• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENGARUH SEKTOR PERBANKAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERIODE TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI PENGARUH SEKTOR PERBANKAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERIODE TAHUN"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SEKTOR PERBANKAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERIODE TAHUN 2015-2019

OLEH Sandro Simangunsong

170523054

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)
(3)
(4)
(5)

i

EKONOMI INDONESIA PERIODE TAHUN 2015-2019

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kredit pertanian, kredit perindustrian, kredit pertambangan, dan kredit ekspor impor terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2015-2019.

Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif dengan pendekatan kuantitatif.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa jumlah penyaluran kredit yang diperoleh dari Bank Indonesia dan jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) seluruh Provinsi di Indonesia dari Badan Pusat Statistik (BPS) periode 2015-2019. dan menggunakan teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda data panel.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kredit pertanian berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2015-2019.

Kredit perindustrian berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2015-2019. Kredit pertambangan berpengaruh negatifsignifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2015-2019. Kredit eksporimpor berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2015-2019.

Kata kunci: Kredit Pertanian, Kredit Perindustrian, Kredit Pertambangan Kredit Ekspor Impor, Pertumbuhan Ekonomi

(6)

i ECONOMIC GROWTH 2015-2019

This study aims to determine the effect of agricultural credit, industrial credit, mining credit, and export-import credit on Indonesia's economic growth for the 2015-2019 period.

This type of research is associative research with a quantitative approach.

The type of data used in this study is secondary data in the form of the number of credit disbursements obtained from Bank Indonesia and the total Gross Regional Domestic Product (GRDP) of all provinces in Indonesia from the Central Statistics Agency (BPS) for the 2015-2019 period. and using the analysis technique used is multiple regression analysis of panel data.

The results of this study indicate that agricultural credit has a significant positive effect on Indonesia's economic growth for the 2015-2019 period. Industrial credit has a significant positive effect on Indonesia's economic growth for the 2015- 2019 period. Mining credit has a significant negative effect on Indonesia's

economic growth for the 2015-2019 period. Export-import credit has a significant positive effect on Indonesia's economic growth for the 2015-2019 period.

Keywords: Agricultural Credit, Industrial Credit, Mining Credit Export Import Credit, Economic Growth

(7)

i

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunianya sehingga penulis mampu menyelesaikan pembuatan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Sektor Perbankan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode Tahun 2015-2019”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama proses penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu:

1. Bapak Dr. Fadli, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, M.P., selaku Ketua dan Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Paidi Hidayat, S.E., M.Si., selaku dosen Pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran kepada penulis.

4. Bapak Syarief Fauzie, S.E., Ak., M.Ak., CA., selaku dosen Penguji 1 yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran kepada penulis.

5. Bapak Walad Altsani H.R., S.E., M.Ec., selaku dosen Penguji 2 yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran kepada penulis.

6. Kedua orang tua, dan keluarga saya tercinta, terima kasih atas cinta kasih dan pengorbanan yang tidak akan pernah dapat terbalas.

7. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama mas perkuliahan.

(8)

v

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis lainnya.

Medan, Juli 2021 Penulis

Sandro Simangunsong

(9)

i

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT. ... ii

KATAPENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah. ... 4

1.3 Tujuan Penelitian. ... 5

1.4 Manfaat Penelitian. ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 7

2.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)... 10

2.2.1 Definisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). 10 2.2.2 Metode Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). ... 11

2.3 Teori Kredit ... 13

2.4 Jenis Kredit yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi. 15 2.5 Penelitian Terdahulu... 18

2.6 Kerangka Konseptual ... 19

2.7 Hipotesis... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Jenis Penelitian. ... 22

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian. ... 22

3.3 Definisi Operasional Variabel ... 22

3.4 Jenis & Sumber Data ... 24

3.5 Teknik Analisis Data ... 24

3.6.1 Analisis Deskriptif Statistik. ... 24

3.6.2 Analisis Regresi Berganda Data Panel ... 25

3.6.3 Pemilihan Model Regresi Data Panel ... 25

3.6.4 Pengujian Hipotesis ... 26

BAB IV HASIL PENELITIANDAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Deskripsi Objek Penelitian. ... 28

4.2 Hasil Penelitian. ... 30

4.2.1 Hasil Deskriptif Statistik. ... 30

(10)

i

di Indonesia ... 43

4.3.2 Pengaruh Kredit Perindustrian terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia ... 44

4.3.3 Pengaruh Kredit Pertambangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia ... 55

4.3.4 Pengaruh Kredit Ekspor Impor terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

5.1 Kesimpulan. ... 48

5.2 Saran... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 50 LAMPIRAN

(11)

i

4.1. Penduduk Indonesia ... 29

4.2. Hasil Analisis Deskriptif Statistik. ... 31

4.2. Hasil Estimasi 3 (Tiga) Model ... 37

4.3. Hasil Uji Chow ... 38

4.4. Hasil Uji Hausman. ... 38

4.5. Hasil Analisis Data Panel ... 39

4.6. Hasil Uji Statistik F. ... 41

4.7. Hasil Uji Statistik t. ... 42

4.8. Hasil Koefisien Determinasi... 43

(12)

i

2.1. Kerangka Konseptual ... 20

4.1. Hasil Analisis Deskriptif Kredit Pertanian. ... 32

4.2. Hasil Analisis Deskriptif Kredit Perindustrian. ... 33

4.3. Hasil Analisis Deskriptif Kredit Pertambangan. ... 34

4.4. Hasil Analisis Deskriptif Kredit Ekspor Impor. ... 35

4.5. Hasil Analisis Deskriptif Pertumbuhan Ekonomi ... 36

(13)

x 2. Data Variabel Hasil Log. N

3. Hasil Estimasi Eviews

4. Lampiran Tabel Distribusi t dan F

(14)

1

Dalam masa pembangunan nasional seperti saat ini, pemerintah berusaha untuk melakukan upaya pemerataan pembangunan sehingga dapat memicu

pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu segala kegiatan usaha dalam bidang ekonomi haruslah dapat menunjang hal tersebut, karena bidang ekonomi

merupakan salah satu unsur penting yang dijadikan barometer keberhasilan suatu negara. Apabila perekonomian suatu negara baik, maka pembangunan negara tersebut juga akan pesat, namun sebaliknya apabila perekonomian suatu negara buruk, maka pembangunan negara tersebut juga akan melambat.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV tahun 2019 semakin melambat. Tercatat ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,97%, melambat dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 5,02% maupun periode yang sama tahun lalu sebesar 5,18%. Adapun ekonomi sepanjang tahun 2019 tercatat tumbuh 5,02%, melambat dibanding tahun 2018 sebesar 5,17%.

Kuartal keempat tahun 2019 cukup rendah hanya 4,97%. Dampak perang dagang dinilai sebagai faktor utama perlambatan ekonomi pada sepanjang tahun 2019 yang mengakibatkan realisasi pertumbuhan ekonomi jauh meleset dari targetpemerintah dalam APBNtahun 2019 sebesar 5,3% (Victoria, 2020). Untuk informasi yanglebih rinci tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2015- 2019 dapat dilihat grafik pada Gambar 1.1.

