Page | 211 ojs-unita.com
UJI KEEFEKTIFAN EKSTRAK BUAH MAKASAR (Brucea javanica L.) TERHADAP MORTALITAS LARVA, PERSENTASE PEMBENTUKAN PUPA DAN IMAGO Plutella
xylostella L. ( Lepidoptera: Plutellidae ) DI LABORATORIUM
Nixson Panjaitan
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli Email : [email protected]
Abstak - Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan beberapa taraf konsentrasi ekstrak buah makasar terhadap mortalitas larva P. xylostella. Hipotesis yang diajukan adalah aplikasi ekstrak buah makasar (B.
javanica) pada berbagai taraf konsentrasi berpengaruh terhadap mortalitas larva P. xylostella. Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Percobaan terdiri atas enam perlakuan yaitu (enam) taraf konsentrasi ekstrak buah makasar dan diulang sebanyak tiga kali. Keenam taraf tersebut adalah 0, 5, 10, 15, 20, 25 g/l. Penelitian ini terdiri dari dua set percobaan yaitu dengan metode ekstraksi perebusan dan metode ekstraksi tanpa perebusan. Data yang diperoleh diuji dengan analisis ragam dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %. Hubungan antara konsentrasi bahan uji dan tingkat mortalitas serangga uji diolah dengan analisis probit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak buah makasar (dengan metode ekstraksi perebusan atau metode ekstraksi tanpa perebusan) berpengaruh nyata terhadap mortalitas larva, menghambat pembentukan pupa dan imago P. xylostella. Peningkatan taraf konsentrasi ekstrak buah makasar (dengan metode ekstraksi perebusan) dari 0 g/l hingga 15 g/l berpengaruh nyata meningkatkan mortalitas larva, menurunkan persentase pembentukan pupa dan imago P. xylostella. Namun demikian, peningkatan taraf konsentrasi 15 g/l hingga 25 g/l tidak menunjukkan pertambahan mortalitas larva, menurunkan persentase pembentukan pupa dan imago P. xylostella. yang berarti. Aplikasi ekstrak buah makasar (dengan metode ekstraksi tanpa perebusan) pada peningkatan konsentrasi antara 0 g/l – 25 g/l menyebabkan peningkatan mortalitas larva, menurunkan persentase pembentukan pupa dan imago P. xylostella secara nyata.
Kata Kunci : Uji keefektifan, Buah Makasar, Mortalitas larva, Pupa, Imago
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang dan Masalah
Usaha produksi tanaman hortikultura merupakan salah satu bagian penting dalam sektor pertanian di Indonesia. Hortikultura memegang peranan penting dalam usaha perbaikan gizi masyarakat, karena pada umumnya tanaman hortikultura merupakan sumber vitamin dan mineral. Salah satu jenis sayur–sayuran penting di Indonesia adalah sawi. Tanaman sawi tergolong dalam keluarga kubis atau Cruciferae. Tanaman sawi (Brasicca juncea (L) Cross) merupakan tanaman sayuran yang umumnya ditanam di dataran tinggi.
Untuk mendapatkan produksi yang memuaskan perlu dilakukan cara pemeliharaan yang baik.
Berhasilnya pemeliharaan sawi antara lain juga tergantung dari cara penanggulangan hama dan penyakit yang banyak merusak tanaman sawi (Pracaya, 2005). Menurut Sudarwohadi (1983 dalam Asriyah 1991), salah satu hama penting yang menyerang tanaman sawi adalah Plutella xylostella Linnaeus. Kerusakan atau kerugian
yang disebabkannya dapat mencapai 100 % terutama pada musim kemarau.
Untuk memperkecil kehilangan hasil pertanian akibat serangan hama digunakan berbagai cara pengendalian. Petani pada umumnya menggunakan insektisida untuk mengendalikan serangan P. xylostella pada pertanaman sawi dan kubis. Hal ini disebabkan insektisida mempunyai daya racun atau daya bunuh yang tinggi serta berspektrum luas sehingga dapat mematikan banyak jenis hama sekaligus.
Selain itu, pengendalian secara kimiawi lebih praktis, karena pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan keadaan dan seringkali memberikan keuntungan yang tinggi secara ekonomi bagi petani.
