BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA
C. Pembahasan
1. Kelengkapan alat laboratorium
Berdasarkan hasil analisis kelengkapan alat laboratorium Fisika dalam
bidang mekanika untuk 11 percobaan pada 3 SMA di kecamatan Rantepao dan
kecamatan Sesean, dapat diketahui bahwa kelengkapan alat laboratorium Fisika
untuk SMA Negeri 1 Ranteopao termasuk dalam kategori cukup lengkap
sedangkan untuk SMA Pelita Rantepao dan SMA Negeri 1 Sesean termasuk
dalam kategori sangat tidak lengkap.
a. SMA Negeri 1 Rantepao
Untuk SMA Negeri 1 Rantepao berdasarkan hasil analisa yang diperoleh
pada tabel 4.2 dan tabel 4.3 dapat terlihat bahwa dari 11 praktikum mekanika
terdapat 1 percobaan yang termasuk dalam kategori sangat lengkap yaitu
percobaan alat ukur dengan prosentase kelengkapan 100%. Kategori cukup
terdapat 7 percobaan antara lain GLB, koefisien gesekan, Hooke, usaha pada
pegas dan Archimedes dengan prosentase kelengkapan 60,56%; 52,67%; 50%;
44%; dan 49,6%. Kategori lengkap terdapat 2 percobaan yaitu GLB dan Hukum
Newton II dengan prosentase kelengkapan 61,75%. Kategori kurang lengkap
terdapat 2 percobaan yaitu GMB dan titik berat dengan prosentase kelengkapan
40,8% dan 25,71%. Sedangkan untuk kategori sangat tidak lengkap terdapat 1
percobaan yaitu tumbukan dengan prosentase kelengkapan 20%.
Percobaan alat ukur, GLB, GLBB, hukum Newton II, koefisien gesekan,
maksimal. Hal ini dikarenakan masih terdapat alat-alat yang kurang sehingga
perlu ditambah, seperti travo, balok pengganjal, mideline, bantalan, balok
gesekan, beker glass, dan tabung Archimedes.
Untuk percobaan GMB dan tumbukan tidak akan berjalan karena alat-alat
yang dibutuhkan sangat tidak lengkap dan perlu ditambah seperti alat set
sentripetal dan bola. Sedangkan untuk percobaan titik berat walaupun nilai
prosentasenya rendah tetapi tetap bisa berjalan. Hal tersebut dikarenakan alat dan
bahan pada percobaan titik berat dapat digantikan sehingga percobaan tetap
berjalan.
b. SMA Pelita Rantepao
Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh pada tabel 4.4 dan tabel 4.5 dapat
terlihat bahwa dari 11 percobaan tidak terdapat percobaan yang termasuk dalam
kategori sangat lengkap dan lengkap. Untuk kategori cukup terdapat 2 percobaan
yaitu Hooke dan usaha pada pegas dengan prosentase kelengkapan alat 43% dan
52%. Untuk kategori kurang lengkap terdapat 4 percobaan yaitu GLB, GMB,
koefisien gesekan, dan Archimedes dengan prosentase kelengkapan 22%, 21%,
28%, dan 39,2%. Sedangkan untuk kategori sangat tidak lengkap terdapat 5
percobaan antara lain alat ukur, GLBB, hukum Newton II, tumbukan, dan titik
berat dengan prosentase kelengkapan 17,5%; 19,5%; 19,5%; 20%; dan 10,28%.
Percobaan Hooke dan usaha pada pegas tetap dapat berjalan, namun belum
maksimal. Hal ini dikarenakan masih terdapat alat-alat yang kurang sehingga
Percobaan GLB, GLBB, GMB, hukum Newton II, koefisien gesekan,
tumbukan, dan Archimedes tidak dapat berjalan. Hal ini dikarenakan masih
terdapat alat-alat yang kurang sehingga perlu ditambah seperti kereta, ticker timer,
kertas karbon, papan luncur, travo, balok pengganjal, mideline, beban, katrol, tali
nilon, bantalan, alat set sentripetal, stopwatch, penggaris, bola, dan tabung
Archimedes.
