ABSTRAK
Pasinggi, Tri Wahyu Ningsi. 2016. Studi Kasus Kelengkapan dan Penggunaan Alat Laboratorium Fisika SMA dalam Bidang Mekanika di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean, Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Kelengkapan alat laboratorium Fisika khususnya pada bidang mekanika SMA di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean; (2) Tingkat penggunaan alat laboratorium Fisika khususnya pada bidang mekanika SMA di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean; (3) Pemahaman guru-guru Fisika SMA di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean dalam penggunaan alat laboratorium Fisika khususnya pada bidang mekanika.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2016 pada tiga SMA di Toraja Utara. SMA tersebut adalah SMA Negeri 1 Rantepao, SMA Pelita Rantepao, dan SMA Negeri 1 Sesean. Sampel penelitian adalah 3 siswa kelas X, 3 siswa kelas XI, beberapa guru Fisika, dan 3 laboratorium Fisika. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data yaitu: observasi alat laboratorium Fisika dalam bidang mekanika, wawancara guru, wawancara siswa, dan studi dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) untuk kelengkapan alat laboratorium, SMA Negeri 1 Rantepao termasuk dalam kategori cukup lengkap sedangkan SMA Pelita Rantepao dan SMA Negeri 1 Sesean termasuk dalam kategori sangat tidak lengkap; (2) Tingkat penggunaan alat laboratorium Fisika yang masih kurang dikarenakan alat laboratorium yang sudah mulai rusak dan tidak terurus; (3) Pemahaman guru Fisika yang masih kurang mengenai penggunaan alat laboratorium dalam menunjang proses belajar.
ABSTRACT
Pasinggi, Tri Wahyu Ningsi. (2016). A Case Study on the Completeness and the Use of Physics Laboratory’s Equipment of Senior High School (SHS) in Mechanics Field in the Districts of Rantepao and Sesean, North Toraja, South Sulawesi. An Undergraduate Thesis. Physics Education Study Program. Department of Mathematics and Natural Sciences. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University.
This research aimed to find out: (1) the completeness of Physics laboratory especially in mechanics field of SHS in the Districts of Rantepao and Sesean; (2) the use level of Physics laboratory especially in mechanics field of SHS in the District of Rantepao and Sesean; (3) the understanding of SHS Physics teachers in the District of Rabtepao and Sesean on the use of Physics laboratory’s equipment especially in mechanics field.
This research was conducted on May, 2016 at three SHS in North Toraja. The SHS was SMA Negeri 1 Rantepao, SMA Pelita Rantepao, and SMA Negeri 1 Sesean. The research sample was 3 students of grade X, 3 students of grade XI, several Physics teachers, and 3 Physics laboratory’s. The instrument which was used to obtain the data was: the observation of Physics laboratory’s equipment in mechanics field, teacher’s interview, students’ interview, and document study.
The research results showed that: (1) for the completeness of Physics laboratory’s equipment, SMA Negeri 1 Rantepao was included on the category of fairly complete while SMA Pelita Rantepao and SMA Negeri 1 Sesean was included on the category of very incomplete; (2) the use level of Physics Laboratory’s Equipment which was still less because laboratory’s equipment which started to be damaged and was neglected; (3) the understanding of Physic teacher which was still less on the use of laboratory’s equipment in supporting the learning process.
STUDI KASUS KELENGKAPAN DAN PENGGUNAAN ALAT LABORATORIUM FISIKA SMA DALAM BIDANG MEKANIKA DI
KECAMATAN RANTEPAO DAN KECAMATAN SESEAN, TORAJA UTARA, SULAWESI SELATAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh: Tri Wahyu Ningsi Pasinggi
NIM : 121424043
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
STUDI KASUS KELENGKAPAN DAN PENGGUNAAN ALAT LABORATORIUM FISIKA SMA DALAM BIDANG MEKANIKA DI
KECAMATAN RANTEPAO DAN KECAMATAN SESEAN, TORAJA UTARA, SULAWESI SELATAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh: Tri Wahyu Ningsi Pasinggi
NIM : 121424043
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Karena harapan itu akan selalu ada bagi mereka yang senantiasa berdo’a
dan selalu ada jalan bagi mereka yang tidak mengenal putus asa”
“Apapun yang terjadi di dalam hidup ku, selalu ku berkata Tuhan
Yesus
baik, Tuhan Yesus selalu membimbing langkah kaki ku di jalan yang terbaik”
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
Bapa di Surga dan Bunda Maria
Orangtua yang sangat ku cintai:
Paulus Suhud dan Jeni Pabimbim
Kakak-adik yang sangat ku sayangi:
Eko Suripto Pasinggi
Dwi Putri Pasinggi
Severius Catur Pasinggi
Semua sahabat dan teman-teman seperjuangan
Serta almamater tercinta
vii ABSTRAK
Pasinggi, Tri Wahyu Ningsi. 2016. Studi Kasus Kelengkapan dan Penggunaan Alat Laboratorium Fisika SMA dalam Bidang Mekanika di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean, Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Kelengkapan alat laboratorium Fisika khususnya pada bidang mekanika SMA di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean; (2) Tingkat penggunaan alat laboratorium Fisika khususnya pada bidang mekanika SMA di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean; (3) Pemahaman guru-guru Fisika SMA di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean dalam penggunaan alat laboratorium Fisika khususnya pada bidang mekanika.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2016 pada tiga SMA di Toraja Utara. SMA tersebut adalah SMA Negeri 1 Rantepao, SMA Pelita Rantepao, dan SMA Negeri 1 Sesean. Sampel penelitian adalah 3 siswa kelas X, 3 siswa kelas XI, beberapa guru Fisika, dan 3 laboratorium Fisika. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data yaitu: observasi alat laboratorium Fisika dalam bidang mekanika, wawancara guru, wawancara siswa, dan studi dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) untuk kelengkapan alat laboratorium, SMA Negeri 1 Rantepao termasuk dalam kategori cukup lengkap sedangkan SMA Pelita Rantepao dan SMA Negeri 1 Sesean termasuk dalam kategori sangat tidak lengkap; (2) Tingkat penggunaan alat laboratorium Fisika yang masih kurang dikarenakan alat laboratorium yang sudah mulai rusak dan tidak terurus; (3) Pemahaman guru Fisika yang masih kurang mengenai penggunaan alat laboratorium dalam menunjang proses belajar.
viii ABSTRACT
Pasinggi, Tri Wahyu Ningsi. (2016). A Case Study on the Completeness and the Use of Physics Laboratory’s Equipment of Senior High School (SHS) in Mechanics Field in the Districts of Rantepao and Sesean, North Toraja, South Sulawesi. An Undergraduate Thesis. Physics Education Study Program. Department of Mathematics and Natural Sciences. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University.
This research aimed to find out: (1) the completeness of Physics laboratory especially in mechanics field of SHS in the Districts of Rantepao and Sesean; (2) the use level of Physics laboratory especially in mechanics field of SHS in the District of Rantepao and Sesean; (3) the understanding of SHS Physics teachers in the District of Rabtepao and Sesean on the use of Physics laboratory’s equipment especially in mechanics field.
This research was conducted on May, 2016 at three SHS in North Toraja. The SHS was SMA Negeri 1 Rantepao, SMA Pelita Rantepao, and SMA Negeri 1 Sesean. The research sample was 3 students of grade X, 3 students of grade XI, several Physics teachers, and 3 Physics laboratory’s. The instrument which was used to obtain the data was: the observation of Physics laboratory’s equipment in mechanics field, teacher’s interview, students’ interview, and document study.