(15)

Gambar 1.1.

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode 2015-2019

Sektor keuangan merupakan salah satu sektor yang memberikan dampak secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi regional dan memegang peranan penting dalam memicu pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Masing-masing fungsi sistem keuangan tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui dua jalur, yaitu jalur akumulasi modal dan jalur inovasi teknologi. Kedua jalur tersebut merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang berkembang di dalam literatur teori pertumbuhan ekonomi.

Hal tersebut juga tidak jauh berbeda dengan pendapat Kiryanto (2007:

2) bahwa pembangunan ekonomi di suatu negara sangat tergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Ketika sektor perbankan terpuruk perekonomian nasional juga ikut terpuruk. Demikian pula sebaliknya, ketika perekonomian mengalami stagnasi sektor perbankan juga terkena imbasnya dimana fungsi intermediasi tidak berjalan normal. Selain itu

(16)

Bencivenga & Smith dalam Supangkat (2015: 1) menjelaskan bahwa industri perbankan mempunyai peranan penting dalam perekonomian sebagai lembaga intermediasi yang menyalurkan dana masyakarat ke dalam investasi aset produktif yang akan mendorong produktivitas sektor riil, akumulasi kapital, dan pertumbuhan output agregat.

Bisa dikatakan bahwa seluruh sektor perekonomian bergantung kepada sektor perbankan, melalui kredit yang disalurkan perbankan sebagai modal dalam menjalankan usaha pada sektor-sektor tersebut, dan dari hasil yang diperoleh maka memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Di Indonesia sendiri, rasio aset perankan terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) masih menyentuh angka sebesar 55,01% per akhir 2019 lalu menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Meskipun terlihat besar, namun faktanya posisi ini masih sangat jauh kalau dibandingkan dengan negara tetangga Indonesia seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura yang rasio aset perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi sudah sangat tinggi bahkan menembus 110% (Kontan.co.id, 2020).

Melihat pentingnya peran perbankan tersebut, maka sudah seharusnya pemerintah meningkatkan kontribusi sektor perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia melalui penyaluran kredit yang tepat sasaran. Adapun kredit- kredit yang dimaksud menurut Supangkat, 2015: 4) adalah kredit pertanian, kredit perindustrian, kredit pertambangan, dan kredit ekspor impor.

Secara empiris, hubungan kausalitas antara sektor perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi telah banyak ditunjukkan oleh penelitian terdahulu,

(17)

diantaranya adalah menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Deltuvaitė &

Sinevičienė (2014) menunjukkan bahwa sektor perbankan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ayyubi, Anggraeni, & Mahiswari (2017) juga menunjukkan bahwa sektor perbankan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, kemudian berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Baroroh (2012) juga menunjukkan hasil yang sama, bahwa sektor perbankan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Berdasarkan uraian latar belakang dalam penelitian ini, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai sektor perbankan dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan judul penelitian “Pengaruh SektorPerbankan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode Tahun 2015-2019”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dalam penelitian ini, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah kredit pertanian berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2015-2019?

2. Apakah kredit perindustrian berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2015-2019?

3. Apakah kredit pertambangan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2015-2019?

(18)

Indonesia periode 2015-2019?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka dapat diketahui bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui pengaruh kredit pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2015-2019.

2. Mengetahui pengaruh kredit perindustrian berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2015-2019.

3. Mengetahui pengaruh kredit pertambangan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2015-2019.

4. Mengetahui pengaruh kredit ekspor impor terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2015-2019.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah

Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk menilai bagaimana pengaruh sektor perbankan dalm meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, sehingga pemerintah dapat mengambil langkah tepat untuk hal tersebut.

2. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan untuk mempelajari tentang bagaimana pengaruh sektor perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

(19)

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya, sehingga dapat dikembangkan untuk analisis selanjutnya.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi mempunyai arti yang sedikit berbeda, meskipun keduanya sering dianologikan sama. Keduanya menerangkan mengenai perkembangan ekonomi yang berlaku atau secara aktual terjadi. Tetapi sebenarnya penggunaan kedua istilah tersebut dapat dilakukan dalam konteks yang berbeda (Sukirno &

Kuncoro, 2015: 9).

Pada dasarnya terdapat 3 (tiga) jenis teori pertumbuhan ekonomi, antara lain adalah (Adisasmita, 2015: 132):

1. Teori pertumbuhan ekonomi klasik

a. Adam Smith berpendapat perekonomian akan tumbuh dan berkembang jika ada pertambahan penduduk yang akan memperluas pasar serta mendorong spesialisasi.

b. David Ricardo berpendapat jika pertumbuhan penduduk terlalu besar, maka tenaga kerja akan melimpah, dan akan terjadi penurunan upah, sehingga perekonomian menjadi stagnan.

7

(21)

c. Thomas Robert Malthus berpendapat pertumbuhan penduduk yang besar akan membuat kekurangan pangan, sehingga masyarakat akan hidup pas -pasan.

2. Teori pertumbuhan ekonomi neo klasik

Teori ini melihat dari segi penawaran yang menilai pertumbuhan ekonomi tergantung kepada perkembangan faktor-faktor produksi. Tokoh teori ini antara lain:

a. Harrod-Domar berpendapat perlunya pembentukan modal (investasi) sebagai syarat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang teguh.

b. Schumpeter berpendapat pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan kewirausahaan (entrepreneurship).

c. Robert Solow berpendapat pengaruh tabungan/modal, populasi/tenaga kerja, dan teknologi terhadap tingkat output dan pertumbuhanekonomi.

Semakin tinggi tingkat tabungan, semakin tinggi pula modal dan output yang dihasilkan.

3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis

Teori ini berkembang di Jerman ditandai oleh pernyataan bahwa pertumbuhan ekonomi dilakukan secara bertahap.

a. Frederich List berpendapat pertumbuhan ekonomi muncul akibat dari tata cara produksi yang dilakukan manusia.

b. Werner Sombart berpendapat tahapan pertumbuhan ekonomi terjadi karena masyarakat memiliki susunan organisasi dan ideologi masyarakat.

(22)

c. Walt Whitman Rostow berpendapat pertumbuhan ekonomi suatu negara akan mengalami lima tahapan.

d. Karl Bucher berpendapat pertumbuhan ekonomi suatu negara berdasarkan hubungan produsen dengan konsumen.

Pertumbuhan digunakan sebagai suatu ungkapan yang umum yang menggambarkan tingkat perkembangan suatu negara atau daerah, yang diukur melalui pertumbuhan (% pertumbuhan output agregat, seperti: PDB) dari pendapatan nasional riil. Nilai tersebut dapat dikonstankan berdasarkan tahun dasar tertentu, terutama untuk melihat adanya faktor kenaikan harga-harga atau inflasi (Sukirno & Kuncoro, 2015: 415).

Sementara itu, menurut beberapa ahli ekonomi, pengertian pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan dalam nilai Produk Domestik Bruto (PDB) tanpa

memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat

pertumbuhan penduduk. Dalam penggunaan yang lebih umum, istilah pertumbuhan ekonomi biasanya digunakan untuk menyatakan kegiatan di negara maju (Sukirno

& Kuncoro, 2015: 14).

