• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Sosialisasi Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan Keilmuan Sosiologi Pendidikan Vol. 8, Nomor 3, November 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Jurnal Sosialisasi Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan Keilmuan Sosiologi Pendidikan Vol. 8, Nomor 3, November 2021"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Nunung Triyani, Kisman Ady| 118

Lelang Adat Penggali Lobang Di Ujung Tanjung Negeri Kailolo Kabupaten Maluku Tengah

Nunung Triyani1, Kisman Ady2

1,2Pogram Studi Ilmu Administrasi Negara, Universitas Darussalam Ambon nunungtriyani27@gmail.com1, kismanady@yahoo.com2

ABSTRAK

Ketahanan masyarakat lokal untuk mengelola dan melestarikan hasil alamnya akan berpatokan pada aturan adat, dimana terlihat pada amanat Undang-Undang No. 5 Tahun1990 tentang: Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya pasal 2,3,4,[1] yang intinya bahwa dalam mengelolaan sumber daya alam harus dimanfaatkan secara serasi dan seimbang dengan tujuan untuk terwujutnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya. Salah satu bentuk untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam dapat tersirat pada budaya sasi di Negeri Kailolo terhadap endemik Burung Maleo yang bewal dari legenda yang mengakar turun temurun pada masyarakatnya. Burung ini berdatangan dari Pulau Pombo, Kasa, Babi, Seram. Awal mula tempat bertelur Burung Maleo di Tanjung Momalatei dapat di ambil hasilnya berupa telur secara bebas, namun sejak tahun 1960 hingga sekarang penguasaan tanjung dilaksanakan dengan pelelangan secara terbuka. Penguasaan tanjung di kuasai oleh pemenang lelang karena negeri memberikan kesempatan bagi pemenang lelang mengambil telur, ada harapan dengan cara lelang ini yakni pemenang lelang semangat untuk menjaga empat lapangan pantai pasir tempat bertelur karena ada yang diharapkan. Observasi awal tersirat bahwa hasil lelang diserahkan ke negeri selanjutnya pemenang lelang yang akan mengolah lokasi lapangan bersama pekerja penggali lubang. Penelitian ini memberikan masukan kepada negeri bagaimana menjaga ekosistem endemik dan pelestarian lelang adat atas prestise, dengan target kusus yang ingin dicapai adalah memberikan pemikiran ilmiah kepada Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah tentang pelestarian melalui konsevasi alam dan mengetahui lebih mendalam lelang adat sebagai kearifan lokal dan prestise individu.

Kata Kunci: Lelang Adat, Penggali Lobang, Gengsi Sosial, Mitos

ABSTRACT

The resilience of local communities to manage and preserve their natural products, will be based on customary rules, which can be seen in the mandate of law No. 5 of 1990 concerning : conservation of living natural resources and their ecosystems article 2,3,4 which essentialialy states that in the management of natural resources, they must be used in harmonious and balanced manner with the aim of realizing the preservation of living natural tesources and the balance of their ecosystems. One form of preserving natural resources can be implied in the Sasi cultural in the country of Kailolo against the Maleo bird endemic which originated from a legend rooted from generation to generation in the comunity. These birds come from the island of Pombo, Kasa, babi, Seram. In 1960 until now the control of the cape is controlled by the auction.

Winner and the country provides the greatest apportunity for the auction winner to harvest or take eggs, initial observations made by the author implied that the auction results were handed over to the next country, the winner of the auction, who would process four locations with warkers digging holes where Maleo lay eggs. This research provides input to the country on how to maintain endemic ecosystems and the preservation of traditional auctions for presige, with the specific target to be achieved is to provide scientific ideas to the central Maluku district government regarding the conservation of endemic Maleo birds trough nature conservation and to know more deeply about traditional auctions as local wisdom and individual prestige.

