dengan teman sebaya, baik teman yang berada di dalam panti maupun teman yang berada di luar panti (sekolah), masalah emosi yang berhubungan dengan kenyamanan dan perasaan kesepian, kurangnya perhatian dan kasih sayang dari pengasuh karena terbatasanya jumlah pengasuh, masalah atensi (perhatian) terhadap peraturan dan juga larangan di panti asuhan, frustasi dengan lingkungan baru di panti asuhan, anak dan remaja yang sudah tinggal di dalam panti asuhan akan malas untuk masuk sekolah dan melanjutkan sekolah lebih tinggi, masalah anti sosial dengan lingkungan panti dan lingkungan sekitar panti asuhan dan masalah akademik di sekolah

Selain itu menurut Sahuleka (2003), rata-rata remaja yang tinggal di panti asuhan mengalami penurunan emosi yang mengakibatkan gangguan kepribadian seperti sikap menarik diri, tidak mampu membentuk hubungan yang hangat dan dekat

(13)

3

dengan orang lain, kurang dapat menyesuaikan diri, sehingga hubungan mereka bersifat dangkal dan tanpa perasaan. Berbeda dengan remaja yang tinggal bersama dengan orang tua. Remaja yang tinggal bersama orang tua rata-rata terhindar dari masalah-masalah psikologis, mereka mampu berbaur dengan lingkungannya dengan mudah mampu membentuk hubungan yang hangat dengan orang yang berada disekitarnya dan remaja yang tinggal bersama dengan orang tua mereka mendapatkan kasih sayang yang lebih dari orang tua mereka. Jadi dapat diketahui bahwa adanya dukungan sosial yang kuat dari keluarga dapat mempengaruhi perkembangan psikologis pada remaja. Dengan adanya berbagai persoalan tersebut dapat diketahui terdapat beberapa aspek di dalam psychological well- being yang tidak terpenuhi pada remaja yang berada di panti asuhan, seperti kurangnya hubungan positif dengan orang lain, hal tersebut dapat dilihat dari sikap menarik diri pada remaja yang berada di panti asuhan. Jadi dapat dikatakan psychological well-being pada remaja panti asuhan dapat dikatakan berada pada kategori yang kurang atau rendah.

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak akhir yang kemudian akan menuju masa dewasa awal. Dimana G. Stanley Hall (dalam Santrock, 2012) menyebutkan masa remaja sebagai “storm and stress”

dikarenakan masa remaja merupakan masa dimana timbulnya perasaan yang penuh gejolak dan peka terhadap rangsangan-rangsangan negatif. Perkembangan di masa remaja juga diwarnai oleh interaksi antara faktor-faktor fisik, kognitif dan sosioemosi. Dimana mereka dihadapkan pada perubahan biologis yang dramatis, pengalaman-pengalam baru, tugas perkembangan baru, serta cara berfikir yang menjadi lebih abstrak dan idealistik.

Perkembangan fisik yang paling penting terjadi pada masa remaja adalah mulainya masa pubertas. Masa pubertas ini merupakan proses yang akan mengarah pada kematangan seksual atau kesuburan berproduksi. Dalam masa pubertas ini terdapat beberapa gejala yang akan dialami oleh remaja, gejala-gejala tersebut disebut dengan “negative phase”. Menurut Hurlock (2002) negative phase yang dialami remaja sebagai berikut: keinginan untuk meyendiri, bosan, inkoordinasi, antagosime sosial (tidak mau bekerja sama, sering membantah dan menentang), emosi yang meninggi, hilangnya kepercayaan diri dan terlalu sederhana dalam penampilannya karena mereka takut orang lain memperhatikan perubahan yang dialaminya dan memberikan komentar yang buruk.

Perkembangan kognitif pada remaja ditandai dengan meningkatnya kecepatan kemampuan pengolahan informasi meskipun terkadang beberapa cara berpikir remaja masih kurang matang dan kebanyakan dari remaja sudah mampu membuat penalaran abstrak dan penilaian moral yang sangat memuaskan dan dapat menjelaskan masa depan secara realistik (Papalia & Feldman, 2015). Dalam hal sosioemosi terdapat beberapa perubahan yang dialami oleh remaja. Perubahan tersebut mencangkup meningkatnya pemahaman diri serta pencarian identitas.

Secara sosial remaja mulai menjalin persahabatan dengan peers groupnya.

Menurut Sullivan (Santrock, 2012) sahabat menjadi sangat penting dalam memenuhi kebutuhan sosial remaja, dimana kebutuhan akan intimasi meningkat di masa remaja dan memotivasi remaja. Jika remaja gagal untuk menempa

(14)

4

persahabatan yang akrab, mereka akan mengalami kesepian dan penghayatan akan martabat (self-worth) dirinya juga akan menurun.

Proses perkembangan yang terjadi dimasa remaja tersebut tidak luput dari peran orang tua. Hubungan yang akrab dengan orang tua juga berperan penting bagi perkembangan remaja karena hubungan orang tua dengan anak akan mempengaruhi hubungan interpersonal remaja di kemudian hari. Bagi sebagian besar anak-anak relasi di dalam keluarga di masa dini dapat memberikan dukungan yang diperlukan untuk terlibat efektif dalam dunia kawan-kawan sebaya, yang selanjutnya akan memberikan landasan bagi terjalinnya relasi dengan kawan-kawan sebaya yang luas dan kompleks (Santrock, 2007). Demo dan Ancok (dalam Widiatmoko, 2016) mengemukakan bahwa fungsi keluarga yang baik akan memberikan dampak yang positif pada kesejahteraan psikologis (psychological well-being) seorang remaja.

Hal tersebut didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Emadpoor dkk (2015) juga melakukan penelitian terkait hubungan dukungan sosial dan psychological well being. Diketahui dari penelitian ini bahwa dukungan sosial yang dirasakan secara langsung dan secara positif dari keluarga, teman dan significant others dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis dan berpengaruh terhadap motivasi akademis siswa.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Rani (2016) mengenai dukungan sosial dengan psychological well-being di antara orang dewasa yang bekerja. Hasil yang didapatkan dari penilitian ini, diketahui bahwa dukungan sosial memiliki hubungan dengan psychological well being. Semakin tinggi dukungan sosial yang diberikan maka semakin tinggi tingkat psychological well being. Dari penelitian ini juga diketahui bahwa dukungan sosial lebih banyak diterima oleh wanita daripada pria. Selain itu baik pria maupun wanita menyatakan ketersediaan dukungan sosial yang lebih tinggi mereka dapatkan dari keluarga dibandingkan dari teman maupun orang terdekat lainnya.

Menurut Ryff (1989), psycological well-being merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kesehatan psikologis individu berdasarkan pemenuhan kriteria fungsi psikologi positif (positive psychological functioning). Kurang atau tidaknya sebuah perhatian dan kasih sayang yang diterima oleh seorang remaja serta jelas atau tidaknya status diri mereka merupakan pengalaman hidup yang akan mempengaruhi hasil evaluasi/penilaian remaja terhadap dirinya. Hasil dari evaluais dan pengalaman inilah yang disebut dengan psychlogical well-being.

Menurut Akhtar (dalam Fadli, 2012) psychological well-being mampu membantu remaja untuk dapat menumbuahkan emosi positif, merasakan kebahagiaan dan kepuasan serta mengurangi kecendrungan untuk berperilaku negatif.

