DAN
SIAGA BENCANA
Internet dan Siaga Bencana
2 I. Aspek
: Tangguh
II. Tema
: Prabencana, Saat Bencana, dan Pascabencana
III. Durasi: 30 menit
III. Pengantar
Bersinergi Membangun Negeri, Lawan Hoax COVID-19
Indonesia merupakan negara yang rawan bencana, baik bencana alam dan non- alam. Hal tersebut menyebabkan fenomena penyebaran informasi hoax disaster semakin marak. Menurut Direktur operasional Mafindo Dewi Sari melalui konferensi pers daring Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), menyatakan Mafindo melalui pemeriksa fakta telah melakukan klarifikasi secara spesifik terhadap 301hoaxsoal corona.
Masyarakat menerimahoaxsetiap hari lebih dari satu kali. Media yang paling banyak digunakan dalam penyebaran hoaxadalah media sosial seperti WhatsApp group, Facebook, Twitter, Instagram, dan media sosial lainnya. Fenomena hoax di Indonesia menimbulkan keraguan dan keresahan terhadap informasi yang diterima dan membingungkan masyarakat.
Hal ini dimanfaatkan pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan fitnah dan kebencian. Salah satunya kasus pandemi COVID-19 yang berdampak di seluruh dunia, penyebaran berita hoax semakin kompleks, mulai dari cara pengobatan tradisional, jumlah data kasus COVID-19 yang positif, penyebaran virus melalui udara, dan sebagainya.
Kawan Tular Nalar dalam kemampuan mengakses informasi harus mampu menjadi generasi yang cerdas dalam meliterasi informasi terkait mitigasi dan kebencanaan. Berbagai sumber informasi di media digital dapat menjadi rujukan dalam memperoleh informasi.
Kemampuan mengakses Kawan Tular Nalar menjadi hal penting, yaitu mengeksplorasi media digital untuk mencari informasi, data dan konten di media digital tentang mitigasi dan kebencanaan.
Tular Nalar: Internet dan Siaga Bencana
Selain mengakses, Kawan Tular Nalar juga perlu memahami bagaimana cara mengelola informasi. Mengelola berarti mampu mengambil data, informasi, dan konten yang benar dan valid terkait dengan mitigasi dan kebencanaan.
Setelah tahap mengelola, Kawan Tular Nalar dituntut untuk mengetahui upaya dalam mendesain pesan berbagaiplatform media sosial. Kawan Tular Nalar diharapkan mampu mengembangkan dan memodifikasi informasi, data, dan konten dari sumber yang valid. Populernya hoax yang beredar, menuntut Kawan Tular Nalar juga mampu melakukan verifikasi sumber data, informasi, dan konten digital terkait kebencanaan sebagai bagian dari memproses informasi.
Tahap selanjutnya yang dilakukan Kawan Tular Nalar setelah memverifikasi pesan maka perlunya untuk berbagi data, informasi, dan konten digital dengan orang lain melalui media digital secara cepat, tepat, dan akurat. Beberapa yang bisa dilakukan yaitu membagikan pesan melalui grup digital, menyerukan kampanye melalui akun media sosial,updatestatus melalui aplikasi digital, dan lain-lain.
Media sosial merupakan ruang daring untuk mengembangkan diri. Fenomena hoax disaster yang beredar, kita perlu memahami tentang mitigasi dan kebencanaan dilihat dari aspek kita sebagai pengguna media sosial. Hal yang perlu diperhatikan adalah pemilihan konten kebencanaan yang kitauploadsesuai dalam peran kita sebagai Kawan Tular Nalar.
Dalam memahami mitigasi dan kebencanaan ini, Kawan Tular Nalar harus mampu untuk melindungi data pribadi di media sosial. Beberapa konten informasi dalam upload harus diperhatikan berdasarkan UU ITE yang berlaku di Indonesia.
Berbagai platform muncul dalam penyebarluasan berita informasi dalam kebencanaan, baik dalam website, aplikasi games maupun audio visual. Kawan Tular Nalar perlu mengenal berbagai platform (media sosial, situs, grup chat, dll) yang tersedia, serta mampu melakukan kolaborasi positif dalam serta menuntaskan program Bersinergi Membangun Negeri, Lawan Hoax COVID-19. Kolaborasi bisa dilakukan dengan jejaring komunitas peduli bencana seperti Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Aksi Cepat Tanggap (ACT), Masyarakat Relawan Indonesia, Lembaga resmi pemerintah dan internasional serta stakeholder lainnya.
4 IV. Apa YangKitaPelajari?
Kurikulum Tular Nalar memiliki tiga level,yaitu TAHU, TANGGAP, dan TANGGUH.