Lebih lanjut pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan tingkat kegiatan ekonomi yangberlaku dari tahunketahun. Olehsebab itu, untukmengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi harus diperbandingkan pendapatan nasional yang merujuk pada Produk Domestik Bruto (PDB) dari tahun ke tahun. Dalam membandingkannya, perlu didasari bahwa perubahan nilai pendapatan nasional Produk Domestik Bruto (PDB) dipengaruhi oleh faktor perubahan harga (Sukirno &

Kuncoro, 2015: 19).

(23)

2.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

2.2.1 Definisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Menurut James & Todaro (2014: 52) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai total atas segenap output akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian di tingkat daerah, baik itu yang dilakukan oleh penduduk daerah maupun penduduk dari daerah lain yang bermukim di daerah tersebut. Kemudian menurut Sukirno & Kuncoro (2015: 23) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi di suatu daerah/provinsi.

Ada beberapa alasan yang mendasari pemilihan pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan bukan indikator lainnya seperti misalnya, Produk Nasional Bruto (PNB) sebagai indikator pertumbuhan. Alasan-alasan tersebut adalah (Sukirno & Kuncoro, 2015: 23):

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambahyang dihasilkan oleh seluruh aktivitas produksi di dalam perekonomian dalam suatu daerah/provinsi. Hal ini berarti peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) juga mencerminkan peningkatan balas jasa kepada faktor produksi yang digunakan dalam aktivitas produksi tersebut.

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dihitung atas dasar konsep aliran (flow concept), yaitu perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) hanya mencakup nilai produk yang dihasilkan pada satu periode tertentu.

Perhitungan ini tidak mencakup nilai produk yang dihasilkan pada periode sebelumnya. Pemanfaatan konsep guna menghitung PDRB,

(24)

memungkinkan kita untuk membandingkan jumlah output yang dihasilkan pada tahun ini dengan tahun sebelumnya.

3. Batas wilayah perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah suatu provinsi. Hal ini memungkinkan kita untuk mengukur sejauh mana kebijksanaan-kebijaksanaan ekonomi yang diterapkan pemerintah daerah mampu mendorong aktivitas perekonomian domestik.

2.2.2 Metode Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Untuk menghitung angka-angka Produk Domesti Regional Bruto (PDRB) ada 3 (tiga) pendekatan yang dapat digunakan, yaitu (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2015: 8):

1. Pendekatan produksi

Melalui pendekatan produksi, produk nasional atau produk domestik bruto diperoleh dengan menjumlahkan nilai pasar dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor dalam perekonomian. Dengan demikian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut pendekatan produksi ini adalah penjumlahan dari masing-masing barang dan jasa dengan jumlah atau kuantitas barang dan jasa yang dihasilkan, hal ini secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

Y = (Q1 × P1) + (Q2 × P2) + (Q3 × P3) + … + (Qn × Pn) Keterangan:

Y = Pendapatan Nasional

Q1, Q2, Q3, dan Qn = jumlah jenis barang ke-1, ke-2, ke-3, ke-n P1, P2, P3, dan Pn = harga jenis barang ke-1, ke-2, ke-3, ke-n

(25)

2. Pendekatan pendapatan

Pendekatan pendapatan adalah suatu pendekatan dimana pendapatan nasional diperolah dengan cara menjumlahkan pendapatan dari berbagidari faktor produksi yang menyumbang terhadap proses produksi. Dalam hubungan ini pendapatan nasional adalah penjumlahan dari unsur-unsur atau jenis-jenis pendapatan.

a. Kompensasi untuk pekerja, yang terdiri dari upah dan gaji ditambah faktor rent terhadap upah dan gaji, misalnya kontribusi pengusaha untuk rencana-rencana pensiun dan dana jaminan sosial, dan ini merupakan komponen terbesar dari pendapatan nasional.

b. Keuntungan perusahaan, yang merupakan kompensasi kepada pemilik perusahaan yang mana sebagian dari padanya digunakan untuk mambayar pajak keuntungan perusahaan, sebagian lagi dibagikan kepada para pemilik saham sebagai deviden, dan sebagian lagiditabung perusahaan sebagai laba perusahaan yang tidak dibagikan.

c. Pendapatan usaha perorangan, yang merupakan kompensasi atas penggunaan tenage kerja dan sumber-sumber dari self employeed person, misalnya petani, self employeed profesional, dan lain- lain dengan perkataan lain proprictors income merupakan pendapatan new korporasi.

d. Pendapatan sewa, yang merupakan kompensasi untuk pemilik tanah, rental businees dan recidential properties, termasuk didalamnya pendapatan sewa dari mereka yang tidak terikat dalam bisnis real

(26)

estate. Pendapatan sewa dihitung untuk rumah-rumah yang non form yang dihuni oleh pemiliknya sendiri dan royalties yang diterima oleh orang dari hak paten, hak cipta, dan hak terhadap sumber daya alam.

e. Bunga netto terdiri atas bunga yang dibayar perusahaan dikurangi oleh bunga yang diterima oleh perusahaan ditambah bunga netto yang diterima dari luar negeri. Bunga yang dibayar oleh pemerintah dan yang dibayar oleh konsumen tidak termasuk didalamnya. Secara matematis pendapatan nasional berdasarkan pendekatan pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut:

NI = Yw + Yi + Ynr + Ynd Keterangan:

Yw = Pendapatan upah, gaji dan pendapatan lain sebelum pajak Yr = Pendapatan dari bunga

Ynr, Ynd = Pendapatan dari keuntungan perusahaan

3. Pendekatan pengeluaran

Pendekatan pengeluaran adalah pendekatan pendapatan nasional atau produk domestik regional bruto diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai pasar dari seluruh permintaan akhir atas output yang dihasilkan dalam perekonomian, diukur pada harga pasar yang berlaku.

2.3 Teori Kredit

Menurut Hasibuan (2017: 44) kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya sesuai dengan perjanjian yang telah

(27)

disepakati. Dalam sektor perbankan pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai fungsi tertentu. Adapun fungsi utama dalam pemberian suatu kredit adalah sebagai berikut (Kasmir, 2014: 89):

1. Untuk meningkatkan daya guna uang

Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang, maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna.

Dengan diberikannya kredit, uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh penerima kredit.

2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Dalam uang yang diberikan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga suatu daerah yang kekurangan dana dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan dana dari daerah lainnya.

3. Untuk meningkatkan daya guna barang

Kredit yang diberikan oleh bank akan digunakan oleh (debitur) untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.

4. Meningkatkan peredaran barang

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah lainnya sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar.

(28)

5. Sebagai alat stabilitas ekonomi

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi, karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kmudia dapat pula kredit membantu dalam mngekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri, sehingga meningkatkan devisa negara.

6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha

Bagi penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi nasabah yang memang modalnya pas-pasan.

7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan

Semakin banyak kredit yang disalurkan, akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk

membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu membutuhkan tenagakerja.

8. Untuk meningkatkan hubungan internasional

Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara penerima kredit dengan pemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama di bidang lainnya.

