-PERANAN PUPUK MINERAL PLUS UNTUK
PENINGKATAN PRODUKSI DAN MUTU BUNGA TANAMAN
GUMITIR (Tagetes erecta L) PADA TANAH INCEPTISOL
SANUR
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Oleh
DOMI LISKA KAROLINA S NIM. 1205105028
KONSENTRASI ILMU TANAH DAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Saya bersedia dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam aturan yang berlaku apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri atau mengandung tindakan plagiarism.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Denpasar, 20 April 2016 Yang menyatakan,
ABSTRACT
Domi Liska Karolina S. NIM 1205105028 Role of Mineral Fertilizer Plus For Improved Crop Production and Quality Flowers Gumitir (Tagetes erecta L) at Soil Inceptisol Sanur. Supervisor I: Prof. Dr. Ir. I Nengah Netera Subadiyasa, MS. and Supervisor II: Prof. Dr. Ir. Indayati Lanya, MS.
This study, entitled "The Role of Mineral Fertilizer Plus For Improved Crop Production and Quality Flowers Gumitir (Tagetes erecta L) at Sanur Inceptisol Soil". Test production and quality gumitir interest in the lowlands, Gardens Sunrise. Using a randomized block design (RBD) with seven fertilization treatment and three replications with the number of plots 21, consisting of: P0 = Control, P1 = Organic materials (BO), P2 = fertilizer minerals (PM), P3 = Chemical fertilizers (PK), P4 = ½ dose of fertilizer combination (BO + PK), P5 = ½ dose of fertilizer combination (PM + PK), P6 = ½ dose of fertilizer combination (BO + PM + PK). Observation of the production and quality of interest until the age of 110 days. Statistical test by analysis of variance was significantly different when followed by Duncan's test with a confidence level of 95% using Costat program.
The role of mineral fertilizers is very real increase flower production gumitir, the highest 61.06 tonnes ha-1 in treatment P6 (up 155.90%), followed by P5 52.86 tonnes ha-1 (up 121.54%), P4 48.06 tonnes ha-1, (an increase of 101.42%) P3 44.42 tonnes ha-1 (up 86.16%) P2 41.72 tonnes ha-1 (up 74.85%) P1 34.72 tonnes ha-1 (increased by 45, 51%) of the control 23.86 tonnes ha-1. Quality of the highest interest was shown in the treatment of mineral fertilizers and combinations thereof, followed by chemical fertilizer, mineral fertilizers and organic fertilizers lows.
ABSTRAK
Domi Liska Karolina S. NIM 1205105028 Peranan Pupuk Mineral Plus Untuk Peningkatan Produksi dan Mutu Bunga Tanaman Gumitir (Tagetes erecta L) pada Tanah Inceptisol Sanur. Pembimbing I : Prof. Dr. Ir. I Nengah Netera Subadiyasa, MS. dan Pembimbing II: Prof. Dr. Ir. Indayati Lanya, MS.
Penelitian ini berjudul “Peranan Pupuk Mineral Plus Untuk Peningkatan Produksi dan Mutu Bunga Tanaman Gumitir (Tagetes erecta L) pada Tanah Inceptisol Sanur”. Uji produksi dan mutu bunga gumitir di dataran rendah, Kebun Matahari Terbit. Menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tujuh perlakuan pemupukan dan tiga ulangan dengan jumlah petakan 21 yang terdiri dari: P0 = Kontrol, P1 = Bahan organik (BO), P2 = Pupuk mineral (PM), P3 = Pupuk kimia (PK), P4 = Kombinasi pupuk ½ dosis (BO + PK), P5 = Kombinasi pupuk ½ dosis (PM + PK), P6 = Kombinasi pupuk ½ dosis (BO + PM + PK). Pengamatan produksi dan mutu bunga sampai umur 110 hari. Uji statistik dengan analisis sidik ragam bila berbeda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan’s dengan tingkat kepercayaan 95% menggunakan program Costat.
Peranan pemupukan mineral sangat nyata meningkatkan produksi bunga gumitir, tertinggi 61,06 ton ha-1 pada perlakuan P6 (meningkat 155,90%), diikuti P5 52,86 ton ha-1 (meningkat 121,54%), P4 48,06 ton ha-1, (meningkat 101,42%) P3 44,42 ton ha-1, (meningkat 86,16%) P2 41,72 ton ha-1, (meningkat 74,85%) P1 34,72 ton ha-1 (meningkat 45,51%) dari kontrol 23,86 ton ha-1. Mutu bunga tertinggi ditunjukkan pada perlakuan pupuk mineral dan kombinasinya, diikuti oleh pemupukan kimia, pupuk mineral dan terendah pupuk organik.
RINGKASAN
Inceptisol adalah tanah muda dan mulai berkembang, profil pembentukannya agak lambat. Tanah inceptisol memiliki lapisan solum tanah yang tebal sampai sangat tebal yaitu dari 1,3 – 5 meter. Tekstur seluruh solum ini umumnya liat, struktur remah dan konsistensi adalah gembur. Tanah inceptisol mempunyai daya menahan air cukup baik dan agak tahan terhadap erosi. Warnanya merah coklat sampai kekuning-kuningan. Kandungan unsur hara pada tanah dapat diketahui dengan melihat warnanya, semakin merah biasanya semakin miskin. Pada umumnya kandungan hara tanah ini rendah. Inceptisol merupakan salah satu ordo tanah yang penyebarannya cukup luas di Indonesia.