Namun berbeda dengan anak-anak atau remaja yang menjadi piatu (remaja yang tidak memiliki/kehilangan ibu), yatim (remaja yang tidak memiliki/kehilangan ayah) atau bahkan yatim piatu (remaja yang tidak memiliki/kehilangan kedua orang tuanya). Dimana dalam hal ini mereka dituntut untuk berkembang secara mandiri tanpa terlibatnya peran keluarga dalam proses perkembangan yang

(15)

5

mereka jalani. Pada remaja yang tidak memiliki orang tua tekanan-tekanan yang dialami akan semakin banyak terkait dengan tidak adanya orang tua sebagai sumber kasih sayang, perlindungan dan dukungan (Napitupulu, 2009). Untuk mengagantikan peran orang tua, ada kondisi dimana mereka harus tinggal di tempat seperti yayasan atau panti asuhan. Selain itu faktor lemahnya ekonomi keluarga juga dapat menyebabkan anak terpaksa tinggal disebuh panti asuhan.

Karena perbedaan tingkat psychological well-being pada remaja yang tinggal di panti asuhan dengan remaja yang tinggal bersama orang tua akan berbeda karena salah satu faktor yang mungkin berpengaruh terhadap psychological well-being ialah dukungan sosial dari keluarga. Dukungan sosial menurut Johnson & Johnson (dalam Saputri & Indrawati, 2011) dukungan sosial dapat didefinisikan sebagai keberadaan orang lain yang dapat diandalkan untuk memberi bantuan, semangat, penerimaan dan perhatian, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan hidup bagi individu yang bersangkutan.

Keterlibatan orang tua mempengaruhi psychological well-being remaja terutama dalam hal harga diri, evaluasi diri dan hubungan dengan orang lain (Widiatmoko, 2016). Hal ini didukung dengan penelitin yang dilakukan oleh Du dkk (2014) terkait hubungan antara harga diri, psychological well-being dan dukungan sosial pada anak yang terkena HIV. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa dukungan sosial dari orang lain berkolerasi meningkatan harga diri pada subjek dan secara langsung harga diri berkolerasi positif dengan psychological well- being pada subjek yang terinfeksi HIV.

Panti asuhan merupakan tempat tinggal remaja yatim piatu dimana orang-orang panti asuhan adalah lingkungan sosial yang akan memberikan dukungan pada remaja sebagai pengganti orang tua. Dukungan sosial dinilai penting untuk meningkatkan psychological well-being remaja. Dukungan sosial dapat diterima dari pengasuh yang berada di panti asuhan, dari teman-temannya dan dari lingkungan sekitarnya. Dengan adanya dukungan sosial yang cukup dari lingkungan sosial mereka maka akan terbentukya kesejahterahan psikologis (psychological well-being) yang baik pula pada diri mereka.

Penelitian yang dilakukan oleh Casetra dkk (2017), menunjukkan adanya korelasi antara dukungan sosial dengan tingkat psychosocial well-being pada anak panti asuhan. Mereka yang tinggal di panti asuhan menunjukkan tingkat psychosocial well-being yang lebih tinggi dari semua dukungan sumber dukungan sosial.

Selanjutnya, fungsional psychosocial well-being menunjukkan bahwa dukungan emosional dan dukungan persahabatan sama pentingnya dalam meningkatkan kesejahteraan emosional yang lebih tinggi dan tingkat tekanan mental yang lebih rendah. Dari hal ini diketahui bahwa betapa pentingnya memiliki sumber dukungan sosial untuk dapat meningkatkan kesejahteraan psikologi pada kehidupan individu.

Dari penelitian-penelitain sebelumnya mengenai hubungan dukungan sosial dan psychological well-being, serta dari penjelasan diatas mengenai beberapa permasalahn yang rata-rata dialami oleh remaja panti asuhan, peneliti tertarik

(16)

6

untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara dukungan sosial dan psychological well-being. Dimana dalam hal ini peneliti mengambil subjek remaja yang berada di panti asuhan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu, subjek yang digunakan oleh peneliti adalah remaja yang tinggal di panti asuhan dimana peneliti mengambil rentan usia 12-20 tahun yaitu remaja awal hingga remaja akhir, dan letak geografis yang berbeda dari penelitian sebelumnya sehingga memungkinkan peneliti mendapatkan hasil yang berbeda, karena dukungan sosial yang diberikan di setiap daerah berbeda dan tingkat psychological well-being yang dimiliki oleh remaja berbeda-beda pula.

Pentingnya penelitian ini dilakukan karea nilai positif dari kesehatan mental pada diri individu akan membuat individu merasa bahagia. Psychological well-being remaja panti merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan karena psychological well-being (kesejahteraan psikologis) akan mempengaruhi masa- masa perkembangan di kemudian harinya.

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini untuk melihat hubungan antara dukungan sosial dengan psychological well-being pada remaja panti asuhan. Adapun manfaat dari penelitian ini secara teoritis yaitu dapat dijadikan referensi pada penelitian berikutnya mengenai hubungan dukungan sosial terhadap psychological well-being. Sedangkan manfaat praktisi dari penelitian ini yaitu dapat memberikan sumbangan informasi kepada panti asuhan bahwa dukungan sosial sangat diperlukan oleh remaja dalam menumbuhkan psychological well-being yang baik bagi diri mereka.

Psychological Well-Being

Menurut Ryff (1989) psychological well-being adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kesehatan psikologis individu berdasarkan pemenuhan kriteria fungsi psikologi positif (positive psychological functioning). Emadpoor dkk (2015) mengatakan kesejahteraan psikologis merupakan indikator yang tepat mempertimbangkan kesehatan, selain itu kesejahteraan psikologis adalah salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan pribadi dan sosial individu. Ketika individu mampu mengambil keuntungan dari kesejahteraan psikologis, mereka akan dapat mengambil tindakan yang sesuai terhadap masalah-masalah yang mungkin muncul dan memilih solusi yang sesuai. Psychological well-being berhubungan dengan kepuasan pribadi, keterkaitan, harapan, rasa syukur, stabilitas suasana hati, pemaknaan terhadap diri sendiri, harga diri, kegembiraan, kepuasan dan optimisme, termasuk juga mengenali kekuatan dan mengembangkan bakat dan minat yang dimiliki (Bartram & Boniwell, 2007).

Jadi dapat diketahui bahwa psychological well-being merupakan kesehatan psikologis dari individu, dimana individu memiliki kepuasan hidup dalam dirinya, memiliki sikap yang positif sehingga ia mampu menjalin hubungan interpersonal yang hangat dengan orang lain yang berada disekitarnya.

Ryff (1989) menyebutkan bahwa aspek yang menyusun psychological well-being antara lain:

1. Penerimaan diri (self acceptance)

(17)

7

Individu yang dengan psychological well-being tinggi memiliki pandangan yang postif terhadap diri sendiri, mampu mengakui dan menerima berbagai aspek positif dan negatif dalam dirinya dan adanya perasaan positif tentang kehidupan masa lalu.

2. Hubungan positif dengan orang lain (positive relation with others)

Kemampuan untuk mencintai dipandang sebagai komponen utama kesehatan mental. Psychological well-being seseorang itu tinggi jika mereka dapat bersikap hangat dan adanya rasa percaya dalam hubungan dengan orang lain, memiliki rasa empati, afeksi dan keintiman yang kuat, memahami makna memberi dan menerima dalam sebuah hubungan.

3. Penguasaan lingkungan (environmental mastery)

Mampu dan berkompetensi mengatur lingkungan, menyusun kontrol yang kompleks terhadap aktivitas eksternal, menggunakan secara efektif kesempatan dalam lingkungan, mampu memilih dan menciptakan konteks yang sesuai dengan kebutuan dan nilai individu itu sendiri.