2.4 Jenis-Jenis Kredit yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Triandaru& Budisantoso (2015: 126) kredit memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dengan cara meningkatan daya guna uang, hal ini dipandang karena uang yang ada di bank tidak akan produktif jika

disimpan terus-menerus. Oleh sebab itulah, pihak bank melakukan kredit demi meningkatkan produktivitas masyarakat pihak bank memperoleh keuntungan dari

(29)

bunga kredit, sementara penerima kredit bisa memproduksi barang dan jasa sehingga memperoleh keuntungan. Selain itu juga sebagai alat stabilitas ekonomi, hal ini dinilai karena dengan adanya pemberian kredit, telah membuka peluang ekspor barang-barang ke luar negeri. Ekspor barang-barang tersebut akan menaikkan devisa negara sehingga stabilitas ekonomi menjadi lebih baik.

Menurut Supangkat (2015: 15–42) terdapat beberapa jenis kredit yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, diantaranya adalah:

1. Kredit pertanian

Kredit pertanian adalah kredit yang dikucurkan untuk membiayai sektor pertanian atau perkebunan rakyat dan bisa jangka pendek atau panjang.

Kredit pertanian memiliki hubungan yang positif dengan pertumbuhan ekonomi disuatu daerah (Supangkat, 2015: 21). Meskipun sektor pertanian memegang pangsa relatif lebih kecil, sektor ini berperan meningkatkan ekspor antar daerah, oleh karena itu secara langsung dukungan kredit pertanian dengan demikian akan mendorong pertumbuhan ekonomimelalui peningkatan ekspor (Supangkat, 2015: 41).

2. Kredit perindustrian

Kredit perindustrian merupakanjenis kredit untuk segala jenis industri kecil, menengah dan besar. Kredit industri akan membantu segala jenis sektor industri kecil, menengah, dan besar dalam menghasilkan produk industri kebutuhan masyarakat pada umumnya. Kredit industri atau kredit

(30)

perindustrian memiliki berhubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi, dimana dampak tersebut biasanya akan terlihat setelah bulan ke- 10 setelah penyaluran (Supangkat, 2015: 7).

3. Kredit pertambangan

Sektor pertambangan merupakan salah satu sektor yang cukup berisiko, karena success rate di bidang pertambangan dinilai cukup rendah. Namun tidak dipungkiri bahwa sektor ini telah memberikan kontribusi yang banyak terhadap perekonomian. Sifat bisnis sektor pertambangan adalah sektor yang selalu perlu melakukan investasi modal awal yang cukup besar untuk melakukan eksplorasi, meski belum tentu eksplorasi tersebut menghasilkan.

Oleh karena itu secara tidak langsung kredit pertambangan memiliki hubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah (Supangkat, 2015: 16).

4. Kredit ekspor impor

Seluruh sektor perekonomian sangat bergantung kepada kredit dalam menjalankan usahanya, tidak terkecuali sektor pertanian, perindustrian, dan pertambangan. Melalui hasil produksi yang berkualitas, setiap sektor akan mampu mengekspor setip hasil usahanya keluar daerah maupun mancanegara untuk memperoleh hasil yang maksimal. Untuk itu peran kredit ekspor impor secara langsung memiliki hubungan yang positif dengan pertumbuhan ekonomi (Supangkat, 2015: 42).

(31)

2.5 Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang menjadi acuan dari penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1.

Penelitian Terdahulu

No. Nama (Tahun) Judul Penelitian Hasil Penelitian 1 Kornita & Mayes (2010) Analisis Peran

Perbankan Dalam Perekonomian di Kabupaten Siak

Hasil penelitian in menunjukkan bahwa perbankan melalui kredit yang disalurkan memiliki pengaruh tidak langsung terhadap perekonomian.

2 Inggrid (2006) Sektor Keuangan dan Pertumbuhan

Ekonomi di

Indonesia:

Pendekatan

Kausalitas dalam Multivariate Vector Error Correction Model (VECM)

Hasil dari Vector Error Correction Model (VECM) cenderung mendukung hipotesis bahwa sistem keuangan dapat menjadi mesin pertumbuhan di negara ini, yang artinya sektor keuangan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

3 Baroroh (2012) Analisis Sektor Keuangan terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Regional di Wilayah Jawa:

Pendekatan Model Levine

Hasil penelitian in menunjukkan bahwa sektor keuangan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

4 Ayyubi et al. (2017) Pengaruh Bank Syariah terhadap Pertumbuhan

Ekonomi di Indonesia

Hasil penelitian in menunjukkan bahwabank syariah memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

5 Deltuvaitė & Sinevičienė (2014)

Investigation of Relationship Between

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

(32)

No. Nama (Tahun) Judul Penelitian Hasil Penelitian Financial and

Economic

Development in the Eu Countries

sektor keuangan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di negara- negara Uni Eropa.

6 Abidova (2015) Influence of

Financial Sector Development on Economic Growth

Hasil penelitian in menunjukkan bahwa kredit yang disalurkan sektor keuangan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

2.6 Kerangka Konseptual

Sektor perekonomian sangat bergantung kepada sektor perbankan, melalui kredit yang disalurkan perbankan sebagai modal dalam menjalankan usaha pada sektor-sektor tersebut, dan dari hasil yang diperoleh maka memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Adapun kredit-kredit yangdimaksud adalahkredit pertanian, kredit perindustrian, kredit pertambangan, dan kredit ekspor impor (Supangkat, 2015).

Secara empiris, hubungan kausalitas antara sektor perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi telah banyak ditunjukkan oleh penelitian terdahulu, diantaranya adalah menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Deltuvaitė &

Sinevičienė (2014) menunjukkan bahwa sektor perbankan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ayyubi, Anggraeni, & Mahiswari (2017) juga menunjukkan bahwa sektor perbankan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, kemudian berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Baroroh (2012) juga

(33)

Pertumbuhan Ekonomi (Y)

Kredit Ekspor Impor (X4)

Kredit Pertambangan (X3)

Kredit Perindustrian (X2)

Kredit Pertanian (X1)

menunjukkan hasil yang sama, bahwa sektor perbankan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.1.

Kerangka Konseptual

2.7 Hipotesis

Berdasrkan kerangka konseptual dalam penelitian ini, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

H1 : Kredit pertanian berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2015-2019

H2 : Kredit perindustrian berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2015-2019

(34)

H3 : Kredit pertambangan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2015-2019

H4 : Kredit ekspor impor berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2015-2019

H5 : Kredit pertanian, kredit perindustrian, kredit pertambangan, dan kredit ekspor impor berpengaruh serempak terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2015-2019

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2017: 13) penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan antara dua variabel atau lebih. Sedangkan kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta kausalitas hubungan-hubungannya (Sugiyono, 2017: 17).

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi penelitian pada seluruh Provinsi di Indonesia, yang dilakukan pada bulan Juni 2021 sampai dengan Juli 2021.

