• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KREATIVITAS MATEMATIS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PENCAPAIAN KONSEP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KREATIVITAS MATEMATIS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PENCAPAIAN KONSEP"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 19(1): 52 -59, 2013

52 Universitas Negeri Medan Lembaga Penelitian

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN

KREATIVITAS MATEMATIS SISWA DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL PENCAPAIAN KONSEP

Adi Suarman Situmorang

Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas HKBP Nommensen, Medan

Diterima 29 Nopember 2012, disetujui untuk publikasi 15 Februari 2013

Abstract Tujuan penelitian bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kreativitas matematika siswa yang diajar dengan model pencapaian konsep lebih tinggi dari siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran pencapaian konsep dengan tingkat kemampuan matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan kreativitas matematika siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Medan dengan jumlah sampel sebanyak 80 siswa dari 364 siswa SMA kelas X melalui teknik random sampling, Penelitian ini merupakan suatu studi eksperimen dengan desain penelitian pre-test-post-test control group design. Data diperoleh melalui nilai semester untuk kemampuan awal matematis (KAM), tes kemampuan pemahaman matematis, tes kemampuan kreativitas matematis. Data dianalisis dengan uji ANAVA dua jalur. Hasil analisis data menunjukkan bahwa rata-rata tes kemampuan kreativitas eksperimen dan kontrol adalah 13,3 dan 7,58 dengan p-value (2-tailed) adalah 0, dengan 0 < α = 0,05 maka terdapat perbedaan kemampuan kreativitas matematik siswa yang diajarkan dengan Model Pencapaian Konsep (MPK) dan Pendekatan Pembelajaran Konvensional, nilai signifikan sebesar 0,732, karena 0,732 > 0,05 maka tidak ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap perbedaan kemampuan kreativitas matematik siswa.

. Kata kunci: Model Pencapaian Konsep (MPK), Pemahaman Matematis, Kreativitas .

Pendahuluan

Untuk menghadapi tantangan perkembangan IPTEK dalam era globalisasi saat ini diperlukan sumberdaya yang memiliki ketrampilan tinggi yang melibatkan motivasi, komitmen organisasi, kepuasan pelanggan, saling ketergantungan, kerjasama tim (Poernomo, 2006). Kreativitas merupakan bakat yang secara potensial dimiliki oleh setiap orang yang dapat diidentifikasikan dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat (Kisti, 2012). Sedangakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta; daya cipta pekerjaan yang menghendaki kecerdasan dan imajinasi. Dengan demikian anak yang kreatif cenderung untuk menemukan cara atau ide

baru yang lebih efektif dan mudah untuk dilakukan dalam pemecahan suatu masalah.

Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar lulusan sekolah kurang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan maupun perkembangan teknologi, sulit untuk dilatih kembali, kurang bisa mengembangkan diri dan kurang dalam berkarya artinya tidak memiliki kreativitas (Trianto, 2010). Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa ini disebabkan oleh siswa memiliki pemahaman konsep matematis yang sang rendah sehingga menghambat siswa dalam mengembangkan kreativitasnya (Situmorang, A.S., 2007). Merosotnya pemahaman konsep matematis siswa di kelas karena guru sering langsung memberikan rumus untuk

(2)

Model Pencapaian Konsep

Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 19 Nomor 1 Maret 2013 53 menyelesaikan soal tanpa menekankan konsep

dasar yang dimiliki objek yang dikaji saat memberikan contoh pada siswa, sehingga siswa cenderung menjadi pendengar saja dan menonton guru mengerjakan persoalan matematik sedangkan guru memecahkannya sendiri, selanjutnya pada saat mengajar matematika, guru langsung menjelaskan topik yang akan dipelajari dengan pemberian contoh, dan soal untuk latihan (Antasari dalam Makmur Agus, 2011).

