• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi kasus kelengkapan dan penggunaan alat laboratorium Fisika SMA dalam bidang mekanika di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean, Toraja Utara, Sulawesi Selatan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi kasus kelengkapan dan penggunaan alat laboratorium Fisika SMA dalam bidang mekanika di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean, Toraja Utara, Sulawesi Selatan."

Copied!
179
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Pasinggi, Tri Wahyu Ningsi. 2016. Studi Kasus Kelengkapan dan Penggunaan Alat Laboratorium Fisika SMA dalam Bidang Mekanika di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean, Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Kelengkapan alat laboratorium Fisika khususnya pada bidang mekanika SMA di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean; (2) Tingkat penggunaan alat laboratorium Fisika khususnya pada bidang mekanika SMA di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean; (3) Pemahaman guru-guru Fisika SMA di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean dalam penggunaan alat laboratorium Fisika khususnya pada bidang mekanika.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2016 pada tiga SMA di Toraja Utara. SMA tersebut adalah SMA Negeri 1 Rantepao, SMA Pelita Rantepao, dan SMA Negeri 1 Sesean. Sampel penelitian adalah 3 siswa kelas X, 3 siswa kelas XI, beberapa guru Fisika, dan 3 laboratorium Fisika. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data yaitu: observasi alat laboratorium Fisika dalam bidang mekanika, wawancara guru, wawancara siswa, dan studi dokumen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) untuk kelengkapan alat laboratorium, SMA Negeri 1 Rantepao termasuk dalam kategori cukup lengkap sedangkan SMA Pelita Rantepao dan SMA Negeri 1 Sesean termasuk dalam kategori sangat tidak lengkap; (2) Tingkat penggunaan alat laboratorium Fisika yang masih kurang dikarenakan alat laboratorium yang sudah mulai rusak dan tidak terurus; (3) Pemahaman guru Fisika yang masih kurang mengenai penggunaan alat laboratorium dalam menunjang proses belajar.

(2)

ABSTRACT

Pasinggi, Tri Wahyu Ningsi. (2016). A Case Study on the Completeness and the Use of Physics Laboratory’s Equipment of Senior High School (SHS) in Mechanics Field in the Districts of Rantepao and Sesean, North Toraja, South Sulawesi. An Undergraduate Thesis. Physics Education Study Program. Department of Mathematics and Natural Sciences. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University.

This research aimed to find out: (1) the completeness of Physics laboratory especially in mechanics field of SHS in the Districts of Rantepao and Sesean; (2) the use level of Physics laboratory especially in mechanics field of SHS in the District of Rantepao and Sesean; (3) the understanding of SHS Physics teachers in the District of Rabtepao and Sesean on the use of Physics laboratory’s equipment especially in mechanics field.

This research was conducted on May, 2016 at three SHS in North Toraja. The SHS was SMA Negeri 1 Rantepao, SMA Pelita Rantepao, and SMA Negeri 1 Sesean. The research sample was 3 students of grade X, 3 students of grade XI, several Physics teachers, and 3 Physics laboratory’s. The instrument which was used to obtain the data was: the observation of Physics laboratory’s equipment in mechanics field, teacher’s interview, students’ interview, and document study.

The research results showed that: (1) for the completeness of Physics laboratory’s equipment, SMA Negeri 1 Rantepao was included on the category of fairly complete while SMA Pelita Rantepao and SMA Negeri 1 Sesean was included on the category of very incomplete; (2) the use level of Physics Laboratory’s Equipment which was still less because laboratory’s equipment which started to be damaged and was neglected; (3) the understanding of Physic teacher which was still less on the use of laboratory’s equipment in supporting the learning process.

(3)

STUDI KASUS KELENGKAPAN DAN PENGGUNAAN ALAT LABORATORIUM FISIKA SMA DALAM BIDANG MEKANIKA DI

KECAMATAN RANTEPAO DAN KECAMATAN SESEAN, TORAJA UTARA, SULAWESI SELATAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun Oleh: Tri Wahyu Ningsi Pasinggi

NIM : 121424043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

STUDI KASUS KELENGKAPAN DAN PENGGUNAAN ALAT LABORATORIUM FISIKA SMA DALAM BIDANG MEKANIKA DI

KECAMATAN RANTEPAO DAN KECAMATAN SESEAN, TORAJA UTARA, SULAWESI SELATAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun Oleh: Tri Wahyu Ningsi Pasinggi

NIM : 121424043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Karena harapan itu akan selalu ada bagi mereka yang senantiasa berdo’a

dan selalu ada jalan bagi mereka yang tidak mengenal putus asa”

“Apapun yang terjadi di dalam hidup ku, selalu ku berkata Tuhan

Yesus

baik, Tuhan Yesus selalu membimbing langkah kaki ku di jalan yang terbaik”

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

Bapa di Surga dan Bunda Maria

Orangtua yang sangat ku cintai:

Paulus Suhud dan Jeni Pabimbim

Kakak-adik yang sangat ku sayangi:

Eko Suripto Pasinggi

Dwi Putri Pasinggi

Severius Catur Pasinggi

Semua sahabat dan teman-teman seperjuangan

Serta almamater tercinta

(8)
(9)
(10)

vii ABSTRAK

Pasinggi, Tri Wahyu Ningsi. 2016. Studi Kasus Kelengkapan dan Penggunaan Alat Laboratorium Fisika SMA dalam Bidang Mekanika di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean, Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Kelengkapan alat laboratorium Fisika khususnya pada bidang mekanika SMA di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean; (2) Tingkat penggunaan alat laboratorium Fisika khususnya pada bidang mekanika SMA di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean; (3) Pemahaman guru-guru Fisika SMA di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean dalam penggunaan alat laboratorium Fisika khususnya pada bidang mekanika.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2016 pada tiga SMA di Toraja Utara. SMA tersebut adalah SMA Negeri 1 Rantepao, SMA Pelita Rantepao, dan SMA Negeri 1 Sesean. Sampel penelitian adalah 3 siswa kelas X, 3 siswa kelas XI, beberapa guru Fisika, dan 3 laboratorium Fisika. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data yaitu: observasi alat laboratorium Fisika dalam bidang mekanika, wawancara guru, wawancara siswa, dan studi dokumen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) untuk kelengkapan alat laboratorium, SMA Negeri 1 Rantepao termasuk dalam kategori cukup lengkap sedangkan SMA Pelita Rantepao dan SMA Negeri 1 Sesean termasuk dalam kategori sangat tidak lengkap; (2) Tingkat penggunaan alat laboratorium Fisika yang masih kurang dikarenakan alat laboratorium yang sudah mulai rusak dan tidak terurus; (3) Pemahaman guru Fisika yang masih kurang mengenai penggunaan alat laboratorium dalam menunjang proses belajar.

(11)

viii ABSTRACT

Pasinggi, Tri Wahyu Ningsi. (2016). A Case Study on the Completeness and the Use of Physics Laboratory’s Equipment of Senior High School (SHS) in Mechanics Field in the Districts of Rantepao and Sesean, North Toraja, South Sulawesi. An Undergraduate Thesis. Physics Education Study Program. Department of Mathematics and Natural Sciences. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University.

This research aimed to find out: (1) the completeness of Physics laboratory especially in mechanics field of SHS in the Districts of Rantepao and Sesean; (2) the use level of Physics laboratory especially in mechanics field of SHS in the District of Rantepao and Sesean; (3) the understanding of SHS Physics teachers in the District of Rabtepao and Sesean on the use of Physics laboratory’s equipment especially in mechanics field.

This research was conducted on May, 2016 at three SHS in North Toraja. The SHS was SMA Negeri 1 Rantepao, SMA Pelita Rantepao, and SMA Negeri 1 Sesean. The research sample was 3 students of grade X, 3 students of grade XI, several Physics teachers, and 3 Physics laboratory’s. The instrument which was used to obtain the data was: the observation of Physics laboratory’s equipment in mechanics field, teacher’s interview, students’ interview, and document study.