Masyarakat Bali yang beragama Hindu, bunga merupakan sarana ritual yang sangat penting. Bahkan dapat dikatakan, bunga merupakan sarana persembahan pokok bagi umat Hindu. Bunga merupakan sarana upacara untuk keperluan agama dan adat. Selain itu, bunga digunakan untuk keperluan pariwisata yang salah satunya adalah bunga gumitir.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2015 sampai dengan September 2015, yang yang berlangsung di Kebun Matahari Terbit Sanur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk mineral plus terhadap produksi bunga tanaman gumitir yaitu tinggi tanaman, jumlah batang, jumlah bunga, berat bunga per petak, dan mutu bunga tanaman gumitir yaitu warna, kadar air, diameter bunga, dan daya simpan.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tujuh perlakuan, dan tiga ulangan dengan jumlah petakan 21 dengan ukuran petak 5m x 1m = 5 m2
yang terdiri dari :
P0 = Kontrol (tanpa penambahan pupuk)
P1 = Bahan organik (BO) 10 ton ha-1 = 1 kg/m2 atau 5 kg/petak P2 = Pupuk mineral (PM) 10 ton ha-1 = 1 kg/m2 atau 5 kg /petak
P4 = Kombinasi pupuk ½ dosis (BO + PK) = 2,5 kg BO/petak + 50 gram urea/petak + 50 gram NPK/petak
P5 = Kombinasi pupuk ½ dosis (PM + PK) = 2,5 kg PM/petak + 50 gram urea/petak + 50 gram NPK/ petak
P6 = Kombinasi pupuk ½ dosis (BO + PM + PK) = 2,5 kg BO/petak + 2,5 kg PM/petak + 50 gram urea/petak + 50 gram NPK/petak
Pemupukan berpengaruh sangat nyata meningkatkan produksi dan mutu bunga gumitir. Perlakuan pemupukan P6 = ½ dosis (pupuk organik + pupuk mineral + pupuk kimia) menunjukkan hasil produksi tertinggi (61,06 ton ha-1) meningkat sebesar 155,90% dan mutu terbaik mempunyai daya simpan (8,54 hari) meningkat sebesar 47,49%. Produksi terendah didapat pada perlakuan P1 (pupuk organik) (34,72 ton ha-1) meningkat sebesar 45,51%. Hal ini disebabkan kandungan hara rendah. Pemupukan P6 mengandung unsur hara (N, P, K, Ca, Mg dan kandungan hara pupuk organik) lebih lengkap dibanding dengan perlakuan lainnya. Penambahan Ca dan Mg pada pupuk kimia dan organik dapat meningkatkan produksi dan mutu bunga gumitir.
PERANAN PUPUK MINERAL PLUS UNTUK PENINGKATAN
PRODUKSI DAN MUTU BUNGA TANAMAN GUMITIR
(Tagetes erecta L) PADA TANAH INCEPTISOL SANUR
DOMI LISKA KAROLINA S NIM. 1205105028
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. I Nengah Netera Subadiyasa ,M.S Prof. Dr. Ir. Indayati Lanya,M . S NIP 19480704 197503 1 002 NIP. 19540908 198011 2 002
Mengesahkan, Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Udayana
Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, M.S. NIP. 19630515 1988 1 001
PERANAN PUPUK MINERAL PLUS UNTUK PENINGKATAN
PRODUKSI DAN MUTU BUNGA TANAMAN GUMITIR
(Tagetes erecta L) PADA TANAH INCEPTISOL SANUR
dipersiapkan dan diajukan oleh Domi Liska Karolina S
NIM. 1205105028
telah diuji dan dinilai oleh Tim Penguji pada tanggal 20 April 2016
Berdasarkan SK Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana No : 67 /UN14.1.23/DL/2016
Tanggal : 20 April 2016 Tim Penguji Skripsi adalah:
Ketua: Ir. Anak Agung Nyoman Supadma, M.P Anggota:
RIWAYAT HIDUP
Domi Liska Karolina S lahir di PTP VIII Kebun Sibosur, Kecamatan Parsoburan, Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara pada tanggal 17 Maret 1994. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Sutriyantono Sirait dan Remsinah Damanik. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN. 178302 PTP VIII Kecamatan Parsoburan, Kabupaten Toba Samosir pada tahun 2000-2006, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Pematang Siantar pada tahun 2006-2009, pendidikan menengah atas di SMA Teladan Pematang Siantar pada tahun 2009-2012. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di program studi Agroekoteknologi, Konsentrasi Ilmu Tanah dan Lingkungan, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana pada tahun 2012 melalui jalur SNMPTN Tulis.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul “Peranan Pupuk Mineral Plus Untuk Peningkatan Produksi dan Mutu Bunga Tanaman Gumitir ( Tagetes erecta L) pada Tanah Inceptisol Sanur”.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, MS., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
2. Prof. Dr. Ir. I Made Sudarma, MS., Selaku ketua Jurusan/ Program Studi Agroekoteknologi yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun proposal penelitian ini.