4. Kemandirian (autonomy)

Individu mampu dalam mengambil keputusan sendiri dan mandiri, mampu dalam melawan tekanan sosial, mampu berfikir untuk dapat bersikap sesuai dengan standar nilai diri sendiri dengan standar personal.

5. Tujuan hidup (purpose in life)

Kesehatan mental didefinisikan mencakup kepercayaan-kepercayaan yang memberikan individu suatu tujuan dan makna, individu yang berfungsi secara positif memiliki tujuan, misi dan arah yang membuatnya merasa hidup ini memiliki makna.

6. Pengembangan pribadi (personal growth)

Merupakan perasaan mampu dalam melalui tahap-tahap perkembangan, terbuka pada pengalaman baru, menyadari potensi yang ada dalam dirinya, melakukan perbaikan dalam hidupnya setiap waktu.

Menurut Ryff (1989) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi psychological well- being antara lain:

1. Dukungan Sosial

Dukungan sosial dapat diartikan seperti rasa nyaman, perhatian, pertolongan dan penghargaan yang ditunjukkan kepada individu yang didapatkan dari berbagai sumber seperti pasangan, keluarga, teman, rekan, psikolog dan organisasi sosial.

2. Faktor demografis

Faktor demografis yang mempengaruhi psychological well-being yaitu usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi dan budaya.

3. Locus of control (LOC)

Locus of control disini didefinisikan sebagai suatu ukuran harapan umum seseorang mengenai pengendalian terhadap penguatan (reinforcement) yang mengikuti perilaku tertentu, dapat memberikan peramalan terhadap kesejahterahan psikologis (psychological well-being).

4. Evaluasi terhadap pengalaman hidup

Pengalaman hidup mencakup berbagai bidang kehidupan dalam berbagai periode kehidupan. Evaluasi individu terhadap pengalaman hidupnya memiliki pengaruh yang penting terhadap kesejahteraan psikologis.

(18)

8 Dukungan Sosial

Dukungan sosial merupakan informasi verbal dan nonverbal, bantuan yang nyata atau tingkahlaku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan individu di dalam ligkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional (merasakan perasaan dicintai dan diterima oleh individu lainnya) atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya (Kuntjoro dalam Nazmi, 2017). Selajutnya menurut Rook & Dooley (1985) menyatakan dukungan sosial merupakan salah satu fungsi dari ikatan sosial dan ikatan-ikatan sosial tersebut menggambarkan tingkat kualitas umum dari hubungan interpersonal.

Dari pengertian diatas dapat diketahu bahwa dukungan sosial adalah dukungan yang diberikan individu kepada individu lainnya, yang membuat individu tersebut merasa dicintai dan diterima oleh lingkungannya sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan hidup bagi individu tersebut. Dukungan sosial bisa datang dari sumber-sumber yang berbeda, seperti dari keluarga, orang yang dicintai, teman, psikolog atau bahkan dari angota organisasi dan dari pemimpin tempat kita bekerja.

Sarason dkk (1987) berpendapat bahwa dukungan sosial mencangkup dua hal yaitu:

a. Jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia, merupakan persepsi individu terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan saat individu membutuhkan bantuan (pendekatan berdasarkan kuantitas).

b. Tingkat kepuasan akan dukungan sosial yang diterima, berkaitan dengan persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan berdasarkan kualitas)

House (Smet, 1994) mengklasifikasikan dukungan sosial ke dalam empat aspek yang terdiri dari :

a. Dukungan emosional

Dukungan ini melibatkan ekspresi rasa empati, kepedulian dan perhatian terhadap individu, sehingga individu tersebut merasa nyaman, dicintai dan diperhatikan dalam situasi-situasi stress yang sedang dirasakan. Dukungan ini meliputi perilaku seperti memberikan perhatian dan afeksi serta bersedia mendengarkan keluh kesah orang lain.

b. Dukungan penghargaan

Dukungan ini terjadi lewat ungkapan penghargaan positif kepada orang lain, yang melibatkan ekspresi yang berupa pernyataan setuju, dorongan maju dan penilaian positif terhadap ide-ide, pendapat, perasaan dan performa orang lain, serta adanya pembanding positif dari individu dengan orang lain. Dukungan ini memberikan perasaan berharga bagi seseorang yang menganggap bahwa dirinya memiliki kemampuan yang berbeda dengan orang lain sehingga menimbulkan rasa percaya diri pada seseorang.

c. Dukungan instrumental

(19)

9

Dukungan yang berupa memberikan bantuan secara langsung seperti bantuan uang atau materi lainnya. Bentuk dukungan ini melibatkan bantuan langsung, misalnya yang berupa bantuan finansial atau bantuan dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu.

d. Dukungan informasi

Dukungan yang terdiri dari pemberian nasihat, penghargaan, saran atau umpan balik mengenai apa yang dilakukan oleh orang lain serta bagaimana cara memecahkan persoalan

Dukungan Sosial dan Psychological Well-Being

Menurut Suhuleka (2003) rata-rata remaja panti asuhan mengalami penurunan emosi yang mengakibatkan gangguan kepribadian seperti sikap menarik diri, tidak mampu membentuk hubungan yang hangat dan dekat dengan orang lain, kurang dapat menyesuaikan diri sehingga hubungan mereka kurang bersifat dangkal dan tanpa perasaan. Selain itu menurut Halfon (dalam Ningrum, 2012) terdapat beberapa persoalan anak dan remaja yang berada di panti asuhan seperti, masalah kesehatan mental dan fisik, permasalahan dalam perilaku seperti kenalakan, masalah dengan teman sebaya, baik teman yang berada di dalam panti maupun teman yang berada di luar panti (sekolah), masalah emosi yang berhubungan dengan kenyamanan dan perasaan kesepian, kurangnya perhatian dan kasih sayang dari pengasuh karena terbatasanya jumlah pengasuh, masalah atensi (perhatian) terhadap peraturan dan juga larangan di panti asuhan, frustasi dengan lingkungan baru di panti asuhan, anak dan remaja yang sudah tinggal di dalam panti asuhan akan malas untuk masuk sekolah dan melanjutkan seolah lebih tinggi, masalah anti sosial dengan lingkungan panti dan lingkungan sekitar panti asuhan dan masalah akademik di sekolah.

Remaja yang tinggal di panti asuhan dituntut untuk hidup secara mandiri, sehingga rata-rata dari remaja panti merasakan tekanan-tekanan dalam kehidupan mereka. Banyak dari mereka yang merasakan kurangnya kasih sayang, dimana tidak adanya orang tua sebagai tempat untuk bersandar sehingga banyak tekanan- tekanan yang mereka alami dan menimbulkan masalah psikologis dalam kehidupan mereka. Remaja panti asuhan juga sering mengalami kesulitan untuk berbaur dengan lingkungan disekitarnya dimana adanya sikap menarik diri dari lingkungan. Dukungan sosial dapat diberikan untuk mampu mengurangi atau mengatasi permasalahn tersebut supaya tercapainya kesejahteraan psikologis pada remaja panti asuhan.

Dukungan sosial merupakan dukungan yang diberikan lingkungan kepada remaja panti asuhan yang membuat remaja panti asuhan tersebut merasa dicintai dan diterima oleh lingkungannya, dukungan sosial tersebut dapat diberikan oleh pengasuh panti asuhan dan teman-teman yang berada di panti asuhan tersebut.

