NOMOR : 27/M-IND/PER/3/2007 TENTANG
BANTUAN DALAM RANGKA PEMBELIAN MESIN/PERALATAN INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa industri tekstil merupakan salah satu industri prioritas nasional yang potensial untuk dikembangkan;
b. bahwa kondisi permesinan industri tekstil dan produk tekstil nasional saat ini sudah relatif tua dan tidak efisien untuk digunakan, sehingga perlu dilakukan peremajaan untuk mendukung peningkatan daya saing;
c. bahwa dalam rangka mendorong peremajaan/peningkatan teknologi mesin tekstil dan produk tekstil nasional perlu pemberian bantuan keringanan dalam pembelian mesin/peralatan dimaksud;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c perlu dikeluarkan Peraturan Menteri;.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara RI Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3274);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 27/M-IND/PER/3/2007
Negara RI Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4400);
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2006 tentang Anggaran Pendapatan Belanja Negara Tahun 2007 (Lembaran Negara RI Tahun 2006 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4662);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara RI Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3330);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4406);
8. Keputusan Presiden RI Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4214) sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden RI Nomor 72 Tahun 2004 (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4418);
9. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4330) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden RI Nomor 8 Tahun 2006;
10. Keputusan Presiden RI Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden RI Nomor 20/P Tahun 2005;
11. Peraturan Presiden RI Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional;
12. Peraturan Presiden RI Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden RI Nomor 94 Tahun 2006;
13. Peraturan Presiden RI Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit
Organisasi dan Tugas Eselon 1 Kementerian Negara Republik
Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden RI Nomor 91 Tahun 2006;
14. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian;
Memperhatikan : 1. Satuan 2A RAPBN Tahun 2007 Departemen Perindustrian (Per Program Unit Eselon 1) yang disetujui Komisi VI DPR-RI pada bulan Oktober 2006 sebagaimana terlampir Surat Menteri Perindustrian kepada Menteri Keuangan dan Menteri Negara PPN/Kepala BAPPENAS No. 933/M-IND/11/2006 tanggal 17 Nopember 2006 dan dipertegas dengan persetujuan Komisi VI DPR-RI sebagaimana tertuang dalam Matriks Rencana Kerja Kegiatan Restrukturisasi Permesinan ITPT Tahun 2007 tanggal 14 Februari 2007
2. Program Penataan Struktur Industri dengan rencana kegiatan Restrukturisasi Permesinan Industri Tekstil dan Produk Tekstil sebagaimana tertuang dalam DIPA Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil Dan Aneka Dep. Perindustrian Tahun Anggaran 2007 dengan surat Pengesahan Nomor 0273.0/019- 03.0/-/2007.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG BANTUAN DALAM RANGKA PEMBELIAN MESIN / PERALATAN INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL.
Pasal 1
(1) Perusahaan Industri Tekstil dan Produk Tekstil (ITPT) yang melakukan restrukturisasi/peremajaan mesin/peralatan, perluasan atau investasi baru diberikan bantuan pembiayaan pembelian mesin/peralatan industri tekstil dan produk tekstil.
(2) Bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan bagi perusahaan yang melakukan restrukturisasi/peremajaan mesin/peralatan, perluasan atau investasi baru dengan menggunakan teknologi yang lebih maju.
(3) Bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibiayai dari DIPA Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Tekstil dan Aneka Departemen Perindustrian TA. 2007.
Pasal 2
Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor. : 27/M-IND/PER/3/2007
(1) Perusahaan ITPT yang dapat diberikan bantuan pembiayaan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Perusahaan industri serat buatan, pemintalan, pertenunan, perajutan, pencelupan/printing/ finishing, industri pakaian jadi (garment) dan atau barang jadi tekstil lainnya;
b. Memenuhi ketentuan Pasal 1 ayat (2), baik yang mengganti sebagian ataupun seluruh permesinan dengan teknologi yang lebih maju dan kondisi baru (bukan bekas);
c. Jenis mesin harus terkait dengan proses produksi dan peralatan penunjang.
(2) Perusahaan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a harus memenuhi kriteria yang ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal Indusrtri Logam Mesin Tekstil Dan Aneka.
(3) Ketentuan mengenai teknologi lebih maju sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan keterkaitan jenis mesin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diatur lebih lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal Indusrtri Logam Mesin Tekstil Dan Aneka.
Pasal 3
Bantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 diberikan dalam bentuk : a. Potongan harga pembelian mesin; atau
b. Bantuan Pembelian dengan modal padanan.
Pasal 4
(1) Potongan Harga Pembelian Mesin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a diberikan kepada Perusahaan ITPT yang memenuhi ketentuan Pasal 1 ayat (2) dan bersifat penggantian (reimburse).
(2) Bantuan yang diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa potongan harga sebesar 11% (sebelas prosen) dari nilai mesin dengan ketentuan nilai potongan harga maksimum Rp. 5 Milyar (lima milyar rupiah) per perusahaan per tahun anggaran yang dibuktikan dengan invoice, Bill of Lading (B/L) dan atau dokumen serah terima barang untuk mesin yang dibeli dalam negeri.
(3) Bukti-bukti sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (2) harus diterbitkan sekurang- kurangnya pada tanggal 1 Januari 2007.
Pasal 5
Mekanisme penyaluran potongan harga pembelian mesin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a dilaksanakan melalui :
a. Normal pengajuan Kredit Perbankan (cash loan dan non cash) dengan syarat Kolektibilitas
b. Kredit Supplier Mesin;
c. Pembelian Tunai; atau
d. Sewa Beli melalui Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB).
Pasal 6
(1) Modal Padanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b merupakan pembiayaan yang dilakukan bersama dengan pembebanan sebagai berikut :
a. Perusahaan ITPT 25%;
b. Lembaga Pengelola Program (LPP) 10%; dan c. Departemen Perindustrian 65%.
(2) Bantuan pembelian mesin dengan Modal Padanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b diberikan kepada Perusahaan ITPT yang memenuhi ketentuan Pasal 1 ayat (2), dilaksanakan oleh Lembaga Pengelola Program (LPP) dalam bentuk bantuan kredit.
(3) Bantuan kredit pembelian mesin dengan Modal Padanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b diberikan kepada Perusahaan ITPT yang memenuhi ketentuan Pasal 1 ayat (2) dengan ketentuan :
a. Bantuan kredit untuk pembelian mesin dengan modal padanan minimal sebesar Rp. 100 juta (seratus juta rupiah) dan maksimal sebesar Rp. 5 Milyar (lima milyar rupiah);
b. Tingkat suku bunga pinjaman sebesar 8% per tahun;
c. Jangka waktu pinjaman paling lama 5 (lima) tahun.
(4) Bantuan kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat digunakan 100% (seratus prosen) untuk Pembiayaan Investasi atau kombinasi berupa 80% (delapan puluh prosen) Pembiayaan Investasi dan 20% (dua puluh prosen) Modal Kerja.
(5) Bantuan kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang diajukan dalam rangka kegiatan sebagaimana dimaksud Pasal 1 ayat (2) berlaku sejak 1 Januari 2007.
(6) Pengembalian bantuan kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan bunga, setelah dipotong biaya administrasi Lembaga Pengelola Program (LPP), disetorkan ke Kas Negara sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
(7) Besaran biaya administrasi LPP sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ditetapkan bersama oleh Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil Dan Aneka dengan Pimpinan LPP.
Pasal 7
(1) Untuk optimalisasi dan tepat sasaran pemberian bantuan kepada Perusahaan ITPT sebagaimana dimaksud Pasal 1 perlu dibentuk Tim Pengarah dan Tim Teknis yang beranggotakan pejabat di lingkungan Dep. Perindustrian, Bappenas, Dep. Keuangan, BKPM, Dinas Provinsi yang menangani industri, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), PT. Dirgantara Indonesia (Persero), PT. Pindad (Persero) dan PT. Rekayasa Industri (Persero) serta instansi teknis lainnya.
(2) Tim Pengarah dan Tim Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk dan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil Dan Aneka.
Pasal 8
Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 27/M-IND/PER/3/2007
(1) Perusahaan ITPT penerima bantuan pembelian mesin/peralatan industri tekstil dan produk tekstil melalui potongan harga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a yang melanggar ketentuan Peraturan Menteri ini beserta Peraturan Pelaksanaannya dikenakan sanksi berupa :
a. Wajib mengembalikan bantuan yang telah diterima kepada Kas Negara
b. Tidak diizinkan mengikuti seluruh program Departemen Perindustrian pada tahun-tahun berikutnya.