The research results showed that: (1) for the completeness of Physics laboratory’s equipment, SMA Negeri 1 Rantepao was included on the category of fairly complete while SMA Pelita Rantepao and SMA Negeri 1 Sesean was included on the category of very incomplete; (2) the use level of Physics Laboratory’s Equipment which was still less because laboratory’s equipment which started to be damaged and was neglected; (3) the understanding of Physic teacher which was still less on the use of laboratory’s equipment in supporting the learning process.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yesus Kristus dan kepada Bunda Maria yang telah melimpahkan berkat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Kasus Kelengkapan dan Penggunaan Alat Laboratorium Fisika SMA dalam Bidang Mekanika di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean, Toraja Utara, Sulawesi Selatan” ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanat Dharma.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, saran, dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, membimbing, memberikan arahan, memberi masukan, motivasi, dan saran yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi. 2. Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika yang telah memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.

3. Saverinus Domi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) Pendidikan Fisika angkatan 2012 yang telah memberikan saran, arahan dan bimbingan selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma.

4. Segenap dosen Pendidikan Fisika dan karyawan Program Studi Pendidikan Fisika yang telah membimbing, mendidik, dan memberikan pengetahuan selama ini serta pelayanan administrasi dengan baik kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(13)

x

6. Kepala sekolah, guru dan karyawan serta siswa kelas X dan XI SMA Pelita Rantepao Tahun Ajaran 2015/2016 yang telah membantu dalam penelitian. 7. Kepala sekolah, guru dan karyawan serta siswa kelas X dan XI SMA Negeri

1 Sesean Tahun Ajaran 2015/2016 yang telah membantu dalam penelitian. 8. Bapak, Ibu, kakak dan adikku yang banyak memberikan motivasi, dukungan

baik doa maupun materi.

9. Kelompok skripsi Elisabhet Wora dan Megawati Belandina Banik yang sudah berjuang bersama-sama selama menyelesaikan skripsi.

10. Teman-teman yang selalu mendukung, membantu, dan mengingatkan penulis selama proses penulisan skripsi ini: Brigitta Dwi Utami, Bernadetta Savitri Sutasoma, Ratna Mintarsih, Maria Agata Ayang, dan seluruh teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2012.

Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca khususnya dan dalam bidang ilmu pendidikan pada umumnya.

(14)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ...viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Fisika ... 6

1. Pembelajaran Berbasis Inquiry ... 8

(15)

xii

B. Metode Eksperimen ... 11

1. Eksperimen Terencana Terbimbing ... 12

2. Eksperimen Bebas ... 14

C. Materi Mekanika SMA ... 16

D. Alat Laboratorium Fisika Dalam Bidang Mekanika ... 19

E. Guru Fisika ... 28

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30

B. Desain Penelitian ... 30

C. Populasi dan Sampel ... 31

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31

F. Instrumen Penelitian ... 32

G. Teknik Analisa Data ... 39

BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 41

B. Data dan Analisis ... 42

C. Pembahasan ... 56

D. Keterbatasan Penelitian ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63

(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Materi Mekanika Kelas X ... 17

Tabel 2.2. Materi Mekanika Kelas XI ... 18

Tabel 2.3. Klasifikasi Alat Laboratorium Fisika Mekanika SMA ... 19

Tabel 3.1. Kategori dan Skor Jumlah Alat ... 33

Tabel 3.2. Skor Pembobotan Alat ... 34

Tabel 3.3. Pembobotan alat dalam setiap praktikum ... 35

Tabel 3.4. Kategori dan skor keadaan alat ... 38

Tabel 3.5. Interval kelengkapan alat laboratorium fisika ... 40

Tabel 4.1. Jadwal Pengambilan Data ... 42

Tabel 4.2. Klasifikasi prosentase percobaan berdasarkan kategori SMA Negeri 1 Rantepao ... 43

Tabel 4.3. Klasifikasi prosentase percobaan berdasarkan kategori SMA Pelita Rantepao ... 44

(17)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Surat Permohonan observasi dan Izin Penelitian

Lampiran 1. SMA Negeri 1 Rantepao ...65

Lampiran 2. SMA Pelita Rantepao ...66

Lampiran 3. SMA Negeri 1 Sesean ...67

Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 4. SMA Negeri 1 Rantepao ...68

Lampiran 5. SMA Pelita Rantepao ...69

Lampiran 6. SMA Negeri 1 Sesean ...70

Pedoman Wawancara

Lampiran 7. Pedoman wawancara guru... 71

Lampiran 8. Pedoman wawancara siswa... 73

Daftar Kelengkapan Alat Laboratorium Fisika Bidang Dalam Mekanika Lampiran 9. SMA Negeri 1 Rantepao...74

Lampiran 10. SMA Pelita Rantepao...76

Lampiran 11. SMA Negeri 1 Sesean...78

Hasil Analisis Kelengkapan Alat Laboratorium Fisika Bidang Dalam Mekanika

Lampiran 12. SMA Negeri 1 Rantepao ...80

(18)

xv

Lampiran 14. SMA Negeri 1 Sesean...90

Transkip Hasil Wawancara Guru

Lampiran 15. SMA Negeri 1 Rantepao...95

Lampiran 16. SMA Pelita Rantepao...105

Lampiran 17. SMA Negeri 1 Sesean...112

Transkip Hasil Wawancara Siswa

Lampiran 17. SMA Negeri 1 Rantepao...114

Lampiran 18. SMA Pelita Rantepao ...131

Lampiran 19. SMA Negeri 1 Sesean...142

Dokumentasi Alat Laboratorium Fisika

Lampiran 20. SMA Negeri 1 Rantepao...149

Lampiran 21. SMA Pelita Rantepao...151

Lampiran 22. SMA Negeri 1 Sesean...153

Studi dokumen

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), terdapat berbagai

mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa diantaranya yaitu mata pelajaran

IPA. Pelajaran IPA di SMA mencakup Fisika, Kimia, dan Biologi.

Sudah menjadi pandangan umum bagi siswa bahwa dibandingkan dengan

Kimia dan Biologi, Fisika dianggap lebih sulit. Hal ini disebabkan karena pada

pelajaran Fisika selain memiliki banyak rumusan matematis, Fisika juga

membutuhkan kemampuan berfikir secara logis dan rasional untuk menyelesaikan

suatu persoalan Fisika.

Belajar diartikan sebagai usaha untuk memperoleh pengetahuan,

kepandaian, atau keterampilan. Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku

atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu (Abin

Syamsudin Makmun, 2007)

Pembelajaran dapat bersifat formal dan informal. Salah satu contoh

pembelajaran formal adalah pembelajaran di sekolah, dimana siswa belajar secara

bertahap untuk memupuk pengetahuannya sendiri dari tingkat pendidikan Sekolah

Dasar hingga Perguruan Tinggi. Siswa diharapkan dapat memperoleh

pengetahuan sesuai dengan tingkat pendidikan yang ditempuh.

Pembelajaran aktif adalah belajar yang meliputi berbagai cara untuk

membuat siswa aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja

(20)

pelajaran (Silberman, 2007: 1). Pembelajaran aktif (active learning) merupakan

salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa dalam

melakukan sesuatu dan berfikir tentang apa yang mereka lakukan (Suyatno, 2009 :

107).

Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan

penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh siswa. Di sini siswa dituntut untuk

menggunakan otak dalam berfikir sehingga semua siswa dapat mencapai hasil

belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki.

Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk

menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.

Metode pembelajaran merupakan langkah operasional dari strategi

pembelajaran yang dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran (Sani, 2013: 158).

Metode pembelajaran memiliki banyak variasi yang dapat diterapkan kepada

siswa.