Dukungan yang diberikan berupa dukungan emosional seperti rasa simpati, perhatian dan kepedulian , dukungan informatif seperti petunjuk, saran dan juga nasehat, dukungan penghargaan dimana adanya ungkapan yang positif kepada orang lain, dukungan instrumental seperti bantuan secara langsung, motivasi, gagasan dan evaluasi. Dengan adanya hal tersebut maka nantinya akan

(20)

10

terbentuklah suatu rasa kasih sayang, memilki integrasi sosial, penghargaan atau pengakuan, hubungan yang dapat diandalkan. Sehinngga adanya perkembangan yang secara berekelanjutan pada diri remaja panti asuhan. Remaja panti asuhan mampu memperbaiki kehidupnya setiap waktu dan merasa kebermaknaan di dalam kehidupannya dan memiliki tujuan hidup untuk kedepannya.

Dukungan emosional berupa rasa empati, perhatian dan kepedulian dari orang lain dengan adanya dukungan emosional ini akan membuat remaja panti asuhan akan merasa dicintai, nyaman dan merasa diperhatikan dalam situasi-situasi strees yang ia alami. Selain itu remaja panti asuhan yang menerima dukungan emosional juga akan mampu memberikan dukungan yang sama kepada remaja lainnya yang ada di panti asuhan. Mulia, dkk (2014) menyatakan dengan adanya dukungan sosial yang diterima oleh remaja maka ia akan cendrung mengembangkan sikap positif terhadap dirinya sendiri sehingga lebih menerima dan menghargai dirinya sendiri.

Dukungan informasi terdiri dari memberikan nasihat, penghargaan, saran serta bagaimana memecahkan permasalahan yang dialami oleh remaja panti asuhan.

Dengan adanya dukungan ini remaja panti asuhan mampu menyelesaikan permasalah yang mereka alami dengan cara yang tepat serta, seperti yang dikatakan oleh Kurniawati & Nurs (2007) bahwa dukungan sosial merupakan mediator yang penting dalam menyelesaikan masalah seseorang. Selain itu dukungan informasi juga mampu membantu remaja dalam pengembangan pribadinya dimana dalam dukungan ini remaja panti asuhan mendapatkan nasihat- nasihat baik dari pengasuh dan teman-teman yang berada di pati asuhan sehingga ia mampu melakukan perbaikan-perbaikan dalam dirinya.

Dukungan instrumental berupa memberikan bantuka secara langsung seperti uang dan waktu. Dimana dalam hal waktu pengasuh mampu meluangkan waktunya bersama remaja-remaja yang berda di panti. Dukungan sosial juga dapat berupa dukungan oenghargaan dukungan penghargaan disini berupa memberikan dorongan kepada remaja, memberikan pernyataan positif terhadap ide-ide, pendapat, perasaan dan performa dari remaja yang berada di panti asuhan. Dengan adanya dukungan ini membuat remaja panti asuhan merasa dihargai dan pecaya diri terhadap kemampuan yang ia miliki.

Adanya dukungan sosial tersebut maka nantinya akan terbentuklah suatu rasa kasih sayang, memilki integrasi sosial, penghargaan atau pengakuan, hubungan yang dapat diandalkan. Sehinngga adanya perkembangan yang secara berekelanjutan pada diri remaja panti asuhan. Remaja panti asuhan mampu memperbaiki kehidupnya setiap waktu dan merasa kebermaknaan di dalam kehidupannya dan memiliki tujuan hidup untuk kedepannya. Pada dasarnya remaja panti asuhan yang mendapatkan dukungan sosial maka remaja tersebut akan mendapatkan psychological well-being yang baik. Psychological well-being dapat menolong remaja panti untuk menumbuhkan sikap positif, kebahagiaan dan merasakan kepuasan hidup, mengurangi depresi dan kecendrungan mereka dalam bersikap negatif. Selain itu psychological-well being penting bagi kehidupan remja panti karena adanya nilai positif dari kesehatan mental yang ada di dalam

(21)

11

psychological well-being tersebut, sehingga remaja panti dapat mengidentifikasi apa yang hilang dalam kehidupan mereka.

Kerangka Berpikir

Remaja Panti Asuhan Usia 12-21 tahun - Menampakkan sikap menarik diri

- Tidak mampu membentuk hubungan yang hangat - Kurang dapat menyesuaikan diri

Psychological Well-Being

- Adanya penerimaan terhadap diri sendiri (menerima berbagai aspek positif dan negatif pada diri)

- Terjalinnya hubungan yang positif dengan orang lain - Meiliki sikap mandiri

- Penguasaan terhadap lingkungan - Adanya tujuan hidup

- Pengembangan pribadi

Dukungan Sosial - Merasakan kasih sayang

- Merasa dihargai, dipedulikan dan ada yang memahami

- Merasakan adanya dukungan sosial yang diberikan oleh orang lain baik berbentuk bantuan nyata, dukungan informasi, dukungan emosi dan dukungan penghargaan

- Mampu bersikap terbuka, berani mengungkapkan apa yang menjadi pendapat

- Adanya pertumbuhan pribadi secara continue dan memiliki tujuan hidup - Adanya hubungan yang positif dengan orang lain dan bersikap terbuka

(22)

12 Hipotesis

Ada hubungan antara dukungan sosial dengan psychological well-being remaja yang tinggal di panti asuhan.

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain korelasional.

Desain kolerasional ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel (Sugiyono 2012). Adapun variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah dukungan sosial sebagai variabel bebas (X) dan psychological well-being sebagai variabel terikat (Y).

Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah remaja berusia 12- 20 tahun yang tinggal di panti asuhan. Teknik pengambilan sample pada penelitian ini menggunakan quota sampling. Dimana dalam teknik ini pengambilan subjek dengan cara menentukan terlebih dahulu jumlah subjek yang ingin diambil, dan jika subjek belum memenuhi jumlah yang ditetapkan maka penelitian dianggap belum selesai (Sugiyono, 2012). Kriteria subjek dalam penelitian ini ialah remaja yang berusia 12 – 20 tahun dan tinggal di Panti Asuhan. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 157 subjek dari panti asuhan yang berada di Malang. Panti asuhan tersebut diantaranya Panti Asuhan Ulil Absor, Panti Asuhan Aisyiyah Lowokwaru, Panti Asuhan Aisyiyah Dau, Panti Asuhan Sunan Giri, Panti Asuhan Al-Husna, Panti Asuhan Nurul Abyadh, Panti Asuhan Taqwa Al-Qolbi, Panti Asuhan Akhlakul Kharimah dan Panti Asuhan Asslam Shobur.

Variabel dan Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yakni variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Adapun yang menjadi variabel bebas (X) yaitu dukungan sosial dan yang menjadi variabel terikat (Y) adalah psychological well-being.

Psycological well-being merupakan penilaian remaja panti asuhan terhadap keadaan dirinya. Remaja di Panti Asuhan mampu menerima diri apa adanya, mampu membentuk hubungan hangat dengan orang lain, memiliki kemandirian terhadap tekanan sosial, mampu mengontrol lingkungan eksternal, memiliki tujuan hidup dan mampu merealisasikan potensi dirinya secara berkelanjutan.

Dimana psychological well-being memiliki 6 dimensi yaitu: (1) Self acceptance;

(2) positive relation with other; (3) autonomy; (4) personal growth; (5) environmental mastery; (6) purpose of life. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala dukungan sosial dan skala psychological well-being.

Variabel ini diukur menggunakan skala pschological well-being yang diadaptasi dari skala milik Sari (2015) dimana skala tersebut disusun berdasarkan teori Ryff.

(23)

13

Terdiri dari 66 item, menggunakan skala 1-4. Setalah dilakukan try out terdapat 27 item skala yang gugur dan tersisa 39 item skala. Tingkat validitas skala 0.299 – 0.710 dan dengan tingkat reliabilitas sebesar 0,894.