The research results showed that: (1) for the completeness of Physics laboratory’s equipment, SMA Negeri 1 Rantepao was included on the category of fairly complete while SMA Pelita Rantepao and SMA Negeri 1 Sesean was included on the category of very incomplete; (2) the use level of Physics Laboratory’s Equipment which was still less because laboratory’s equipment which started to be damaged and was neglected; (3) the understanding of Physic teacher which was still less on the use of laboratory’s equipment in supporting the learning process.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yesus Kristus dan kepada Bunda Maria yang telah melimpahkan berkat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Kasus Kelengkapan dan Penggunaan Alat Laboratorium Fisika SMA dalam Bidang Mekanika di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean, Toraja Utara, Sulawesi Selatan” ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanat Dharma.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, saran, dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, membimbing, memberikan arahan, memberi masukan, motivasi, dan saran yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi. 2. Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika yang telah memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.
3. Saverinus Domi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) Pendidikan Fisika angkatan 2012 yang telah memberikan saran, arahan dan bimbingan selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma.
4. Segenap dosen Pendidikan Fisika dan karyawan Program Studi Pendidikan Fisika yang telah membimbing, mendidik, dan memberikan pengetahuan selama ini serta pelayanan administrasi dengan baik kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
x
6. Kepala sekolah, guru dan karyawan serta siswa kelas X dan XI SMA Pelita Rantepao Tahun Ajaran 2015/2016 yang telah membantu dalam penelitian. 7. Kepala sekolah, guru dan karyawan serta siswa kelas X dan XI SMA Negeri
1 Sesean Tahun Ajaran 2015/2016 yang telah membantu dalam penelitian. 8. Bapak, Ibu, kakak dan adikku yang banyak memberikan motivasi, dukungan
baik doa maupun materi.
9. Kelompok skripsi Elisabhet Wora dan Megawati Belandina Banik yang sudah berjuang bersama-sama selama menyelesaikan skripsi.
10. Teman-teman yang selalu mendukung, membantu, dan mengingatkan penulis selama proses penulisan skripsi ini: Brigitta Dwi Utami, Bernadetta Savitri Sutasoma, Ratna Mintarsih, Maria Agata Ayang, dan seluruh teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2012.
Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca khususnya dan dalam bidang ilmu pendidikan pada umumnya.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ...viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ...xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Kegunaan Penelitian ... 4
BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Fisika ... 6
1. Pembelajaran Berbasis Inquiry ... 8
xii
B. Metode Eksperimen ... 11
1. Eksperimen Terencana Terbimbing ... 12
2. Eksperimen Bebas ... 14
C. Materi Mekanika SMA ... 16
D. Alat Laboratorium Fisika Dalam Bidang Mekanika ... 19
E. Guru Fisika ... 28
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30
B. Desain Penelitian ... 30
C. Populasi dan Sampel ... 31
D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31
E. Teknik Pengumpulan Data ... 31
F. Instrumen Penelitian ... 32
G. Teknik Analisa Data ... 39
BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 41
B. Data dan Analisis ... 42
C. Pembahasan ... 56
D. Keterbatasan Penelitian ... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 62
B. Saran ... 63
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Materi Mekanika Kelas X ... 17
Tabel 2.2. Materi Mekanika Kelas XI ... 18
Tabel 2.3. Klasifikasi Alat Laboratorium Fisika Mekanika SMA ... 19
Tabel 3.1. Kategori dan Skor Jumlah Alat ... 33
Tabel 3.2. Skor Pembobotan Alat ... 34
Tabel 3.3. Pembobotan alat dalam setiap praktikum ... 35
Tabel 3.4. Kategori dan skor keadaan alat ... 38
Tabel 3.5. Interval kelengkapan alat laboratorium fisika ... 40
Tabel 4.1. Jadwal Pengambilan Data ... 42
Tabel 4.2. Klasifikasi prosentase percobaan berdasarkan kategori SMA Negeri 1 Rantepao ... 43
Tabel 4.3. Klasifikasi prosentase percobaan berdasarkan kategori SMA Pelita Rantepao ... 44
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Surat Permohonan observasi dan Izin Penelitian
Lampiran 1. SMA Negeri 1 Rantepao ...65
Lampiran 2. SMA Pelita Rantepao ...66
Lampiran 3. SMA Negeri 1 Sesean ...67
Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 4. SMA Negeri 1 Rantepao ...68
Lampiran 5. SMA Pelita Rantepao ...69
Lampiran 6. SMA Negeri 1 Sesean ...70
Pedoman Wawancara
Lampiran 7. Pedoman wawancara guru... 71
Lampiran 8. Pedoman wawancara siswa... 73
Daftar Kelengkapan Alat Laboratorium Fisika Bidang Dalam Mekanika Lampiran 9. SMA Negeri 1 Rantepao...74
Lampiran 10. SMA Pelita Rantepao...76
Lampiran 11. SMA Negeri 1 Sesean...78
Hasil Analisis Kelengkapan Alat Laboratorium Fisika Bidang Dalam Mekanika
Lampiran 12. SMA Negeri 1 Rantepao ...80
xv
Lampiran 14. SMA Negeri 1 Sesean...90
Transkip Hasil Wawancara Guru
Lampiran 15. SMA Negeri 1 Rantepao...95
Lampiran 16. SMA Pelita Rantepao...105
Lampiran 17. SMA Negeri 1 Sesean...112
Transkip Hasil Wawancara Siswa
Lampiran 17. SMA Negeri 1 Rantepao...114
Lampiran 18. SMA Pelita Rantepao ...131
Lampiran 19. SMA Negeri 1 Sesean...142
Dokumentasi Alat Laboratorium Fisika
Lampiran 20. SMA Negeri 1 Rantepao...149
Lampiran 21. SMA Pelita Rantepao...151
Lampiran 22. SMA Negeri 1 Sesean...153
Studi dokumen
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), terdapat berbagai
mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa diantaranya yaitu mata pelajaran
IPA. Pelajaran IPA di SMA mencakup Fisika, Kimia, dan Biologi.
Sudah menjadi pandangan umum bagi siswa bahwa dibandingkan dengan
Kimia dan Biologi, Fisika dianggap lebih sulit. Hal ini disebabkan karena pada
pelajaran Fisika selain memiliki banyak rumusan matematis, Fisika juga
membutuhkan kemampuan berfikir secara logis dan rasional untuk menyelesaikan
suatu persoalan Fisika.
Belajar diartikan sebagai usaha untuk memperoleh pengetahuan,
kepandaian, atau keterampilan. Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku
atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu (Abin
Syamsudin Makmun, 2007)
Pembelajaran dapat bersifat formal dan informal. Salah satu contoh
pembelajaran formal adalah pembelajaran di sekolah, dimana siswa belajar secara
bertahap untuk memupuk pengetahuannya sendiri dari tingkat pendidikan Sekolah
Dasar hingga Perguruan Tinggi. Siswa diharapkan dapat memperoleh
pengetahuan sesuai dengan tingkat pendidikan yang ditempuh.
Pembelajaran aktif adalah belajar yang meliputi berbagai cara untuk
membuat siswa aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja
pelajaran (Silberman, 2007: 1). Pembelajaran aktif (active learning) merupakan
salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa dalam
melakukan sesuatu dan berfikir tentang apa yang mereka lakukan (Suyatno, 2009 :
107).
Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan
penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh siswa. Di sini siswa dituntut untuk
menggunakan otak dalam berfikir sehingga semua siswa dapat mencapai hasil
belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki.
Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk
menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Metode pembelajaran merupakan langkah operasional dari strategi
pembelajaran yang dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran (Sani, 2013: 158).
Metode pembelajaran memiliki banyak variasi yang dapat diterapkan kepada
siswa.