Salah satu metode yang termasuk dalam pembelajaran aktif yaitu metode

eksperimen. Pada metode eksperimen siswa belajar secara aktif dalam hal

menemukan dan menganalisis suatu permasalahan. Metode ini tentunya

menggunakan media-media tertentu yang mendukung pembelajaran siswa secara

aktif seperti penggunaan alat peraga dan alat laboratorium. Salah satu bentuk dari

metode eksperimen adalah melakukan praktikum di laboratorium. Siswa

berinteraksi langsung dengan media pembelajaran berupa alat, bahan dan kejadian

(21)

Kelengkapan alat laboratorium sangat berperan penting untuk menunjang

proses pembelajaran saat praktikum. Begitu pun penggunaan alat laboratorium itu

sendiri sangat penting untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Di beberapa sekolah tidak terdapat praktikum dikarenakan alat tidak

lengkap atau bahkan tidak ada. Padahal belajar Fisika dengan praktikum akan

lebih menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Oleh karena itu peneliti ingin melaksanakan sebuah penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui kelengkapan dan penggunaan alat laboratorium

Fisika dalam bidang mekanika SMA di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan

Sesean.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat

diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Apakah SMA di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean memiliki alat

laboratorium Fisika khususnya pada bidang mekanika yang lengkap?

2. Apakah SMA di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean telah

menggunakan seluruh alat laboratorium Fisika yang dimiliki khususnya pada

bidang mekanika?

3. Bagaimana pemahaman guru-guru Fisika SMA di Kecamatan Rantepao dan

Kecamatan Sesean dalam penggunaan alat laboratorium Fisika khususnya

(22)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Kelengkapan alat laboratorium Fisika khususnya pada bidang mekanika SMA

di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean;

2. Tingkat penggunaan alat laboratorium Fisika khususnya pada bidang

mekanika SMA di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean;

3. Pemahaman guru-guru Fisika SMA di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan

Sesean dalam penggunaan alat laboratorium Fisika khususnya pada bidang

mekanika.

D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi sekolah

Sekolah dapat mengetahui kelengkapan alat laboratorium Fisika

khususnya pada bidang mekanika serta dapat memperbaharui alat

laboratorium di sekolah tersebut.

2. Bagi guru dan calon guru

a. Menambah pengetahuan mengenai penggunaan dan kelengkapan alat

laboratorium Fisika khususnya pada bidang mekanika;

b. Dapat menggunakan alat laboratorium sesuai dengan keperluan

pembelajaran;

c. Dapat membuat alat peraga sederhana untuk merepresentasikan materi

(23)

3. Bagi siswa

Dapat menggunakan secara optimal alat laboratorium Fisika khususnya

(24)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran Fisika

Fisika dapat dipandang dari aspek pengetahuan, proses, dan juga sikap

pendidikan Fisika. Sebagai aspek pengetahuan/isi Fisika siswa bukan hanya

mengerti hukum dan teori Fisika, tetapi juga menangkap nilai-nilai kemanusiaan

di balik pengetahuan itu. Sebagai aspek proses siswa belajar mengambil

kesimpulan dengan berbasis data dan analisis kritis, siswa dibantu untuk berpikir

rational, kritis, dan mengambil keputusan berdasarkan data yang valid. Sedangkan

sebagai aspek sikap siswa dilatih untuk memiliki sikap jujur, disiplin, tepat waktu,

teliti, dan bertekun (Suparno, 2012: 8-10).

Pembelajaran Fisika adalah proses interaksi antara siswa, guru dan sumber

belajar Fisika serta lingkungan belajar yang kondusif sehingga tercapai proses

pembelajaran. Dalam pembelajaran Fisika ketiga aspek Fisika harus diambil

sebagai kesatuan sehingga proses pembelajaran Fisika dapat tercapai dengan baik.

Saat proses pembelajaran berlangsung siswa dituntut untuk mampu

mengembangkan pengetahuan yang diperolehnya secara mandiri, sedangkan guru

lebih sebagai fasilitator dalam belajar.

Hal penting yang menjadi bagian dari pembelajaran yang baik adalah: (1)

siswa yang belajar; (2) guru yang mengajar; (3) bahan pelajaran; (4) hubungan

(25)

Dalam pembelajaran Fisika, yang terpenting adalah siswa yang aktif belajar.

Semua usaha guru harus diarahkan untuk membantu dan mendorong siswa agar

mau mempelajari Fisika secara mandiri.

Dalam pembelajaran Fisika siswa dilatih dan diharapkan untuk melakukan

pembelajaran secara aktif. Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang

memperbanyak aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dari berbagai

sumber, untuk dibahas dalam proses pembelajaran dalam kelas, sehingga

memperoleh berbagai pengalaman yang tidak saja menambah pengetahuan, tapi

juga kemampuan analisis dan sintesis (Rosyada dalam Nurhayati, 2008).

Belajar aktif menuntut siswa untuk bersemangat, gesit, dan penuh gairah,

bahkan siswa sering meninggalkan tempat duduk untuk bergerak leluasa. Selama

proses belajar siswa dapat beraktivitas, bergerak, dan melakukan sesuatu dengan

aktif (Silbermen, 2013).

Belajar aktif sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang bermuara

pada belajar mandiri, maka kegiatan belajar mengajar yang dirancang harus

mampu melibatkan siswa secara aktif. Siswa dan guru dalam belajar aktif sama

berperan untuk menciptakan suatu pengalaman belajar yang bermakna.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah

suatu pembelajaran yang mana siswa tidak hanya sekedar mendengarkan

informasi yang disampaikan oleh guru, akan tetapi siswa juga melihat apa yang

dijelaskan oleh guru dan siswa melakukan atau mencoba langsung apa yang telah

(26)

Beberapa model pembelajaran aktif:

1. Pembelajaran Berbasis Inquiry

Menurut Sani (2014: 88) pembelajaran berbasis Inquiry adalah

pembelajaran yang melibatkan siswa dalam merumuskan pertanyaan yang

mengarahkan untuk melakukan investigasi dalam upaya membangun pengetahuan

dan makna baru, seperti didefinisikan dalam Alberta Learning sebagai berikut:

“Inquiry-based learning is a process where students are involved in their

learning, formulate questions, investigate widely and the build new

underdstandings, meaning and knowledge”

Menurut Hosnan (2014: 341) ciri-ciri pembelajaran inquiry antara lain:

a. Pembelajaran inquiry menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal

untuk mencari dan menemukan;

b. Seluruh aktivitas yang dilakukan oleh siswa diarahkan untuk mencari dan

menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan, sehingga

diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri;

c. Tujuan dari penggunaan pembelajaran inquiry adalah mengembangkan

kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau

(27)

Pembelajaran inquiry merupakan pembelajaran yang banyak dianjurkan,

karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya sebagai berikut:

a. Pembelajaran inquiry menekankan kepada pengembangan aspek kognitif,

afektif, dan psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran inquiry

ini lebih dianggap bermakna;

b. Pembelajaran inquiry dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar

sesuai dengan gaya belajar mereka;

c. Inquiry merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan

psikologi belajar modern yang menganggap belajar sebagai proses

perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman;

d. Pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki

kemampuan di atas rata-rata. Artinya siswa yang memiliki kemampuan

belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Di samping memiliki keunggulan, pembelajaran inquiry juga memiliki

kelemahan, diantaranya sebagai berikut:

a. Kesulitan dalam mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa;

b. Pembelajaran yang telah direncanakan tidak sesuai dengan kebiasaan siswa

dalam belajar;

c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikan memerlukan waktu yang

panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang

(28)

d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa

menguasai materi pelajaran, maka pembelajaran inquiry ini akan sulit

diimplementasikan oleh setiap guru.

2. Discovery Learning

Menurut Hosnan (2014: 280) penemuan (discovery) merupakan suatu model

pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme.

Model ini menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting

terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses

pembelajaran.

Menurut Jerome Bruner (Hosnan, 2014) discovery learning ialah metode

belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik

kesimpulan dari prinsip-prinsip umum contohnya dari pengalaman siswa tersebut.