Menurut Untung (1993), penggunaan insektisida yang tidak tepat dan berlebihan serta berlangsung terus-menerus akan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan, serta mendorong resistensi dan resurjensi hama. Dengan memperhatikan dampak negatif yang ditimbulkan oleh insektisida kimiawi tersebut
Page | 212 ojs-unita.com
maka salah satu alternatif pengendalian hama yang aman terhadap lingkungan maupun kesehatan manusia adalah penggunaan insektisida botani. Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai insektisida botani yaitu tanaman buah makasar (Brucea javanica).
Buah makasar (Brucea javanica) merupakan tumbuhan yang tergolong famili Simaroubaceae. Tanaman ini diduga merupakan sumber yang potensial untuk dijadikan insektisida nabati. Menurut Latif et al., (2000 dalam Subeki et al., 2006) buah makasar (Brucea javanica) mengandung senyawa brusein dengan rasa yang sangat pahit yang dapat membunuh berbagai jenis serangga seperti hama Heliothis virescens. Dalam penelitian ini diujikan ekstrak Brucea javanica terhadap larva P. xylostella.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi ekstrak buah makasar (yang di ekstrak dengan metode perebusan dan tanpa perebusan) terhadap mortalitas larva, persentase pembentukan pupa dan imago P. xylostella.
Kerangka Pemikiran
Akibat buruk dari penggunaan insektisida kimiawi sintetis yaitu terjadinya pencemaran tanah, air dan udara, terdapat residu tertentu pada produk-produk pertanian, terbunuhnya serangga nir sasaran serta munculnya kasus keracunan dan kematian pada pengguna (Oka, 1995). Selain itu dapat menimbulkan resistensi hama, munculnya hama sekunder, dan resurjensi hama (Untung, 1996). Oleh karena itu dicari alternatif lainya untuk menghindari masalah tersebut. Salah satu cara pengendalian hama tersebut yaitu penggunaan bahan tanaman sebagai insektisida nabati. Tanaman buah makasar B. javanica L. merupakan salah satu tanaman yang dapat berpotensi sebagai insektisida nabati.
Insektisida nabati merupakan insektisida dengan bahan dasar berasal dari tumbuhan yang relatif mudah cara pembuatanya meskipun hanya dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas (Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta, 2008). Beberapa kelebihan yang dimiliki insektisida nabati yaitu mudah terurai (bio-degradable) di alam sehingga kemungkinan bahaya residu pada hasil panen
sangat kecil, umumnya cukup aman terhadap organisme nir sasaran dan tidak cepat menimbulkan resistensi hama ( Prijono, 2005).
Buah makasar (Brucea javanica L.) diketahui mempunyai potensi tinggi untuk digunakan dalam pengendalian hama. Senyawa yang terkandung dalam bagian buah tanaman ini adalah brusein. Buah makasar dapat bersifat repelent (penolak serangga), insektisida yang merupakan racun perut, kontak, pernafasan, serta bersifat sistemik.
Dari hasil uji pendahuluan efikasi ekstrak buah makasar (dengan metode ekstraksi tanpa perebusan) pada konsentrasi 20 g/l, kematian larva Plutella xylostella mencapai 61,85 % pada 30 jam setelah aplikasi. Kematian larva P.
xylostella setelah aplikasi ekstrak buah makasar (dengan metode perebusan) pada konsentrasi 20 g/l adalah sebesar 41,48 % pada pengamatan 30 jsa.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu aplikasi ekstrak buah makasar (Brucea javanica) (dengan metode perebusan dan tanpa perebusan) berpengaruh terhadap mortalitas larva serta persentase pembentukan pupa dan imago
P. xylostella. Aplikasi dengan konsentrasi yang lebih tinggi menyebabkan kematian yang tinggi serta pupa dan imago yang terbentuk lebih rendah.
II. BAHAN DAN METODE
Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian dilakukan dari bulan Juni sampai dengan September 2008.