Keywords: Traditional Auction, Hole Digger, Social Prestige, Myth

(2)

Nunung Triyani, Kisman Ady| 119 PENDAHULUAN

Pulau Haruku adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Haruku terdapat sebelas desa yang secara letak geografis terbagi di Pantai Utara Pulau Haruku dan Pantai Selatan Pulau Haruku, ibu kota Kecamatan Pulau Haruku berada di Desa Pelau, salah satu bagian dari wilayahnya adalah Negeri Kailolo atau Negeri Sahapari terletak di bagian utara Pulau Haruku Maluku Tengan yang terkenal dengan sebutan Uli Hatuhaha atau Amarima Hatuhaha. Negeri ini merupakan salah satu negeri adat di Pulau Haruku yang populasinya dominan beragama Muslim, negeri ini memiliki hubungan pela dengan Negeri Amaseli dan memiliki hubungan gandong dengan Rohomoni, Kabau, dan Hulaliu (Karepesina et al., 2013). Menjadi anugerah dari Tuhan untuk Negeri Kailolo, secara geografis memiliki pantai pasir dan hutan perbukitan. Pelabuhan tradisional penyeberangan, pemakaman umum dan pemukiman penduduk mengapit sebuah tanjung yang di kenal dengan nama Tanjung Momalatei dengan luas area mencapai 0,072 Km2.

Suatu kebanggaan bagi negeri ini dengan hadirnya endemik Burung Maleo sebagai bagian dari ikon negeri. Tanjung Momalatei memiliki empat lapangan tempat bertelurnya Burung Maleo, dengan suhu 32,60 C dan 31,60 suhu yang sangat baik untuk berkembang biak endemik Burung Maleo (Supriatna, 2018), sejarah mencatat selama ini tanjung dimanfaatkan sebagai sumber protein hewani untuk kebutuhan masyarakat setempat.

Perlunya pelestarian dan pengelolaan alam secara bijaksana dengan program konservasi agar kita dapat memastikan habitat alam di suatu area dapat dipertahankan, undang- undang nomor 5 Tahun 1990 tentang konservasi pada pasal 1 dan 2, konservasi dengan tujuan mengelola sumber daya alam hayati yang dimanfaatkan secara bijaksana untuk menjamin kesenimbunganan (DAERAH et al., 1990).

Badan konservasi International Union for Conservation Of Nature (IUCN) memasukan Burung Maleo ke dalam kategori endangered atau hampir punah akibat hilangnya habitat secara terus-menerus (Teguh & Noef, n.d.). Khusus untuk endemik burung ini telurnya harus menunggu masa inkubasi kurang lebih tujuh puluh hari hari untuk bisa menetas dan burung harus berjuang keluar dari pasir dengan kedalaman diatas tujuh puluh lima centimeter, burung-burung ini keluar dari hutan menuju ke pantai untuk sekedar bertelur, kemudian lubang ini ditutupinya dan juga menutupi bekas tapak kakinya untuk sekedar sebagai pengalih perhatian atas mangsa-mangsa yang akan memakan telurnya, itulah kenapa endemik ini terancam punah karena tidak seimbangnya ekosistem, interpal waktu penetasan dan keserampangan manusia untuk mengkonsumsinya. Setiap makluk hidup punya peran yang penting dalam ekosistemnya dan rantai makanan, jika ada salah satu jenis hewan yang punah akan berdampak pada ekosistem secara keseluruhan (Madduppa et al., 2021).

Penelitian ini memberikan masukan kepada negeri bagaimana menjaga ekosistem endemik dan pelestarian lelang adat atas prestaise, mengetahui lebih mendalam lelang adat sebagai kearifan lokal dan prestise individu. Pada awal tahun 1990-an, juru lelang mulai memanfaatkan teknologi dalam pelaksanaan lelangnya, juru lelang dan

(3)