Salah satu metode yang termasuk dalam pembelajaran aktif yaitu metode
eksperimen. Pada metode eksperimen siswa belajar secara aktif dalam hal
menemukan dan menganalisis suatu permasalahan. Metode ini tentunya
menggunakan media-media tertentu yang mendukung pembelajaran siswa secara
aktif seperti penggunaan alat peraga dan alat laboratorium. Salah satu bentuk dari
metode eksperimen adalah melakukan praktikum di laboratorium. Siswa
berinteraksi langsung dengan media pembelajaran berupa alat, bahan dan kejadian
Kelengkapan alat laboratorium sangat berperan penting untuk menunjang
proses pembelajaran saat praktikum. Begitu pun penggunaan alat laboratorium itu
sendiri sangat penting untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Di beberapa sekolah tidak terdapat praktikum dikarenakan alat tidak
lengkap atau bahkan tidak ada. Padahal belajar Fisika dengan praktikum akan
lebih menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Oleh karena itu peneliti ingin melaksanakan sebuah penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui kelengkapan dan penggunaan alat laboratorium
Fisika dalam bidang mekanika SMA di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan
Sesean.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apakah SMA di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean memiliki alat
laboratorium Fisika khususnya pada bidang mekanika yang lengkap?
2. Apakah SMA di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean telah
menggunakan seluruh alat laboratorium Fisika yang dimiliki khususnya pada
bidang mekanika?
3. Bagaimana pemahaman guru-guru Fisika SMA di Kecamatan Rantepao dan
Kecamatan Sesean dalam penggunaan alat laboratorium Fisika khususnya
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Kelengkapan alat laboratorium Fisika khususnya pada bidang mekanika SMA
di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean;
2. Tingkat penggunaan alat laboratorium Fisika khususnya pada bidang
mekanika SMA di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean;
3. Pemahaman guru-guru Fisika SMA di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan
Sesean dalam penggunaan alat laboratorium Fisika khususnya pada bidang
mekanika.
D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi sekolah
Sekolah dapat mengetahui kelengkapan alat laboratorium Fisika
khususnya pada bidang mekanika serta dapat memperbaharui alat
laboratorium di sekolah tersebut.
2. Bagi guru dan calon guru
a. Menambah pengetahuan mengenai penggunaan dan kelengkapan alat
laboratorium Fisika khususnya pada bidang mekanika;
b. Dapat menggunakan alat laboratorium sesuai dengan keperluan
pembelajaran;
c. Dapat membuat alat peraga sederhana untuk merepresentasikan materi
3. Bagi siswa
Dapat menggunakan secara optimal alat laboratorium Fisika khususnya
6 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Fisika
Fisika dapat dipandang dari aspek pengetahuan, proses, dan juga sikap
pendidikan Fisika. Sebagai aspek pengetahuan/isi Fisika siswa bukan hanya
mengerti hukum dan teori Fisika, tetapi juga menangkap nilai-nilai kemanusiaan
di balik pengetahuan itu. Sebagai aspek proses siswa belajar mengambil
kesimpulan dengan berbasis data dan analisis kritis, siswa dibantu untuk berpikir
rational, kritis, dan mengambil keputusan berdasarkan data yang valid. Sedangkan
sebagai aspek sikap siswa dilatih untuk memiliki sikap jujur, disiplin, tepat waktu,
teliti, dan bertekun (Suparno, 2012: 8-10).
Pembelajaran Fisika adalah proses interaksi antara siswa, guru dan sumber
belajar Fisika serta lingkungan belajar yang kondusif sehingga tercapai proses
pembelajaran. Dalam pembelajaran Fisika ketiga aspek Fisika harus diambil
sebagai kesatuan sehingga proses pembelajaran Fisika dapat tercapai dengan baik.
Saat proses pembelajaran berlangsung siswa dituntut untuk mampu
mengembangkan pengetahuan yang diperolehnya secara mandiri, sedangkan guru
lebih sebagai fasilitator dalam belajar.
Hal penting yang menjadi bagian dari pembelajaran yang baik adalah: (1)
siswa yang belajar; (2) guru yang mengajar; (3) bahan pelajaran; (4) hubungan
Dalam pembelajaran Fisika, yang terpenting adalah siswa yang aktif belajar.
Semua usaha guru harus diarahkan untuk membantu dan mendorong siswa agar
mau mempelajari Fisika secara mandiri.
Dalam pembelajaran Fisika siswa dilatih dan diharapkan untuk melakukan
pembelajaran secara aktif. Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang
memperbanyak aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dari berbagai
sumber, untuk dibahas dalam proses pembelajaran dalam kelas, sehingga
memperoleh berbagai pengalaman yang tidak saja menambah pengetahuan, tapi
juga kemampuan analisis dan sintesis (Rosyada dalam Nurhayati, 2008).
Belajar aktif menuntut siswa untuk bersemangat, gesit, dan penuh gairah,
bahkan siswa sering meninggalkan tempat duduk untuk bergerak leluasa. Selama
proses belajar siswa dapat beraktivitas, bergerak, dan melakukan sesuatu dengan
aktif (Silbermen, 2013).
Belajar aktif sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang bermuara
pada belajar mandiri, maka kegiatan belajar mengajar yang dirancang harus
mampu melibatkan siswa secara aktif. Siswa dan guru dalam belajar aktif sama
berperan untuk menciptakan suatu pengalaman belajar yang bermakna.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah
suatu pembelajaran yang mana siswa tidak hanya sekedar mendengarkan
informasi yang disampaikan oleh guru, akan tetapi siswa juga melihat apa yang
dijelaskan oleh guru dan siswa melakukan atau mencoba langsung apa yang telah
Beberapa model pembelajaran aktif:
1. Pembelajaran Berbasis Inquiry
Menurut Sani (2014: 88) pembelajaran berbasis Inquiry adalah
pembelajaran yang melibatkan siswa dalam merumuskan pertanyaan yang
mengarahkan untuk melakukan investigasi dalam upaya membangun pengetahuan
dan makna baru, seperti didefinisikan dalam Alberta Learning sebagai berikut:
“Inquiry-based learning is a process where students are involved in their
learning, formulate questions, investigate widely and the build new
underdstandings, meaning and knowledge”
Menurut Hosnan (2014: 341) ciri-ciri pembelajaran inquiry antara lain:
a. Pembelajaran inquiry menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal
untuk mencari dan menemukan;
b. Seluruh aktivitas yang dilakukan oleh siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri;
c. Tujuan dari penggunaan pembelajaran inquiry adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau
Pembelajaran inquiry merupakan pembelajaran yang banyak dianjurkan,
karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya sebagai berikut:
a. Pembelajaran inquiry menekankan kepada pengembangan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran inquiry
ini lebih dianggap bermakna;
b. Pembelajaran inquiry dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar
sesuai dengan gaya belajar mereka;
c. Inquiry merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan
psikologi belajar modern yang menganggap belajar sebagai proses
perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman;
d. Pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata. Artinya siswa yang memiliki kemampuan
belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Di samping memiliki keunggulan, pembelajaran inquiry juga memiliki
kelemahan, diantaranya sebagai berikut:
a. Kesulitan dalam mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa;
b. Pembelajaran yang telah direncanakan tidak sesuai dengan kebiasaan siswa
dalam belajar;
c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikan memerlukan waktu yang
panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang
d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka pembelajaran inquiry ini akan sulit
diimplementasikan oleh setiap guru.
2. Discovery Learning
Menurut Hosnan (2014: 280) penemuan (discovery) merupakan suatu model
pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme.
Model ini menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting
terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran.
Menurut Jerome Bruner (Hosnan, 2014) discovery learning ialah metode
belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik
kesimpulan dari prinsip-prinsip umum contohnya dari pengalaman siswa tersebut.