Alat Dan Bahan Penelitian
Bahan–bahan yang digunakan adalah daun sawi, larva Plutella xylostella, buah makasar kering, aquades, kapas, madu, zat perekat dan perata Tween 80, tanah, pupuk kandang, minyak tanah, sabun cuci dan tissue. Alat-alat yang digunakan adalah stoples plastik, cawan petri, mikroskop binokuler, gunting, pipet,
Page | 213 ojs-unita.com
gelas ukur, pengaduk, sungkup/kurungan serangga, kain kassa, alat tulis, kamera, kuas kecil, karet gelang, erlenmeyer, kompor masak, korek api, jarum pentul, kaca pembesar, timbangan elektrik, dan panci.
Metode Penelitian
Perlakuan disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan adalah enam taraf konsentrasi ekstrak buah makasar, yaitu: Po, P1, P2, P3, P4, dan P5 dengan konsentrasi masing-masing, 0, 5, 10, 15, 20, 25 g/l.
Ulangan sebanyak tiga kali terdiri dari 2 set percobaan yaitu metode rebus dan tanpa rebus.
Masing–masing satuan percobaan berisi 10 ekor larva P. xylostella. Data yang diperoleh diolah dengan sidik ragam, dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata (BNT) pada taraf nyata 5 %.
Pelaksanaan Penelitian 1. Pembiakan Serangga Uji
Larva, pupa dan imago P. xylostella L. Diambil dari pertanaman sawi di Way Kandis Bandar Lampung. Pengambilan serangga di lapangan dilaksakan sebanyak 5 kali. Larva dan pupa yang diperoleh dari lapangan dipelihara dalam stoples plastik beraerasi hingga menjadi imago.
Imago dipelihara dalam kurungan (Gambar 2) dan diberi pakan madu 10 % (v/v). Telur-telur yang dihasilkan dari kurungan merupakan P.
xylostella L. generasi pertama. Larva yang menetas diberi pakan daun sawi dan distop pemberianya ketika larva yang cukup banyak untuk pengujian.
Gambar 2. Kurungan biakan serangga.
2. Penyediaan Tanaman Inang
Benih sawi disemai dalam baki plastik yang berisi tanah. Setelah 20 hst (hari setelah tanam) atau terbentuk empat daun, bibit ditransplatasi
ke dalam polibeg yang berisi campuran tanah dan pupuk kandang. Setiap hari dilakukan penyiraman untuk menyuplai ketersediaan air untuk tanaman.
Gambar 3. Tanaman inang.
3. Pembuatan ekstrak buah makasar
Biji buah makasar yang sudah tua, berwarna hitam dikumpulkan dari lapangan, kemudian biji tersebut dikeringkan di bawah sinarmatahari. Biji buah makasar kemudian digiling hingga memperoleh tepung dan diayak dengan ayakan bermata 0,5 mm yang ditampung dalam nampan. Tepung dicampur dengan air dengan berbagai konsentrasi sesuai dengan perlakuan. Kemudian, campuran tersebut direbus selama 10 menit (Hamdani, 2005). Waktu perebusan dihitung sejak air mendidih. Setelah direbus kemudian didinginkan, ekstrak disaring dengan kertas saring dan ditambahkan air pada ampas hasil saringan hingga volume ekstrak yang diperoleh sama dengan volume air semula. Kemudian, dicampur dengan 0,2 % zat perata dan perekat Tween 80 sebagai bahan perekat dan pengemulsi. Pada (metode ekstraksi tanpa perebusan) tepung dicampur dengan air dengan berbagai konsentrasi sesuai dengan perlakuan.
Kemudian, campuran tersebut diaduk selama 3 menit. Setelah itu, ekstrak disaring dengan kertas saring dan ditambahkan air pada ampas hasil saringan hingga volume ekstrak yang diperoleh sama dengan volume air semula.
Kemudian, dicampur dengan 0,2 % Tween 80 sebagai bahan perekat dan pengemulsi. Ekstrak yang dihasilkan digunakan untuk pengujian.
Page | 214 ojs-unita.com
4. Perlakuan
Daun-daun sawi segar dicelupkan ke dalam ekstrak buah makasar dengan jenis konsentrasi yang telah ditentukan. Daun–daun sawi yang telah diberi perlakuan diletakkan di dalam stoples yang berisi larva instar 3. Stoples ditutup dengan kain kasa.