Menjadi Pribadi TAHU Menjadi Pribadi TANGGAP Menjadi Pribadi TANGGUH
“TAHU – TANGGAP – TANGGUH” TULAR NALAR SECARA UMUM
Memiliki kompetensi pribadi sebagai model literasi digital. Memiliki kesadaran bahwa setiap orang perlu memiliki kompetensi tersebut.
Mampu merespons situasi dengan kapasitas literasi digital yang dimiliki. Memiliki kesadaran bahwa memperkuat diri berarti memperkuat lingkungannya.
Mampu merespons
tantangan yang lebih besar eskalasinya. Berkolaborasi dan merangkul semua kalangan untuk berpartisipasi dalam merespons situasi.
“TAHU – TANGGAP – TANGGUH” TULAR NALAR
DALAM TEMA PRABENCANA, SAAT BENCANA DAN PASCABENCANA
Memiliki kemampuan untuk mengakses
informasi, mengelola dan berbagi informasi
mengenai
“Kebencanaan”.
Mampu memberikan respon yang cepat, tepat dan akurat terhadap berbagai informasi terkait Kebencanaan. Mampu mereduksi informasi untuk dijadikan sumber rujukan. Memiliki inisiatif dan motivasi untuk kampanye bagi lingkungan sekitar dalam informasi tentang “Kebencanaan”
khususnyahoax disaster.
Memiliki ketangguhan diri saat berhadapan dengan hoax disaster. Mempunyai inisiatif untuk kampanye bagi lingkungan sekitar dalam informasi tentang
“Kebencanaan” khususnya hoax disaster. .
Tular Nalar: Internet dan Siaga Bencana
Dalam tema ini, Kawan Tular Nalar akan mendapatkan pengetahuan terkait dengan kebencanaan di level “TANGGUH” dalam hal:
1. Mengakses informasi 2. Mengelola informasi 3. Mendesain pesan 4. Memproses informasi 5. Berbagi pesan
6. Membangun ketangguhan diri 7. Perlindungan data
8. Kolaborasi
VI. Aktifitas
1. Menyaksikan dan memahami video “Bersinergi Membangun Negeri, Lawan Hoax COVID-19”.
Kawan Tular Nalar menyaksikan video yang berdurasi 3-6 menit dengan judul
“Bersinergi Membangun Negeri, Lawan Hoax COVID-19”. Sinopsis video tersebut menceritakan suasana pedesaan yang masih asri, tergambarkan rutinitas pagi di kampung. Terlihat aktivitas bapak-bapak yang sedang di sawah, ibu-ibu berkumpul untuk beli sayur, anak-anak sedang menyiapkan sekolah online dan terlihat gambaran himbauan tentang protokol COVID-19 di desa dengan tulisan tangan di banner. Tampak seorang ibu paruh baya (Surti) yang memiliki HP baru, karena kondisi daring menyebabkan ia untuk memilikigadget. Ibu Surti memiliki karakter gampang panik dan suka memprovokasi, bahkan ada yang terprovokasi dan stres, bahkan sampai jatuh sakit. Sementara di WhatsApp group Arisan Ibu-Ibu sedang ramai-ramainya tentang pembahasan COVID-19. Obrolan sangat bervariasi dari berbagai fenomena COVID-19, sticker-sticker lucu, membahas politik hingga dapur. Hingga salah satu Ibu (Martini) ini menanggapi dengan santai dan bijak dengan memberikan penyuluhan secara bijak dalam bermedia sosial serta mengajak Ibu-Ibu untuk tidak menyebarkan beritahoax disasterCOVID-19. Ibu-ibu harus “TANGGUH” melawan beritahoaxagar tidak terjadi bencana yang lebih besar. Endingvideo menunjukkan bahwa semua warga sepakat tidak membuat dan menyebarkan berita hoax COVID-19. Dengan tangan mengepal penuh semangat berikrar “Kita TANGGUH, SIAP SELAMAT, dan MENYELAMATKAN.
Mari kita budayakan penyebaran berita COVID-19 secara CEPAT, TEPAT, AKURAT, dan MEMBANGUN NEGERI DENGAN BERSINERGI”.