Hal yang menjadi dasar ide J.Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan
bahwa anak harus berperan secara aktif di dalam belajar di kelas.
Menurut Bell (Hosnan, 2014) mengemukakan beberapa tujuan pembelajaran
discovery learning, yakni sebagai berikut:
a. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat aktif dalam
pembelajaran;
b. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola
dalam situasi konkret maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan
c. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan
menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat
dalam menemukan;
d. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja
bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan
menggunakan ide-ide orang lain;
e. Keterampilan konsep dan prinsip yang dipelajarai melalui penemuan lebih
bermakna;
f. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa
kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktivitas baru dan diaplikasikan dalam
situasi belajar yang baru.
B. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode mengajar yang mengajak siswa untuk
melakukan percobaan sebagai pembuktian, pengecekan bahwa teori yang sudah
dibicarakan itu memang benar (Suparno, 2013).
Metode eksperimen merupakan suatu cara mengajar, dimana siswa
melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta
menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke
kelas dan dievaluasi oleh guru.
Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan
dengan mengadakan percobaan sendiri serta dapat terlatih dalam cara berfikir
yang ilmiah. Dengan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari teori
yang sedang dipelajarinya. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
metode eksperimen siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau
melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis,
membuktikan.
Suparno (2013) dalam bukunya membagi metode eksperimen dalam dua
bagian yaitu:
1. Eksperimen yang terencana atau terbimbing
Dalam eksperimen terbimbing seluruh jalannya percobaan sudah dirancang
oleh guru sebelum percobaan dilakukan oleh siswa. Terdapat beberapa hal yang
harus dilakukan guru saat melakukan pembelajaran dengan eksperimen
terbimbing diantaranya :
a. Memilih eksperimen yang akan ditugaskan kepada siswa;
b. Merencanakan langkah-langkah percobaan seperti: apa tujuannya, peralatan
yang digunakan, bagaimana merangkai percobaan, data yang harus
dikumpulkan siswa, bagaimana menganalisis data, dan apa kesimpulannya;
c. Mempersiapkan semua peralatan yang akan digunakan sehingga pada saat
siswa mencoba semua siap dan lancar;
d. Pada saat percobaan sendiri guru dapat berkeliling melihat bagaimana siswa
e. Bila ada peralatan yang macet guru membantu siswa agar alat dapat jalan
dengan baik;
f. Membantu siswa dalam menarik kesimpulan dengan percobaan yang
dilakukan;
g. Bila siswa membuat laporan, maka guru harus memeriksanya;
h. Guru sebaiknya mempersiapkan petunjuk dan langkah percobaan dalam satu
lembar kerja sehingga memudahkan siswa bekerja.
Adapun tindakan yang harus dilakukan siswa dalam percobaan antara lain:
a. Membaca petunjuk percobaan dengan teliti;
b. Mencari alat yang diperlukan;
c. Merangkai alat-alat sesuai dengan skema percobaan;
d. Mulai mengamati jalannya percobaan;
e. Mencatat data yang diperlukan;
f. Mendiskusikan dalam kelompok untuk mengambil kesimpulan dari data
yang ada;
g. Membuat dan mengumpulkan laporan percobaan;
2. Eksperimen bebas
Dalam eksperimen ini guru tidak memberikan petunjuk percobaan secara
rinci. Dengan kata lain siswa yang harus lebih banyak berpikir sendiri. Tugas guru
disini hanya memberikan persoalan kepada siswa. Keuntungan eksperimen bebas
adalah siswa ditantang untuk merencanakan percobaannya sendiri tanpa banyak
arahan dari guru. Dengan demikian akan tampak bagaimana kreativitas,
kepandaian dan kemampuan siswa dalam memecahkan tugas yang diberikan guru.
Adapun kelebihan metode eksperimen antara lain:
a. Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima
kata guru atau buku;
b. Siswa dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi
(menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi;
c. Siswa memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam melakukan
eksperimen;
d. Siswa terlibat aktif mengumpulkan fakta dan informasi yang diperlukan
untuk percobaan;
e. Siswa dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan
berfikir ilmiah;
f. Dapat memperkaya pengalaman dan berpikir siswa dengan hal-hal yang
Adapun kekurangan metode eksperimen antara lain:
a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap siswa berkesempatan
mengadakan eksperimen;
b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, siswa harus menanti
untuk melanjutkan pelajaran;
c. Kesalahan dan kegagalan siswa yang tidak terdeteksi oleh guru;
d. Sering ada kesulitan dalam melaksanakan eksperimen karena guru dan
siswa kurang berpengalaman melakukan eksperimen;
e. Kesalahan dan kegagalan siswa yang tidak terdeteksi oleh guru dalam
bereksperimen berakibat siswa keliru dalam mengambil keputusan.
Woolnough & Allsop (Rustaman, 2005 dalam Syam, dkk. 2017: 8),
mengemukakan empat alasan mengenai pentingnya kegiatan praktikum IPA yaitu
sebagai berikut:
a. Praktikum membangkitkan motivasi belajar sains.
Siswa belajar dipengaruhi oleh motivasi, siswa yang termotivasi untuk
belajar akan bersungguh-sungguh dalam mempelajari sesuatu. Melalui
kegiatan laboratorium, siswa diberikan kesempatan untuk memenuhi
dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa.
b. Praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen
Melakukan eksperimen merupakan kegiatan yang banyak dilakukan
keterampilan dasar seperti mengamati, mengestimasi, mengukur, dan
memanipulais peralatan sains.
c. Praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah.
Metode inquiri dikembangkan melalui pendekatan heuristik yang
memandang saintis sebagai penemu (discoverer). Di dalam kegiatan
praktikum menurut pandangan ini, siswa bagaikan seorang saintis yang
sedang melakukan eksperimen, mereka dituntut untuk merumuskan
masalah, merancang eksperimen, merakit alat, melakukan pengukuran
secara cermat, menginterpretasikan data perolehan, serta
mengkomunikasinnya melalui laporan yang harus dibuatnya.
d. Praktikum menunjang materi pelajaran siswa untuk menemukan teori, dan
membuktikan teori.
Selain itu praktikum dalam pelajaran sains dapat membentuk ilustrasi
bagi konsep dan prinsip sains. Dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat
disimpulkan bahwa praktikum dapat menunjang pemahaman siswa terhadap
materi pelajaran.
C. Materi Mekanika SMA
Mekanika merupakan salah satu bagian dalam bidang ilmu Fisika.
Mekanika berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari gerakan suatu benda serta
efek gaya dalam gerakan itu. Mekanika terbagi atas dua bagian yaitu mekanika
mekanika yang mempelajari tentang benda yang diam (statis) dan mekanika yang
mempelajari tentang benda yang bergerak (kinematika dan dinamika).