5. Pengamatan
Pengamatan dilakukan sejak 6 jam setelah aplikasi dan dilanjutkan pada 12 jam dan 24 jam setelah aplikasi. Peubah yang diamati adalah jumlah larva yang mati dan jumlah larva yang hidup, gerak, dan aktifitas makan serangga uji setelah aplikasi. Sebagai peubah penunjangnya adalah jumlah larva yang berhasil menjadi pupa dan pupa yang berhasil menjadi imago. Untuk menghitung mortalitas dengan perlakuan ekstrak buah makasar dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Jumlah serangga yang mati
Mortalitas(%)= x 100%
Jumlah serangga uji
Hubungan antara konsentrasi bahan uji dan tingkat kematian serangga uji diolah dengan analisis probit MS-DOS (Thomas dan Spakers,1986). Menurut Hasibuan (2003) sebelum melakukan perhitungan faktor kematian (faktor kematian pada kontrol yang disebabkan oleh faktor lain) harus terlebih dahulu dikoreksi dengan rumus Abbot (1925), yaitu :
A - B
(%) Kematian terkoreksi = x 100%
100 - B
Keterangan :
A = Proporsi serangga uji yang mati pada perlakuan.
B = Proporsi serangga uji yang mati pada kontrol.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Ekstraksi Perebusan
Mortalitas Larva Plutella xylostella L.
Efikasi ekstrak buah makasar terhadap larva P.
xylostella dalam penelitian ini menggunakan 2
metode ekstraksi yaitu perebusan dan tanpa perebusan. Data tentang mortalitas larva P.
xylostella yang diaplikasikan ekstrak buah makasar (dengan metode ekstraksi perebusan) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pengaruh taraf konsentrasi ekstrak buah makasar Brucea javanica (dengan metode ekstraksi perebusan) terhadap mortalitas (terkoreksi) larva
P. xylostella
Konsentr asi g/l
Mortalitas larva P.xylostella (%) 6
jsa 12 jsa
18 jsa
24 jsa
30 jsa
0 5 10 15 20 25
0,00 0,00 0,00 3,33 6,67 6,67
0,00 c 0,00 c 6,67 bc 10,0 0 ab 10,0 0 ab 16,6 7 a
0,00 c 6,67 bc 13,3 3 abc 16,6 7 ab 23,3 3 a 26,6 7 a
0,00 c 13,3 3 bc 20,0 0 abc 26,6 7 ab 40,0 0 a 40,0 0 a
0,00 d 24,44 c 30,74 bc 37,77 ab 41,48 ab 48,14 a
F hitung 1,93
tn
3,36
*
4,95
*
5,73
**
14.12
**
Keterangan :
tn = Tidak nyata pada taraf 5 %
* = Berbeda pada taraf nyata 5 %
** = Berbeda pada taraf nyata 5 % atau 1 % jsa = Jam setelah aplikasi
Nilai dalam kolom yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji BNT 5 %.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa efikasi ekstrak buah makasar pada 6 jam setelah aplikasi belum menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap mortalitas larva P.
xylostella. Dalam hal ini telah terlihat adanya mortalitas namun masih sangat rendah dan belum menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan.
Pada pengamatan 12 jsa hasil analisis ragam menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak buah makasar (dengan metode ekstraksi perebusan) telah menunjukkan adanya pengaruh yang
Page | 215 ojs-unita.com
nyata terhadap mortalitas larva P. xylostella.
Pada pengamatan 12 jsa ini mortalitas larva masih terlihat rendah. Mortalitas larva pada perlakuan efikasi ekstrak buah makasar 25 g/l adalah sebesar 16,67 %. Aplikasi ekstrak buah makasar 10 g/l menyebabkan mortalitas larva 6,67 % dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan aplikasi ekstrak buah makasar 5 g/l dan kontrol..
Gambar 3. Grafik pengaruh efikasi ekstrak buah makasar Brucea javanica (dengan metode ekstraksi perebusan) terhadap
mortalitas larva P. xylostella
Pada pengamatan selanjutnya mortalitas larva P. xylostella terus bertambah, namun sampai pengamatan 30 jsa tidak ada perlakuan yang menyebabkan mortalitas larva sebesar 100 %.