6
2. Mendiskusikan bersama peserta terkait dengan video yang sudah ditayangkan.
Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan yang bisa menjadi bahan diskusi Kawan Tular Nalar atau fasilitator.
a. Apa kesimpulan yang didapatkan dari penayangan video tersebut?
b. Sudahkah kita memanfaatkan seluruh fitur yang tersedia untuk mencari dan mengolah informasi, data, dan konten di media digital tentang prabencana, saat bencana dan pascabencana?
c. Bagaimana strategi mengelola informasi yang diterima tentang prabencana, saat bencana dan pascabencana?
d. Bagaimana cara mendesain pesan yang sesuai dengan fakta pada informasi prabencana, saat bencana, dan pascabencana?
e. Pernahkah menerima informasihoax disaster? Bagaimana cara untuk memverifikasi sumber data, informasi, dan konten digital terkaithoax disaster?
f. Pernahkah berbagi data, informasi, dan konten digital dengan pihak lain mengenai prabencana, saat bencana dan pascabencana? Pernahkah berbagi klarifikasihoax atau informasi yang tidak benar tentang prabencana, saat bencana dan
pascabencana? Melalui media digital apa saja? Bagaimanafeedbackyang terjadi?
g. Apa saja konten digital tentang prabencana, saat bencana dan pascabencana yang akan di-share? Bagaimana pemilihanplatformmedia sosial sebagai ruang
pengembangan diri yang akan digunakan?
a. Data apa yang boleh dan tidak boleh di-sharetentang prabencana, saat bencana dan pascabencana?
b. Diskusi tentang kolaborasi. Peran Kawan Tular Nalar sebagai masyarakat Indonesia menanggapihoax disasterkhususnya pada prabencana, saat bencana dan pascabencana? Apa saja kolaborasi dan partisipasi antarkomunitas Kawan Tular Nalar sebagai masyarakat untuk melawan hoax disaster. Berbagaiplatformdigital dan kampanye bisa dilakukan dalam isu prabencana, saat bencana, dan pascabencana ini.
c. Platformapa saja yang digunakan dalam berjejaring dengan pihak lain?
Seberapa aktif kita dalam mengaplikasikanplatformtersebut?
3. Fasilitator mengambil kesimpulan atas diskusi yang telah dilakukan dan membagikan tautan evaluasi proses kepada peserta. Selain itu, fasilitator mengingatkan kepada peserta untuk membagikan situs Tular Nalar di akun media sosial masing-masing.
Tular Nalar: Internet dan Siaga Bencana
Bahan Ajar:
a. Adiyoso, W. (2018). Manajemen Bencana (Pengantar dan Isu-Isu Strategis). Jakarta:
Bumi Aksara.
b. Barrantes. (2009). Module Information and Communication in Emergencies and Disaster: Manual for Disaster Response Team.Washington DC: PAN American Health Organization.
c. Haddow, G. D. (2009).Disaster Communications in a Changing Media World.London:
Elsevier.
d. HH, S. B. (2012). Komunikasi Bencana: Aspek Sistem (Koordinasi, Informasi dan Kerjasama).Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 4.
e. Kusumasari, B. (2014). Manajemen Bencana dan Kapabilitas Pemerintah Lokal.
Yogyakarta: Gava Media.
f. Lestari, P. (2018).Komunikasi Bencana (Aspek Penting Pengurangan Risiko Bencana).
Yogyakarta: PT Kanisius.
g. Lestari, P. (2019). Perspektif Komunikasi Bencana. Yogyakarta: PT Kanisius Yogyakarta.
h. Lestari, Sularso. (2020). International Journal Of Communication and Society: The Covid-19 Impact Crisis Communication Model Using Gendhing Jawa Local Wisdom.
Volume 2 Nomor 1
VII. Pengayaan
Matriks kurikulum Tular Nalar (tautan) Rencana Pembelajaran Tular Nalar (tautan)
VIII. Standar
UNESCODigital Literacy Framework(tautan eksternal) Kurikulum TIK Kemdikbud (tautan eksternal)
LESSON PLAN VIDEO
INTERNET DAN
SIAGA BENCANA
Rencana Belajar
Internet dan Siaga Bencana
IKHTISAR
Aspek
: Tangguh
Durasi
: 30 menit – 90 menit
Kompetensi:
1. Peserta mampu mengkomparasi data, informasi, dan konten melalui aplikasi chat serta situs resmi lembaga kebencanaan terkait prabencana (mitigasi bencana), saat bencana (tanggap darurat), dan pascabencana 2. Peserta mampu mengintegrasikan berbagai informasi kebencanaan, data,
dan konten digital berbagai jenis bencana.
3. Peserta mampu mengevaluasi informasi, data kebencanaan, dan konten digital berbagai jenis bencana.
4. Peserta mampu menentukan hasil evaluasi berupa klarifikasi dari data, informasi, dan konten digital terkait kebencanaan.