3.3 Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini terdiri dari 2 (dua) jenis variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Masing-masing variabel memiliki sub variabel sebagai berikut:

1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu:

22

(36)

a. Kredit pertanian

Merupakan kredit yang disalurkan untuk kegiatan sektor pertanian demi meningkatkan pertumbuhan sektor tersebut. Adapun variabel ini diukur berdasarkan jumlah penyaluran kredit pertanian.

b. Kredit perindustrian

Merupakan kredit yang disalurkan untuk kegiatan sektor perindustrian demi meningkatkan pertumbuhan sektor tersebut. Adapun variabel ini diukur berdasarkan jumlah penyaluran kredit perindustrian.

c. Kredit pertambangan

Merupakan kredit yang disalurkan untuk kegiatan sektor pertambangan demi meningkatkan pertumbuhan sektor tersebut. Adapun variabel ini diukur berdasarkan jumlah penyaluran kredit pertambangan.

d. Kredit ekspor impor

Merupakan kredit yang disalurkan untuk kegiatan ekspor impor demi meningkatkan pertumbuhan sektor tersebut. Adapun variabel ini diukur berdasarkan jumlah penyaluran kredit ekspor impor.

2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan tingkat peningkatan dalam kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa. Adapun variabel ini diukur berdasarkan jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

(37)

3.4 Jenis & Sumber Data

Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Sugiyono (2017: 33) data sekunder, yaitu data yang didapatkan tidak secara langsung dari objek atau subjek penelitian, yang bisa berupa dokumen, catatan, arsip, dan lain-lain. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah jumlah penyaluran kredit yang diperoleh dari Bank Indonesia dan jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) seluruh Provinsi di Indonesia dari Badan Pusat Statistik (BPS) periode 2015-2019.

3.5 Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan analisis kuantitatif yang dinyatakan dengan angka-angka yang dalam perhitungannya menggunakan metode statistik yang dibantu dengan program pengelolaan data statisitik EViews. Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

3.6.1 Analisis Deskriptif Statistik

Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik deskriptif merupakan statistik yang digunakan dengan tujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dapat dilihat dari rata- rata, median, perdagangan saham digunakan untuk deviasi standar, nilai minimum, dan nilai maksimum. Pengujian ini

(38)

bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam memahami variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian (Setiadi, 2015).

3.6.2 Analisis Regresi Berganda Data Panel

Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Regresi Berganda Data Panel. Analisis ini digunakan untuk mengetahui bagaimana variabel dependen dapat diperidiksi melalui variabel secara individual. Adapaun persamaan Regresi Linear Berganda Data Panel, yaitu sebagai berikut:

Yit = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + ɛit Keterangan:

Yit = Pertumbuhan ekonomi β0 = Konstanta

β1-β4 = Koefisien regresi variabel bebas X1 = Kredit pertanian

X2 = Kredit perindustrian X3

= Kredit pertambangan X4 = Kredit ekspor impor ɛit = eror term

3.6.3 Pemilihan Model Regresi Data Panel

Untuk mengestimasi model dengan data panel, terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan yaitu Common Effect Model (CEM), dan Fixed EffectModel (FEM). Metode Common Effect Model (CEM) merupakan model data panel yang paling sederhana karena hanya mengkombinasikan data time series dan cross section. Pada model ini tidak diperhatikan dimensi waktu maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa perilaku data perusahaan sama dalam berbagai kurun waktu (Setiadi, 2015: 13).

Fixed Effect Model (FEM) mengasumsikan bahwa perbedaan antar individu dapat diakomodasi dari perbedaan intersepnya. Untuk mengestimasi data

(39)

panel model efek tetap menggunakan teknik variable dummy untuk menangkap perbedaan intersep antar perusahaan. Perbedaan intersep terjadi karena perbedaan budaya perusahaan. Dalam menentukan apakah model estimasi Common Effect Model (CEM) atau Fixed Effect Model (FEM) dalam membentuk model regresi, maka dapat digunakan uji chow. Uji chow merupakan model pengujian statistik yang dilakukan untuk memilih apakah lebih baik menggunakan Common Effect Model (CEM) atau Fixed Effect Model (FEM) (Setiadi, 2015: 15). Hipotesis yang diuji sebagai berikut:

1. H0 : Common Effect Model lebih baik dari Fixed Effect Model 2. H1 : Fixed Effect Model lebih baik dari Common Effect Model

Dengan kriteria:

1. Jika nilai probabilitas chi-square 0,05, maka H0 diterima.

2. Jika nilai probabilitas chi-square < 0,05, maka H0 ditolak.

3.6.4 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari uji statistik-F dan uji statistik-t yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Uji statistik-F

Uji statistik-F digunakan untuk menunjukkan apakah variabel- variabel independen yang telah dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Adapun kriteria pengambilan keputusan pada uji statistik-F adalah sebagai berikut:

(40)

a. Jika Fhitung < Ftabel dan Sig. > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen.

b. Jika Fhitung > Ftabel dan Sig. < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwaterdapat pengaruh signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen.

2. Uji statistik-t

Uji-t bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Adapun kriteria pengambilan keputusan pada uji sstatistik-t adalah sebagai berikut:

a. Jika thitung < ttabel dan Sig. > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen.

b. Jika thitung > ttabel dan Sig. < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwaterdapat pengaruh signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen.

(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau, di mana hanya sekitar 7.000 pulau yang berpenghuni.

Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Sumatra dan Papua merupakan pulau utama di Indonesia. Selain itu Indonesia juga memiliki pulau-pulau kecil seperti Bali, Karimunjawa, Gili dan Lombok yang merupakan tujuan wisata lokal maupun internasional. Ibukota negara Indonesia adalah Jakarta, yang terletak di PulauJawa.

Dilihat dari segi geografis, kepulauan Indonesia terletak antara 5°54’08”

bujur utara hingga 11°08’20” bujur selatan dan 95°00’38” sampai 141°01’12” bujur timur. Beberapa pulau terletak di garis ekuator. Karena itu, siang dan malam memiliki waktu yang hampir sama, yaitu 12 jam. Atas dasar letak geografis yang luas, wilayah Indonesia dibagi menjadi 3 zona waktu yaitu WIB (Waktu Indonesia Barat), WITA (Waktu Indonesia Tengah) dan WIT (Waktu Indonesia Timur). Dari satu pulau ke pulau lainnya dapat terjadi perbedaan waktu hingga 8 jam.

Selain pulau-pulau yang indah, iklim tropis yang dimiliki Indonesia juga menjadikan Indonesia menjadi tujuan wisata yang utama. Waktu terbaik untuk berwisata ke Indonesia adalah saat musim panas yang berlangsung mulai bulan April hingga Oktober. Bulan Maret dan November merupakan pergantian musim.

Pada pergantian musim, cuaca di Indonesia dapat menjadi tidak menentu. Hujan,

28

(42)

panas matahari dan angin lebat dapat datang bersamaan dalam satu hari. Sementara itu, musim hujan biasanya berlangsung mulai bulan Desember hingga Maret.

Adapun penduduk Indonesia menurut jenis kelamin dan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1.