Pada perlakuan aplikasi ekstrak buah makasar pada konsentrasi tertinggi (25 g/l) menyebabkan mortalitas larva sebesar 48,14 %.
Sedangkan pada konsentrasi terendah (5 g/l) menyebabkan mortalitas larva
24,44 %. Adanya kematian larva P. xylostella menunjukkan bahwa ekstrak buah makasar memiliki kandungan senyawa yang bersifat toksik.
Dari perlakuan ekstrak buah makasar (dengan metode ekstraksi perebusan) yang diaplikasikan diketahui bahwa ekstrak buah makasar tidak menyebabkan mortalitas yang cukup tinggi.
Ekstrak buah makasar B. javanica terlihat bekerja lambat dalam mematikan larva dan bahkan larva ada yang berhasil berkembang menjadi instar IV, pupa, dan imago. Ekstrak
buah makasar B. javanica berpengaruh terhadap perkembangan hidup larva P. xylostella.
Sebagian larva uji yang tidak mengalami mortalitas dapat terus bertahan hidup, namun ada pula yang menunjukkan kelainan fisik yang teramati antara lain
tubuh larva P. xylostella berwarna kuning kecoklatan setelah makan daun yang diberi perlakuan ekstrak buah makasar. Abdomen sangat lembek dan rapuh jika disentuh. Hal ini mungkin disebabkan oleh senyawa bioaktif yang bersifat sebagai racun perut yang bekerja sebagai racun metabolisme respirasi dalam sel (Prijono, 2005), sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakan pada abdomen larva.
Pembentukan Pupa dan Kemunculan Imago P. xylostella L.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ekstrak buah makasar (dengan metode ekstraksi perebusan) berpengaruh nyata menekan pembentukan pupa maupun kemunculan imago P.xylostella (lihat Tabel 3). Hasil analisis menunjukkan penekanan pembentukan pupa pada semua perlakuan berbeda nyata dengan kontrol. Pada aplikasi ekstrak buah makasar (dengan metode ekstraksi perebusan) pada konsentrasi terendah (5 g/l) pupa yang terbentuk 75,55 % dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan konsentrasi tertinggi (25 g/l) adalah sebesar 51,85 %.
Tabel 2. Pengaruh taraf konsentrasi ekstrak buah makasar Brucea javanica (dengan metode ekstraksi perebusan) terhadap pembentukan pupa dan kemunculan Imago P. xylostella yang terkoreksi
Konsentrasi gr/l
Pembentukan pupa (%)
Pembentukan imago (%) 0
5 10 15 20 25
100 a 75,55 b 69,26 bc 62,22 bcd 58,52 cd 51,85 d
100 a 66,67 b 40,00 c 36,67 cd 26,67 cd 16,67 d F hitung 14,11** 16,42**
Keterangan :
* = Berbeda pada taraf nyata 5 %
** = Berbeda pada taraf nyata 5 % dan 1 %
0 10 20 30 40 50 60
6 12 18 24 30
Mortalitas (%)
waktu (JSA)
0 5 g/l 10 g/l
15 g/l 20 g/l 25 g/l
Page | 216 ojs-unita.com
Nilai dalam kolom yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji BNT 5 %.
Pada aplikasi ekstrak buah makasar (dengan metode ekstraksi perebusan) pada konsentrasi 5 g/l imago yang terbentuk hanya 66,67 % dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan efikasi ekstrak buah makasar dengan konsentrasi tertinggi (25 g/l) imago yang terbentuk hanya 16,67 %. Disini terlihat adanya mortalitas dari pupa atau adanya pupa yang gagal menjadi imago.
Begitu juga imago yang terbentuk tidak semua terlihat sehat, sebagian imago terlihat mengalami kecacatan seperti tubuhnya kerdil, sayap tidak berkembang, dan geraknya lambat.
Metode Ekstraksi Tanpa Perebusan
Mortalitas Larva Plutella xylostella L.