Guru mempunyai peran penting dalam meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga guru perlu waspada dalam menyampaiakan suatu materi pelajaran dan memiliki keterbebanan dalam mendesain suatu model pembelajaran yang dapat membantu guru mengembangkan topik pembelajaran sehingga meningkatkan pemahaman konsep dan kreativitas matematis siswa (Doerr dan Thompson dalam Rajagukguk, 2007). Dalam upaya meningkatkan kreativitas matematis siswa, maka diperlukan berbagai terobosan, baik dalam pengembangan kurikulum, inovasi pembelajaran, dan pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan agar siswa tertarik dan tertantang untuk belajar dalam menemukan konsep dasar suatu ilmu berdasarkan hipotesis sendiri (Rajagukguk, 2007). Proses belajar seperti ini akan menjadikan proses pembelajaran itu terasa berkesan dan bermakna bagi siswa sehingga konsep dasar dari ilmu ini tidak akan cepat hilang. Agar suatu pembelajaran bermakna maka diperlukan sebuah pemahaman konsep agar bisa menghubungkan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain (Dahar, 1996). Salah satu cara yang dapat mendorong siswa untuk belajar secara bermakna adalah dengan penggunaan model pencapaian konsep (Joyce, 2009). Model pencapaian konsep termasuk salah satu jenis model pembelajaran yang dapat mengolah informasi yang bertitik berat pada cara-cara untuk memperkuat dorongan internal siswa dalam memahami ilmu pengetahuan (Sanusi, 2006).

Dalam memahami dan mengembangkan ksuatu konsep diperlukan berpikir induktif karena berpikir induktif dalam aplikasinya

lebih dominan dan konsep pendekatan induktif sesuai dengan konsep metode ilmiah (Sulistiani, 2010). Pembelajaran matematika secara induktif dimulai dari contoh-contoh yang dibagi menjadi tiga fase yaitu: 1) Pembelajaran konsep, dimana kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasi data dan aplikasi prinsip; 2) Pembentukan konsep merupakan proses berpikir yang kompleks yang mencakup membandingkan menganalisa dan mengklasifikasikan dan penalaran induktif serta hasil dari sebuah pemahaman. Hal ini sesuai dengan fase-fase pembelajaran yang dimiliki oleh model pembelajaran berpikir induktif, dimana telah diutarakan di atas bahwa pembelajaran matematika secara induktif dimulai dari contoh-contoh yang dibagi menjadi tiga fase yaitu: 1) Pembelajaran konsep, dimana kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasi data dan aplikasi prinsip; 2) Pembentukan konsep merupakan proses berpikir yang kompleks yang mencakup membandingkan; 3) menganalisa dan mengklasifikasikan penalaran induktif serta hasil dari sebuah pemahaman (Joyce, 2011). Dalam model pencapaian konsep diketahui bahwa dalam proses berpikir sang anak atau peserta didik memiliki tingkat-tingkat pencapaian konsep agar dapat mencapai tingkat pemahaman yang sempurna yaitu tingkat konkrit, tingkat identitas, tingkat klasifikator, dan tingkat formal. Menurut teori Ausubel, individu memperoleh konsep melalui dua cara, yaitu : melalui formasi konsep dan asimilasi konsep. Formasi konsep menyangkut cara materi atau informasi diterima peserta didik. Formasi konsep diperoleh individu sebelum ia masuk sekolah, karena proses perkembangan konsep yang diperoleh semasa kecil termodifikasi oleh pengalaman sepanjang perkembangan individu. Formasi konsep merupakan proses pembentukan konsep secara induktif dan merupakan suatu bentuk belajar menemukan (discovery learning) melalui proses diskriminatif, abstraktif dan diferensiasi. Contoh pemerolehan konsep pada anak adalah ketika anak melihat benda atau orang yang ada di lingkungan terdekatnya.

(3)

54 Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 19 Nomor 1 Maret 2013 Misalnya, pada saat seorang anak yang baru

berumur 2 tahun memanggil Bapak dan Ibunya pertama kali karena setiap hari Bapak dan Ibunya selalu bersama-sama anak tersebut. Anak menyebut diri yang memandikan dan meninabobokkan saat tidur adalah Ibu dan menggendong serta mengajaknya bermain adalah Bapak. Asimilasi konsep menyangkut cara bagaimana peserta didik dapat mengaitkan informasi atau materi pelajaran dengan struktur kognitif yang telah ada. Asimilasi konsep terjadi setelah anak mulai memasuki bangku sekolah. Asimilasi konsep ini terjadi secara deduktif. Biasanya anak diberi atribut sehingga mereka belajar konseptual, misalnya atribut dari gajah adalah hewan dan belalai. Dengan demikian anak dapat membedakan antara konsep gajah dengan hewan-hewan lain.