Penduduk Indonesia

Usia Persentase Gabungan Total Populasi

Pria (absolut)

Wanita (absolut)

0-14 tahun 27,3 34.165.213 32.978.841

15-64 tahun 66,5 82.104.636 81.263.055

65 tahun ke atas 6,1 6.654.695 8.446.603

Sumber: Badan Pusat Statistik (2020)

Peran aktif usia muda sebagai motor penggerak pembangunan ekonomi tidak hanya dapat dilihat dari sisi melimpahnya sumber daya manusia. Krisis ekonomi global yang terjadi hampir satu dekade lalu tidak banyak mempengaruhi Indonesia dikarenakan angka konsumerisme di Indonesia yang masih terbilang tinggi. Ditopang secara utama tentunya oleh permintaan domestik ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia setidaknya sampai diperkirakan berada pada rentang 5,0%- 5,4%.

Dengan landasan stabilitas ekonomi yang lebih stabil ke depannya, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode 2015-2019 diperkirakan meningkat di kisaran 5,9%-6,5%. Permintaan domestik yang tinggi terutama oleh masyarakat kelas menengah ke atas yang tinggal di kota-kota besar sebagaimana telah dipaparkan di atas telah sedikit banyak membantu Indonesia terlepas dari ketergantungan penuh dengan negara lain.

(43)

Tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada pundi ekonomi Indonesia yang bergantungpada perdagangan internasional. Salah satu tantangan fundamental yang masih dihadapi Indonesia antara lain masih bergantungnya Indonesia terhadap barang impor dan ketergantungan tradisional pada ekspor komoditas mentah.

Pemerintah menyadari perlunya resiliensi ekonomi domestik yang optimal untuk menghindari efek domino krisis ekonomi yang mungkin dapat terjadi kembali.

Beberapa tantangan yang dihadapi oleh Indonesia adalah pembangunan infrastruktur yang merata, distribusi pendapatan, penurunan angka kemiskinan dan pengangguran, stimulasi produktivitas dan standar hidup yang lebih tinggi, serta maksimalisasi pelayanan publik oleh pemerintah. Untuk menjalankan beberapa peran dalam menghadapi tantangan tersebut, maka peran dari kredit pertanian, kredit perindustrian, kredit pertambangan, dan kredit ekspor impor sangatlah penting.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Hasil Deskriptif Statistik

Analisis deskriptif dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk grafik agar lebih mudah dipahami dan dianalisis perkembangan setiap data dalam periode penelitian. Adapun hasil analisis deskriptif statistik dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.

(44)

Tabel 4.2.

Hasil Analisis Deskriptif Statistik

Statistik Deskriptif Indonesia (Rp Milyar) Stat Kredit Pertanian Kredit Perindustrian

Kredit Pertambangan

Kredit Ekspor Impor

Pertumbuhan Ekonomi Min 183.281,25 216.779,36 48.819,28 77.023,29 8.982.517,10 Max 236.389,72 235.597,02 57.479,32 113.951,12 10.949.037,80 Mean 214.710,19 226.684,58 52.902,51 94.512,06 9.940.989,66 St. Dev 22.090,30 6.695,46 3.106,85 15.346,52 778.961,88

Sumber: Hasil Penelitian (2021)

Berdasarkan hasil analisis deskriptif data kredit pertanian, perindustrian, pertambangan, ekspor impor, dan pertumbuhan ekonomi dari seluruh provinsi di Iindonesia periode 2015-2019 pada Tabel 4.2 dapat diuraikan penjelasan sebagai berikut:

1. Kredit pertanian memiliki nilai minimum sebesar 183.281,25 (Rp Milyar), maksimum sebesar 236.389,72 (Rp Milyar), rata-rata sebesar 214.710,19 (Rp Milyar), dan standar deviasi sebesar 22.090,30 (Rp Milyar) yang artinya dari seluruh provinsi di Indonesia rata-rata nilai penyaluran kredit pertanian sebesar 214.710,19 (Rp Milyar) dengan selisih pertahunnya sebesar

22,090,30 (Rp Milyar).

2. Kredit perindustrian memiliki nilai minimum sebesar 216.779,36 (Rp Milyar), nilai maksimum sebesar 235.597,02 (Rp Milyar), rata-rata sebesar 226.684,58 (Rp Milyar), dan standar deviasi sebesar 6.695,46 (Rp Milyar) yang artinya dari seluruh provinsi di Indonesia rata-rata nilai penyaluran kredit perindustrian sebesar 226.684,58 (Rp Milyar) dengan selisih pertahunnya sebesar 6.695,46 (Rp Milyar).

(45)

3. Kredit pertambangan memiliki nilai minimum sebesar 48.819,28 (Rp Milyar), nilai maksimum sebesar 57.479,32 (Rp Milyar), rata-rata sebesar 52.902,51 (Rp Milyar), dan standar deviasi sebesar 3.106,85 (Rp Milyar) yang artinya dari seluruh provinsi di Indonesia rata-rata nilai penyaluran kredit pertambangan sebesar 52.902,51 (Rp Milyar) dengan selisih pertahunnya sebesar 3.106,85 (Rp Milyar).

4. Kredit ekspor impor memiliki nilai minimum sebesar 77.023,29 (Rp Milyar), nilai maksimum sebesar 113.951,12 (Rp Milyar), rata-rata sebesar 94.512,06 (Rp Milyar), dan standar deviasi sebesar 15.346,52 (Rp Milyar) yang artinya dari seluruh provinsi di Indonesia rata-rata nilai penyaluran kredit ekspor impor sebesar 94.512,06 (Rp Milyar) dengan selisih pertahunnya sebesar 15.346,52 (Rp Milyar).

5. Pertumbuhan ekonomi memiliki nilai minimum sebesar 8.982.517,10 (Rp Milyar), nilai maksimum sebesar 10.949.037,80 (Rp Milyar), rata-rata sebesar 9.940.989,66 (Rp Milyar), dan standar deviasi sebesar 778.961,88 (Rp Milyar) yang artinya dari seluruh provinsi di Indonesia rata-rata nilai penyaluran pertumbuhan ekonomi sebesar 9.940.989,66 (Rp Milyar) dengan selisih pertahunnya sebesar 778.961,88 (Rp Milyar).

Untuk dapat melihat detil perkembangan dari analisis deskriptif lebih jelas dibuat grafik perkembangan yang menggambarkan perkembangan data rata-rata selama periode 2015-2019 sebagai berikut.

(46)

Gambar 4.1.

Hasil Analisis Deskriptif Kredit Pertanian

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwaselama periode 2015-2019 dari total seluruh provinsi di Indonesia diketahui kredit pertanian memiliki nilai

minimum sebesar Rp 183,281,25 Milyar pada tahun 2015 dengan nilai maksimum sebesar Rp 236,389,71 Milyar pada tahun 2018. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan kredit pertanian setiap tahunnya, meskipun pada tahun 2019 terjadi penurunan, namun nilainya tidak lebih rendah dari tahun 2015-2017. Meningkatnya penyaluran kredit pertanian menunjukkan bahwa sektor pertanian memilikipotensi yang menjanjikan dan kontribusi terhadap perkenomian di Indonesia.

(47)

Gambar 4.2.

Hasil Analisis Deskriptif Kredit Perindustrian

Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwaselama periode 2015-2019 dari total seluruh provinsi di Indonesia diketahui kredit perindustrian memiliki nilai minimum sebesar Rp 216.779,36 Milyar pada tahun 2017 dengan nilai maksimum sebesar Rp 235.597,02 Milyar pada tahun 2019. Hal tersebut menunjukkan adanya fluktuasi diantara tahun 2016-2018 meskipun pada tahun 2019 terjadi peningkatan kredit perindustrian. Meningkatnya penyaluran kredit perindustrian menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki potensi yang menjanjikan dan kontribusi terhadap perkenomian di Indonesia.

