• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2021 TENTANG UPAYA ADMINISTRATIF DAN BADAN PERTIMBANGAN APARATUR SIPIL NEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2021 TENTANG UPAYA ADMINISTRATIF DAN BADAN PERTIMBANGAN APARATUR SIPIL NEGARA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2021

TENTANG

UPAYA ADMINISTRATIF DAN BADAN PERTIMBANGAN APARATUR SIPIL NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaks anakan ketentuan Pas al 129 ayat (5) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Upaya Adminis tratif dan Badan Pertimbangan Aparatur Sipil Negara;

Mengingat : 1. Pas al 5 ayat (2) Undang-Undang Das ar Negara Republik Indones ia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indones ia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indones ia Nomor 5494);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG UPAYA ADMINISTRATIF DAN BADAN PERTIMBANGAN APARATUR SIPIL NEGARA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaks ud dengan:

1. Keputus an Pejabat Pembina Kepegawaian yang s elanjutnya dis ebut Keputus an PPK adalah keputus an yang dikeluarkan oleh PPK yang bers ifat konkret, individual, dan final.

2. Keputus an Pejabat yang Menetapkan Keputus an yang s elanjutnya dis ebut Keputus an Pejabat adalah keputus an yang dikeluarkan oleh Pejabat yang bers ifat konkret, individual, dan final.

3. Upaya Adminis tratif adalah pros es penyeles aian s engketa yang ditempuh oleh Pegawai ASN yang tidak puas terhadap Keputus an PPK atau Keputus an Pejabat.

4. Keberatan adalah Upaya Adminis tratif yang ditempuh oleh Pegawai ASN yang tidak puas terhadap Keputus an PPK s elain pemberhentian s ebagai PNS atau s elain pemutus an hubungan perjanjian kerja s ebagai PPPK dan Upaya Adminis tratif yang ditempuh oleh Pegawai ASN yang tidak puas terhadap Keputus an Pejabat.

5. Banding Adminis tratif adalah Upaya Adminis tratif yang ditempuh oleh Pegawai ASN yang tidak puas terhadap Keputus an PPK mengenai pemberhentian s ebagai PNS atau pemutus an hubungan perjanjian kerja s ebagai PPPK.

6. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urus an pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara.

(2)

7. Badan Pertimbangan Aparatur Sipil Negara yang s elanjutnya dis ingkat BPASN adalah badan yang berwenang menerima, memeriks a, dan mengambil keputus an atas Banding Adminis tratif.

8. Pejabat Pembina Kepegawaian yang s elanjutnya dis ingkat PPK adalah pejabat yang mempunyai kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN dan pembinaan manajemen ASN di ins tans i pemerintah s es uai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

9. Pejabat yang Menetapkan Keputus an yang s elanjutnya dis ebut Pejabat adalah pejabat s elain PPK yang diberi wewenang menetapkan keputus an di bidang kepegawaian s es uai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

10. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang s elanjutnya dis ebut Pegawai ASN adalah PNS dan PPPK yang diangkat oleh PPK dan dis erahi tugas dalam s uatu jabatan pemerintahan atau dis erahi tugas negara lainnya dan digaji berdas arkan peraturan perundang-undangan.

11. Pegawai Negeri Sipil yang s elanjutnya dis ingkat PNS adalah warga negara Indones ia yang memenuhi s yarat tertentu, diangkat s ebagai Pegawai ASN s ecara tetap oleh PPK untuk menduduki jabatan pemerintahan.

12. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang s elanjutnya dis ingkat PPPK adalah warga negara Indones ia yang memenuhi s yarat tertentu, yang diangkat berdas arkan perjanjian keda untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaks anakan tugas pemerintahan.

BAB II

UPAYA ADMINISTRATIF

Bagian Kesatu Umum

Pasal 2

(1) Pegawai ASN yang tidak puas terhadap Keputus an PPK atau Keputus an Pejabat dapat mengajukan Upaya Adminis tratif.

(2) Upaya Adminis tratif s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) terdiri atas Keberatan dan Banding Adminis tratif.

Bagian Kedua

Keberatan Paragraf 1

Umum Pasal 3

(1) Pegawai ASN dapat mengajukan Keberatan atas :

a. Keputus an PPK s elain pemberhentian s ebagai PNS atau s elain pemutus an hubungan perjanjian kerja s ebagai PPPK; dan

b. Keputus an Pejabat.