5. Peserta mampu memanfaatkan teknologi digital untuk berbagi pesan kebencanaan.
6. Peserta Kelas Literasi Digital Disaster & Mitigation Prospect
7. Peserta mampu menggunakan luaran jejaring digital untuk memperluas aktivitas secara luring dalam informasi kebencanaan.
Topik
: Mengakses, Mendesain Pesan, Memproses Informasi, dan
Berbagi PesanDeskripsi Topik
Dalam situasi bencana, ekosistem informasi mengalami kerusakan, apakah karena kerusakan infrastruktur, hilangnya pengendali kunci informasi karena turut menjadi korban bencana, atau karena ketidaksiapan menghadapi situasi bencana sehingga tidak memiliki rencana dan mekanisme mitigasi. Pada situasi seperti ini, informasi yang simpang-siur kerap beredar. Di tengah suasana panik, orang juga sering gagal memanfaatkan akal sehat, akibatnya menjadi korbanhoax.
10
Berkaca pada situasi di Indonesia sendiri, tahun 2018 ditandai oleh sejumlah bencana besar di Indonesia, mulai dari Gempa Palu/Donggala, Lombok, dan tsunami yang menggulung Banten dan pesisir pantai Jawa Barat, termasuk jatuhnya pesawat Lion Air yang menewaskan seluruh penumpangnya. Pada situasi genting seperti ini, kerap beredar hoax dengan tema bencana dengan rincian konten yang berbeda-beda. Ada yang berupa peringatan akan bencana susulan, dampak, tanggapan, dan bantuan. Seringkali, hoax bencana mengandung pesan terselubung untuk mendiskreditkan pihak tertentu, misalnya pemerintah pusat atau presiden, sepertihoaxseputar penyelewengan bantuan sosial.Hoax bencana juga kerap bersinggungan dengan isu agama dan isu politik. Hal-hal semacam ini menyebabkan meningkatnya potensi kerusakan yang lebih besar lagi dari hoax bencana.
Apalagi, pada akhirnya, hoax bencana bisa mengambil tema apa saja, termasuk tema pandemi yang kini menjadi bencana umum di mana-mana.
Antisipasi terhadap simpang siur informasi saat bencana, wajib dibangun sejak dini, dan dipelihara terus-menerus. Indonesia adalah negara rawan bencana. Maka, masyarakat Indonesia harus memiliki ketangguhan dalam menghadapi situasi ini, termasuk memelihara kapasitas mengklarifikasi informasi, melakukan evaluasi, berbagi pesan, hingga melakukan kolaborasi daring dan luring saat berhadapan dalam situasi bencana.
CAPAIAN
1. Peserta kelas Tular Nalar dapat memanfaatkan berbagaiplatformdigital seperti media massa elektronik, media sosial, aplikasi percakapan, mediaonline, mesin pencari, dll 2. Peserta kelas Tular Nalar dapat membuat daftar informasi, data, dan konten sebagai
materi pencapaian tujuan pembelajaran di lingkungan digital.
AKTIVITAS
Persiapan Peserta mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan untuk mengikuti sesi, seperti: jaringan internet yang stabil, laptop, dan headset. Tidak disarankan menggunakan telepon genggam dikarenakan fitur yang terbatas dan kesulitan dalam navigasi.
Hubungkan perangkat dengan akun media sosial saat mengikuti sesi.
Fasilitator dapat menyiapkan rujukan lain tentang informasi kebencanaan, seperti situs-situs informasi dan mitigasi bencana.
Fasilitator dapat menyiapkan sejumlah hoaks bertema bencana dari www.turnbackhoax.id atau dari situs pemeriksa fakta lainnya.
Tular Nalar: Internet dan Siaga Bencana | Lesson Plan Video
Pelaksanaan Video berikut ini bertemakan literasi digital bagi isu-isu kebencanaan. Judulnya adalah “Upaya Penanggulangan Bencana di Dunia Digital”. Tokoh utama dalam video ini, Sultan Usamah dan asistennya, Fergie yang seperti ensiklopedi berjalan saking jeniusnya, mengangkat pentingnya literasi digital pada saat bencana.
Hal pertama yang harus diingat pada situasi bencana adalah memastikan akurasi berita atau informasi yang beredar. Jangan sampai tertipu oleh informasi yang tidak benar atau tidak valid.
Kemudian, Ibob memperlihatkan contoh bagaimana ketangguhan dibangun dengan mengelola dan mengembangkan informasi secara cepat, tepat, dan akurat. Ibob di sini membagikan video buatannya tentang bagaimana mencegah bencana akibat infeksi COVID-19 dengan menerapkan 3M.