(48)

Gambar 4.3.

Hasil Analisis Deskriptif Kredit Pertambangan

Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dilihat bahwaselama periode 2015-2019 dari total seluruh provinsi di Indonesia diketahui kredit pertambangan memiliki nilai minimum sebesar Rp 48.819,28 Milyar pada tahun 2019 dengan nilai maksimum sebesar Rp 57.479,32 Milyar pada tahun 2016. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan yang drastis pada kredit sektor pertambangan setiap tahunnya, hingga nilai terendah pada tahun 2019. Hal ini menunjukkan bahwa dalam periode 2015-2019 sektor pertambangan kurang memberikan kontribusi terhadap perekonomian dan menghadapi banyak masalah, sehingga penyaluran kredit pada sektor pertambangan juga mengalami penurunan yang drastis.

(49)

Gambar 4.4.

Hasil Analisis Deskriptif Kredit Ekspor Impor

Berdasarkan Gambar 4.4 dapat dilihat bahwaselama periode 2015-2019 dari total seluruh provinsi di Indonesia diketahui kredit ekspor impor memiliki nilai minimum sebesar Rp 8.982.517,10 Milyar pada tahun 2015 dengan nilai maksimum sebesar Rp 113.951,12 Milyar pada tahun 2019. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan setiap tahunnya pada kredit ekspor impor tanpa adanya penurunan. Hal ini juga menunjukkan bahwa sektor ekspor impor memiliki potensi dan kontribusi yang baik terhadap perekonomian, sehingga penyaluran kreditnya juga meningkat demi mendukung sektor tersebut.

(50)

Gambar 4.5.

Hasil Analisis Deskriptif Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan Gambar 4.5 dapat dilihat bahwaselama periode 2015-2019 dari total seluruh provinsi di Indonesia diketahui pertumbuhan ekonomi memiliki nilai minimum sebesar 4,99% Milyar pada tahun 2015 dengan nilai maksimum sebesar 5,43% Milyar pada tahun 2018. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan setiap tahunnya pada pertumbuhan ekonomi meskipun pada tahun 2019 terjadi penurunan. Hal ini juga menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup baik dalam periode 2015-2019 dengan pertumbuhan yang pesat.

4.2.2 Hasil Pemilihan Model

Sebelum melakukan pemilihan model dilakukan estimasi Panel Least Square (PLS), Random Effect Model (REM), dan Fixed Effect Model (FEM).

Adapun hasil estimasi dari ketiga model tersebut dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.3.

(51)

Tabel 4.3.

Hasil Estimasi 3 (Tiga) Model

Panel Least Square (Common Effect Model)

Variabel Koefisien Std. Error t-Statistic Prob.

C 3,930 0,061 64,359 0,00

KREDIT_PERTANIAN 0,351 0,035 9,800 0,00

KREDIT_PERINDUSTRIAN 0,474 0,030 15,707 0,00

KREDIT_PERTAMBANGAN -0,056 0,027 -2,069 0,04

KREDIT_EKSPOR_IMPOR 0,228 0,030 7,619 0,00

Random Effect Model

Variabel Koefisien Std. Error t-Statistic Prob.

C 3,930 0,052 75,359 0,00

KREDIT_PERTANIAN 0,351 0,030 11,476 0,00

KREDIT_PERINDUSTRIAN 0,474 0,025 18,392 0,00

KREDIT_PERTAMBANGAN -0,056 0,023 -2,422 0,01

KREDIT_EKSPOR_IMPOR 0,228 0,025 8,922 0,00

Fixed Effect Model

Variabel Koefisien Std. Error t-Statistic Prob.

C 4,198 0,397 10,568 0,00

KREDIT_PERTANIAN 0,215 0,288 0,745 0,45

KREDIT_PERINDUSTRIAN 0,490 0,228 2,149 0,03

KREDIT_PERTAMBANGAN 0,239 0,315 0,759 0,44

KREDIT_EKSPOR_IMPOR 0,054 0,280 0,192 0,84

Sumber: Data Diolah dengan Eviews (2021)

Pemilihan model data panel dalam penelitian ini menggunakan uji chow dan uji hausman untuk menentukan model yang lebih baik antara Panel Least Square (PLS), Random Effect Model (REM), dan Fixed Effect Model (FEM). Adapun hasil dari pengujian chow dan hausman dapat diuraikan sebagai berikut.

Tabel 4.4.

Hasil Uji Chow

Period F 0,00

Period Chi-square 0,00

Sumber: Data Diolah dengan Eviews (2021)

(52)

Berdasarkan hasil uji chow pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai Period Chi-square sebesar 0,00 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini Fixed Effect Model (FEM) lebih baik dari Panel Least Square Model (PLS).

Tabel 4.5.

Hasil Uji Hausman

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Period random 65,2 4 0,00

Sumber: Data Diolah dengan Eviews (2021)

Berdasarkanhasiluji hausman pada Tabel 4.5 dapat dilihat bahwanilai Prob.

sebesar 0,00 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwadalam penelitian ini Random Effect Model (REM) lebih baik daripada Fixed Effect Model (FEM) dan yang akan digunakan untuk model analisis data panel adalah Random Effect Model (REM).

4.2.3 Hasil Analisis Data Panel

Adapun hasil dari analisis data panel dalam penelitian ini dapat dilihatpada Tabel 4.6.

(53)

Hasil Analisis Data Panel

Variabel Koefisien t-Statistic Prob.

C 3,930 75.35963 0,00

KREDIT_PERTANIAN 0,351 11.47609 0,00

KREDIT_PERINDUSTRIAN 0,474 18.39226 0,00

KREDIT_PERTAMBANGAN -0,056 -2.422735 0,01

KREDIT_EKSPOR_IMPOR 0,228 8.922183 0,00

R-squared 0,999 Mean dependent var 11,883 Adjusted R-squared 0,999 S.D. dependent var 1,147

S.E. of regression 0,014 Sum squared resid 0,033 F-statistic 270512,8 Durbin-Watson stat 2,525

Prob(F-statistic) 0,00

Sumber: Data Diolah dengan Eviews (2021)

Berdasarkan hasil analisis data panel pada Tabel 4.6 dapat dibuat persamaan sebagai berikut:

Y = 3,930 C + 0,351 X1 + 0,474 X2 - 0,056 X3 + 0,228 X4

Melalui persamaan tersebut dapat diuraikan penjelasan rinci sebagai berikut:

1. Nilai konstanta sebesar 3,930 menunjukkan bahwa apabila nilai variabel kredit pertanian, kredit perindustrian, kredit pertambangan, dan kredit ekspor impor adalah 0 (nol) atau tetap, maka nilai variabel pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 3,930.