Dukungan sosial merupakan dukungan yang diberikan lingkungan kepada remaja panti asuhan, yang membuat remaja panti asuhan tersebut merasa dicintai dan diterima oleh lingkungannya. Dukungan sosial bisa datang dari berbagai suber seperti keluarga, pengasuh panti asuhan, teman-teman yang berada di panti suhan dan orang-orang yang berada di dalam lingkungan panti asuhan. Dukungan sosial terdiri dari empat aspek yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informasi. Variabel ini diukur menggunakan skala dukungan sosial yang diadaptasi dari skala yang disusun oleh Ramadani (2016) yang berdasarkan teori House, dimana terdiri dari 34 item, menggunakan skala likert 1-4. Setelah dilakukan try out terdapat 3 item yang gugur dan tersisa 31 item skala. Tingkat validitas dari skala 0.248 – 0.739 dan dengan tingkat reliabilitas sebesar 0.925.

Prosedur dan Analisa Data

Penelitian ini diawali dengan menentukan topik permasalahan yang akan diteliti.

Kemudian peneliti mecari literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Dilanjutkan dengan menyusun rumusan masalah, landasan teori, hingga metode penelitian dan mengadaptasi skala dukungan sosial yang disusun oleh Ramadani (2016) dan skala psychological well-being yang disusun oleh Sari (2015). Peneliti menentukan panti asuhan yang akan digunakan dalam penelitian dan meminta ijin kepada pihak panti asuhan. Selanjutnya peneliti melakukan try out skala dengan mendatangi satu persatu panti asuha. Try out diseberkan ke 4 panti asuhan dengan jumlah subjek try out sebanyak 40 responden. Try out dilakukan selama 2 minggu pada bulan Februari 2018.

Peneliti melakukan entri data dari hasil try out yang telah dilakukan untuk menguji validitas dan reliabilitas. Dalam proses ini peneliti menggunakan SPSS Statistic 21. Setelah di dapatkan hasil selanjutnya item-item yang gugur atau tidak valid tidak diikut sertakan dan item-item yang valid disusun kembali dan digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian. Dalam proses penelitian yang dilakukan pada bulan Maret 2018 skala yang disebarkan sebanyak 157 skala.

Skala disebarkan ke 9 panti asuhan yang berada di Malang, kemudian diisikan oleh remaja yang berusia 12-20 tahun yang berada di panti tersebut. Setiap subjek mendapatkan dua skala sekaligus.

Peneliti melakukan entri data dari 157 skala yang telah disebarkan. Dari data tersebut peneliti melakukan uji normalitas One Sample Kolmogrov Smirnov terlebih dahulu untuk mengetahui kedua variabel tersebut berkontribusi normal.

Kemudian peneliti melakukan uji korelasi dengan menggunakan analisis product moment dikarenakan pada penelitian yang dilakukan peneliti ingin menguji korelasi antara dukungan sosial dan psychological well-being pada remaja panti asuhan. Setelah mendapatkan hasil dari uji korelasi peneliti membuat hasil penelitian, diskusi, simpulan dan implikasi.

(24)

14

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, hasil deskripsi subjek sebagai berikut.

Tabel 1. Deskripsi Subjek Penelitian

Kategori Frekuensi Presentase

Jenis Kelamin Laki – Laki Perempuan Usia

12 – 14 Tahun 15 – 17 Tahun 18 – 20 Tahun

Lama Tinggal di Panti Asuhan 6 – 8 Bulan

1 – 5 Tahun 6 – 10 Tahun

>10 Tahun

58 99

46 79 32 116 12

24 2

36,94%

63,05%

29,29%

50,31%

20,38%

7,64%

73,88%

15,28%

1,27%

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa kebanyakan dari subjek berjenis kelamin perempuan dengan presentase sebesar 63,05%. Sebagian besar subjek yang tinggal di panti asuhan berusia 15-17 tahun dengan presentase 50,31%. Selain itu sebagian besar subjek lebih lama tinggal di panti asuhan selama 1-5 tahun dengan jumlah presentase 73,88%.

Tabel 2. Perhitungan T-Score Skala Dukungan Sosial

Kategori Interval Frekuensi Presentase Tinggi

Rendah Total

T ≥ 50

T ≤ 49 82

157 75

52,23%

47,77%

100%

Dari hasil analisi diperoleh data bahwa subjek yang memperoleh dukungan sosial tinggi sebesar 52,23% dan subjek yang memperoleh dukungan sosial rendah sebesar 47,77%.

Tabel 3. Perhitungan T-Score Skala Psychological Well-Being

Kategori Interval Frekuensi Presentase Tinggi

Rendah Total

T ≥ 50

T ≤ 49 82

157 75

52,23%

47,77%

100%

Dari hasil analisis diperoleh data bahwa subjek yang memperoleh psychological well-being tinggi sebesar 52,23% dan subjek yang memperoleh psychological well-being rendah sebesar 47,77%.

(25)

15

Tabel 4. Perhitungan T-Score Peraspek Dukungan Sosial

Aspek Dukungan Sosial Kategori Interval Frekuensi Presentase Dukungan Emosional Tinggi

Rendah T ≥ 24

T ≤ 23 156

1 99,36%

0,64%

Dukungan Penghargaan Tinggi

Rendah T ≥ 24

T ≤ 23 157

0 100%

0%

Dukungan Instrumental Tinggi

Rendah T ≥ 23

T ≤ 22 157

0 100%

0%

Dukungan Informatif Tinggi

Rendah T ≥ 21

T ≤ 20 157

0 100%

0%

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa dari empat aspek yang terdapat di dalam dukungan sosial seluruh subjek berada pada kategori tinggi pada aspek penghargaan, instumental dan informatif. Untuk aspek emosional terdapat 156 subjek yang mendapatkan skor dalam kategori tinggi dan hanya 1 orang yang mendaptkan skor dalam kategori rendah.

Sebelum dilakukan analisis data penelitian, peneliti melakukan uji prasyarat analisis yakni uji normalitas data menggunakan uji One Sample Kolmogrov Smirnov dengan program SPSS versi 21. Berdasarkan uji normalitas data One Sample Kolmogrov Smirnov diperoleh nilai asysmtotic significant value pada kolom asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,169 untuk variabel dukungan sosial dan 0,177 untuk variabel psychological well-being. Data tersebut dapat dikatakan normal apabila nilai asymtotic significant value > 0,05. Karena nilai asymtotic significant value pada variabel dukungan sosial sebsar 0,169 > 0,05 dan pada variabel psychological well-being sebesar 0,177 > 0,05, maka data kedua variabel dari 157 responden tersebut dapat dikatakan berkontribusi normal. Langkah selanjutnya peneliti melakukan analisis korelasi Pearson Product Moment untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara dukungan sosial dan psychological well-being.

Tabel 5. Analisa Data Korelasi Dukungan Sosial dan Psychological Well- Being

Koefisien Korelasi Indeks Analisa Koefisien Korelasi (r)

Koefisien Determinasi (r2) Taraf Kemungkinan Kesalahan P (Nilai Signifikasi)

0,765 0,585 0,05 0,000

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan uji korelasi product moment pada dukungan sosial dengan psychological well-being, diperoleh nilai signifikasi yaitu 0,000. Dimana nilai signifikasi tersebut < 0,05 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial dan psychological well-being. Nilai koefisen determinasi (r2) variabel dukungan sosial berdasarkan analisis data di atas adalah 0.585, dimana dukungan ososial memberikan sumbangan efektif terhadap psychological well-being sebesar 58.5%

sedangkan pengaruh faktor lain terhadap psychological well-being sebesar 41.5%,

(26)

16

dimana faktor lain tersebut merupakan faktor demografis, evalusai terhadap pengalaman hidup dan locus of control.

DISKUSI

Berdasarkan hasil penelitian diketahui terdapat hubungan antara dukungan sosial dan psychological well-being. Psychological well-being merupakan hal yang sangat penting bagi remaja terutama untuk remaja panti asuhan. Dikarenakan rata- rata remaja yang berada di panti asuhan mengalami penurunan emosi yang mengakibatkan gangguan kepribadian yaitu adanya sikap menarik diri, tidak mampu membentuk hubungan yang hangat dengan orang lain, kurang dapat menyesuaikan diri sehingga hubungan mereka akan bersifat dangkal dan tanpa perasaan (Sahuleka, 2003), remaja panti asuhan juga merasa kurangnya kasih sayang yang diberikan kepada mereka. Dikarenakan hal tersebut psychological well-being sangatlah penting bagi remaja panti karena dengan adanya psychological well-being yang baik mereka akan mampu berkembang dengan baik untuk kedepannya.

Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Edmapoor dkk (2015) mengenai dukungan sosial dengan psychological well-being pada siswa, dari penelitian ini diketahui bahwa dukunan sosial dari keluarga, teman dan significant other memiliki korelasi dengan psychological well-being pada siswa. Selain itu Yasin & Dzulkifli (2010) juga melakukan penelitian terkait hubungan dukungan sosial dengan permasalahan psiologis pada mahasiswa, dimana dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang negatif. Dimana dapat diartikan bahwa jika dukungan sosial yang diterima oleh individu tinggi maka semakin rendah permasalahan atau problem psikologis yang diterima oleh individu tersebut, sehingga dapat dikatakan individu tersebut akan semakin mudah untuk meraih psychological well-being.

Hasil Penelitian lainnya yang dilakukan Aydin, Kahrman & Hicdurmaz (2017), dimana dukungan sosial memiliki hubungan yang signifikan dengan pscyhological well-being pada mahasiswa keperawatan. Jadi dapat diketahui ketika mahasiswa mendaptakan dukungan sosial maka semakin mudah bagi mereka untuk mecapai kesejahteraan psikologisnya.

Penelitian ini menjelaskan bahwa dukungan sosial terdiri atas dukungan emosional, instrumen, informasi serta penghargaan memiliki korelasi dengan psychological well-being pada remaja di Panti Asuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan emosional menjadi salah satu yang berperan dalam mencapai psychological well-being, bentuk dukungan ini berupa rasa empati, perhatian dan kepedulian sehingga membuat remaja yang berada di panti asuhan merasakan kenyamanan karena mereka mampu menjalin hubungan yang baik dengan orang-orang yang berada disana. Dimana dijelaskan ketika seseorang memiliki hubungan yang baik dengan orang-orang disekitarnya atau dengan orang lain individu tersebut dapat mencapai psychological well-being pada dirinya karena meraka merasakan dicintai, mampu bersikap hangat, adanya afeksi dan keintiman yang kuat, sehingga terbentuklah hubungan yang positif dengan orang

(27)

17

lain. Hal tersebut sesuai dengan Penelitian yang dilakukan oleh Fitri & Amna (2016) dimana dukungan yang diberikan pengasuh dan juga temna-teman di panti asuhan akan menimbulkan perasaan dekat secara emosional, rasa aman, diperhatikan, dihargai dan dicintai.

Dukungan instrumental juga memiliki hubungan untuk memperoleh psychological well-being yang baik. Dukungn instumental merupakan dukungan dengan cara memberikan bantuan langsung, dimana hal tersebut berupa waktu, materi dan jasa. Salah satu contoh yakni ketika seseorang mempunyai masalah dan membutuhkan seseorang untuk berbagi cerita mengenai masalahnya maka temannya akan bersedia meluangkan waktu untuk mendengarkan ceritanya. Selain itu ketika kita sedang membutuhkan pertolongan, teman akan dengan senang hati memberikan bantuan kepada kita. Dari hal tersebut individu juga mampu mencapai hubungan positif dengan orang lain dan terjalinnya kepercayaan satu sama lain.

Dukungan lainnya seperti dukungan informasi, dimana remaja yang tinggal di panti asuhan akan mendapatkan pengetahuan, nasihat, saran. Dukungan ini di dapatkan remaja panti asuhan dari orang-orang terdekat, seperti teman-teman yang berada di lingkungan panti asuhan atau dari pengasuh yang ada di panti asuhan. Dengan menerima dukungan informasi remaja dapat mempunyai wawasan yang luas dan memiliki pandangan mengenai dirinya. Dimana dapat diketahui dalam masa remaja karakteristik penting pada remaja adalah dalam berfikir dan memproses informasi, dimana menurut Kuhn (dalam Santrock, 2012) pada masa remaja terjadi peningkatan di dalam fungsi eksekutif yang melibatkan aktivitas kognitif dalam tingkat yang lebih tinggi seperti penalaran, pengambilan keputusan, peningkatan di dalam fungsi eksekutif membuat remaja dapat belajar secara lebih efektif dan lebih mampu menentukan bagaimana memberikan perhatian, mengambil keputusan dan berfikir kritis. Dalam hal ini ketika individu memiliki psychological well-being yang baik maka individu tersebut juga memiliki penguasaan lingkungan yang baik. Individu tersebut mampu menilai mana yang baik dan buruk yang membuat mereka mampu untuk membatasi hal- hal yang dapat merugikan diri sendiri, individu juga dapat mengambil sebuah keputusan yang tepat sesuai dengan apa yang mereka yakini. Dengan adanya dukungan informasi ini individu memiliki tujuan hidup dimana mereka akan memeiliki misi dan arah yang membuat mereka merasa hidup memiliki makna.

Selain itu adanya perkembangan pribadi di dalam diri individu, dimana dengan adanya saran dan nasehat yang telah diberikan individu tersebut mampu menyadari potensi yang ada di dalam diri mereka dan mampu melakukan perbaikan dalam hidupnya setiap watu.

Dukungan penghargaan pada remaja panti asuhan ini merupakan ungkapan positif kepada orang lain maupun ungkapan positif yang ia terima dari orang lain, dorongan maju dan penilaina positif, pendapat dan perasaan dengan adanya dukungan ini akan memberikan perasaan berharga dan menimbulkan rasa percaya diri. Remaja panti asuhan yang menerima dukungan ini akan memiliki psychological well-being yang baik pada dirinya, dimana remaja tersebut akan

(28)

18

memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, mereka juga mampu menerima berbagai aspek baik positif maupun aspek negatif yang ada pada diri mereka.

Adapun dukungan sosial memberikan kontribusi sebesar 58,8% terhadap psychological well-being dan sisanya 41,5% merupakan faktor lain yang telah dijelaskan. Terdapat dua dari empat aspek dukungan sosial memberikan kontribusi yang cukup tinggi, adapun dua aspek tersebut ialah dukungan emosional dan dukungan penghargaan.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Dari hasil temuan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis diterima dimana terdapat korelasi positif antara dukungan sosial dan psychological well-being pada remaja panti asuhan denga hasil analisa (r) 0,765 denga nilai p sebesar 0,000.

Dalam hal ini dukungan sosial memberikan sumbangsih sebesar 58,8% terhadap psychological well-being dan sisanya sebesar 41,5% dipengaruhi oleh beberapa faktor lain.