3. Prof. Dr. Ir. Nengah Netera Subadiyasa,MS. Selaku dosen Pembimbing I yang telah mendampingi, membimbing, semangat serta memberikan masukan dan saran kepada penulis sepanjang penulisan skripsi pnelitian ini.
4. Prof. Dr. Ir. Indayati Lanya, MS. Selaku pembimbing II atas nasehat dan kesabaran dalam membimbing serta meluangkan waktu untuk memberikan masukan-masukan serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini.
5. Ir. I Nyoman Dibia, M.Si., dan Ir. I Wayan Dana Atmaja, MP selaku moderator yang bersedia dan senantiasa selalu memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dalam penulisan skripsi penelitian ini.
7. Dr. Ir. Wayan Diara,MS. Selaku pembimbing akademis yang banyak memberikan dukungan, saran dan pendapat selama penulis menjadi mahasiswa.
8. Ir. I Dewa Made Arthagama, MP, Drs. R. Suyarto, M.Si, Ir. I Wayan Narka, MS, Ir. Ketut Dharma Susila, MS., Ir. Agustina Tangkatesik, dan Ni Wayan Sri Sutari, SP., M.Si., dan seluruh dosen di Fakultas Pertanian yang selalu setia senantiasa memberikan semangat selama penulisan skripsi ini.
9. Orang Tua saya tercinta Bapak Sutriyantono Sirait dan Ibu Remsinah Damanik terima kasih atas dorongan moral, bantuan material, kasih saying, dan doa yang tak henti-hentinya, yang diberikan sehingga studi penulis dapat terselesaikan dengan baik.
10. Kakak saya Devi Barbara Anasaka Sirait, Kevin Wisnu Hangoluan Sirait, dan Adik saya Ardust Dian Libels Gustaref Sirait, terima kasih banyak atas dukungan dan doanya yang tak henti-hentinya.
11. Saudara, sahabat, teman Se-Kost Butir Octa Fransisca Sitorus, Maya Sari, Dharma Yanti, I Kadek Purnawirawan yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan, motivasi dan masukan dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini.
12. Sahabat, teman Vani, Ika, Irnawati, Ari, Ana, Ani, Octha Ubud yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan, motivasi dan masukan dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini.
13. Teman teman Tanah dan Lingkungan 2012 Ayu Padma, Charles, Rini, Eka, Frenca, Edo, Juwita, Yoga, Sherlita, Echa, Jeri yang memberikan motivasi kepada penulis sehingga skripsi penelitian ini dapat selesai.
15. Juga semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
1. Tanaman Gumitir (Tagetes erecta L)... 6
2. Peranan Pupuk Mineral terhadap Tanah dan Tanaman... 8
3. Peranan NPK terhadap Tanah dan Tanaman... 12
3.1.Nitrogen... 12
3.2.Fosfor... 13
3.3.Kalium... 15
4. Peranan Bahan Organik terhadap Tanah dan Tanaman... 16
III. BAHAN DAN METODE... 18
1.3. Korelasi Produksi dan Mutu Bunga Tanaman Gumitir... 30
1.4. Efek Sisa Pengaruh Pemupukan terhadap Sifat Kimia Tanah. . 32
2. Pembahasan... 33
2.1. Produksi... 34
2.2. Mutu... 38
2.3. Korelasi Antar Berbagai Parameter Produksi dan Mutu... 40
2.4. Efek Sisa Kandungan Hara Tanah... 40
1... Kesi
mpulan... 44
2... Saran
44
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1. Signifikansi Pengaruh Pemupukan terhadap Produksi Mutu, efek sisa
26
2. Pengaruh Pemupukan terhadap Produksi... 27
3. Persentase Peningkatan Produksi... 28
4. Pengaruh pemupukan terhadap Mutu... 29
5. Persentase Peningkatan Mutu... 30
6. Korelasi Produksi dan Mutu Bunga Gumitir... 31
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Denah percobaan di lapangan... 21
1. Grafik Pengaruh Pemupukan terhadap Produksi... 27
2. Grafik Persentase Peningkatan Produksi... 28
3. Grafik Pengaruh pemupukan terhadap Mutu... 29
4. Grafik Persentase Peningkatan Mutu... 30
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Inceptisol adalah tanah muda dan mulai berkembang, profil pembentukannya agak
lambat. Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan inceptisol adalah : bahan induk yang
sangat resisten terhadap pelapukan, banyak mengandung abu vulkan, dalam bentang yang
ekstrim yaitu daerah curam dan lembah, dan permukaan geomorfologi yang muda, sehingga
pembentukan tanah baru mulai (Resman dkk., 2006). Selanjutnya Munir (1983) juga menyatakan
bahwa inceptisol dapat berkembang dari bahan induk batuan beku, sedimen dan metamorf.
Bentuk wilayah dari berombak hingga bergunung, dengan kesuburan tanah yang rendah, dengan
kedalaman efektifnya dangkal hingga dalam.