Pembelajaran mekanika di SMA terdapat di kelas X dan XI. Adapun materi
mekanika untuk kelas X dan kelas XI (tabel 2.1 dan tabel 2.2) sebagai berikut:
Tabel 2.1 Materi mekanika kelas X
No Semester 1 Jenis Praktikum
1. Besaran dan satuan
a. Besaran dan satuan standar b. Alat ukur
c. Angka penting
d. Besaran scalar dan besaran vektor
Alat ukur
2. Gerak
a. Jarak dan perpindahan b. Kelajuan dan kecepatan c. Percepatan
d. Gerak dengan kecepatan konstan e. Gerak dengan kecepatan tidak
c. Arah gaya kontak (gaya gesek dan gaya normal)
d. Keuntungan dan kerugian gaya gesek
e. Gaya sentripetal dan sentrifugal
Tabel 2.2 Materi mekanika kelas XI
No. Semester 1 Jenis Praktikum
1 Kinematika dengan analisis vektor a. Posisi, kecepatan, dan percepatan
pada gerak dalam bidang
b. Posisi, kecepatan dan percepatan sudut pada gerak melingkar
c. Gerak parabola
-
2 Hukum-hukum Newton tentang gerak dan gravitasi
a. Dinamika partikel dengan gaya gesekan
b. Hukum Newton tentang gravitasi
Koefisien gesekan
a. Usaha, energi dan daya
b. Energi potensial dan gaya konservatif
Usaha pada pegas
5 Impuls dan momentum
a. Konsep impuls dan momentum b. Hukum kekekalan momentum c. Jenis-jenis tumbukan
Momentum dan tumbukan
6 Dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar
b. Tegangan permukaan zat cair dan viskositas fluida
c. Fluida dinamis
D. Alat Laboratorium Fisika dalam Bidang Mekanika
Alat laboratorium Fisika digunakan untuk menunjang proses pembelajaran
di sekolah. Tabel 2.3 berikut ini merupakan klasifikasi alat laboratorium Fisika
berdasarkan topik mekanika di SMA (Kanginan, 2007 ; Purwoko, 2007).
Tabel 2.3 Klasifikasi alat laboratorium Fisika mekanika SMA
No Judul
Sumber gambar: Laboratorium Fisika Sanata Dharma
e.
f.
g.
h. i.
Sumber gambar: Laboratorium Fisika Sanata Dharma
3 Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
a. Kereta b. Ticker Timer c. Kertas Karbon d. Kertas Perekam e. Travo
f. Tali nilon g. Beban h. Katrol
i. Neraca o’haus j. Papan luncur k. Bantalan l. Mideline
a.
c. d.
e. f.
g.
h. i.
k. l.
Sumber gambar: Laboratorium Fisika Sanata Dharma
4 Gerak Melingkar Beraturan (GMB)
a. Alat sentripetal b. Neraca O’haus c. Stopwacth d. Beban e. Penggaris
a. b.
c.
d.
e.
5 Hukum Newton II
a. Kereta b. Ticker Timer c. Kertas Karbon d. Kertas Perekam e. Travo
f. Tali nilon g. Beban h. Katrol
i. Neraca o’haus j. Papan luncur k. Mideline
a.
b.
c. d.
e. f.
g.
j. k.
Sumber gambar: Laboratorium Fisika Sanata Dharma
6 Koefisien gesekan
a. Beban
b. Balok gesekan c. Tali nilon d. Katrol e. Neraca o’haus f. Papan luncur
a.
b.
e. f.
Sumber gambar: Laboratorium Fisika Sanata Dharma
7 Hooke a. Pegas
b. Statif c. Penggaris d. Beban
a. b.
c. d.
Sumber gambar: Laboratorium Fisika Sanata Dharma
8 Usaha pada pegas
a. Statif b. Pegas
c. Balok gesekan d. Mideline
a. b.
d.
Sumber gambar: Laboratorium Fisika Sanata Dharma
9 Tumbukan a. Mideline b. Neraca o’haus c. Bola
a. b.
c.
Sumber gambar: Laboratorium Fisika Sanata Dharma
10 Titik berat a. Statif b. Tali nilon c. Beban d. Penggaris e. Karton f. Paku g. Gunting
c.
d. e.
f.
g.
Sumber gambar: Laboratorium Fisika Sanata Dharma
11 Archimed es
a. Neraca Pegas b. Beban
c. Statif d. Beker glass e. Tabung
archimedes
c. d.
e.
Sumber gambar: Laboratorium Fisika Sanata Dharma
E. Guru Fisika
Syarat utama berlangsungnya suatu proses belajar-mengajar yakni adanya
intereaksi timbal balik antara guru sebagai pengajar dan siswa yang belajar.
Dalam pembelajaran guru berperan penting untuk mengembangkan kemampuan
siswanya. Secara sederhana dapat didefinisikan bahwa guru adalah pendidik yang
profesional. Sebagai pendidik yang professional seorang guru tentunya tahu
bagaimana cara untuk mendidik dan mengembangkan kemampuan siswanya.
Menurut Kunandar (2008: 48) guru professional adalah guru yang mengenal
tentang dirinya sendiri yaitu sebagai pribadi yang dipanggil untuk mendampingi
siswa untuk/dalam belajar.
Menurut Surya 2005 (dalam Kunandar 2008: 47) guru yang professional
akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas – tugas yang ditandai dengan
tanggung jawab dalam melaksanakan pengabdiannya. Berdasarkan penjelasan di
atas maka sebagai guru Fisika yang profesional yang sudah terdidik, terlatih serta
memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya mampu untuk mendidik,
mengajarkan, dan menyediakan pengalaman belajar bagi siswa untuk
mengembangkan kemampuannya.
Laboratorium Fisika merupakan sarana yang penting dalam menunjang
proses pembelajaran Fisika. Menurut Tyan A (2012 : 13) laboratorium adalah
suatu ruangan atau bangunan yang dimiliki suatu sekolah atau madrasah yang di
dalamnya dilengkapi sarana dan prasarana, baik itu peralatan maupun
bahan-bahan yang digunakan untuk kepentingan pelaksanaan eksperimen, praktek
pembelajaran Fisika, dan penemuan ilmiah melalui pengalaman langsung dalam
membentuk keterampilan. Sebagai tempat untuk melaksanakan proses
pembelajaran Fisika, laboratorium memerlukan kelengkapan – kelengkapan. Salah
satunya adalah kelengkapan alat-alat laboratorium Fisika.
Sebagai guru Fisika penting untuk memberikan pengalaman belajar kepada
siswa di laboratorium. Metode yang dianggap cocok untuk digunakan saat
30 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif adalah
jenis penelitian yang menggunakan data berupa skor atau angka, sedangkan
penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif, data yang
dikumpulkan dalam bentuk kata-kata, gambar, dan keadaan (Suparno, 2007).
Penelitian kuantitatif bertujuan untuk mengetahui berapa prosentase dari
kelengkapan alat laboratorium Fisika SMA dalam bidang mekanika dengan
menggunakan metode observasi. Sedangkan penelitian kualitatif bertujuan untuk
mengetahui penggunanaan alat laboratorium Fisika SMA dalam bidang mekanika
di sekolah tersebut dengan menggunakan metode wawancara dan studi dokumen.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus
melalui wawancara yang sudah terlebih dahulu disiapkan pertanyaan wawancara
secara terstrukur dan observasi alat laboratorium dengan menggunakan instrumen
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi : SMA di Kecamatan Rantepao dan Kecamatan Sesean, Toraja
Utara, Sulawesi Selatan.
2. Sampel : 3 siswa kelas X, 3 siswa kelas XI, beberapa guru Fisika, dan 3
laboratorium Fisika dari SMA Negeri 1 Rantepao, SMA Pelita Rantepao, dan
SMA Negeri 1 Sesean .
D. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tiga SMA di Kecamatan Rantepao yaitu SMA
Negeri 1 Rantepao, SMA Pelita Rantepao dan di Kecamatan Sesean yaitu
SMA Negeri 1 Sesean.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Ajaran 2015/2016
yaitu pada bulan Mei 2016.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah:
1. Observasi laboratorium Fisika
Digunakan untuk mengumpulkan data penelitian berupa daftar alat-alat
laboratorium dalam bidang mekanika dengan menggunakan lembar observasi
2. Wawancara
Wawancara dilakukan pada guru dan siswa untuk mengetahui tingkat
penggunaan alat laboratorium Fisika SMA bidang mekanika dalam proses
pembelajaran di sekolah.
3. Studi dokumen
Studi dokumen dilakukan untuk mengetahui jadwal praktikum mekanika di
SMA dengan mengobservasi jadwal praktikum serta meninjau RPP yang telah
dibuat oleh guru Fisika.