(2) Keberatan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) huruf a diajukan kepada PPK.

(3) Keberatan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) huruf b diajukan kepada atas an Pejabat.

(3)

Paragraf 2

Tata Cara Penyelesaian Keberatan Atas Keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian

Pasal 4

(1) Keberatan s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 3 ayat (1) huruf a diajukan s ecara tertulis kepada PPK dengan memuat alas an Keberatan yang dis ertai data pendukung.

(2) Keberatan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) diajukan dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas ) hari kerja terhitung mulai tanggal keputus an yang diajukan Keberatan diterima oleh Pegawai ASN.

(3) Dalam hal Keberatan yang diajukan melebihi jangka waktu s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) maka PPK atau pejabat yang ditunjuk menetapkan s urat penetapan tidak dapat diterima.

Pasal 5

(1) PPK wajib mengambil keputus an atas Keberatan yang diajukan oleh Pegawai ASN dalam jangka waktu 21 (dua puluh s atu) hari kerja terhitung mulai tanggal PPK menerima Keberatan.

(2) PPK dapat memanggil dan/atau meminta keterangan dari Pegawai ASN yang mengajukan Keberatan dan/atau pihak lain, jika diperlukan.

(3) Apabila dalam jangka waktu lebih dari 21 (dua puluh s atu) hari kerja PPK tidak mengambil keputus an, Pegawai ASN dapat mengajukan upaya hukum kepada Pengadilan Tata Us aha Negara.

Pasal 6

(1) PPK dapat memperkuat, memperingan, memperberat, mengubah, mencabut, atau membatalkan keputus an yang diajukan Keberatan.

(2) Keputus an penguatan, peringanan, pemberatan, perubahan, pencabutan, atau pembatalan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputus an PPK.

(3) Dalam hal Pegawai ASN tidak puas terhadap keputus an s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2), Pegawai ASN dapat mengajukan upaya hukum kepada Pengadilan Tata Us aha Negara.

Paragraf 3

Tata Cara Penyelesaian Keberatan Atas Keputusan Pejabat

Pasal 7

(1) Keberatan s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 3 ayat (1) huruf b diajukan s ecara tertulis kepada atas an Pejabat dengan memuat alas an Keberatan yang dis ertai data pendukung dan tembus annya dis ampaikan kepada Pejabat.

(2) Keberatan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) diajukan dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas ) hari kerja terhitung mulai tanggal keputus an yang diajukan Keberatan diterima oleh Pegawai ASN.

(3) Dalam hal Keberatan yang diajukan melebihi jangka waktu s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2), maka PPK atau pejabat yang ditunjuk menetapkan s urat penetapan tidak dapat diterima.

(4)

Pasal 8

(1) Pejabat harus memberikan tanggapan atas Keberatan yang diajukan oleh Pegawai ASN yang mengajukan Keberatan.

(2) Tanggapan atas Keberatan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) wajib dibuat oleh Pejabat berdas arkan data pendukung yang dimiliki.

(3) Tanggapan atas Keberatan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) dis ampaikan s ecara tertulis kepada atas an Pejabat dalam jangka waktu 6 (enam) hari kerja terhitung mulai tanggal Pejabat menerima tembus an Keberatan.

(4) Atas an Pejabat wajib mengambil keputus an atas Keberatan yang diajukan oleh Pegawai ASN dalam jangka waktu 21 (dua puluh s atu) hari kerja terhitung mulai tanggal atas an Pejabat menerima Keberatan.

(5) Apabila dalam jangka waktu s ebagaimana dimaks ud pada ayat (3), Pejabat tidak memberikan tanggapan atas Keberatan maka atas an Pejabat mengambil keputus an berdas arkan data yang ada.

(6) Atas an Pejabat dapat memanggil dan/atau meminta keterangan dari Pejabat, Pegawai ASN yang mengajukan Keberatan, dan/atau pihak lain, jika diperlukan.

(7) Apabila dalam jangka waktu lebih dari 21 (dua puluh s atu) hari kerja atas an Pejabat tidak mengambil keputus an, Pegawai ASN dapat mengajukan upaya hukum kepada Pengadilan Tata Us aha Negara.