Tanah inceptisol memiliki lapisan solum tanah yang tebal sampai sangat tebal yaitu dari
1,3 – 5 meter. Tekstur seluruh solum ini umumnya liat, struktur remah dan konsistensi adalah
gembur. Tanah inceptisol mempunyai daya menahan air cukup baik dan agak tahan terhadap
erosi. Warnanya merah coklat sampai kekuning-kuningan. Kandungan unsur hara pada tanah
dapat diketahui dengan melihat warnanya, semakin merah biasanya semakin miskin. Pada
umumnya kandungan hara tanah ini rendah.
Inceptisol merupakan salah satu ordo tanah yang penyebarannya cukup luas di Indonesia. Tanah ini tersebar dengan luasan sekitar 70,52 juta ha atau 44,60% dari potensial luas daratan Indonesia (Puslittanak,2003), maka pengembangan tanah ini dalam bidang pertanian memiliki nilai yang cukup prospektif, termasuk pengembangan tanaman sayuran.
Masyarakat Bali yang beragama Hindu, bunga merupakan sarana ritual yang sangat penting. Bahkan dapat dikatakan, bunga merupakan sarana persembahan pokok bagi umat Hindu. Bunga merupakan sarana upacara untuk keperluan agama dan adat. Selain itu, bunga digunakan untuk keperluan pariwisata yang salah satunya adalah bunga gumitir.
Bunga gumitir berkembang pesat sejak 10 tahun yang lalu, salah satunya disebabkan oleh
ekonomis. Bunga gumitir sudah banyak dibudidayakan oleh petani terutama di daerah dataran
tinggi Provinsi Bali, banyak diusahakan di daerah Kecamatan Petang Kabupaten Badung,
Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan, dan Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.
Kebutuhan/ permintaan bunga sangat tinggi menjelang hari Raya Hindu yaitu pada Hari
Raya Galungan, Kuningan, dan musim upacara adat dan keagamaan, tidak terkecuali bunga
gumitir. Harga bunga gumitir ditingkat petani pada hari biasa relatif yaitu Rp5000/kg, bisa
melonjak sampai dengan Rp50.000/kg, pada hari raya. Harga yang tinggi ini menyebabkan
petani banyak mengusahakan bunga gumitir.
Bunga gumitir yang dibudidayakan mendorong petani mengusahakan tanaman ini. Selain
itu persyaratan bunga gumitir yang dapat tumbuh baik di dataran rendah dan tinggi. Produksi
hasil gumitir yang didapatkan bisa mencapai + 0,9-1 kg/pohonnya. Budidaya tanaman gumitir
sebagian besar menggunakan pupuk kimia yang tinggi yang diberikan baik pada awal tanam
maupun pemberian pupuk setiap minggunya. Pemberian pupuk kimia yang sangat tinggi ini
disinyalir akan berdampak pada lingkungan. Untuk itu diperlukan pengurangan pupuk kimia
dengan cara menambahkan pupuk organik atau pupuk mineral.
Tanaman bunga memerlukan unsur hara yaitu unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg), dan
unsur hara mikro (Fe, Mn, Zn, Cu). Umumnya petani bunga hanya menggunakan pupuk N, P, K,
unsur hara Ca, Mg yang dibutuhkan tanaman tidak diberikan. Sementara kebutuhan akan Ca, Mg
oleh tanaman sangat tinggi terutama dalam pembentukan klorofil dan fotosintesis. Di era
globalisasi ini pemupukan kimia dianggap merusak lingkungan, sehingga pemerintah saat ini
mengembangkan pertanian organik. Kandungan unsur hara dalam pupuk organik sangat rendah,
dibanding dengan pupuk kimia yang mengandung unsur hara sangat tinggi. Oleh karena itu
membutuhkan input usaha tani yang sangat tinggi, dibanding dengan pupuk kimia yang hanya
memerlukan 4 kwintal/ha dengan harga Rp.10.000/kg.
Baik pupuk kimia maupun pupuk organik sangat sedikit mengandung unsur Ca, Mg.
Sementara kedua unsur tersebut sangat diperlukan tanaman. Untuk itu perlu ditambahkan unsur
Ca,Mg yang banyak terdapat pada dolomit atau batuan kapur. Penggunaan pupuk mineral plus
menunjukkan bahwa pupuk mineral yang mengandung Ca dan Mg tinggi dapat meningkatkan
pembentukan klorofil dan permeabilitas dinding sel untuk meningkatkan produksi. Pupuk
mineral dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas buah melon dan jeruk (Lanya,2002), dan
buah pepaya (Subadiyasa, dkk,2013).
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dalam penelitian ini menguji penanaman
gumitir di Kebun Matahari Terbit Sanur yang mewakili dataran rendah, dengan judul penelitian
Peranan Pupuk Mineral Plus untuk Peningkatan Produksi dan Mutu Tanaman Bunga Gumitir
(Tagetes Erecta L) pada Tanah Inceptisol Sanur, dengan berbagai macam pemupukan (organik,
mineral, kimia, dan kombinasinya) terhadap tanaman bunga gumitir.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh pemupukan (pupuk organik, pupuk mineral, pupuk kimia, dan kombinasinya) terhadap produksi (tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah bunga, dan
berat bunga); mutu (warna bunga, diameter bunga, kadar air, daya simpan), dan efek sisa
sifat kimia tanah sesudah ditanami bunga gumitir?