F. Instrumen Penelitian
Arikunto (2010: 203) menjelaskan bahwa instrumen penelitian adalah alat
atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah.
Dalam penelitian ini digunakan dua jenis instrumen yaitu observasi
laboratorium dan wawancara.
1. Lembar Observasi Laboratorium
Lembar observasi laboratorium berisi aspek-aspek kelengkapan alat.
Laboratorium Fisika SMA dalam bidang mekanika yang mencakup:
a. Daftar alat laboratorium
Daftar alat laboratorium dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada materi
b. Jumlah Alat
Jumlah alat dilihat berdasarkan seberapa banyak alat yang diperlukan dalam
praktikum, serta kesesuaian alat tersebut terhadap jumlah siswa. Berikut
merupakan tabel kategori dan skor jumlah alat (tabel 3.2).
Tabel 3.1 Tingkat Ketercukupan
No. Kategori Skor Keterangan jumlah alat
1 Sangat Lengkap 4 ≥ 6
2 Lengkap 3 4 dan 5
3 Cukup 2 3
4 Kurang Lengkap 1 1 dan 2
5 Sangat Tidak Lengkap 0 0
Penskoran jumlah alat dilakukan dengan melihat bahwa jumlah siswa
rata-rata setiap kelas adalah 30 orang siswa, apabila akan dilakukan praktikum yang
ideal dalam satu kelompok ± 5 orang, maka akan terbentuk 6 kelompok. Untuk itu
setidaknya harus terdapat 6 set alat laboratorium untuk setiap praktikum, agar
praktikum dapat berjalan dengan maksimal.
Jika yang tersedia hanya setengah dari jumlah seharusnya, misalnya terdapat
3 set alat laboratorium, maka jumlah alat dapat dikategorikan cukup. Untuk
kategori sangat tidak lengkap apabila tidak ada alat yang tersedia. Kategori
lengkap jika alat tersedia sebanyak 4 atau 5. Untuk kategori kurang lengkap jika
alat tersedia 1 atau 2 alat.
Alat-alat tertentu memiliki cara pembobotan khusus yaitu penggaris, karton,
gunting, dan paku. Alat-alat ini memiliki pengecualian pembobotan karena bisa
c. Bobot
Pembobotan dilakukan berdasarkan penting tidaknya sebuah alat dalam
suatu praktikum. Table 3.3 berikut merupakan pembobotan berdasarkan penting
tidaknya sebuah alat.
Tabel 3.2 Tingkat Kepentingan Alat
No Kategori Skor Keterangan
1 Sangat Penting 5 Tidak dapat digantikan ; Jika tidak ada alat tersebut maka praktikum tidak
dapat berjalan.
2 Penting 4 Dapat digantikan namun hasil yang
diperoleh kurang baik dibandingkan dengan alat asli.
3 Cukup 3 Dapat digantikan dan hasil yang
diperoleh mendekati ketika menggunakan alat yang asli. 4 Kurang Penting 2 Dapat digantikan dan hasil yang
diperoleh tetap baik. 5 Sangat Tidak
Penting
Tabel 3.3 Tingkat Kepentingan Alat dalam Setiap Praktikum
No Praktikum Nama Alat Bobot Keterangan
1 2 3 4 5
Papan luncur √ Bisa digantikan
dengan meja
Travo √ -
Balok pengganjal √ Bisa digantikan
dengan tumpukan buku
Mideline √ Bisa digantikan
dengan penggaris
Kertas perekam √ Bisa digantikan
dengan kertas HVS
Papan luncur √ Bisa digantikan
dengan meja
Travo √ -
Neraca O’haus √ -
Mideline √ Bisa digantikan
dengan penggaris
Kertas perekam √ Bisa digantikan
dengan kertas HVS
Beban √ Bisa digantikan
dengan batu atau balok
Katrol √ -
Tali nilon √ Bisa digantikan
4 Gerak
Stopwacth √ Bisa digantikan
dengan stopwatch hp
Beban √ Bisa digantikan
dengan batu atau balok
Penggaris √ Bisa digantikan
dengan mideline
5 Hukum
Newton II
Beban √ Bisa digantikan
dengan batu atau balok
Kereta √ -
Papan luncur √ Bisa digantikan
dengan meja
Ticker timer √ -
Katrol √ -
Kertas perekam √ Bisa digantikan
dengan kertas HVS
Tali nilon √ Bisa digantikan
dengan benang wol
Kertas karbon √ -
Neraca O’haus √ -
Mideline √ Bisa digantikan
dengan penggaris 6 Koefisien
gesekan
Balok gesekan √ -
Tali nilon √ Bisa digantikan
dengan benang wol
Katrol √ -
Beban √ Bisa digantikan
dengan batu atau balok
Papan luncur √ Bisa digantikan
dengan meja
Neraca O’haus √ -
Penggaris √ Bisa digantikan dengan mideline
Beban √ Bisa digantikan
dengan batu atau balok
Statip √ Bisa digantikan
dengan kayu atau
Statip √ Bisa digantikan
dengan kayu atau penyanggah
Penggaris √ Bisa digantikan
dengan mideline
9 Tumbukan Mideline √ Bisa digantikan
dengan penggaris
Tali nilon √ Bisa digantikan
dengan benang wol
Beban √ Bisa digantikan
dengan kayu atau balok
Penggaris √ Bisa digantikan
dengan mideline
Karton √ Bisa digantikan
dengan jenis kertas lain yang tebal seperti buffalo
Paku √ Bisa digantikan
dengan jarum
Gunting √ Bisa digantikan
dengan pisau atau cutter
11 Archimedes Neraca pegas √ -
Beban √ Bisa digantikan
dengan batu atau balok
dengan kayu
Beker glass √ Bisa digantikan
dengan gelas biasa
kurang baik, dan sangat tidak baik (tabel 3.5).
Tabel 3.4 Tingkat Keadaan dan Fungsi
No Kategori Skor Keterangan
1 Sangat Baik 5 Keadaan alat sangat bagus dan dapat digunakan dengan baik.
2 Baik 4 Keadaan baik dan bisa digunakan.
3 Cukup Baik 3 Alat masih bisa digunakan tetapi keadaan alat kurang baik.
4 Kurang Baik 2 Alat masih bisa digunakan tetapi penggunaan alat tidak bisa maksimal. 5 Sangat Tidak Baik 1 Keadaan alat tidak baik dan tidak
bisa digunakan.
2. Pedoman Wawancara Guru
Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara guru.
Pedoman wawancara guru dibuat untuk mengetahui seberapa sering penggunaan
alat laboratorium Fisika SMA dalam bidang mekanika di sekolah tersebut (lihat
lampiran no. 7 halaman 63).
3. Pedoman Wawancara Siswa
Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara siswa.
Pedoman wawancara siswa dibuat untuk mengetahui seberapa sering penggunaan
telah dialami oleh siswa tersebut. Setiap sekolah akan diwakili oleh 6 siswa,
masing masing dari kelas X dan XI (lihat lampiran no. 8 halaman 65).
4. Dokumen
Data diperoleh dengan mengumpulkan RPP dan jadwal praktikum dari
sekolah yang diteliti.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis kuantitatif. Kelengkapan alat laboratorium dan penggunaan alat
laboratorium dianalisis dengan perhitungan berikut:
Adapun rumus untuk prosentase rata-rata hasil akhir (kelengkapan alat
laboratorium) adalah sebagai berikut:
Keterangan :
X% : Prosentase kelengkapan alat dalam suatu praktikum
Skor maksimum diperoleh dengan mengalikan nilai maksimum dari masing
masing kategori yaitu kepentingan alat dengan nilai maksimum 5, ketercukupan
alat dengan nilai maksimum 4 dan keadaan alat dengan nilai maksimum 5. Skor
maksimum yang diperoleh sebesar 100.