Terdapat pula percobaan yang meskipun memiliki nilai prosentase rendah
tetapi tetap dapat berjalan yaitu percobaan alat ukur dan titik berat. Untuk
percobaan alat ukur tetap dapat berjalan meskipun tidak maksimal karena jumlah
alat yang terbatas yaitu micrometer sekrup dan jangka sorong. Sedangkan untuk
percobaan titik berat alat dan bahan dapat digantikan sehingga percobaan tetap
berjalan seperti karton, paku dan gunting.
c. SMA Negeri 1 Sesean
Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh pada tabel 4.6 dan tabel 4.7 dapat
terlihat bahwa dari 11 percobaan tidak terdapat percobaan yang termasuk dalam
kategori sangat lengkap dan lengkap. Untuk kategori cukup terdapat 1 percobaan
yaitu alat ukur dengan prosentase kelengkapan alat 50%. Untuk kategori kurang
lengkap terdapat 1 percobaan yaitu Archimedes dengan prosentase kelengkapan
26,2%. Sedangkan untuk kategori sangat tidak lengkap terdapat 9 percobaan
antara lain GLB, GLBB, GMB, hukum Newton II, koefisien gesekan, Hooke,
usaha pada pegas, tumbukan, dan titik berat dengan prosentase kelengkapan 15%;
Percobaan alat ukur tetap dapat berjalan, namun belum maksimal. Hal ini
dikarenakan masih terdapat alat yang kurang sehingga perlu ditambah yaitu
jangka sorong.
Percobaan GLB, GLBB, GMB, hukum Newton II, koefisien gesekan,
Hooke, tumbukan, titik berat, dan Archimedes tidak dapat berjalan. Hal ini
dikarenakan masih terdapat alat-alat yang kurang sehingga perlu ditambah seperti
kereta, ticker timer, kertas karbon, papan luncur, travo, balok pengganjal,
mideline, kertas perekam, beban, katrol, tali nilon, bantalan, alat set sentripetal,
stopwatch, penggaris, balok gesekan, pegas, bola, dan tabung Archimedes.
2. Tingkat penggunaan alat laboratorium
Tingkat penggunaan alat laboratorium Fisika diperoleh dari data wawancara
guru, wawancara siswa, dan studi dokumen.
Dari hasil wawancara yang diperoleh dari tiga guru Fisika dan enam siswa
di SMA Negeri 1 Rantepao maka dapat diketahui bahwa untuk setiap semester
praktikum selalu dilaksanakan namun jarang. Hal tersebut disebabkan karena
terdapat beberapa alat laboratorium yang keadaannya sudah rusak dan juga karena
laboratorium yang kurang terurus. Terkadang juga guru menggunakan metode
demonstrasi dan metode pembelajaran lainnya dalam kelas. Untuk kendala yang
dihadapi guru Fisika terletak pada jumlah alat yang semakin berkurang dan cara
penggunaan alat laboratorium yang berupa KIT.
Sedangkan SMA Pelita Rantepao dan SMA Negeri 1 Sesean, dari hasil
semester praktikum tidak pernah dilaksanakan di sekolah tersebut selama ± 2
tahun. Hal tersebut disebabkan karena jumlah alat yang sangat terbatas di sekolah
tersebut dan beberapa alat yang hilang. Guru juga terkadang menggunakan model
demonstrasi dalam kelas namun sangat jarang.
Untuk SMA Negeri 1 Sesean, dari studi dokumen berupa laporan praktikum
dapat dilihat bahwa di sekolah tersebut memang pernah melaksanakan praktikum
(lihat lampiran no. 18 halaman 160).
Guru Fisika sangat perlu untuk melaksanakan praktikum di sekolah karena
siswa dapat mengerti dengan teori yang selama ini dipelajari dan siswa juga akan
mempunyai bekal pengetahuan ke Perguruan Tinggi. Laboratorium yang terdapat
di setiap sekolah sebaiknya dilengkapi agar dapat menunjang proses
pembelajaran.
3. Pemahaman guru Fisika mengenai penggunaan alat laboratorium
Berdasarkan hasil wawancara, untuk 3 sekolah guru Fisika mengatakan
bahwa mereka masih mengerti untuk penggunaan alat laboratorium Fisika karena
alat yang tersedia di sekolah masih alat lama dan guru-guru juga sebelumnya
sudah pernah menggunakan alat-alat laboratorium sebelumnya. Kecuali jika
terdapat alat laboratorium yang baru dan cara penggunaannya yang tidak sama
dengan alat laboratorium yang lama. Guru-guru perlu mempelajari cara
penggunaannya agar praktikum dapat berjalan dengan baik dan dapat menunjang