Indikator kreativitas yang akan dikaji dalam penelitian ini untuk menyatakan siswa kreatif apabila memenuhi tiga hal, yaitu: 1) Fluency (kelancaran), indikator yang akan diukur pada tingkat fluency ini adalah siswa telah mampu mencetuskan banyak, gagasan, jawaban, penyelesaian dari masalah atau pertanyaan, siswa mampu memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, siswa mampu mengaitkan sejumlah kategori yang berbeda dari pernyataan yang dihasilkan; 2) Flexibility (keluwesan), apabila siswa telah menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, siswa dapat melihat masalah dari susdut pandang yang berbeda-beda, siswa dapat mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, siswa mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran; 3) Originality (kebaruan), indikator yang akan diukur pada tingkat originality ini adalah:

siswa mampu memperkaya dan

mengembangkan sesuatu gagasan atau produk, dapat menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga lebih menarik; 4) Elaborasi (kejelasan), indikator yang diukur pada tingkat ini adalah mampu mengungkapkan yang baru dan yang unik, memikirkan cara yang lain dari biasanya, dan

mampu mengkombinasikan cara yang lain tersebut sebagai unsur penyelesaian. Penelitian ini untuk mengetahui peningkatan kemampuan kreativitas matematika siswa yang diajarkan dengan model pencapaian konsep. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran pencapaian konsep dengan tingkat kemampuan matematika terhadap peningkatan kemampuan kreativitas matematika siswa.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan model penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen dalam bentuk kuasi eksperimen. Metode quasi eksperimen adalah desain yang mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA N.5 yang terdiri dari 7 kelas, dan 2 kelas diambil sebagai sampel. Satu kelas sebagai kelas eksperimen untuk pembelajaran menggunakan model pencapaian konsep, dan satu kelas sebagai kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

Penelitian dilaksanaan 4 kali pertemuan (8 jam pelajaran = 8 x 40 menit). Adapun desain yang dipilih adalah dengan rancangan kelompok pretes-postes kontrol (pretes postest control group design). Gambaran umum mengenai desain penelitian adalah sebagai berikut:

Kelompok Pretest Treatment Postest

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O1 Y O2

X : Pembelajaran dengan model pencapaian konsep (MPK)

Y: Pembelajaran Konvensional

Berkaitan dengan tujuan penelitian, data tentang peningkatan dan interaksi untuk pemahaman matematis dan kreativitas dianalisis dengan statistik inferensial. Data nilai gain yang diperoleh dari skor kemampuan pemahaman matematika dan kemampuan kreativitas matematika

(4)

Model Pencapaian Konsep

Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 19 Nomor 1 Maret 2013 55 dikelompokkan menurut Model Pencapaian

Konsep dan pembelajaran model pembelajaran biasa. Untuk selanjutnya pengolahan data diawali dengan menguji persyaratan statistik yang diperlukan sebagai dasar dalam pengujian hipotesis antara lain uji normalitas dan homogenitas, selanjutnya dilakukan ANOVA 2 jalur untuk menguji hipotesis yang disesuaikan dengan permasalahannya. Seluruh perhitungan statistik menggunakan bantuan komputer yakni program SPSS 17.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

ANOVA dua jalur kemampuan

pemahaman matematis. Hipotesis statistik yang akan diuji adalah.

H0 : μ1 = μ2

H1 : μ1 > μ2

μ1 = Peningkatan kemampuan

kreativitas matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran model pencapaian konsep

μ1 = Peningkatan kemampuan

kreativitas matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional

Secara Deskriptif Hasil perhitungan dari uji signifikansi peningkatan MPK kedua kelompok pembelajaran dengan menggunakan uji-t tunggal dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Uji signifikansi peningkatan kemampuan kreativitas matematis siswa untuk kelompok MPK dan kelompok Konvensional.