Hal yang menjadi dasar ide J.Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan

bahwa anak harus berperan secara aktif di dalam belajar di kelas.

Menurut Bell (Hosnan, 2014) mengemukakan beberapa tujuan pembelajaran

discovery learning, yakni sebagai berikut:

a. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat aktif dalam

pembelajaran;

b. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola

dalam situasi konkret maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan

(29)

c. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan

menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat

dalam menemukan;

d. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja

bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan

menggunakan ide-ide orang lain;

e. Keterampilan konsep dan prinsip yang dipelajarai melalui penemuan lebih

bermakna;

f. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa

kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktivitas baru dan diaplikasikan dalam

situasi belajar yang baru.

B. Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah metode mengajar yang mengajak siswa untuk

melakukan percobaan sebagai pembuktian, pengecekan bahwa teori yang sudah

dibicarakan itu memang benar (Suparno, 2013).

Metode eksperimen merupakan suatu cara mengajar, dimana siswa

melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta

menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke

kelas dan dievaluasi oleh guru.

Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan

(30)

dengan mengadakan percobaan sendiri serta dapat terlatih dalam cara berfikir

yang ilmiah. Dengan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari teori

yang sedang dipelajarinya. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan

metode eksperimen siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau

melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis,

membuktikan.

Suparno (2013) dalam bukunya membagi metode eksperimen dalam dua

bagian yaitu:

1. Eksperimen yang terencana atau terbimbing

Dalam eksperimen terbimbing seluruh jalannya percobaan sudah dirancang

oleh guru sebelum percobaan dilakukan oleh siswa. Terdapat beberapa hal yang

harus dilakukan guru saat melakukan pembelajaran dengan eksperimen

terbimbing diantaranya :

a. Memilih eksperimen yang akan ditugaskan kepada siswa;

b. Merencanakan langkah-langkah percobaan seperti: apa tujuannya, peralatan

yang digunakan, bagaimana merangkai percobaan, data yang harus

dikumpulkan siswa, bagaimana menganalisis data, dan apa kesimpulannya;

c. Mempersiapkan semua peralatan yang akan digunakan sehingga pada saat

siswa mencoba semua siap dan lancar;

d. Pada saat percobaan sendiri guru dapat berkeliling melihat bagaimana siswa

(31)

e. Bila ada peralatan yang macet guru membantu siswa agar alat dapat jalan

dengan baik;

f. Membantu siswa dalam menarik kesimpulan dengan percobaan yang

dilakukan;

g. Bila siswa membuat laporan, maka guru harus memeriksanya;

h. Guru sebaiknya mempersiapkan petunjuk dan langkah percobaan dalam satu

lembar kerja sehingga memudahkan siswa bekerja.

Adapun tindakan yang harus dilakukan siswa dalam percobaan antara lain:

a. Membaca petunjuk percobaan dengan teliti;

b. Mencari alat yang diperlukan;

c. Merangkai alat-alat sesuai dengan skema percobaan;

d. Mulai mengamati jalannya percobaan;

e. Mencatat data yang diperlukan;

f. Mendiskusikan dalam kelompok untuk mengambil kesimpulan dari data

yang ada;

g. Membuat dan mengumpulkan laporan percobaan;

(32)

2. Eksperimen bebas

Dalam eksperimen ini guru tidak memberikan petunjuk percobaan secara

rinci. Dengan kata lain siswa yang harus lebih banyak berpikir sendiri. Tugas guru

disini hanya memberikan persoalan kepada siswa. Keuntungan eksperimen bebas

adalah siswa ditantang untuk merencanakan percobaannya sendiri tanpa banyak

arahan dari guru. Dengan demikian akan tampak bagaimana kreativitas,

kepandaian dan kemampuan siswa dalam memecahkan tugas yang diberikan guru.

Adapun kelebihan metode eksperimen antara lain:

a. Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau

kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima

kata guru atau buku;

b. Siswa dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi

(menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi;

c. Siswa memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam melakukan

eksperimen;

d. Siswa terlibat aktif mengumpulkan fakta dan informasi yang diperlukan

untuk percobaan;

e. Siswa dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan

berfikir ilmiah;

f. Dapat memperkaya pengalaman dan berpikir siswa dengan hal-hal yang

(33)

Adapun kekurangan metode eksperimen antara lain:

a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap siswa berkesempatan

mengadakan eksperimen;

b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, siswa harus menanti

untuk melanjutkan pelajaran;

c. Kesalahan dan kegagalan siswa yang tidak terdeteksi oleh guru;

d. Sering ada kesulitan dalam melaksanakan eksperimen karena guru dan

siswa kurang berpengalaman melakukan eksperimen;

e. Kesalahan dan kegagalan siswa yang tidak terdeteksi oleh guru dalam

bereksperimen berakibat siswa keliru dalam mengambil keputusan.

Woolnough & Allsop (Rustaman, 2005 dalam Syam, dkk. 2017: 8),

mengemukakan empat alasan mengenai pentingnya kegiatan praktikum IPA yaitu

sebagai berikut:

a. Praktikum membangkitkan motivasi belajar sains.

Siswa belajar dipengaruhi oleh motivasi, siswa yang termotivasi untuk

belajar akan bersungguh-sungguh dalam mempelajari sesuatu. Melalui

kegiatan laboratorium, siswa diberikan kesempatan untuk memenuhi

dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa.

b. Praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen

Melakukan eksperimen merupakan kegiatan yang banyak dilakukan

(34)

keterampilan dasar seperti mengamati, mengestimasi, mengukur, dan

memanipulais peralatan sains.

c. Praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah.

Metode inquiri dikembangkan melalui pendekatan heuristik yang

memandang saintis sebagai penemu (discoverer). Di dalam kegiatan

praktikum menurut pandangan ini, siswa bagaikan seorang saintis yang

sedang melakukan eksperimen, mereka dituntut untuk merumuskan

masalah, merancang eksperimen, merakit alat, melakukan pengukuran

secara cermat, menginterpretasikan data perolehan, serta

mengkomunikasinnya melalui laporan yang harus dibuatnya.

d. Praktikum menunjang materi pelajaran siswa untuk menemukan teori, dan

membuktikan teori.

Selain itu praktikum dalam pelajaran sains dapat membentuk ilustrasi

bagi konsep dan prinsip sains. Dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat

disimpulkan bahwa praktikum dapat menunjang pemahaman siswa terhadap

materi pelajaran.

C. Materi Mekanika SMA

Mekanika merupakan salah satu bagian dalam bidang ilmu Fisika.

Mekanika berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari gerakan suatu benda serta

efek gaya dalam gerakan itu. Mekanika terbagi atas dua bagian yaitu mekanika

(35)

mekanika yang mempelajari tentang benda yang diam (statis) dan mekanika yang

mempelajari tentang benda yang bergerak (kinematika dan dinamika).

Pembelajaran mekanika di SMA terdapat di kelas X dan XI. Adapun materi

mekanika untuk kelas X dan kelas XI (tabel 2.1 dan tabel 2.2) sebagai berikut:

Tabel 2.1 Materi mekanika kelas X

No Semester 1 Jenis Praktikum

1. Besaran dan satuan

a. Besaran dan satuan standar b. Alat ukur

c. Angka penting

d. Besaran scalar dan besaran vektor

Alat ukur

2. Gerak

a. Jarak dan perpindahan b. Kelajuan dan kecepatan c. Percepatan

d. Gerak dengan kecepatan konstan e. Gerak dengan kecepatan tidak

c. Arah gaya kontak (gaya gesek dan gaya normal)

d. Keuntungan dan kerugian gaya gesek

e. Gaya sentripetal dan sentrifugal

(36)

Tabel 2.2 Materi mekanika kelas XI

No. Semester 1 Jenis Praktikum

1 Kinematika dengan analisis vektor a. Posisi, kecepatan, dan percepatan

pada gerak dalam bidang

b. Posisi, kecepatan dan percepatan sudut pada gerak melingkar

c. Gerak parabola

-

2 Hukum-hukum Newton tentang gerak dan gravitasi

a. Dinamika partikel dengan gaya gesekan

b. Hukum Newton tentang gravitasi

Koefisien gesekan

a. Usaha, energi dan daya

b. Energi potensial dan gaya konservatif

Usaha pada pegas

5 Impuls dan momentum

a. Konsep impuls dan momentum b. Hukum kekekalan momentum c. Jenis-jenis tumbukan

Momentum dan tumbukan

6 Dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar

b. Tegangan permukaan zat cair dan viskositas fluida

c. Fluida dinamis

(37)

D. Alat Laboratorium Fisika dalam Bidang Mekanika

Alat laboratorium Fisika digunakan untuk menunjang proses pembelajaran

di sekolah. Tabel 2.3 berikut ini merupakan klasifikasi alat laboratorium Fisika

berdasarkan topik mekanika di SMA (Kanginan, 2007 ; Purwoko, 2007).