Pasal 9

(1) Atas an Pejabat dapat memperkuat, memperingan, memperberat, mengubah, mencabut, atau membatalkan keputus an yang diajukan Keberatan.

(2) Keputus an penguatan, peringanan, pemberatan, perubahan, pencabutan, atau pembatalan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputus an atas an Pejabat.

(3) Dalam hal Pegawai ASN tidak puas terhadap keputus an atas Keberatan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2), Pegawai ASN dapat mengajukan upaya hukum kepada Pengadilan Tata Us aha Negara.

Bagian Ketiga

Banding Administratif

Paragraf 1 Umum

Pasal 10

Pegawai ASN dapat mengajukan Banding Adminis tratif atas Keputus an PPK yang berupa:

a. pemberhentian s ebagai PNS; dan

b. pemutus an hubungan perjanjian kerja s ebagai PPPK.

Paragraf 2

Tata Cara Penyelesaian Banding Administratif

Pasal 11

(5)

(1) Banding Adminis tratif s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 10 diajukan s ecara tertulis kepada BPASN dengan memuat alas an dan/atau bukti s anggahan.

(2) Banding Adminis tratif yang diajukan kepada BPASN s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1), tembus annya dis ampaikan kepada PPK.

(3) Banding Adminis tratif diajukan dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas ) hari kerja terhitung mulai tanggal Keputus an PPK yang diajukan Banding Adminis tratif diterima oleh Pegawai ASN.

Pasal 12

(1) Dalam hal Banding Adminis tratif yang diajukan melebihi jangka waktu s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 11 ayat (3), BPASN menetapkan s urat penetapan tidak dapat diterima.

(2) Dalam hal Banding Adminis tratif yang diajukan bukan merupakan Keputus an PPK yang dapat diajukan Banding Adminis tratif s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 10, BPASN menetapkan s urat penetapan tidak dapat diterima.

(3) Surat penetapan s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) dan ayat (2) ditandatangani oleh Kepala Sekretariat BPASN.

(4) Dalam hal Banding Adminis tratif yang diajukan tidak melebihi jangka waktu dan merupakan kewenangan BPASN, BPASN wajib melakukan pemeriks aan terhadap Banding Adminis tratif yang diajukan.

Pasal 13

(1) PPK harus memberikan tanggapan atas Banding Adminis tratif s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 11 ayat (2) kepada BPASN paling lama 21 (dua puluh s atu) hari kerja terhitung mulai tanggal diterimanya tembus an Banding Adminis tratif.

(2) Apabila PPK tidak memberikan tanggapan dalam jangka waktu s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1), BPASN mengambil keputus an terhadap Banding Adminis tratif berdas arkan bukti yang ada.

(3) Dalam melaks anakan tugas pemeriks aan, BPASN berwenang meminta keterangan dan/atau data tambahan dari Pegawai ASN yang bers angkutan, pejabat, dan/atau pihak lain.

(4) BPASN wajib mengambil keputus an atas Banding Adminis tratif paling lama 65 (enam puluh lima) hari kerja terhitung mulai tanggal diterimanya permohonan Banding Adminis tratif.

(5) Pengambilan keputus an s ebagaimana dimaks ud pada ayat (4) dilaks anakan melalui s idang BPASN.

Pasal 14

(1) Sidang BPASN s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 13 ayat (5) didahului dengan pra-s idang BPASN.

(2) Pra-s idang dipimpin oleh Wakil Ketua BPASN dan dihadiri paling s edikit 3 (tiga) anggota BPASN.

(3) Dalam hal anggota BPASN s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) berhalangan, anggota BPASN dapat menugas kan pejabat lain yang dapat memberikan pertimbangan s es uai dengan tugas dan fungs i mas ing-mas ing.

(4) Berdas arkan pelaks anaan pra-s idang s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2), Wakil Ketua BPASN merumus kan s aran putus an pra-s idang untuk dibawa dalam s idang BPASN.

(6)

Pasal 15

(1) Sidang BPASN s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 13 ayat (5) dinyatakan s ah jika dihadiri oleh Ketua dan/atau Wakil Ketua s erta paling s edikit dihadiri oleh 3 (tiga) anggota BPASN.

