ABSTRAK
PERANAN UJI KULIT TUBERKULIN DALAM MENDIAGNOSIS TUBERKULOSIS
( STUDI PUSTAKA )
Eka Nurhayati, 2002, Pembimbing : Jo Suherman,
dr.,
MSLatar belakang : Gejala tuberkulosis bervariasi, oleh karena itu sangatlah penting untuk mendiagnosis tuberkulosis secara dini agar penderita segera mendapat penatalaksanaan yang adekuat dan tidak menularkan penyakitnya pada orang lain. Salah satu cara mendiagnosis tuberkulosis yaitu dengan uji kulit tuberkulin.
Tujuan : Untuk mengetahui uji kulit tuberkulin yang masih digunakan hingga saat ini, untuk mengetahui keuntungan
dan
kerugian menggunakan ujikulit tuberkulin serta untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas uji kulit tuberkulin.
Kesimpulan : Uji kulit tuberkulin masih Qgunakan hingga saat ini, yaitu uji Mantoux dan uji Heaf dengan metode penyuntikan intrakutan. Keuntungan uji kulit tuberkulin ialah dapat digunakan sebagai alat bantu diagnosis tuberkulosis yang murah dan mudah serta sebagai alat epidemiologis tuberkulosis. Kerugian uji kulit tuberkulin ialah hasil baru didapat setelah 48 72 jam dan sering memberikan hasil positif palsu. Sensitivitas uji kulit tuberkulin tinggi namun spesifitasnya rendah dalam mendiagnosis tuberkulosis.
Saran : Dalam melakukan uji kulit tuberkulin
disarankan
untuk melakukan penyuntikan secara benar dengan dosis yang tepat. Pembacaan hasil harus dilakukan tepat pada waktunya secara teliti.ABSTRACT
THE ROLE OF TUBERCULIN SKIN TEST IN DIAGNOSING TUBERCULOSIS
( A LITERATURE STUDY)
Eka Nurhayati, 2002, Tutor : Jo Suherman, dr., MS
Background : Symptoms of tuberculosis are various, it is important to diagnose it as soon as possible, so patients could have the adequate treatment and prevent them to infect others. Tuberculin skin test is one of the tools to
diagnose tuberculosis.
Objectives : To know whether the tuberculin skin test is still being used, to know the advantages and the disadvantages of tuberculin skin test and also to know the sensitivity and specificity of tuberculin skn test in diagnosing
tuberculosis
Conclusions Tuberculin skin tests are still being used, which are Mantoux test and Heaf test based on intracutan injection method, The advantages
of tuberculin skin test are that the tuberculin skin test can be usefull in diagnosing
tuberculosis easily and economically and also as epidemiologic tools. The disadvantages of tuberculin skin test are that the test can only be given to
someone who has never had BCG vaccine, can only be read after 48 72 hours and gives false positive result. Tuberculin skin test has a high sensitivity but low specificity in diagnosing tuberculosis.
Suggestion : When administrating the tuberculin skin test, should be done correctly with the right dose. Result of the test should be read at the exact time
very carefully.
DAFTAR ISI 1.3. Maksud dan Tujuan
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 2.1. Tinjauan Umum Tuberkulosis
4 2.1.5. Patogenesis dan Patologi
7 2.1.5.1. Tuberkulosis Primer
9 2.1.5.2. Tuberkulosis Pasca Primer
2.1.6. Gejala Klinis 9
10 2.1.7. Diagnosis
10 2.1.7.1. Pemeriksaan Radiologis
2.1.7.2. Pemeriksaan Bakteriologis 1 1 2.1.7.3. Pemeriksaan Serologis 11 2.2. Diagnosis Tuberkulosis Dengan Uji Kulit Tuberkulin 12
2.2.1. Sejarah Uji Kulit Tuberkulin
2.2.3. Dasar dan Mekanisme Uji Kulit Tuberkulin 16 2.2.4. Macam macam Aplikasi Uji Kulit Tuberkulin 18 13
2.2.5. Kemaknaan Positif dan Negatif Uji Kulit Tuberkulin 23 23 2.2.6. Fenomena Booster
2.2.7. Sensitivitas Uji Kulit Tuberkulin 24 2.2.8. Specifitas Uji Kulit Tuberkulin 25
BAB
III
RINGKASAN 26BAB
IV
KESIMPULAN DAN SARAN4.1. Kesimpulan 28
4.2. Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 29
RIWAYAT HIDUP 31
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Pengenceran Tuberkulin 16
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1. Pencatatan Hasil Uji Kulit Mantoux 19
GAMBAR 2.2. Pistol Heaf Standard 21
GAMBAR 2.3. Cara Penyuntikan dan Lokasi Penyuntikan Uji Heaf 21
GAMBAR 2.4. Hasil Uji Kulit Heaf 22
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis ( Daniel, 1987 ). Bakteri tuberkulosis umumnya menyerang paru - paru, tapi terkadang menginfeksi organ lain seperti kulit, tulang, kelenjar getah bening dan susunan syaraf pusat. Tuberkulosis dikenal sejak 1000 tahun sebelum masehi ( S.M. ). Selama bertahun - tahun, ilmuwan
menganggap tuberkulosis sebagai penyakit turunan. Paham ini diruntuhkan oleh Robert Koch pada tahun 1882 ketika ia menemukan basil Mycobacterium tuberculosis sebagai penyebab penyakit tuberkulosis.