Aplikasi ekstrak buah makasar (dengan metode akstraksi tanpa perebusan) menunjukkan bahwa pada 6 jsa belum terlihat ada pengaruh yang nyata terhadap mortalitas P. Xylostella (Tabel 3)
Tabel 3. Pengaruh taraf konsentrasi ekstrak buah makasar Brucea javanica (dengan metode ekstraksi tanpa perebusan) terhadap mortalitas (terkoreksi) larva P. xylostella
Konsentra si g/l
Mortalitas larva P.xylostella (%) 6
jsa 12 jsa
18 jsa
24 jsa
30 jsa
0 5 10 15 20 25
0,00 0,00 0,00 6,67 10,0 0 13,3 3
0,00 b 0,00 b 6,67 b 13,3 3 a 20,0 0 a 23,3 3 a
0,00 c 20,0 0 b 20,0 0 b 23,3 3 ab 30,0 0 ab 33,3 3 a
0,00 c 30,0 0 b 33,3 3 b 36,6 7 ab 40,0 0 ab 53,3 3 a
0,00 e 30,74 d 41,48 cd 51,48 cb 61,85 b 69,25 a F hitung 2,32t
n
8,9*
*
9,2*
*
9,4*
*
24,8*
*
Keterangan :
tn = Tidak nyata pada taraf 5 %
** = Berbeda pada taraf nyata 5 % atau 1 % jsa = Jam setelah aplikasi
Nilai dalam kolom yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji BNT 5 %.
Pengaruh yang sangat nyata baru terlihat pada pengamatan 12 jsa. Pada aplikasi ekstrak buah makasar dengan metode ekstrasi tanpa perebusan juga tidak menyebabkan mortalitas larva P. xylostella sampai 100 %. Pada perlakuan aplikasi ekstrak buah makasar pada konsentrasi tertinggi (25 g/l) menyebabkan mortalitas larva sebesar 69,25 %. Sedangkan pada konsentrasi terendah (5 g/l) menyebabkan mortalitas larva 30,74 %. Adanya kematian larva P. xylostella menunjukkan bahwa ekstrak buah makasar memiliki kandungan senyawa yang bersifat toksik.
Grafik tingkat mortalitas menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak buah makasar memberikan efek mortalitas yang cenderung terus meningkat seiring interval waktu pengamatan. Pengaruh ekstrak buah makasar tertinggi 25 g/l (dengan metode ekstraksi tanpa perebusan) dapat menyebabkan mortalitas larva
P. xylostella lebih tinggi.
Gambar 4. Grafik pengaruh efikasi ekstrak buah makasar Brucea javanica (dengan metode estraksi tanpa perebusan) terhadap mortalitas larva P. xylostella
Untuk menentukan daya racun ekstrak buah makasar B. Javanica terhadap larva P.
xylostella, telah dilakukan analisis probit (LC50). Hasil analisis menunjukkan LC50
0 10 20 30 40 50 60 70 80
6 12 18 24 30
Mortalitas (%)
Waktu (JSA)
0 5 g/l 10 g/l 15 g/l 20 g/l 25 g/l
Page | 217 ojs-unita.com
ekstrak buah makasar B. Javanica (dengan metode ekstraksi tanpa perebusan) adalah sebesar 12 g/l. Ini berarti ekstrak buah makasar (dengan metode tanpa perebusan) pada konsentrasi 12 g/l dapat mematikan larva P. xylostella sebanyak 50 %.
Dari pengamatan yang telah dilakukan, mortalitas yang terjadi pada larva
P. xylostella setelah memakan daun sawi yang diberikan perlakuan ekstrak buah makasar bersifat racun perut, sehingga mengakibatkan mortalitas pada larva
P. xylostella.
Pembentukan Pupa dan Kemunculan Imago P. xylostella L.
Pada aplikasi ektrak buah makasar (dengan metode ekstraksi tanpa perebusan) hasil pengamatan menunjukkan ekstrak buah makasar Brucea javanica berpengaruh nyata terhadap penekanan pembentukan pupa dan kemunculan imago.
Tabel 4. Pengaruh taraf konsentrasi ekstrak buah makasar Brucea javanica (dengan metode ekstraksi tanpa
perebusan) terhadap pembentukan pupa dan kemunculan imago P.