(2) Dalam hal anggota BPASN s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) berhalangan, anggota BPASN dapat memberikan kuas a kepada pejabat di lingkungannya paling rendah menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama.

(3) Sidang BPASN s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) dapat dilaks anakan 1 (s atu) kali dalam s etiap bulan.

Pasal 16

(1) Keputus an BPASN dapat memperkuat, memperingan, memperberat, mengubah, atau membatalkan keputus an PPK.

(2) Keputus an BPASN ditetapkan oleh Ketua.

(3) Keputus an BPASN wajib dilaks anakan oleh s emua pihak yang terkait.

(4) Keputus an BPASN berlaku s ejak tanggal ditetapkan.

(5) Keputus an BPASN dis ampaikan kepada Pegawai ASN yang mengajukan permohonan Banding Adminis tratif dan PPK.

Pasal 17

PPK yang tidak melaks anakan keputus an BPASN dijatuhi s anks i adminis tratif s es uai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 18

Dalam hal Pegawai ASN tidak puas terhadap keputus an BPASN, Pegawai ASN dapat mengajukan upaya hukum kepada Pengadilan Tinggi Tata Us aha Negara.

Pasal 19

Ketentuan mengenai Upaya Adminis tratif s ebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini berlaku s ecara mutatis mutandis terhadap Upaya Adminis tratif bagi calon PNS.

Pasal 20

Ketentuan mengenai Upaya Adminis tratif s ebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini berlaku s ecara mutatis mutandis terhadap pengaduan dari Pegawai ASN yang tidak puas terhadap tindakan PPK/Pejabat yang tidak melaks anakan Keputus an PPK.

BAB III

BADAN PERTIMBANGAN APARATUR SIPIL NEGARA

Bagian Kesatu Kedudukan dan Tugas

Pasal 21

(1) Untuk menyeles aikan s engketa Pegawai ASN yang timbul karena Keputus an PPK dibentuk BPASN.

(2) BPASN berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Pres iden.

(7)

Pasal 22

(1) BPASN mempunyai tugas menerima, memeriks a, dan mengambil keputus an atas Banding Adminis tratif yang diajukan oleh Pegawai ASN karena tidak puas terhadap Keputus an PPK.

(2) Keputus an PPK s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) berupa:

a. pemberhentian s ebagai PNS; dan

b. pemutus an hubungan perjanjian kerja s ebagai PPPK.

Pasal 23

(1) Untuk tindakan PPK, BPASN dapat menerima, memeriks a, dan mengambil keputus an atas pengaduan yang diajukan oleh Pegawai ASN karena tidak puas terhadap tindakan PPK ters ebut.

(2) Untuk tindakan Pejabat, PPK atau atas an Pejabat dapat mengambil keputus an atas pengaduan yang diajukan oleh Pegawai ASN karena tidak puas terhadap tindakan Pejabat.

Bagian Kedua

Susunan Keanggotaan

Pasal 24 (1) Keanggotaan BPASN terdiri atas uns ur:

a. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformas i Birokras i;

b. Badan Kepegawaian Negara;

c. Sekretariat Kabinet;

d. Kementerian Hukum dan Hak As as i Manus ia;

e. Badan Intelijen Negara;

f. Kejaks aan Republik Indones ia; dan

g. Korps Profes i Pegawai ASN atau dis ebut KORPRI.

(2) Sus unan keanggotaan BPASN terdiri atas :

a. Ketua;

b. Wakil Ketua; dan

c. Anggota.

(3) Ketua s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) huruf a dijabat oleh Menteri.

(4) Wakil Ketua s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) huruf b dijabat oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara.

(5) Anggota s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) huruf c dijabat oleh:

a. Sekretaris Kabinet;

b. Menteri Hukum dan Hak As as i Manus ia;

c. Kepala Badan Intelijen Negara;

d. Jaks a Agung; dan

e. Ketua Dewan Pengurus Nas ional KORPRI.

Pasal 25

(1) Dalam melaks anakan tugas , Ketua memimpin s idang BPASN.

(2) Dalam s idang, Ketua mengambil keputus an s etelah mempertimbangkan pendapat dari Anggota.

(3) Dalam hal Ketua berhalangan, Ketua dapat menugas kan Wakil Ketua untuk memimpin s idang.