Hal kedua adalah mengajak orang lain untuk berpartisipasi dalam penyebaran informasi yang valid, sehingga bisa membendung arus informasi yang tidak valid. Pastikan untuk mengetahui
mekanisme penyebaran pesan di media sosial. Fergie yang banyak follower-nya menawarkan diri untuk membantu menyebarkan informasi yang valid.
Yang ketiga, setiap orang harus mau meng-cross-check informasi dariplatformdigital. Sebagai bagian dari masyarakat, kita juga harus mau bekerja sama untuk melawanhoaxbencana COVID- 19. Pada penutup video, narator mengingatkan pentingnya
menggunakan media digital dan media sosial secara bijak,
khususnya pada situasi genting dan kritis seperti pandemi sekarang ini.
Setelah menonton video, para peserta pun menjawab kuis yang disajikan. Jawaban dituliskan di kolom yang sudah disediakan.
Bentuk soal sebagai berikut:
1. Pilihan berganda yang berisi pengetahuan tentang cara menyikapi sebaran informasi simpang siur yang kerap beredar pada saat bencana.
2. Soal yang berisi cuplikan, gambar, dan narasi dari video “Upaya Penanggulangan Bencana di Dunia Digital.” Peserta dapat menjawab lebih dari satu jawaban.
3. Menuliskan atau menyebutkan tiga (3) cara memperlakukan informasi dalam situasi bencana untuk mengatasi kerusakan yang lebih besar. Hal ini bisa dimulai dari memastikan akurasi informasi, mengajak orang lain untuk berpartisipasi, dan memastikan kebenaran berita.
Memberikan tanggapan
Yuk, berdiskusi. Silakan pilih beberapa alternative berikut ini yang memungkinkan.
Pertama, ajak peserta menyebutkan hoaks bertema bencana yang pernah mereka dapatkan di media sosial atau dari manapun.
Diskusikan untuk melihat penyelewengan logika yang digunakan.
Kaitkan dengan ‘berpikir kritis’.
Kedua, tampilkan berita tentang hiruk-pikuk yang terjadi akibat penyebaranhoaxbencana. Dari sini, ajak peserta untuk memikirkan konsekuensi dari tersebarnyahoaxbertema bencana tersebut.
Ketiga, ajak peserta untuk menyebutkan rujukan informasi kebencanaan yang wajib mereka mereka ketahui.
Keempat, ajak peserta berdiskusi apa yang akan mereka lakukan jika mereka berada dalam sebuah grup yang anggotanya menyebarkan hoax. Bagaimana jika yang menyebarkanhoaxadalah orangtua atau seniornya sendiri?
Kelima, bagaimana membuat kampanye media sosial untuk
menginformasikan pentingnya berpikir kritis mendapatkan informasi pada situasi genting akibat bencana?
Keenam, minta peserta untuk mengisi kolom komentar pada tautan video yang disebarkan oleh guru atau fasilitator. Tanggapan peserta tidak lebih dari 100 kata dan minimal 30 kata.
Ketujuh, mintalah peserta membagikan video yang sudah dipelajari di akun media sosialnya. Dari video yang sudah dibagikan tersebut, direkomendasikan adanya diskusi antara peserta dengan pengguna media sosial lainnya. Apa manfaatnya ikutan menyebarkan video edukasi ini?
Kedelapan, beri tantangan pada peserta untuk memikirkan cara lain dalam menyebarluaskan informasi valid untuk membangkitkan kesadaran publik ihwal pentingnya berpikir kritis saat memilah informasi bertema bencana, walaupun informasinya tampak sangat urgent.
12
Tular Nalar: Internet dan Siaga Bencana | Lesson Plan Video
1. Apa yang sudah dipelajari pada sesi hari ini?
2. Bagaimana perasaan kamu setelah mengikuti sesi?
3. Hal baru apa yang kamu dapatkan setelah mengikuti sesi?
4. Kesimpulan apa yang kamu peroleh setelah mengikuti sesi?
5. Tuliskan satu rencana yang akan kamu lakukan ke depan terkait dengan sesi hari ini!
CATATAN
Follow-up: Peserta diminta untuk memberikan komentar pada postingan video “Upaya Penanggulangan Bencana di Dunia Digital” dari peserta lain.
Diskusi: Dalam kolom komentar postingan peserta lain, peserta dapat memberikan opini dan argumentasi mereka masing-masing.
Media Teknologi: Penggunaan laman Tular Nalar, mesin peramban, dan akun media sosial.
Bahan Ajar Digital: Platform, kuis Tular Nalar, video, dan tautan lembar refleksi peserta.