Setelah didapatkan nilai prosentase kelengkapan alat untuk 11 percobaan,
maka dapat diklasifikasikan dalam tabel interval sebagai berikut:
Tabel 3.5 Interval Kelengkapan Alat Laboratorium Fisika
No. Interval Keterangan
1 81% - 100% Sangat lengkap
2 61% - 80% Lengkap
3 41% - 60% Cukup
4 21% - 40% Kurang lengkap
5 0% - 20% Sangat tidak lengkap
Untuk penggunaan alat laboratorium data diambil dengan menggunakan
metode wawancara, direkam kemudian rekaman tersebut ditranskip dalam bentuk
kata-kata. Untuk data yang sama diberikan tanda atau coding yang sama pula,
kemudian dipisahkan berdasarkan coding atau tanda tersebut. Data kemudian
dicoding dan disatukan dengan data coding hasil wawancara.
Melengkapi data wawancara digunakan pula studi dokumen dengan melihat
41 BAB IV
DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 9 Mei - 14 Mei 2016 tahun ajaran
2015/2016. Penelitian dilaksanakan di tiga Sekolah Menengah Atas (SMA) di
Toraja utara, Sulawesi Selatan. Adapun sekolah yang dijadikan subyek penelitian
adalah SMA Negeri 1 Rantepao, SMA Pelita Rantepao, dan SMA Negeri 1
Sesean. Penelitian di tiga sekolah tersebut dilaksanakan pada hari dan tanggal
yang berbeda.
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dalam 2 bentuk, yaitu observasi alat
laboratorium Fisika dan wawancara dengan guru dan siswa. Observasi alat
laboratorium bertujuan untuk mengetahui kelengkapan alat laboratorium pada
bidang mekanika di sekolah tersebut. Setelah itu dilanjutkan dengan wawancara
yang terbagi atas dua yaitu wawancara guru mata pelajaran fisika yang mengajar
pada kelas X dan XI MIPA, dan wawancara siswa kelas X dan XI MIPA.
Wawancara guru bertujuan untuk mengetahui sejauh mana alat laboratorium
fisika bidang mekanika digunakan dalam pembelajaran. Sedangkan wawancara
siswa bertujuan untuk mengkonfirmasi beberapa pernyataan dari
kegiatan-kegiatan selama proses pembelajaran yang diungkapkan dan dilakukan oleh guru
Observasi dan wawancara telah dilakukan peneliti dan direkam dalam
bentuk dokumentasi foto dan rekaman suara. Observasi dan wawancara
dilaksanakan pada waktu istirahat sekolah, sehingga tidak mengganggu proses
pembelajaran di sekolah yang diteliti.
Tabel 4.1 Jadwal Pengambilan Data
No. Sekolah Jenis Kegiatan Hari/ Tgl a. SMA Negeri 1 Rantepao
Disini dirangkum kelengkapan alat laboratorium Fisika dalam bidang
mekanika untuk 11 percobaan di sekolah tersebut. Data lebih rinci dapat dilihat
Tabel 4.2 Klasifikasi prosentase kelengkapan berdasarkan kategori kelengkapan untuk 11 praktikum di SMA Negeri 1 Rantepao No. Jenis percobaan Prosentase
kelengkapan
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa kelengkapan alat laboratorium Fisika
SMA Negeri 1 Rantepao kebanyakan berada pada kategori cukup. Dari hasil 11
percobaan terdapat percobaan yang dapat berjalan namun terdapat juga percobaan
yang tidak berjalan.
Percobaan yang berjalan antara lain: alat ukur, GLB, GLBB, hukum Newton
II, koefisien gesekan, Hooke, usaha pada pegas, dan Archimedes. Sedangkan
percobaan yang tidak dapat berjalan: GMB dan tumbukan. Percobaan yang tidak
dapat berjalan dipengaruhi karena percobaan-percobaan tersebut tidak memiliki
alat yang keberadaannya tidak dapat digantikan. Terdapat pula percobaan yang
meskipun memiliki nilai prosentase rendah tetapi tetap dapat berjalan yaitu
percobaan titik berat. Hal tersebut dikarenakan alat dan bahan pada percobaan
b. SMA Pelita Rantepao
Disini dirangkum kelengkapan alat laboratorium Fisika dalam bidang
mekanika untuk 11 percobaan di sekolah tersebut. Data lebih rinci dapat dilihat
pada lampiran no. 10 halaman 75.
Tabel 4.3 Klasifikasi prosentase kelengkapan berdasarkan kategori kelengkapan untuk 11 praktikum di SMA Pelita Rantepao No. Jenis percobaan Prosentase
kelengkapan
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa kelengkapan alat laboratorium Fisika
SMA Pelita Rantepao kebanyakan berada pada kategori sangat tidak lengkap.
Dari hasil 11 percobaan terdapat percobaan yang dapat berjalan namun terdapat
juga percobaan yang tidak berjalan.
Percobaan yang berjalan antara lain: Hooke dan usaha pada pegas.
Sedangkan percobaan yang tidak dapat berjalan: GLB, GLBB, GMB, hukum
Newton II, koefisien gesekan, tumbukan, dan Archimedes. Percobaan yang tidak
dapat berjalan dipengaruhi karena percobaan-percobaan tersebut tidak memiliki
alat yang keberadaannya tidak dapat digantikan. Terdapat pula percobaan yang
percobaan alat ukur dan titik berat. Untuk percobaan alat ukur tetap dapat berjalan
meskipun tidak maksimal karena jumlah alat yang terbatas. Sedangkan untuk
percobaan titik berat alat dan bahan dapat digantikan sehingga percobaan tetap
berjalan.
c. SMA Negeri 1 Sesean
Disini dirangkum kelengkapan alat laboratorium Fisika dalam bidang
mekanika untuk 11 percobaan di sekolah tersebut. Data lebih rinci dapat dilihat
pada lampiran no. 11 halaman 84.
Tabel 4.4 Klasifikasi prosentase kelengkapan terhadap kategori kelengkapan untuk 11 praktikum di SMA Negeri 1 Sesean
No. Jenis percobaan Prosentase
kelengkapan
6 Koefisien gesekan 14,17 % Sangat tidak lengkap
7 Hooke 9 % Sangat tidak lengkap
8 Usaha pada pegas 12 % Sangat tidak lengkap
9 Tumbukan 20 % Sangat tidak lengkap
10 Titik berat 5,14 % Sangat tidak lengkap
11 Archimedes 26,2 % Kurang lengkap
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa kelengkapan alat laboratorium Fisika
SMA Negeri 1 Sesean kebanyakan berada pada kategori sangat tidak lengkap.
Dari hasil 11 percobaan terdapat percobaan yang dapat berjalan namun terdapat
Percobaan yang berjalan antara lain: alat ukur. Sedangkan percobaan yang
tidak dapat berjalan: GLB, GLBB, GMB, hukum Newton II, koefisien gesekan,
Hooke, usaha pada pegas, tumbukan, titik berat, dan Archimedes. Percobaan yang
tidak dapat berjalan dipengaruhi karena percobaan-percobaan tersebut tidak
memiliki alat yang keberadaannya tidak dapat digantikan.
2. Tingkat Penggunaan Alat Laboratorium
Untuk tingkat penggunaan alat laboratorium dapat diketahui dari hasil
wawancara guru, wawancara siswa, dan studi dokumen. Hasil wawancara guru
dan wawancara siswa yang semula dalam bentuk rekaman kemudian di transkip
untuk mempermudah peneliti untuk menganalisis penggunaan alat laboratorium.