(8)

(4) Anggota s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 24 ayat (5) memberikan pertimbangan kepada pimpinan s idang BPASN s es uai dengan tugas dan fungs i mas ing-mas ing.

(5) Dalam pelaks anaan s idang BPASN, Ketua dapat mengundang ins tans i pemerintah terkait, jika diperlukan.

Pasal 26

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kerja BPASN diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian Ketiga

Sekretariat Badan Pertimbangan Aparatur Sipil Negara

Pasal 27

(1) Dalam pelaks anaan tugas , BPASN dibantu oleh Sekretariat.

(2) Sekretariat BPASN s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) dipimpin oleh Kepala Sekretariat BPASN.

(3) Sekretariat BPASN s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) bertugas memberikan dukungan teknis dan adminis tratif kepada BPASN.

(4) Sekretariat BPASN dilaks anakan oleh unit kerja di lingkungan Badan Kepegawaian Negara.

(5) Ketentuan mengenai organis as i dan tata kerja Sekretariat BPASN diatur dengan Peraturan Badan Kepegawaian Negara.

BAB IV

HAK KEPEGAWAIAN PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA YANG MENGAJUKAN BANDING ADMINISTRATIF

Pasal 28

(1) Gaji dan tunjangan termas uk tunjangan kinerja Pegawai ASN yang mengajukan permohonan Banding Adminis tratif tetap dibayarkan s epanjang yang bers angkutan mendapatkan izin untuk melaks anakan tugas s ampai ada keputus an BPASN.

(2) Izin s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) diajukan langs ung kepada PPK.

(3) Penentuan dapat atau tidaknya Pegawai ASN melaks anakan tugas s ebagaimana dimaks ud pada ayat (1) ditetapkan oleh PPK atau pejabat yang ditunjuk dengan mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan kerja.

Pasal 29

(1) Dalam hal Pegawai ASN yang belum mencapai batas us ia pens iun meninggal dunia s ebelum ada keputus an Banding Adminis tratif, diberhentikan dengan hormat s ebagai Pegawai ASN terhitung s ejak akhir bulan yang bers angkutan dinyatakan meninggal dunia dan diberikan hak kepegawaiannya berdas arkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pegawai ASN yang mencapai batas us ia pens iun s ebelum ada keputus an atas Banding Adminis tratif, dihentikan pembayaran gaji dan tunjangannya s ampai dengan ditetapkannya keputus an Banding Adminis tratif.

(9)

(3) Dalam hal Pegawai ASN s ebagaimana dimaks ud pada ayat (2) meninggal dunia, diberhentikan dengan hormat terhitung mulai yang bers angkutan mencapai batas us ia pens iun dan diberikan hak kepegawaiannya berdas arkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Apabila keputus an Banding Adminis tratif yang ditetapkan bers ifat memperkuat atau memperingan yang berupa pemberhentian dengan hormat atau dengan hormat tidak atas permintaan s endiri s etelah yang bers angkutan mencapai batas us ia pens iun maka hak pens iunnya diberikan terhitung mulai tanggal 1 (s atu) bulan berikutnya yang bers angkutan mencapai batas us ia pens iun.

BAB V

PENDANAAN Pasal 30

Pendanaan yang diperlukan untuk pelaks anaan tugas BPASN dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui Bagian Anggaran Badan Kepegawaian Negara.

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 31 Pada s aat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku:

a. Keberatan yang telah diajukan kepada atas an Pejabat yang berwenang menghukum/pejabat yang berwenang menetapkan keputus an; atau

b. Banding Adminis tratif yang telah diterima oleh Badan Pertimbangan Kepegawaian tetapi belum diputus ,

penyeles aiannya dilakukan berdas arkan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 32

Pada s aat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, s emua peraturan perundang- undangan atau ketentuan yang merupakan pelaks anaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Pertimbangan Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indones ia Tahun 2011 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indones ia Nomor 5210), dinyatakan mas ih tetap berlaku s epanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 33

Pada s aat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Pertimbangan Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indones ia Tahun 2011 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indones ia Nomor 5210), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 34

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

(10)

Agar s etiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indones ia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 10 Agus tus 2021 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd.

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 10 Agus tus 2021

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd.