2. Nilai koefisien variabel kredit pertanian sebesar 0,351 menunjukkan bahwa jika nilai variabel kredit pertanian naik sebesar 1 (satu), maka nilai variabel pertumbuhan ekonomi juga akan naik sebesar 0,351. Nilai

(54)

koefisien yang positif menunjukkan bahwa variabel kredit pertanian memiliki hubungan yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

3. Nilai koefisien variabel kredit perindustrian sebesar 0,474 menunjukkan bahwa jika nilai variabel kredit perindustrian naik sebesar 1 (satu), maka nilai variabel pertumbuhan ekonomi juga akan naik sebesar 0,474. Nilai koefisien yang positif menunjukkan bahwa variabel kredit perindustrian memiliki hubungan yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

4. Nilai koefisien variabel kredit pertambangan sebesar -0,056 menunjukkan bahwa jika nilai variabel kredit pertambangan turun sebesar 1 (satu), maka nilai variabel pertumbuhan ekonomi juga akan turun sebesar -0,056. Nilai koefisien yang negatif menunjukkan bahwa variabel kredit pertambangan memiliki hubungan yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

5. Nilai koefisien variabel kredit ekspor impor sebesar 0,228 menunjukkan bahwa jika nilai variabel kredit ekspor impor naik sebesar 1 (satu), maka nilai variabel pertumbuhan ekonomi juga akan naik sebesar 0,228. Nilai koefisien yang positif menunjukkan bahwa variabel kredit ekspor impor memiliki hubungan yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

4.2.4 Hasil Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari uji statistik F, uji statistik t, dan koefisien determinasi (R2).

1. Uji statistik F

Adapun hasil uji statistik F dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.7.

(55)

Tabel 4.7.

Hasil Uji Statistik F F-statistic 270512.8 Prob(F-statistic) 0,0

Sumber: Data Diolah dengan Eviews (2021)

Berdasarkan hasil uji statistik F pada Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai F- statistic sebesar 270612,8 > Ftabel 2,27 dengan Prob. Sebesar 0,00 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini secara serempak variabel kredit pertanian, kredit perindustrian, kredit pertambangan, dan kredit ekspor impor berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

2. Uji statistik t

Adapun hasil uji statistik t dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8.

Hasil Uji Statistik t

Variable t-Statistic Prob.

C 75,359 0,00

KREDIT_PERTANIAN 11,476 0,00

KREDIT_PERINDUSTRIAN 18,392 0,00

KREDIT_PERTAMBANGAN -2,4227 0,01

KREDIT_EKSPOR_IMPOR 8,922 0,00

Sumber: Data Diolah dengan Eviews (2021)

Berdasarkan hasil uji statistik t pada Tabel 4.8 dapat diuraikan penjelasan sebagai berikut:

a. Variabel kredit pertanian memiliki nilai t-statistic sebesar 11,476 > ttabel

1,654 dengan nilai Prob sebesar 0,00 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini variabel kredit pertanian berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

(56)

ttabel 1,654 dengan nilai Prob sebesar 0,00 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini variabel kredit perindustrian berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

c. Variabel kredit pertambangan memiliki nilai t-statistic sebesar -2,422 >

ttabel -1,654 dengan nilai Prob sebesar 0,01 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini variabel kredit pertambangan berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

d. Variabel kredit ekspor impor memiliki nilai t-statistic sebesar 8,922 >

ttabel 1,654 dengan nilai Prob sebesar 0,00 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini variabel kredit ekspor impor berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

3. Koefisien determinasi (R2)

Adapun hasil koefisien determinasi (R2) dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9.

Hasil Koefisien Determinasi R-squared 0,999 Adjusted R-squared 0,999

Sumber: Data Diolah dengan Eviews (2021)

Berdasarkan hasil koefisien determinasi (R2) pada Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa nilai Adjusted R Squared 0,9998, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam

(57)

penelitian ini variabel kredit pertanian, kredit perindustrian, kredit pertambangan, dan kredit ekspor impor memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 99,98% dan sisanya sebesar 0,2% lagi dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pengaruh Kredit Pertanian terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Melalui hasil penelitian ini ditemukan hasil yangmenunjukkan bahwa kredit pertanian berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2015-2019. Hasil tersebut diasumsikan berdasarkan hasil perolehan nilai t- statistic sebesar 11,476 > ttabel 1,654 dengan nilai Prob sebesar 0,00 < 0,05.

Hasil ini menunjukkan bahwa melalui kredit pertanian yang disalurkan kepada sektor pertanian di Indonesia memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena melalui kredit tersebut sektor pertanian dapat terus berkembang dan memberikan pertumbuhan yang positif, baik pada sektor tersebut maupun bagi perekonomian Indonesia.

Hal tersebut juga menunjukkan bahwa penyaluran kredit pada sektor pertanian adalah salah satu solusi yang tepat sasran dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengingat bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam membangun perekonomian nasional, karena sektor pertanian berfungsi sebagai penyedia bahan pangan untuk ketahanan pangan

(58)

masyarakat, sebagai instrumen pengentasan kemiskinan, penyedia lapangan kerja, serta sumber pendapatan masyarakat. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kornita & Mayes (2010) yang juga menyatakan bahwa kredit pertanian berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

4.3.2 Pengaruh Kredit Perindustrian terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Melalui hasil penelitian ini ditemukan hasil yangmenunjukkan bahwa kredit perindustrian berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2015-2019. Hasil tersebut diasumsikan berdasarkan hasil perolehan nilai t-statistic sebesar 18,392 > ttabel 1,654 dengan nilai Probsebesar 0,00

< 0,05.

Hasil ini menunjukkan bahwa melalui kredit perindustrian yang disalurkan kepada sektor industri di Indonesia memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena melalui kredit tersebut sektor industri dapat terus berkembang dan memberikan pertumbuhan yang positif, baik pada sektor tersebut maupun bagi perekonomian Indonesia.

Hal tersebut juga menunjukkan bahwa sektor industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Sehingga melalui penyaluran kredit perindustrian dapat membantu atau meningkat peranan sektor industri dalam pembangunan ekonomi nasional melalui hasil industri dari masing- masingsubsektor terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kornita &

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia Pada hasil analisis regresi meunjukkan bahwa variabel ekspor Indonesia pada tahun 1979 – 2018 tidak berpengaruh

Dengan meningkatnya impor dapat menyebabkan defisit neraca pembayaran yang memungkinkan penurunan permintaan atau depresiasi nilai tukar riil.Selanjutnya investasi, dimana

Selanjutnya secara simultan variabel ekspor dan impor tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Bruto yang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan dan Rencana Aksi Kegiatan DitJen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kantor Kesehatan Pelabuhan

Kepala BNN Kota Malang yang sekaligus alumni ITN Malang ini juga memberikan apresiasi kepada ITN karena pada tahun ini menyelenggarakan tes urine bagi seluruh mahasiswa

Keberadaan logam berat dalam perairan sebenranya sangat tidak baik bagi kerang hijau karena terikatnya logam berat komplek dalam jaringan lendir akan mengikat

Puji syukur marilah kita panjatkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan sehingga dalam pembuatan Proposal Skripsi yang berjudul “Pengaruh

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian apakah faktor budaya organisasi, kepemimpinan dan motivasi berdampak pada komitmen organisasi yang selanjutnya dapat