Nunung Triyani, Kisman Ady| 120 peserta lelang dan barang yang akan dilelang berada pada tempat yang terpisah, namun ini tidak berlaku di Negeri Kailolo sebab lelang disini bersipat terbuka (Sudiarto & SH, 2021). Lelang sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Petunjuk Pelaksanaan Lelang Pasal 1 Angka 22 bahwa: Pembeli adalah orang atau badan hukum/badan usaha yang mengajukan penawaran tertinggi dan disahkan sebagai pemenang lelang oleh Pejabat Lelang. Dengan targetnya kusus yang ingin dicapai adalah memberikan pemikiran ilmiah kepada Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah tentang pelestarian budaya lelang yang tanpa disadari bagian dari kearifal lokal masyarakat atas endemik Burung Maleo, penelitian ini lebih mempertegas budaya lelang atas penguasaan lapangan, bukan dari kebanyakan peneliti-peneliti lainnya dengan hasil penelitian mengambil tema konserfasi, nilai gizi telur Maleo, serta cerita-cerita mitos yang ditampilkan pada maksud dari penelitian tersebut.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Negeri Kailolo, Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah. Lokasi ini dipilih berdasarkan adanya endemik Burung Maleo dan kearifan lokalnya yakni lelang adat untuk penguasaan lapangan tempat burung tersebut bertelur. Kerangka kerja yang digunakan untuk mendesain penelitian ini menggunakan metode deskriftif kualitatif dengan tujuan memberikan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah terhadap pelestarian Tanjung Momalatei sebagai konserfasi alam, dan mengetahui sejauh mana gengsi sosial pemenang lelang. Purposive merupakan methode untuk mengambil sampel keterwakilan atas kebutuhan data dari masyarakat setempat yang sangat paham tentang lelang adat ini, yakni sebanyak 10 orang, diantaranya: raja (lurah), saniri negeri (perangkat adat) sebanyak 1 orang, pemenang lelang sebanyak 1 orang, kepala pemuda sebanyak 1 orang, imam mesjid sebanyak 1 orang, masyarakat penggali lubang sebanyak 1 orang dan warga masyarakat Negeri Kailolo sebanyak 5 orang. Survei, pengamatan dan wawancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian hingga titik jenuh (Manzilati, 2017)(Moleong, 2021).

Survei, metode ini dilakukan untuk menyelidiki objek untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara factual tentang lelang adat. Pengamatan, metode ini mendengar dan melihat peristiwa atau tindakan objek sebagai catatan berkelanjutan pada penelitian yang sedang dijalankan, wawancara, methode ini dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk tujuan penelitian dan dilakukan dengan cara bertanya jawab dengan sepuluh responden sebagai keterwakilan guna menjawab atas kebutuhan data-data yang juga dilengkapi dengan studi pustaka sesuai kebutuhan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Mengubah wajah lelang yang kaku pada lingkungan formal kemudian disadur ke lelang adat yang bersifat kearifan lokal, tata cara dan syarat lelang bersifat terbuka dan mudah dipahami secara umum oleh masyarakat luas dan menjadi satu aturan main yang harus tersedia. lelang yang dilaksanakan pada negeri tidak bersifat komersil keuntungan

(4)

Nunung Triyani, Kisman Ady| 121 untuk sepihak atau terfokus pada nilai ekonomis, nilai yang terkandung dan hadir sebagai solusi mencari dana untuk proses pembangunan di antaranya pembangunan mesjid.

Seberapa nilai ekonomi yang akan di dapat oleh pemenang lelang akan di lihat pada masa batas waktu penguasaan Tanjung Momalatei yakni satu tahun kedepan. Adapun seberapa besar hasil telur atas penguasaan tanjung dapat terlihat pada masa penguasaan tanjung saat lelang pada periode Bulan April Tahun 2020 hinggga Bulan Maret Tahun 2021 pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Jumlah Telur Periode Masa Penguasaan Lapangan 2019-2020