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2021 NOMOR 175

PENJELASAN ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2021

TENTANG

UPAYA ADMINISTRATIF DAN BADAN PERTIMBANGAN APARATUR SIPIL NEGARA

I. UMUM

Dalam menjalankan tugas nya dalam pembinaan manajemen Pegawai ASN, PPK akan melakukan berbagai keputus an dan tindakan. Realitanya, s ering kali keputus an dan tindakan yang dilaks anakan oleh PPK tidak bis a memuas kan s emua pihak. Di s is i lain, dapat juga terjadi kondis i dimana keputus an dan tindakan yang diambil PPK dipandang tidak tepat karena berbagai faktor, mis alnya penyalahgunaan wewenang, PPK memiliki konflik kepentingan, PPK tidak/kurang memiliki informas i yang memadai s ebelum mengambil keputus an, adanya tekanan dari eks ternal, dan lain s ebagainya yang mengakibatkan adanya Pegawai ASN yang dirugikan atas keputus an dan tindakan PPK ters ebut.

Dalam rangka melindungi hak Pegawai ASN dan juga meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan maka diperlukan mekanis me pengaduan bagi Pegawai ASN yang memandang keputus an dan tindakan PPK/Pejabat merugikan dirinya. Mekanis me pengaduan dimaks ud berupa Upaya Adminis tratif. Upaya Adminis tratif ters ebut terdiri dari 2 (dua) kategori, yaitu Keberatan dan Banding Adminis tratif. Jika dianggap belum s eles ai, Pegawai ASN bis a mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Us aha Negara.

Peraturan Pemerintah ini s elain mengatur mengenai Upaya Adminis tratif, juga mengatur mengenai BPASN. Pengaturan mengenai BPASN yaitu mengatur mengenai organis as i dan tata kerja BPASN. BPASN ini merupakan pengganti Badan Pertimbangan Kepegawaian.

II. PASAL DEMI PASAL Pas al 1

Cukup jelas . Pas al 2

(11)

Cukup jelas . Pas al 3

Cukup jelas . Pas al 4

Ayat (1)

Cukup jelas . Ayat (2)

Cukup jelas . Ayat (3)

Yang dimaks ud dengan "pejabat yang ditunjuk" adalah pejabat yang berwenang yang menerima pelimpahan wewenang dari PPK melalui Keputus an PPK.

Pas al 5

Cukup jelas . Pas al 6

Cukup jelas . Pas al 7

Ayat (1)

Cukup jelas . Ayat (2)

Cukup jelas . Ayat (3)

Yang dimaks ud dengan "pejabat yang ditunjuk" adalah pejabat yang berwenang yang menerima pelimpahan wewenang dari PPK melalui Keputus an PPK.

Pas al 8

Cukup jelas . Pas al 9

Cukup jelas . Pas al 10

Cukup jelas . Pas al 11

Cukup jelas . Pas al 12

Cukup jelas . Pas al 13

Cukup jelas . Pas al 14

Cukup jelas . Pas al 15

Cukup jelas . Pas al 16

Ayat (1)

Yang dimaks ud dengan "memperkuat" adalah keputus an yang menyatakan memperkuat keputus an yang diajukan Banding Adminis tratif oleh Pegawai ASN karena keputus an ters ebut dari s egi hukum dan/atau s egi kebijaks anaan s udah tepat.

Yang dimaks ud dengan "memperingan" adalah keputus an yang menyatakan memperingan keputus an yang diajukan Banding Adminis tratif oleh Pegawai ASN karena keputus an ters ebut dari s egi hukum dan/atau s egi kebijaks anaan belum tepat.

Yang dimaks ud dengan "memperberat" adalah keputus an yang menyatakan memperberat keputus an yang diajukan Banding Adminis tratif oleh Pegawai ASN karena keputus an ters ebut dari s egi hukum danf atau s egi kebijaks anaan belum tepat.

(12)

Yang dimaks ud dengan "mengubah" adalah keputus an yang menyatakan mengubah keputus an yang diajukan Banding Adminis tratif oleh Pegawai ASN karena keputus an ters ebut dari s egi hukum dan/atau s egi kebijaks anaan tidak tepat.