2. Formula pupuk apakah yang paling baik yang dapat memberikan produksi tertinggi dan mutu bunga terbaik?
1. Untuk menguji berbagai jenis pupuk (pupuk organik, pupuk mineral, pupuk kimia, dan kombinasinya) terhadap produksi (tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah bunga, dan
berat bunga); mutu (warna bunga, diameter bunga, kadar air, daya simpan), dan efek sisa
pemupukan sifat kimia tanah sesudah ditanami bunga gumitir
2. Untuk mengetahui formula pupuk yang dapat meningkatkan produksi tertinggi dan mutu terbaik.
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui dosis pupuk dan jenis yang tepat untuk digunakan dalam budidaya gumitir
2. Memberikan saran dan masukan dosis dan jenis pemupukan yang tepat kepada petani terkait budidaya tanaman gumitir yang memberikan produksi tertinggi dan kualitas
terbaik
5. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah kombinasi pemupukan pupuk
mineral plus (pupuk organik, pupuk mineral, pupuk kimia) diharapkan mampu memberikan
6 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Gumitir ( Tagetes erecta L )
Bunga gumitir merupakan salah satu bunga yang mempunyai prospek yang cukup baik di
daerah Bali khususnya di Kabupaten Tabanan dan Badung, karena bunga ini hampir setiap hari
digunakan khususnya untuk keperluan upacara keagamaan di Bali. Semakin banyaknya tuntutan
kebutuhan bunga ini, maka untuk pengembangannya dilakukan dengan mendatangkan bibit dari
Bandung, yang konon sumber benihnya berasal dari negara tetangga Thailand. Benih bunga
import ini mempunyai sifat yang unggul jika dibandingkan dengan bunga lokal yang ada di Bali,
karena bibit bunga ini dibuat melalui breeding. Tanamam gumitir merupakan tanaman perdu
dengan bentuk daun lancip bergerigi, kecil-kecil berwarna kehijauan.
Berdasarkan taksonomi tanaman, tanaman bunga gemitir termasuk dalam:
Kingdom : Plantae
Akar dari gumitir merupakan akar tunggang. Akar jenis ini umum ditemukan pada tumbuhan biji belah (dicotyledonae). Jika diamati, akarnya berwarna putih kekuningan. Jika ditinjau dari
anatominya, pada akar Tagetes erecta L biasa ditemukan rambut akar. Fungsinya adalah untuk
b. Batang
Batangnya tumbuh tegak dan bercabang-cabang. Warnanya adalah putih kehijauan jika
pucuknya masih muda dan hijau jika sudah dewasa. Tinggi tanaman ini berkisar 30 cm hingga
120 cm, pada sekujur batangnya, tumbuh daun majemuk yang berujung runcing dan tepinya
bergerigi. Lapisan terluarnya merupakan epidermis batang. Bagian batang yang disebut korteks,
disusun oleh parenkim korteks.
c. Daun
Daun tunggal, menyirip menyerupai daun majemuk. Bentuknya memanjang hingga
menyempit, dengan bintik kelenjar bulat dekat tepinya, warnanya hijau.
d. Bunga
Bunganya merupakan bunga majemuk. Bunga ini berbentuk cawan dengan tangkai yang
panjang. Memiliki organ-organ bunga yang lengkap, berupa putik dan benang sari pada tengah
bunga, warnanya kuning.
Gumitir (Tagetes erecta L) termasuk kedalam keluarga Compositae (Asteraceae) dan
mempunyai 59 species. Tanaman ini merupakan salah satu herba hias yang biasa digunakan
sebagai tanaman pagar dan pembatas. Secara komersial sebagai bunga potong, karena
mempunyai bentuk bunga yang unik dan warnanya yang mencolok.
2.2 Peranan Pupuk Mineral terhadap Tanah dan Tanaman
Para petani sering dilematik dalam meningkatkan mutu dan produktivitas tanamannya.
Sementara permintaan pasar untuk kebutuhan hotel, restoran berbintang dan pasar global
menghendaki pertanian yang ramah lingkungan. Namun, dari segi budidaya sistem pertanian
ramah lingkungan (pertanian organik) sering dianggap oleh petani menurunkan produktivitas dan
penggunaan pupuk anorganik, bahkan bila hanya menggunakan pupuk organik terjadi kerugian
(Indrawati, 2000).
Penambahan pupuk organik telah terbukti memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Akan
tetapi dari aspek produksi, mutu dan keuntungan hasil usaha tani penggunaan pupuk organik
masih perlu dikaji ulang, karena besarnya volume dan sedikitnya hara yang terkandung di dalam
pupuk organik. Berdasarkan hal tersebut, maka terobosan baru melalui penambahan pupuk
mineral yang ramah lingkungan untuk meningkatkan produksi dan mutu tanaman pangan
khususnya hortikultura.
Hasil pengamatan secara kualitatif menunjukkan bahwa tanah-tanah berkapur yang
mengandung unsur hara kalsium (Ca) dan (Mg) yang tergolong tinggi, menghasilkan produk
pertanian lebih tinggi kualitasnya, bila dibandingkan dengan tanah masam. Ini terbukti dari
lokasi kebun salak di Karangasem, jeruk dan kacang tanah dari Sumba dan Soe (P. Timor), serta
bengkuang, ubi dan jeruk dari Bukit Jimbaran memberikan rasa manis dan enak, serta renyah
bila di bandingkan dengan buah-buahan dari tanah yang tidak berkapur. Uji coba penambahan
pupuk mineral pada jeruk, menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis kapur, semakin besar kadar
gula total (Lanya, 1999).