Indikator Pembelajaran N

x

t dk Sig. H0

Fluensi MPK 40 0,6806 34,518 39 0,00 Ditolak Konvensional 40 0,2645 22,399 Fleksibilitas MPK 40 0,6806 34,518 39 0,00 Ditolak Konvensional 40 0,2645 22,399 Elaborasi MPK 40 0,6806 34,518 39 0,00 Ditolak Konvensional 40 0,2645 22,399 Originalitas MPK 40 0,6806 34,518 39 0,00 Ditolak Konvensional 40 0,2645 22,399 Komulatif Kreativitas MPK 40 0,6806 34,518 39 0,00 Ditolak Konvensional 40 0,2645 22,399

(5)

56 Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 19 Nomor 1 Maret 2013 Dari Tabel 1. di atas terlihat bahwa hasil

perhitungan nilai t untuk semua indikator kreativitas matematis untuk MPK berturut-turut adalah (34,518, 34,518, 34,518, 34,518, 34,518) dan konvensional untuk masing-masing indikator adalah (22,399, 22,399, 22,399, 22,399, 22,399). Dari Tabel 2. juga terlihat perbedaaan rata-rata peningkatan kemampuan Kreativitas matematis, dimana nilai rata-rata peningkatan Kreativitas matematis untuk masing-masing indikator kelas pembelajaran MPK adalah (0,6806, 0,6806, 0,6806, 0,6806) lebih besar dari rata-rata peningkatan kreativitas matematis untuk masing-masing indikator kelas pembelajaran konvensional (0,2645, 0,2645, 0,2645, 0,2645), sehingga kalau dihitung selisih perbedaannya untuk masing-masing indikator dan kumulatif kemampuan kreativitas matematis adalah (0,3292, 0,3292, 0,3292, 0,3292). Sekarang makin jelas terlihat bahwa nilai significant (sig) untuk semua indikator kreativitas matematis dan kumulatif kreativitas matematis lebih kecil dari nilai = 0,05 dan juga diperoleh bahwa nilai μ1 > μ2, hal ini menunjukkan bahwa H0

ditolak yang berarti bahwa ada peningkatan kemampuan kreativitas matematis berdasarkan pembelajaran MPK, konvensional dan secara keseluruhan.

Dari segi ketuntasan atau siswa yang mencapai skor 70% atau lebih ditemukan bahwa siswa yang memperoleh pembelajaran MPK ada sebesar 63% (25 orang dari 40 orang) untuk indikator fluensi, 63% (25 orang dari 40 orang) untuk indikator fleksibilitas, 63% (25 orang dari 40 orang) untuk indikator elaborasi, 63% (25 orang dari 40 orang) untuk indikator originalitas dan 63% (25 orang dari 40 orang) untuk kumulatif indikator. Hal ini

lebih banyak daripada pembelajaran biasa sebesar 15% (6 orang dari 40 orang) untuk indikator fluensi, 15% (6 orang dari 40 orang) untuk indikator fleksibilitas, 15% (6 orang dari 40 orang) untuk indikator elaborasi, 15% (6 orang dari 40 orang) untuk indikato originalitas dan 15% (6 orang dari 40 orang) untuk kumulatif indikator. Hal ini menunjukkan bahwa model pencapaian konsep dan pembelajaran biasa belum efektif untuk digunakan walaupun ketuntasan belajar dengan menggunakan model pencapaian konsep (MPK) lebih tinggi dibanding dengan ketuntasan dengan pembelajaran biasa, sehingga perlu dikaji kembali penyebab ketidak efektifan ini untuk peneliti selanjutnya.

Analisis Interaksi Antara Faktor Pembelajaran dan KAM Siswa Terhadap Kreativitas Matematis. Adapun hipotesis H0 yang akan diuji adalah sebagai berikut:

H0: µpp x KAM (kreativitas matematis) = 0

Ha: µpp x KAM (kreativitas matematis) ≠ 0

Keterangan:

H0 : µpp x KAM adalah interaksi antara

proses pembelajaran dengan KAM terhadap kemampuan kreativitas matematis. Kriteria pengujian adalah jika nilai sig. > 0,05, H0 diterima, artinya tidak

terdapat interaksi antara model pembelajaran (MPK,PK) dengan KAM (Tinggi, Sedang, Rendah) terhadap kemampuan kreativitas matematis. Jika nilai sig. < 0,05, H0 ditolak artinya terdapat

interaksi antara model pembelajaran (MPK,PK) dengan KAM (Tinggi, Sedang, Rendah) terhadap kemampuan kreativitas matematis.