Yang dimaks ud dengan "membatalkan" adalah keputus an yang menyatakan membatalkan keputus an yang diajukan Banding Adminis tratif oleh Pegawai ASN karena keputus an ters ebut dari s egi hukum dan/atau s egi kebijaks anaan tidak tepat.

Ayat (2)

Cukup jelas . Ayat (3)

Cukup jelas . Ayat (4)

Cukup jelas . Ayat (5)

Cukup jelas . Pas al 17

Cukup jelas . Pas al 18

Cukup jelas . Pas al 19

Cukup jelas . Pas al 20

Cukup jelas . Pas al 21

Cukup jelas . Pas al 22

Ayat (1)

Yang dimaks ud dengan "memeriks a" adalah memeriks a Banding Adminis tratif, tanggapan, dan kelengkapan bahan/bukti yang terkait dengan penerbitan keputus an yang diajukan Banding Adminis tratif.

Ayat (2)

Cukup jelas . Pas al 23

Ayat (1)

Yang dimaks ud dengan "tindakan PPK" adalah perbuatan PPK untuk melakukan dan/atau tidak melakukan perbuatan konkrit dalam rangka menjalankan kewenangannya untuk menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN.

Ayat (2)

Cukup jelas . Pas al 24

Cukup jelas . Pas al 25

Ayat (1)

Cukup jelas . Ayat (2)

Cukup jelas . Ayat (3)

Cukup jelas . Ayat (4)

Cukup jelas . Ayat (5)

(13)

Yang dimaks ud dengan "ins tans i pemerintah" adalah ins tans i pus at dan ins tans i daerah.

Yang dimaks ud dengan "ins tans i pus at" adalah kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian, kes ekretariatan lembaga negara, dan kes ekretariatan lembaga nons truktural.

Yang dimaks ud dengan "ins tans i daerah" adalah perangkat daerah provins i dan perangkat daerah kabupaten/kota yang meliputi s ekretariat daerah, s ekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah.

Pas al 26

Cukup jelas . Pas al 27

Ayat (1)

Cukup jelas . Ayat (2)

Cukup jelas . Ayat (3)

Cukup jelas . Ayat (4)

Yang dimaks ud dengan "unit kerja" adalah s alah s atu unit kerja di lingkungan Badan Kepegawaian Negara yang pegawainya terdiri dari PNS yang ditempatkan dan ditugas kan oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara.

Ayat (5)

Cukup jelas . Pas al 28

Ayat (1)

Cukup jelas . Ayat (2)

Cukup jelas . Ayat (3)

Yang dimaks ud dengan "pejabat yang ditunjuk" adalah pejabat yang berwenang yang menerima pelimpahan wewenang dari PPK melalui Keputus an PPK.

Pas al 29

Cukup jelas . Pas al 30

Cukup jelas . Pas al 31

Cukup jelas . Pas al 32

Cukup jelas . Pas al 33

Cukup jelas . Pas al 34

Cukup jelas .

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6705

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini diberitahukan kepada jemaat GKI Gunung Sahari, bahwa pada hari Minggu, 3 Juni 2012 dalam kebaktian ke-III (pk.10:00) akan dilayankan Baptis Dewasa

bahwa berdasarkan Pasal 17 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2021 tentang Pemberian Tunjangan Hari Raya dan Gaji Ketiga Belas Kepada Pegawai Aparatur Negara,

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2021 tentang Pemberian Tunjangan Hari Raya dan Gaji Ketiga Belas Kepada Aparatur

(2) Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat meresmikan pemberhentian anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 14 (empat belas) Hari terhitung sejak

(1) Berdas arkan permohonan s ebagaimana dimaks ud dalam Pas al 2 ayat (1), Direktur Jenderal Pajak berwenang membuat kes epakatan dengan Wajib Pajak dan bekerja s

Bangunan yang tidak pipih dan tidak langsing cenderung menyimpan kalor lebih lama dibanding bangunan yang pipih dan langsing. Ketebalan massa bangunan berpotensi memerangkap energi

(3) Dalam hal Pegawai ASN tidak puas terhadap keputusan atas Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pegawai ASN dapat mengajukan upaya hukum kepada Pengadilan Tata

babwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2021 tentang Pemberian Tunjangan Hari Raya dan Gaji Ketiga Belas Kepada Aparatur