Implikasi untuk penelitian ini yaitu diharapkan untuk pihak panti asuhan dan untuk pengasuh yang berada di panti asuhan agar memberikan dukungan sosial pada remaja-remaja yang berada di panti asuhan. Dimana dukungan sosial yang dapat diberikan berupa kenyamanan, perhatian serta penghargaan kepada remaja panti asuhan, sehingga dengan adanya dukungan sosial yang positif akan berpengaruh kepada psychological well-being pada remaja panti asuhan. Jika remaja di panti asuhan tersebut memiliki pychological well-being yang baik di dalam dirinya, mereka akan mampu menerima keadaan diri mereka, mampu berhubungan baik dengan orang sekitar dan mereka mampu berkembang lebih baik untuk kedepannya. Untuk remaja panti asuhan diharapkan saling memberikan dukungan sosial antara sesama teman yang berada di panti asuhan, saling memberikan kasih sayang satu dengan yang lainnya, sehingga terjalinlah hubungan yang erat antara satu sama lain. Untuk peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan penelitian ini dapat menggunakan variabel lainnya dari beberapa faktor lain yang mempengaruhi psychologocical well-being, misalnya faktor demografis, evaluasi terhadap pengalaman hidup dan locus of control.

REFERENSI

Aydin, A., Kahraman, N & Hicdurmaz, D. (2017). Determining the Perceived Social Support and Psychological Well-Being Levels of Nursing Students. Journal of Psychiatrc Nursing Vol. 8, No. 1, 40-47

Budiharjo. (2015). Pendidikan Pengasuh Pada Panti Sosial Anak Milik Organisasi Masyarakat Islam di DKI Jakarta. Jurnal Studi Islamika Vol.12 No. 01, 19-41.

Bataram, D & Boniwell, I. (2007). The Science Of Happiness: Achieving Sustained Psychological Well-Being. Positive Psychology

(29)

19

Caserta, T. A., Punamaki, R. L & Maija, A. (2017). The Buffering Role Of Social Support On The Psychological Wellbeing Of Orphans In Rwanda.

Journal Social Development Vol. 26 No. 1, 204-224.

Du, H., Li, X., Chi, P., Zhao, J & Zhao, G. (2014). Relational Self-Esteem, Psychological Well-Being And Social Support In Children Affected By HIV. Journal Of Health Psychology Vol. XX (X), 1-11

Emadpoor, L., Lavasani, M. G & Shahcheraghi, S. M. (2015). Relationship Between Perceived Sosial Support and Psychological Well-Being Among Student Based On Mediating Role of Academic Motivation. Journal Mental Health Addiction.

Fadli, F. L. (2012). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Psychological Well Being Pada Mahasiswa. Skripsi. Fakultas Psikologi: Universitas Muhammadiyah Malang.

Fitri, B. E & Amna, Z. (2016). Psychological Well-Being Pada Remaja Panti Asuhan Di Kota Banda Aceh. International Journal of Child and Gender Studies Vol.2, No.1

Hurlock, E. B. (2002). Psikologi Perkembangan. Edisi 5. Jakarta: Erlangga.

Kurniawati, N.D & Nurs, N. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV. Jakarta: Selemba.

Mohamad, Nurhayati dkk. (2016). Effect Of Intergeneration Social Support And Loneliness On Subjective Well Being Of Institutionalized Malaysian Elders. Internatonal Journal Of Management and Applied Science Vol. 2 No. 6.

Mulia, L.O., Elita, V & Woferst, R. (2014). Hubungan Dukungan Sosial Temn Sebaya Terhadap Tingkat Resiliensi Remaja DI Panti Auhan. Jurnal Psikologi Vol. 1, No. 2, 1-9.

Napitupulu, C. A. (2009). Resiliensi Remaja Yatim Piatu Di Panti Asuhan Mardi Siswi Kalasan Yogykarta. Skripsi. Fakultas Psikologi: Universitas Sanata Dharna, Yogyakarta.

Nazmi, I. P. (2017). Loneliness Dan Dukungan Sosial Pada Remaja Perempuan Korban Kekerasan Seksual. Psikoborneo Vol. 5 No. 3.

Ningrum, N.A. (2012). Hubungan Antara Coping Strategy Dengan Kenakalan Pada Remaja Awal. Jurnal Psikologi Vol. 7, No.1

Papalia, D. E & Feldman, R. D. (2015). Menyelami Perkembangan Manusia.

Jakarta: Selemba Humanika.

(30)

20

Ramadani, D. V. (2016). Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kompetensi Interpersonal Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan. Skripsi. Fakultas Psikologi: Universitas Muhammadiyah Malang

Rani, K. (2016). Perceived Social Support And Psychological Well-Being:

Testing The Unique Association And Gender Differences Among Young Working Adults. Journal of Indian Psychology Vol. 3 No. 4, 99-113.

Rook, K. S & Dooley, D. (1985). Applying Social Support Research: Theoritical Problems And Future Direction. Journal Of Social Issues Vol. 41 No. 1 Ryff, C. D. (1989). Happiness Is Everything, or Is It? Explorations On The

Meaning Of Psychological Well-Being. Journal Of Personality and Social Psychology Vol. 57 No. 6

Sahuleka, J. M. (2003). Panti Asuhan Sebagai Suatu Lingkungan Bagi Perkembangan Anak. Skripsi Sarjana. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Santrock, J. W. (2007). Remaja. Edisi 11. Jakarta: Erlangga

Santrock, J. W. (2012). Life-Span Development. Edisi 13. Jakarta: Erlangga.

Saputri, W. A.M & Indrawati, E.S. (2011). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Depresi Pada Lanjut Usia Yang Tinggal Di Panti Wreda Wening Wardoyo Jawa Tengah. Jurnal Psikologi Vol. 9, No. 1

Sari, R. B. (2015). Tingkat Psychological Well-Being Pada Remaja Di Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta. E-Journal Bimbingan dan Konseling.

Shiddiq, A. F. S. (2013). Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Indentitas Diri Remaja Di Panti Asuhan Sinar Melati Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia

Sugiyono. (2012). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Widiatmoko, K. (2016). Perbedaan Psychological Well-Being Pada Remaja Dari Keluarga Berstatus Ekonomi Rendah Ditinjau Dari Tempat Tinggal (Bersama Orang Tuan & Di Panti Asuhan) Di Wonosobo. Skripsi.

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.

Yasin, S. A & Dzulkifli, M. A (2010). The Relationship Between Social Support and Psychological Problems Among Students.

(31)

21

LAMPIRAN

(32)

22 LAMPIRAN 1

BLUE PRINT SKALA DUKUNGAN SOSIAL

Blue Print Skala Tyr Out Dukungan Sosial

Aspek No Item

Total Favorable Unfavorable

Dukungan Emosional 3, 5, 9, 10, 16 7, 11, 15, 19 9 Dukungan Penghargaan 1, 4, 8, 13, 20 2, 6, 12, 14 9 Dukungan Instrumental 17, 26, 30 18, 22, 24, 25, 27 9 Dukungan Informatif 21, 23, 31, 33 28, 29, 32, 34 9

Jumlah 17 17 34

Blue Print Skala Penelitian Dukungan Sosial

Aspek No Item

Total Favorable Unfavorable

Dukungan Emosional 3, 4, 8, 9 6, 10, 14, 17 8 Dukungan Penghargaan 1, 7, 12, 18 2, 5, 11, 13 8 Dukungan Instrumental 15, 24, 28 16, 20, 22, 23, 25 8 Dukungan Informatif 19, 21, 29 26, 27, 30, 31 7

Jumlah 14 17 31

(33)