Xylostellayang terkoreksi
Konsentrasi g/l
Pembentukan pupa (%)
Pembentukan imago (%) 0
5 10 15 20 25
100 a 69,26 b 58,52 bc 48,52 cd 41,48 d 30,74 e
100 a 46,67 b 40,00 b 36,67 b 30,00 bc 13,33 c F hitung 24,84** 26,08**
Keterangan :
* = Berbeda pada taraf nyata 5 %
** = Berbeda pada taraf nyata 5 % dan 1 % Nilai dalam kolom yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji BNT 5 %.
Larva P. xylostella yang dapat mempertahankan hidup sampai instar 4 seluruhnya dapat membentuk pupa, namun pupa yang terbentuk tidak seluruhnya berhasil menjadi imago.
Aplikasi ekstrak buah makasar (dengan metode
ekstraksi tanpa perebusan) dengan konsentrasi 15 g/l mampu menekan pertumbuhan dan perkembangan P. xylostella, sehingga imago yang terbentuk sebesar 36,67 % dan tidak berbeda nyata dengan aplikasi ekstrak buah makasar pada konsentrasi 20 g/l. Aplikasi ekstrak buah makasar dengan konsentrasi tertinggi (25 g/l) menyebabkan imago hanya sebesar 13,33 %.
Imago yang terbentuk (kecuali pada kontrol) umumnya mengalami cacat seperti tubuh kerdil, sayap tidak berkembang, dan geraknya lambat.
Adanya mortalitas larva, kegagalan pembentukan pupa menjadi imago, dan adanya imago yang cacat merupakan akibat dari aplikasi ekstrak buah makasar. Hal ini menunjukkan bahwa buah makasar berpotensi sebagai insektisida nabati dan dapat menekan pertumbuhan dan perkembangan P. xylostella.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Asriyah. 1991. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Bacillus thuringiensis terhadap mortalitas instar larva Plutella xylostella L (Lepidoptera : Plutellidae) pada Daun Sawi di Laboratorium. Skripsi.
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
38 hlm.
[2] Dalimartha, S. 2007. Obat Herbal Buah Makasar. http://jacksite.wordpress.com.
[26 juni 2008].
[3] Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan. 1994. Pedoman Pengenalan Pestisida Botani. Jakarta. 58 hlm.
[4] Dinas Pertanian Kehutanan DKI Jakarta.
2008. Pestisida Nabati. Akses 26 juni 2008
www.jakarta.go.id/distan/Berita/pestisida Nabti.htm.
[5] Hamdani. 2005. Aktifitas Ekstrak Biji Tanaman Mindi Melia azedarach (L) terhadap Spodoptera litura (F) (Lepidoptera: Noctuidae). Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika.5. 11- 16
Page | 218 ojs-unita.com
[6] Hasibuan, R. 2003. Modul Praktikum:
Pestisida dan Teknik Aplikasi.
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
36 hlm.
[7] Nazaruddin. 1993. Budi Daya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Penebar sawadaya. Jakarta. 142 hlm.
[8] Oka, I. N. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 245 hlm.
[9] Pracaya. 2005. Hama Dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.
471 hlm.
[10] Prijono, D. 2005. Pengembangan dan Pemanfaatan insektisida Botani (Bahan Pelatihan). Departemen Proteksi Tanaman. Faultas Pertanian IPB. Bogor.
[11] Sukarti. 2001. Uji Keefektifan Ekstrak Daun Tembakau (Nicotiana tabacum L.) terhadap Mortalitas dan Perkembangan Larva Crocidolomia binotalis Zeller di Laboratorium. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 27 hlm.
[12] Subeki, M.Yamasaki, Y. Maede, H.
Matsumura, K. Takahashi, K. Nabeta.
2006. Isolation and Identification of antibabesial compound from Indonesian medicinal plants. Proceeding Tropical medicine and Health JAIH.
[13] Untung, K. 1993. Konsep Pengendalian Hama Terpadu. Penerbit Andi offset.
Yokyakarta. 273 hlm.
[14] William, C. N., J. O. Uzo, and W. T. H.
Pergrine. 1993. Produksi Sayuran di Daerah Tropika. Gadjah mada University Press. Yogyakarta. 374 hlm.