• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Sosialisasi Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan Keilmuan Sosiologi Pendidikan Vol. 8, Nomor 3, November 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Jurnal Sosialisasi Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan Keilmuan Sosiologi Pendidikan Vol. 8, Nomor 3, November 2021"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Siti Rahmatiah | 31

Pemanfaatan Audiovisual Presentation dalam Meningkatkan Partisipasi dan Hasil Belajar Siswa dalam Pengajaran Daring

Siti Rahmatiah

SMA Negeri 2 Tarakan, Kalimantan Utara, Indonesia srahamtiah9@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan partisipasi siswa SMA dan hasil belajar mereka di masa pandemi dengan pemanfaatan teknologi presentrasi audiovisual. Penelitian ini juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pengetahuan dan sikap belajar siswa selama pembelajaran.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas dengan teknik siklus, yang diimplementasikan dalam 2 siklus dengan 3 pertemuan. Instrumen pengumpulan datanya melipuri tes tertulis ulangan harian dan data kualitatif digunakan lembar observasi, lembar refleksi diri, lembar penilaian antar teman, dan rubrik penilaian kinerja. Hasil penelitian membuktikan bahwa media pembelajaran media Audiovisual melalui Google Classroom, dapat meningkatkan hasil belajar siswa didik, yang dibuktikan dengan hasil belajar di setiap aspek pengamatan. Peningkatan tersebut tampak dari kenaikan angka ketuntasan hasil belajar di setiap siklus. Dari uji kompetensi pra-tindakan, ketuntasan siswa hanya mencapai.... siklus 1 yang tuntas hanya 26 siswa atau 72,2% dengan rata rata nilai 74,2 dan pada siklus II meningkat menjadi 31 siswa atau 86,1% yang tuntas dalam pembelajaran dengan rata rata 80,4. Artinya penelitian tindakan ini sudah melampaui indikator keberhasilan yang ditetapkan. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan media pembelajaran media Audiovisual melalui Google Classroom terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa didik. Disarankan kepada guru untuk mempersiapkan metode pembelajaran yang tepat dalam setiap pembelajaran, khususnya penggunaan media untuk menciptakan proses pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan siswa didik.

Kata Kunci: Hasil Belajar; Audiovisual; Google Classroom

ABSTRACT

The objective of this study was to improve students’ participation and learning outcomes by making use audiovisual presentation in the online learning. This was also used to determine the extent to which the increase in students' knowledge and learning attitudes during learning. The method used in this research is the Classroom Action Research (CAR), with a cycle technique, implemented in 2 cycles with 3 meetings in each. The instruments data collection include a written test, observation sheets, self-reflection sheet, peer-to- peer assessment sheets, and performance assessment rubrics. The result of the study has proved that the use of audiovisual media learning media given through Google Classroom can improve the students’ learning outcomes. This can be seen from the constant increase in the scale of students’ competence. The pre-test showed that only 47% of the students can reach the minimum competence of 70%. After they had been given the actions in Cycle 1, the students succeeded to reach it were 72.2%. Their average score had been 74.2.

After the last meeting, it has reached 86.1%, with an average score of 80.4. This means this action reached has come over its success indicator. Thus, learning using audiovisual media learning media through Google Classroom is proven to improve student learning outcomes. It is recommended for teachers to prepare appropriate learning methods in each lesson, especially the use of media to create an interesting learning process and appropriate the students’ needs.

Keywords: Learning Outcomes; Audiovisual; Google Classroom

(2)

Siti Rahmatiah | 32 PENDAHULUAN

Dalam situasi pandemi, seluruh kegiatan kehidupan terpaksa harus dilakukan di rumah. Situasi ini makin menyulitkan masyarakat secara umum, baik anak-anak, orang dewasa atau pun orang tua. Salah satu temuan kajian (Ismail, 2021) memperlihatkan bahwa masyarakat banyak mengalami kondisi distress menghadapi situasi yang serba sulit tersebut. Kelompok masyarakat yang terkena dampak psikis terbesar adalah perempuan dan mereka yang mengalami permasalahan ekonomi. Termasuk di antara mereka adalah para pelajar yang kesulitan mengikuti pengajaran daring karena terkendala ketiadaan sarana (HP dan kuota).

Kondisi ini juga berpengaruh pada pelaksanaan pendidikan, kegiatan belajar mengajar. Pandemi menimbulkan efek yang sangat luar biasa terhadap kegiatan belajar- mengajar (KBM) di sekolah. KBM harus berpindah dari sekolah ke rumah, dengan pembelajaran daring atau PJJ dalam kelas-kelas virtual ((Fitra et al., 2020); Sevima:

2020). Semua pihak harus bersiap menghadapi kehidupan baru (new normal) melalui pendekatan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan media elektronik yang menjadikan proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Dengan kata lain, seluruh jajaran pegiat pendidikan dapat dengan totalitas melaksanakan kewajiban baru di kegiatan belajar-mengajar dalam situasi pandemi seperti ini.

Media pembelajaran yang dipilih dapat disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan, keahlian ini yang harus dimiliki oleh pengajar cerdas. Situasi seperti ini membuat banyak siswa siswi yang menyukai media pembelajaran yang interaktif (yang sifatnya saling melakukan gerak-gerik) yang berarti ada beberapa gerak-gerik animasi pada presentasi (visual). Oleh sebab itu, pengajar sebagai penyedia (fasilitator), diwajibkan untuk mampu mengetahui apa yang siswa-siswi butuhkan sesuai dengan zamannya.

Adanya perkembangan teknologi yang begitu positif harusnya dapat menjadi sarana yang kondusif dalam pembelajaran. Guru, sebagai nahkoda dalam kegiatan belajar- mengajar, harus dapat memanfaatkan perkembangan IT dengan baik. Dunia komputer dengan berbagai jenis aplikasinya telah merevolusi pola pembelajaran yang kuno dengan sistem tatap muka, menjadi sistem belajar-mengajar tanpa batasan ruang dan waktu.

Teknologi komputer merupakan reka cipta yang kemungkinan dapat menghadirkan segala macam stimulus yang membuat kegiatan belajar-mengajar menjadi lebih maksimal.

Kombinasi metode dan media ini diharapkan dapat berfungsi maksimal untuk menarik minat dan memperkuat kognitif siswa. Tujuan atau hasil akhirnya adalah mereka memahami dan mampu menguasai konsep dengan baik (Hapsari & Pamungkas, 2019) dan Heri: 2020).

Salah satu kompetensi dasar yang wajib dikuasai oleh peserta didik kelas XI SMA

pada kompendium Mata Pelajaran Bahasa Inggris Kurikulum 2013 adalah aktivitas

membuat paragraf eksplanasi. Dalam aktivitas tersebut mengharuskan untuk menulis atau

menghasilkan tulisan, sehingga peserta didik dituntut untuk lebih kreatif, inovatif dan

ekspresif dalam mengonsep ide ataupun gagasan. Paragraf eksplanasi merupakan paragraf

(3)

Siti Rahmatiah | 33 yang mendeskripsikan langkah-langkah atau proses suatu fenomena terjadi, adapun fenomena tersebut merupakan fenomena alam ataupun fenomena sosial. Membuat paragraf eksplanasi bertujuan untuk menambah pengetahuan peserta didik mengenai fenomena-fenomena di sekitar mereka, adapun fenomena tersebut merupakan fenomena alam ataupun fenomena sosial (Suwarni, dkk., 20217:42).

Tidak hanya itu, peserta didik diharapkan mempunyai kemampuan dalam menyusun kerangka paragraf eksplanasi dan mengembangkan paragraf tersebut dalam bentuk bacaan yang utuh dan padu sinkron dengan pola paragraf eksplanasi. Akan tetapi, kemampuan dalam membuat paragraf eksplanasi belum dapat tercapai dengan baik, seperti halnya yang berlangsung pada peserta didik kelas XI MIPA 2 SMA Negeri 2 Tarakan. Berdasarkan hasil observasi, peserta didik mengalami kesulitan dalam membeberkan ide dan menuangkan ide ke dalam paragraf eksplanasi, sehingga membentuk paragraf yang utuh sinkron dengan pola dan kebahasaan paragraf eksplanasi.

Mereka lebih memilih bersikap pasif saat aktivitas membuat paragraf eksplanasi.

Berdasarkan fakta tersebut, peneliti meyakini perlunya satu upaya untuk meningkatkan partisipasi siwa dan hasil pembelajaran mereka melalui pemanfaatan media dan teknologi. Peneliti memilih menggunakan Google Classroom yang dijadikan sebagai platform. Selain itu, media pembelajaran berupa presentasi audiovisual power point diunggah ke dalam platform agar dapat dimanfaatkan oleh siswa dalam pembelajaran.

Upaya semacam ini juga dilakukan oleh beberapa peneliti lain (lihat (Gunawan &

Sunarman, 2018). Mereka menggunakan video pembelajaran dengan mengemas sub-sub pokok bahasan. Oleh sebab itu, peneliti mempunyai harapan agar supaya peserta didik menjadi lebih aktif dan mampu dalam menulis paragraf eksplanasi. Alasan kedua, peneliti ingin mengetahui apakah siswa sudah memahami penulisan teks eksplanasi, yang membedakan dengan jenis teks lainnya. Kajian ini berbeda dengan kajian sebelumnya dalam hal pokok bahasan yang diajarkan kepada siswa ditengah berbagai kendala sebaga akibat bencana pandemic.

METODE

Desain riset yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut (Arikunto, 2011), dalam penelitian tindakan kelas, semua komponen dikerjakan oleh peneliti dalam setiap siklusnya. Setiap siklusnya mengandung empat komponen, yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan (action), peninjauan (observing) dan perenungan (reflecting). PTK adalah riset yang dilaksanakan oleh pengajar dan melibatkan sekelompok peserta didik untuk meningkatkan proses pembelajaran atau untuk menambah pengetahuan peserta didik terhadap materi pelajaran.

Adapun tindakan yang diberikan adalah penggunaan media pembelajaran berupa Audiovisual PowerPoint, yakni presentasi power point yang dilengkapi dengan penjelasan lisan oleh guru. Media ini diberikan melalui patform pembelajaran Google Classroom.

Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA 2 SMA Negeri 2 Tarakan,

dengan 36 siswa (19 laki-laki dan 17 perempuan). Mereka akan diberikan tindakan dalam

dua siklus, masing-masing 3 pertemuan. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini

apabila aktivitas siswa di setiap siklusnya mengalami peningkatan dan hasil belajar

Bahasa Inggris minimal 80% dari jumlah siswa mencapai KKM yaitu ≥ 70. Dengan

(4)

Siti Rahmatiah | 34 pelaksanaan proses belajar-mengajar daring melalui media audiovisual diharapkan proses belajar-mengajar menjadi lebih variatif sehingga peserta didik menjadi lebih bersemangat dan lebih aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Pada gilirannya, mereka dapat menyerap materi dengan lebih baik.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kemampuan peserta didik di kelas XI MIPA 2 berbeda-beda. Karena itu kemampuan mereka dalam menyerap/menerima materi yang diajarkan oleh para guru juga tidak sama. Dari hasil uji pra-tindakan, masih banyak ditemukan anak-anak yang belum tuntas, salah satunya pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Adapun ujian pra-tindakan yang digunakan oleh peneliti yaitu nilai ulangan harian, dengan menetapkan nilai Ketuntasan Kegiatan Minimal (KKM) 75. Nilai ini digunakan sebagai patokan nilai KKM, artinya para siswa yang dapat mencapai nilai tersebut dianggap telah menguasai kompetensi yang memadai. Prosentase siswa yang dapat mencapai nilai KKM diharapkan akan naik setelah penelitian tindakan ini selesai dilakukan. Gambaran nilai KKM dari uji pra-tindakan disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 1 Ketuntasan Hasil Tes Pratindakan Rentang Nilai n (%) Kategori

75 - 100 17 47,2 Tuntas 0 - 74 19 52,8 Tidak

Tuntas

Dari tabel 1 tampak bahwa nilai rata-rata peserta didik masih tergolong rendah.

Dengan kata lain, peserta didik belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yakni, 75. Dari jumlah total 36 peserta didik, hanya 17 peserta didik yang sanggup memenuhi skor di atas KKM, yang artinya hanya 47,2% peserta didik yang masuk ke dalam kriteria tuntas, sedangkan 19 orang peserta didik atau 52,8% belum memenuhi kriteria tuntas. Nilai rendah yang diperoleh peserta didik tersebut disebabkan oleh minimnya kemampuan pemahaman materi Bahasa Inggris oleh peserta didik, sehingga diperlukan riset lebih lanjut agar banyak siswa yang mengalami ketuntasan dalam pembelajaran dan penyebab rendahnya hasil belajar siswa dapat diketahui dengan pasti.

Sebagaimana disampaikan pada bagian sebelumnya, tindakan yang diterapkan pada subjek dalam kajian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, dengan masing-masing siklus direalisasikan dalam 3 pertemuan. Sebagai gambaran tindakan yang ditempuh peneliti, berikut disajikan langkah-langkah yang ditempuh dalam tiap tahapan dari pertemuan 1 dan siklus 1. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada pertemuan selanjutnya hampir sama, dengan sedikit modifikasi terkait dengan temuan perkembangan kompetensi dari hasil uji paska perlakuan. Karena itu, artikel ini tidak menyajikan tahapan-tahapan secara detil tiap pertemuan dalam dua siklus tersebut. Artikel ini hanya akan mendeskripsikan perkembangan kompetensi dari subyek dari satu tahap ke tahap yang lain.

Keempat tahapan dalam penelitian tindakan ini dijelaskan pada bagian berikut.

(5)

Siti Rahmatiah | 35 Dasar dari pelaksanaan tindakan ini adalah hasil dari uji pra-tindakan yang sudah dipaparkan sebelumnya.

a) Perencanaan

Tahap perencanaan siklus 1 pada pertemuan 1 ini peneliti mengkaji problematika yang timbul saat kegiatan belajar-mengajar. Selanjutnya, alternatif pemecahan masalah tersebut akan dicari dari problematika yang ada dan dari hasil peninjauan terhadap sebagian strategi dan instrumen yang dapat digunakan untuk mengatasi pemahaman peserta didik yang kurang. Dari observasi inilah, dipilih media yang sesuai dalam penerapan pembelajaran daring. Media pembelajaran tersebut adalah media audiovisual.

Media ini diyakini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya: siswa lebih tertarik dan bersemangat dalam belajar, siswa lebih mudah memahami materi belajar.

Untuk mewujudkan rencana tindakan, peneliti menyiapkan beberapa perangkat yang diperlukan, sebagaimana tersebut di bawah. Perangkat utama tindakan adalah RPP daring, yang merumuskan tahapan-tahapan pembelajaran dalam satu pertemuan. Tahapan- tahapan tersebut tentu sudah disesuaikan dengan konteks pembelajaran daring, dan juga integrasi penggunaan audiovisual dalam pembelajaran, yakni media yang diyakini dapat memfasilitas pemahaman siswa tentang struktur generik teks eksplanasi, fitur kebahasaan, dan juga media-media untuk menstimulasi ide dalam penciptaan teks.

a) RPP daring dengan materi teks eksplanasi.

b) Instrumen observasi aktivitas siswa.

c) Media observasi untuk aktivitas guru.

d) Media untuk evaluasi, yaitu LKS.

b) Tindakan

Tahap yang pertama dilakukan selama tiga kali pembelajaran yakni hari Jumat, 29 Januari, 5 Februari dan 12 Februari 2021 selama 2 jam pelajaran (90 menit) setiap kali pertemuan. Aktivitas belajar-mengajar dilakukan berdasarkan RPP daring yang sudah tersusun, yakni memanfaatkan instrumen audiovisual.

Dalam melaksanakan tindakan siklus I pertemuan 1, guru memulai pembelajaran dengan memberikan informasi melalui WhatsApp Group (WAG) menanyakan bagaimana keadaan peserta didik, kemudian dilanjutkan dengan memberikan link absensi pada peserta didik pada google form dan mempersilahkan peserta didik untuk mengisi absensi dan selanjutnya peserta didik membuka materi pelajaran teks eksplanasi dengan media audiovisual. Guru memberikan motivasi pada peserta didik dengan tujuan untuk menghidupkan kembali ketertarikan dan motivasi belajar peserta didik.

Setelah itu, pengajar mengetes pemahaman peserta didik dengan memberi

pertanyaan apersepsi melalui WA Grup dan kegiatan dilanjutkan dengan mengirim materi

pelajaran teks ekplanasi dalam bentuk media audiovisual. Dalam media tersebut guru

terlebih dahulu memberi petunjuk kepada peserta didik untuk mengamati, mencermati dan

memahami media audiovisual yang sudah di share. Setelah peserta didik mengamati

media audiovisual, guru share LKS. Pengajar meminta peserta didik untuk mengerjakan

LKS dalam tenggat waktu yang telah ditentukan dan sesudah selesai mengerjakan LKS

(6)

Siti Rahmatiah | 36 selanjutnya dikirimkan kembali hasilnya pada guru untuk dilakukan penilaian.

Di sesi akhir kegiatan belajar-mengajar pengajar memeberikan tes akhir kepada peserta didik, berupa 10 butir soal pilihan menggunakan Google Form dengan menerapkan menu kuis, yang dapat dengan mudah dimodifikasi dengan mengacak pertanyaan. Selain itu, menu kuis ini juga dilengkapi dengan jawaban dan bobot/skor untuk tiap item pertanyaan. Dengan demikian, seorang guru tidak perlu melakukan penilaian secara manual. Cara ini sangat membantu bila berhadapan dengan jumlah siswa yang besar. Hasil dari penilaian ini tersaji dalam Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 2 Ketuntasan Hasil Belajar dari Pertemuan 1 Siklus 1 Rentang

Nilai

n (%) Kategori 75 - 100 17 47,2 Tuntas

0 - 74 19 52,8 Tidak Tuntas

Berdasarakan data yang didapatkan dari Tabel 4.2 dan Grafik 4.2 di atas, pemakaian instrumen pembelajaran audiovisual sudah memberikan peningkatan pemahaman peserta didik kelas XI MIPA 2 sejumlah 17 orang peserta didik atau 47,2%

dan peserta didik yang belum menuntaskan KKM sebanyak 19 orang peserta didik atau 52,8% serta rata-rata hasil belajar peserta didik sebesar 65,5 siklus I pertemuan 1.

c) Peninjauan

Berdasarakan data yang didapatkan dari siklus I pertemuan 1 ini, peneliti berperan selaku guru yang mengaplikasikan RPP Daring serta yang berperan selaku observer yakni sahabat guru yang bersama – sama mencermati aktivitas peserta didik sepanjang aktivitas pembelajaran. Hasil riset yang dilaksanakan oleh periset memakai instrumen lembar observasi pengamatan untuk kegiatan peserta didik serta lembar observasi untuk kegiatan guru.

Berdasarakan data yang didapatkan melalui hasil pengamatan, kegiatan kehadiran peserta didik selama pembelajaran bisa di lihat pada Tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 3 Kehadiran Peserta Didik P1 Rentang Waktu n (%) Kategori

07.30 - 08.30 34 94,4 Hadir 08.31 - 09.00 2 5,6 Tidak Hadir

Dari hasil pengamatan aktivitas peserta didik selama pembelajaran semua peserta

didik hadir dalam pembelajaran online. Semangat peserta didik dalam mengikuti pelajaran

tergolong rendah. Peserta didik terkesan belum antusis dalam mengikuti pengajaran,

terlihat dari hanya sedikit siswa yang menanggapi soal yang diberikan guru ketika

apersepsi. Tidak hanya itu, masih cenderung banyak siswa yang belum mengumpulkan

LKS. Tetapi sebagian peserta didik sudah mengikuti pengajaran dengan baik. Sebab

(7)

Siti Rahmatiah | 37 menyelesaikan LKS memang sedikit menghabiskan banyak waktu siswa alhasil menimbulkan ketuntasan durasi yang direncanakan dalam RPP tidak bisa dilaksanakan dengan cara sempurna.

Sebaliknya hasil pemantauan kegiatan guru sepanjang pengajaran Bahasa Inggris tahapan I pertemuan 1 ditengarai kalau pengajaran belum terselenggara dengan cara maksimum. Guru belum bisa mengaplikasikan RPP daring yang disusun dengan cara maksimal sehingga perlu adanya perbaikan.

d) Refleksi

Refleksi ialah tahapan di mana periset memperhatikan kelemahan serta keunggulan pengajaran pada tahapan I pertemuan 1. Kekurangan yang ditemui kemudian dianalisis guna menemukan jalan keluarnya, sebaliknya keunggulannya yang ditemulkan oleh peneliti senantiasa dipertahankan. Kasus penting pada penerapan tahapan I pertemuan 1 merupakan dalam perihal sedang minimnya antusias peserta didik menjajaki pengajaran, aktivitas partisipan didik sedang kurang. Peserta didik sedang sedikit yang menanggapi persoalan apersepsi guru, peserta didik sedang yang telanjur mengirimkan hasil LKS. Buat itu, pemecahan koreksi di tahapan I pertemuan 1adalah:

1) Apersepsi dilaksanakan oleh guru dengan metode mengenali pemahaman peserta didik dengan metode pertanyaan mengenai pengalaman belajar sebelumnya. Peserta didik selalu diperingatkan untuk selalu aktif menjawab pertanyaan guru.

2) Pada saat kegiatan inti, guru memberi inovasi baru yaitu menambahkan penjelasan konsep penting yang ada dalam teks ekplanasi yang diamatinya malalui media audiovisual setelah peserta didik mengamati audiovisual.

Tujuannya adalah agar peserta didik lebih memahami konsep-konsep penting pada materi yang dibelajarkan.

3) Pada dikala menuntaskan LKS dalam perihal ini anak didik pula senantiasa diingatkan buat menanggapi dengan betul serta cocok dengan batasan waktunya, di kasih uraian kalau yang kilat berakhir hendak menemukan angka imbuh, tujuannya merupakan peserta didik lebih bergairah alhasil peserta didik dapat menyelesaikannya tepat durasi.

4) Pada Hasil belajar peserta didik pada pertemuan1 siklus I dengan ketuntasan sebanyak 22 orang peserta didik atau 61,1% dan yang belum tuntas sebanyak 14 orang atau 38,9% dengan rata-rata 71,9 dengan demikian hasil belajar belum mencapai ketuntasan yang ditentukan dari indikator keberhasilan penelitian sehingga harus dilanjutkan pada pertemuan berikutnya.

Kegiatan serupa dilaksanakan untuk pertemuan ke-2 dan ke-3 dari siklus I. Hasil utuh dari tiap-tiap pertemuan akan dipaparkan pada bagian pembahasan. Selanjutnya, tiga pertemuan dari siklus II dilaksanakan pada tanggal 19, 26 Februari dan 5 Maret 2021, sama seperti pertemuan sebelumnya masing-masing selama 2 jam pelajaran (90 menit).

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP daring revisi yang telah dibuat, dengan penekanan pada konsep penting yang ada dalam media audiovisual.

Pada bagian ini, akan disajikan hasil tindakan yang dilakukan pada subjek. Hasil

(8)

Siti Rahmatiah | 38 ini ditinjau dari dua aspek yakni nilai siswa atau skor KKM dan tingkat keaktifan/partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Secara umum, dari kedua aspek tersebut, tampak bahwa tindakan yang diberikan pada kelompok subyek hanya berpengaruh pada hasil belajar mereka. Sementara pada aspek yang kedua, partisipasi mereka, upaya tersebut tidak memperlihatkan perubahan yang signifikan. Secara lebih lengkap, berikut disampaikan hasil-hasil tersebut.

Sesuai dengan rencana, tindakan diterapkan melalui dua siklus, implementasi dalam enam pertemuan. Dari tindakan tersebut, hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik diringkas dan disajikan pada Tabel 4.1 ini.

Tabel 4 Rekapitulasi Hasil Ketuntasan Belajar Siklus I Siklus I n (%) Rerata Pertemuan 1 22 61,1 71,9 Pertemuan 2 26 72,2 74,4 Pertemuan 3 28 77,8 76,3 Pertemuan 4 29 80,6 78,8 Pertemuan 5 31 86,1 80,6 Pertemuan 6 33 91,7 81,8

Tampak bahwa peningkatan terjadi secara konsisten dari pertemuan I. Prosentase siswa yang dapat mencapai skor KKM, 47%, pada hasil uji pratindakan, berubah menjadi 61,1% setelah dilakukan tindakan melalui pertemuan I. Bila dibandingkan dengan skala peningkatan KKM ini, pertemuan 1 adalah tindakan yang menghasilkan peningkatan tertinggi, sekitar 14%. Tendensi peningkatan yang besar ini juga tampak dari hasil tindakan dari pertemuan ke-2, meskipun ada sedikit penurunan skala peningkatan, 11%.

Tindakan-tindakan selanjutnya menunjukkan skala peningkatan yang menurun. Secara umum rata-rata peningkatan dari 6 pertemuan tindakan yang diberikan adalah 7,4%, dengan total peningkatan sebesar 44,5%. Atau dapat dikatakan bahwa kegiatan PTK ini dapat meningkatkan kompetensi siswa hampir dua kali lipat.

Bagan 1. Prosentase Pencapaian KKM dan Rerata Nilai

0 20 40 60 80 100

P1 P2 P3 P4 P5 P6

Prosentase KKM dan Rerata Nilai

Series1 Series2 Series3

(9)

Siti Rahmatiah | 39 Peningkatan prestasi peserta didik juga terbukti dari konsistensi peningkatan rerata nilai di kelas. Secara rata-rata, peningakatan rerata nilai tersebut terjadi pada 1, 65 dari satu siklus ke siklus berikutnya. Seperti tercermin dari hasil sebelumnya, pertemuan ke-2 juga memperlihatkan peningkatan rerata yang cukup menonjol, yakni 2,5. Apabila dicermati, secara rerata, nilai KKM peserta didik sudah tercapai dari pertemuan ke-3, dengan rerata 76,3. Gambaran kesejajaran peningkatan kompetensi siswa dan kenaikan rerata nilai mereka tampak dari Bagan 1 di atas. Hanya saja karena masih menyisakan 6 orang siswa yang belum mencapai batas KKM, maka tindakan pada kelas subyek ini dilanjutkan. Hasilnya, di akhir pertemuan terakhir, rata-rata kelas mencapai nilai 81,8.

Meskipun demikian, hingga akhir kegiatan penelitian tindakan ini, masih ada 3 orang siswa yang belum dapat mencapai nilai KKM. Hal ini lebih disebabkan oleh faktor-faktor teknis yang tidak ada hubungan dengan kegiatan pembelajaran, seperti tidak tersedianya sarana sehingga mereka tidak mengikuti kegiatan kelas secara daring.

Hasil dari penelitian tindakan ini serupa dengan hasil-hasli dari penelitian sebelumnya (Sewang, 2017); (Gunawan & Sunarman, 2018); (Nurhayati et al., 2019) dan (Hafid et al., 2018). Mereka membuktikan hasil yang positif dengan penggunaan Google Classroom di kelas mereka. Hampir semuanya sepakat bahwa Google Classroom memiliki fitur-fitur yang dapat “meningkatkan aktivitas pembelajaran” dan akhirnya berpengaruh positif bagi hasil pembelajaran siswa (lihat juga Bintarawati & Citriadin, 2020). Laporan kajian yang serupa juga muncul dari satu kajian di sekolah dasar (Saniah

& Pujiastuti, 2021), yang menyimpulkan bahwa penggunaan media terbukti meningkatkan hasil pembelajaran yang diberikan kepada para murid.

Kehadiran peserta didik pada sesi pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas, atau class action research, ini memperlihatkan angka yang positif. Selama enam kali pertemuan tersebut, secara jumlah peserta didiknya selalu konsisten, yakni 34 (94,4%) orang yang hadir. Tentu jumlah yang sama tidak berarti individu peserta yang hadir betul- betul sama. Artinya, penelitian tindakan yang dilakukan tidak berpengaruh terhadap tingkat kepesertaan para siswa dalam pembelajaran di kelas.

Tabel 5 Kehadiran Peserta Didik

siklus n (%)

Pertemuan 1 34 94,4

Pertemuan 2 34 94,4

Pertemuan 3 34 94,4

Pertemuan 4 34 94,4

Pertemuan 5 34 94,4

Pertemuan 6 34 94,4

Pada sesi 6 siklus II, tampak tingkat partisipasi siswa sudah cukup baik. Mereka

lebih aktif dalam sesi tanya-jawab. Sebagian dari mereka sudah berupaya menggali materi

yang disajikan oleh guru dengan mengajukan pertanyaan baik secara langsung atau pun

(10)

Keilmuan Sosiologi Pendidikan Vol. 8, Nomor 3, November 2021

Siti Rahmatiah | 40 melalui menu chat. Selain itu, mereka juga lebih tanggap dan bersemangat menjawab pertanyaan-pertanyaan guru terkait materi. Keaktifan tersebut juga terlihat dari ketepatan waktu mereka untuk mengumpulkan tugas.

Kendala-kendala teknis yang menjadi pemicu masalah kehadiran di antaranya adalah kondisi ekonomi keluarga siswa. Beberapa dari mereka melaporkan atau memohon izin tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran karena mereka tidak mempunyai uang untuk membeli pulsa. Tentu dipahami bahwa bencana pandemi berpengaruh besar terhadap kondisi ekonomi kebanyakan keluarga di Indonesia. Sebagian mereka kehilangan pekerjaan, sebagian yang lain harus menutup usaha mereka, dan bahkan ada banyak dari mereka yang sama-sekali tidak memiliki “daya” untuk sekedar memenuhi kehidupan mereka sehari-hari. Sayangnya, saat hal ini terjadi program subsidi pulsa dari Kemdikbud belum ada. Dapat dikatakan bahwa pemerintah kurang sigap untuk mengantisipasi masalah dampak pandemi di dunia pendidikan.

Faktor ekonomi ini juga menimpa siswa MM. Ia tidak dapat mengikuti pembelajaran daring karena tidak memiliki telepon seluler yang cukup memadai untuk dipasang aplikasi untuk pembelajaran daring. Untuk mengatasi masalah tersebut, MM diarahkan untuk datang ke sekolah untuk mengambil tugas agar ia dapat mengikuti pembelajaran. Artinya ia harus belajar sendiri dengan membaca buku teks dan mengerjakan tugas yang ada di LKS. Setelah selesai, ia pun harus kembali ke sekolah untuk mengumpulkan tugas tersebut.

Dalam hal ini, sepertinya guru mengalami kendala untuk memberikan pembelajaran khusus untuk siswa dari sesi non-daring. Terdapat kendala sarana teknologi di sekolah, yang tidak memiliki kelas yang didesain untuk pembelajaran blending.

Pembelajaran semacam ini memungkinkan seorang guru dapat mengajar siswa di sekolah, sekaligus menyiarkan pembelajaran tersebut secara langsung untuk mereka yang belajar melalui media daring. Tanpa teknologi semacam ini, seorang guru harus melakukan pembelajaran dua kali melalui sesi konvensional dan daring. Hal yang tentu tidak mudah dilakukan oleh para pengajar, yang memiliki tugas-tugas yang tidak sedikit. Peningkatan keaktifkan siswa melalui penggunaan media juga tampak dari berbagai kajian lain (Saniah

& Pujiastuti, 2021), (Putra, 2021), (Tsuroya, 2021) PENUTUP

Berdasarkan temuan dan pembahasan, hasil pembelajaran Bahasa Inggris sub bab eksplanasi dengan media audiovisual melalui google classroom dapat disimpulkan mengalami peningkatan. Hasil tersebut ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar peserta didik dalam setiap siklus, yaitu siklus I yang tuntas hanya 26 orang atau 72,2%

dengan rata-rata nilai 74,2 dan pada siklus II meningkat menjadi 31 orang atau 86,1%

yang tuntas dalam pembelajaran dengan rata-rata 80,4. Masih ada 3 siswa yang belum

mencapai nilai KKM. Mereka adalah para siswa yang mengalami kendala teknis seperti

tidak memiliki telepon seluler yang memadai, dan tidak mampu membeli data internet

karena kondisi ekonomi orang tua sebagai dampak dari pandemi. Untuk kelompok ini,

(11)

Siti Rahmatiah | 41 guru akan memberikan tugas tersendiri dalam waktu yang berbeda sampai semuanya (100%) mencapai standar KKM. Secara umum, dapat dikatakan bahwa penugasan melalui Google Classroom memiliki dampak positif dalam pembelajaran daring.

REFERENSI

Arikunto, S. (2011). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.

Bintarawati, D., & Citriadin, Y. (2020). Implementasi Kelas Virtual Dengan Google Classroom Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia di SMA Negeri Bekasi. Spin jurnal kimia & pendidikan kimia, 2(2), 177–190.

https://doi.org/10.20414/spin.v2i2.2573

Fitra, A., Sitorus, M., Parulian Sinaga, D. C., & Marpaung, E. A. P. (2020). Pemanfaatan dan Pengelolaan Google Classroom Sebagai Media Pembelajaran Dan Pengajaran Daring Bagi Guru-Guru SMP. Jurnal Pengabdi, 3(2), 101.

https://doi.org/10.26418/jplp2km.v3i2.42387

Gunawan, F. I., & Sunarman, S. G. (2018). Pengembangan Kelas Virtual Dengan Google Classroom dalam Keterampilan Pemecahan Masalah (Problem Solving) Topik Vektor pada Siswa Smk Untuk Mendukung Pembelajaran. Prosiding Seminar Etnomatnesia, 9.

Hafid, A., Hayami, R., Fatma, Y., & Wenando, F. A. (2018). Optimalisasi Pemanfaatan Google Classroom Sebagai Media Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bangkinang. 4.

Hapsari, S. A., & Pamungkas, H. (2019). Pemanfaatan Google Classroom sebagai Media Pembelajaran Online Di Universitas Dian Nuswantoro. WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, 18(2). https://doi.org/10.32509/wacana.v18i2.924

Ismail, I. (2021). Hubungan Resiliensi dengan Psychological Distress pada Masyarakat dalam Menghadapi Pandemi Covid-19. 8, 9.

Nurhayati, D., Az-Zahra, H. M., & Herlambang, A. D. (2019). Evaluasi User Experience Pada Edmodo Dan Google Classroom Menggunakan Technique for User Experience Evaluation in E-Learning (TUXEL) (Studi Pada SMKN 5 Malang). 10.

Putra, A. M. (2021). Efektifitas E-Learning Di Kala Pandemi Pada Pelajar SMA (Studi Kasus Pelajar SMAN 1 KRIAN). Jurnal Sosialisasi: Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian dan Pengembangan Keilmuan Sosiologi Pendidikan, 3, 78.

https://doi.org/10.26858/sosialisasi.v0i3.19788

Saniah, S. L., & Pujiastuti, H. (2021). Analisis Penggunaan Media Pembelajaran Dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Di SD Bakung III. 8, 5.

Sewang, A. (2017). Keberterimaan Google Classroom sebagai alternatif Peningkatan Mutu di IAI DDI Polewali Mandar. 12.

Suwarni, S. Dkk. 2017. Bahasa Indonesia Kebanggan Bangsaku. Surakarta: PT Tiga Serangakai Pustaka Mandiri.

Tsuroya, F. I. (2021). Dampak Pembelajaran Online di Tengah Pandemi Covid-19 Terhadap Proses Pembelajaran Metode Yanbu’a di Kelas 2 MI At-Taqwa Bondowoso. IQ (Ilmu Al-qur’an): Jurnal Pendidikan Islam, 3(02), 199–214.

https://doi.org/10.37542/iq.v3i02.124

Gambar

Tabel 4 Rekapitulasi Hasil Ketuntasan Belajar Siklus I  Siklus I  n  (%)  Rerata  Pertemuan 1  22  61,1  71,9  Pertemuan 2  26  72,2  74,4  Pertemuan 3  28  77,8  76,3  Pertemuan 4  29  80,6  78,8  Pertemuan 5  31  86,1  80,6  Pertemuan 6  33  91,7  81,8

Referensi

Dokumen terkait

Kawasan ekosistem esensial tempat Burung Maleo bertelur tidak dikelola oleh pemerintah tetapi masyarakat desa, artinya bahwa jikalau wilayahnya merupakan petuanan, maka

Hasil uji statistik ditemukan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan (p value 0,008) dan sikap (p value 0,000) dengan praktik protokol kesehatan Covid-19, serta

Lembaga mendapatkan aplikasi yang bisa mempermudah staff Operasional dan Pelayanan Publik pada Perum Bulog untuk memaksimalkan pengolahan data pendistribusian raskin

bekerja menahan beban akan timbul tegangan lekat yang berupa ( bond strength ) pada permukaan singgung antara batang tulangan dengan beton.. Perkuatan pada beton dapat

Sebagai bagian dari wilayah kerajaan Mataram, masyarakat Banyumas juga tidak terlepas dari sebuah anggapan bahwa kehidupan istana merupakan kehidupan

Kemudian, istilah data yang berpotensi sebagai data berpengaruh digunakan pada suatu pengamatan yang merupakan data pencilan dalam satu atau lebih variabel bebas..

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) pendekatan SETS berpengaruh terhadap kemampuan memecahkan masalah pada siswa SMP

1) Sasaran penilaian kinerja adalah para karyawan sehingga diperoleh informasi yang akurat mengenai kinerja tersebut. 2) Standar kinerja digunakan sebagai alat ukur. 3)