Tuberkulosis menjadi pusat perhatian dunia sejak dulu. WHO memperkirakan bahwa sepertiga populasi dunia yaitu sekitar 2 bilyun orang telah terinfeksi tuberkulosis ( Strake, 2000 ). Tiap tahunnya diperkirakan terdapat 10 juta kasus
baru di seluruh belahan dunia dengan angka kematian 3 juta orang pertahun ( Daniel, 1987 ). Tuberkulosis menonjol pada populasi yang mengalami stress, nutrisi jelek, perawatan kesehatan yang tidak memadai dan sering migrasi.
Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT ) Departemen Kesehatan tahun 1992 menunjukkan bahwa tuberkulosis paru adalah penyebab kematian
nomor dua di Indonesia setelah penyakit kardiovaskuler
dan
peringkat pertamapenyebab kematian untuk jenis penyakit infeksi. Setiap tahunnya ditemukan 500.000 kasus baru dengan angka kematian 175.000 orang per tahun ( www.minergynews.com/activity/dots/shtml ). Angka ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan angka morbiditas dan mortalitas akibat tuberkulosis ke - 3 di dunia setelah India dan Cina.
Gejala klinis tuberkulosis bervariasi
dari
tidak ada gejala sampai timbulnyagejala yang sangat mencolok. Tuberkulosis juga disebut sebagai " The Great
2
Diagnosis tuberkulosis dapat dilakukan dengan berbagai macam cara tidak hanya melihat gejala klinis yang ditimbulkannya saja, salah satu cara yang lain ialah Uji Kulit Tuberkulin. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penyusun tertarik untuk mempelajari peranan uji kulit tuberkulin dalam mendiagnosis tuberkulosis.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat diidentifikasikan masalahnya : a. Apakah Uji Kulit Tuberkulin masih digunakan hingga saat ini ? b. Apakah keuntungan menggunakan uji kulit tuberkulin ?
c. Apakah kerugian menggunakan uji kulit tuberkulin ?
d. Seberapa besar sensitivitas dan spesifitas uji kulit tuberkulin dalam mendiagnosis tuberkulosis ?
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan skripsi ini ialah untuk :
a. Mengetahui penggunaan Uji Kulit Tuberkulin sekarang ini. b. Mengetahui keuntungan uji kulit tuberkulin.
c. Mengetahui kerugian uji kulit tuberkulin.
d. Mengetahui sensitivitas dan spesifisitas uji kulit tuberkulin dalam menegakkan diagnosis tuberkulosis.
1.4. Kegunaan
3
1.5. Metodologi
Studi Pustaka
1.6. Lokasi dan Waktu
Skripsi ini dibuat di Universitas Kristen Maranatha dan bulan Mei 2002
28
BAB
IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan :
1. Uji tuberkulin yang digunakan saat ini ialah uji Mantoux dan uji Heaf yang menggunakan metode penyuntikan intradermal.
2. Keuntungan uji kulit tuberkulin ialah dapat digunakan sebagai alat bantu diagnosis tuberkulosis yang mudah dan murah serta sebagai alat epidemiologis tuberkulosis.
3. Kerugian uji kulit tuberkulin ialah hasil yang didapatkan cukup lama yaitu sekitar 48 - 72 jam serta sering menimbulkan hasil positif palsu.
4. Uji kulit tuberkulin memiliki sensitivitas yang tinggi tetapi spesifisitasnya rendah dalam menegakkan diagnosis penyakit tuberkulosis.
4.2. SARAN
1. Dalam melakukan uji kulit tuberkulin, disarankan untuk melakukan penyuntikan secara benar dengan dosis yang tepat sehingga didapat hasil yang cukup akurat.
29
DAFTAR PUSTAKA
Crafton, John., N. Horne, dan F. Miller. 1998. Tuberkulosis Klinik. Jakarta : Widya Medika. Hal 202 - 207.
Daniel, Thomas M. 1987. Tuberculosis. Dalam : A.J. Bragenwald et al ( ed ). Harrison 's Principles of Internal Medicine 1 lth edition. New York :
McGraw Hill Book Company. Hal 630
Dorland. 1994. Kamus Kedukteran. Jakarta : EGC. Hal 1948
Hood, Alsagaff, 1995. Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press. Hal 15 -24
Horne, N. 1996. Tuberculosis and Other Mycobacterial Disease. Dalam : Manson ( ed ). Manson 's Tropical Disease. 20th edition. London : ELBS with W.B. Saunders Book Company. Hal 1006 - 10 1 1
http://books. nap.edu/html/tb/appb. pdf
http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/00000222. htm
http://www.cpmc. columbia.edu/resources/tbcpp/skintest html
http://www. expat. or.id/medical/tuberculosis. html
http: //www hon. ch/library/theme/allergy/glossary/type4. html http://www. indianpediatrics. net/april2002/april-404-406-htm
http:
//www.
uphs. upenn. edu/TBPA/skin. htmhttp://www 1 rad.net id
Karnen Garma Baratawidjaja. 2000. Imunologi Dasar. Jakarta : EGC. Hal 20 -
26
Kimani, Anthony P. 1995. Infernal Medicine a Board Review. 8th edition. Atlanta : Emony University. Hal 2 18 - 2 19
30
Soedarto. 1996. Penyakit - Penyakit Infeksi di Indonesia. Jakarta Widya
Medika. Hal 180 - 18 1
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. 2000. Buku Kuliah IImu
Kesehatan Anak Jilid 2. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Hal 573 - 580
Strake, J.R 2000. Tuberkulosis. Dalam buku : Waldo E. Nelson ( ed ). Nelson’s Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Jakarta : EGC. Hal 1028 - 103 1
Tabrani Rab. 1996. Ilmu Penyakit Puru. Jakarta : Penerbit Hipokrates. Hal 237 - 240