Sumber pupuk mineral kapur sangat tinggi di Bali, yaitu di Bukit Jimbaran, Nusa penida
dan Bali Barat. Hasil analisis tanah dari survei LREPP (Puslitanak, 1993) menunjukkan bahwa
kandungan Ca di daerah perbukitan kapur Jimbaran tergolong tinggi dan Mg rendah sampai
sedang. Demikian pula daerah perbukitan kapur Nusa Penida. Adapun status hara di daerah
perbukitan Karangasem Barat, menunjukkan bahwa kandungan Ca sangat tinggi dan Mg
tergolong tinggi. Tanah tersebut didominasi oleh tanaman salak (Netera dkk, 1989). Berbeda
Mg rendah sampai sedang, kecuali di lahan yang tanahnya berasal dari batu gamping dan atau
sisipan batu gamping. Hasil observasi lainnya menunjukkan bahwa buah-buahan yang berasal
dari tanah berkapur memiliki mutu lebih baik.
Peningkatan kandungan Ca ke dalam tanah untuk tanah – tanah di Bali dari kandungan
rendah (< 5 me/100 g tanah) ke sedang (5 - 100 me/ 100 g tanah), sedang ke tinggi (10-20
me/100 g tanah) dan sangat tinggi ( > 20 me/100 g tanah) diperlukan rata-rata penambahan 5
me/100 g tanah atau setara dengan 2 ton Ca/ha untuk kedalaman 20 cm (tanaman semusim),
sedangkan untuk kedalaman 40 cm atau lebih diperlukan 4-5 ton/ha untuk tanaman tahunan).
Berbeda dengan kandungan Mg tanah dari rendah (< 0,2 me/100 g tanah atau < 30 ppm) ke
sedang (0,2 - 0,5 me/100 g tanah atau ( 30 - 60 ppm) dan dari sedang ke tinggi (>0.5 me/100 g
tanah atau (>60 ppm) dibutuhkan penambahan Mg rata – rata sebesar 20 ppm (40 kg Mg/ha)
untuk tanaman semusim, setara dengan 50 kg garam inggris dan 3 ku kiserit. Untuk tanaman
tahunan dibutuhkan setara dengan 100 kg garam inggris dan 6 ku kiserit.
Pupuk mineral plus adalah kombinasi dari pupuk organik + pupuk mineral + pupuk
kimia, yang mana kandungan unsur hara yang ada di dalam pupuk mineral plus lengkap yaitu
kandungan unsur hara N-total, P-tersedia, K-tersedia, Ca, Mg, dan bahan organik yang
dibutuhkan tanaman dalam proses pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh secara
optimal.
Stanier et al.. (1963) menyatakan bahwa Ca sebagai kofaktor beberapa enzim, seperti
proteinase, sehingga berperan dalam pembentukan senyawa protein. Peranan ion Ca sangat
esensial dalam pengangkutan asam amino dan sintesis protein dalam sel Achliya ( Singh dan Le
John, 1975 dalam Payne, 1980). Booth dan Hamilton (1980) melaporkan bahwa ion Ca berperan
penggerak proton. Berbeda dengan Mg, yang berperan sebagai inti klorofil, kofaktor beberapa
enzim pengikat energi dan stabilisator asam dan basa dalam sel.
Magnesium terlibat dalam reaksi-reaksi enzimatik melalui beberapa mekanisme: (1)
menjadi jembatan penghubung antara komplek enzim dan substrat, seperti misalnya dalam
transfer dari ATP; (2) mengubah konstanta keseimbangan dalam transfer fosfat dari ATP. Mg2+
bereaksi dengan gugusan firofosfat dari suatu molekul koenzim ATP membentuk Mg ATP 2- . Mg
ATP 2- merupakan bentuk aktif dari koenzim ( Mengel dan Kirkby, 1979). Kalsium dan
magnesium mempunyai arti penting dalam fiksasi N udara secara simbiotik. Rao (1982)
melaporkan bahwa dalam fiksasi N oleh rhizobium diperlukan energi dalam bentuk ATP, Mg
sebagai pengikat energi dari Mg- ATP menjadi Mg- ADP. Dengan kata lain, untuk pembentukan
bintil akar diperlukan Ca dan Mg yang cukup. Selain itu penambahan CaSO4 pada tanaman
kacang tanah dapat meningkatkan kandungan sukrosa, fruktosa dan glukosa (Hale, 1977).
Peningkatan produktivitas lebih besar dipengaruhi oleh penambahan unsur Mg
dibandingkan dengan unsur Ca. Peningkatan tersebut disebabkan Mg sangat berperanan dalam
pembentukan klorofil dan terlibat dalam reaksi enzimatik. Demikian pula Ca sangat esensial
dalam pengangkutan asam amino dan protein. Ion Ca juga sangat berperan sebagai pengikat
energi dalam pengangkutan asam amino dengan sistem tenaga penggerak proton (Singh dan Le
John, 1975 dalam Payne, 1980).