(6)

Model Pencapaian Konsep

Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 19 Nomor 1 Maret 2013 57 Tabel 2. Anova Dua Jalur Kumulatif Kemampuan Kreativitas Matematis

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Gen_Berpikir Kreatif Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 1.958a 5 .392 174.697 .000 Intercept 17.049 1 17.049 7605.122 .000 KAM .400 2 .200 89.150 .000 Model 1.201 1 1.201 535.647 .000 KAM * Model .001 2 .001 .258 .773 Error .166 74 .002 Total 23.662 80 Corrected Total 2.124 79

a. R Squared = ,922 (Adjusted R Squared = ,917)

Dari Tabel 2. di atas dapat dilihat

bahwa nilai significance (sig.) untuk

level kelas yaitu 0,773 lebih besar dari

0,05 yang berarti H

0

diterima. Dengan

kata lain dapat dikatakan bahwa, tidak

terdapat interaksi yang signifikan antara

model pembelajaran dengan tingkat

kemampuan matematika siswa terhadap

peningkatan kemampuan

kreativitas

matematis siswa. Secara grafik dapat

dilihat seperti pada gambar 2 berikut.

(7)

58 Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 19 Nomor 1 Maret 2013 Berdasarkan Gambar 2 di atas terlihat

bahwa tidak ada interaksi antara pembelajaran dengan KAM (tinggi, sedang dan rendah) terhadap peningkatan kumulatif indikator kemampuan kreativitas matematis siswa indikator originalitas. Dari rata-rata gain ternormalisasi terlihat bahwa kemampuan kreativitas matematis siswa yang menggunakan MPK yaitu : kemampuan tinggi (0,566), kemampuan sedang (0,667) dan kemampuan rendah (0,794) lebih besar jika dibandingkan dengan siswa yang menggunakan PK yaitu, kemampuan tinggi (0,283), kemampuan sedang (0,394) dan kemampuan rendah (0,50). Selanjutnya, selisih rata-rata gain kemampuan pemahaman matematis antara siswa yang diberi MPK (KKA) dan PK (KKB) berturut-turut untuk siswa berkemampuan tinggi sebesar 0,3925, kemampuan sedang sebesar 0,4174 dan kemampuan tinggi sebesar 0,4413.

Berdasarkan selisih rata-rata tersebut, tampak siswa dengan kategori KAM rendah mendapat “ keuntungan lebih besar” yaitu dengan selisih skor 0,4413 sementara itu selisih skor untuk siswa berkategori KAM sedang 0,4174 dan berkategori KAM sedang 0,3925. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat peningkatan secara bersamaan yang disumbangkan oleh pembelajaran dan KAM terhadap kemampuan kreativitas matematis siswa indikator. Dengan melihat selisihnya, ternyata dengan menggunakan MPK sangat berpengaruh terhadap peningkatan kumulatif indikator kemampuan kreativitas matematis siswa.

Simpulan dan Saran

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan : Peningkatan kreativitas matematis siswa yang diajarkan dengan Model Pencapaian Konsep (MPK) lebih baik dari pada peningkatan kreativitas matematis yang diajarkan dengan Pembelajaran Konvensional (PK). Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran (MPK) dan (PK) dan kemampuan awal matematika siswa (tinggi, sedang dan rendah) terhadap

kemampuan kreativitas matematis. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa interaksi pembelajaran dengan menggunakan MPK sangat mempengaruhi peningkatan kemampuan kreativitas matematis siswa untuk kategori rendah.

Penelitian mengenai penerapan pembelajaran dengan Pendekatan MPK ini, masih merupakan langkah awal dari upaya meningkatkan kompetensi dari guru, maupun kompetensi siswa.