23 LAMPIRAN 2

BLUE PRINT SKALA PSYCHOLOGICAL WELL-BEING

Blue Print Skala Try Out Psychological Well-Being

Blue Print Skala Penelitian Psychological Well-Being

Aspek No item Jumlah

Item Favorable Unfavorable

Autonomy 19, 35, 13, 30, 31, 32, 36 7

Environmental Mastery 41, 42 1, 6, 26, 39, 40 7

Personal Growth 45, 47 12, 15, 46, 48, 49 7

Positive Relation 14, 18, 51, 54, 58 7, 52, 53, 59 9 Purposive in Life 5*, 22*, 60, 62 20, 27, 61 5

Self Acceptance 24*, 64, 65, 66 63 4

Jumlah 16 23 39

Aspek No item Jumlah

Item favorable Unfavorable

Autonomy 19, 28, 29, 33, 35, 37 13, 16, 30, 31, 32, 34, 36 13 Environmental Mastery 8, 9, 10, 17, 38, 41,

42 1, 6, 26, 39, 40 12

Personal Growth 45, 47, 50 2, 11, 12, 15, 43, 44, 46,

48, 49 12

Positive Relation 3, 14, 18, 21, 51, 54,

55, 57, 58 4, 7, 52, 53, 56, 59 15 Purposive in Life 5, 22, 60, 62 20, 25, 27, 61 8

Self Acceptance 24, 64, 65, 66 23, 63 6

Jumlah 33 33 66

(34)

24 LAMPIRAN 3 SKALA TRY OUT

SKALA TRY OUT DUKUNGAN SOSIAL

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS PSIKOLOGI

Jl. Raya Tlogomas No.246 Telp.464318 psw. 253, 233, 170, 168 Malang

Assalamualaikum Wr.Wb

Saya Pradnya Paramhita (NIM : 201410230311002) adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang sedang menyelesaikan tugas skripsi. Dalam rangka mengumpulkan data saya mohon kesediaan anda untuk mengisi skala ini.

Perlu diketahui bahwa dalam pengisian skala ini hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja dan tidak digunakan untuk maksud tertentu. Oleh karena itu saudara/i tidak perlu ragu-ragu untuk memberikan onformasi melalui jawaban atas pernyataan yang disediakan. Jawablah dengan jujur dan sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Saya akan menjamin kerahsiaan dan identitas diri anda. Atas partisipasi dan bantuannya saya ucapkan terimakasih

Wassalamualaikum Wr. Wb

Malang, Februari 2018 Hormat Saya,

(Pradnya Paramhita)

(35)

25 Data Responden

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin : L / P

Petunjuk Pengisian

Baca dan pahamilah dengan seksama setiap pernyataan yang tersedia. Di dalam skala ini terdapat 54 buah pernyataan. Pada setiap pernyataan diberikan pilihan jawaban. Pilihan jawaban tersebut diantaranya :

S = Setuju

SS = Sangat Setuju TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

Cara menjawab berilah tanda (√) pada kolom yang telah disediakan untuk jawaban yang anda berikan. Pilih salah satu jawaban yang anda anggap sesuai dengan diri anda sebenarnya.

Contoh cara menjawab pernyataan :

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya seseorang yang pemberani √

*) artinya : Pernyataan di atas sesuai dengan keadaan diri anda Selamat mengerjakan

(36)

26

NO. PERNYATAAN SS S TS STS

1. Saya merasa percaya diri ketika pengasuh dan teman-teman selalu membantu jika saya berada dalam kesulitan

2. Prestasi yang telah saya raih dipandang negatif oleh pengasuh dan teman-teman saya 3. Keluarga dan teman-teman peduli terhadap

keadaan saya

4. Pengasuh dan teman-teman menghargai model rambut yang saya pilih

5. Saya merasa tenang ketika pengasuh dan teman-teman berada di dekat saya

6. Keluarga dan teman-teman memandang sinis terhadap apa yang saya lakukan

7. Saya merasa tidak ada yang memotivasi ketika saya gagal

8. Saya merasa pengasuh dan teman-teman membutuhkan saya

9. Teman-teman dan pengasuh menghibur ketika saya mendapat masalah

10. Keluarga dan teman-teman mendukung apa yang saya lakukan

11. Saya merasa tidak diperhatikan oleh teman- teman dan keluarga

12. Kemampuan saya tidak pernah dihargai oleh teman-teman, kelurag dan pengasuh

13. Pengasuh dan teman-teman percaya dengan kemampuan yang saya miliki

14. Pengasuh dan teman-teman selalu menghina,ketika saya membuat kesalahan 15. Ketika saya berada dalam masalah, pengasuh

dan teman-teman tidak ada yang peduli

16. Saya merasa tidak dibedakan dengan orang lain oleh pengasuh maupun teman-teman 17. Pengasuh dan teman-teman selalu membantu

jika saya berada dalam kesulitan

18. Keluarga dan teman-teman tidak mau meluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan saya

19. Saya kurang mendapat dukungan semangat dari pengasuh maupun teman-teman

20. Pengasuh dan keluarga memberikan penghargaan atas prestasi yang telah saya raih 21. Pengasuh dan teman-teman selalu memberikan saran ketika saya menghadapi masalah

22. Ketika saya kehilangan sesuatu, pengasuh dan

(37)

27

teman-teman tidak mau ikut membantu mencari

23. Banyak nasehat yang diberikan oleh keluarga maupun teman-teman

24. Saya merasa tidak ada yang mau mengantar atau menjemput saya ketika saya membutuhkannya

25. Pengasuh dan teman-temans selalu keberatan jika saya minta tolong

26. Pengasuh selalu memberikan uang ketika saya membutuhkan untuk membeli keperluan pribadi saya

27. Pengasuh dan teman-teman tidak bersedia memberikan kesempatan kepada saya untuk istirahat

28. Pengasuh dan teman-teman tidak mau berkomentar tentang kegiatan saya

29. Teman-teman tidak mau memberikan informasi yang saya butuhkan

30. Jika saya sakit pengasuh ataupun teman- teman bersedia mengantar ke dokter

31. Pengasuh dan teman-teman selalu mengarahkan apa yang harus saya lakukan jika punya masalah

32. Pengasuh, keluarga dan teman-teman tidak mau ikut campur dalam urusan saya

33. Pengasuh dan keluarga selalu mengajak saya mendiskusikan tentang masalah yang ada di panti

34. Saya tidak mempunyai teman yang bersedia memberikan saran, kerika saya punya masalah

Referensi

Dokumen terkait

untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya

Reduksi sulfat yang dilakukan oleh bakteri pereduksi sulfat di air panas sarongsong setelah 7 hari perlakuan, pada stasiun tiga (S3) lebih besar dibandingan pada S1

Mohon menghadirkan Tenaga Ahli seperti yang disampaikan dalam

menggunakan metode eksperimen dapat membantu meningkatkan hasil belajar fisika.Berbeda dengan hasil penelitian Anita, dkk (2017) yang menyatakan bahwa model

7.3 Sumber ketiga untuk nama badan usaha, kawasan, dan bangunan ialah bahasa asing yang sulit dicari padanannya dalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah atau

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN METODE LELANG SEDERHANA PEKERJAAN PENGADAAN PERALATAN RUANG LABORATORIUM PENDIDIKANa. POLITEKNIK STTT BANDUNG

Bersama  ini  kami  sampaikan  bahwa  apabila  Saudara  tidak  dapat  memenuhi  undangan  pembuktian  kualifikasi  ini  maka  perusahaan  Saudara  dinyatakan  gugur 

Tetapi setelah dilakukan teguran oleh Pengadilan, pihak yang kalah tidak mengindahkan, maka putusan yang telah berkekuatan hukum yang tetap itu tidak dapat