Hasil uji ini menunjukkan bahwa kandungan Ca dan Mg yang tinggi dalam tanah akan
meningkatkan produktivitas dan mutu buah. Salah satu penyebabnya adalah semakin banyaknya
pembentukan klorofil yang berimplikasi maka semakin besar proses fotosintesis dan produk
yang dihasilkan, baik berupa karbohidrat, protein, maupun gula total kerenyahannya semakin
mempengaruhi warna kulit melon, kerenyahannya dan rasa manis dan besar buah warna kulit
melon. Demikian pula tingkat kerenyahannya semakin meningkat. Hasil analisis kuantitatif kadar
gula total menunjukkan semakin tinggi dosis pupuk mineral semakin tinggi kadar gula total,
sedangkan pengaruh garam terhadap besar buah, sejalan dengan penambahan dosis garam.
Semakin tinggi dosisnya, semakin besar buah melonnya (Lanya, I. 2001).
2.3 Peranan NPK terhadap Tanah dan Tanaman
Nitrogen, fosfor, dan kalium merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan dan
produksi tanaman serta dibutuhkan dalam jumlah yang besar (Suriatna, 1992). Jumlah N,P,K
yang tersedia bagi tanaman hendaknya berada dalam perbandingan yang tepat.
2.3.1 Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur hara esensial bagi pertumbuhan tanaman dan dibutuhkan
sepanjang pertumbuhannya (Hakim dkk., 1986). Lebih lanjut dinyatakan bahwa umumnya
nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion nitrat (N0
-3) dan ion ammonium (NH+4), tergantung
dari keadaan tanah, macam tanaman dan stadia tumbuh. Penyerapan N terjadi melalui
mekanisme aliran massa atau difusi tergantung konsentrasi larutan tanah dan ratio transpirasi dan
diubah menjadi asam amino dan molekul protein yang lebih kompleks. (Shoper and Baird,
1982).
Sumber nitrogen tanah adalah berasal dari lompatan listrik di atmosfir yang turun ke
bumi melalui air hujan. Proses demikian senantiasa berlangsung antara 5–10 kg N/ha/tahun
(Thompson and Troeh,1978). Sumber nitrogen tanah juga berasal dari aktivitas kehidupan di
dalam tanah. Organisme yang memanfaatkan gas nitrogen dari atmosfir yaitu rhizobium (bakteri
Ketersediaan N tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti iklim dan
vegetasi dan juga dipengaruhi oleh topografi, batuan induk dan waktu. Iklim memegang peranan
penting dalam menentukan kandungan N tanah melalui pengaruh temperatur dan suplai air
terhadap kegiatan tanaman dan jasad renik tanah, terjadi penurunan kandungan nitrogen tanah
dengan semakin meningkatnya temperatur dari 00 C dan 20 0C.
Peranan nitrogen terhadap pertumbuhan tanaman adalah meningkatkan pertumbuhan
vegetatif. Sedangkan apabila tanaman kekurangan N dapat mengakibatkan berkurangnya
produksi protein sehingga pembelahan sel terhambat dan menyusutkan pertumbuhan tanaman
(Dwidjoseputro, 1986). Gejalanya tampak pada warna daun yang menjadi hijau
kekuning-kuningan sampai menguning seluruhnya, dan daun tersebut mengering (Sarief, 1989).
2.3.2 Fosfor
Umumnya P diserap oleh tanaman dalam bentuk ion orthofosfat primer (H2PO-4) dan
dalam bentuk sekunder (HPO
-4). Serapan P dalam bentuk ion-ion ini dipengaruhi oleh pH tanah
di sekitar akar. Pada pH rendah bentuk H2PO-4 akan meningkat.
Sumber fosfor tanah adalah pelapukan batuan dan mineral-mineral yang terdapat pada
kerak bumi. Mineral utama yang mempunyai kadar P tinggi adalah apatit Ca (PO4 CO3 )6
(F,Cl,OH)2 terdapat pada batuan beku sedimen. Mineral ini merupakan persenyawaan karbonat,
fluor, klor atau apatit yang mempunyai kadar P2O5 antara 15-30 persen dan tidak larut dalam air
(Nyakpa dkk.,1988).
Menurut Sabihan et al., (1983), pupuk P yang diberikan ke dalam tanah dipengaruhi oleh:
(1) Efektivitas pupuk P yang diberikan ; (2) reaksi tanah; (3) sumber pupuk P dan (4) pengaruh
penambahan pupuk lain. Pemberian pupuk P ke dalam tanah akan mengakibatkan terjadi
tergantung pada luas permukaan yang efektif dari tanah yang bereaksi dengan P
(Djokosudardjo,1974). Pada tanah masam P kurang tersedia bagi tanaman karena P yang ada
sebagian besar diikat oleh oksida-oksida dari Fe dan Al, sedangkan pada tanah alkalis oleh Ca
(Soepardi,1983). P tersedia maksimum pada pH 6,0 sampai 6,5. Kurang dari pH 6,0 maka P akan
diikat oleh oksida-oksida Fe dan Al, sehingga ketersediaannya menurun dan apabila pH lebih
tinggi dari 6,5 maka P akan diikat oleh Ca sehingga ketersediaan P menurun. Penambahan pupuk
yang lain juga sangat penting untuk mengurangi kekahatan unsur yang lain. Apabila tidak
disertai dengan pupuk yang lain efisiensi fosfor akan rendah dan hasil yang tinggi tidak mungkin
akan dicapai.