(2)
Perusahaan ITPT penerima bantuan pembelian mesin/peralatan industri tekstil dan produk tekstil melalui bantuan kredit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b yang melanggar ketentuan Peraturan Menteri ini beserta Peraturan Pelaksanaannya dikenakan sanksi berupa :
a. Wajib mengembalikan pinjaman kepada LPP untuk selanjutnya setelah dikurangi porsi LPP, disetor kembali ke Kas Negara sesuai dengan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku.
b. Dalam hal Perusahaan ITPT tidak mampu memenuhi ketentuan huruf a, maka mesin/peralatan yang bersangkutan dilelang melalui Kantor Pengurusan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) dan hasilnya disetor ke Kas Negara.
c. Tidak diizinkan mengikuti seluruh program Departemen Perindustrian pada tahun-tahun berikutnya.
Pasal 9
(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai bantuan pembelian mesin/peralatan industri tekstil dan produk tekstil melalui potongan harga pembelian mesin atau bantuan kredit pembelian dengan modal padanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil Dan Aneka.
(2) Peraturan Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Pasal 2 ayat (2) dan (3) dalam bentuk Petunjuk Teknis.
Pasal 10
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dan mempunyai daya laku surut terhitung sejak tanggal 1 Januari 2007.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penetapannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di J a k a r t a
Pada tanggal 29 Maret 2007 MENTERI PERINDUSTRIAN RI
ttd FAHMI IDRIS Salinan sesuai dengan aslinya
Sekretariat Jenderal
Departemen Perindustrian
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
T E N T A N G
PETUNJUK TEKNIS
BANTUAN PEMBELIAN MESIN / PERALATAN INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL
DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI MESIN LOGAM TEKSTIL DAN ANEKA Menimbang : a. bahwa sebagai penjabaran dari Peraturan Menteri Perindustrian
Nomor : 27/M-IND/PER/3/2007 tentang Bantuan Pembelian Mesin/Peralatan Industri Tekstil dan Produk Tekstil dipandang perlu menetapkan Petunjuk Teknis sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 9 Peraturan tersebut;
e. bahwa untuk itu perlu diterbitkan Peraturan Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka..
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara RI Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3274);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4400);
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2006 tentang APBN Tahun 2007 (Lembaran Negara RI Tahun 2006 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4662);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara RI Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3330);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4406);
Peraturan Direktur Jenderal ILMTA Nomor : 81/ILMTA/PER/3/2007
8. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 73 tahun 2002, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4214) sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Keputusan Presiden Nomor 72 tahun 2004 (Lembaran Negara RI Nomor 92 tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4418);
9. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4330, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden RI Nomor 8 Tahun 2006);
10. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.
11. Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon 1 Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden RI Nomor 91 Tahun 2006;
12. Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 01/M- IND/PER/3/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian.
13. Keputusan Menteri Perindustrian No. : 950/M- IND/Kep/12/2006 tentang Penunjukan dan Pengangkatan Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Pengujian dan Penandatanganan SPM dan Bendahara Pengeluaran DIPA pada Ditjen ILMTA Deperin TA 2007.
14. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor : 27/M- IND/PER/3/2007 tentang Bantuan Dalam Rangka Pembelian Mesin/Peralatan Industri TPT.
Memperhatikan : Surat Pengesahan DIPA 2007 No. 0273.0/019-03.0/-/2007 Ditjen ILMTA Program Penataan Struktur Industri.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN TEKSTIL DAN ANEKA TENTANG PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PEMBELIAN MESIN/PERALATAN INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL
Pasal 1
Menetapkan Petunjuk Teknis Potongan Harga Pembelian Mesin sebagaimana Lampiran A Peraturan Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka ini.
Pasal 2
Menetapkan Petunjuk Teknis Bantuan Kredit Pembelian Mesin/Peralatan Industri Tekstil dan Produk Tekstil dengan Modal Padanan sebagaimana Lampiran B Peraturan Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka ini.
Pasal 3
Biaya yang ditimbulkan sebagai akibat diterbitkannya Peraturan Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka ini dibebankan kepada anggaran Direktorat Industri Tekstil dan Produk Tekstil Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka TA 2007 kode 2029.
Pasal 4
Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan mempunyai daya laku surut terhitung sejak tanggal 1 Januari 2007.
.
Ditetapkan di J a k a r t a Pada tanggal 30 Maret 2007
DIREKTUR JENDERAL ttd
Ansari Bukhari
SALINAN Peraturan disampaikan kepada : 1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;
2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
3. Menteri Perindustrian (sebagai laporan);
4. Menteri Keuangan;
5. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas 6. Para Eselon 1 Dep. Perindustrian
7. Kepala Dinas yang membidangi Industri di seluruh Propinsi & Kab/Kota 8. Kepala Biro Perencanaan Dep. Perindustrian
9. Kepala Biro Keuangan Deperin
10. Kepala Biro Hukum & Organisasi Dep. Perindustrian 11. Para Eselon 2 di lingkungan Ditjen ILMTA
12. Ketua Asosiasi Pertekstilan (API, APSyFI, Sekbertal) 13. Kepala KPPN Jakarta
14.
Kepala Bagian Keuangan Ditjen ILMTADAFTAR ISI
BANTUAN PEMBELIAN MESIN/PERALATAN INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL
Halaman
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Dasar Hukum 2
C. Maksud & Tujuan 2
D. Sasaran 3
E. Ruang Lingkup 3
BAB II. KETENTUAN & PERSYARATAN 4
A. Kriteria Penerima Bantuan 4
B. Kriteria Mesin / Peralatan 4
C. Kriteria Pemberi Pinjaman 5
D. Syarat Permohonan Bantuan 5
E. Periode Permohonan Bantuan 6
F. Syarat Pencairan Bantuan 6
G. Nilai Bantuan 8
H. Hal-Hal Yang Dilarang 8
I. Sanksi 8
BAB III. PENGORGANISASIAN 9
A. Departemen Perindustrian 9
B. Konsultan Manajemen Dan Monitoring (KMM) 10 C. Lembaga Penilai Independen (LPI) 10
D. Bank Pelaksana 11
E. Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) 12
F. Supplier Mesin 12
BAB IV. MEKANISME PELAKSANAAN 14
A. Tahap Persiapan 14
B. Tahap Permohonan Bantuan 13
C. Tahap Pembelian Mesin / Peralatan 14
D. Tahap Pencairan Bantuan 15
BAB V. PELAPORAN, PEMANTAUAN DAN EVALUASI 16
A. Pelaporan 16
B. Pemantauan Dan Evaluasi 16
LAMPIRAN I. Daftar dan Jenis Mesin / Peralatan Yang dapat diberikan bantuan Pembelian Melalui Program Peningkatan Teknologi Industri TPT
LAMPIRAN II. Bagan Mekanisme Pelaksanaan
FORM – A Surat Permohonan Bantuan Pembelian Mesin/
Peralatan Industri TPT
FORM – B Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB) Pembelian Mesin / Peralatan Industri TPT FORM – C Surat Permohonan Pencairan Bantuan Pembelian
Mesin / Peralatan Industri TPT
FORM – D Laporan Kemajuan Pemasangan dan Pemanfaatan Mesin/Peralatan Industri TPT
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. Industri Tekstil dan Produk Tekstil (Industri TPT) merupakan salah satu penyumbang utama sektor industri pengolahan karena keunggulannya dalam:
(1) meraih devisa ekspor; (2) menyerap tenaga kerja yang jumlahnya sangat signifikan; dan (3) memasok kebutuhan pasar domestik.
2. Industri TPT telah berkembang secara terintegrasi mulai dari hulu (serat), intermediate (stapel & filamen, tenun dan rajut), sampai dengan barang konsumsi (pakaian jadi dan barang jadi tekstil termasuk karpet) dan keterkaitan dengan sektor ekonomi lainnya sangat tinggi dan luas.
3. Selama 10 tahun terakhir, industri TPT secara nasional telah menghasilkan devisa yang cukup besar bagi negara dan selalu memberikan surplus (ekspor tidak pernah negatif).
4. Kinerja industri TPT sampai dengan tahun 2005 memberikan gambaran sebagai berikut:
a) Jumlah industri : 2.656 unit usaha (skala menengah dan besar)
b) Investasi total : Rp. 132.381 Milyar
c) Penyerapan Tenaga Kerja : 1.18 juta orang (tidak termasuk tenaga kerja di sektor IKM sebanyak 600.000 orang)
d) Tingkat Utilisasi : 69,40 %
e) Ekspor : US $ 8,59 Milyar f) Impor : US $ 1,60 Milyar
5. Prospek pertumbuhan industri TPT akan semakin baik pada masa mendatang karena permintaan pasar di dalam negeri yang meningkat serta meningkatnya konsumsi dunia. Peluang Indonesia untuk memanfaatkan pasar dunia akan semakin besar dengan adanya pembatasan masuknya TPT China ke Amerika, Eropa dan beberapa pasar non tradisional Indonesia seperti negara-negara Amerika Latin dan Turki. Dengan demikian, peluang pasar ekspor sangat terbuka bagi ITPT yang mampu menghasilkan produk dengan kualitas tinggi dan kemampuan pasok (lead time) yang cepat.