Siswa selaku partisipan dalam penelitian dipilih secara acak oleh guru Fisika,
sedangkan untuk studi dokumen digunakan untuk memastikan ada atau tidaknya
praktikum di sekolah.
a. SMA Negeri 1 Rantepao
Untuk wawancara guru terdapat tiga guru sedangkan untuk wawancara
siswa terdapat enam siswa yang terdiri dari tiga siswa kelas X dan tiga siswa kelas
XI IPA.
Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga guru yang ada di sekolah tersebut
Menurut guru A terkadang ia menggunakan metode eksperimen sebagai
salah satu metode pembelajaran, namun hal tersebut juga tergantung dari materi
yang diajarkan. Tidak semua materi mekanika yang diajarkan dapat
dipraktikumkan. Jika materinya bisa di praktikumkan maka siswa akan dibawa ke
laboratorium, akan tetapi hal tersebut juga tergantung dari alat laboratorium yang
tersedia. Guru A juga mengatakan bahwa dalam satu semester guru A
menggunakan metode eksperimen sebanyak tiga sampai empat kali, tetapi itu
untuk semua materi selama satu semester tergantung alat yang tersedia di
laboratorium. Jika alat yang dibutuhkan terdapat di laboratorium maka akan
diadakan eksperimen. Tetapi jika alatnya tidak memungkinkan untuk digunakan,
maka hanya akan dibawa ke kelas. Untuk kendala yang dihadapi guru A terletak
pada saat menyiapkan alat-alat yang akan digunakan eksperimen dan alat yang
dibutuhkan terkadang tidak tersedia di laboratorium.
Guru B terkadang menggunakan metode eksperimen namun tergantung dari
materi yang diajarkan. Guru B mengatakan bahwa jika materi tersebut ada
hubungannya dengan laboratorium, maka siswa akan dibawa ke laboratorium.
Namun jika alat laboratoriumnya tidak memungkinkan atau jumlahnya terbatas,
maka akan diadakan demonstrasi dalam kelas. Hal tersebut juga terjadi karena
terkadang laboratorium dijadikan sebagai kelas pembelajaran, jadi terkadang
praktikum tidak dapat dilaksanakan. Untuk metode eksperimen, guru B
melakukan sebanyak empat kali per tahun untuk keseluruhan materi. Untuk
kendala yang dihadapi guru B antara lain saat akan melaksanakan eksperimen
akibat renovasi dan pemindahan alat laboratorium. Kendala lain, saat akan
melaksanakan eksperimen, waktu yang tersedia terbatas (hanya 90 menit).
Guru C terkadang juga menggunakan metode eksperimen. Guru C juga
menggunakan model pembelajaran seperti cooperatif learning, game, gerlach
serta discovery learning. Untuk metode eksperimen, guru C belum sering
menggunakan metode tersebut tetapi sekali dua kali terkadang digunakan. Hal
yang mendasari jarang menggunakan metode eksperimen yaitu karena di sekolah
tersebut belum terdapat laboran, alat yang tersedia masih kurang memadai dan
belum diperbaharui, dan terdapat kesibukan atau panggilan dadakan di luar
sekolah.
Sedangkan hasil wawancara dengan enam siswa yang ada di sekolah
tersebut (lihat lampiran no. 12) dapat diketahui bahwa:
Menurut siswa A diketahui bahwa di sekolah tersebut terkadang
menggunakan metode eksperimen yang dilakukan tiga kali tiap semester, tetapi
itu untuk keseluruhan materi. Terkadang juga guru yang mengajar menggunakan
metode demonstrasi dalam kelas. Siswa A juga mengatakan bahwa terkadang
guru fisika memberitahukan bahwa ada jadwal khusus untuk melakukan
praktikum. Praktikum terakhir yang dilakukan pada semester II tahun ajaran
2015/2016 tentang pengukuran menggunakan jangka sorong. Pendapat siswa A
mengenai laboratorium Fisika termasuk kategori cukup, namun kondisi
laboratoriumnya kurang mendukung dan juga alat-alat yang tersedia disekolah
Siswa B menyatakan bahwa di sekolah tersebut terkadang menggunakan
metode eksperimen, tergantung dari materi pembelajaran. Terkadang guru di
sekolah tersebut juga menggunakan alat laboratorium untuk percobaan sederhana
dalam kelas, satu kali dalam sebulan. Siswa B mengatakan juga bahwa terkadang
guru Fisika memberitahukan jadwal untuk praktikum. Terakhir kali melakukan
praktikum sekitar bulan April mengenai GLB. Pendapat siswa B mengenai
laboratorium Fisika termasuk kategori cukup, namun kondisi laboratoriumnya
kurang mendukung dan juga alat-alat yang tersedia disekolah banyak yang rusak.
Siswa C menyatakan bahwa di sekolah tersebut terkadang menggunakan
metode eksperimen. Terkadang guru di sekolah tersebut juga menggunakan alat
laboratorium untuk percobaan sederhana dalam kelas, terkadang tiap bab namun
terkadang juga tergantung dari materi dan alat yang tersedia. Siswa C mengatakan
juga bahwa terkadang guru Fisika memberitahukan jadwal untuk praktikum.
Terakhir kali melakukan praktikum semester I tahun ajaran 2015/2016 mengenai
optika. Siswa C mengatakan bahwa sebagian alat yang ada masih dalam kondisi
baik, namun ada juga yang sudah rusak dan tidak berfungsi lagi.
Siswa D menyatakan bahwa di sekolah tersebut terkadang menggunakan
metode eksperimen yang dilakukan dua kali tiap semester, namun untuk
demonstrasi di dalam kelas belum pernah. Siswa D mengatakan juga bahwa
terkadang guru Fisika memberitahukan jadwal untuk praktikum. Terakhir kali
melakukan praktikum mengenai gaya pada pegas. Siswa D mengatakan
laboratorium di sekolah tersebut termasuk kategori kurang baik karena alat-alat
Siswa E menyatakan bahwa di sekolah tersebut terkadang menggunakan
metode eksperimen sebanyak satu atau dua kali tiap semester, namun tidak pernah
menggunakan alat laboratorium untuk demonstrasi. Siswa E mengatakan juga
bahwa terkadang guru Fisika memberitahukan jadwal untuk praktikum. Terakhir
kali melakukan praktikum semester I tahun ajaran 2015/2016 mengenai optika.
Siswa E mengatakan bahwa laboratorium di sekolah tersebut sudah termasuk
kategori cukup, namun fasilitas yang tersedia masih kurang, ruangan laboratorium
kurang nyaman, perawatan untuk alat-alat laboratorium yang masih sangat
kurang.
Menurut siswa F di sekolah tersebut terkadang menggunakan metode
eksperimen sebanyak dua atau tiga kali tiap semester, tergantung dari materi.
Sesekali guru di sekolah tersebut juga menggunakan alat laboratorium untuk
percobaan sederhana dalam kelas. Siswa F mengatakan juga bahwa terkadang
guru Fisika memberitahukan jadwal untuk praktikum. Terakhir kali melakukan
praktikum semester I tahun ajaran 2015/2016 mengenai pengukuran. Siswa F
mengatakan bahwa laboratorium di sekolah tersebut sudah termasuk kategori
cukup, namun laboratoriumnya gelap, meja dan kursinya kurang tertata rapi.
Dari hasil wawancara guru dan siswa diketahui bahwa tingkat penggunaan
laboratorium masih rendah karena masih jarang digunakan untuk praktikum.
Untuk tiap semester praktikum dilakukan sebanyak dua atau tiga kali. Hal tersebut
dikarenakan adanya beberapa kendala yaitu alat laboratorium Fisika yang kurang
dan rusak, waktu yang terbatas untuk melakukan praktikum dan belum terdapat