Oleh karena itu hendaknya model pembelajaran ini terus dikembangkan di lapangan sehingga siswa terlatih dalam membangun konsep dasar matematis

untuk dapat mengembangkan

kemampuan kreativitas matematisnya, sehingga dapat mampu menyelesaikan permasalahan matematis. Peran guru sebagai fasilitator perlu didukung oleh sejumlah kemampuan antara lain kemampuan memandu diskusi di kelas, serta kemampuan dalam menyimpulkan. Di samping itu kemampuan menguasai bahan ajar sebagai syarat mutlak yang harus dimiliki guru. Untuk menunjang keberhasilan implementasi pendekatan MPK diperlukan bahan ajar yang lebih menarik dirancang berdasarkan proses belajar induktif dan bermakna sehingga pembelajaran terasa bermakna dan tidak membosankan. Pembelajaran dengan model pembelajaran (MPK), masih sangat asing bagi guru dan siswa terutama pada guru dan siswa di daerah, oleh karena itu perlu disosialisasikan oleh sekolah dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa, khususnya meningkatkan kemampuan kreativitas matematis siswa yang tentunya akan berimplikasi pada meningkatnya prestasi siswa dalam penguasaan materi matematika.

Daftar Pustaka

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: P2LPTK.

Joyce, Bruce. (2009). Models Of Teaching (Model-Model Pengajaran), Yokyakarta: Pustaka Pelajar

(8)

Model Pencapaian Konsep

Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 19 Nomor 1 Maret 2013 59 Kisti, H. H. (2012). Hubungan Antara Self

Efficacy dengan Kreativitas Pada Siswa SMK. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental: Surabaya 1(2): (52– 58).

Makmur, Agus. (2011). Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kreativitas Siswa SMP Dengan Menerapkan Model Pencapaian Konsep. Thesis tidak diterbitkan, Medan: PPS-UNIMED. Poernomo, Eddy. (2006). Pengaruh Kreativitas

dan Kerjasama Tim Terhadap Kinerja Manajer pada PT. Jesslyn K Cakes Indonesia Cabang Surabaya. Surabaya: Jurnal Ilmu-Ilmu Ekonomi, 1(2), (102-108).

Rajagukguk, W., dkk. (2007). Inovasi Pembelajaran Matematika Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP. Medan: Penelitian Hibah Bersaiang UNIMED.

Sanusi, (2006), Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Mengajarkan persamaan kuadrat di Kelas I SMA/MA, INFINITY Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung. Bandung: 1(1): (1– 125).

Situmorang, A.S. (2006). Penggunaan Media Pendidikan Pada Pengajaran Matematika Di Sekolah Menengah. Medan: Jurnala Pendidikan Matematika dan sains FMIP-Unimed 1(3), (97-102).

Sulistyani, (2010). Pendekatan Induktif dalam Pembelajaran Kimia Beracuan Konstruktivisme untuk Membentuk Pemikiran Kritis, Kreatif, dan Berkarakter. Yokyakarta: Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia UNY 2010 ISBN: 978-979-98117-7-6. Trianto, (2010). Mendesain Model Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Widiastuti (2011: 76) berpendapat, kekuatan otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan satu kali kontraksi secara maksimal melawan tahanan

Dengan demikian kegiatan pemantauan ini diharapkan dapat memberi kontribusi sebagai bagian data rona awal yang meliputi kegiatan monitoring dan pengumpulan data khususnya

Proses penanganan dan penyimpanan tomat yang salah juga akan menyebabkan terjadinya kerusakan, baik secara fisik, kimia, dan mikrobiologi terhadap tomat

Pada tahun yang sama, terjadi penarikan dana pihak ketiga US $ bank konvensional dalam jumlah besar sehingga mengakibatkan terapresiasinya mata uang ini terhadap nilai tukar mata

Suatu kewajiban bagi setiap perusahaan untuk membangun lingkungan kerja yang menyenangkan agar setiap orang yang bekerja pada instansi atau perusahaan tersebut mencintai

Adanya desain user interface aplikasi mobile ini diharapkan dapat menyampaikan informasi kualitas jasa yang dimiliki oleh UMKM tour dan travel dapat kepada

Jenis kegiatan yang pemanfaatannya diberhentikan/dilarang (X) pada subzona perdagangan dan jasa deret yaitu berupa kegiatan perumahan berupa rumah susun sedang dan

Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua dan menganalisis untuk membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran dengan metode belajar kelompok