Tabel 2.3 Klasifikasi alat laboratorium Fisika mekanika SMA

No Judul

Sumber gambar: Laboratorium Fisika Sanata Dharma

(38)

e.

f.

g.

h. i.

Sumber gambar: Laboratorium Fisika Sanata Dharma

3 Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)

a. Kereta b. Ticker Timer c. Kertas Karbon d. Kertas Perekam e. Travo

f. Tali nilon g. Beban h. Katrol

i. Neraca o’haus j. Papan luncur k. Bantalan l. Mideline

a.

(39)

c. d.

e. f.

g.

h. i.

(40)

k. l.

Sumber gambar: Laboratorium Fisika Sanata Dharma

4 Gerak Melingkar Beraturan (GMB)

a. Alat sentripetal b. Neraca O’haus c. Stopwacth d. Beban e. Penggaris

a. b.

c.

d.

e.

(41)

5 Hukum Newton II

a. Kereta b. Ticker Timer c. Kertas Karbon d. Kertas Perekam e. Travo

f. Tali nilon g. Beban h. Katrol

i. Neraca o’haus j. Papan luncur k. Mideline

a.

b.

c. d.

e. f.

g.

(42)

j. k.

Sumber gambar: Laboratorium Fisika Sanata Dharma

6 Koefisien gesekan

a. Beban

b. Balok gesekan c. Tali nilon d. Katrol e. Neraca o’haus f. Papan luncur

a.

b.

(43)

e. f.

Sumber gambar: Laboratorium Fisika Sanata Dharma

7 Hooke a. Pegas

b. Statif c. Penggaris d. Beban

a. b.

c. d.

Sumber gambar: Laboratorium Fisika Sanata Dharma

8 Usaha pada pegas

a. Statif b. Pegas

c. Balok gesekan d. Mideline

a. b.

(44)

d.

Sumber gambar: Laboratorium Fisika Sanata Dharma

9 Tumbukan a. Mideline b. Neraca o’haus c. Bola

a. b.

c.

Sumber gambar: Laboratorium Fisika Sanata Dharma

10 Titik berat a. Statif b. Tali nilon c. Beban d. Penggaris e. Karton f. Paku g. Gunting

(45)

c.

d. e.

f.

g.

Sumber gambar: Laboratorium Fisika Sanata Dharma

11 Archimed es

a. Neraca Pegas b. Beban

c. Statif d. Beker glass e. Tabung

archimedes

(46)

c. d.

e.

Sumber gambar: Laboratorium Fisika Sanata Dharma

E. Guru Fisika

Syarat utama berlangsungnya suatu proses belajar-mengajar yakni adanya

intereaksi timbal balik antara guru sebagai pengajar dan siswa yang belajar.

Dalam pembelajaran guru berperan penting untuk mengembangkan kemampuan

siswanya. Secara sederhana dapat didefinisikan bahwa guru adalah pendidik yang

profesional. Sebagai pendidik yang professional seorang guru tentunya tahu

bagaimana cara untuk mendidik dan mengembangkan kemampuan siswanya.

Menurut Kunandar (2008: 48) guru professional adalah guru yang mengenal

tentang dirinya sendiri yaitu sebagai pribadi yang dipanggil untuk mendampingi

siswa untuk/dalam belajar.

Menurut Surya 2005 (dalam Kunandar 2008: 47) guru yang professional

akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas – tugas yang ditandai dengan

(47)

tanggung jawab dalam melaksanakan pengabdiannya. Berdasarkan penjelasan di

atas maka sebagai guru Fisika yang profesional yang sudah terdidik, terlatih serta

memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya mampu untuk mendidik,

mengajarkan, dan menyediakan pengalaman belajar bagi siswa untuk

mengembangkan kemampuannya.

Laboratorium Fisika merupakan sarana yang penting dalam menunjang

proses pembelajaran Fisika. Menurut Tyan A (2012 : 13) laboratorium adalah

suatu ruangan atau bangunan yang dimiliki suatu sekolah atau madrasah yang di

dalamnya dilengkapi sarana dan prasarana, baik itu peralatan maupun

bahan-bahan yang digunakan untuk kepentingan pelaksanaan eksperimen, praktek

pembelajaran Fisika, dan penemuan ilmiah melalui pengalaman langsung dalam

membentuk keterampilan. Sebagai tempat untuk melaksanakan proses

pembelajaran Fisika, laboratorium memerlukan kelengkapan – kelengkapan. Salah

satunya adalah kelengkapan alat-alat laboratorium Fisika.

Sebagai guru Fisika penting untuk memberikan pengalaman belajar kepada

siswa di laboratorium. Metode yang dianggap cocok untuk digunakan saat

(48)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif adalah

jenis penelitian yang menggunakan data berupa skor atau angka, sedangkan

penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif, data yang

dikumpulkan dalam bentuk kata-kata, gambar, dan keadaan (Suparno, 2007).

Penelitian kuantitatif bertujuan untuk mengetahui berapa prosentase dari

kelengkapan alat laboratorium Fisika SMA dalam bidang mekanika dengan

menggunakan metode observasi. Sedangkan penelitian kualitatif bertujuan untuk

mengetahui penggunanaan alat laboratorium Fisika SMA dalam bidang mekanika

di sekolah tersebut dengan menggunakan metode wawancara dan studi dokumen.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus

melalui wawancara yang sudah terlebih dahulu disiapkan pertanyaan wawancara

secara terstrukur dan observasi alat laboratorium dengan menggunakan instrumen

(49)

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi : SMA di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean, Toraja

Utara, Sulawesi Selatan.

2. Sampel : 3 siswa kelas X, 3 siswa kelas XI, beberapa guru Fisika, dan 3

laboratorium Fisika dari SMA Negeri 1 Rantepao, SMA Pelita Rantepao, dan

SMA Negeri 1 Sesean .

D. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tiga SMA di Kecamatan Rantepao yaitu SMA

Negeri 1 Rantepao, SMA Pelita Rantepao dan di Kecamatan Sesean yaitu

SMA Negeri 1 Sesean.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Ajaran 2015/2016

yaitu pada bulan Mei 2016.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah:

1. Observasi laboratorium Fisika

Digunakan untuk mengumpulkan data penelitian berupa daftar alat-alat

laboratorium dalam bidang mekanika dengan menggunakan lembar observasi

(50)

2. Wawancara

Wawancara dilakukan pada guru dan siswa untuk mengetahui tingkat

penggunaan alat laboratorium Fisika SMA bidang mekanika dalam proses

pembelajaran di sekolah.

3. Studi dokumen

Studi dokumen dilakukan untuk mengetahui jadwal praktikum mekanika di

SMA dengan mengobservasi jadwal praktikum serta meninjau RPP yang telah

dibuat oleh guru Fisika.

F. Instrumen Penelitian

Arikunto (2010: 203) menjelaskan bahwa instrumen penelitian adalah alat

atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,

lengkap dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah.

Dalam penelitian ini digunakan dua jenis instrumen yaitu observasi

laboratorium dan wawancara.

1. Lembar Observasi Laboratorium

Lembar observasi laboratorium berisi aspek-aspek kelengkapan alat.

Laboratorium Fisika SMA dalam bidang mekanika yang mencakup:

a. Daftar alat laboratorium

Daftar alat laboratorium dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada materi

(51)

b. Jumlah Alat

Jumlah alat dilihat berdasarkan seberapa banyak alat yang diperlukan dalam

praktikum, serta kesesuaian alat tersebut terhadap jumlah siswa. Berikut

merupakan tabel kategori dan skor jumlah alat (tabel 3.2).

Tabel 3.1 Tingkat Ketercukupan

No. Kategori Skor Keterangan jumlah alat

1 Sangat Lengkap 4 ≥ 6

2 Lengkap 3 4 dan 5

3 Cukup 2 3

4 Kurang Lengkap 1 1 dan 2

5 Sangat Tidak Lengkap 0 0

Penskoran jumlah alat dilakukan dengan melihat bahwa jumlah siswa

rata-rata setiap kelas adalah 30 orang siswa, apabila akan dilakukan praktikum yang

ideal dalam satu kelompok ± 5 orang, maka akan terbentuk 6 kelompok. Untuk itu

setidaknya harus terdapat 6 set alat laboratorium untuk setiap praktikum, agar

praktikum dapat berjalan dengan maksimal.

Jika yang tersedia hanya setengah dari jumlah seharusnya, misalnya terdapat

3 set alat laboratorium, maka jumlah alat dapat dikategorikan cukup. Untuk

kategori sangat tidak lengkap apabila tidak ada alat yang tersedia. Kategori

lengkap jika alat tersedia sebanyak 4 atau 5. Untuk kategori kurang lengkap jika

alat tersedia 1 atau 2 alat.

Alat-alat tertentu memiliki cara pembobotan khusus yaitu penggaris, karton,

gunting, dan paku. Alat-alat ini memiliki pengecualian pembobotan karena bisa

(52)

c. Bobot

Pembobotan dilakukan berdasarkan penting tidaknya sebuah alat dalam

suatu praktikum. Table 3.3 berikut merupakan pembobotan berdasarkan penting

tidaknya sebuah alat.

Tabel 3.2 Tingkat Kepentingan Alat

No Kategori Skor Keterangan

1 Sangat Penting 5 Tidak dapat digantikan ; Jika tidak ada alat tersebut maka praktikum tidak

dapat berjalan.

2 Penting 4 Dapat digantikan namun hasil yang

diperoleh kurang baik dibandingkan dengan alat asli.

3 Cukup 3 Dapat digantikan dan hasil yang

diperoleh mendekati ketika menggunakan alat yang asli. 4 Kurang Penting 2 Dapat digantikan dan hasil yang

diperoleh tetap baik. 5 Sangat Tidak

Penting

(53)

Tabel 3.3 Tingkat Kepentingan Alat dalam Setiap Praktikum

No Praktikum Nama Alat Bobot Keterangan

1 2 3 4 5

Papan luncur √ Bisa digantikan

dengan meja

Travo √ -

Balok pengganjal √ Bisa digantikan

dengan tumpukan buku

Mideline √ Bisa digantikan

dengan penggaris

Kertas perekam √ Bisa digantikan

dengan kertas HVS

Papan luncur √ Bisa digantikan

dengan meja

Travo √ -

Neraca O’haus √ -

Mideline √ Bisa digantikan

dengan penggaris

Kertas perekam √ Bisa digantikan

dengan kertas HVS

Beban √ Bisa digantikan

dengan batu atau balok

Katrol √ -

Tali nilon √ Bisa digantikan

(54)

4 Gerak

Stopwacth √ Bisa digantikan

dengan stopwatch hp

Beban √ Bisa digantikan

dengan batu atau balok

Penggaris √ Bisa digantikan

dengan mideline

5 Hukum

Newton II

Beban √ Bisa digantikan

dengan batu atau balok

Kereta √ -

Papan luncur √ Bisa digantikan

dengan meja

Ticker timer √ -

Katrol √ -

Kertas perekam √ Bisa digantikan

dengan kertas HVS

Tali nilon √ Bisa digantikan

dengan benang wol

Kertas karbon √ -

Neraca O’haus √ -

Mideline √ Bisa digantikan

dengan penggaris 6 Koefisien

gesekan

Balok gesekan √ -

Tali nilon √ Bisa digantikan

dengan benang wol

Katrol √ -

Beban √ Bisa digantikan

dengan batu atau balok

Papan luncur √ Bisa digantikan

dengan meja

Neraca O’haus √ -

(55)

Penggaris √ Bisa digantikan dengan mideline

Beban √ Bisa digantikan

dengan batu atau balok

Statip √ Bisa digantikan

dengan kayu atau

Statip √ Bisa digantikan

dengan kayu atau penyanggah

Penggaris √ Bisa digantikan

dengan mideline

9 Tumbukan Mideline √ Bisa digantikan

dengan penggaris

Tali nilon √ Bisa digantikan

dengan benang wol

Beban √ Bisa digantikan

dengan kayu atau balok

Penggaris √ Bisa digantikan

dengan mideline

Karton √ Bisa digantikan

dengan jenis kertas lain yang tebal seperti buffalo

Paku √ Bisa digantikan

dengan jarum

Gunting √ Bisa digantikan

dengan pisau atau cutter

11 Archimedes Neraca pegas √ -

Beban √ Bisa digantikan

dengan batu atau balok

(56)

dengan kayu

Beker glass √ Bisa digantikan

dengan gelas biasa

kurang baik, dan sangat tidak baik (tabel 3.5).

Tabel 3.4 Tingkat Keadaan dan Fungsi

No Kategori Skor Keterangan

1 Sangat Baik 5 Keadaan alat sangat bagus dan dapat digunakan dengan baik.

2 Baik 4 Keadaan baik dan bisa digunakan.

3 Cukup Baik 3 Alat masih bisa digunakan tetapi keadaan alat kurang baik.

4 Kurang Baik 2 Alat masih bisa digunakan tetapi penggunaan alat tidak bisa maksimal. 5 Sangat Tidak Baik 1 Keadaan alat tidak baik dan tidak

bisa digunakan.

2. Pedoman Wawancara Guru

Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara guru.

Pedoman wawancara guru dibuat untuk mengetahui seberapa sering penggunaan

alat laboratorium Fisika SMA dalam bidang mekanika di sekolah tersebut (lihat

lampiran no. 7 halaman 63).

3. Pedoman Wawancara Siswa

Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara siswa.

Pedoman wawancara siswa dibuat untuk mengetahui seberapa sering penggunaan

(57)

telah dialami oleh siswa tersebut. Setiap sekolah akan diwakili oleh 6 siswa,

masing masing dari kelas X dan XI (lihat lampiran no. 8 halaman 65).

4. Dokumen

Data diperoleh dengan mengumpulkan RPP dan jadwal praktikum dari

sekolah yang diteliti.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis kuantitatif. Kelengkapan alat laboratorium dan penggunaan alat

laboratorium dianalisis dengan perhitungan berikut:

Adapun rumus untuk prosentase rata-rata hasil akhir (kelengkapan alat

laboratorium) adalah sebagai berikut:

Keterangan :

X% : Prosentase kelengkapan alat dalam suatu praktikum

(58)

Skor maksimum diperoleh dengan mengalikan nilai maksimum dari masing

masing kategori yaitu kepentingan alat dengan nilai maksimum 5, ketercukupan

alat dengan nilai maksimum 4 dan keadaan alat dengan nilai maksimum 5. Skor

maksimum yang diperoleh sebesar 100.

Setelah didapatkan nilai prosentase kelengkapan alat untuk 11 percobaan,

maka dapat diklasifikasikan dalam tabel interval sebagai berikut:

Tabel 3.5 Interval Kelengkapan Alat Laboratorium Fisika

No. Interval Keterangan

1 81% - 100% Sangat lengkap

2 61% - 80% Lengkap

3 41% - 60% Cukup

4 21% - 40% Kurang lengkap

5 0% - 20% Sangat tidak lengkap

Untuk penggunaan alat laboratorium data diambil dengan menggunakan

metode wawancara, direkam kemudian rekaman tersebut ditranskip dalam bentuk

kata-kata. Untuk data yang sama diberikan tanda atau coding yang sama pula,

kemudian dipisahkan berdasarkan coding atau tanda tersebut. Data kemudian

dicoding dan disatukan dengan data coding hasil wawancara.

Melengkapi data wawancara digunakan pula studi dokumen dengan melihat

(59)

41 BAB IV

DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 9 Mei - 14 Mei 2016 tahun ajaran

2015/2016. Penelitian dilaksanakan di tiga Sekolah Menengah Atas (SMA) di

Toraja utara, Sulawesi Selatan. Adapun sekolah yang dijadikan subyek penelitian

adalah SMA Negeri 1 Rantepao, SMA Pelita Rantepao, dan SMA Negeri 1

Sesean. Penelitian di tiga sekolah tersebut dilaksanakan pada hari dan tanggal

yang berbeda.

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dalam 2 bentuk, yaitu observasi alat

laboratorium Fisika dan wawancara dengan guru dan siswa. Observasi alat

laboratorium bertujuan untuk mengetahui kelengkapan alat laboratorium pada

bidang mekanika di sekolah tersebut. Setelah itu dilanjutkan dengan wawancara

yang terbagi atas dua yaitu wawancara guru mata pelajaran fisika yang mengajar

pada kelas X dan XI MIPA, dan wawancara siswa kelas X dan XI MIPA.

Wawancara guru bertujuan untuk mengetahui sejauh mana alat laboratorium

fisika bidang mekanika digunakan dalam pembelajaran. Sedangkan wawancara

siswa bertujuan untuk mengkonfirmasi beberapa pernyataan dari

kegiatan-kegiatan selama proses pembelajaran yang diungkapkan dan dilakukan oleh guru

(60)

Observasi dan wawancara telah dilakukan peneliti dan direkam dalam

bentuk dokumentasi foto dan rekaman suara. Observasi dan wawancara

dilaksanakan pada waktu istirahat sekolah, sehingga tidak mengganggu proses

pembelajaran di sekolah yang diteliti.

Tabel 4.1 Jadwal Pengambilan Data

No. Sekolah Jenis Kegiatan Hari/ Tgl a. SMA Negeri 1 Rantepao

Disini dirangkum kelengkapan alat laboratorium Fisika dalam bidang

mekanika untuk 11 percobaan di sekolah tersebut. Data lebih rinci dapat dilihat

(61)

Tabel 4.2 Klasifikasi prosentase kelengkapan berdasarkan kategori kelengkapan untuk 11 praktikum di SMA Negeri 1 Rantepao No. Jenis percobaan Prosentase

kelengkapan

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa kelengkapan alat laboratorium Fisika

SMA Negeri 1 Rantepao kebanyakan berada pada kategori cukup. Dari hasil 11

percobaan terdapat percobaan yang dapat berjalan namun terdapat juga percobaan

yang tidak berjalan.

Percobaan yang berjalan antara lain: alat ukur, GLB, GLBB, hukum Newton

II, koefisien gesekan, Hooke, usaha pada pegas, dan Archimedes. Sedangkan

percobaan yang tidak dapat berjalan: GMB dan tumbukan. Percobaan yang tidak

dapat berjalan dipengaruhi karena percobaan-percobaan tersebut tidak memiliki

alat yang keberadaannya tidak dapat digantikan. Terdapat pula percobaan yang

meskipun memiliki nilai prosentase rendah tetapi tetap dapat berjalan yaitu

percobaan titik berat. Hal tersebut dikarenakan alat dan bahan pada percobaan

(62)

b. SMA Pelita Rantepao

Disini dirangkum kelengkapan alat laboratorium Fisika dalam bidang

mekanika untuk 11 percobaan di sekolah tersebut. Data lebih rinci dapat dilihat

pada lampiran no. 10 halaman 75.

Tabel 4.3 Klasifikasi prosentase kelengkapan berdasarkan kategori kelengkapan untuk 11 praktikum di SMA Pelita Rantepao No. Jenis percobaan Prosentase

kelengkapan

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa kelengkapan alat laboratorium Fisika

SMA Pelita Rantepao kebanyakan berada pada kategori sangat tidak lengkap.

Dari hasil 11 percobaan terdapat percobaan yang dapat berjalan namun terdapat

juga percobaan yang tidak berjalan.

Percobaan yang berjalan antara lain: Hooke dan usaha pada pegas.

Sedangkan percobaan yang tidak dapat berjalan: GLB, GLBB, GMB, hukum

Newton II, koefisien gesekan, tumbukan, dan Archimedes. Percobaan yang tidak

dapat berjalan dipengaruhi karena percobaan-percobaan tersebut tidak memiliki

alat yang keberadaannya tidak dapat digantikan. Terdapat pula percobaan yang

(63)

percobaan alat ukur dan titik berat. Untuk percobaan alat ukur tetap dapat berjalan

meskipun tidak maksimal karena jumlah alat yang terbatas. Sedangkan untuk

percobaan titik berat alat dan bahan dapat digantikan sehingga percobaan tetap

berjalan.

c. SMA Negeri 1 Sesean

Disini dirangkum kelengkapan alat laboratorium Fisika dalam bidang

mekanika untuk 11 percobaan di sekolah tersebut. Data lebih rinci dapat dilihat

pada lampiran no. 11 halaman 84.

Tabel 4.4 Klasifikasi prosentase kelengkapan terhadap kategori kelengkapan untuk 11 praktikum di SMA Negeri 1 Sesean

No. Jenis percobaan Prosentase

kelengkapan

6 Koefisien gesekan 14,17 % Sangat tidak lengkap

7 Hooke 9 % Sangat tidak lengkap

8 Usaha pada pegas 12 % Sangat tidak lengkap

9 Tumbukan 20 % Sangat tidak lengkap

10 Titik berat 5,14 % Sangat tidak lengkap

11 Archimedes 26,2 % Kurang lengkap

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa kelengkapan alat laboratorium Fisika

SMA Negeri 1 Sesean kebanyakan berada pada kategori sangat tidak lengkap.

Dari hasil 11 percobaan terdapat percobaan yang dapat berjalan namun terdapat

(64)

Percobaan yang berjalan antara lain: alat ukur. Sedangkan percobaan yang

tidak dapat berjalan: GLB, GLBB, GMB, hukum Newton II, koefisien gesekan,

Hooke, usaha pada pegas, tumbukan, titik berat, dan Archimedes. Percobaan yang

tidak dapat berjalan dipengaruhi karena percobaan-percobaan tersebut tidak

memiliki alat yang keberadaannya tidak dapat digantikan.

2. Tingkat Penggunaan Alat Laboratorium

Untuk tingkat penggunaan alat laboratorium dapat diketahui dari hasil

wawancara guru, wawancara siswa, dan studi dokumen. Hasil wawancara guru

dan wawancara siswa yang semula dalam bentuk rekaman kemudian di transkip

untuk mempermudah peneliti untuk menganalisis penggunaan alat laboratorium.

Siswa selaku partisipan dalam penelitian dipilih secara acak oleh guru Fisika,

sedangkan untuk studi dokumen digunakan untuk memastikan ada atau tidaknya

praktikum di sekolah.

a. SMA Negeri 1 Rantepao

Untuk wawancara guru terdapat tiga guru sedangkan untuk wawancara

siswa terdapat enam siswa yang terdiri dari tiga siswa kelas X dan tiga siswa kelas

XI IPA.

Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga guru yang ada di sekolah tersebut

(65)

Menurut guru A terkadang ia menggunakan metode eksperimen sebagai

salah satu metode pembelajaran, namun hal tersebut juga tergantung dari materi

yang diajarkan. Tidak semua materi mekanika yang diajarkan dapat

dipraktikumkan. Jika materinya bisa di praktikumkan maka siswa akan dibawa ke

laboratorium, akan tetapi hal tersebut juga tergantung dari alat laboratorium yang

tersedia. Guru A juga mengatakan bahwa dalam satu semester guru A

menggunakan metode eksperimen sebanyak tiga sampai empat kali, tetapi itu

untuk semua materi selama satu semester tergantung alat yang tersedia di

laboratorium. Jika alat yang dibutuhkan terdapat di laboratorium maka akan

diadakan eksperimen. Tetapi jika alatnya tidak memungkinkan untuk digunakan,

maka hanya akan dibawa ke kelas. Untuk kendala yang dihadapi guru A terletak

pada saat menyiapkan alat-alat yang akan digunakan eksperimen dan alat yang

dibutuhkan terkadang tidak tersedia di laboratorium.

Guru B terkadang menggunakan metode eksperimen namun tergantung dari

materi yang diajarkan. Guru B mengatakan bahwa jika materi tersebut ada

hubungannya dengan laboratorium, maka siswa akan dibawa ke laboratorium.

Namun jika alat laboratoriumnya tidak memungkinkan atau jumlahnya terbatas,

maka akan diadakan demonstrasi dalam kelas. Hal tersebut juga terjadi karena

terkadang laboratorium dijadikan sebagai kelas pembelajaran, jadi terkadang

praktikum tidak dapat dilaksanakan. Untuk metode eksperimen, guru B

melakukan sebanyak empat kali per tahun untuk keseluruhan materi. Untuk

kendala yang dihadapi guru B antara lain saat akan melaksanakan eksperimen

(66)

akibat renovasi dan pemindahan alat laboratorium. Kendala lain, saat akan

melaksanakan eksperimen, waktu yang tersedia terbatas (hanya 90 menit).

Guru C terkadang juga menggunakan metode eksperimen. Guru C juga

menggunakan model pembelajaran seperti cooperatif learning, game, gerlach

serta discovery learning. Untuk metode eksperimen, guru C belum sering

menggunakan metode tersebut tetapi sekali dua kali terkadang digunakan. Hal

yang mendasari jarang menggunakan metode eksperimen yaitu karena di sekolah

tersebut belum terdapat laboran, alat yang tersedia masih kurang memadai dan

belum diperbaharui, dan terdapat kesibukan atau panggilan dadakan di luar

sekolah.

Sedangkan hasil wawancara dengan enam siswa yang ada di sekolah

tersebut (lihat lampiran no. 12) dapat diketahui bahwa:

Menurut siswa A diketahui bahwa di sekolah tersebut terkadang

menggunakan metode eksperimen yang dilakukan tiga kali tiap semester, tetapi

itu untuk keseluruhan materi. Terkadang juga guru yang mengajar menggunakan

metode demonstrasi dalam kelas. Siswa A juga mengatakan bahwa terkadang

guru fisika memberitahukan bahwa ada jadwal khusus untuk melakukan

praktikum. Praktikum terakhir yang dilakukan pada semester II tahun ajaran

2015/2016 tentang pengukuran menggunakan jangka sorong. Pendapat siswa A

mengenai laboratorium Fisika termasuk kategori cukup, namun kondisi

laboratoriumnya kurang mendukung dan juga alat-alat yang tersedia disekolah

(67)

Siswa B menyatakan bahwa di sekolah tersebut terkadang menggunakan

metode eksperimen, tergantung dari materi pembelajaran. Terkadang guru di

sekolah tersebut juga menggunakan alat laboratorium untuk percobaan sederhana

dalam kelas, satu kali dalam sebulan. Siswa B mengatakan juga bahwa terkadang

guru Fisika memberitahukan jadwal untuk praktikum. Terakhir kali melakukan

praktikum sekitar bulan April mengenai GLB. Pendapat siswa B mengenai

laboratorium Fisika termasuk kategori cukup, namun kondisi laboratoriumnya

kurang mendukung dan juga alat-alat yang tersedia disekolah banyak yang rusak.

Siswa C menyatakan bahwa di sekolah tersebut terkadang menggunakan

metode eksperimen. Terkadang guru di sekolah tersebut juga menggunakan alat

laboratorium untuk percobaan sederhana dalam kelas, terkadang tiap bab namun

terkadang juga tergantung dari materi dan alat yang tersedia. Siswa C mengatakan

juga bahwa terkadang guru Fisika memberitahukan jadwal untuk praktikum.

Terakhir kali melakukan praktikum semester I tahun ajaran 2015/2016 mengenai

optika. Siswa C mengatakan bahwa sebagian alat yang ada masih dalam kondisi

baik, namun ada juga yang sudah rusak dan tidak berfungsi lagi.

Siswa D menyatakan bahwa di sekolah tersebut terkadang menggunakan

metode eksperimen yang dilakukan dua kali tiap semester, namun untuk

demonstrasi di dalam kelas belum pernah. Siswa D mengatakan juga bahwa

terkadang guru Fisika memberitahukan jadwal untuk praktikum. Terakhir kali

melakukan praktikum mengenai gaya pada pegas. Siswa D mengatakan

laboratorium di sekolah tersebut termasuk kategori kurang baik karena alat-alat

(68)

Siswa E menyatakan bahwa di sekolah tersebut terkadang menggunakan

metode eksperimen sebanyak satu atau dua kali tiap semester, namun tidak pernah

menggunakan alat laboratorium untuk demonstrasi. Siswa E mengatakan juga

bahwa terkadang guru Fisika memberitahukan jadwal untuk praktikum. Terakhir

kali melakukan praktikum semester I tahun ajaran 2015/2016 mengenai optika.

Siswa E mengatakan bahwa laboratorium di sekolah tersebut sudah termasuk

kategori cukup, namun fasilitas yang tersedia masih kurang, ruangan laboratorium

kurang nyaman, perawatan untuk alat-alat laboratorium yang masih sangat

kurang.

Menurut siswa F di sekolah tersebut terkadang menggunakan metode

eksperimen sebanyak dua atau tiga kali tiap semester, tergantung dari materi.

Sesekali guru di sekolah tersebut juga menggunakan alat laboratorium untuk

percobaan sederhana dalam kelas. Siswa F mengatakan juga bahwa terkadang

guru Fisika memberitahukan jadwal untuk praktikum. Terakhir kali melakukan

praktikum semester I tahun ajaran 2015/2016 mengenai pengukuran. Siswa F

mengatakan bahwa laboratorium di sekolah tersebut sudah termasuk kategori

cukup, namun laboratoriumnya gelap, meja dan kursinya kurang tertata rapi.

Dari hasil wawancara guru dan siswa diketahui bahwa tingkat penggunaan

laboratorium masih rendah karena masih jarang digunakan untuk praktikum.

Untuk tiap semester praktikum dilakukan sebanyak dua atau tiga kali. Hal tersebut

dikarenakan adanya beberapa kendala yaitu alat laboratorium Fisika yang kurang

dan rusak, waktu yang terbatas untuk melakukan praktikum dan belum terdapat

Gambar

Tabel 2.1 Materi mekanika kelas X
Tabel 2.2 Materi mekanika kelas XI
Tabel 2.3 Klasifikasi alat laboratorium Fisika mekanika SMA
Tabel 3.1 Tingkat Ketercukupan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan penerapan metode demonstrasi berbantuan alat peraga pada mata perlajaran fisika kelas X.2 semester II tahun pelajaran 2011/2012 pada

KUDUS E-mail : Jalan Kudus – Purwodadi KM 16 Kode Pos 59372 Semester : 1 satu BUKU PEMINJAMAN DAN PENGEMBALIAN ALAT PRAKTIKUM LABORATORIUM IPA MA DARUL HIKAM NO.. NAMA SISWA KELAS