6. Namun di sisi lain, industri TPT mempunyai kendala untuk menangkap peluang tersebut karena mesin-mesin utama dan perlengkapannya pada industri pemintalan, pertenunan, dyeing/printing/finishing dan pakaian jadi (garment) sudah sangat tua. Hal ini mengakibatkan menurunnya produktivitas dan daya saing industri TPT dibanding negara lain.
7. Sebagai gambaran atas kondisi tersebut, berikut ini adalah jumlah mesin yang sudah berumur rata-rata di atas 20 tahun pada berbagai jenis industri TPT secara nasional:
Lampiran A Peraturan Dirjen ILMTA Nomor : 81/ILMTA/PER/3/2007 JUMLAH MESIN INDUSTRI TPT USIA 20 TAHUN
Sumber : The Industrial Strategy Proposal, JETRO Jakarta 2005 (diolah)
Mesin usia 20 thn Jenis Industri Satuan Jumlah mesin Jumlah %
Pemintalan MP 7.803.241 5.025.287 64,4
Pertenunan ATM 248.957 204.393 82,1
Perajutan MR 41.312 34.743 84,1
Finishing Unit 349 325 93,2
Pakaian Jadi MSJ 290.838 226.854 78,0
8. Dalam rangka mempertahankan daya saing industri, mesin/peralatan industri TPT yang sudah berusia lebih dari 20 tahun tersebut mutlak perlu diremajakan atau direstrukturisasi dengan mesin/peralatan yang mempunyai teknologi lebih modern. Dalam kaitan ini, Pemerintah c.q. Departemen Perindustrian memandang perlu melaksanakan Program Peningkatan Teknologi Industri TPT untuk mendorong terjadinya peremajaan mesin/
peralatan industri TPT. Salah satu komponen program tersebut adalah pemberian Bantuan Pembelian Mesin/ Peralatan yang pelaksanaannya diatur melalui Petunjuk Teknis ini.
B. DASAR HUKUM
Bantuan Pembelian Mesin/Peralatan pada Program Peningkatan Teknologi Industri TPT mulai dilaksanakan pada Tahun Anggaran TA 2007, dengan mengacu kepada ketentuan perundang-undangan sebagai berikut:
1. Undang-Undang No. 18 Tahun 2006 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2007 Lembaran Negara Nomor 94 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4662.
2. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
3. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor : 27/M-IND/PER/3/2007 tentang Bantuan Dalam Rangka Pembelian Mesin/Peralatan Industri Tekstil dan Produk Tekstil
4. Surat Pengesahan DIPA 2007 No. 0273.0/019-03.0/-/2007 Ditjen ILMTA Program Penataan Struktur Industri.
5. Kesimpulan Rapat Kerja Komisi VI DPR-RI dengan Menteri Perindustrian RI tanggal 7 Februari 2007.
6. Satuan 2A RAPBN Tahun 2007 Departemen Perindustrian (Per Program Unit Eselon 1) yang disetujui Komisi VI DPR-RI Oktober 2006 sebagaimana Surat Menteri Perindustrian kepada Menteri Keuangan dan Menteri Negara PPN/Kepala BAPPENAS No. 933/M-IND/11/2006 tanggal 17 Nopember 2006 dan dipertegas dengan persetujuan Komisi VI DPR-RI sebagaimana tertuang dalam Matriks Rencana Kerja Kegiatan Restrukturisasi Permesinan ITPT Tahun 2007 tanggal 14 Februari 2007.
C. MAKSUD DAN TUJUAN
Bantuan Pembelian Mesin/Peralatan pada Program Peningkatan Teknologi Industri TPT dimaksudkan untuk membantu industri TPT melakukan peremajaan mesin/
peralatan, dengan tujuan untuk meningkatkan teknologi, daya saing, efisiensi dan produktivitas industri TPT secara nasional.
D. SASARAN
1. Sasaran Tahun 2007
Dengan alokasi dana sebesar Rp. 255 M/tahun diperkirakan program ini akan memberikan :
¾ Dana investasi pihak Perbankan dan LPP sebesar Rp. 1,71 Trilliun (US$ 187 juta)
¾ Penciptaan kesempatan kerja sebesar 10.530 jiwa/tahun
¾ Peningkatan ekspor sebesar Rp. 1,42 Trilliun (US$ 156 juta)/tahun 2. Sasaran Jangka Pendek
1. Meningkatnya ekspor TPT menjadi US $ 11,8 Milyar pada tahun 2009
2. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja pada industri TPT menjadi 1,6 juta orang pada tahun 2009
E. RUANG LINGKUP
1. Bantuan Pembelian Mesin/Peralatan pada Program Peningkatan Teknologi Industri TPT adalah pemberian dana dalam bentuk hibah stimulan dari Pemerintah c.q. Departemen Perindustrian kepada industri TPT yang telah terbukti melakukan pembelian mesin/peralatan.
2. Besarnya bantuan adalah sebesar prosentase tertentu dari nilai pembelian atau sejumlah nilai maksimum yang ditentukan.
3. Cara pembelian mesin/ peralatan oleh industri TPT dapat dilakukan melalui pembelian tunai, kredit dari Perbankan maupun sewa-beli dari Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)
4. Penilaian dan verifikasi atas pembelian mesin/ peralatan akan dilaksanakan oleh Lembaga Penilai Independen yang ditunjuk oleh Pemerintah c.q.
Departemen Perindustrian.
5. Pemberian bantuan akan diberikan sekaligus setelah industri TPT menyerahkan bukti-bukti pembelian mesin/ peralatan (reimbursement)
Lampiran A Peraturan Dirjen ILMTA Nomor : 81/ILMTA/PER/3/2007
BAB II
KETENTUAN DAN PERSYARATAN
A. KRITERIA PENERIMA BANTUAN
Penerima Bantuan Pembelian Mesin/ Peralatan pada pada Program Peningkatan Teknologi Industri TPT adalah perusahaan industri tekstil dan produk tekstil, yaitu industri serat buatan, pemintalan, pertenunan, perajutan, pencelupan/ printing/
finishing, industri pakaian jadi (garment) maupun industri barang jadi tekstil lainnya, yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Berbadan hukum Indonesia
2. Perusahaan lama yang melakukan peremajaan sebagian atau seluruh permesinannya dan atau dengan perluasannya atau perusahaan baru yang menggunakan teknologi baru.
3. Telah melakukan pembelian mesin/ peralatan pada Tahun Anggaran berjalan yang sumber dananya modal sendiri (tunai) atau sebahagian dari modal sendiri (self financing) yang besarnya disepakati dengan pihak pemberi kredit dan kredit yang diperoleh dari Bank atau Supplier Mesin atau Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB).
B. KRITERIA MESIN /PERALATAN
Mesin / Peralatan yang dapat diberikan bantuan pembelian melalui Program Peningkatan Teknologi Industri TPT harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Terkait dengan proses produksi
2. Merupakan mesin/peralatan baru buatan tahun 2002 ke atas.
3. Meningkatkan efisiensi dan/atau produktivitas
Jenis mesin / peralatan yang dapat diberikan bantuan pembelian melalui Program Peningkatan Teknologi Industri TPT adalah:
1. Mesin / peralatan produksi
2. Mesin / peralatan penunjang produksi 3. Instalasi pengolahan limbah
4. Pembangkit listrik 5. Pembangkit uap
6. Material handling equipments berupa forklift & conveyor 7. Sistem Pendingin (Chiller)
8. Sistem Udara Bertekanan
Khusus jenis mesin / peralatan produksi dan penunjang produksi yang dapat diberikan bantuan pembelian secara lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran-I.
C. KRITERIA PEMBERI PINJAMAN 1. BANK PELAKSANA :
Kriteria Bank Pelaksana adalah yang memenuhi ketentuan sebagai berikut : - Bank Pemerintah atau Swasta Nasional
- Bank Asing yang mempunyai cabang di Indonesia 2. LKBB
Kriteria LKBB yang memenuhi ketentuan yaitu merupakan LKBB yang berpengalaman mendanai industri yang termasuk 10 besar LKBB sektor industri sebagaimana Tabel berikut :
No Nama Perusahaan Alamat Kota Telp Faks
1 PT. ORIX INDONESIA FINANCE
Wisma Kyoei Prince, 24th F. 1 Jl. Jend. Sudirman Kav. 3-4
Jakarta 5723041 5723071
2 PT. UFJ-BRI FINANCE Wisma 46, 6th Floor, Kota BNI.Jl.
Jend. Sudirman Kav. 1
Jakarta 5745333 5745444
3 PT. SASEKA GELORA FINANCE
Megaplaza Building, 6th Floor, Jl.
HR. Rasuna Said Kav. C-3
Jakarta 5212626 5212577
4 PT. INTERNATIONAL FACTORS INDONESIA
Wisma Standard Chartered Bank 23B Floor, Jl. Jend. Sudirman Kav. 33A
Jakarta 57901090 57901080
5 PT. BNI MULTIFINANCE
Atrium Setiabudi Building Lt. 8, Jl.
HR. Rasuna Said Kav. 62
Jakarta 5210308 5210306
6 EQUITY FINANCE INDONESIA
Wisma Sudirman lt. 8 Jl. Jend. Sudirman No. 34
Jakarta 5700625 5734673
7 TIFA FINANCE Tifa Building lt. Dasar Jl. Kuningan Barat NO. 26
Jakarta 5252029 5229273
8 PT. PUTRA MANDIRI FINANCE
Menara BDN Lantai 7, Jl. Kebon Sirih No. 83
Jakarta 2301010 2302725
9 PT. BFI FINANCE, tbk Menara Kebon Sirih, 25th Floor Jl. Kebon Sirih No. 17-19
Jakarta 3910110 3920061 3920091
3912005
10 PT. BUANA FINANCE Chase Plaza, Lt. 17 & 19 Jl. Jned. Sudirman Kav. 21
Jakarta 5208066 5208055
3. SUPPLIER MESIN
Kriteria Supplier Mesin yang memenuhi ketentuan yaitu merupakan supplier mesin yang berdomisili di Indonesia.
D. SYARAT PERMOHONAN BANTUAN
Untuk memperoleh Bantuan Pembelian Mesin/ Peralatan pada Program Peningkatan Teknologi Industri TPT, perusahaan industri TPT yang berminat dapat mengajukan permohonan kepada Pemerintah c.q. Departemen Perindustrian, dengan menyampaikan syarat-syarat sebagai berikut:
Lampiran A Peraturan Dirjen ILMTA Nomor : 81/ILMTA/PER/3/2007 1. Surat Permohonan Bantuan
2. Daftar jenis, spesifikasi (RPM, Konsumsi Energi, Kapasitas Mesin, Distributor di Indonesia dll) dan harga mesin/peralatan yang dibeli dan dimintakan bantuan pembelian dari Pemerintah
3. Salinan Akta Pendirian Perusahaan dan perubahannya 4. Fotocopy N P W P perusahaan
5. Fotocopy N P W P dan K T P pengurus 6. Fotocopy Ijin Usaha Industri
7. Studi Kelayakan Usaha atau Proposal Kelayakan Usaha, yang terkait dengan pembelian mesin/ peralatan sebagaimana butir 2 di atas
8. Penjelasan tentang cara pembelian, sumber pembiayaan dan kemajuan proses pembelian dan pembiayaan mesin / peralatan dengan dilampiri bukti- bukti pendukung. Bukti-bukti pendukung dalam hal rencana pembelian mesin/peralatan dilakukan melalui :
a. Kredit Bank : berupa Surat Keterangan dari Bank bahwa nasabah yang bersangkutan merupakan nasabah lancar dan sedang mengurus kredit untuk investasi mesin/peralatan ITPT;
b. LKBB : berupa Surat Keterangan dari LKBB bahwa nasabah yang bersangkutan sedang mengurus kredit sewa-beli mesin/peralatan ITPT;
c.
Supplier Mesin : berupa Surat Keterangan dari Supplier Mesin bahwa nasabah yang bersangkutan sedang mengurus kredit pembelian mesin/peralatan ITPT;
d.
Tunai : berupa bukti bahwa nasabah memiliki simpanan/
tabungan/deposito selama 3 (tiga) bulan terakhir yang dilegalisir oleh Notaris.
E. PERIODE PERMOHONAN BANTUAN
Periode pemasukan permohonan bantuan dimulai tanggal 1 Januari sampai dengan 30 Mei Tahun Anggaran berjalan, dan dapat diperpanjang atau dipersingkat apabila diperlukan, dengan mempertimbangkan penyerapan anggaran DIPA.
F. SYARAT PENCAIRAN BANTUAN
Pencairan Bantuan Pembelian Mesin/ Peralatan pada Program Peningkatan Teknologi Industri TPT hanya dapat dilakukan setelah memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Permohonan Bantuan Pembelian Mesin/ Peralatan telah disetujui oleh Pemerintah c.q. Departemen Perindustrian dengan telah ditandatanganinya Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB) oleh Pemohon dan Departemen Perindustrian
2. Mengajukan Permohonan Pencairan Bantuan paling lambat tanggal 30 November Tahun Anggaran (TA) Berjalan dengan melampirkan bukti-bukti pembelian mesin/ peralatan yang sah, yaitu sebagai berikut:
a) Untuk Pembelian Tunai
- Asli purchase order yang dilegalisir oleh Notaris
- Asli invoice per jenis barang tertanggal antara 1 Januari s/d 30 Nopember TA Berjalan yang dilegalisir oleh Notaris
- Asli bukti transfer pembayaran barang tertanggal antara 1 Januari s/d 30 Nopember TA Berjalan yang dilegalisir oleh Notaris
- Asli serah terima barang tertanggal antara 1 Januari s/d 30 Nopember TA Berjalan yang dilegalisir oleh Notaris
b) Untuk Pembelian melalui Kredit Perbankan (Cash Loan dan Non Cash Loan)
- Fotocopy Perjanjian Kredit yang dilegalisir oleh Bank
- Fotocopy invoice per jenis barang tertanggal antara 1 Januari s/d 30 Nopember TA Berjalan yang dilegalisir oleh Bank
- Fotocopy bukti transfer pembayaran barang tertanggal antara 1 Januari s/d 30 Nopember TA Berjalan yang dilegalisir oleh Bank
- Untuk mesin impor: Fotocopy Bill of Lading, Packing List, Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dan dokumen impor lainnya tertanggal antara 1 Januari s/d 30 Nopember TA Berjalan yang dilegalisir oleh Bank
- Untuk mesin yang dibeli di dalam negeri:
• Fotocopy dokumen pengiriman barang tertanggal antara 1 Januari s/d 30 Nopember TA Berjalan yang dilegalisir oleh Bank.
• Fotocopy serah terima barang tertanggal antara 1 Januari s/d 30 Nopember TA Berjalan yang dilegalisir oleh Bank.
c) Untuk Pembelian melalui Pembiayaan LKBB
- Fotocopy Perjanjian Pembiayaan yang dilegalisir oleh LKBB
- Fotocopy invoice a/n LKBB atau ITPT ybs per jenis barang tertanggal antara 1 Januari s/d 30 Nopember TA Berjalan yang dilegalisir oleh LKBB
- Fotocopy bukti transfer pembayaran barang tertanggal antara 1 Januari s/d 30 Nopember TA Berjalan yang dilegalisir oleh LKBB
- Untuk mesin impor: Fotocopy Bill of Lading, Packing List, Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dan dokumen impor lainnya tertanggal antara 1 Januari s/d 30 Nopember TA Berjalan yang dilegalisir oleh LKBB
- Untuk mesin yang dibeli di dalam negeri:
• Fotocopy dokumen pengiriman barang tertanggal antara 1 Januari s/d 30 Nopember TA Berjalan yang dilegalisir oleh LKBB.
Lampiran A Peraturan Dirjen ILMTA Nomor : 81/ILMTA/PER/3/2007
• Fotocopy serah terima barang tertanggal antara 1 Januari s/d 30 Nopember TA Berjalan yang dilegalisir oleh LKBB
d) Untuk Pembelian melalui Kredit Supplier Mesin
- Fotocopy Perjanjian Kredit yang dilegalisir oleh Notaris
- Fotocopy bukti transfer pembayaran barang tertanggal antara 1 Januari s/d 30 Nopember TA Berjalan yang dilegalisir oleh Notaris
− Fotocopy dokumen pengiriman barang tertanggal antara 1 Januari s/d 30 Nopember TA Berjalan yang dilegalisir oleh Notaris.
− Fotocopy serah terima barang tertanggal antara 1 Januari s/d 30 Nopember TA Berjalan yang dilegalisir oleh Notaris.
G. NILAI BANTUAN
Besarnya Bantuan Pembelian Mesin/ Peralatan dari Pemerintah c.q. Departemen Perindustrian melalui Program Peningkatan Teknologi Industri TPT adalah 11%
(sebelas persen) dari nilai invoice mesin/ peralatan yang disetujui dalam Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB), tidak termasuk bunga dan biaya administrasi lainnya, dengan bantuan maksimal Rp. 5 Milyar (lima milyar rupiah) per perusahaan per Tahun Anggaran.
H. HAL – HAL YANG DILARANG
Perusahaan Penerima Bantuan Pembelian Mesin/ Peralatan dari Pemerintah c.q.
Departemen Perindustrian melalui Program Peningkatan Teknologi Industri TPT dilarang untuk:
1. Memberikan keterangan palsu/ dokumen palsu / melakukan penipuan dengan tujuan memperoleh dana Bantuan Pembelian Mesin/ Peralatan dari Pemerintah c.q. Departemen Perindustrian
2. Membeli mesin/ peralatan yang tidak sesuai dengan jenis, spesifikasi dan harga yang telah ditetapkan dalam Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB)
3. Mengalihkan kepemilikan/ memindahtangankan kepada pihak lain atas mesin/
peralatan sebagaimana jenis, spesifikasi dan harga yang telah ditetapkan dalam Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB) tanpa persetujuan Pemerintah c.q. Departemen Perindustrian dalam kurun waktu 5 (lima) tahun.
Pengecualian diberikan bila pengalihan kepemilikan dilakukan oleh Bank/
LKBB yang diakibatkan terjadinya wan prestasi (default).
I. SANKSI
Perusahaan Penerima Bantuan Pembelian Mesin/ Peralatan dari Pemerintah c.q.
Departemen Perindustrian melalui Program Peningkatan Teknologi Industri TPT yang melanggar ketentuan Bab II huruf H Petunjuk Teknis ini dikenakan sanksi:
1. Wajib mengembalikan bantuan kepada Kas Negara sesuai dengan perundang- undangan dan peraturan yang berlaku paling lambat 1 (satu) tahun
2. Tidak diizinkan mengikuti seluruh program Deperin pada tahun-tahun berikutnya.
BAB III
PENGORGANISASIAN
A. DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN (DEPERIN)
Program Peningkatan Teknologi Industri TPT dibiayai melalui DIPA Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Departemen Perindustrian. Dalam pelaksanaan program ini, Dirjen Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Menyiapkan konsep dan petunjuk teknis Bantuan Pembelian Mesin/ Peralatan melalui Program Peningkatan Teknologi Industri TPT
2. Menyiapkan dokumen anggaran dan administrasi lainnya yang memungkinkan pencairan bantuan pada waktunya
3. Melaksanakan kerjasama (Memorandum of Understanding) dengan pihak Bank dan LKBB untuk melaksanakan program. Deperin akan melaksanakan kerjasama dengan 10 (sepuluh) besar LKBB menurut rating yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan
4. Mengadakan jasa Lembaga Penilai Independen serta Konsultan Manajemen dan Monitoring sesuai peraturan pengadaan barang/ jasa pemerintah yang berlaku.
5. Melakukan sosialisasi program kepada industri TPT
6. Menerima dan memproses permohonan bantuan dari industri TPT dengan dibantu oleh Lembaga Penilai Independen serta Konsultan Manajemen dan Monitoring
7. Menyetujui permohonan bantuan dari industri TPT dengan ikatan Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB)
8. Menerima dan memproses permohonan pencairan bantuan dari industri TPT yang telah terikat dalam SPPB
9. Menyetujui permohonan pencairan bantuan dari industri TPT dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) kepada KPPN
10. Melakukan supervisi, pengendalian dan evaluasi program
Untuk membantu tugas-tugas tersebut di atas, Departemen Perindustrian akan membentuk Tim Pengarah yang diketuai oleh Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Departemen Perindustrian, serta beranggotakan para pejabat terkait di Departemen Perindustrian, Bappenas, Departemen Keuangan, BKPM, Dinas Provinsi yang menangani Perindustrian, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Industri Engineering (PT. Dirgantara Indonesia-Persero, PT. Pindad-Persero,
& PT. Rekayasa Industri-Persero) dan instansi terkait lainnya. Tugas Tim Pengarah adalah memberikan arahan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program serta menjamin kerjasama lintas instansi sebaik-baiknya.
Untuk membantu tugas Tim Pengarah, Departemen Perindustrian akan membentuk Tim Teknis yang diketuai oleh Direktur Industri Tekstil dan Produk Tekstil Departemen Perindustrian, serta beranggotakan perwakilan dari unsur-unsur pelaksana dari Tim Pengarah. Tugas Tim Teknis adalah memberikan bantuan teknis kelembagaan yang diperlukan Deperin dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Lampiran A Peraturan Dirjen ILMTA Nomor : 81/ILMTA/PER/3/2007
B. KONSULTAN MANAJEMEN DAN MONITORING (KMM)
KMM bertugas membantu Departemen Perindustrian teknis operasional pengelolaan dan pemantauan program serta tugas-tugas lain sesuai dengan perjanjian kerjasama, mencakup:
1. Memeriksa ada tidaknya surat keterangan dari Bank bahwa nasabah yang bersangkutan nasabah lancar. Sedangkan untuk pembelian melalui LKBB, KMM memeriksa apakah LKBB yang diajukan pemohon termasuk LKBB yang tercantum dalam Bab II butir C.2 Petunjuk Teknis ini. Apabila pembelian dilakukan melalui Kredit Supplier Mesin, KMM memeriksa apakah Supplier Mesin tersebut mempunyai legalitas formal di Indonesia.
2. Memeriksa kelengkapan dan validitas syarat administrasi, yang mencakup:
NPWP, Izin Usaha Industri, Akte Perusahaan dan kelengkapan permohonan sebagaimana ketentuan Bab II huruf A dan huruf D Juknis ini
3. Merekomendasikan Deperin untuk menugaskan Lembaga Penilai Independen (LPI) melakukan verifikasi harga dan kelayakan teknologi
4. Menerima tembusan laporan verifikasi LPI yang disertai dengan Daftar Mesin Yang Disetujui dan Harga Yang Layak untuk diberikan bantuan
5. Berdasarkan laporan verifikasi LPI, mengestimasi besarnya bantuan pembelian mesin/ peralatan dan memastikan ketersediaan sisa DIPA.
6. Membuat berita acara rapat Tim Teknis mengenai hasil akhir laporan verifikasi LPI
7. Menyampaikan kepada Deperin hasil verifikasi LPI yang disetujui untuk dapat diberikan bantuan sesuai dengan ketersediaan sisa DIPA
8. Menyiapkan Surat Perjanjian Pemberian Bantuan untuk ditandatangani oleh Deperin dan pemohon
9. Menyelenggarakan akad perjanjian Pemberian Bantuan
10. Menerima Surat Permohonan Pencairan Bantuan Pembelian Mesin dan memeriksa kelengkapan/ validitas lampirannya berdasarkan verifikasi LPI 11. Menyiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk pengajuan pencairan
bantuan ke KPPN
12. Melakukan tugas-tugas lainnya dalam rangka kelancaran program atas instruksi tertulis Deperin, misal apabila diperlukan, KMM dapat ditugaskan oleh Deperin untuk melakukan pemeriksaan ulang atas laporan LPI;
melakukan rekapitulasi laporan progress implementasi program, baik terhadap pelunasan kredit maupun dampak terhadap kemajuan perusahaan.
C. LEMBAGA PENILAI INDEPENDEN (LPI)
LPI bertugas untuk membantu memverifikasi rencana dan realisasi pembelian mesin/ peralatan serta tugas-tugas verifikasi lain sesuai perjanjian kerjasama, mencakup:
1. Verifikasi permohonan bantuan, mencakup:
a. Melakukan review atas Studi Kelayakan Usaha atau Proposal Kelayakan Usaha yang terkait dengan pembelian mesin/peralatan;
b. Melakukan verifikasi harga dengan cek silang kepada berbagai pihak untuk merek, spesifikasi, asal negara dan tahun yang sama;
c. Melakukan kunjungan lapangan untuk mengevaluasi pengaruh pembelian mesin (yang diajukan mendapat bantuan) terhadap peningkatan efisiensi dan/atau produktivitas perusahaan, yaitu dengan cara: membandingkan teknologi yang dipakai saat ini di perusahaan tersebut dengan spesifikasi teknologi pada mesin yang akan dibeli
d. Melaporkan hasil verifikasi kepada Deperin dengan tembusan kepada KMM dan Bank/ LKBB, paling lambat 10 (sepuluh) hari kalender terhitung sejak tanggal penugasan oleh Deperin, sebagai dasar persetujuan bantuan
2. Verifikasi pencairan bantuan, mencakup:
a. Melaksanakan pemeriksaan kebenaran dokumen pembelian mesin/
peralatan
b. Melaporkan persiapan-persiapan di lapangan dalam rangka pemasangan mesin/peralatan pada Deperin
c. Melaporkan hasil verifikasi kepada Deperin dengan tembusan kepada KMM sebagai dasar pencairan bantuan paling lambat 7 (tujuh) hari kalender 3. Verifikasi pasca pemberian bantuan, mencakup:
a. Memeriksa progress pelaksanaan pemasangan mesin/peralatan sampai beroperasi secara komersial pada Deperin.
b. Memeriksa peningkatan teknologi yang berdampak pada peningkatan effisiensi dan produktivitas pada Deperin.
c. Memantau pemanfaatan mesin/ peralatan untuk menghindari terjadinya pelanggaran atas ketentuan Bab II butir H.3
d. Memberikan laporan kepada Deperin berdasarkan hasil kegiatan-kegiatan tersebut di atas pada posisi tanggal 10 Desember 2007.
D. BANK PELAKSANA
Bank Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Bab II butir C.1 menyetujui/menolak memberikan kredit kepada industri TPT dalam rangka pembelian mesin/ peralatan, sesuai prosedur dan ketentuan internal Bank Pelaksana.
Bank Pelaksana membantu Deperin dalam:
1. Memberikan surat keterangan bahwa nasabah yang bersangkutan merupakan nasabah lancar dan sedang mengurus kredit untuk investasi mesin/peralatan IPT.
Lampiran A Peraturan Dirjen ILMTA Nomor : 81/ILMTA/PER/3/2007 2. Melegalisir dokumen-dokumen pembelian mesin/peralatan dan bukti transfer
pembayaran yang diperlukan dalam rangka verifikasi dan pencairan bantuan kepada pemohon.
E. LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK (LKBB)
LKBB sebagaimana dimaksud dalam Bab II butir C.2 bertugas untuk memproses, menyetujui/menolak memberikan pembiayaan kepada industri TPT dalam rangka sewa-beli mesin/ peralatan, sesuai prosedur dan ketentuan internal LKBB. Untuk membantu Deperin melaksanakan tugasnya, LKBB melegalisir dokumen-dokumen sewa-beli mesin/peralatan dan bukti transfer pembayaran yang diperlukan dalam rangka verifikasi dan pencairan.
F. SUPPLIER MESIN
Supplier Mesin sebagaimana dimaksud dalam Bab II butir C.3 bertugas untuk memproses, menyetujui/menolak memberikan kredit kepada industri TPT dalam rangka pembelian mesin/peralatan, sesuai prosedure dan ketentuan internal Supplier Mesin. Untuk membantu Deperin melaksanakan tugasnya, Supplier Mesin dengan menggunakan jasa Notaris melegalisir dokumen-dokumen kredit dan bukti- bukti lain yang diperlukan dalam rangka verifikasi dan pencairan.
BAB IV
MEKANISME PELAKSANAAN
A. TAHAP PERSIAPAN
1. Deperin c.q. Dirjen Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka menerbitkan Petunjuk Teknis sebagai acuan bersama bagi seluruh pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Bantuan Pembelian Mesin/ Peralatan melalui Program Peningkatan Teknologi Industri TPT
2. Untuk kelancaran program bila diperlukan Deperin melaksanakan kerjasama (Memorandum of Understanding) dengan Bank Pelaksana dan LKBB yang akan berpartisipasi dalam Program Peningkatan Teknologi Industri TPT
3. Deperin menetapkan Konsultan Monitoring Manajemen (KMM) dan Lembaga Penilai Independen (LPI) melalui proses pengadaan barang/ jasa sesuai ketentuan yang berlaku
4. Deperin dibantu KMM melakukan sosialisasi program kepada industri TPT nasional melalui berbagai metoda dan media sehingga seluruh industri TPT memperoleh kesempatan yang sama untuk mengikuti program
B. TAHAP PERMOHONAN BANTUAN
1. Industri TPT yang berminat untuk mengikuti program ini dapat mengajukan surat permohonan dengan melampirkan persyaratan ke Deperin c.q. Dirjen Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka. Surat permohonan bantuan agar menggunakan FORM-A terlampir, sedangkan kelengkapan persyaratan permohonan mengacu pada ketentuan Bab II butir D Juknis ini.
2. Deperin dibantu KMM mengadministrasikan permohonan yang sudah lengkap sesuai dengan persyaratan seperti butir 1 di atas untuk berikan nomor urut (register) sesuai dengan tanggal diterimanya kelengkapan permohonan.
Permohonan yang diterima melewati batas waktu penerimaan sebagaimana Bab II butir E akan dikembalikan kepada pemohon dengan jawaban tertulis.
3. Dalam hal pembelian mesin/peralatan dilakukan melalui : a. Bank Pelaksana :
Permohonan bantuan bagi pembelian mesin/ peralatan melalui kredit perbankan sebagaimana dimaksud dalam Bab II butir C.1, Deperin dibantu KMM memeriksa status kolektibilitas pemohon di Bank Pelaksana. Apabila status kolektibilitas pemohon adalah 1 (lancar) maka permohonan dapat diproses lebih lanjut, sedangkan bila tidak maka permohonan dikembalikan secara tertulis dengan saran alternatif untuk menggunakan LKBB.
b. Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)
Dalam hal permohonan bantuan bagi pembelian mesin/peralatan melalui sewa-beli mesin/peralatan melalui LKBB, Deperin dibantu KMM memeriksa apakah pemohon memiliki Surat Keterangan dari LKBB sebagaimana dimaksud dalam Bab II butir C.2.
Lampiran A Peraturan Dirjen ILMTA Nomor : 81/ILMTA/PER/3/2007 c. Kredit Supplier
Pembelian mesin/peralatan melalui kredit Supplier Mesin, Deperin dibantu KMM memeriksa apakah pemohon memiliki Surat Keterangan dari Supplier Mesin, disamping status legalitas formal Supplier Mesin sebagaimana dimaksud dalam Bab II butir C.3.
d. Pembelian Tunai
Pembelian mesin/peralatan dilakukan secara tunai, Deperin dibantu KMM memeriksa apakah pemohon memiliki bukti simpanan/tabungan/deposito selama 3 (tiga) bulan terakhir senilai harga mesin/peralatan yang dilegalisir oleh Notaris.
4. Deperin dibantu KMM memeriksa kelengkapan dan validitas syarat administrasi sebagaimana ketentuan Bab II huruf A dan D Juknis ini dengan senantiasa melihat ketersediaan dana untuk Program Restrukturisasi Permesinan dalam DIPA Tahun Anggaran Berjalan. Permohonan yang persyaratannya tidak lengkap atau tidak valid atau sudah tidak ada alokasi dana dalam DIPA dikembalikan dengan jawaban secara tertulis.
5. Bagi permohonan yang lolos dari proses butir 3 dan 4 di atas, Deperin menugaskan LPI untuk memeriksa apakah mesin/ peralatan yang diajukan untuk mendapat bantuan dari Deperin termasuk yang memenuhi kriteria program sebagaimana ketentuan Bab II huruf B Juknis ini. Permohonan bantuan atas pembelian mesin/ peralatan yang tidak memenuhi ketentuan Bab II huruf B Juknis ini dikembalikan dengan jawaban secara tertulis
6. Bagi permohonan yang lolos dari proses butir 5 di atas, LPI melakukan verifikasi permohonan untuk mengetahui kebenaran spesifikasi mesin, harga mesin dan aspek peningkatan teknologi dengan cara mengunjungi ITPT yang bersangkutan dan melakukan cek silang ke produsen / supplier mesin
7. LPI melaporkan hasil verifikasinya kepada Departemen Perindustrian
8. Departemen Perindustrian menugaskan KMM menyelenggarakan rapat periodik Tim Teknis untuk membahas hasil verifikasi LPI atas proposal ITPT yang bersangkutan guna memutuskan diterima/ditolak proposal yang bersangkutan.
9. Dalam hal Rapat Tim Teknis memutuskan proposal diterima, Departemen Perindustrian menyetujui pemberian bantuan dengan mengadakan perjanjian dengan pemohon yang dituangkan dalam Surat Perjanjian Pemberian Bantuan/SPPB (menggunakan Form-B). Departemen Perindustrian terlebih dahulu memastikan bahwa sisa DIPA masih mencukupi untuk diberikan bantuan kepada pemohon tersebut.
C. TAHAP PEMBELIAN MESIN / PERALATAN
Pembelian Mesin/ Peralatan adalah menjadi tugas pemohon secara penuh.
Pemohon dapat melakukan pembelian dengan cara tunai, melalui kredit perbankan, melalui Kredit Supplier Mesin atau melalui LKBB sebagaimana dimaksud Bab II butir C. Pemohon harus mendapatkan bukti-bukti pembelian atas mesin/ peralatan sesuai SPPB sebagaimana diatur dalam Bab II Butir F, sebagai persyaratan pencairan bantuan.
Mengingat adanya batas waktu yang ditetapkan dalam SPPB, maka pemohon yang melakukan pembelian melalui kredit perbankan atau Kredit Supplier Mesin atau
pembiayaan LKBB dapat melakukan proses permohonan kredit/pembiayaan tersebut secara paralel dengan Tahap Permohonan Bantuan. Dalam hal ini, apabila satu dan lain hal permohonan bantuan kemudian tidak disetujui Deperin, pemohon tidak dapat mengajukan klaim atau gugatan dalam bentuk apapun kepada Deperin.
D. TAHAP PENCAIRAN BANTUAN
1. Industri TPT yang telah disetujui untuk memperoleh bantuan sesuai SPPB dapat mengajukan permohonan pencairan bantuan (menggunakan Form-C) kepada Deperin dengan melampirkan persyaratan sebagaimana diatur Bab II Butir F.
2. Deperin dibantu LPI melakukan verifikasi atas persyaratan permohonan pencairan bantuan untuk memastikan bahwa pemohon telah benar-benar melakukan pembelian mesin/ peralatan sesuai SPPB.
3. Departemen Perindustrian menugaskan KMM menyelenggarakan rapat periodik Tim Teknis untuk membahas hasil verifikasi LPI atas proposal ITPT yang bersangkutan guna memutuskan diterima/ditolak proposal yang bersangkutan.
4. Dalam hal Rapat Tim Teknis memutuskan dapat dicairkan bantuan, Deperin mengajukan Surat Perintah Membayar (SPM) ke KPPN untuk mencairkan bantuan ke rekening pemohon sesuai SPPB
5. Atas SPM tersebut, KPPN menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) ke rekening pemohon
Bagan alir mekanisme pelaksanaan disajikan pada Lampiran-II.
Lampiran A Peraturan Dirjen ILMTA Nomor : 81/ILMTA/PER/3/2007
BAB V
PELAPORAN, PEMANTAUAN DAN EVALUASI
A. PELAPORAN
1. Industri TPT yang telah memperoleh bantuan wajib menyampaikan laporan kemajuan pemasangan dan pemanfaatan mesin/ peralatan setiap 6 (enam) bulan sekali selama 5 (lima) tahun kepada Deperin dengan tembusan kepada KMM. Format pelaporan menggunakan Form-D.
2. LPI menyampaikan laporan hasil penugasannya, yang mencakup laporan verifikasi permohonan bantuan, verifikasi pencairan bantuan dan verifikasi pasca pemberian bantuan, kepada Deperin dengan tembusan kepada KMM.
3. KMM melakukan rekapitulasi dan penyusunan laporan program kepada Deperin, Tim Pengarah dan Tim Teknis untuk berbagai kepentingan program secara bulanan.
B. PEMANTAUAN DAN EVALUASI
1. LPI melakukan pengawasan pemasangan mesin hingga beroperasi secara komersial
2. LPI memantau pemanfaatan mesin/ peralatan untuk menghindari terjadinya pelanggaran atas ketentuan Bab II butir H.3
3. LPI melakukan evaluasi peningkatan teknologi yang berdampak pada peningkatan effisiensi dan produktivitas.
4. KMM melakukan pemantauan dan evaluasi program secara keseluruhan serta menyusun rekomendasi kepada Deperin, Tim Pengarah dan Tim Teknis.
5. Deperin dibantu Tim Pengarah dan Tim Teknis merumuskan kebijakan pengembangan program berdasarkan laporan-laporan dan rekomendasi KMM
LAMPIRAN-1.
Daftar Jenis Mesin / Peralatan Yang Dapat Diberikan Bantuan Pembelian Melalui Program Peningkatan Teknologi Industri TPT
Dengan Tahun Pembuatan Tahun 2002 ke atas
1. Spinning (For cotton & MMF Short Staple)
Blowing machine :
Carding machine, capable of producing sliver 50 kgs/hr or above
Draw Frame machine with delivery speed 500 meter.minute or above
Sliverlap/Ribbonlap, Lapformer with combers speed 240 nips/minute or above
Roving frame, with frame speed 1200 rpm or above
Ring Spinning/Ring Frame with spindle speed 16.000 rpm or above
Open-end rotor with speed 75,000 rpm or above
Other modern spinning system such as Dref, Parafil, Selfil or Airjet
Automatic cone winding machine (auto coner) with operating speed pa1500 meter/minute or above
Cheese winding with Siro cleaner
Two For One twister operating at the speed 8000 rpm or above
Three For One(TFO) twister operating at the speed 5000 rpm or above
Yarn Conditioning Machine
Overhead cleaner for spinning & winding
Device for manufacturing core spun yarn
Parallel winding machine with individual control management and length measuring device
Air compressor 15 H.P. or above
Process control equipment
Direct double yarn twisting attachment at ring frame 2. Spinning (To produce Synthetic filament Yarn)
Crimping machine
Texturizing machine
Twisting machine
Jumbo hank winder
Rewinder/precision cone winder
Micro slitting machine/Roll cutting machine
Fancy yarn twister & doubling machine
Glittering machine/Zinc making machine
Air covering machine
Universal double covering machine
Spandex attachment on circular knitting /texturizing machine
Draw twisting/Draw winding machine.
3. Prepatory Weaving
High speed multi cylinder sizing machine/ zero twist sizing machine
High speed direct beam warper with creel
Warp tying machine
Automatic drawing-in-machine/reaching-in-machine
Fully automatic pirn winding machine
Lampiran A Peraturan Dirjen ILMTA Nomor : 81/ILMTA/PER/3/2007
Hydraulic beam lifting trolly
Computer aided design system
Draw warping & Sizing machine
False twisting-texturizing machine with speed 800 meter/minute or above
Yarn singeing machine
Sectional warping machine with autostop & tension control
Cone dyeing machine
Pirn winding machine
High speed multi-cylinder vertical 4. Weaving
Shuttlees loom, Projectile machine
Shuttlees loom, Rapier machine
Shuttlees loom, Airjet loom
Shuttlees loom, Waterjet loom
Fully automatic Terry towel loom (shuttles)
Corduroy/Velvet automatic loom for cutpile fabric
Canvas loom
Power driven chenille loom
High speed needle loom for tape/belt weaving
Over head cleaner
Computerized label making machine
Fabric embroidery machine
Jacquard and Dobby machine 5. Knitting
High speed circular knitting machine with speed 20 revolution/minute or above.
High speed sock and glove knitting machine
Computerized flat bed knitting machine with speed 11 revolution/minute or above
Warp/Rachel knitting machine
High speed computerized warping machine for knitting
Computerized label making machine
Computerized strap (collar/Cuff) Flat Bed Knitting Machine 6. Non woven
Fibre opening & Blending machine
High speed card with chute feed double doffer
Drying & curing ovens steam and electric heated or oil heated
Winding & cutting machine.
Complete production lines for the production of non woven
Drying cylinder range
Edge glue coating machine
Jacquard machine
Automating packing & inspection machine
Gumming and cutting machine
Grommet fixing machine
Clicking press
Back coating line 7. Finishing
Yarn mercerizing machine
Indigo dyeing range
Fabric singing cum desizing machine
Pressure Kier with automatic liquior circulation
J Box
Automatic open-width continuous scouring and bleaching range with automatic chemical dosing
Vaporloc Machine
Rotary drum washer
Automatic open-width continuous scouring and bleaching range with automatic color chemical dosing
Softflow dyeing machine
Jet dyeing machine (Low liquor ratio of 1:3.5 to 7)
Fully automatic zigger/jumbo zigger
Float Dryer
Ink Jet Printing machine
Automatic flat bed printing machine
Rotary printing machine with automatic color feeding system
Roller steamer
High speed micro-inkjet engraver
Multi chamber stenter or multi cylinder drying range
Sueding/Peach finishing machine
Continous weight reduction machine
Combisoft machine
Form Finisher
Precision flock cutting machine
Sieving machine
Yarn singeing machine
Fabric singeing machine
Shearing/Cropping machine
Thermosoiling range
Transfer printing machine
Polymerising machine
Raising machine
Coating/Laminating/embossing machine
Compressive shrinking range
Dry to dry cleaning machine
Airo machine
Decatising machine
Calendaring machine
Pleating/Creasing/Folding machine
Pinching and flat embossed machine
Crush machine
Dipping unit
Weft strengthener with electronic control
Knit tubular mercerizing
Knit fabric continuous bleaching plant 8. Garment
Single/Multi needle power operated industry lockstitch sewing machine
Blind/ Chain stitching machine
Flat lock/over lock machine
Zigzag flat bed sewing machine
Lampiran A Peraturan Dirjen ILMTA Nomor : 81/ILMTA/PER/3/2007
Button sticht sewing machine
Label/elastic inserting machine
Button hole sewing machine
Zip attaching machine
Bar tacking machine
Hemstitch machine
Pattern maker machine
Power driven cloth cutting machine
Band knife-cutting machine
Pocket creasing and welding machine
Industrial steam iron with vacuum table/ buck press
Boiler for steam press/vacuum press
Fusing press
Collar contour trimmer
Automatic spreading & cutting table
Shoulder pad-attaching machine
Pocket cutting machine
Computerized CAD/CAM/Cutting machine
Round knife cutting machine
Cloth drilling machine
High speed fully fashioned knitting machine
Whole garment making machine for knitting garment
Automatic thread trimming/sucking machine
Shirt folding machine
Quilting machine
Fabric inspection/checking machine
Multi head computerize embroidery machine
Computerised label making machine/ Computerised label printing machine
Button wrapping/ shanking machine
Serta mesin dan peralatan lainnya yang bisa dipertimbangkan dan disetujui oleh Departemen Perindustrian.
LAMPIRAN II
BAGAN MEKANISME PELAKSANAAN SKIM 1 ( POTONGAN HARGA MESIN)
K P P N
DEPERIN
ITPT
LPI
BANK/LKBB MoU
K M M
SPPB5
Permohonan Bantuan
1a
Permohonan Kredit /
sewa-beli 1b
bukti pembelian mesin / peralatan
Laporan Verifikasi 4
Proses Verifikasi 3a
Perintah Verifikasi
2a
Proses Kredit / sewa-beli dan
2b 0
Permohon Pencairan 6
SPM 7
Pembayaran bantuan 8 SP2D
Bantuan Manajemen
LAMPIRAN II
BAGAN MEKANISME PELAKSANAAN SKIM 1 ( POTONGAN HARGA MESIN)
K P P N
DEPERIN
ITPT
LPI
BANK/LKBB MoU
K M M
SPPB5
Permohonan Bantuan
1a
Permohonan Kredit /
sewa-beli 1b
bukti pembelian mesin / peralatan
Laporan Verifikasi 4 Laporan Verifikasi 4
Proses Verifikasi 3a
Perintah Verifikasi Perintah 2a Verifikasi
2a
Proses Kredit / sewa-beli dan Proses 2b Kredit / sewa-beli dan
2b 0
Permohon Pencairan 6
SPM 7
SPM 7
Pembayaran bantuan 8 SP2D
Pembayaran bantuan 8 Pembayaran bantuan 8 SP2D
Bantuan Manajemen
Lampiran A Peraturan Dirjen ILMTA
Nomor : 81/ILMTA/PER/3/2007
FORM-A
KOP SURAT PERUSAHAAN
SURAT PERMOHONAN BANTUAN PEMBELIAN MESIN/PERALATAN ITPT
Nomor : ………..
Kepada Yth.
Dirjen Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Departemen Perindustrian
Jl. Gatot Subroto Kav. 52-53 Lantai 9 JAKARTA SELATAN
Sesuai dengan Program Peningkatan Teknologi Industri TPT Departemen Perindustrian TA 2007, dengan ini kami mengajukan permohonan bantuan pembelian mesin / peralatan ITPT untuk usaha kami sebagai berikut :
Nama Perusahaan : ...
N P W P : ...
Alamat : ...
Kantor : ...
Telp/Fax : ...
Alamat : ...
Pabrik : ...
Telp/Fax : ...
Jenis Industri : ...
No. Ijin Usaha Industri : ...
Nama Direksi yang berwenang : ...
Jabatan (sesuai AD/ART) : ...
Persetujuan Komisaris :
Nama Komisaris : ...
Jabatan sesuai (AD/ART) : ...
Harga mesin / peralatan : ...
Sumber Pembiayaan : Tunai / Kredit Bank / Sewa-Beli LKBB/
Supplier Mesin*)
Nama Bank / LKBB/Supplier Mesin : ...
Alamat Bank / LKBB/Supplier Mesin : ...
Sebagai bahan pertimbangan terlampir kami sampaikan dokumen-dokumen sebagai berikut :
9. Daftar jenis, spesifikasi (RPM, Konsumsi energi, Kapasitas Mesin, Distributor di Indonesia dll) dan harga mesin/peralatan yang dibeli dan dimintakan bantuan pembelian dari Pemerintah
10. Salinan Akta Pendirian Perusahaan dan perubahannya 11. Fotocopy N P W P perusahaan
12. Fotocopy N P W P dan K T P pengurus 13. Fotocopy Ijin Usaha Industri
14. Studi Kelayakan Usaha atau Proposal Kelayakan Usaha beserta surat keterangan dari pemberi kredit (Bank atau LKBB) bahwa mereka menerima studi kelayakan yang sama, atau yang dibuat oleh pihak ketiga independent bagi pembelian yang melalui kredit supplier dan tunai terkait dengan pembelian mesin/ peralatan sebagaimana butir 1 di atas
15. Penjelasan tentang cara pembelian, sumber pembiayaan dan kemajuan proses pembelian dan pembiayaan mesin / peralatan dengan dilampiri bukti-bukti pendukung, yaitu :
a. Kredit Bank, berupa Surat Keterangan dari Bank bahwa nasabah yang bersangkutan merupakan nasabah lancar dan sedang mengurus kredit untuk investasi mesin/peralatan ITPT;
b. LKBB, berupa Surat Keterangan dari LKBB bahwa nasabah yang bersangkutan sedang mengurus kredit sewa-beli mesin/peralatan ITPT;
c. Supplier Mesin, berupa Surat Keterangan dari Supplier Mesin bahwa nasabah yang bersangkutan sedang mengurus kredit pembelian mesin/peralatan ITPT;
d. Tunai, berupa bukti bahwa nasabah memiliki simpanan/tabungan/deposito selama 3 (tiga) bulan terakhir yang dilegalisir oleh Notaris.
Demikianlah permohonan ini diajukan untuk dapat dipertimbangkan dan atas perhatiannya disampaikan terima kasih.
..., 2007
Menyetujui, Pemohon ...,
Komisaris
Meterai Rp. 6000,-
(Nama lengkap) (Nama lengkap)
*) Coret yang tidak perlu
Lampiran A Peraturan Dirjen ILMTA
Nomor : 81/ILMTA/PER/3/2007
FORM-B
SURAT PERJANJIAN PEMBERIAN BANTUAN (SPPB) PEMBELIAN MESIN / PERALATAN INDUSTRI TPT
Nomor :…… /………/…………/…………/
Pada hari ini……… tanggal……… bulan……. Tahun Dua Ribu Tujuh, kami yang bertanda tangan :
I. Nama : Ir. Arryanto Sagala
NIP : 090012251
Jabatan : Pejabat Pembuat Komitmen Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka berdasarkan Keputusan Menperin No 950/M-IND/
Kep/12/2006
Alamat : Jl. Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta Selatan
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Republik Indonesia.
Untuk selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.
II. Nama : ………
Jabatan : ………
Nama Perusahaan : ………
Alamat : ………..Telp………...
Akte Pendirian : Notaris………No……Tanggal………..
No. Rekening : ………...
Bank : ………
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Perusahaan .... Untuk selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
Bahwa berdasarkan :
1.
Undang-Undang No. 18 Tahun 2006 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2007 Lembaran Negara Nomor 94 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 46622.
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor : 27/M-IND/PER/3/2007 tentang Bantuan Dalam Rangka Pembelian Mesin/Peralatan Industri Tekstil dan Produk Tekstil3.
Peraturan Direktur Jenderal ILMTA Deperin Nomor 81/ILMTA/PER/3/2007tentang Petunjuk Teknis Bantuan Pembelian Mesin / Peralatan Industri Tekstil Dan Produk Tekstil