Tahun Bulan Jumlah Telur

2019

April 1800

Mei 1400

Juni 600

Juli 400

Agustus 1800

September 1700

Oktober 2400

November 3000

Desember 1900

2020

Januari 1500

Februari 1500

Maret 1700

Gambar 1. Siklus Telur Burung Maleo

Pada tabel diatas terlihat bahwa pada Bulan Mei, Juni, Juli hasil telur sangatlah rendah dikarenakan pada tiga bulan ini jatuh pada musim penghujan yang berimbas pada stres. Burung menjadi stres pada saat musim penghujan karena kadar hormon stres yang lebih tinggi pada saat hujan, bukan hanya musim penghujan tetapi pada saat terjadi badai juga bisa berakibat pada stres. Pada musim penghujan burung bergerak melintas langit di area bertekanan udara rendah membutuhkan banyak energi, Saat tekanan turun, kepadatan

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500

April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret

2019 2020

Jumlah Telur

Siklus Bertelur Burung Maleo

(5)

Nunung Triyani, Kisman Ady| 122 udara berkurang, Hanya akan ada lebih sedikit molekul, yang membuat burung kesulitan terbang, itulah mengapa burung suka berteduh di saat musim penghujan.

Saat hujan terus-menerus burung mau tak mau harus berani untuk menghadapi hujan karena kebanyakan burung perlu makan beberapa kali untuk kebutuhannya saja bukan untuk kebutuhan berkembang biak (Adriyani & Sujoso, 2019). Pada Bulan Agustus, September, Februari, Maret, April, merupakan musim peralihan pancaroba dari musim penghujan ke musim panas, sehingga burung sudah mulai beraktifitas. Oktober, November, Desember, Januari, pada bulan-bulan inilah kemarau yang sangat panjang sehingga aktifitas Burung Maleo cukup tinggi yakni musimnya berjantan bertelur dan juga yang sangat mendukung lagi adalah area bertelur berupa lapangan pasir menjadi gembur sehingga dengan mudah digali oleh burung dan juga pada musim panas ini suhu pasir menjadi hangat yang berpungsi sebagai inkubasi penetasan telurnya.

Burung Maleo termasuk dalam kategori hewan yang dilindungi sehingga hasil telurnya tidak diperbolehkan keluar dari Pulau Maluku, siapapun itu jika membawa telur ini melalui jalur udara maka akan dicekat oleh pihak bandar udara. Hasil nilai ekonomi yang tidak seberapa, telur burung ini di komersilkan dengan nilai jual pada Tahun 2020 dengan nilai jual perbutirnya Rp.2.000 dan pada Tahun 2021 dengan nilai jual Rp.2.500,-, pertanyaannya jikalau burung ini kategori endemik yang langka maka harus diambil alih pengolahannya oleh pemerintah untuk dijadikan tempat konserfasi atas pelestarian endemik Burung Maleo, bukan diambil alih secara lelang adat dengan nilai komersil yang sangat mudah dijangkau oleh siapapun, itulah dilema bagaikan dua sisi mata uang yang satunya kearipan atas penguasaan lapangan dengan methode lelang yang satunya lagi gengsi sosial yang terbentuk dalam masyarakat (Kennedy et al., 2019).

Lelang adat yang dilaksanakan setahun sekali sebagai kearifan lokal Negeri Kailolo yang masih ada hingga saat ini yang dilaksanakan setiap tahun pada Bulan Maret yang merupakan bagian dari pembentukan gengsi sosial di negeri ini, melalui lelang siapapun itu termasuk masyarakat di luar diperbolehkan untuk mengikuti lelang dan mengelola Tanjung Momalatei, tetapi dengan mengikuti aturan di negeri ini yakni lelang, lelang adat bukan berarti sasi yang di kenal umum di Maluku. Kearifan lokal lelang adat pantai/tanjung di negeri ini juga bertujuan untuk mengelola hasil alamnya dengan berpatokan pada aturan adat, karena pantai menjadi hak milik negeri dan masyarakat negeri merasa harus bertanggung jawab melindunginya, namun dari sejarah lelang adat hingga pengelolaan tanjung tidak pernah di kuasai oleh masyarakat selain masyarakat dari Negeri Kailolo.

Beberapa saat setelah lelang adat terlaksana, maka sipemenang lelang harus melaksanakan segala kewajiban yang sudah disepakati bersama dengan negeri, berupa besaran nominal rupiah tertinggi yang dijatuhkan saat lelang harus diserahkan ke negeri.

Pada Tahun 2018-2019 disaat Hari Jumat hasil telur Maleo tidak dijual belikan tetapi hasil telurnya diambil dan diperuntukan untuk para janda di negeri ini, itulah kebijaksanaan negeri ini kepada masyarakatnya, dan juga perlu diketahui bahwa interfal antara masa

(6)

Nunung Triyani, Kisman Ady| 123 waktu habis atas penguasaan lapangan hingga lelang berikutnya, maka hasil dari telur Maleo akan diserahkan ke mesjid.

Kebanggaan juga merupakan perwujudannya gengsi sosial berkaitan erat dengan status sosial, bahwa seseorang berusaha mempertahankan status sosial dan pengakuan sosial untuk membangkitkan keengganan orang lain atau mengangkat harkat dan martabatnya, gengsi sosial bisa diartikan sebagai harga diri dengan meningkatkan kelas sosial seseorang dimata masyarakat setempat. Kearipan lokal seperti lelang adat merupakan salah satu kearipan dalam mempertahankan keberadaan endemik Burung Maleo, nilai ekonomi dalam setahun pemenang pengelolaan tanjung ini tidak seberapa, namun perasaan bangga atas penguasaan tanjung ini, hirarki Kebutuhan oleh Maslow, selain kebutuhan fisik juga ada kebutuhan perasaan (Yoseph Watopa & Ling, 2021).

Bahwa seseorang berusaha mempertahankan status sosial dan pengakuan sosial untuk membangkitkan keengganan orang lain atau mengangkat harkat dan martabatnya, gengsi sosial bisa diartikan sebagai harga diri dengan meningkatkan kelas sosial seseorang dimata masyarakat setempat.

Kawasan ekosistem esensial tempat Burung Maleo bertelur tidak dikelola oleh pemerintah tetapi masyarakat desa, artinya bahwa jikalau wilayahnya merupakan petuanan, maka masyarakat setempatlah yang berhak untuk mengelola, sistem pengelolaan tanjung ini dengan menggunakan metode kearifan lokal setempat, kearifan lokal merupakan ketahanan masyarakat lokal untuk melestarikan sumberdaya alam yang berpatokan pada aturan adat yang melekat, kearifan local sangat penting untuk dilestarikan dalam suatu masyarakat untuk menjaga keseimbangan dengan lingkungannya, masyarakat harus mengenal dan mengerti arti penting dari kearifan lokal agar budaya yang mereka punya tidak mudah bercampur dengan budaya baru yang masuk, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata: kearifan (wisdom) dan lokal (local) Secara umum maka local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan- gagasan dan nilai-nilai setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya, lelang adat di Negeri Kailolo merupakan suatu kearifan lokal yang berhubungan secara spesisifik dengan budaya lelang adat sebagai cerminan cara hidup masyarakat dinegeri ini.

Kearifan lokal yang terbentuk melalui lelang adat semata-mata untuk melindungi suatu burung endemik yang hanya ditemukan pada wilayah tertentu karena tidak ada diwilayah lain. Habitat Burung Maleo yang hidup di Maluku berada pada dua tempat yakni di Negeri Kailolo Kabupaten Maluku Tengah dan Pulau Haruku Maluku Tengah.

Untuk endemik burung ini yang berada di Pulau Haruku hanya berupa penangkaran (Gazali, 2020; Harnino et al., 2021; Yamani et al., 2020). Konservasi merupakan salah satu kegiatan yang diharapkan dapat mencegah punahnya habitat , akan tetapi untuk di Negeri Kailolo tidak ditangkarkan, burung tersebut akan datang dan pergi sekedar bertelur dan menetaskan telurnya dan akan terbang untuk mencari makan, kebiasaan ini terulang dari generasi ke generasinya, yang masyarakat lakukan adalah membuat pembatas

(7)

Nunung Triyani, Kisman Ady| 124 lapangan tempat bertelur Burung Maleo dengan menggunakan pagar dan juga menjaga semaksimal mungkin ketenangan seputaran empat lapangan tempat burung bertelur.

Pemenang lelang tidak mempunyai kewenangan atau hak untuk menentukan harga perbutirnya, harga perbutirnya sudah langsung diputuskan pada saat pelelangan. hasil lelang berupa uang dikembalikan ke negeri dan upah atas penggali lubang akan dibayar dipenghujung masa kontrak lapangan, dengan sistem uang modal lelang dikembalikan kepada pemenang lelang lebih dahulu, sistem bagi hasil antara pemenang lelang dan penggali lubang akan diselesaikan pada penghujung masa kontrak lapangan yakni satu tahun pengelolaan yang hasilnya dikomersilkan dengan nominal yang tidak seberapa.

Nilai nominal sisa akan dibagi rata antara pemenang lelang dan penggali lobang yang jikalau dihitung rata-rata upah yang diterima oleh pemenang lelang dan penggali lobang adalah rata-rata sepuluh persen pertahunnya, yah nominal yang cukup kecil, tetapi ada nilai gengsi sosial dari pemenang lelang dan penggali lobang atas penilaian orang terhadap mereka yang memenangkan lelang atas penguasaan Tanjung Momalatei karena semata-mata ada keinginin memiliki status sosial serta ingin selalu di pandang oleh lingkungan[13] status sosial merupakan kedudukan atau pengakuan atas posisi seseorang dalam kelompoknya atau dalam lingkungan pergaulannya.

PENUTUP

Lelang adat yang dilaksanakan di Negeri Kailolo juga melibatkan instansi pemerintah yang berkompeten dalam pelelangan, Definisi lelang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Sub 17 UndangUndang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa dijelaskan bahwa lelang adalah penjualan barang di muka umum dengan cara penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli pelelangan Lapangan tempat bertelurnya Burung Maleo di Negeri Kailolo dilakukan dengan cara lelang terbuka dan secara lisan sehingga siapapun dapat hadir untuk menyaksikan atau bahwa yang tadinya hanya sebagai penonton dan pendengar bahkan bisa saja tertarik. Lelang adat yang dikemas secara resmi ini merupakan kearifan lokal untuk menjaga pelestarian alam, sebab bagaimana jikalau tanjung tidak dikuasai oleh pemenang lelang, maka sudah pasti akan menimbulkan keserampangan atas pengambilan telur, habitat akan rusak yang berakibatkan pada hilangnya habitan Burung Maleo. Nilai komersil atas pemenang lelang tidak seberapa karena hasil telur yang dihasilkan tergantung dari perubahan cuaca. Tetapi hasil dari pelelangan ini bermanfaat untuk kas negeri yang nantinya akan digunakan sebagai pembangunan sarana dan prasarana serta pengembangan atas kebutuhan mesjid.

REFERENSI

Adriyani, R., & Sujoso, A. D. P. (2019). Ekologi, Pemanasan Global, dan Kesehatan.

DAERAH, P., HASUNDUTAN, K. H., TANG, T. E. N., & HASUNDUTAN, B. H. G.

(1990). Undang~ Undang Nomor 5 Tahun’1990 tentang Konservasi Sumber Daya

(8)

Nunung Triyani, Kisman Ady| 125 Alam I-Iayati dan Ekosistemnya.

Gazali, M. (2020). Sosialisasi Pengenalan Hewan Penyu Laut Melalui Permainan Menarik Bagi Anak Sekolah Dasar SDN Alue Piet Gampong Alue Piet. Jurnal Marine Kreatif, 2(1).

Harnino, T. Z. A. E., Parawangsa, I. N. Y., Sari, L. A., & Arsad, S. (2021). Effectiveness of Sea Turtle Conservation Management at the Turtle Conservation and Education Center of Serangan, Denpasar Bali. Journal of Marine and Coastal Science, 10(1), 18–34.

Karepesina, S. S., Susilo, E., & Indrayani, E. (2013). Eksistensi hukum adat dalam melindungi pelestarian sasi ikan lompa di Desa Haruku Kabupaten Maluku Tengah.

ECSOFiM (Economic and Social of Fisheries and Marine Journal), 1(1).

Kennedy, P. S. J., Tobing, S. J., Lumbantoruan, R., & Tampubolon, E. (2019). Diskusi Tentang Peran Kearifan Lokal dalam Pemanfaatan Sumber Daya Laut dengan Kelompok Masyarakat Maluku Barat Daya. JPM (Jurnal Pemberdayaan Masyarakat), 4(1), 355–364.

Madduppa, H., Arafat, D., Nugraha, A. H., Lestari, D. F., Setyaningsih, W. A., Santoso, P.,

& Anggaini, N. P. (2021). Buku Panduan Praktikum Keanekaragaman Hayati Laut.

PT Penerbit IPB Press.

Manzilati, A. (2017). Metodologi penelitian kualitatif: Paradigma, metode, dan aplikasi.

Universitas Brawijaya Press.

Moleong, L. J. (2021). Metodologi penelitian kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.

Sudiarto, H., & SH, M. (2021). Penghantar Hukum Lelang Indonesia. Prenada Media.

Supriatna, J. (2018). Konservasi Biodiversitas: Teori dan Praktik di Indonesia. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Teguh, H., & Noef, W. (n.d.). Burung-Burung Bersebaran Terbatas di Kepulauan Sangihe-Talaud.

Yamani, A., KISSINGER, K., & Muhayah Noor Pitri, R. (2020). Model Konservasi Shorea belangeran dari Habitat Hutan Kerangas Rawa sebagai Bahan Obat Alami.

Yoseph Watopa, S. E., & Ling, M. (2021). Valuasi Ekonomi Hutan Adat Papasena Dan Implikasinya Bagi Pengelolaan Suaka Margasatwa Mamberamo Foja. Deepublish.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Telur Periode Masa Penguasaan Lapangan 2019-2020

Referensi

Dokumen terkait

Dengan metode perangkingan tersebut, diharapkan penilaian akan lebih tepat karena didasarkan pada nilai kriteria dan bobot yang sudah ditentukan sehingga akan

Tahap perencanaan siklus 1 pada pertemuan 1 ini peneliti mengkaji problematika yang timbul saat kegiatan belajar-mengajar. Selanjutnya, alternatif pemecahan masalah tersebut

Hasil uji statistik ditemukan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan (p value 0,008) dan sikap (p value 0,000) dengan praktik protokol kesehatan Covid-19, serta

Systemic Lupus Erythematosus (SLE) merupakan penyakit autoimun yang prevalensinya tiap tahun meningkat di dunia maupun di Indonesia. Kelelahan yang parah dapat

Lembaga mendapatkan aplikasi yang bisa mempermudah staff Operasional dan Pelayanan Publik pada Perum Bulog untuk memaksimalkan pengolahan data pendistribusian raskin

bekerja menahan beban akan timbul tegangan lekat yang berupa ( bond strength ) pada permukaan singgung antara batang tulangan dengan beton.. Perkuatan pada beton dapat

Penelitian dilakukan pada puskesmas rawat inap yang ada di Kota Denpasar untuk mengeksplorasi variabel – variabel yang mempengaruhi budaya patient safety di

Seperti yang telah disampaikan oleh Habraken, bahwa manusia secara naluriah men-settle-kan ruang terbangunnya sendiri, artinya, kemampuan ekspolasi teritori bukan hanya