Fosfor terdapat dalam semua jaringan hidup, terutama pada bagian tanaman muda, bunga
dan biji (Tisdale and Nelson, 1985). Fosfor di dalam tubuh tanaman merupakan isi dari inti sel
dan esensial untuk pembelahan sel dan perkembangan jaringan meristematik (Sarief,1985).
Fosfor juga penting untuk transfer energi sebagai bagian dari ATP untuk semua proses
biokimia dalam sel. Menurut Tisdale and Nelson, (1985), P memegang peranan penting dalam
proses perubahan karbohidrat dan glikolisis, metabolism asam amino, metabolisme lemak dan
sulfur, oksidasi biologi serta sejumlah reaksi dalam proses hidup lainnya. Kekurangan P dapat
mengakibatkan tertundanya pembelahan sel, pembentukan dan pematangan biji, menghambat
reaksi-reaksi sintesa seperti protein dan menurunkan proses respirasi.
Pemupukan P dapat meningkatkan pertumbuhan pisang, meningkatkan pembentukan dan
perkembangan akar, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, dan meningkatkan kadar P
tanah (Zuhairini,1997).
Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah nitrogen dan fosfor. Kalium diserap tanaman
dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari kalium akan membantu menetralisir muatan listrik
yang disebabkan oleh muatan negatif nitrat, fosfat atau unsur lain di dalam tanah maupun di
dalam tanaman.
Sumber utama kalium tanah adalah kerak bumi yang mengandung asam dan mineral
kalium. Secara umum kerak bumi mengandung 3,11% K2O, sedangkan air laut mengandung
0,04% K2O, mineral utama sebagai sumber kalium tanah adalah feldsfart, muskovit dan biotit.
Kalium tanah dapat digolongkan atas ketersediaannya; (1) tidak tersedia, (2) segera
tersedia, dan (3) lambat tersedia. Kalium tanah sebagian besar tidak tersedia berkisar 90-98%
dari seluruh kalium tanah (Soepardi, 1983). Umumnya bentuk yang demikian ini masih berada
dalam mineral-mineral tanah seperti feldsfart dan mika, mineral-mineral ini agak resisten
terhadap hancuran iklim. Kalium segera tersedia hanya meliputi 1 hingga 2 persen dari seluruh
kalium dalam tanah mineral.
Soepardi (1983) menambahkan peranan kalium adalah meningkatkan kandungan lignin
dan selulosa, meningkatkan turgor sehingga tanaman menjadi tahan terhadap kerebahan,
mengatur pernapasan dan penguapan, mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain,
mempertinggi resistensi tanaman terhadap serangan penyakit, terutama terhadap penyakit oleh
cendawan.
2.4 Peranan Bahan Organik terhadap Tanah dan Tanaman
Bahan organik berfungsi sebagai penyimpan unsur hara yang secara perlahan dan akan
dilepaskan kedalam larutan tanah dan disediakan bagi tanah. Bahan organik yang berada di
dalam atau di atas permukaan tanah juga akan melindungi dan membantu mengatur suhu dan
Soemarno dan Sastrahidayat (1991) menyatakan bahwa penambahan bahan organik ke
dalam tanah liat berat dapat memperbaiki drainase, dan pada tanah berpasir dapat memperbaiki
daya simpan air. Bahan organik juga dapat berfungsi sebagai stabilisator dengan jalan
merangsang jasad mikro mampu menghasilkan bahan yang dapat mengikat partikel-partikel
tanah.
Von Uexcull dalam Ginting, (1994) menyatakan bahwa bahan organik memberikan
beberapa keuntungan meliputi pengurangan toksisitas Al dan Mn dengan membentuk kompleks
Al- bahan organik yang tidak beracun, menyediakan dan menambah unsur hara N, P, K dan S
melalui mineralisasi, menurunkan fiksasi P, meningkatkan kapasitas tukar kation tanah,
meningkatkan sifat-sifat fisik tanah termasuk kapasitas ikat air dan stabilitas agregat,
meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah, mengurangi aliran permukaan dan erosi tanah.
Menurut Thorne dan Thorene (1979) dalam Tejaswarna dan Fagi (1990) mengemukakan
bahwa bahan organik yang diberikan akan meningkatkan nilai kapasitas tukar kation sehingga
dari peningkatan nilai KTK yang akan semakin memudahkan tanaman dalam menyerap unsur
hara. Sedangkan peningkatan N-total di dalam tanah akan bertambah melalui proses dekomposisi
bahan organik dan juga berasal dari suplai N melalui pemupukan N, P, K yang berada dalam
bentuk tersedia.
Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan bahan
organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik,
biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan
sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan
pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang
atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran
permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik
karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat.
Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan organik
berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan cenderung untuk
menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan. Peranan bahan organik ada yang bersifat
langsung terhadap tanaman, tetapi sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan